Professional Documents
Culture Documents
TIM PENELITI :
B. Yusuf Habibi
Irsan Fahmi A.
Rahmadhi Prihandono
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....2
DAFTAR TABEL....3
ABSTRAK....4
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang.....5
Tujuan Penelitian........6
Hipotesis Penelitian,.......6
Tujuan Penelitian.....6
Kegunaan Penelitian.......6
Rancangan...11
Waktu....11
Alat dan Bahan....11
Cara Kerja....11
DAFTAR TABEL
1. Tabel IV.a : Hasil Pengamatan Tegangan Listrik.................................................12
ABSTRAK
Di jaman sekarang ini, kebutuhan akan adanya sumber energi semakin meningkat.
Hal ini menyebabkan dunia mengalami krisis energi, sehingga kebutuhan energi yang
ada tidak seimbang dengan sumber energi yang ada.
Namun, para ilmuwan telah menyadari keadaan ini sudah sejak lama. Mereka
melakukan berbagai inovasi guna menciptakan sumber energi yang ramah lingkungan,
murah dan renewable. Di antaranya adalah teknologi sel surya. Teknologi ini dapat
mengubah sinar menjadi sebuah energi listrik melalui efek photovoltaic.
Teknologi ini diharapkan dapat menjadi sebuah terobosan baru untuk menanggulangi
krisis energi di dunia. Tapi, teknologi ini masih terbilang cukup mahal. Hal ini diakibatkan
sel sel surya harganya masih mencapai jutaan dan hanya menghasilkan energi listrik
kurang dari 1000 watt.
Maka dari itu, kami berusaha membuat sel surya dari sebuah alat elektronika
sederhana bernama transistor. Transistor dapat ditemui di berbagai alat elektronika.
Dengan menggunakan satu buah transistor, dapat menghasilkan tegangan listrik yang
cukup besar (0,5V-0,7V).
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Krisis moneter yang dialami Indonesia dewasa ini secara langsung akan membawa
dampak yang semakin nyata terhadap berbagai program pemerintah seperti distribusi
penggunaan tenaga listrik ke seluruh wilayah Indonesia dan berbagai pengembangan
teknologi lainnya termasuk di dalamnya program riset yang merupakan embrio bagi
lahirnya revolusi teknologi. Dengan realita tersebut maka pengembangan listrik tenaga
surya yang berbasis kepada efek photovoltaic dari piranti Sel Surya sebagai salah satu
sumber tenaga listrik yang murah, bebas polusi, dan alami menjadi suatu pilihan yang
tepat.
Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh
permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi
surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya
yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 10 17 Watt. Jumlah
energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini.
Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar
sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di
seluruh dunia saat ini (sumber: Artikel Iptek, Brian Yulianto).
Selain itu, Indonesia adalah Negara yang berada pada garis khatulistiwa dan beriklim
tropis. Hal ini sangat mendukung sekali apabila diterapkannya penggunaan sel surya
pada Negara Indonesia, di mana panjang antara siang dengan malam hampir sama.
Sehingga kita bisa mendapatkan cahaya matahari yang lebih konstan daripada di Negara
lain yang bukan di garis khatulistiwa dan tidak memiliki iklim tropis yang mengakibatkan
panjang siang dengan malam berubah ubah sehingga setiap hari tidak mendapatkan
cahaya matahari yang konstan, sehingga pada saat lebih panjang malam dari pada
siang, cahaya matahari yang didapat menjadi lebih sedikit dari iklim tropis. Memang ada
sedikit untungnya bagi Negara yang jauh dari khatulistiwa karena pada saat musim
kemarau bisa mendapat cahaya matahari yang lebih panjang dari pada biasanya.
Namun, hal itu hanya pada musim panas saja. Jadi, solusi dari permasalahan di atas
diperlukannya berbagi inovasi kreatif agar kita tidak bergantung dengan SDA yang
semakin terbatas.
