Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
misalnya
enterovirus.19,20
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan yang jernih.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah Mycobacterium tuberculosa,
Toxoplasma gondii, Ricketsia dan virus. Meningitis purulenta adalah radang bernanah
araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara
lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok),
Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus
Bunyaviridae
Virus Ensefalitis California
Virus LaCrosse
Virus Jamestown Canyon
Paramyxoviridae
Paramiksovirus
Virus Parotitis
Virus Parainfluenza
Morbilivirus
Virus Campak
Orthomyxoviridae
Influenza A
Influenza B
Arenaviridae
Virus khoriomeningitis limfostik
Picornaviridae
Enterovirus
Poliovirus
Koksakivirus A
Koksakivirus B
Ekhovirus
Reoviridae
Orbivirus
Virus demam tengu Colorado
Rhabdoviridae
Virus Rabies
Retroviridae
Lentivirus
Virus imunodefisiensi manusia tipe 1 dan tipe 2
Onkornavirus
Virus limfotropik T manusia tipe 1
Virus limfotropik T manusia tipe 2
Herpesviridae
Herpes virus
Virus Herpes simpleks tipe 1
Virus Herpes simpleks tipe 2
Virus Varisela zoster
Virus Epstein Barr
Sitomegalovirus
Sitomegalovirus manusia
Adenoviridae
Adenovirus
2.
Bakteri
Haemophilus influenza
Neisseria menigitidis
Streptococcus pneumonia
Streptococcus grup B
Listeria monocytogenes
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Mycobacterium tuberkulosa
3.
Parasit
Protozoa
Plasmodium falciparum,
Toxoplasma gondii,
Naegleria fowleri (Primary amebic
meningoencephalitis),
Granulomatous amebic encephalitis
Helminthes
Taenia solium,
Angiostrongylus cantonensis
4.
Rickettsia
Rickettsia ( Rocky Mountain)
Fungi
Criptococcus neoformans
Coccidiodes immitis
Histoplasma capsulatum
Candida species
Aspergillus
Paracoccidiodes
timbulnya gejala klinik. Diperlukan kontak yang lebih erat dengan penderita agar
Jepang adalah penyebab ensefalitis yang paling banyak. Virus Valley fever di Afrika
dan Timur tengah, Amerika latin, dan berbagai belahan di dunia. Ensefalomieletis
pasca infeksi dapat mengikuti semua tetapi yang paling sering dikaitkan dengan
campak. Sindrom Guillane Barre telah dikaitkan dengan infeksi Virus Epstein Barr,
cytomegalovirus, coxsackie B, Virus Herpes zooster. Pasien dengan imunodefisiensi
sangat rentan dengan virus tertentu yaitu orang-orang dengan sel imunitas yang
lemah termasuk pasien yang terinfeksi virus HIV
dalam
mengurus organ
dan
jaringan
yang
terdapat di kepala. Otak terdiri atas otak besar atau serebrum (cerebrum), otak kecil
atau cerebelum (cerebellum) dan batang otak (trunkus serebri). Jaringan otak
dibungkus oleh tiga selaput otak (meninges) yang dilindungi oleh tulang tengkorak
dan mengapung dalam suatu cairan yang berfungsi menunjang otak yang
lembek dan halus sebagai penyerap goncangan akibat pukulan dari luar terhadap
kepala.24
2.3.2. Histologi Susunan Saraf Pusat
Bila dibuat penampang melintang bagian-bagian dari susunan saraf pusat,
akan terlihat adanya jaringan dengan warna berbeda. Sebagian tampak berwarna
putih dan sebagian lagi berwarna agak gelap (kelabu). Atas dasar itu, susunan saraf
pusat dibagi menjadi substansia grisea yang berwarna kelabu dan substansia alba
yang berwarna putih. Warna kelabu ini disebabkan oleh banyaknya badan sel saraf di
bagian tersebut, sedangkan warna putih ditimbulkan oleh banyaknya serabut saraf
yang bermielin, sel saraf yang terdapat dalam susunan saraf pusat juga dapat dibagi
menjadi sel saraf dan sel penunjang. Sel penunjang merupakan sel jaringan ikat
yang tidak berfungsi untuk menyalurkan impuls. Pada sel saraf serabut dengan
