You are on page 1of 22

BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1 Sejarah PT. Bumi Merapi Energi


PT. Bumi Merapi Energi adalah sebuah perusahaan tambang batubara
yang secara administrasi terletak di desa Ulak Pandan, Tanjung Baru, Talang
Padang, dan Gunung Agung, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat,
Sumatera Selatan. PT. Bumi Merapi Energi memiliki beberapa kantor yaitu
yang beralamat di Jalan Kolonel Simbolon No.28 Lahat, Jalan Basuki Rahmat,
Cambai Agung No. 1703 Palembang dan kantor pusatnya beralamat di Gedung
LINA Lt. 4 No. 402 Jl. HR. Rasuna Said Kav B7 Kuningan, Jakarta Selatan.
Pada proses penambangan PT. Bumi Merapi Energi bekerja sama
dengan PT. Servo Mining Contractor dan proses hauling batubara bekerja sama
dengan PT. Persada Citra Mandiri, serta untuk pengapalan batubara dengan PT.
Swarna Dwipa.
PT. Bumi Merapi Energi menjadi sebuah perusahaan pertambangan
melalui tahapan perizinan sebagai berikut:
1. Izin Kuasa Penambangan untuk melakukan kegiatan eksplorasi dari Bupati
Lahat (KW. 13.02.LHT.2007), Sumatera Selatan, melalui surat Keputusan
Bupati No : 540/182/PERTAMB/2008, tanggal 10 April 2008.
2. Izin Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi PT. Bumi Merapi Energi
(KW.06.3.LHT.2008) dari Bupati Lahat, Sumatera Selatan, melalui surat
Keputusan Bupati No : 503/414/KEP/PERTAMBEN/2008, tanggal 10
November 2008.
3. Persetujuan Analisa Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup dari Bupati Lahat melalui Keputusan Bupati No. 44/KEP/BLH/2008,
tanggal 1 November 2008.

II-1

II-2

4. Izin Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan, melalui Keputusan


Bupati No. 503/43/KEP/PERTAMBEN/2008, tanggal 17 November 2008.
5. Izin Penggunaan Pemakaian dan Pelebaran Jalan Kabupaten (Jalan
Perangai) untuk Pengangkutan Batubara Hasil Produksi PT. Bumi Merapi
Energi melalui Surat Bupati No. 600/619/PU-BMP/2008, tanggal 22
November 2008.
6. Izin Penimbunan dan Penumpukan Sementara Batubara PT. Bumi Merapi
Energi di Desa Muara Maung Kecamatan Merapi Barat, melalui surat
Bupati No : 503/12.B/LOKASI/BPPT&PMD/2009, tanggal 6 Juli 2009.
7. IUP operasi produksi PT. Bumi Merapi Energi (KW.06.3.LHT.2008) dari
Bupati Lahat, Sumatera Selatan, melalui surat Keputusan Bupati
No:503/158/KEP/PERTAMBEN/2010, 27 April 2010.
II.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penambangan PT. Bumi Merapi Energi
Lokasi IUP (Izin Usaha Pertambangan) atau yang sering disebut
daerah penambangan PT. Bumi Merapi Energi yakni Blok Serelo dan Blok
Kungkilan secara administratif terletak di Desa Ulak Pandan, Tanjung Baru,
Talang Padang, dan desa Gunung Agung, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten
Lahat yang berada di sebelah Selatan dari Palembang sebagai ibukota Propinsi
Sumatera Selatan. Namun lokasi operasi penambangan pada pit Serelo bagian
PT. Bumi Merapi Energi
Timur berbatasan dengan
desa Ulak Pandan.
Kesampaian lokasi IUP PT. Bumi Merapi Energi dapat dicapai dari

Palembang melalui perjalanan darat yang berjarak kurang lebih 225 Km dengan
waktu tempuh kurang lebih 4 jam dari kota Palembang melalui jalan lintas
Sumatera dengan kondisi jalan beraspal baik sampai ke kota Lahat. Dari kota
Lahat perjalanan dengan jalan aspal sejauh 5 km melewati pedesaan dengan
melewati sungai Serelo. Kesampaian daerah penambangan PT. Bumi Merapi
PT.dilihat
Bumi Merapi
Energi
Energi dapat
pada Gambar
2.1 di bawah ini.