Namun realita yang ada sekarang ini penggunaan Sel Surya sebagai sumber listrik
masih sangat minim dan belum bisa diandalkan sebagai suatu sumber tenaga alternatif
yang dapat mengganti tenaga listrik (sumber: Artikel Sel Surya Danny Santoso M). Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti : kemampuan Sel Surya yang belum optimal
dalam menghasilkan tenaga listrik, proses pembuatan Sel yang memerlukan operasi
pembiayaan yang mahal, apalagi jika Sel tersebut masih harus diimpor bagi pembuatan
modul Sel Surya, dan lain sebagainya. Teknologi Sel Surya merupakan salah satu jenis
teknologi masa depan yang hingga kini para peneliti dari berbagai negara berlombalomba untuk memperoleh peranti Sel Surya yang murah dengan kualitas yang rasional
serta
dapat
dijadikan
produk
industri
yang
dapat
dipasarkan.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk memastikan kemampuan transistor OCL sebagai bahan sel surya
2. Untuk mengetahui efektivitas kinerja transistor OCL sebagai bahan sel surya
3. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi hasil kinerja transistor OCL
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat mengetahui kemampuan transistor OCL sebagai bahan sel surya
2. Dapat mengetahui efektivitas kinerja transistor OCL sebagai bahan sel surya
3. Sebagai bahan rujukan pengembangan sel surya menggunakan transistor OCL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SEJARAH SEL SURYA
Sejarah perkembangan industri Photovoltaic(PV) telah berjalan sekitar 50 tahun, dan
telah banyak pula penelitian dilakukan dengan harapan suatu saat dapat menghasilkan
sel surya yang murah dan layak dibanding dengan tenaga listrik buatan (hidro atau nuklir)
untuk memecahkan problem kebutuhan tenaga listrik yang ramah terhadap lingkungan
hidup di seluruh lapisan dunia ini.
Pada sekitar akhir abad 19, aliran listrik surya ditemukan oleh ahli fisika Jerman
bernama Alexandre Edmond Becquerel secara kebetulan di mana berkas sinar matahari
jatuh pada larutan elektro kimia bahan penelitian, sehingga muatan elektron pada larutan
meningkat, tidak ada penjelasan ilmiah pada peristiwa tersebut. Baru pada awal abad 20,
Albert Einstein menamakan penemuan peristiwa listrik alami ini dengan sebutan
Photoelectric Effect, yang kemudian merupakan pengertian dasar pada Photovoltaic
Effect (Albert Einstein mendapat Nobel Prize Fisika) Photoelectric Effect didapat dari
pengamatan Einstein pada selempeng metal yang melepaskan Photon partikel energi
cahaya ketika terkena sinar matahari. Foton-foton terus menerus mendesak atom-atom
metal dan terjadi partikel Energi Foton bersifat gelombang energi cahaya.
Gelombang cahaya sinar lembayung (ultraviolet) adalah sinar yang bermuatan energi
Foton tinggi dan panjang gelombangnya pendek, sedangkan sinar merah (infra-red)
adalah sinar yang bermuatan energi Foton rendah dan dalam bentuk gelombang
panjang. Kemudian sekitar tahun 1930, penelitian berlanjut dan berhubungan dengan
penemuan konsep Quantum Mechanics untuk menciptakan teknologi baru solid-state,
di mana kemudian perusahaan Bell Telephone Research Laboratories menciptakan Sel
Surya padat yang pertama. Tahun 1950 - 1960, teknologi disain dan efisiensi Sel Surya
terus berlanjut dan diaplikasikan ke pesawat ruang angkasa (photovoltaic energies).
Tahun 1970-an, dunia menggalakkan sumber energi alternatif yang terbarukan dan
ramah lingkungan, maka PV mulai diaplikasikan ke low power warning systems dan
offshore buoys (tetapi produksi PV tidak dapat banyak karena masih handmade).
Baru pada tahun 1980-an, perusahaan-perusahaan PV bergabung dengan instansi
energi pemerintah agar dapat lebih memproduksi PV sel dalam jumlah besar, sehingga
harga per sel surya dapat lebih ditekan serendah mungkin.
Sel Surya Galium Arsenide pada unsur periodik III-V berbahan semikonduktor ini sangat
efisien dan efektif dalam menghasilkan energi listrik sekitar 25%. Banyak digunakan pada
aplikasi pemakaian Sel Surya.
