You are on page 1of 9

HUBUNGAN PRAKTIK HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP

CEMARAN Escherichia coli PADA MAKANAN GADO-GADO DI SEPANJANG JALAN KOTA


MANADO
CORRELATION FOOD HANDLERS HYGIENE SANITATION PRACTICE
WITH CONTENT OF Escherichia coli in GADO-GADO ON MANADO CITY STREETS
Ika Puspita, Henry Palandeng, J. Sinolungan
Bidang Minat Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi

ABSTRACT
Background: Food is something that is very important for humans health. Now days, there are diseases
happened through food that is often called Food Borne Disease. These diseases influenced lot of causal factor,
one of them is pathogen bacterium called Escherichia coli (E. coli).
Methods: This Study uses an analytic survey with cross sectional approach. The total samples in this study were
31 samples. Data were collected over gado-gado foods sample and interview technique and measurement were
taken. The statistical tests were used to analyze the correlation between variable using Spearman Rank tests.
Results: The results of study showed that 35.5% food handlers hygiene sanitation practice is not good and
48.4% food handlers hygiene sanitation practice is good enough. There are 16.1% food handlers hygiene
sanitation practice is good. As a result of 31 gado-gados food sample, 26 sample showed number of germ E.
coli more than 0 colony/gr and 5 sample showed number of germ E. coli is 0 colony/gr.
Conclusion: The result from analyzed data showed that there are no correlation between food handlers hygiene
sanitation practice with content Escherichia coli on gado-gado on Manado City streets.
Keywords: Food Handlers Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli

RINGKASAN
Latar belakang: Makanan merupakan hal yang penting bagi kesehatan manusia. Saat ini banyak terjadi penyakit
melalui makanan yang disebut Food Borne Disease Penyebab penyakit bawaan makanan dipengaruhi oleh
berbagai faktor salah satunya bakteri patogen seperti Escherichia coli (E. coli).
Metode penelitian : Penelitian ini adalah penelitian survey analitik dengan rancangan penelitian Cross
Sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 sampel. Pengambilan data melalui pengambilan
sampel makanan gado-gado dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan untuk
menganalisis hubungan antar variabel menggunakan uji Spearman Rank.
Hasil Penelitian : Hasil Penelitian menunjukkan 35.5% penjamah makanan melakukan praktik higiene sanitasi
kurang baik , 48.4% penjamah makanan melakukan praktik higiene sanitasi dengan cukup baik dan 16.1%
penjamah makanan melakukan praktik higiene sanitasi dengan baik. Dari 31 sampel makanan gado-gado, 26
sampel menunjukkan angka kuman E. coli lebih dari 0 koloni/gr dan 5 sampel menunjukkan angka kuman E.
coli 0 koloni/gr.
Kesimpulan: Hasil Uji menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara praktik higiene sanitasi penjamah
makanan terhadap cemaran Escherichia coli pada makanan gado-gado di sepanjang jalan Kota Manado.
Kata Kunci : Praktik Higiene Sanitasi Penjamah Makanan, Escherichia coli