II-3

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

GAMBAR 2.1
PETA KESAMPAIAN DAERAH PENAMBANGAN
PT. BUMI MERAPI ENERGI
II.3. Keadaan Iklim dan Vegetasi
Iklim di lokasi penambangan sama dengan iklim di Indonesia pada
umumnya yaitu iklim tropis yang terbagi dalam dua musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Data cuaca tahun 2010 menunjukkan curah hujan rata-rata
adalah 263,167 mm pertahun dengan suhu udara 21,730C sampai 32,390C serta
kelembaban udara rata-rata mencapai 80,34% , dan rata-rata penguapan 2,17
Mw (Tabel II.1).
Tipe vegetasi utama adalah hutan primer dataran rendah yang
dikategorikan hutan produktif sekitar 300 m3/ha. Jenis flora yang tumbuh pada
hutan ini antara lain kayu meranti, padi, kelapa sawit, durian, kayu seru, dan
kemiring rimba. Selain hutan primer terdapat sedikit perkebunan yang ditanami
karet dan kopi. Adapun tipe fauna yang terdapat pada daerah izin usaha
pertambangan PT. Bumi Merapi Energi dan sekitarnya antara lain monyet,

II-4

siamang, anjing hutan, berbagai jenis ular, berbagai jenis burung, dan babi
hutan.
TABEL II.1

DATA CUACA TAHUN 2010 PADA WIUP PT. BUMI MERAPI ENERGI

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

II.4. Keadaan Geologi

Keberadaan suatu endapan material termasuk batubara sangat


dikontrol oleh kondisi geologi baik secara regional maupun lokal. Keadaan

II-5

geologi sebagai pengontrol suatu endapan batubara mencakup litologi (batuan)


dan struktur geologi. Jenis litologi yang dapat diketahui dari penampang
stratigrafi baik secara regional maupun lokal.
II.4.1 Stratigrafi Regional
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sarjono (1989),
formasi di daerah penyelidikan termasuk kedalam Cekungan Sumatera Selatan
yang secara umum tersusun oleh batuan sedimen Tersier yang diendapkan di
atas batuan Pra-Tersier.
Pada umumnya stratigrafi regional daerah penyelidikan dapat dikenal
sebagai satu daur/siklus besar (megacycle) yang terdiri dari suatu trangresi yang
diikuti regresi. Formasi yang terbentuk dalam fase transgresi dikelompokkan
menjadi Kelompok Telisa (Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi
Baturaja dan Formasi Gumai). Sedang yang terbentuk dalam fase regresi
dikelompokkan menjadi Kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi
Muara Enim dan Formasi Kasai).
Urutan stratigrafi regional (Gambar 2.2) daerah penyelidikan dari tua ke
muda adalah sebagai berikut :
1. Formasi Talangakar (TAF), termasuk kedalam kelompok Telisa, memiliki
ketebalan 100 m 800 m, berumur Oligosen akhir Miosen awal. Pada
bagian bawah disusun oleh perlapisan batupasir kasar sampai sangat kasar,
dan perselingan serpih dengan batubara Ke arah atas berkembang menjadi
perselingan lapisan antara serpih dan batupasir.
2. Formasi Baturaja, termasuk kedalam kelompok Telisa, memiliki ketebalan
50 m- 200 m, berumur Miosen Awal. Terdiri dari batugamping terumbu,
kalkarenit dengan sisipan serpih gampingan dan batupasir gampingan,
merupakan fasies terumbu neritik.
3. Formasi Gumai (GUF), memiliki ketebalan 150 m 1500 m, berumur
Miosen Awal - Tengah. Terdiri dari batulempung dengan sisipan
batulempung tufaan napal, batupasir dan serpih dengan sedikit glaukonitan.
Formasi ini diendapkan fasies marin terbuka yang dalam.

II-6

4. Formasi Air Benakat (ABF), termasuk kedalam Kelompok Palembang,


memiliki ketebalan 330 m 600 m, berumur Miosen tengah - akhir. Terdiri
dari batulempung dengan sisipan batulempung tufaan napal, batupasir dan
serpih, merupakan fasies endapan litoral sampai marin dangkal.
5. Formasi Muara Enim (MEF), termasuk kedalam Kelompok Palembang,
memiliki ketebalan 250 m 800 m, berumur Miosen akhir - Pliosen.
Terdiri dari batulempung, perselingan batupasir dengan batubara,
merupakan endapan air payau.
6. Formasi Kasai (KAF), termasuk kedalam Kelompok Palembang, memiliki
ketebalan > 200 m, berumur Pliosen. Terdiri dari konglomerat dengan
fragmen kuarsa dan batupasir kuarsa, batulempung. Formasi ini merupakan
fasies endapan darat dan danau.

