Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang,
biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuler.1
Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Survey Kesehatan Indera tahun 1993 1996 menunjukkan 1,5%
penduduk Indonesia mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak (52%),
glaukoma (13,4%), kelainan refraksi (9,5%), gangguan retina (8,5%), kelainan
kornea (8,4%) dan penyakit mata lain.4 Pada tahun 2020, 79,6 juta orang
diperkirakan memiliki glaukoma, di mana 11,2 juta dari mereka akan menjadi
buta secara bilateral.5
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan angka kebutaan sebesar 0,9%.
Dengan angka tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan (2,6%) dan terendah di
Provinsi Kalimantan Timur (0,3%). Sementara hasil Survei Kebutaan dan
Kesehatan Mata di Propinsi Jawa Barat tahun 2005, menunjukkan, pada kelompok
usia di atas 40 tahun prevalensi glaukoma sebesar 1,2 % dan prevalensi kebutaan
karena glaukoma sebesar 0,1% dari total kebutaan sebesar 4,0 %.4
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang
tinggi, 2% penduduk berusia lebih 40 tahun menderita. Glaukoma dapat juga
didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang, pria lebih banyak diserang dari
pada wanita.2 Di Indonesia glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal
cukup banyak yang menjadi buta karenanya.3
Glaukoma sudut tertutup didapatkan pada 10-15% kasus ras kulit putih.
Presentase ini jauh lebih tinggi pada orang Asia dan suku Inuit. Glaukoma sudut
tertutup primer berperan pada lebih dari 90% kebutaan bilateral akibat glaukoma
di China.1
Pada tahun 2010 Prevalensi glaukoma sudut tertutup kronik diseluruh
dunia pada pada usia 40 tahun atau lebih mencapai 0.69%, dengan Cina
Prevalensi tertinggi 1.26%. pada tahun 2010 jumlah penduduk dunia
yang
1
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari : 1,2
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang
mengelilingi kanalis Schlemm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur
(insersi dari m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya
diliputi oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang,
sehingga bila ada darah di dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.
Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada
dinding sebelah dalam, terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan
langsung antara trabekula dan kanalis Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar
saluran kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan
sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar. 1
Lebar sudut
Konfigurasi
Kesempatan
Struktur pada
IV
35-45
Terbuka lebar
untuk menutup
Nihil
Gonioskopi
SL, TM, SS,
III
II
20-35
20
Terbuka
Sempit
Nihil
Mungkin
CBB
SL, TM, SS
SL, TM
I
0
10
0
(moderate)
Sangat sempit
Tertutup
Tinggi
Tertutup
Hanya SL
tidak tampak
struktur
Keterangan :
SL : Schwalbes line, TM : trabecular meshwork, SS : scleral spur, CBB : ciliary
body band.
2.1.3 Fisiologi humor akueus (Aqueous Humour)
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior
dan posterior mata, diproduksi di korpus siliaris. Volumenya sekitar 250 uL,
dengan kecepatan pembentukan sekitar 1,5-2 uL/menit. Tekanan osmotik sedikit
lebih tinggi dari plasma. Komposisi mirip plasma, kecuali kandungan konsentrasi
askorbat, piruvat dan laktat lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa lebih
rendah. Setelah memasuki kamera posterior, melalui pupil akan masuk ke kamera
anterior dan kemudian ke perifer menuju sudut kamera anterior.1,2
Gambar 4 : drainase
aqueous humor Akueus
2.2.GLAUKOMA
2.2.1 DEFINISI
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki satu
gambaran berupa kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang
disebabkan karena peningkatan tekanan intraokular. Sebagai akibatnya akan
terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan. 4
Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang perifer pada
tahap awal dan kemudian akan mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini
dapat tidak bergejala karena kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma
dapat diobati jika dapat terdeteksi secara dini.4
Tekanan intraokuler (TIO), meupakan tekanan yang diakibatkan oleh
cairan intraokuler pada pembungkus bola mata. TIO normal bervariasi yakni 1021 mmHg, dan ini dapat dipertahankan jika terdapat dinamika keseimbangan
antara pembentukan dan drainase cairan. Selain itu TIO dipengaruhi oleh faktor
8
lokal dan faktor general. Faktor lokal adalah pembentukan cairan, resistensi aliran,
tekanan vena episleral, dan dilatasi pupil. Adapun faktor general adalah; riwayat
keturunan, usian jenis kelamin, variasi diurnal, posisi, tekanan darah dan anestesi
umum.2
2.2.2. EPIDEMIOLOGI
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang
tinggi. Sekitar 2 % dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita
glaukoma. Glaukoma juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria
lebih banyak diserang daripada wanita. 1,4
2.2.3. ETIOLOGI
Glaukoma terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan
dan pengaliran humor akueus. Pada sebagian besar kasus, tidak terdapat penyakit
mata lain (glaukoma primer). Sedangkan pada kasus lainnya, peningkatan tekanan
intraokular, terjadi sebagai manifestasi penyakit mata lain (glaukoma sekunder).2,4
2.2.4
FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya glaukoma,
yang lain. Alasan perbedaan ini belum dapat dijelaskan. Pada orang-orang
asia cenderung untuk menderita glaukoma sudut tertutup, sedangkan pada
orang ras yang lain justru beresiko untuk terjadi glaukoma meskipun tekanan
intraokuler rendah.
