Professional Documents
Culture Documents
Transportasi Sperma
• Tempat fertilisasi: oviduct (tuba fallopi’i)
• Tujuan: memberikan peluang bagi sperma untuk mengalami kapasitasi
• Proses perjalanan:
- Deposisi semen: Vagina (manusia, sapi, kambing, dll)
Uterus (kuda, babi, dan rodensia)
- Jumlah sperma:
Variasi jumlah sperma dan deposisi ejakulasi spermatozoa pada beberapa spesies hewan
Spesies Rata-rata jumlah Deposisi sperma Jumlah sperma yang
sperma/ejakulasi (miliar) mencapai ampulla
oviduct
Mencit 50 Uterus <100
Tikus 58 Uterus 500
Kelinci 280 Vagina 250-500
Marmot 80 Vagina/uterus 25-50
Sapi 3000 Vagina Beberapa
Domba 1000 Vagina 600-700
Babi 8000 Uterus 1000
Manusia 280 Vagina 200
Lama waktu transportasi sperma mulai saat koitus (inseminasi) sampai mencapai oviduct.
Hewan Waktu Bagian tuba
Mencit 15 menit Ampulla
Tikus 15-30 menit Ampulla
Hamster 2-60 menit Ampulla
Kelinci beberapa menit Ampulla
Marmut 15 menit Ampulla
Anjing 2 menit-beberapa jam Oviduct
Babi 15 menit Ampulla
Sapi 2-13 menit Ampulla
Domba 6 menit-beberapa jam Ampulla
Wanita 5-68 menit Oviduct
Vagina
• pH vagina 5,7
• pH plasma seminal 7,2-7,8
• persentase sperma yang mencapai uterus relatif kecil
• saat koitus:
- sebagian sperma mampu mencapai oviduct karena kontraksi waktu koitus
- sebagian terdorong ke uterus oleh kontraksi vagina
- sebagian besar mati
Serviks
Variasi waktu yang diperlukan dalam perjalanan sel telur di dalam oviduct pada beberapa
spesies
Spesies Waktu dalam oviduct (jam)
Sapi 90
Domba 72
Kuda 98
Babi 50
Kucing 148
Anjing 168
Kera 96
Opossum 24
Wanita 48-72
Fertilisasi dan Pembelahan Awal
Sperma harus mengenali, berikatan pada dan akhirnya melewati zona pellucida
yang mengelilingi oosit. Sperma kemudian harus berikatan pada membran sel telur
(membrane vitellin).
Sel telur tidak hanya harus respon terhadap sperma, tetapi juga harus secara aktif
mencegah lebih dari satu sperma yang memfertilisasi. Fertilisasi oleh dari satu
sperma adalah tidak baik.
• Proses yang terjadi pada sperma
1. Kapasitasi
- Suatu perubahan fisiologis pada sperma sehingga mampu
mengadakan fertilisasi/proses pelepasan bahan-bahan pelapis
membran spermatozoa terutama pada bagian akrosom sehingga
dapat berinteraksi dengan sel telur
- Tempat: saluran reproduksi betina (lihat Gambar)
2. Reaksi Akrosom
- Ikatan sperma dengan oosit harus melewati zona pellucida
- Untuk dapat menembus oosit sperma harus mengalami reaksi
akrosom
- Reaksi akrosom: pecahnya akrosom dan pelepasan isinya
- Akrosom terutama terdiri dari enzim hyaluronidase dan acrosin
Fase reaksi akrosom spermatozoa. a) akrosom utuh b) eksositosis dan terbentuknya vesikel
akrosom c) hilangnya akrosom pada spermatozoa yang
membuahi AC=akrosom, OA=membran akrosom luar, PM=membran
plasma, ES=segmen ekuator, IA=membran akrosom dalam
Penetrasi pada Zona
1. Zona pellucida mengeras. Hal ini menyebabkan sperma tidak dapat melanjutkan
perjalanan dan berhenti di dalam zona.
2. Reseptor sperma di dalam zona pellucida dihancurkan. Oleh karena itu, sperma lain
yang belum berikatan pada zona pellucida tidak dapat lagi berikatan sehingga hanya
sperma tunggal yang dapat memfertilisasi sel telur.
2. Blokade Vitellin
Sperma yang memfertilisasi secara aktif ditelan oleh vitellin, tetapi berikutnya, permukaan
vitellin tidak respon pada kontak sperma dan selanjutnya tidak ditelan (ditangkap)
Gambaran Fertilisasi
Pembelahan dan Pembentukan Blastosis
Lama Kebuntingan
Lama kebuntingan pada beberapa mamalia
Lama Bunting Lama Bunting
Hewan Hewan
(Hari) (Hari)
Unta 406 Hyena 110
Kucing 62 Kanguru 40
Sapi 280 Singa 108
Simpanse 237 Mink 50
Anjing 62 Monkey, rhesus 164
Lumba-lumba 276 Tikus 21
Gajah Afrika 640 Opposum 13
Musang 42 Orangutan 245-275
Rubah 52 Babi 113
Jerapah 395-425 Kelinci 32
Kambing 151 Mencit 21
Marmut 68 Reindeer 215-245
Hamster 16 Seal, northern fur 350
Landak 35-40 Domba 148
Kuda 337 Skunk 62
Wanita 266 Squirrel, grey 44
Pencegahan Polispermi