You are on page 1of 24

FERTILISASI

• Fertilisasi adalah pertemuan antara sel telur dengan sperma (pembuahan)


• Tahapan:
1. Transportasi
a. sperma
b. sel telur
2. Fertilisasi dan Pembelahan Awal
3.Pembelahan dan Pembentukan Blastosis
Transportasi Gamet

Transportasi Sperma
• Tempat fertilisasi: oviduct (tuba fallopi’i)
• Tujuan: memberikan peluang bagi sperma untuk mengalami kapasitasi
• Proses perjalanan:
- Deposisi semen: Vagina (manusia, sapi, kambing, dll)
Uterus (kuda, babi, dan rodensia)
- Jumlah sperma:
Variasi jumlah sperma dan deposisi ejakulasi spermatozoa pada beberapa spesies hewan
Spesies Rata-rata jumlah Deposisi sperma Jumlah sperma yang
sperma/ejakulasi (miliar) mencapai ampulla
oviduct
Mencit 50 Uterus <100
Tikus 58 Uterus 500
Kelinci 280 Vagina 250-500
Marmot 80 Vagina/uterus 25-50
Sapi 3000 Vagina Beberapa
Domba 1000 Vagina 600-700
Babi 8000 Uterus 1000
Manusia 280 Vagina 200
Lama waktu transportasi sperma mulai saat koitus (inseminasi) sampai mencapai oviduct.
Hewan Waktu Bagian tuba
Mencit 15 menit Ampulla
Tikus 15-30 menit Ampulla
Hamster 2-60 menit Ampulla
Kelinci beberapa menit Ampulla
Marmut 15 menit Ampulla
Anjing 2 menit-beberapa jam Oviduct
Babi 15 menit Ampulla
Sapi 2-13 menit Ampulla
Domba 6 menit-beberapa jam Ampulla
Wanita 5-68 menit Oviduct
Vagina

• pH vagina 5,7
• pH plasma seminal 7,2-7,8
• persentase sperma yang mencapai uterus relatif kecil
• saat koitus:
- sebagian sperma mampu mencapai oviduct karena kontraksi waktu koitus
- sebagian terdorong ke uterus oleh kontraksi vagina
- sebagian besar mati
Serviks

• Menghubungkan vagina dan uterus


• Konsistensinya di bawah kontrol endokrin
- Estrogen: tipis dan berair, memfasilitasi perjalanan sperma
- Progesteron:tebal dan mukus kental, menghalangi sperma masuk
• Perjalanan sperma pada serviks tergantung motilitas sperma itu sendiri
• Fase perjalanan sperma pada serviks
1. Fase cepat: sperma segera ditemukan pada oviduct setelah 5 menit koitus
2. Fase kolonisasi:sperma masuk dalam kripta-kripta glandula serviks
3. Fase lambat:
• Adanya fase ini membuat peluang terjadinya fertilisasi lebih besar
• Merupakan barier untuk sperma
Uterus

• Perjalanan pada uterus karena kontraksi uterus


- sperma bergerak cepat dari distal uterus ke oviduct, uterus sangat panjang,
sperma akan mati apabila bergerak dengan motilitasnya sendiri
• Kontraksi uterus karena pengaruh PGF2 alpha dan oksitosin
• Tempat yang tidak menguntungkan untuk sperma
UTJ

• Bagian yang menghubungkan ujung kornua uterus dengan oviduct


• Katup di bawah pengaruh hormonal
• Bukti sebagai barier: pada hewan dengan deposisi semen di uterus
Deposisi miliaran, ditemukan di oviduct jutaan sperma
OVIDUCT

• Unik karena gamet berjalan berlawanan arah tetapi bertemu di ampulla


• Sperma : mukus sel- sel oviduct
• Ovum : silia
Transportasi sel telur
• Sel telur yang dilepaskan COC’s
• Sel telur masuk ke oviduct melalui ostium
• Fimbriae mengarahkan ovum ke ostium (ovataxis)
• Pengangkutan difasilitasi oleh sel-sel kumulus sehingga mudah ditangkap
oleh silia fimbriae
• Lama transportasi ovum ke oviduct:

Variasi waktu yang diperlukan dalam perjalanan sel telur di dalam oviduct pada beberapa
spesies
Spesies Waktu dalam oviduct (jam)
Sapi 90
Domba 72
Kuda 98
Babi 50
Kucing 148
Anjing 168
Kera 96
Opossum 24
Wanita 48-72
Fertilisasi dan Pembelahan Awal

 Sperma harus mengenali, berikatan pada dan akhirnya melewati zona pellucida
yang mengelilingi oosit. Sperma kemudian harus berikatan pada membran sel telur
(membrane vitellin).
 Sel telur tidak hanya harus respon terhadap sperma, tetapi juga harus secara aktif
mencegah lebih dari satu sperma yang memfertilisasi. Fertilisasi oleh dari satu
sperma adalah tidak baik.
• Proses yang terjadi pada sperma
1. Kapasitasi
- Suatu perubahan fisiologis pada sperma sehingga mampu
mengadakan fertilisasi/proses pelepasan bahan-bahan pelapis
membran spermatozoa terutama pada bagian akrosom sehingga
dapat berinteraksi dengan sel telur
- Tempat: saluran reproduksi betina (lihat Gambar)

