Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
C-Reactive Protein (CRP) adalah suatu globulin yang disintesis oleh sel
hepatosit dan merupakan salah satu dari fase akut yang didapatkan dalam serum
normal walaupun dalam jumlah yang kecil. Protein ini tidak terdapat dalam darah
orang sehat, tetapi merupakan globula alfa yang cepat timbul pada seseorang yang
sedang mengalami suatu infeksi 1.
B. Fisiologi C-Reactive Protein
Setiap peningkatan serum CRP pada neonates selalu merupakan sintesis
endogen, karena melewati plasenta dalam jumlah sangat rendah. CRP adalah reaktan
fase akut yang disintesis oleh hati. Infeksi mengakibatkan terjadinya serangkaian
reaksi dengan tujuan untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut dan
mengaktifkan proses perbaikan. Rangkaian proses tersebut disebut proses inflamasi
dan reaksi yang mengawali adalah suatu respon fase akut tadi. Sel yang mengawali
proses inflamasi pada umumnya adalah sel makrofag dan sel monosit. Sel tersebut
melepaskan sitokin seperti IL-1 dan TNF yang akan mengontrol migrasi leukosit
masuk ke dalam jaringan dan menimbulkan proses inflamasi, sehingga terjadi demam
dan leukositosis. Inflamasi tersebut juga akan mempengaruhi aktivitas hati. Sitokin
proinflamasi seperti IL-1 dan TNF akan merangsang sel hepatosit untuk
meningkatkan produksi protein fase akut yang salah satunya adalah CRP yang akan
1
banyak dipelajari dan paling banyak digunakan serta disukai untuk sepsis neonatorum
karena dapat menjadi penanda infeksi yang sederhana, cepat dan biaya yang efektif
murah. Tetapi karena protein ini dapat meningkat pada berbagai kerusakan jaringan
tubuh, pemeriksaan ini tidak dapat dipakai sebagai indikator tunggal dalam
menegakkan diagnosa sepsis neonatorum. Nilai CRP akan lebih bermanfaat bila
dilakukan pengukuran secara serial untuk membantu dalam pemantauan respon
terhadap terapi antibiotik pada neonatus yang terinfeksi, untuk menentukan lamanya
pemberian pengobatan dan kejadian kekambuhan pada pasien dengan sepsis
neonatorum. Menurut penelitian EHL et al. pada tahun 1999, pada 60 neonatus
dengan sepsis awal, menunjukkan bahwa setelah memulai terapi antibiotik yang
berhasil menunjukkan nilai-nilai CRP meningkat lebih lanjut, memuncak dan
perlahan menurun setelah 16 jam. Tingkat CRP yang kembali lagi normal dapat
menunjukkan bahwa durasi pengobatan antibiotik telah cukup sehingga penghentian
antibiotik dapat dilakukan asalkan kondisi bayi membaik dan hasil kultur negatif 9.
Ketika peradangan atau kerusakan jaringan teratasi, kadar CRP jatuh. Sehingga
membuatnya menjadi penda yang berguna untuk aktivitas monitoring penyakit8.