Professional Documents
Culture Documents
Sep
Permasalahan
1.
2.
3.
4.
5.
3.
Pembahasan
3.1
Islam
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat
dalam Al Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau
yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab hadits. Terdapat perbedaan pendapat antara
ulama ushul fiqh dan ulama fiqh dalam memberikan pengertian hukum syari karena berbedanya
sisi pandang mereka. Ulama fiqh berpendapat bahwa hukum adalah akibat yang ditimbulkan
oleh tuntutan yaitu wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Sedangkan ulama ushul fiqh
mengatakan bahwa yang disebut hukum adalah dalil itu sendiri. Mereka membagi hukum
tersebut kepada dua bagian besar yaitu hukum taklifi dan hukum wadhi. Hukum taklifi
berbentuk tuntutan dan pilihan yang disebut dengan wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah.
Dan hukum wadhi terbagi kepada lima macam yaitu sabab, syarat, mani, shah dan bathal.
Masyarakat Indonesia disamping memakai istilah hukum Islam juga menggunakan istilah lain
seperti syariat Islam, atau fiqh Islam. Istilah-istilah tersebut mempunyai persamaan dan
perbedaan. Syariat Islam sering dipergunakan untuk ilmu syariat dan fiqh Islam dipergunakan
istilah hukum fiqh atau kadang-kadang hukum Islam, yang jelas antara yang satu dengan yang
lain saling terkait.
3.2
3.3
Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul mashaalihi (mencegah
terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima
tujuan hukum islam:
3.3.1
Memelihara agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh martabatnyadapat terangkat
lebih tinggi dan martabat makhluk lain danmemenuhi hajat jiwanya. Agama islam memberi
perlindungan kepada pemeluk agam lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya.
3.3.2
Memelihara jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara hak manusia untuk
hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang pembunuhan sebagai penghilangan
jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
mempertahankan kemaslahatannya hidupnya (Qs.6:51,17:33)
3.3.3
Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai peranan sangat
penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan dapat menjalankan hukum
islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal sehat. (qs.5:90)
3.3.4
Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Karena itu,
meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan Yang ada dalam
Al-Quran dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan.(qs4:23)
3.3.5
Memlihara harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk kelangsungan
hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi haknya untuk memperoleh
harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut aturan moral. Jadi
huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik
yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, dan tahsini).
3.4
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang maha pencipta(hakhak yang bersifat kodrati.) oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun yang dapat mencabutnya.
Meskipun demikian, bukan berarti manusia daengan hak-haknya dapat berbuat semauny, sebab
apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan memperkosa atau merampas hak
asasi orang lain, harus mempertangung jawabkan perbuatanya (Baharudin Lopa, 1999:1).
Hak asasi yang dimiliki oleh manusia telah dideklerasikan oleh ajaran islam jauh sebelum
masyarakat(Barat) mengenalnya, melalui berbagai ayat Al-Quran misalnya manusia tidak
dibedakan berdasarkan warna kulitnya, rasnya tingkat sosialnya. Allah menjamin dan memberi
kebebasan pada manusia untuk hidup dan merasakan kenikmatan dari kehidupan, bekerja dan
menikmati hasil usahanya, memilih agama yang diyakininya.
3.4.1 Musyawarah
Kedaulatan mutlak dan Keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia yang terkandung dalam konsep kilafah memberikan kerangka yang dengannya para
cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap
demokratis. Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual islam, bayak
perhatian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik. Demokrasi islam
dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar,
yaitu musyawarah, konsensus (ijma) dan ijtihad. Masalah musyawarah ini dengan jelas telah
disebutkan dalam QS. 42:28, yang berisi perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan
apapun untuk menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah.
Dengan, demikian, tidak akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang pemimpi terhadap
rakyat yang dipimpinnya.
3.4.2 Konsensus Atau Ijma
Disamping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam masalah demokrasi, yakni
consensus atau ijma. Konsep consensus memberikan dasar bagi penerima system yang
mengakui suara mayoritas.
Selain syura dan ijma ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi islam, yaitu
ijtihad. Ini merupakan langkah kunci menuju penerapan perintah Allah, berkaitan debgan tempat
dan waktu.
Dalam pengertian politik murni, Muhammad iqbal dalam tulisanya menegaskan tentang
hubungan anatara consensus, demokratisasi, dan ijtihad, bahwa tumbuhnya semangat legislatif di
Negara Negara muslim merupakan langkah awal yang besar. Pengalihan wewenang ijtihad dan
individu-individu berbagai madzab kepada suatu majelis legislatif muslim yang dalam kondisi
kemajemukan madzabmerupakan satu-satunya bentuk ijma yang dapat diterima di zaman
modern, akan terjamin kontribusi dalam pembahasan hukum dari kalangan rakyat yang memliki
wawasan yang tajam (Muhammad iqbal,1968:173)
3.5
Hukum menurut Islam adalah hukum yang ditetapkan Allah melalui wahyu-Nya, dalam AlQuran dijelaskan nabi Muhammad saw sebagai rasulnya melalui sunah beliau yang kini
terhimpun dengan baik dalam al-quran dan hadist. HAM terbagi menjadi 2 HAM Menurut
barat dan menurut islam. HAM barat bersifat anthroposentris: segala sesuatu berpusat pada
manusia sehingga menempatkan manusia sebagai tolak ukur segala sesuatu. HAM islam bersifat
theosentris: segala sesuatu berpusat pada Allah.Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan
rakyat merupakan inti dari demokrasi sedang demokrasi islam meyakini bahwa kedaulatan Allah
lah yang menjadi inti dari demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Terjemah AL-QURAN
Husain, syekh syaukat, 1991, Hak asasi manusia dalam islam, Jakarta. Gema Insani
perss
Lopa, Baharuddin, 1999. Al Quran dan Hak Azasi Manusia, Yogyakarta, PT. Dana
Bakti Prima Yasa.
Ilyas, Muhtarom, 2009. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004