2. Reaksi Akrosom
- Ikatan sperma dengan oosit harus melewati zona pellucida
- Untuk dapat menembus oosit sperma harus mengalami reaksi
akrosom
- Reaksi akrosom: pecahnya akrosom dan pelepasan isinya
- Akrosom terutama terdiri dari enzim hyaluronidase dan acrosin
Fase reaksi akrosom spermatozoa. a) akrosom utuh b) eksositosis dan terbentuknya vesikel
akrosom c) hilangnya akrosom pada spermatozoa yang
membuahi AC=akrosom, OA=membran akrosom luar, PM=membran
plasma, ES=segmen ekuator, IA=membran akrosom dalam
Penetrasi pada Zona

a. hipotesis mekanik (faktor motilitas)


Penembusan spermatozoa dalam sel telur pada hipotesis ini didasarkan oleh gerakan
mekanik ekor spermatozoa yang membuka zona secara mekanik dengan cara
menggerakkan ekor secara kuat.

b. hipotesis enzimatis (faktor enzim)


Berlawanan dengan hipotesis di atas, spermatozoa menerobos pelindung telur tergantung
enzim. Hyaluronidase akrosom dilepas ketika spermatozoa menembus kumulus.
Hyaluronidase adalah enzim yang dihasilkan dalam testis. Enzim ini berfungsi melarutkan
asam hyaluronat yang merekatkan sel-sel kumulus. Peranan hyaluronidase banyak
diragukan, sebab meski beberapa hewan ada yang tidak mempunyai enzim itu (contohnya
anjing) namun spermatozoa juga dapat membuahi. Tetapi, ternak oligospermia jika diberi
tambahan ekstrak hyaluronidase dapat menjadi fertil
Pencegahan Polispermi
1. Reaksi Zona

1. Zona pellucida mengeras. Hal ini menyebabkan sperma tidak dapat melanjutkan
perjalanan dan berhenti di dalam zona.
2. Reseptor sperma di dalam zona pellucida dihancurkan. Oleh karena itu, sperma lain
yang belum berikatan pada zona pellucida tidak dapat lagi berikatan sehingga hanya
sperma tunggal yang dapat memfertilisasi sel telur.

2. Blokade Vitellin

Sperma yang memfertilisasi secara aktif ditelan oleh vitellin, tetapi berikutnya, permukaan
vitellin tidak respon pada kontak sperma dan selanjutnya tidak ditelan (ditangkap)
Gambaran Fertilisasi
Pembelahan dan Pembentukan Blastosis
Lama Kebuntingan
Lama kebuntingan pada beberapa mamalia
Lama Bunting Lama Bunting
Hewan Hewan
(Hari) (Hari)
Unta 406 Hyena 110
Kucing 62 Kanguru 40
Sapi 280 Singa 108
Simpanse 237 Mink 50
Anjing 62 Monkey, rhesus 164
Lumba-lumba 276 Tikus 21
Gajah Afrika 640 Opposum 13
Musang 42 Orangutan 245-275
Rubah 52 Babi 113
Jerapah 395-425 Kelinci 32
Kambing 151 Mencit 21
Marmut 68 Reindeer 215-245
Hamster 16 Seal, northern fur 350
Landak 35-40 Domba 148
Kuda 337 Skunk 62
Wanita 266 Squirrel, grey 44
Pencegahan Polispermi

Reaksi Zona dan Blokade Vitellin


Sperma harus melewati 2 membran pada sel telur agar terjadi
fertilisasi yang komplit. Membran luar pertama yang harus dilewati
sperma adalah zona pellucida. Masuknya sperma ke dalam zona
pellucida difasilitasi oleh enzim proteolitik yang dilepaskan dari
kepala sperma ketika kehilangan akrosomnya yakni acrosin. Zona
pellucida mengalami beberapa perubahan setelah dilalui sperma
yang membuatnya tidak mudah untuk dimasuki oleh sperma
berikutnya. Ini disebut dengan reaksi zona dan diperlukan untuk
pencegahan terjadinya polispermi.

Efek ini adalah hasil 2 perubahan induksi di dalam zona pellucida:


1. Zona pellucida mengeras. Hal ini menyebabkan sperma tidak dapat
melanjutkan perjalanan dan berhenti di dalam zona.
2. Reseptor sperma di dalam zona pellucida dihancurkan. Oleh karena
itu, sperma lain yang belum berikatan pada zona pellucida tidak
dapat lagi berikatan sehingga hanya sperma tunggal yang dapat
memfertilisasi sel telur.
Mekanisme pertahanan yang lain mencegah polispermi diperlihatkan oleh
membran vitellin yang dikenal dengan istilah blokade vitellin (vitellin
block). Sperma yang memfertilisasi secara aktif ditelan oleh vitellin, tetapi
berikutnya, permukaan vitellin tidak respon pada kontak sperma dan
selanjutnya tidak ditelan (ditangkap).

You might also like