Professional Documents
Culture Documents
Kelompok / Kelas
: 7/ 3A
Nama
: 1. Sifa Fuzi A
NIM. 131411027
: 2. Siti Nurjanah
NIM. 131411028
: 3. Suci Susilawati
NIM. 131411029
: 4. Dila Adila
NIM. 131411059
Tanggal Praktikum
: 24 November 2015
: 8 Desember 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia.Salah satu sumber air yang ada di
permukaan bumi adalah sungai.Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan tidak kalah
pentingnya bagi biota air. Di samping itu, sungai di kota Surabaya merupakan suatu media
yang rawan terhadap pencemaran, dimana kota Surabaya merupakan kota besar yang penuh
akan industri dan padat akan penduduk. Tidak dapat disangkal lagi kalau sungai di kota
Surabaya merupakan tempat pembuangan limbah baik dari hasil industri maupun limbah
rumah tangga.
Pembuangan limbah ke dalam sungai, secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pencemaran air, dan mengakibatkan kualitas air sungai tidak sesuai
dengan peruntukannya. Selain itu, sungai yang tercemar juga akan berpotensi menjadi
sumber penyakit yang sering kita sebut sebagai waterborn disease yang akan menurunkan
derajat kesehatan bagi masyarakat disekitarnya.
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan serta tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan di daerah sekitar aliran sungai tersebut, maka perlu upaya
pengendalian dan pelestarian.
Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 tahun 2003
Tentang Pedoman Penentuan Status Air terdapat metode untuk menentukan status mutu air
dengan menggunakan system nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency)
dengan mengklasifikasikan mutu air menjadi empat kelas, antara lain memenuhi baku mutu,
cemar ringan, cemar sedang dan cemar berat.
Untuk mengetahui pengaruh limbah terhadap kualitas air sungai, maka perlu diketahui
dari parameter-parameter yang dipengaruhi oleh limbah. Salah satu sifat yang dapat diuji
untuk menentukan tingkat pencemaran air adalah BOD (Biological Oxygen Demand) dan
COD (Chemycal Oxygen Demand).
1.2 Tujuan
1) Mengukur banyaknya oksigen dalam sejumlah sample tertentu, sebelum maupun
sesudah diinkubasi selama tujuh hari
2) Menentukan kadar KMnO4 pada percobaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20 oC.
Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan
reaksi sempurna. Dalam waktu 20 hari, oksidasi mencapai 95-99 % sempurna dan dalam
waktu 5 hari seperti yang umum digunakan untuk mengukur BOD yang kesempurnaan
oksidasinya mencapai 6 70 %. Suhu 20 oC yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk
daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Hasil
yang berbeda akan diperoleh pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia
tergantung dari suhu.
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air.BOD merupakan parameter yang umum
dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah.Pemeriksaan
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
mendesain sistem pengolahan secara biologis (G. Alerts dan SS Santika, 1987).Adanya bahan
organik yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan mikroba
menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi senyawa
asam-asam organik.
Peruraian ini terjadi disepanjang saluran secara aerob dan anaerob. Timbul gas CH4,
NH3 dan H2S yang berbau busuk (Djarwanti dkk, 2000). Uji BOD ini tidak dapat digunakan
untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi
hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi
bahan organi tersebut.Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula
kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
Salah satu variabel penentu yang menentukan kualitas air shingga kita dapat
menggolongkannya ke dalam empat golongan di atas adalah berdasarkan kandungan bahan
organiknya yang dapat dinyatakan sebagai nilai BOD dan COD. Untuk golongan A, nilai
ambang BOD adalah 20 dan COD adalah 40.Untuk golongan B, nilai ambang BOD adalah 50
dan COD adalah 100.Untuk golongan C, nilai ambang BOD adalah 150 dan COD adalah
300.Sedangkan untuk golongan D, nilai ambang BOD adalah 300 dan COD adalah 600
(Perdana, 1992).
Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali organisme yang hidup
dalam air.Kehidupan akuatik seperti ikan mendapatkan oksigennya dalam bentuk oksigen
terlarut yang sebagian besar berasal dari atmosfer. Tanpa adanya oksigen terlarut pada tingkat
konsentrasi tertentu banyak jenis organisme akuatik tidak akan ada dalam air. Banyak ikan
akan mati dalam perairan tercemar bukan diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung,
tetapi karena kekurangan oksigen sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada proses
penguraian/penghancuran zat pencemar (Achmad, 2004).Di dalam lingkungan bahan organik
banyak terdapat dalam bentuk karbohidrat, protein, dan lemak yang membentuk organisme
hidup dan senyawa-senyawa lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting
dan dibutuhkan oleh manusia. Secara normal, bahan organik tersusun oleh unsur-unsur C, H,
O, dan dalam beberapa hal mengandung N, S, P, dan Fe (Achmad, 2004).
