Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang terletak diantara tiga lempeng utama
dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Hal
tersebut mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat rawan
dengan bencana alam khususnya Gempa Bumi dan Tsunami dengan intensitas dan
kekuatan yang berbeda. Tsunami adalah serangkaian gelombang yang sangat
besar yang dihasilkan oleh gangguan bawah air seperti longsor, gempa bumi,
letusan gunung berapi, atau meteorit. Serangan tsunami dikategorikan sebagai
salah satu bencana alam yang tidak dapat diprediksi dimana dan kapan akan
terjadi. Tsunami telah memberi dampak yang merusak cukup banyak di
masyarakat kita, seperti manusia korban jiwa, cedera, dan kerusakan properti.
Mengantisipasi tsunami tidak hanya sekedar mengetahui akan terjadinya
bencana ini. Hal yang paling penting adalah mengupayakan bagaimana
meminimalkan jumlah korban jiwa dan kerugian lainnya. Salah satu caranya
adalah dengan mengevakuasi penduduk sekitar ke daerah yang aman dari dampak
tsunami tersebut, dan menentukan daerah yang aman sebagai tempat perlindungan
(escape building) dari bahaya tsunami. Di Indonesia, alternatif perencanaan
escape building evakuasi dengan menggunakan kearifan lokal seperti mesjid,
sekolah, rumah sakit, gedung tinggi, ataupun mendirikan bangunan evakuasi
(escape building) yang sangat mudah dijangkau masyarakat untuk menyelamatkan
diri ketika terjadi tsunami. yaitu dengan mengusulkan bangunan publik sebagai
escape building yang utama.
Diperlukan penanganan secara sistematis dan terencana untuk membuat
suatu sistem evakuasi penduduk. Untuk perencanaan evakuasi diperlukan
infrastruktur penunjang, seperti bangunan escape building dan jaringan jalan
minimnya
berbagai
macam
penelitian
tentang
evaluasi
2. Terdapatnya teluk,
3. Batimetri (topografi) kelautan oleh pembentukan gunung bawah laut,
4. Terletak di dekat pinggiran pertemuan subduksi Lempeng BenuaSamudera, dan
5. Adanya struktur geologi kompleks khususnya sesar naik / sesar turun.
Potangaroa (2008)
menyelidiki gerakan berjalan orang berdasarkan video yang diambil saat tsunami
Evakuasi
Meter/detik
1.5
1.0-1.5
1.0
person)
Sumber : Potangaroa (2008)
lebih dari satu. Escape building bisa berupa bangunan penting ataupun bangunan
tidak penting. Bangunan penting bisa berupa sarana publik seperti bangunan
sekolah, kantor pemerintahan, sarana kesehatan, pasar, sarana peribadatan dan
lain-lain. Sedangkan bangunan tidak penting dapat berupa rumah penduduk yang
memiliki lantai lebih dari satu. Namun bangunan rumah bersifat pribadi sehingga
bangunan yang lebih diutamakan menjadi escape building berupa bangunan
sarana publik. Bangunan yang berpotensi menjadi escape building selanjutnya
akan dinilai kelayakannya. Tingkat kelayakan bangunan escape building dinilai
berdasarkan kearifan lokal seperti variabel lokasi bangunan yang strategis,
ketinggian bangunan yang akan dinilai berdasarkan jumlah lantai, volume
bangunan yang akan dinilai berdasarkan daya tampung/luas bangunan, dan jenis
bangunan.
Selain menggunakan nilai kearifan lokal seperti menggunakan
bangunan yang sudah ada sebagai escape building tsunami, juga dapat
membangun bangunan yang berfungsi khusus untuk evakuasi sementara korban
tsunami atau biasa disebut dengan Escape Building.
Merencanakan pembangunan escape building juga tidak bisa terlepas
dari berbagai macam syarat dan kriteria agar bangunan dapat berfungsi seperti
yang telah direncanakan. Salah satu contoh escape building yang telah dibangun
pemerintah yang bekerjasama dengan pemerintah Jepang adalah escape building
yang terletak di Gampong Lambung, Kota Banda Aceh, dan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Pada escape building ini, hanya lantai 3, 4 dan seterusnya yang
difungsikan atau dapat menampung masyarakat untuk menyelamatkan diri. Pada
lantai 1 dan 2 dipersiapkan sebagai tempat lewatnya aliran tsunami yang melanda
deaerah tersebut.