diameter besar ditandai dengan nama serabut alpha atau A, beta atau B untuk
yang lebih kecil dan gamma untuk yang lebih kecil lagi pada ujung-ujung saraf yang
membentuk sinaps, ternyata terdapat gelembung yang menghasilkan macam-
macam zat kimia. Karena demikian banyaknya sinaps yang terdapat di otak, secara
keseluruhan otak dapat dianggap sebagai sebuah kelenjar yang sangat besar.25
2.3.3. Anatomi Selaput Otak
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur
syaraf
melekat erat pada permukaan luar otak atau medula spinalis.25 Ruangan di antara
araknoid dan piameter disebut subaraknoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi
sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang
belakang.26
ialah melalui saraf perifer atau secara retrograde axoplasmic spread misalnya oleh
virus-virus herpes simpleks, rabies dan herpes zoster. Di dalam susunan saraf pusat
virus menyebar secara langsung atau melalui ruang ekstraseluler. Infeksi virus dalam
otak dapat menyebabkan meningitis aseptik dan ensefalitis (kecuali rabies). Pada
ensefalitis terdapat kerusakan neuron dan glia dimana terjadi peradangan otak, edema
otak, peradangan pada pembuluh darah kecil, trombosis, dan mikroglia.27
Amuba meningoensefalitis diduga melalui berbagai jalan masuk, oleh karena
parasit penyebabnya adalah parasit yang dapat hidup bebas di alam. Kemungkinan
besar infeksi terjadi melalui saluran pernapasan pada waktu penderita berenang di air
yang bertemperatur hangat.28 Infeksi
yang
disebabkan
oleh
protozoa
jenis
toksoplasma dapat timbul dari penularan ibu-fetus. Mungkin juga manusia mendapat
toksoplasma karena makan daging yang tidak matang. Dalam tubuh manusia, parasit
ini dapat bertahan dalam bentuk kista, terutama otot dan jaringan susunan saraf pusat.
Pada fetus yang mendapat toksoplasma melalui penularan ibu-fetus dapat timbul
berbagai manifestasi serebral akibat gangguan pertumbuhan otak, ginjal dan bagian
tubuh lainnya. Maka manifestasi dari toksoplasma kongenital dapat berupa: fetus
meninggal dalam kandungan, neonatus menunjukkan kelainan kongenital yang nyata
misalnya mikrosefalus, dll.23
2.5. Gejala Klinis
Kebanyakan pasien meningoensefalitis menunjukkan gejala-gejala meningitis
dan ensefalitis (demam, sakit kepala, kekakuan
perubahan kesadaran, konvulsi, dan kadang-kadang tanda neurologik fokal, tandatanda peningkatan tekanan intrakranial atau gejala-gejala psikiatrik.29 Kualitas
kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang
paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons
terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem
persarafan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma
maka penilaian
tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau pemberian asuhan
keperawatan.30 Dalam klinik dikenal tingkat-tingkat kesadaran : compos mentis,
incompos mentis (apatis, delirium, somnolen, sopor, coma).
-
Apatis : sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan, tidak segera menjawab bila
ditanya.
Sopor : penurunan kesadaran yang dalam, dimana penderita hanya dapat dibangunkan
dalam waktu singkat oleh rangsang nyeri yang hebat dan berulang-ulang
Coma adalah penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak
ada respon terhadap nyeri. 31
Pada riwayat pasien meliputi demam, muntah, sakit kepala, letargi, lekas
marah, dan kaku kuduk.32 Neonatus memiliki gambaran klinik berbeda dengan anak
dan orang dewasa. Meningitis karena bakteri
dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi, diare. Kejang terjadi pada lebih
kurang
44%
anak
dengan penyebab
Streptococcus pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok.