PENDAHULUAN
Makanan merupakan hal yang penting
bagi kesehatan manusia. Saat ini banyak terjadi
penyakit melalui makanan yang disebut Food
Borne Disease atau penyakit bawaan makanan
seperti diare atau keracunan makanan.
Penyebab
penyakit
bawaan
makanan
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya
bakteri patogen seperti Escherichia coli (E.
coli). Food Borne Disease biasanya bersifat
toksik maupun infeksius, disebabkan oleh agen
penyakit yang masuk kedalam tubuh melalui
konsumsi makanan yang terkontaminasi
(WHO, 2005).
Berdasarkan laporan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) Nasional kasus
keracunan tahun 2010 yang disebabkan oleh
makanan menduduki peringkat kelima
sebanyak 592 kasus dan pada tahun 2004
penyebab terjadinya Food Borne Diseases
(Januari hingga Agustus) yaitu 16%
disebabkan oleh mikroba patogen dan 2% oleh
senyawa kimia (Suwondo, 2004).
Makanan jajanan yang berair dan tidak
panas mempunyai risiko tinggi terhadap
kejadian kontaminasi (Vitayata, 1995). Gadogado merupakan salah satu makanan yang
tidak panas ketika disajikan sehingga
berpotensi terjadi kontaminasi oleh mikroba.
Masalah utama pada makanan siap saji
makanan gado-gado adalah masalah keamanan
yang disebabkan oleh tahap persiapan dan
pengolahan yang kurang memperhatikan aspek
higiene dan sanitasi oleh penjamah makanan.
Sayuran merupakan salah satu bahan pangan
yang sering terkontaminasi oleh E. coli
sehingga jika dalam tahap persiapannya dan
pengolahannya tidak memenuhi syarat seperti
perebusan sayur pada suhu yang tidak
mencapai 60oC selama 15 menit hal ini bisa
menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
kontaminasi E. coli pada gado-gado.
Sepanjang jalan Kota Manado tersedia
berbagai rumah makan dengan menu
bervariatif salah satunya gado-gado dan
biasanya menjadi tempat wisata kuliner bagi
masyarakat Kota Manado maupun luar Kota
Manado karena tempat yang mudah dijangkau.
Mengingat pentingnya sanitasi dan higiene
makanan untuk mencegah terjadinya Food

Borne Disease dan mendukung visi Kota


Manado menjadi Kota Ekowisata tahun 2015
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan praktik higiene
sanitasi penjamah makanan terhadap cemaran
E. coli pada makanan gado-gado di sepanjang
jalan Kota Manado.
Berdasarkan hal diatas, maka tujuan
umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan praktik higiene sanitasi terhadap
cemaran Escherichia coli pada makanan gadogado di sepanjang jalan Kota Manado.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
survey analitik dengan rancangan cross
sectional di rumah makan sepanjang jalan
Kota Manado pada bulan Mei-Juni 2013.
Populasi dan sampel pada penelitian ini
adalah sama yaitu seluruh rumah makan yang
menjual gado-gado di sepanjang jalan Kota
Manado sebanyak 31 rumah makan.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner praktik higiene
sanitasi penjamah makanan dan pemeriksaan
laboratorium untuk pemeriksaan angka kuman
E. coli pada sampel gado-gado.
Analisis univariat dilakukan untuk
mengetahui/menunjukkan distribusi frekuensi
dari data masing-masing variabel dan analisis
bivariat untuk menunjukkan hasil uji hubungan
antara variabel bebas (praktik higiene sanitasi
penjamah makanan) dan variabel terikat
(cemaran
Escherichia
coli)
dengan
menggunakan Uji Spearman Rank.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Penjamah
Tabel 1. Distribusi Penjamah
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
N

Makanan
%

Laki-Laki
Perempuan

18
13

58.1
41.9

Jumlah

31

100

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat jumlah


penjamah makanan dengan jenis kelamin lakilaki, yakni 18 orang (58.1%) sedangkan untuk

jenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang


(41.9%).
Tabel 2. Distribusi
Berdasarkan Umur
Jenis Kelamin

Penjamah

Makanan

Laki-Laki
Perempuan

18
13

58.1
41.9

Jumlah

31

100

Berdasarkan tabel 2 penjamah makanan


dengan umur diantara 20-35 sebanyak 19
orang (61.3%), 35-50 sebanyak 9 orang
(32.3%) dan lebih dari 50 tahun sebanyak 3
orang (6.4%).
2. Analisis Univariat
Tabel 3. Distribusi Praktik Higiene Sanitasi
Penjamah Makanan
Praktik
Penjamah N
%
Makanan
Kurang
11
35.5
Cukup
15
48.4
Baik
5
16.1
Jumlah
31
100
Berdasarkan
tabel 3 dapat dilihat
penjamah makanan yang melakukan praktik
higiene sanitasi kurang baik sebanyak 11
penjamah (35.5%), praktik higiene sanitasi
cukup baik sebanyak 15 penjamah (48.4%)
dan praktik higiene sanitasi baik sebanyak 5
penjamah (16.1%).
Tabel 4. Distribusi Cemaran E. coli Pada
Makanan Gado-Gado
Angka Kuman E. coli
(Koloni/gr)
Cemaran
E. coli Pada
>0
0 koloni/gr
Gado-Gado
koloni/gr
N (%)
N (%)
Cluster 1
2 (20)
8(80 )
Cluster 2
2 (20)
8 (80)
Cluster 3
1 (9.1)
10 (90.9)