10
11
12
Gambar 8. Buoy
Sumber : InaTEWS - BMKG
13
memperbaiki,
memperbaharui,
mengelola,
memanipulasi,
14
jaringan, diantaranya adalah analisis routing, travel directions, closest facility, dan
analisis service area. ArcGIS Network Analyst bisa digunakan untuk pemodelan
lalu lintas pada kondisi darurat dalam situasi yang dinamis diantaranya adalah
pembatasan kecepatan, pengaturan arah, pembatasan ketinggian dan kondisi lalu
lintas pada setiap waktu yang berbeda. Network Analyst juga bisa digunakan
untuk analisis jaringan untuk berbagai jenis aplikasi diantaranya perencanaan
transportasi, pemilihan rute terbaik, pemilihan fasilitas terdekat pada kondisi
darurat dan identifikasi service area di sekitar lokasi fasilitas (ESRI, 2008).
Dalam network analysis ArcGIS terdapat tools service area. Studi ini
mendefinisikan service area sebagai area minimal dimana penduduk dapat
mencapai escape building evakuasi yang terdekat dari tempat tinggalnya dengan
berjalan kaki dalam durasi waktu evakuasi (clearance time). Waktu evakuasi
dalam
studi
ini
didefinisikan
sebagai
waktu
minimal
dimulai
sejak
15
16
dilakukan input data seperti data jarak terjauh untuk evakuasi, baik pada
kondisi escape building eksisting, maupun juga skenario
2. Analisa waktu evakuasi
Proses evakuasi tsunami merupakan suatu proses yang kompleks, dimana
proses ini bertujuan untuk menyelamatkan seluruh warga pada saat keadaan
darurat, dalam hal ini adalah saat peristiwa tsunami. Analisa waktu evakuasi
dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam proses evakuasi
tsunami hingga ke escape building yang telah di tetapkan.
a. Waktu datang gelombang
Waktu datang gelombang tsunami berbeda-beda di setiap titik. Menurut
Murat Saatcioglu, dkk, (2005), menyebutkan bahwa waktu datangnya
gelombang hingga ke Banda Aceh adalah 15 menit, dengan ketinggian di
laut dalam sebesar 60 cm dan kecepatan 500-600 km/hr, dan ketinggian di
laut dangkal mencapai hingga 20-30 m dengan kecepatan 10 km/hr.
berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini mengasumsikan waktu
datang gelombang tsunami adalah 15 menit.
b. Asusmsi waktu Publikasi EWS tersebar di media local
Ina-TEWS mampu memberikan peringatan dini tsunami dalam waktu 5
menit setelah kejadian gempa bumi yang berpotensi membangkitkan
tsunami.
c. Asumsi kecepatan berjalan saat evakuasi
Dari teori cepat rambat gelombangtsunami dan hubungannya dengan
proses evakuasi tsunami sebelumnya, dapat diasumsikan bahwa kecepatan
berjalan saat evakuasi diambil 1.0 m/detik atau 3.6 km/jam.
d. Jarak terjauh evakuasi
Waktu yang tersedia untuk evakuasi tsunami bergantung pada kemampuan
BMKG dalam memprediksi terjadinya tsunami setelah terjadinya gempa.
Semakin lama waktu prediksi tsunami, maka semakin kecil waktu yang
tersedia untuk evakuasi. Waktu yang tersedia untuk evakuasi tsunami
adalah waktu datang gelombang tsunami dikurangi dengan waktu
publikasi EWS (Khalifatullah, 2013).
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa waktu datang gelombang
tsunami sampai garis pantai kota Banda Aceh sangat kecil, yaitu 15 menit
(berdasarkan kejadian tsunami Aceh 26 Desember 2004). Penelitian ini
17
Waktu datang
Gelombang Tsunami
Waktu Publikasi
EWS
Waktu Respon
Evakuasi Penduduk
Skenario 1
15 menit
0 menit
15 menit
Skenario 2
15 menit
3 menit
12 menit
Skenario 3
15 menit
6 menit
9 menit
Skenario 4
15 menit
9 menit
6 menit
18
Mulai
Pengumpulan Data
Data Spasial
Data Non-Spasial
Analisis Data
Digitasi Peta
Prediksi Waktu
Evakuasi
Database jaringan
jalan
Analisa Jaringan
(Network Analysis)
Evaluasi Escape
building Eksisting
Alternatif Perencanaan
Escape building
Selesai
19
H. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2013, Banda Aceh Dalam Angka (Banda Aceh In
Figure) 2013, Banda Aceh: BPS.
BMKG, 2010, InaTEWS; Konsep dan Implementasi, Jakarta, BMKG
Fauzi.A, et al., 2013, Tsunami, Yogyakarta, Universitas Jogjakarta.
20
21