Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
MUHAMMAD FAISAL AFFANDI
FEBRIA EKA CAHYA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau
kekuatan sendiri (Manuaba, 2001). Terdapat dua cara persalinan, yaitu
persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami
dan persalinan dengan operasi caesar (Sectio Caesarea), yaitu bayi
dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003).
Sectio Caesarea (SC) merupakan pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau
suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito, 2001).
Menurut Christine (2005) dalam tahun 30 tahun belakangan, peristiwa operasi
caesar meningkat dengan pesat. Di Australia dan Inggris, operasi caesar
sekitar 10 sampai 15%. Di Amerika Serikat, sekitar 16% sampai 20%. Brasil
merupakan salah satu negara dengan tingkat operasi caesar tertinggi di dunia.
Tingkat kelahiran melalui operasi di Brasil saat ini sudah mencapai 44 persen
dimana menurut World Health Organization (WHO) standar rata-rata operasi
caesar di sebuah negara adalah sekitar 5-15%. Di Indonesia persentase operasi
caesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di
rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (www.health.kompas.com).
Penatalaksanaan klien post sectio caesarea mempunyai karakteristik
yang berbeda, dimana penatalaksanaannya merupakan kombinasi antara
penatalaksanaan post operasi dan post partum. Uraian di atas membuat penulis
tertarik dalam menyusun dan memberikan asuhan keperawatan post partum
pada klien post sectio caesarea atas indikasi neoplasma ovarium curiga ganas
di Ruang Obstetri RSUP Dr Kariadi Semarang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan post partum pada ibu
dengan post sectio caesaria.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada
ibu post partum dengan persalinan section caesarea.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada ibu
postnatal dengan persalinan section caesarea.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana
keperawatan
untuk
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
A. POST PARTUM
1. Definisi
Periode postnatal/postpartum atau masa nifas adalah interval 6
minggu antara kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ke keadaan
normal sebelum hamil (Rustam,1998). Nifas / puerperium adalah masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
reproduksi yang lamanya kurang lebih sekitar 6 minggu (Hanifa,1999).
Masa postnatal dibagi dalam 3 tahap yaitu :
a. Periode immedietelly postnatal / kala IV (dalam 24 jam pertama).
b. Periode early postnatal (minggu pertama).
c. Periode late postnatal (minggu kedua sampai keenam) atau perubahan
bertahap.
Potensial bahaya sering terjadi pada periode immedietelly dan
early postnatal yaitu kejadian perdarahan dan syok hipovolemik. Pada jam
dan hari pertama sesudah persalinan, hampir seluruh sistem tubuh
mengalami perubahan secara drastis. Berat badan akan mengalami
penurunan sebanyak 9-10 kg, yaitu 5,5-6 kg karena fetus dan plasenta,
cairan amnion, dan kehilangan darah saat melahirkan serta 2,5 kg karena
keringat dan diuresis selama seminggu postnatal, sedangkan 1 kg karena
involusio uterus dan pengeluaran lokhea.
2. Adaptasi fisiologi ibu post partum
Adaptasi atau perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post
partum sectio cesaria antara lain:
a. Perubahan pada Korpus Uteri
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah
kelahiran bayi tersebut disebut involusi. Dalam 12 jam setelah
persalinan fundus uteri berada kira-kira 1 cm di atas umbilicus, 6 hari
setelah persalinan fundus uteri berada kira-kira 2 jari di bawah pusat
dan uterus tidak berada pada abdomen setelah 10-12 hari post partum.
Peningkatan kontraksi uteri segera setelah persalinan yang merupakan
beberapa
bulan setelah
persalinan
karena
adanya
peregangan
Terjadi pada satu sampai dua hari post partum ibu sangat
tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhannya,
termasuk merawat anaknya. Pada klien post operasi sectio caesaria
beberapa hari pertama klien lebih berfokus pada dirinya, timbul rasa
nyeri pada daerah insisi dan gastrointestinal, klien memerlukan bantuan
untuk mengatasi nyeri, timbul rasa kecemasan dan ketakutan
adanya luka, berhati-hati dalam melakukan gerakan.
b. Fase Taking Hold (Dependent-Indendent)
Terjadi pada tiga hari post partum ibu mulai bisa makan,
minum, merawat diri serta bayinya. Pada fase ini waktu yang tepat untuk
penyuluhan. Pada post sectio caesaria klien masih adanya nyeri,
klien masih memerlukan bantuan orang lain, bertindak hati-hati
dalam melakukan gerakan dan klien sudah bisa turun dari tempat
tidur.
c. Fase Leting Go (Independent)
Fase ini ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri
terhadap interaksi antara anggota keluarga, fase ini berlangsung pada
hari terakhir minggu pertama masa post partum.
4. Perawatan Ibu Post Partum
a. Early Ambulation (Mobilisasi Dini)
Early Ambulation adalah kebijakan untuk membimbing penderita
untuk selekas mungkin berjalan. Mobilisasi postnatal memiliki variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, sembuhnya luka.
b.
Diet/Nutrisi
Selama nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
bermutu dan bergizi, cukup kalori dan protein. Hal ini mempengaruhi
pembentukan air susu dan mempercepat proses penyembuhan ibu.
c.
Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya 6 jam
postpartum. Kadang-kadang ibu mengalami sulit kencing karena uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi. Bila kandung kemih
penuh dan ibu sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
d.
Defekasi
Bila 3-4 hari postpartum klien sulit buang air besar dan terjadi
obstipasi, maka dapat dilakukan klisma air sabun atau gliserin.
e.