II-7

Sumber : Sarjono , 1989 ; Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010

GAMBAR 2.2
STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
II.4.2 Struktur Geologi
Pada daerah Serelo struktur geologi yang berkembang adalah kekarkekar sheared yang pada umumnya berkedudukan N 010 - 020 E/ 50 - 70
dan N 080 E / 60 - 80 dan kekar lainnya N 045 E/80 dan N 280 E/80 .
Sedangkan sesar yang berkembang adalah sesar mendatar geser kanan dengan

II-8

kedudukan N 010 - 020 E/ 80 , lipatan sinklin menunjam ke arah timur


adalah yang mengontrol di daerah Serelo.
Daerah Serelo tersusun oleh satuan batupasir yang terdiri dari
batupasir halus kuning kecoklatan, banyak silika dan batupasir sisipan
batulempung (1 cm 5 cm) dan batubara (1 cm 2 cm). Selanjutnya
terendapkan di atasnya satuan batulempung yang terdiri dari batulempung
masif abu-abu dan coklat kekuningan dan batulempung sisipan batupasir (1
cm 5 cm). Kedudukan kedua lapisan batuan tersebut secara umum N 260 300 E/ 10 - 30 yang mempunyai arah sudut kemiringan ke utara dan ke
selatan. Dapat dilihat pada Peta Geologi pada Lampiran B.
Lapisan batubara terdapat diantara satuan batupasir dan satuan
batulempung, tetapi secara umum dijumpai merupakan perselingan pada
satuan batulempung dengan ketebalan antara 1 m 7 m. Lapisan batubara di
daerah Serelo memiliki ketebalan 7-10 m. Lapisan batubara di satuan
batupasir, satuan batulempung dan lapisan batubara termasuk dalam formasi
Muaraenim, yang berumur Miosen akhir dan terendapkan pada lingkungan
delta.
II.5

Cadangan dan Kualitas Batubara


Lapisan batubara pada daerah penelitian hanya terdiri dari satu seam.
Berdasarkan data hasil pemboran diketahui ketebalan rata-rata batubara adalah
7,34 meter. Berdasarkan perhitungan cadangan dengan jarak pengukuran
terukur menurut SNI (jarak titik informasi < 300 m) sumberdaya terukur di
daerah Serelo sebesar 13.241.421,75 ton dengan Stripping Ratio 3:1 dan di
daerah Kungkilan sebesar 19.214.581,71 ton dengan Stripping Ratio 6:1.
Kualitas batubara yang terdapat

pada wilayah PT. Bumi Merapi

Energi diperlihatkan pada Tabel II.2. Jenis batubara yang ditambang oleh PT.
Bumi Merapi Energi ini menurut ASTM termasuk dalam jenis Subbituminus
(Caloric Value = 5500-7000 Kcal/Kg).
TABEL II.2

II-9

KU
ALITAS BATUBARA PT. BUMI MERAPI ENERGI

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

II.6 Kegiatan Penambangan Secara Umum pada PT. Bumi Merapi Energi
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Bumi Merapi Energi
adalah sistem tambang terbuka jenis Strip Mine. Penimbunan tanah penutup
dilakukan dengan cara in-pit dump artinya material overburden ditimbun pada
dumping area yang berada di dalam pit.

II-10

Aktivitas penambangan pada Pit Serelo dimulai dari pengupasan dan


pemuatan overburden, pengangkutan overburden, perataan disposal area,
penggalian dan pemuatan batubara, pengangkutan batubara, perataan batubara
di ROM stockpile, aktivitas pendukung tambang, pengendalian air tambang, dan
kegiatan reklamasi. Namun, sebelum aktivitas penambangan dilakukan, terlebih
dahulu dilakukan pembersihan lahan (land clearing). Untuk aktivitas
penambangan batubara pada Pit Serelo, PT. Bumi Merapi Energi menggunakan
alat-alat mekanis seperti pada Table II.3.
TABEL II.3
ALAT-ALAT MEKANIS YANG DIGUNAKAN PADA DAERAH
PENAMBANGAN PT. BUMI MERAPI ENERGI
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Merek
Daewoo S 500 LCV
Daewoo S 340 LCV
LIU GONG B 180
CAT LG 418
Volvo SD 100 DC
Hino 125 HD 4WD
Hino FM 320
Hino FM 320 Patria

Jenis
Excavator
Excavator
Dozer
Grader
Compactor Vibro
Water Truck
Dump Truck
Dump Truck

Jumlah
3
1
3
1
1
3
3
5

Sumber : Rencana Penutupan Tambang PT. Bumi Merapi Energi, 2010.