Total
N

(%)

10 (100)
10 (100)
11 (100)

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat pada


cluster 1 dan cluster 2 memiliki hasil sampel
yang sama yaitu 2 sampel (20 %) dengan hasil
pemeriksaan angka kuman E. coli 0 koloni/gr

dan 8 sampel (80 %) dengan hasil pemeriksaan


angka kuman E. coli lebih dari 0 koloni/gr.
Sedangkan pada cluster 3 terdapat 1 sampel
(9.1 %) dengan hasil pemeriksaan angka
kuman E. coli 0 koloni/gr dan 10 sampel (90.9
%) dengan hasil pemeriksaan angka kuman E.
coli lebih dari 0 koloni/gr.

Praktik
Penjamah
Makanan
Kurang
Cukup
Baik

Angka Kuman E. coli


(Koloni/gr)
0 koloni/gr
> 0 koloni/gr
N (%)
N (%)
1 (9.1)
10 (90.9 )
3 (20)
12 (80)
1 (20)
4 (80)

Total
N

(%)

11 (100)
15 (100)
5 (100)

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa


praktik penjamah makanan kurang baik dengan
hasil pemeriksaan angka kuman E. coli 0
koloni/gr sebanyak 1 penjamah (9.1%)
sedangkan praktik kurang baik dengan hasil
pemeriksaan angka kuman E. coli lebih dari 0
koloni/gr sebanyak 10 penjamah (90.9%).
Praktik penjamah makanan cukup baik dengan
hasil pemeriksaan angka kuman E. coli 0
koloni/gr sebanyak 3 penjamah (20%)
sedangkan praktik penjamah makanan cukup
baik dengan hasil pemeriksaan angka kuman
E. coli lebih dari 0 koloni/gr sebanyak 12
penjamah (80%). Praktik penjamah makanan
baik dengan hasil pemeriksaan angka kuman
E. coli 0 koloni/gr sebanyak 1 penjamah (20%)
sedangkan praktik penjamah makanan baik
dengan hasil pemeriksaan angka kuman E. coli
lebih dari 0 koloni/gr sebanyak 4 penjamah
(80%). Hubungan antara praktik higiene
sanitasi makanan dengan cemaran E. coli pada
makanan gado-gado memperoleh nilai
probabilitas sebesar 0.627 yang berarti nilainya
lebih besar dari 0.05 (p > 0.05) sehingga H0
diterima yaitu tidak ada hubungan antara
praktik higiene sanitasi penjamah makanan
terhadap cemaran E. coli pada makanan gadogado.
PEMBAHASAN
1. Praktik
Higiene
Sanitasi
Penjamah
Makanan
Berdasarkan distribusi pada praktik higiene
sanitasi penjamah makanan pada tabel 3
menunjukkan 11 penjamah (35.5%) telah