Perawatan Payudara
Perawatan payudara dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Anjurkan ibu untuk selalu membersihkan puting susu dengan
air hangat setaip kali sebelum dan sesudah menyusui.
f.
Discharge Planning
Penyuluhan tentang diet, latihan, pembatasan aktivitas, perawatan
payudara, aktivitas seksual dan kontrasepsi, pengobatan dan tandatanda komplikasi.
B. SECTIO CAESAREA
1. Definisi
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara melahirkan janin dengan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar, 2000).
Menurut Prawiroharjo (2005) sectio caesarea merupakan suatu persalinan
buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram. Sectio Caesarea merupakan pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus
atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Carpenito, 2001).
Tujuan melakukan sectio caesarea adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. SC dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta
previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian
bayi pada plasenta previa, SC juga dilakukan untuk kepentingan ibu,
(Kasdu, 2003).Setiap
pada
diameter
panggul
yang
10
11
banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Emosi
labil/perubahan
emosional
dengan
mengekspresikan
g.
h.
i.
j.
k.
paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
5. Jenis Sectio Caesarea
a. Abdomen (Sectio caesarea Abdominalis)
1) Sectio caesarea Transperitonealis
a) Sectio cesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang
pada korpus uteri sepanjang 10 cm.
Kelebihan :
-
Kekurangan:
-
b) Sectio caesarea
Perdarahan kurang
c) Sectio caesarea
13
14
15
1. Gangguan pernapasan
2. Kerja jantung berhenti
3. Regurgitasi
4. Muntah-muntah
5. Perdarahan
6. Reaksi toksik sistemik
7. Ileus paralitik
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Prawirohardjo, 2005), yaitu :
a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus
tetap berkontraksi dengan kuat.
c. Pemberian analgetik dan antibiotik.
d. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
e. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk
24 jam pertama setelah pembedahan.
f. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari
tempat tidur dengan bantuan orang lain.
g. Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip)
diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.
C. NEOPLASMA OVARIUM SOLID
............................................................................................................................
D. PENGKAJIAN
Menurut Doenges (2001), data yang biasa ditemukan pada pengkajian
kasus persalinan dengan tindakan sectio caesarea yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
a.
16
umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu dalam keadaan segar. Hal
ini akan mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta
kemampuan ibu dalam menyusui dan mengasuh bayi.
b.
c.
2)
3)
4)
5)
Nadi
yang
meningkat
Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena
perdarahan saat persalinan.
2)
Hidung
Tanyakan pada ibu apakah ibu pilek atau riwayat sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
3)
Telinga
Kaji pendengarannya telinga kanan dan kiri, adakah riwayat otitis
media, kebersihan daun telinga atau lubang telinga.
17
e.
f.
Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di bawah telinga dan
pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar
menunjukkan adanya infeksi, ditunjang dengan tanda yang lain
seperti hipertermi, nyeri, bengkak.
g.
Payudara
1)
Kesan Umum
Peganglah payudara dengan perlahan dan kaji apakah simetris
antara kanan dan kiri, keras, ada nyeri tekan dan hangat. Kaji
apakah terdapat bendungan ASI (breast engorgement) yang
menimbulkan rasa nyeri bagi ibu atau massa, dengan palpasi.
Bahkan dapat ditemukan mastitis dengan tanda-tanda merah,
bengkak, panas, nyeri.
2)
Puting Susu
Kaji apakah ASI atau kolustrum sudah keluar dengan
memencet puting ibu. Kaji juga kebersihan puting. Kaji puting
susu apakah mengalami pecah-pecah, fisura dan perdarahan.
3) Pengkajian Menyusui
Kriteria untuk mengevaluasi cara menyusui adalah hubungan
keterikatan ibu dan bayi, cara menyusu bayi, posisi pada saat
menyusui, let-down, kondisi putting susu, respon bayi dan
respon ibu.
Tabel LATCH Scoring
L
Latch
0
Too sleepy or
reluctant
No lacth
achieved
1
Repeated attempts
Hold nipple in mouth
Stimulate to suck
2
Graspe breast
Tongue down
Lips flanged
Rhythmic sucking
18
A
Audible
swallowi
ng
None
T
Type of
nipple
C
Comfort
(breast/n
iple)
Inverted
Flat
Engorged,
cracked,
bleeding, large,
blisters or
bruises, severe
discomfort
Full assist (staff
holds infant at
breast)
Filling
Reddened/ small
blisters or bruises
Mild/moderate
discomfort
Soft
Tender
H
Hold
(position
ing)
h.
Spontaneous and
intermitten < 24 hrs
old
Spontaneous and
frequent >24 hrs old
Everted (after
stimulation)
Abdomen
1)
Keadaan
Kaji apakah terdapat striae dan linea alba. Kaji keadaan
abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukkan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan
dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukkan
sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
2)
Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan
tinggi fundus uteri (contoh : 1 jari di atas pusat, 2 jari di atas
pusat, dll), posisi fundus, apakah sentral atau lateral. Posisi
lateral biasanya terdorong oleh bladder yang penuh. Kontraksi
juga perlu diperiksa, kontraksi lemah atau perut teraba lunak
menunjukkan kontraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkan terjadi perdarahan.
Kaji fundus uteri setiap hari yakni kekuatan dan lokasinya,
pastikan bahwa klien mengosongkan kandung kemih sebelum
palpasi dilakukan.
a)
b)
c)
d)
Perdarahan
vagina
hebat
4)
Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih.
Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukkan urine
yang tertampung banyak dan dalam hal ini dapat mengganggu
involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.
Kaji tingkat distensi kandung kemih secara sering dalam 8 jam
pertama setelah melahirkan, ukur haluaran urin, berkemih
20
Perineum
Kaji tanda dan karakter lokhea setiap hari meliputi jumlah,
warna, konsistensi dan bau lokhea ibu postpartum untuk
memberikan indeks essensial pemulihan endometrium. Perubahan
warna lokhea harus sesuai, misal ibu postpartum 7 hari harus
memiliki lokhea yang sudah berwarna merah muda atau keputihan.
Jika ditemukan hasil yang abnormal, misalnya perdarahan segar,
lokhea rubra yang banyak, persisten dan berbau busuk maka ibu
mengalami komplikasi postpartum. Segera laporkan karena lokhea
yang berbau busuk menunjukkan adanya infeksi di saluran
reproduksi dan harus segera ditangani.
Inspeksi
perineum,
catat
apakah
utuh,terdapat
luka
Edema
Discharge
Approximation),
nyeri
tekan,
Ekstremitas
21
l.
m.
n.
o.
Tanda
dan
gejala
kesedihan
3.
Sirkulasi
22
b.
distensi.
2)
e.
Neurosensori
Kerusakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia spinal epidural.
f.
Nyeri/Ketidaknyamanan
Klien mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber
misalnya : trauma bedah / insisi, distensi kandung kemih / abdomen.
Pernapasan
Bunyi paru jelas.
h.
Keamanan
g.
23
kemampuan/kondisi klien
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
24
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
26
Hari/tanggal pengkajian
Cara pengkajian
A. IDENTITAS
Nama klien : Ny.M
No. CM
: 543431
Umur
: 32 tahun
Status
: Sudah menikah
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
Alamat
Diagnosa
Hari/tanggal masuk RS
Penanggung jawab
Nama
: Tn.S
Umur
: 40 tahun
Pekerjaan
: Swasta
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat persalinan
Klien Ny.M (32 tahun) datang ke poli obstetry, sekitar pukul
08.00. Status kehamilan klien dengan keterangan G1P0A0, hamil 37
minggu. Pengkajian fisik klien didapatkan BB: 42kg, TB: 133cm,
LILA: 22cm.
27
: 30 tahun
b. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 12 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan lama 5-6
hari. Klien tidak mengalami dismenorhea. Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) adalah 10 November 2014. Hari Perkiraan Lahir
(HPL) adalah 17 Agustus 2015.
c. Riwayat Kehamilan/nifas sebelumnya
Klien mengatakan ini merupakan kehamilan pertama.
d. Riwayat ginekologi
Klien mengatakan tidak mengalami masalah keputihan, secret
berwarna bening, tidak berbau, tidak gatal. Klien belum pernah
melakukan curettage sebelumnya. Klien tidak pernah mengalami
28
Persalinan
JK
BB lahir
Tahun
Lahir
Keadaan Bayi
Saat Lahir
1.
SC
2400 gr
2015
Sehat
Usia
Sekaran
g
0 hari
Penolon
g
Dokter
HR : 72x/mnt
Suhu : 37,70C
Hospitalisasi
30 Juli 2015)
Pengkajian antropometri :
A: BB: 38 kg
TB: 150 cm
Lila: 22 cm
B: Post op jam 13.00 WIB
tanggal 30 Juli 2015
Hb : 11,8 gr%
C: Anemis (+), lemas (+)
D: Klien belum diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan
atau minuman karena belum
flatus, cairan infuse yang masuk
sekitar 300 cc.
b. Cairan
30
BB setelah melahirkan = 38 kg
IWL = BB x 15 = 38 x 15 = 23,75 cc/jam
24
Tanggal/jam
H0 (30/7/15)
11.00-16.00
WIB
Input
Balance
cairan
Input
output
Output
a. Infus
RL
300 cc
b. Makan : c. Minum: +
300 cc
a. Urin 150
b. PPV
50
c. IWL 118,75
318,75
cc
cc
cc
cc
-18,75 cc
BAB
Sebelum hospitalisasi :
Klien mengatakan BAB 1-2 hari
sekali.
Saat hospitalisasi :
Pada saat pengkajian tanggal 30
Oktober 2013 klien belum BAB
5. Aktivitas
H0 Hospitalisasi (30 Juli 2015)
Mobilisasi
Pemenuhan
ADL (Activity
Daily Living).
Indeks KATZ
dressing,
folley
31
untuk
selanjutnya
beraktivitas
seperti
memasak
dan
32
Klien
mengatakan
nyeri
Klien
mengatakan
nyeri
33
Klien
mengatakan
merasa
(skala 0-10)
e. Time (T) :
Klien
mengatakan
nyeri
terasa
Mandi
Cuci rambut
Sebelum
hospitalisasi
2x sehari
3x/minggu
Hospitalisasi
Diseka
Belum
12. Beribadah
Klien tidak sholat dahulu setelah melahirkan karena menjalani masa
nifas, akan tetapi klien selalu berdoa dan berdzikir untuk kesehatan dan
keselamatan anak dan keluarganya.
13. Kebutuhan informasi
Klien mendapatkan informasi seputar kehamilan dan persalinan dari
bidan, Puskesmas setempat, dan dari keluarganya.
a. Rencana KB
b. Laktasi
34
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Bentuk mesochepal, tidak ada lesi, jejas dan tidak ada nyeri tekan.