Sedangkan jenis sel surya silikon terpadu Thin Film, yaitu :
Terbentuk dari bahan materi thin film polycrystalline secara deposit, semprot, dan
evaporasi tingkat tinggi. Nilai efisiensi 16%
d. Keadaan atmosfer bumi berawan, mendung, jenis partikel debu udara, asap, uap
air udara (Rh), kabut dan polusi sangat menentukan hasil maksimum arus listrik
dari deretan PV.
e. Orientasi dari rangkaian PV (larik) ke arah matahari secara optimum adalah
penting agar panel/deretan PV dapat menghasilkan energi maksimum. Selain arah
orientasi, sudut orientasi (tilt angle) dari panel/deretan PV juga sangat
mempengaruhi hasil energi maksimum. Sebagai guidline: untuk lokasi yang
terletak
di
belahan
Utara
latitude,
maka
panel/deretan
utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua
sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar di mana daerah Basis memotong
arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat diubah
dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal
konduksi tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan variabel bebas (variabel
yang diteliti) transistor dan sumber cahayai. Variabel terikat (hasil penelitian) dalam
penelitian ini adalah besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh transistor OCL
B.
MTsN Malang I.
C.
1.
2.
Multimeter
3.
Penjepit Buaya
4.
Kabel
5.
Sumber Cahaya
D.
CARA KERJA
1.
2.
Buka penutup transistor agar solar cell di bagian dalam transistor dapat terkena
cahaya
3.
4.
5.
6.
10
7.
Ukurlah tegangan listrik dengan mengubah posisi arah penunjuk skala pada volt
meter ke arah batas ukur yang sesuai
8.
Amatilah besar tegangan listrik yang ditunjukkan oleh volt meter dan catatlah
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Data dari hasil pengamatan di sajikan pada tabel di bawah ini
No. Sumber Cahaya dan Panas
Tegangan yang di Hasilkan*)
1.
Uap Air Panas
0,14 - 0,25
2.
Api
0,17 - 0,28
3.
Lampu TL
0,20 - 0,30
4.
Lampu Neon
0,23 - 0,31
5.
Cahaya Matahari Dalam Ruangan
0,25 - 0,35
6.
Cahaya Matahari Langsung
0,30 - 0,50
7.
Cahaya Matahari yang difokuskan (+lup)
0,48 - 0,72
Tabel IV.a : Data Hasil Pengamatan Tegangan Listrik
Ket : *) Pengukuran menggunakan multimeter dengan penunjuk 20 DCV dan dengan
menggunakan satu buah transistor dan tergantung pada kualitas transistor
B. Pembahasan
Berdasarkan analisa data di atas menunjukkan bahwa tegangan listrik yang bisa di
dapatkan oleh transistor tidak hanya dari cahaya matahari melainkan juga dapat
menggunakan sumber cahaya lain dan juga suhu yang tinggi. Tegangan listrik lebih
banyak dihasilkan jika cahayanya difokuskan.
Dan berdasarkan analisa apabila transistor berada pada suhu yang sangat tinggi
tegangan yang dihasilkan dapat berkurang karena tingginya suhu pada transistor dapat
menghambat kinerja transistor (dapat merusak transistor juga).
Apabila transistor berada pada suhu normal (suhu cahaya matahari biasa yang
tanpa difokuskan) dapat menghasilkan tegangan lebih maksimal dari pada ketika
transistor berada pada suhu tinggi
Apabila ingin menggunakan transistor sebagai sumber energi listrik di butuhkan
transistor dalam jumlah yang banyak karena satu buah transistor hanya dapat
menghasilkan tegangan seperti yang telah di sajikan pada tabel di atas
11
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Transistor OCL dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembuatan sel surya
2.
Apabila transistor berada pada suhu normal tegangan listrik yang dihasilkan lebih
banyak daripada ketika transistor sedang panas
3.
Semakin fokus cahayanya maka semakin tinggi teganagn listrik yang dihasilkan
4.
Cahaya matahari menghasilkan tegangan paling tinggi dari pada sumber cahaya
yang lainnya.
B.
Saran
1.
Jika ingin membuat sel surya dari transistor itu membutuhkan banyak transistor
karena satu transistor hanya menghasilkan sedikit tegangan yang besarnya tidak
sampai satu volt
2.
3.
Usahakan transistor tidak terlalu lama berada pada suhu yang tinggi karena dapat
mengurangi besar tegangannya
12
DAFTAR PUSTAKA
1.
www.hermansyah21.blogpsot.com/2007/10/peningkatan-perolehan-energi-listrik.html.
Diakses pada tanggal 1 Nopember 2008.
13