3. Riwayat Keluarga dengan Glaukoma. Jika seseorang memiliki riwayat
keluarga dengan glaukoma, akan berpotensi untuk menderita glaukoma,
riwayat keluarga meningkatkan resiko 4 hingga 9 kali lipat.
4. Kondisi medis. Diabetes meningkatkan reskio glaukoma, selain itu
riwayat darah tinggi atau penyakit jantung juga berperan dalam
meningkatkan resiko. Faktor risiko lainnya termasuk retinal detasemen,
tumor mata dan radang pada seperti uveitis kronis dan iritis. Beberapa jenis
operasi mata juga dapat memicu glaukoma sekunder.
5. Cedera fisik. Trauma yang parah, seperti menjadi pukulan pada mata,
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan mata. Selain itu cedera juga dapat
menyebabkan terlepasnya lensa, tertutupnya sudut drainase. Selain itu dapat
juga menyebabkan glaukoma sekunder sudut terbuka. Glaukoma jenis ini
dapat terjadi segera setelah terjadinya trauma atau satu tahun kemudian.
Cedera tumpul seperti mata memar atau cedera tumbus pada mata dapat
merusak sistem drainase mata, kerusakan pada sistem drainase ini yang
seringkali memicu terjadinya glaukoma. Cedera paling umum yang
menyebabkan trauma pada mata adalah aktivitas yang berhubungan dengan
olahraga seperti baseball atau tinju.
10
Tabel 2.
11
2.2.5. KLASIFIKASI
Dua jenis Glaucoma yang umum adalah Prymary Open Angle Glaucoma
atau Glaukoma sudut terbuka dan Acute Angle Closure Glaucoma atau Glaukoma
sudut tertutup. Pada umumnya, orang suku Afrika dan Asia lebih tinggi risikonya
untuk menderita Glaucoma dan kehilangan penglihatannya daripada orang kulit
putih dan Glaucoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan di Asia.
Tabel 3. Kalsifikasi glaucoma berdasarkan etiologi.
A. Glaukoma Primer
1. Glaucoma sudut terbuka
a.
b.
12
D. Glaukoma Absolut
13
akut, terjadi peningkatan yang tiba-tiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat
terjadi dalam beberapa jam serta disertai nyeri yang sangat pada mata. Mata
menjadi merah, kornea membengkak dan kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan
ini merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan segera karena kerusakan
terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan kerusakan
penglihatan yang menetap.
Tidak semua penderita dengan glaucoma sudut tertutup akan mengalami
gejala serangan akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang
kronis. Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak
ada gejala yang nyata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara
iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah
jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa dicegah dengan memberikan
pengobatan.
Faktor anatomis yang menyebabkan sudut sempit adalah :6
-
- Tumbuhnya lensa
- Iris tebal
Akomodasi
Letak lensa lebih kedepan
- Dilatasi pupil
- Kongesti badan cilier
Palpebra : Bengkak
Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi silier,
Nyeri hebat
Kemerahan ( injeksi siliaris )
Pengelihatan kabur
Melihat halo
Mual muntah
d. Diagnosis
16
e. Diagnosis Banding
Iritis akut menimbulkan foto fobia lebih besar daripada glaukoma
primer akut, tekanan intraokular biasanya tidak meningkat, pupil kontriksi,
dan kornea biasanya tidak edematosa. Dikamera anterior tampak jelas selsel, dan terdapat injeksi siliaris dalam.