II.6.1 Land Clearing


Land clearing atau pembersihan lahan yaitu pembersihan pada bagian
permukaan tanah dari vegetasi yang menutupinya. Aktivitas ini merupakan
aktivitas awal sebelum penggalian endapan batubara ditambang. Jenis dan
ukuran dari vegetasi yang akan dibersihkan akan menjadi pertimbangan dalam
teknis pembersihan lahan. Alat mekanis yang biasa digunakan pada aktivitas
land clearing adalah Bulldozer. Pada saat penelitian aktivitas land clearing
pada pit Serelo telah dilakukan.
II.6.2 Pengupasan dan Pemuatan Overburden

II-11

Kegiatan ini dilakukan untuk mengupas lapisan tanah penutup


(overburden) sehingga didapatkan endapan batubara (Gambar 2.3) yang
kemudian akan dimuat ke alat angkut (Gambar 2.4). Pengupasan dan
pemuatan overburden dilakukan dengan menggunakan excavator tipe
backhoe Doosan 500 LCV dengan kapasitas bucket 2,54 m3 (Lampiran C).
Pada PT. Bumi Merapi Energi kegiatan ini meliputi pengupasan top
soil, sub soil, dan overburden. Pada saat penelitian dilakukan pengupasan top
soil dan sub soil telah selesai dilakukan, yang dapat diamati hanya proses
pengupasan lapisan overburden.

GAMBAR 2.3
AKTIVITAS PENGUPASAN OVERBURDEN

II-12

GAMBAR 2.4
AKTIVITAS PEMUATAN OVERBURDEN
Jenis Overburden pada tambang batubara PT. Bumi Merapi Energi
adalah lempung (clay). Overburden diangkut dan kemudian ditimbun di
dumping area (Gambar 2.5) yang jaraknya sekitar 250 m dari front
penambangan.

GAMBAR 2.5
PENGANGKUTAN OVERBURDEN PADA DUMPING AREA
II.6.3

Pengangkutan Overburden

II-13

Lapisan overburden yang telah dibongkar selanjutnya diangkut ke


tempat penimbunan material tanah penutup (dumping area) sekitar 250 m
dari front penambangan ke arah Selatan. Pengangkutan overburden (Gambar
2.6) dilakukan dengan menggunakan dump truck Hino FM 320 tipe Perahu
dengan kapasitas bak 10,16 m3 (Lampiran D).

GAMBAR 2.6
PENGANGKUTAN OVERBURDEN
II.6.4

Perataan Overburden pada Dumping Area


Kegiatan ini bertujuan untuk meratakan lapisan overburden yang
dibuang sehingga tidak mengganggu kerja dump truck pada saat dumping.
Selain itu fungsinya untuk mengatur posisi dumping area sesuai dengan
rancangan (Gambar 2.7). Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah
Bulldozer dengan kapasitas blade 9,4 m3 (Lampiran E).

II-14

GAMBAR 2.7
PERATAAN DUMPING AREA DENGAN BULLDOZER
II.6.5

Penggalian Batubara
Kegiatan penggalian batubara (Gambar 2.8) dilakukan setelah lapisan
tanah penutup dipindahkan. Penggalian batubara di PT. Bumi Merapi Energi
dilakukan sejajar jurus (strike) lapisan batubara, kemudian menerus ke arah
kemiringan (dip) endapan sesuai dengan penyebaran batubara. Alat galimuat yang digunakan adalah Excavator Doosan 500LCV type Back Hoe
dengan kapasitas bucket 2,54 m3 (Lampiran C). Pada saat penelitian
dilaksaanakan penggalian batubara hanya dikerjakan oleh satu buah
excavator.

GAMBAR 2.8
AKTIVITAS PENGGALIAN BATUBARA
II.6.6

Pemuatan Batubara

II-15

Pemuatan batubara pada pit Serelo PT. Bumi Merapi Energi


dilakukan dengan cara top loading dimana posisi alat gali muat lebih tinggi
dari posisi alat angkut dan alat gali muat berada di atas lapisan batubara yang
akan digali (Gambar 2.9).

GAMBAR 2.9
AKTIVITAS PEMUATAN BATUBARA
Posisi ini sangat menguntungkan ketika posisi lapisan batubara yang
akan dimuat lebih tinggi dari posisi alat angkut sehingga cocok untuk sistem
kerja dari excavator back hoe.
II.6.7

Pengangkutan Batubara
Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan

batubara

hasil

penggalian dari front penambangan menuju ke tempat penimbunan


sementara di lokasi tambang yang sering disebut ROM stock (Gambar 2.10).
Batubara yang diangkut selanjutnya akan ditimbun pada ROM stock yang
berjarak 250 m dari front penambangan ke arah Tenggara, seperti yang
terlihat pada dan Gambar 2.11. Pengangkutan batubara menggunakan alat

II-16

angkut Dump Truck Hino FM 320

tipe Patria dengan kapasitas bak

(heaped) 17,78 m3 (Lampiran F).