2. Mata
Simetris, pupil isokor, reflek terhadap cahaya (+/+), sklera tidak
ikterik, konjungtiva anemis.
3. Hidung
Simetris, tidak terdapat penumpukan sekret, tidak ada pengeluaran
sekret dari lubang hidung.
4. Mulut
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, pucat (-), tidak ada karies
gigi.
5. Telinga
Pendengaran kedua telinga masih baik, tidak mengalami penurunan
pendengaran. Tidak ada pengeluaran cairan dari lubang telinga klien.
6. Leher
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid maupun
limfe, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada deviasi trakea, tidak
ditemukan adanya hiperpigmentasi.
7. Payudara
Inspeksi
Palpasi
8. Paru paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tidak terkaji.
Auskultasi : Vesikuler.
9. Jantung
Inspeksi
35
Palpasi
Perkusi
: Tidak terkaji.
Perkusi
: Suara timpani
11. Urogenitalia
Inspeksi
: 50 cc
Warna
: merah segar
Jenis
: lokea rubra
Konsistensi
Bau
: amis, anyir
b. Perineum:
Keadaan
Tanda
:tidak
ada
tanda-tanda
Redness,
Edema,
: bersih
: tidak ada
36
13. Integumen
Tanggal/
Warna
Turgor
jam
kulit
30 juli
Sianosis (-)
Kurang
2015
elastis
Keterangan : + : ya
Mukosa
bibir
Kering
Capilarry
reffil
< 2 detik
Lain-lain
-
- : tidak
E. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
12,9
8,9
2,20
0,20
62,90
26,60
8,10
38
4,1
213
93
31
34
Nilai
normal
11,7-15,5
3,6-11,0
2,00-4,00
0-1
50-70
25-40
2-8
35-47
3,80-5,20
150-400
80-100
26-34
32-36
Satuan
g/dL
103/UL
%
%
%
%
%
%
6
10 /UL
103/UL
fl
pg
g/dL
Interpretas
i
37
Hasil
Masa
perdarahan/BT
Masa
pembekuan/CT
Golongan darah
HbSAg
Gula darah sewaktu
2,00
4,00
O
Negatif
80
Nilai
normal
1-3
3-6
-
Satuan
70-150
mg/dl
Interpretas
i
menit
menit
-
Hemoglobin
Hasil
post op
SC
11.8
Nilai
normal
11,7-15,5
Satuan
Interpretas
i
g/dL
F. TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi post operasi (30 Juli 2015)
1. Cefotaxime 1 gr/24jam
2. Metronidazol 500mg/8jam
3. Ketorolac 30mg/8jam
No.
1.
Nama obat
Cefotaxime
Indikasi
Infeksi saluran
pernafasan bagian
bawah, infeksi saluran
kemih & kelamin,
gonore, infeksi kulit &
jaringan lunak, infeksi
dalam perut termasuk
peritonitis (radang
selaput perut), infeksi
tulang & sendi, infeksi
susunan saraf pusat
(meningitis/radang
Kontraindikasi
Hipersensitifitas
terhadap Sefalosporin.
Efek samping
Demam, gatal-gatal,
urtikaria (biduran/kaligata),
sindroma Steven-Johnson,
syok anafilaksis (jarang).
Trombositopenia,
eosinofilia, leukopenia,
vaginitis, moniliasis.
38
No.
Nama obat
2.
Ketorolac
3.
Metronidazol
e
No.
1.
Indikasi
selaput otak).
Ketorolac
tromethamine
merupakan
suatu
analgesik non-narkotik.
Obat ini merupakan
obat
anti-inflamasi
nonsteroid
yang
menunjukkan aktivitas
antipiretik yang lemah
dan anti-inflamasi.
Trikomoniasis, seperti
vaginitis dan uretritis
yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.
Amebiasis, seperti
amebiasis intestinal dan
amebiasis hepatic yang
disebabkan oleh E.
histolytica.
Sebagai obat pilihan
untuk giardiasis
II. ANALISA DATA
Kontraindikasi
Efek samping
Diare,
dispepsia, nyeri
nausea.
Ulkus peptikum aktif, gastrointestinal,
Sakit
kepala,
pusing,
penyakit
mengantuk, berkeringat.
serebrovaskular,
diatesis
hemoragik,
sindrom polip nasal,
hipovolemia,
gangguan
ginjal,
riwayat
asma.
Ospentyfilline,
Probenecid atau garam
lithium.
Kehamilan,
persalinan, melahirkan
atau laktasi.
Penderita yang
hipersensitif terhadap
metronidazole atau
derivat nitroimidazol
lainnya dan kehamilan
trimester pertama.
Inisial klien
: Ny.M
Status obstetri
: P1A1
Usia
: 32 tahun
Ruang
: Obstetry
Tanggal/Waktu
30 Juli 2015
13.00 WIB
Data Fokus
DS :
- Klien mengatakan merasa nyeri
pada area jahitan operasi.
- Pengkajian nyeri :
a. Provokatif (P) :
Klien
mengatakan nyeri bertambah
jika klien bergerak.
b. Palliatif (P) : Klien
mengatakan nyeri sedikit
berkurang jika klien diam/tidak
bergerak di tempat tidur.
c. Quality (Q) :
Klien
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan agens injuri fisik:
insisi jaringan akibat
tindakan SC
39
No.
Tanggal/Waktu
2.