Pada konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak
terdapat gangguan penglihatan. Terdapat tahi mata, injeksi konjungtiva hebat
tapi tidak terdapat injeksi siliaris. Respon pupil dan tekanan intraokular
normal, dan kornea jernih. Keadaan pada glaukoma akut primer perlu
diagnosis banding juga dengan glaukoma sudut tertutup sekunder,
membedakannya dengan mencari penyebab sekundernya.
e. Penatalaksanaan
Terapi awal ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular,
gliserin 1-1,5 cc/kg BB dapat dicampur dengan sari jeruk dengan volume
yang sama, dapat juga dipakai manitol 20% 1 cc/kg BB larutan intravena
(infus 60 150 tetes/menit). Acetanolamide 500 mg IV atau 500 mg oral
17
18
Sakit kepala sebelah pada mata yang sakit (timbul pada waktu sore hari
karena pupil middilatasi sehingga iris menebal dan menempel pada
19
Peningkatan TIO
yang sempit
Sinekia anterior ( dengan tingkatan yang bervariasi )
Kelainan diskus optikus dan lapangan pandang.
-Sudut
coa
e.Penatalaksanaan :2
maupun setelahnya
Tindakan bedah trabekulektomi bila TIO diatas 21 mmHg setelah tindakan
Tonometry digital
21
22
Bukti klinis lain adanya kerusakan neuromn pada glaukoma adalah atrofi
lapisan serat saraf . Hal ini dapat terdeteksi (tanda Hoyt) dengan
oftalmoskopi terutama apabila digunakan cahaya bebas merah- dan
mendahului terbentuknya perubahan-perubahan pada diskus optikus.
2.2.7.4 Perimetry: Uji lapang pandangan masing-masing mata.
Uji lapang pandangan sangat penting untuk mendeteksi glaucoma sudut
terbuka dan memantau penurunan visus. Setiap penderita yang diduga
menderita glaucoma harus diperiksa secara periodic dengan beberapa cara:
-
daerah sentral.
-
Perimeter automatis
24
2.2.8
PENATALAKSANAAN
2.2.8.1 Medikamentosa
1. Supresi Pembentukan Humor Aqueous
Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan untuk
terapi glaukoma. Timolol 0,25 % dan 0,5 %, betaksolol 0,25 % dan
0,5 %.
jernih dan
dapat
menyebabkan
peningkatan
tekanan intraokular
yang cukup besar.
Iridotomi perifer secara bedah menghasilkan keberhasilan jangka panjang yang
relatif baik.
2. Trabekuloplasti Laser
26
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase normal,
sehingga
terbentuk
akses
langsung
dari
kamera
anterior
kejaringan
subkonjungtiva atau orbita , dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insrsi selang
drainase
2.4 Siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat dipertimbangkan tindakan
destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah. Semua teknik siklodestruktif
dapat menyebabkan ptisis bulbi.
BAB 3
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu keadaan patologi dimana terjadinya peningkatan
tekanan intraokular (TIO) yang lebih tinggi dari normal secara berangsur-angsur
akan merusak serabut saraf optik yang terdapat di dalam bola mata sehingga
27
Akut
Subakut
Kronik
Iris Plateau
2) Glaukoma Kongenital
3) Glaukoma Sekunder
4) Glaukoma Absolut
Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata
selama hidupnya. Hal tersebut dikarenakan tajam penglihatan dapat menghilang
secara perlahan tanpa diketahui penderitanya. Obat-obat yang dipakai perlu
dikontrol oleh dokter spesialis mata agar disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa saraf mata yang sudah mati tidak
dapat diperbaiki lagi. Medikamentosa dan tindakan pembedahan hanya untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut dari saraf mata tersebut. Karena kerusakan yang
disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan
penanganan harus dilakukan sedini mungkin.Meskipun belum ada cara untuk
28
tekanan
bola
mata
dan
mencegah
kerusakan
penglihatan lebih lanjut. Semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar
tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul, FRCS,
FRCOphth. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta. 2009.
hal; 12 dan 212-229
2. Khurana, A.K. Comprehensive Opthalmology. 4th edition. New Age
International (P) limited. New Delhi. 2007. Hal 205-208
29
30