Gangguan kesadaran berupa apatis, letargi, renjatan, koma. Pada bayi dan anak-anak
(usia 3 bulan hingga 2 tahun) yaitu demam, malas makan, muntah, mudah
terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk
dan tanda Kernig dan Brudzinski positif. Pada anak-anak dan remaja terjadi demam
tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti oleh perubahan sensori, fotofobia, mudah
terstimulasi dan teragitasi, halusinasi, perilaku agresif, stupor, koma, kaku kuduk,
tanda Kernig dan Brudzinski positif. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa
permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa hebat
sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. Biasanya dimulai
dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas. Selanjutnya terjadi kaku kuduk,
opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan takikardi karena septikimia.27,33
Meningitis yang disebabkan Mumpsvirus ditandai dengan anoreksia dan
malaise, diikuti pembesaran kelenjar parotid sebelum terjadinya invasi ke susunan
saraf
dan demam,
disertai dengan
timbulnya ruam kulit makulo papular yang tidak disertai gatal terdapat pada
wajah, leher, dada dan badan.22
Keluhan utama pada penderita ensefalitis yaitu sakit kepala, demam,
kejang disertai
Famili Togavirus (memiliki gejala yang sangat bervariasi, mulai dari yang tanpa
gejala sampai terjadinya sindrom demam akut disertai demam berdarah dan
gejala-gejala sistem saraf pusat). Western Equine Virus (WEE) pada umumnya
menimbulkan infeksi yang sangat ringan, gejala pada orang dewasa dapat berupa
letargi, kaku kuduk dan punggung, serta mudah bingung dan koma yang tidak
tetap. Gejala berat pada anak berupa konvulsi, muntah dan gelisah, yang sesudah
sembuh akan menimbulkan cacat fisik dan mental yang berat.30,22 Gejala yang
mungkin tampak dengan penyebab Japanese B enchephalitis virus adalah panas
mendadak, nyeri kepala, kesadaran yang menurun, fotofobi, gerak tidak
terkoordinasi, hiperhidrosis. Pemeriksaan laboratorium berupa uji serologis misalnya
ELISA terhadap bahan atau cairan serebrospinal menunjukkan adanya IgM. Uji
fiksasi komplemen menunjukkan nilai titer yang meningkat 4 kali lipat.34,35
Mycobakterium
tuberkulosa
varian hominis dapat terjadi pada segala umur, yang tersering adalah pada anak umur
6 bulan - 5 tahun.27,37 Insiden meningoensefalitis mumps lebih banyak ditemui pada
laki-laki yaitu sekitar 3-5 kali lebih banyak. Usia yang tersering ialah tujuh tahun dan
40% berusia di atas 15 tahun.38
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh
banyak menyerang anak berusia antara 3 tahun dan 15 tahun.35 Ensefalitis herpes
virus dapat terjadi pada semua umur, paling banyak kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 40 tahun. Ensefalitis herpes virus memiliki angka mortalitas 15-20% dengan
pengobatan dan 70-80% tanpa pengobatan.39 Neonatus masih mempunyai imunitas
maternal. Tetapi setelah umur 6 bulan imunitas itu lenyap dan bayi dapat mengidap
gingivo-stomatitis virus herpes simpleks. Infeksi dapat hilang timbul dan berlokalisasi
pada perbatasan mukokutaneus antara mulut dan hidung. Infeksi-infeksi tersebut
jinak sekali. Tetapi apabila neonatus tidak memperoleh imunitas maternal terhadap
virus herpes simpleks atau apabila pada partus neonatus ketularan virus herpes
simpleks dari ibunya yang mengidap herpes genitalis, maka infeksi dapat berkembang
menjadi viremia.23
H. influenzae penyebab yang paling sering di Amerika Serikat, mempunyai
insiden tahunan 32-71/100.000 anak di bawah 5 tahun. Insiden ini jauh lebih tinggi
pada anak-anak Indian Navayo dan Eskimo Alaska (masing-masing 173 dan
3.