30 Juli 2015
16.00 WIB
Data Fokus
mengatakan nyeri terasa seperti
diiris/perih.
d. Region (R)
:
Klien
mengatakan merasa nyeri pada
perut bekas operasi
e. Scale (S)
:
Klien
mengatakan nyeri skala 5 (skala
0-10)
f. Time (T)
:
Klien
mengatakan nyeri terasa
kadang-kadang (hilang timbul)
dan berlangsung 2-3 menit
DO :
- Terdapat luka post SC melintang
sepanjang 10 cm di antara
simfisis pubis dan umbilikus,
tertutup kassa kering steril.
- Klien tampak membatasi gerakan
karena jika badannya sedikit
bergerak, bekas operasi terasa sakit.
- Klien menunjukkan ekspresi
meringis dan menahan nyeri ketika
bergeser posisi.
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
HR : 72 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,7C
DS :
- Klien mengatakan merasa lemas
setelah operasi
DO :
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak tiduran dengan posisi
supinasi di atas tempat tidur.
- 5 jam post SC.
- Indeks Katz F (klien belum mampu
melakukan aktivitas secara mandiri,
memerlukan bantuan orang lain)
- Mobilisasi : mampu menggerakkan
ekstremitas atas dan sedikit
pergerakan ekstremitas bawah
(menggerakkan jari kaki).
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan umum post SC
40
No.
Tanggal/Waktu
3.
1 November
2013
16.00 WIB
Data Fokus
HR : 72 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,7C
DS :
- Klien mengatakan belum tahu cara
perawatan payudara yang baik dan
benar
- Klien mengatakan belum tahu
tentang senam nifas
- Klien mengatakan belum tahu cara
perawatan tali pusat yang baik dan
benar
- Klien mengatakan akan
memberikan ASI pada bayinya
tanpa nutrisi tambahan selama 6
bulan pertama.
- Klien mengatakan akan merawat
bayinya sendiri.
Diagnosa Keperawatan
Kesiapan meningkatkan
pengetahuan: perawatan
payudara, senam nifas, dan
perawatan tali pusat
DO :
- ASI belum keluar
- Klien belum dapat menjawab
pertanyaan perawat mengenai
perawatan payudara, senam nifas,
dan perawatan tali pusat.
: Ny.M
Status obstetri
: P1A0
Usia
: 32 tahun
Ruang
: Obstetry
41
NO
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri akut (00132)
berhubungan
dengan agen injuri
fisik: insisi jaringan
akibat tindakan SC
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3x24
jam
diharapkan
nyeri
berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Klien
melaporkan
nyeri
berkurang
minimal satu tingkat
(dari skala 5 menjadi
4)
b. TD : Diastol : 8090mmHg dan Sistol :
120-130mmHg
HR : 60-100x/mnt
c. Ekspresi wajah klien
rileks.
d. Klien
mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi nafas
dalam.
e. Klien dapat memilih
posisi nyaman untuk
mengurangi nyeri.
TTD
INTERVENSI
1400 Pain Management
a. Monitor nyeri (lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi).
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
d. Observasi
ketidaknyamanan melalui
non verbal.
e. Evaluasi cara klien untuk
mengurangi nyeri.
f. Evaluasi keefektifan cara
tersebut dalam mengurangi
nyeri.
g. Libatkan keluarga untuk
membantu memberikan
kenyamanan pada klien.
h. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
i. Motivasi klien untuk
melakukan ambulasi dini.
j. Kolaborasi: pemberian
analgesik
Faisal
Febria
NO
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas
(00085)
berhubungan
dengan kelemahan
umum post SC
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan kemampuan
aktivitas
dapat
dipertahankan
atau
meningkat dengan kriteria
hasil:
a.Keluarga
membantu
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
klien
(Bathing,
dressing,
toileting, transfering,
continance, feeding).
b.
Indeks
KATZ
menurun satu tingkat
atau lebih (menjadi F
atau E).
TTD
INTERVENSI
d. Demonstrasikan
terapi
bersama klien.
e. Instruksikan pada klien
untuk rileks agar dapat
merasakan proses relaksasi.
2870 Postanasthesia Care
Faisal
a.
Monitor
Febria
status oksigenasi
b. Monitor
kualitas
dan
frekuensi pernapasan
c. Monitor status kesadaran
pasien
d. Monitor tanda-tanda vital
setiap jam
e. Kaji output urin
f. Monitor fungsi neurologis
motorik dan sensoris
g. Berikan stimulasi verbal
dan takstil
h. Monitor
thermoregulasi
klien.
i. Monitor
adanya
efek
samping operasi (mual,
muntah, pusing, rasa pegal
pada punggung)
j. Berikan
dukungan
emosional dan informasi
kepada
pasien
dan
keluarga.
4310 Activity Therapy
a.
Bantu
pasien dan keluarga untuk
menentukan kemampuan
pasien dalam melakukan
aktivitas.
b.
Ajarkan
pasien
dan
keluarga
mengenai aktivitas yang
dianjurkan post operatif
(ambulasi dini/ mobilisasi
bertahap).
c.
Fasilitasi
pasien
dalam
ADL
43
NO
3.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Kesiapan
meningkatkan
pengetahuan:
perawatan
payudara,
senam
nifas,
dan
perawatan tali pusat
a.
b.
c.
d.
e.
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam klien
mendapatkan
informasi
yang adekuat mengenai
perawatan payudara dan
tali pusar dengan kriteria
hasil:
Klien
melaporkan
memahami 75% mengenai
perawatan payudara.
Klien
melaporkan
memahami 75% mengenai
senam nifas.
Klien
melaporkan
memahami 75% mengenai
perawatan tali pusar.
