Professional Documents
Culture Documents
VASOMOTOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung.8
Kerangka tulang terdiri dari : 8,9
1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung )
2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontalis
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan
yang terletak dibagian bawah hidung, yaitu :8,9
1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago alar mayor )
3. Beberapa pasang kartilago alar minor
4. Tepi anterior kartilago septum nasi
Otot-otot ala nasi terdiri dari dua kelompok yaitu :9
1. Kelompok dilator :
- m. dilator nares ( anterior dan posterior )
- m. proserus
- kaput angulare m. kuadratus labii superior
2. Kelompok konstriktor :
- m. nasalis
- m. depresor septi
B. Hidung dalam
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya. Kavum nasi bagian
anterior disebut nares anterior dan bagian posterior disebut nares posterior
( koana ) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.8
a. Vestibulum
Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai
banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrisae.8
b. Septum nasi
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.
Bagian tulang terdiri dari : 8,9
- lamina perpendikularis os etmoid
- vomer
- krista nasalis os maksila
- krista nasalis os palatina
Bagian tulang rawan terdiri dari : 8,9
- kartilago septum ( lamina kuadrangularis )
- kolumela
c. Kavum nasi
! Dasar hidung
Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus
horisontal os palatum.8,9
! Atap hidung
Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus frontalis
os maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian besar atap
hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui filamen-filamen n. olfaktorius
yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian
teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior. 8,9
! Dinding lateral
Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os
lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis
os palatum dan lamina pterigoideus medial.9
! Konka
Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media
dan konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. Konka
suprema ini biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri
yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media,
superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid.8
! Meatus nasi
Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut meatus. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar
hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara
duktus nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media dan dinding
lateral rongga hidung. Disini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan
sinus etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara
konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan
sinus sfenoid.8
! Dinding medial
Dinding medial hidung adalah septum nasi. 8
Pendarahan Hidung
Pendarahan untuk hidung bagian dalam berasal dari 3 sumber utama: 9
1. a. etmoidalis anterior, yang mendarahi septum bagian superior anterior dan
dinding lateral hidung.
2. a. etmoidalis posterior ( cabang dari a. oftalmika ), mendarahi septum bagian
superior posterior.
3. a. sfenopalatina, terbagi menjadi a. nasales posterolateral yang menuju ke
dinding lateral hidung dan a. septi posterior yang menyebar pada septum
nasi.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.
maksilaris interna, diantaranya ialah ujung a. palatina mayor dan a. sfenopalatina
yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki
rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung
mendapat pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis. 8
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.
sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a. palatina mayor, yang
disebut pleksus Kiesselbach ( Littles area ) yang letaknya superfisial dan mudah
cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis.8
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan
dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena
oftalmika superior yang berhubungan dengan sinus kavernosus.8,9
Persarafan hidung
1. Saraf motorik oleh cabang n. fasialis yang mensarafi otot-otot hidung bagian
luar. 3
2. Saraf sensoris.
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior, merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari
n. oftalmika ( N.V-1 ). Rongga hidung lainnya , sebagian besar mendapat
persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatina. 3
3. Saraf otonom.
Terdapat 2 macam saraf otonom yaitu : 3
a. Saraf post ganglion saraf simpatis ( Adrenergik ).
Riwayat penyakit
Pemeriksaan THT
Struktur abnormal ( - )
Tanda tanda infeksi ( - )
Pembengkakan pada mukosa ( + )
Hipertrofi konka inferior sering dijumpai
Radiologi
X Ray / CT
Bakteriologi
Test alergi
Ig E total
- Normal
Prick Test
RAST
DIAGNOSIS BANDING11
1. Rinitis alergi
2. Rinitis infeksi
Mulai serangan
Etiologi
Gatal & bersin
Gatal dimata
Test kulit
Sekret hidung
Eosinofil darah
Rinitis alergi
Belasan tahun
Riwayat terpapar allergen ( +
)
Reaksi Ag - Ab terhadap
rangsangan spesifik
Menonjol
Sering dijumpai
Positif
Peningkatan eosinofil
Meningkat
Rinitis vasomotor
Dekade ke 3 4
Riwayat terpapar allergen ( - )
Reaksi
neurovaskuler
terhadap
beberapa rangsangan mekanis atau
kimia, juga faktor psikologis
Tidak menonjol
Tidak dijumpai
Negatif
Eosinofil tidak meningkat
Normal
Ig E darah
Neurektomi
n. vidianus
Meningkat
Tidak membantu
Tidak meningkat
Membantu
Jenis terapi
Reduksi konka
Prosedur
- Kauterisasi konka ( chemical atau
electrical )
- Diatermi sub mukosa
- Bedah beku ( cryosurgery )
Reseksi konka
Rinore
Vidian neurectomy
KESIMPULAN
1. Rinitis vasomotor merupakan suatu gangguan fisiologik neurovaskular
mukosa hidung dengan gejala hidung tersumbat, rinore yang hebat dan
kadang kadang dijumpai adanya bersin bersin.
2. Penyebab pastinya tidak diketahui. Diduga akibat gangguan keseimbangan
sistem saraf otonom yang dipicu oleh faktor-faktor tertentu.
3. Biasanya dijumpai setelah dewasa ( dekade ke 3 dan 4 ).
4. Rinitis vasomotor sering tidak terdiagnosis karena gejala klinisnya yang mirip
dengan rinitis alergi, oleh sebab itu sangat diperlukan pemeriksaan pemeriksaan yang teliti untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis lainnya
terutama rinitis alergi dan mencari faktor pencetus yang memicu terjadinya
gangguan vasomotor.
5. Penatalaksanaan dapat dilakukan secara konservatif dan apabila gagal dapat
dilakukan tindakan operatif.
KEPUSTAKAAN
1. Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,
Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,
1997. h. 107 8.
2.
Rhinitis vasomotor :
http://www.icondata.com/health/pedbase/files/RHINITI1.HTM
3. Kopke RD, Jackson RL. Rhinitis. Dalam : Byron J, Bailey JB,Ed. Otolaryngology
Head and Neck Surgery. Philadelphia: Lippincott Comp, 1993.p. 269 87.
Jones AS. Intrinsic rhinitis. Dalam : Mackay IS, Bull TR, Ed. Rhinology. ScottBrowns Otolaryngology. 6th ed. London : Butterworth-Heinemann, 1997. p. 4/9/1
17.
6. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan,
EGC, Jakarta, 1986, h. 183 8.
7.
8.
9.
Ballenger JJ. Aplikasi Kilinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus
Paranasal. Dalam : Ballenger JJ, Ed.Penyakit THT Kepala & Leher, Jilid 1,
Edisi ke 13. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994 . h. 1 25.
10