p
Value

0.627

melakukan praktik higiene sanitasi kurang baik


dan 15 penjamah (48.4%) cukup baik dan 5
penjamah (16.1%) baik dalam melakukan
praktik higiene sanitasi.
Penelitian lain juga dilakukan oleh
Budiyono (2008) pada warung makan di
Tembalang Semarang menunjukkan bahwa 28
penjamah makanan melakukan praktik higiene
sanitasi dengan baik dan 8 penjamah makanan
melakukan praktik higiene sanitasi tidak baik.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara
ada beberapa praktik yang telah dilakukan
dengan baik tapi ada beberapa praktik juga
yang belum dilakukan dengan baik seperti
dalam penggunaan celemek tidak ditemukan
seorang penjamah yang menggunakan
celemek. Penelitian yang dilakukan Budiyono
(2008) juga menunjukkan dari 36 penjamah
makanan yang diteliti hanya 4 penjamah
(11.1%)
yang
menggunakan
celemek
sedangkan 32 penjamah (88.9%) tidak
menggunakan celemek, hal ini menunjukkan
kesadaran penjamah untuk menggunakan
celemek masih rendah. Celemek adalah kain
penutup baju dari dada atau pinggang sampai
lutut yang berfungsi untuk menjaga kebersihan
pakaian. Menurut Moehyi (1992) pakaian kerja
yang bersih akan menjamin sanitasi dan
higiene pengolahan makanan karena tidak
terdapat debu atau kotoran yang melekat pada
pakaian yang secara tidak langsung dapat
menyebabkan pencemaran makanan.
Dari hasil penelitian menunjukkan 64.5%
tidak pernah, 16.1% jarang, 12.9% kadang dan
3.2% sering dalam praktik mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum menangani makanan.
Kebiasaan mencuci tangan sebelum menangani
makanan dapat membantu memperkecil risiko
terjadi kontaminasi bakteri dari tangan ke
makanan.
Kuku merupakan bagian dari tangan. Kuku
tangan sering menjadi sumber kontaminan atau
mengakibatkan kontaminasi silang (Fathonah,
2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
16.1% kuku bersih dan pendek, 64.5% kuku
pendek tapi tampak kotor, dan 19.4% kuku
panjang dan tampak kotor.
Dari hasil penelitian dalam praktik
penyimpanan peralatan makan 58.1% tidak
baik dan 41.9% baik. Berdasarkan pengamatan
selama penelitian ditemukan setelah pencucian

peralatan makan, penjamah hanya meletakkan


peralatan makan di tempat terbuka. Ada pula
yang ditutupi dengan kain/serbet serta tempat
sendok yang tidak memiliki penutup. Peralatan
makan tersebut tidak sepenuhnya terbebas dari
debu maupun serangga sehingga dapat
memberikan kontribusi terjadinya kontaminasi
kuman pada makanan. Hasil penelitian
Susanna dan Hartono (2003) juga menyatakan
penempatan piring diletakkan pada tempat
terbuka dan tidak bersih serta penggunaan kain
lap dalam mengeringkan sendok, piring dan
garpu.
Dari hasil penelitian 74.2% penjamah
meletakkan makanan di lemari yang terbuka
dan 25.8% penjamah meletakkan makanan di
lemari yang tertutup. Menurut Moehyi (1992)
apabila memajang makanan tertutup rapat
kemungkinan terjadinya pencemaran makanan
akan menjadi kecil. Berdasarkan hasil
penelitian penjamah lebih banyak meletakkan
makanan di lemari yang terbuka karena lebih
memudahkan mereka untuk mengambil
makanan. Ada pula lemari yang memiliki
penutup dari kain yang tidak sesuai dengan
peraturan atau makanan yang hanya di tutupi
dengan selembar kertas. Hal ini tidak dapat
menghindari kontaminasi dari debu maupun
serangga.
Dari hasil penelitian dalam praktik
kebiasaan merokok saat menunggu pelanggan
menunjukkan 77.4% penjamah tidak merokok
saat menunggu pelanggan, 6.5% sering, 3.2%
kadang, 3.2% jarang dan 9.7% selalu merokok
ketika menunggu pelanggan. Menurut Depkes
RI (2001) kebiasaan merokok di lingkungan
pengolahan makanan mengandung banyak
risiko antara lain bakteri atau kuman dari
mulut dan bibir dapat dipindahkan ke tangan
sehingga tangan menjadi kotor dan akan
mengotori makanan, abu rokok dapat jatuh
kedalam makanan serta dapat menimbulkan
bau asap rokok yang dapat mengotori udara.
2. Cemaran E. coli Pada Gado-Gado
Berdasarkan distribusi pada praktik higiene
sanitasi penjamah makanan pada tabel 4 dari
hasil pemeriksaan angka kuman E. coli dari 31
sampel menunjukkan 5 sampel (16.1%)
dengan angka kuman E. coli 0 koloni/gr
sedangkan 26 sampel (83.9%) dengan angka