Klien
mampu
mendemonstrasikan cara
merawat payudara 75%
benar
Klien mampu melakukan
perawatan tali pusat bayi
75 % benar
TTD
INTERVENSI
(ambulasi,
transfer,
perawatan diri) sesuai
kebutuhan pasien.
5510 Health Education
Faisal
a.
Berikan
pendidikan Febria
kesehatan pada klien dan
keluarga
mengenai
perawatan
BBL (ASI
eksklusif, teknik menyusui,
cara memandikan bayi dan
perawatan tali pusat).
b.
Demonstrasikan cara
memandikan bayi dan
merawat tali pusat.
c.
Demonsrasikan teknik
menyusui yang benar.
d.
Berikan
pendidikan
kesehatan
mengenai
perawatan masa nifas,
perawatan payudara, dan
senam nifas.
e.
Demonstrasikan teknik
Breastcare yang benar.
f.
Berikan
penguatan
positif dan pujian terhadap
respon dan kemampuan
klien.
g.
Evaluasi pengetahuan
dan kemampuan pasien
mengenai hal yang telah
diajarkan.
44
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL
30 Juli 2015
16.00 WIB
Inisial klien
: Ny.M
Status obstetri
: P1A0
Usia
: 26 tahun
Ruang
: Obstetry
WAKTU
16.00
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
12
16.05
IMPLEMENTASI
EVALUASI FORMATIF
Memonitor keadaan S :
umum dan TTV
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan nyeri
O:
- KU : baik (Compos
Mentis E4M5V5)
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
HR : 72 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,7C
Memonitor nyeri
S:
- Klien mengatakan nyeri
area operasi
P : Klien mengatakan
nyeri bertambah jika
klien bergerak.
P : Klien mengatakan
nyeri sedikit berkurang
jika klien diam/tidak
bergerak di tempat tidur.
Q : Klien mengatakan
nyeri terasa seperti
diiris/perih.
R : Klien mengatakan
merasa nyeri pada perut
bekas operasi
S : Klien mengatakan
nyeri skala 5 (skala 0-10)
T : Klien mengatakan
nyeri terasa kadangkadang (hilang timbul)
dan berlangsung 2-3
menit
O:
- Klien menunjukkan
ekspresi meringis dan
menahan nyeri
45
16.10
18.00
18.05
18.30
12
Mengajarkan teknik S :
relaksasi napas
- Klien mengatakan akan
dalam
melakukan napas dalam
saat merasa nyeri.
O:
- Klien dapat melakukan
napas dalam (100%
benar).
Mengkaji
S:
kemampuan klien
- Klien mengatakan
terhadap mobilisasi
merasa lemas setelah
operasi
- Klien mengatakan sudah
bisa menggerakkan
tangan dan sedikit
menggerakkan kaki,
tubuhnya masih terasa
berat
O:
- KU : lemah
- Klien mampu
menggerakkan
ekstremitas atas dan
sedikit pergerakan
ekstremitas bawah
(menggerakkan jari kaki)
Memotivasi klien
S:
untuk mobilisasi:
- Klien mengatakan akan
tirah baring
melakukan miring kanan
kiri jika sudah tidak
lemas.
O:
- Klien tampak melakukan
mobilisasi dengan
bantuan orang lain.
Evaluasi
A:
- Masalah diagnosa
keperawatan 1-2 belum
teratasi.
P:
46
31 Juli 2015
16.00
12
16.05
Lanjutkan intervensi
diagnosa 1 :
Motivasi klien untuk
melakukan napas
dalam saat nyeri.
Bantu klien memilih
posisi yang benar
untuk meminimalisir
nyeri.
Kolaborasi : analgetik
(ketorolac)
Lanjutkan intervensi
diagnosa 2 :
Motivasi klien untuk
melakukan tirah
baring: miring kanan
kiri
Anjurkan keluarga
untuk mendampingi
klien dalam
beraktivitas
Memonitor keadaan S :
umum dan TTV
- Klien mengatakan masih
merasa lemas
- Klien mengatakan masih
merasa nyeri
O:
- KU : baik (Compos
Mentis E4M6V5)
- TTV :
TD : 110/90 mmHg
HR : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 37,5C
Memonitor nyeri
S:
- Klien mengatakan masih
merasa nyeri
P : Klien mengatakan
nyeri jika klien terlalu
banyak bergerak.
P : Klien mengatakan
nyeri berkurang jika klien
diam/tidak bergerak di
tempat tidur.
Q : Klien mengatakan
47
16.10
Motivasi klien
untuk teknik
relaksasi napas
dalam
16.15
Mengkaji
kemampuan klien
terhadap mobilisasi
16.20
Motivasi klien
untuk melakukan
mobilisasi: duduk
16.30
12
Evaluasi
O:
- Klien menunjukkan
ekspresi meringis dan
menahan nyeri
- Terdapat luka post SC
melintang sepanjang 10
cm di antara simfisis
pubis dan umbilikus,
tertutup kassa kering
steril.
S:
- Klien mengatakan
melakukan napas dalam
saat merasa nyeri
O:
- Klien kooperatif
S:
- Klien mengatakan masih
merasa lemas
- Klien mengatakan sudah
bisa miring kanan kiri
O:
- KU : lemah
- Klien mampu miring
kanan kiri
S:
- Klien mengatakan akan
belajar duduk
O:
- Klien kooperatif
A:
- Masalah diagnosa
keperawatan 1-2 teratasi
sebagian
48
Jumat,
1 Agutus
2015
07.00
12
07.05
P:
- Lanjutkan intervensi
diagnosa 1 :
Motivasi klien untuk
melakukan napas
dalam saat nyeri.