Senyawa-senyawa organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara
biologis atau kimia menjadi senyawa stabil, antara lain menjadi CO 2 dan H2O. Proses inilah
yang menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan menurun dan hal ini
menyebabkan permasalahan bagi kehidupan akuatik.
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah
suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis
yang benar-benar terjadi di dalam air.Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut
dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sisitem pengolahan biologis
bagi air yang tercermar tersebut. Penguraian zat organis adalah peristiwa alamiah; kalau
sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut,
dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam
air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air.Pemeriksaan
BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses
tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk
karbon dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc + ( n + a/4 b/2 3c/4 ) O2 nCO2 + ( a/2 3c/2 ) + H2O + cNH3
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari dimana 50% reaksi telah
tercapai, 5 hari supaya 75 % dan 20 hari supaya 100% tercapai maka pemeriksaan BOD dapat
dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis. Chemical Oxygen Demand
(COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O 2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat organis yang ada dalam 1 L sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organis yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam air dan diukur
dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air
baku. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan derajat pengotoran yang
relatif kecil. Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga
koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan polutan
polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.
tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang
terjadi dapat dirumuskan
MnCI2 + NaOHMn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
O3 + 2 NaI
2) Metoda lektrokimia
Metode Elektrokimia adalah menggunakan peralatan DO Meter. Untuk
menganalisa kadar BOD dengan alat ini adalah dengan menganalisa kadar DO hari 0 dan
selanjutnya menganalisa kadar DO hari ke 5. Selanjtnya kadar BOD dapat dianalisa
dengan mengurangkan selisih keduanya. Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO
meter.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan
anoda yang direndam dalam larutan elektrolit.Pada alat DO meter, probe ini
biasanyamenggunakan katoda perak (Ag) dan anodaimbal (Pb). Secara keseluruhan,
elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap
oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e
Anoda : Pb + 2 HOPbO + H
2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode analisis BOD
1) Kelebihan dan Kelemahan Metode Winkler
Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisa BOD melalui penganalisaan
oksigen terlarut (DO) terlebih dahulu adalah metoda Winkler lebih analitis, teliti dan
akuratapabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan
dala titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan tio dan
penambahan indikator amilumnya. Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan
standarisasi tio secara analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang
lebih akurat. Sedangkan caraDO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel
yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi
penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu, sebagaimana
lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil
BAB 3
METODOLOGI
3.1
Pencampuran
pada Gelas Erlenmeyer
250 ml
Panaskan
---------- 10 menit
3.2
10 ml Sampel
90 ml aquadest
10 ml H2SO4 6N
Pencampuran
pada Gelas Erlenmeyer
bebas reduktor
10 menit ----------------
didihkan
10 ml KMn O4 0,01 N
10 ml H2C2O4 0,01 N
Larutan KMnO4
Titrasi
Pembuatan Pengencer
3,0 ml lar.buffer fosfat
MgSO4
3,0 ml lar. CaCl2
mikroba
Pencampuran
3,0 ml larutan
3,0 ml bibit
Aerasi
3000 ml aquadest
30 menit -----------------------Bila didapat KMnO4 sebesar 100mg/L untuk air limbah domestik pada umumnya
dapat dilakukan tiga pengenceran dengan:
P1 = 100/3 = 35 artinya 1 bagian sampel + 34 bagian pengenceran
(20 bagian sampel + 680 bagian pengenceran)
P2 = 100/5 = 20 artinya 1 bagian sampel + 19 bagian pengenceran
(35 bagian sampel + 665 bagian pengenceran)
P1 = 100/7 = 15 artinya 1 bagian sampel + 14 bagian pengenceran
(47 bagian sampel + 653 bagian pengenceran)
P1
20 ml sampel
Botol 1
Tetapkan O2
terlarut
680 ml pengencer
Pencampuran
Botol 2
3.5
Botol ditutup,
pengocokan
Diamkan, perhatikan
endapan.
1ml H2SO4
pekat
Beberapa tetes
larutan kanji
Titrasi (warna
kuning jerami)
Titrasi (warna
kuning jerami)
Hasil Titrasi
Hasil Titrasi
Titrasi (warna
biru hilang)
Titrasi (warna
biru hilang)
Catat Volume
Tiosulfat
Catat Volume
Tiosulfat
1ml H2SO4
pekat
Lar. Tiosulfat
1/80 N
Beberapa tetes
larutan Kanji
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2015.