Batita
N. meningitidis
S. pneumoniae
H. influenzae
Lain-lain
Anak yang lebih tua
S. pneumoniae
N. meningitidis
Lain-lain
45
40
10
5
50
40
10
b. Tempat
Frekuensi penyakit yang tinggi dilaporkan pada orang-orang Afrika-Amerika,
penduduk asli Amerika, dan masyarakat di daerah pedesaan.40 Sekitar 20.000 kasus
ensefalitis terjadi di Amerika Serikat setiap tahun, dengan ensefalitis herpes simpleks
menyebabkan sekitar 10% dari kasus ini. Meningoensefalitis yang disebabkan oleh
Tick born encephalitis dengan CFR di Asia yaitu 20% dan di Eropa (1-5%).41
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh Ensefalitis Jepang tersebar luas di
Asia Timur dari Korea sampai Indonesia, Cina, India dan Kepulauan Pasifik Barat.42
Infeksi
dilaporkan di 41 negara, dan dari catatan 8.500 kasus dilaporkan pada tahun 2003.20
Infeksi Plasmodium falciparum tersebar di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara.
Taenia Solium tersebar di Amerika Latin dan Rickettsia di Amerika bagian
tenggara.21
c. Waktu
Meningoensefalitis
musim panas karena penularan virus terjadi oleh arthropoda seperti nyamuk atau
kutu yang aktif selama waktu itu. Infeksi virus parotitis lebih sering pada akhir
musim dingin dan awal musim semi. Infeksi herpes virus dan virus imunodefisiensi
manusia terjadi sporadis selama setahun.19 Infeksi dengan mumps
virus bersifat
endemik sepanjang tahun. Di daerah 4 musim, puncak periode terjadi pada musim
dingin dan musim semi.22
Bakteri dengan penyebab N. meningitidis dan S. pneumoniae yang memuncak
pada bulan-bulan musim dingin, H.influenzae memperlihatkan penyebaran bifasik
yang memuncak pada permulaan musim dingin dan musim semi, dan L.
monocytogenes yang terjadi paling sering pada bulan-bulan musim panas. Penjelasan
atas pola musiman ini terletak pada cara penularan organisme; Meningokokus,
Pneumokokus, dan Haemofilus menyebar melalui jalur pernapasan biasa, dan Listeria
didapat akibat kontaminasi melalui makanan atau akibat berkontak dengan hewan
ternak.40
pada jalur komplemen. Infeksi meningokokus beresiko pada individu yang menderita
defisiensi komponen terminal sistem komplemen.19
Meningoensefalitis mumps terutama menyerang secara akut anak-anak dan
dewasa muda. Angka kejadian yang sukar dipastikan karena infeksi subklinis dari
sistem saraf pusat dilaporkan terjadi lebih dari 65% kasus. Bang dan Bang
menemukan
adanya peningkatan sel yang abnormal pada cairan otak dari 62%
berbeda dan pada kelompok pasien yang berbeda. Eschericia coli, Streptococcus
grup B, Listeria biasanya terjadi pada Neonatus, Haemophilus influenzae pada umur
Stensen
atau dari mulut, darah, kencing, air susu ibu dan cairan otak.