Kolaborasi : analgetik
(ketorolac dan asam
mefenamat)
- Lanjutkan intervensi
diagnosa 2 :
Motivasi klien untuk
melakukan tirah
baring: miring kanan
kiri
Anjurkan keluarga
untuk mendampingi
klien dalam
beraktivitas
Memonitor keadaan S :
umum dan TTV
- Klien mengatakan sudah
membaik
- Klien mengatakan masih
sedikit nyeri
O:
- KU : baik (Compos
Mentis E4M6V5)
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
HR : 82 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 37,5C
Memonitor nyeri
S:
- Klien mengatakan masih
sedikit nyeri
P : Klien mengatakan
nyeri jika klien terlalu
banyak bergerak.
P : Klien mengatakan
nyeri berkurang jika klien
diam/tidak bergerak di
tempat tidur.
Q : Klien mengatakan
nyeri terasa seperti
diiris/perih.
49
R : Klien mengatakan
merasa nyeri pada perut
bekas operasi
S : Klien mengatakan
nyeri skala 3 (skala 0-10)
T : Klien mengatakan
nyeri terasa kadangkadang (hilang timbul)
dan berlangsung 1-2
menit
07.10
Motivasi klien
untuk teknik
relaksasi napas
dalam
07.15
Mengkaji
kemampuan klien
terhadap mobilisasi
07.20
Motivasi klien
untuk melakukan
ADL secara
bertahap
O:
- Klien kadang
menunjukkan ekspresi
meringis dan menahan
nyeri
- Terdapat luka post SC
melintang sepanjang 15
cm di antara simfisis
pubis dan umbilikus,
tertutup kassa kering
steril.
S:
- Klien mengatakan
melakukan napas dalam
saat merasa nyeri
O:
- Klien kooperatif
S:
- Klien mengatakan agak
sedikit lemas
- Klien mengatakan sudah
bisa duduk dan jalan.
O:
- KU : baik
- Klien mampu duduk
- Indeks katz : B (klien
dapat melakukan
dressing, toiletting,
transferring, continence,
dan feeding secara
mandiri)
S:
- Klien mengatakan akan
melakukan aktivitas
secara bertahap
O:
50
07.25
07.35
07.45
08.00
123
- Klien kooperatif
S:
- Klien mengatakan akan
melakukan perawatan
payudara saat di rumah
O:
- Klien tampak antusias
saat diberikan pendidikan
kesehatan mengenai
perawatan payudara
Memberikan
S:
pendidikan
- Klien mengatakan akan
kesehatan
melakukan senam nifas
mengenai senam
saat di rumah
nifas
O:
- Klien tampak antusias
saat diberikan pendidikan
kesehatan mengenai
perawatan payudara
Memberikan
S:
pendidikan
- Klien mengatakan akan
kesehatan
melakukan perawatan tali
mengenai
pusat pada bayinya saat
perawatan tali pusat
di rumah
O:
- Klien tampak antusias
saat diberikan pendidikan
kesehatan mengenai
perawatan tali pusat
Memberikan
pendidikan
kesehatan
mengenai
perawatan payudara
(breast care)
Evaluasi
A:
- Masalah diagnosa
keperawatan 1-2 teratasi
- Masalah diagnosa
keperawatan 3 teratasi
sebagian
P:
- Pertahankan intervensi
diagnosa 1 :
Motivasi klien untuk
melakukan napas
dalam saat nyeri.
Kolaborasi : analgetik
(ketorolac dan asam
mefenamat)
- Pertahankan intervensi
51
diagnosa 2 :
Motivasi klien untuk
melakukan ADL
secara bertahap
Anjurkan keluarga
untuk mendampingi
klien dalam
beraktivitas
Lanjutkan intervensi
diagnosa 3 :
Motivasi klien untuk
melakukan perawatan
payudara, senam
nifas, dan perawatan
tali pusat secara
mandiri
52
Tanggal/Wakt
u
1 Agustus 2015
12.00
1 Agustus 2015
12.00
Inisial klien
: Ny.M
Status obstetri
: P1A0
Usia
: 32 tahun
Ruang
: Obstetry
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Sumatif
Tanggal/Wakt
u
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Sumatif
1 Agustus 2015
Kesiapan meningkatkan
pengetahuan: perawatan
payudara, senam nifas, dan
perawatan tali pusat
RR : 24 x/mnt
T : 37,5C
Indeks katz : B (klien dapat melakukan dressing,
toiletting, transferring, continence, dan feeding
secara mandiri)
A:
- Masalah hambatan mobiltas fisik teratasi.
P:
- Pertahankan intervensi :
Pantau KU dan TTV
Motivasi klien untuk melakukan ADL secara
bertahap
Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
dalam beraktivitas
S:
- Klien mengatakan perawatan payudara adalah
pemijatan payudara dengan beberapa teknik
gerakan
- Klien mengatakan merawat tali pusat dengan
membalut tali pusat dengan kassa steril
- Klien mengatakan akan melakukan perawatan
payudara dan perawatan tali pusat secara mandiri
di rumah.
O:
- Klien tampak antusias saat diberikan pendidikan
kesehatan mengenai perawatan payudara dan
perawatan tali pusat
- Klien mampu menjawab pertanyaan tentang
perawatan payudara, 50% benar
- Klien mampu menjawab pertanyaan tentang
perawatan tali pusat, 75% benar
A:
- Masalah kesiapan meningkatkan pengetahuan
teratasi sebagian.