Pengertian
BOD
Biological
Oxygen
Demand.
Available
at
Pt.
Peputra
Masterindo
Di
Kabupaten
Kampar.
Available
at:
BAB IV
BOD 0
BOD 7
Blanko 0
Botol 1
Botol 2
Blanko 0
Botol 1
Botol 2
Botol
19.5
15.8
13.7
8.1
8.3
9.5
Erlenmeyer
9.2
14.6
9.5
6.6
4.7
7
Total
28.7
30.4
23.2
14.7
13
16.5
Rata-rata
28.7
26.8
14.7
14.75
Pengenceran
Volume
Volume
Sampel
Pengencer
(mL)
(mL)
7.7
300.3
6.25
243.75
7.875
307.125
8.225
320.775
8.45
329.55
8.375
326.625
A 01
BOD 0 A 02
A rata-rata
B 01
BOD 7 B02
B rata-rata
C (blanko 0)
D (blanko 7)
Oksigen Terlarut
mg/L
12.25
7.41
9.83
3.87
4.95
4.41
9.37
4.49
BOD 0
BOD 7
A 01
A 02
A rata-rata
B 01
B 02
B rata-rata
C (blanko 0)
D (blanko 7)
Oksigen Terlarut
mg/L
12.25
7.41
9.83
3.87
4.95
4.41
9.37
4.49
Dari tabel 4.2 yang ditampilkan diatas dapat dilihat bahwa kandungan oksigen terlarut
baik pada sampel maupun blanko yang sudah diinkubasi selama 7 hari cenderung menurun,
kandungan oksigen terlarut pada BOD0 memiliki rata rata 9.83 mg/l dan kandungan oksigen
terlarut pada blanko0 sebesar 9.37 mg/l sedangkan pada BOD 7 yang telah diinkubasi selama 7
hari kandungan oksigen terlarutnya menjadi 4.41 mg/l dan pada blanko 7 menjadi 4.49 mg/l
penurunan kadar oksigen ini menunjukan jumlah zat organic dalam sampel semakin
meningkat sehingga mikroorganisme membutuhkan semakin banyak oksigen untuk
menguraikannya.
LAMPIRAN
a.
PenetapanAngka KMnO4
mlsampel
=
ml KMnO4 (1) ()
=
10
7.8
ml
ml
ml KMnO4 (2)
factorketelitian (f)
=
12.9 ml
= 10/ mg/L KMnO4
= 0.775
mg/L KMnO4
= 1000/ ml sample x {(10,0 + a) f - 10} x 0,01 x 31,6
= 100 x {(10,0 + 7,8) 0,775 - 10} x 0,01 x 31,6
= 120,031 mg/L
mg/lt KMnO4 = 120,031 / 3 = 40,01 mg/L
b.
Pengenceran
Pengenceran
Volume sampel (ml)
1.
2.
3.
4.
5.
Blangko0
Volume sample (ml)
x 308
= 7.7 ml
= 308 ml 7.7 ml
= 300,3 ml
Sampel0(1)
Volume sampel (ml)
x 250 ml
= 6,25 ml
= 250 ml 6.25 ml
= 243,75 ml
Sampel0(2)
Volume sampel (ml)
x 315 ml
= 7,875 ml
= 315 ml 7.875 ml
= 307,125 ml
Blangko7
Volume sampel (ml)
x 329 ml
= 8.225 ml
= 329 ml 8.225 ml
= 320,775 ml
Sampel7(1)
Volume sampel (ml)
x 338 ml
=
Volume pengencer (ml)
6.
c.
ml
= 338 ml 8.45 ml
= 329,55 ml
Sampel7(2)
Volume sampel (ml)
x 335 ml
= 8,375 ml
= 335 ml 8.375 ml
= 326,625 ml
Parameter
Blanko 0
Botol 1
Botol 2
Blanko 0
Botol 1
Botol 2
BOD 0
BOD 7
mg/L O2
= 12.25 mg/L O2
A 02 = mg/l O2sampelnolhari
=
A rata-rata =
B
= 7.41 mg/L O2
= 9.83 mg/L O2
= mg/l O2sampeltujuhhari
B01=
B 02 =
Rata-rata B=
d.
= 3.87 mg/L O2
= 4.95 mg/L O2
= 4.41 mg/L O2
= mg/l O2blangkonolhari
= mg/l O2blangkotujuhhari
Penentuan BOD
BOD
=
=
=
= 9.37 mg/L O2
= 4.49 mg/L O2
P(A- B ) ( C D )
40 ( 9.83 4.41) ( 9.37 4.49 )
211.92 mg/L