kuman E. coli lebih dari 0 koloni/gr yang


tersebar dalam 3 cluster yang telah ditentukan.
Penelitian gado-gado dan ketoprak yang
dilakukan oleh Susanna (2003) di lingkungan
kampus UI Depok, hasil pemeriksaan 10
sampel gado-gado yang diambil ditemukan
seluruh sampel sampel angka kumannya
melebihi 0 koloni/gram.
Penelitian yang dilakukan Ermayanti (2004)
dari 30 sampel nasi pecel yang diperiksa
ditemukan
5
sampel
(16.7%)
tidak
mengandung E. coli dan 25 sampel (83.3%)
mengandung E. coli.
Penelitian lain pada nasi rames juga di
lakukan di Tembalang oleh Hidayat (2010)
sebanyak 19 sampel. Ditemukan 8 sampel
mengandung E. coli dan 11 sampel tidak
mengandung E. coli.
Makanan jajanan yang berair dan tidak
panas mempunyai risiko tinggi terhadap
kejadian kontaminasi (Vitayata, 1995). Nasi
rames, nasi pecel, ketoprak dan gado-gado
merupakan makanan yang tidak panas ketika
disajikan
sehingga
rentan
terhadap
kontaminasi. Menurut Rahayu dkk (2011),
bahan pangan yang sering terkontaminasi oleh
E. coli diantaranya sayuran. Pecel, ketoprak
dan gado-gado merupakan jenis makanan yang
terdiri dari bermacam-macam sayuran. Dari
bermacam-macam sayuran ini memungkinkan
terjadinya kontaminasi bakteri dari cara
pencucian atau dari cara memasak yang tidak
sesuai.
3. Hubungan Antara Praktik Higiene Sanitasi
Penjamah Makanan dengan Cemaran E.
coli
Hasil anlisis data memperoleh hasil yaitu
antara praktik higiene sanitasi penjamah
makanan dengan cemaran E. coli mempunyai
probabilitas sebesar 0.627 (p > 0.05) yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara
praktik higiene sanitasi penjamah makanan
dengan cemaran E. coli pada makanan di
sepanjang jalan Kota Manado.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hakim (2012)
tentang
hubungan kondisi higiene dan sanitasi dengan
keberadaan E. coli pada nasi kucing yang di
jual di wilayah Tembalang Semarang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara praktik dengan keberadaan E.


coli (p> 0.05).
Penelitian oleh Marlina (2007) tentang
hubungan kondisi sanitasi dan praktik
penjamah makanan dengan kandungan E. coli
pada tempe penyet di warung makan
Tembalang Semarang. Berdasarkan uji statistik
menunjukkan tidak ada hubungan antara
praktik penjamah dengan kandungan E. coli.
Sebagian besar penjamah makanan
melakukan praktik higiene sanitasi dengan
cukup baik, namun hasil pemeriksaan angka
kuman E. coli pada makanan yang
menunjukkan angka kuman lebih dari 0
koloni/gr bisa disebabkan berbagai faktor
seperti :
a. Air
Menurut Rahayu dkk (2011) kontaminasi
bakteri ini pada pangan biasanya berasal dari
kontaminasi air yang digunakan.
b. Kebersihan Peralatan Makan
Kebersihan peralatan makan merupakan salah
satu faktor penting dalam higiene dan sanitasi
makanan. Peralatan makan perlu dijaga
kebersihannya setiap akan digunakan karena
peralatan makan yang bersih dapat membantu
mencegah terjadinya kontaminasi makanan
oleh bakteri melalui peralatan makanan yang
digunakan.
c. Lama Waktu Memasak
Lama waktu pemasakan bisa mempengaruhi
kandungan E. coli pada makanan karena E.
coli merupakan bakteri yang sensitif terhadap
panas dan bakteri ini dapat bertahan pada suhu
60oC selama 15 menit atau 55oC selama 60
menit. Oleh karena itu, jika air atau sayuran
yang terkontaminasi dengan E. coli kemudian
tidak dimasak lebih dari suhu di atas maka E.
coli tetap ada.
d. Vektor
Vektor seperti lalat dapat menularkan
penyakit melalui makanan yang tidak ditutup
karena kebiasaan lalat yang menyukai tempat
kotor seperti sampah basah maupun kotoran
dan kemudian hinggap di makanan sehingga
dapat mengkontaminasi bakteri dari tempat
kotor tersebut ke makanan yang dapat
menyebabkan penyakit bawaan makanan
seperti diare.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar penjamah
makanan
melakukan praktik higiene sanitasi dengan
cukup baik sebanyak 15 penjamah.
2. Sebagian besar sampel gado-gado yang
diteliti memiliki angka kuman E. coli lebih
dari 0 koloni per gram sebanyak 26 sampel.
3. Tidak ada hubungan antara praktik higiene
sanitasi penjamah makanan dengan
cemaran E. coli pada makanan gado-gado di
sepanjang jalan Kota Manado.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat
disarankan untuk:
1. Perlunya diadakan penyuluhan dan
pelatihan mengenai higiene sanitasi
makanan serta pembinaan untuk penjamah
makanan.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk
menjaga kebersihan diri seperti memakai
celemek dan penutup kepala serta
membiasakan diri untuk selalu mencuci
tangan sebelum menangani makanan.
3. Perlunya adanya penelitian lanjut tentang
sanitasi makanan dengan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2008. Tingkat Pengetahuan dan
Praktik Penjamah Makanan Tentang
Higiene dan Sanitasi Makanan Pada
Warung Makan di Tembalang Kota
Semarang tahun 2008. FKM Undip
(online)
(http://
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.ph
p/jpki/article/view/2411/2136
diakses
tanggal 1 juli 2013)
Depkes RI, 2001. Prinsip-Prinsip Higiene dan
Sanitasi
Makanan.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Ermayani, D. 2004. Hubungan Kondisi
Sanitasi dan Praktik Penjamah
Makanan
dengan
Kandungan
Escherichia coli pada Nasi Pecel di
Kelurahan Sumurboto dan Tembalang