P:
- Lanjutkan intervensi :
Motivasi klien untuk melakukan perawatan
payudara dan perawatan tali pusat secara
mandiri
54
BAB IV
PEMBAHASAN
Sectio caesaria merupakan sectio caesaria yang direncanakan bahwa
janin akan dilahirkan secara sectio caesaria dan tidak diharapkan dilahirkan
secara pervaginam. Hasil pengkajian pada Ny.M menunjukkan bahwa ada 3
masalah keperawatan, antara lain :
a. Nyeri akut
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan dan bervariasi pada setiap
individu. Respon nyeri yang dirasakan oleh ibu post partum dengan
section caesaria merupakan efek samping yang timbul setelah menjalani
operasi tersebut. Nyeri merupakan faktor psikososial yang didapatkan oleh
seseorang dan menghasilkan data baik secara subjektif maupun objektif
(Patasik, 2013). Data yang mendukung pengangkatan masalah nyeri
berdasarkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif antara lain :
melalui pengkajian PQRST yaitu Provokatif (klien mengatakan nyeri
bertambah jika klien bergerak), Palliative (klien mengatakan nyeri sedikit
berkurang jika klien diam/tidak bergerak di tempat tidur), Quality (klien
mengatakan nyeri terasa seperti diiris/perih), Region (klien mengatakan
merasa nyeri pada perut bekas operasi), Scale (klien mengatakan nyeri
skala 5 dari rentang skala 0-10), Time (klien mengatakan nyeri terasa
kadang-kadang atau hilang timbul dan berlangsung 2-3 menit). Data
objektif antara lain : terdapat luka post SC melintang sepanjang 15 cm di
antara simfisis pubis dan umbilikus, tertutup kassa kering steril; klien
tampak membatasi gerakan karena jika badannya sedikit bergerak, bekas
operasi terasa sakit; klien menunjukkan ekspresi meringis dan menahan
nyeri ketika bergeser posisi; TTV : TD : 120/90 mmHg, HR : 72 x/mnt,
RR : 18 x/mnt, T : 37,7C.
b. Intoleransi aktivitas
55
Pada ibu post partum dengan sectio caesaria yang menggunakan regional
anestesi pasca 5 jam operasi, anestesi masih berpengaruh pada tubuh
sehingga menyebabkan lemahnya syaraf-syaraf dan otot-otot dalam tubuh
untuk beraktivitas. Ibu post partum SC 6 jam pasca operasi seharusnya
sudah bisa menggerakkan ekstremitas atas dan bawah, pada ibu post
partum SC 6-10 jam seharusnya sudah bisa miring kanan kiri, dan pada
ibu post partum SC 24 jam seharusnya sudah bisa duduk (Rofiq, 2009).
Data yang mendukung pengangkatan masalah intoleransi aktivitas
berdasarkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif antara lain :
klien mengatakan merasa lemas setelah operasi. Data objektif antara lain :
klien tampak lemas; klien tampak tiduran dengan posisi supinasi di atas
tempat tidur; 5 jam post SC; Indeks Katz F (klien belum mampu
melakukan aktivitas secara mandiri, memerlukan bantuan orang lain);
mobilisasi : mampu menggerakkan ekstremitas atas dan sedikit pergerakan
ekstremitas bawah (menggerakkan jari kaki).
c. Kesiapan meningkatkan pengetahuan: perawatan payudara, senam nifas,
dan perawatan tali pusat
Pada ibu post partum mengalami adaptasi psikologi yang meliputi fase
taking in, fase taking out, dan fase letting go. Pada fase taking in, ibu
masih berfokus pada dirinya sendiri, fase ini berlangsung selama 1 sampai
2 hari pasca melahirkan. Pada fase taking out, ibu mulai berfokus pada
dirinya, fase ini berlangsung pada hari ketiga pasca melahirkan
(Prawiroharjo, 2005). Data yang mendukung pengangkatan masalah
kesiapan meningkatkan pengetahuan berdasarkan data subjektif dan data
objektif. Data subjektif antara lain : klien mengatakan belum tahu cara
perawatan payudara yang baik dan benar, klien mengatakan belum tahu
tentang senam nifas, klien mengatakan belum tahu cara perawatan tali
pusat yang baik dan benar, klien mengatakan akan memberikan ASI pada
bayinya tanpa nutrisi tambahan selama 6 bulan pertama, klien mengatakan
akan merawat bayinya sendiri. Data objektif antara lain : klien tampak
menyusui bayinya dengan benar, klien belum dapat menjawab pertanyaan
56
oleh
peningkatan
prostalglandin
sehingga
terjadi
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Masalah keperawatan yang muncul pada ibu post operasi sectio
caesaria memerlukan pengkajian yang mendetail yang didasarkan pada
61
B.
SARAN
1. Libatkan keluarga dalam perawatan, sehingga keluarga dapat terus
mendampingi serta memberikan dukungan terhadap klien, terutama
dukungan dalam perawatan ibu dan bayi ketika berada di rumah.
2. Discharge planning merupakan hal yang perlu dilakukan pada ibu post
partum, baik primigravida maupun multigravida. Perawat harus mengkaji
secara mendalam tentang kebutuhan informasi yang klien butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Christina, S dan Kristanti, EE. 2010. Mobilisasi Dini Berhubungan Dengan
Peningkatan Kesembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesaria. Kediri : STIKES RS Baptis Kediri.
62
63