GAMBAR 2.10
KEGIATAN PENGANGKUTAN BATUBARA

II-17

GAMBAR 2.11
PENIMBUNAN BATUBARA DI ROM STOCK
II.6.8

Pengendalian Air Tambang (Mine Drainage)


Pengendalian air dalam tambang sangat penting karena berhubungan
dengan kelancaran produksi. Apabila air dalam tambang tidak dikeluarkan
maka dapat mengganggu produktivitas alat khususnya alat gali muat, karena
air dapat masuk ke front penambangan.
Upaya mengeluarkan air dalam tambang dapat dilakukan dengan cara
langsung

(curative)

maupun

tidak

langsung

(preventive).

Untuk

mengeluarkan air dari lokasi penambangan yang berasal dari air hujan
maupun air tanah, PT. Bumi Merapi Energi menggunakan sistem langsung
dengan menggunakan pompa Sykes HH 150 (Gambar 2.12). Sebagian
volume air pada daerah tambang tertampung pada main sump yang berada di
tengah pit (Gambar 2.13). Selanjutnya air tambang dipompa ke kolam
pengendapan lumpur (KPL) sebelum dialirkan ke sungai. Pada PT. Bumi
Merapi Energi kolam pengendapan lumpur dibuat bertingkat (Gambar 2.14)
dengan tujuan agar air tambang yang akan dibuang ke lingkungan semakin
aman dan sesuai dengan mutu baku lingkungan.

II-18

GAMBAR 2.12
PENGERINGAN PIT DENGAN POMPA SYKES HH 150

GAMBAR 2.13
MAIN SUMP

II-19

GAMBAR 2.14
KOLAM PENGENDAPAN LUMPUR (KPL)
II.6.9

Aktivitas Pendukung Tambang


Selain aktivitas yang dijelaskan sebelumnya terdapat juga kegiatan
lain yang bertujuan untuk mendukung kegiatan penambangan, antara lain :
1. Penyiraman jalan angkut yang bertujuan untuk mengurangi debu pada
saat musim kering. Alat yang digunakan adalah water truck jenis Hino
125 HD 4WD (Gambar 2.15).

GAMBAR 2.15
WATER TRUCK HINO 125 HD 4WD
Tambang terbuka sangat dipengaruhi oleh cuaca oleh sebab itu
aktivitas ini sangat penting untuk mencegah debu yang beterbangan baik
akibat pengggalian overburden ataupun penggalian batubara. Namun
yang paling banyak menghasilkan debu adalah dari jalan tambang.

II-20

Keberadaan debu ini yang sangat mengganggu proses pengangkutan


oleh sebab itu debu harus diminimalkan dengan cara penyiraman.
2. Perawatan dan pemeliharaan jalan angkut yang bertujuan untuk menjaga
produktivitas alat angkut pada operasi pengangkutan. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan grader jenis Cat LG 418 (Gambar
2.16).

GAMBAR 2.16
PERAWATAN JALAN DENGAN GRADER
3. Pengerasan jalan di jalur hauling batubara atau di daerah temporary
stockpile yang dikerjakan oleh Compactor Vibro jenis Volvo SD 100
DC (Gambar 2.17) bertujuan untuk memadatkan jalan dan mengurangi
slipery pada alat angkut khususnya pada saat musim hujan.

II-21

GAMBAR 2.17
PEMADATAN JALAN OLEH COMPACTOR VIBRO
4. Perawatan alat mekanis bertujuan menjaga kondisi alat agar tetap bisa
beroperasi dengan optimal. Kegiatan ini dilakukan di workshop
(Gambar 2.18) yang lokasinya sekitar 150 m dari ROM stock.

GAMBAR 2.18
AKTIVITAS PERAWATAN ALAT MEKANIS PADA WORKSHOP

II-22

II.6.10 Pelaksanaan Reklamasi


Kegiatan reklamasi pada tambang batubara PT. Bumi Merapi Energi
dilakukan seiring berjalannya proses produksi. Reklamasi tambang
dilaksanakan dalam wujud revegetasi pada daerah bekas tambang (Gambar
2.19). Kegiatan reklamasi dilakukan sebagai bentuk kepedulian PT. Bumi
Merapi Energi terhadap lingkungan.

GAMBAR 2.19
AREA REVEGETASI TAMBANG PADA PT. BUMI MERAPI ENERGI

You might also like