yang disusul oleh virus ECHO (17%). Ensefalitis primer dengan penyebab yang tidak
diketahui dan ensefalitis para-infeksiosa masing-masing mencakup 40% dan 41%
dari semua kasus ensefalitis yang telah diselidiki.23
Enterovirus
dari meningoensefalitis
pada
periode neonatal, tetapi jarang menyebabkan ensefalitis pada bayi yang lebih tua,
anak-anak atau orang dewasa.20 Penyebab amuba meningoensefalitis adalah amuba
terutama Naegleria fowleri. N.fowleri merupakan organisme termofilik golongan
amuba flagelata yang hidup bebas di air tawar yang panas.35
Infeksi saraf yang disebabkan oleh infeksi oportunistik telah
dilaporkan
Primary Amoeba
Meningoencephalitis, Epstein
Barr virus
Cytomegalovirus
Toxoplasma gondii memiliki 3 macam bentuk, menyebabkan bermacammacam cara penularan penyakit dan patogenesis yang berbeda-beda. Bentuk takhizoit
adalah bentuk proliferatif yang ditemukan selama infeksi akut. Bentuk bradizoit ada
dalam kista jaringan. Bentuk ookista ditemukan hanya dalam usus kucing. Ookista
menjadi infeksius sesudah mengalami sporulasi yang terjadi dari 1 sampai 21 hari
pasca defekasi. Hanya sekitar 10% individu yang terinfeksi menunjukkan gejalagejala.19
c. Lingkungan
Infeksi meningokokus dan H.influenzae berkolerasi dengan kontak antar
individu. Kolonisasi nasofaringeal dari N.meningitidis meningkat jumlahnya jika
banyak anak muda wajib dinas militer dikumpulkan di barak-barak. Amuba
meningoensefalitis dapat bersangkut paut dengan berenang di danau segar yang
mengandung amuba. Infeksi arbovirus terjadi jika ada kontak dengan vektor yang
berupa arthropoda yang telah terinfeksi. Binatang peliharaan sering terinfeksi
Toksoplasma gondii dan mudah menularkan infeksinya kepada manusia di
sekelilingnya.23
Meningoensefalitis (tuberkulosa) banyak terdapat pada penduduk dengan
keadaan sosio-ekonomi rendah, penghasilan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari,
perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup dan tinggal atau tidur
berdesakan, higiene yang buruk, dan tidak mendapat fasilitas imunisasi.27
serta adanya kondisi patologik lainnya.46,27 Tingkat kematian virus mencakup 4075% untuk herpes simpleks, 10-20% untuk campak, dan 1% untuk gondok.37
Penyakit pneumokokus juga lebih sering menyebabkan gejala sisa jangka
panjang (kurang dari 30% kasus) seperti hidrosefalus, palsi nervus kranials, defisit
visual dan motorik, serta epilepsi.36 Gejala sisa penyakit terjadi pada kira-kira 30%
penderita yang bertahan hidup, tetapi juga terdapat predileksi usia serta patogen,
dengan insidensi terbesar pada bayi yang sangat muda serta bayi yang terinfeksi oleh
bakteri gram negatif dan S. pneumoniae. Gejala neurologi tersering adalah tuli, yang
terjadi pada 3-25% pasien; kelumpuhan saraf kranial pada 2-7% pasien; dan cedera
berat seperti hemiparesis atau cedera otak umum pada 1-2% pasien. Lebih dari 50%
pasien dengan gejala sisa neurologi pada saat pemulangan dari rumah sakit akan
membaik seiring waktu, dan keberhasilan dalam implan koklea belum lama ini
memberi harapan bagi anak dengan kehilangan pendengaran.40
2.8. Komplikasi
Komplikasi dari meningitis tuberkulosa adalah hidrosefalus, epilepsi,
gangguan jiwa, buta karena atrofi N.II, kelumpuhan otot yang disarafi N.III, N.IV,
N.VI, hemiparesis. Komplikasi dari meningitis purulenta adalah efusi subdural, abses
otak, hidrosefalus, paralisis serebri, epilepsi, ensefalitis, tuli, renjatan septik.37
dengan
Selain itu dilakukan pencegahan terhadap gigitan nyamuk dan dilakukan prosedur
pengamanan tindakan dan pekerjaan laboratorium.35
2.9.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat
masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit.48 Deteksi dini anak-anak yang mengalami kelainan neurologis
sangat penting karena adanya kemungkinan untuk mengembangkan potensinya di
kemudian hari melalui program intervensi diri. Untuk mengenal kelainan neurologik,
pemeriksaan neurologik dasar merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan.49
a. Diagnosis
a.1.
Pemeriksaan Penunjang
pada darah
ditemukan jumlah
meningoensefalitis
kecacatan.18,48