Semarang. Skripsi. FKM UNDIP.


Semarang
Fathonah, S. 2005. Higiene dan Sanitasi
Makanan. Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang. Semarang
Hakim, A.R. 2012. Hubungan Kondisi Higiene
dan Sanitasi dengan Keberadaan
Escherichia coli Pada Nasi Kucing
yang Dijual di Wilayah Tembalang
Semarang tahun 2012. FKM Undip
(online)
(http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/vie
w/1373/1394 diakses tanggal 1 juli
2013)
Hidayat, H.A. 2010. Hubungan Pengetahuan
dan Praktik Penjamah Makanan
Mengenai Higiene Sanitasi Makanan
dengan Keberadaan Escherichia coli
Pada Nasi Rames (Studi Pada Kantin di
Lingkungan Universitas Diponegoro
Tembalang). FKM Undip (online)
(http:// http://eprints.undip.ac.id/17259/
diakses tanggal 1 juli 2013)
Marlina. 2007. Hubungan Kondisi Sanitasi
dan Praktik Penjamah Makanan
dengan Kandungan Escherichia coli
pada tempe penyet di Warung Makan
Tembalang Semarang. FKM Undip
(online)
(http://
http://eprints.undip.ac.id/29367/ diakses
tanggal 1 juli 2013)
Moehyi, Syahmin. 1992. Penyelenggaraan
Makanan Institusi dan Jasa Boga.
Jakarta: Bhratara
Rahayu, W dkk. 2011. Keamanan Pangan :
Keperdulian Kita Bersama. Bogor : IPB
Press
Susanna, D. Hartono, B. 2003. Pemantauan
Kualitas Makanan Ketoprak dan GadoGado di Lingkungan Kampus UI
Depok,
melalui
pemeriksaan
Bakteriologis. FKM UI (online) (http://
http://repository.ui.ac.id/contents/kolek
si/2/881afd4e6559e236721be556a933f2
2c0043940d.pdf diakses tanggal 1 juli
2013)
Suwondo, A. 2004. Makalah Food Borne
Disease Sebagai Salah Satu Sinyal
Kontaminasi dan Bahan Toksik Pada

Pangan, Seminar Nasional Pangan dan


Kesehatan. Universitas Dipanegoro.
Semarang
Vitayata, A. 1995. Pembinaan Pengusaha
Makanan Jajanan dalam Upaya
Peningkatan
Kualitas,
Seminar
Nasional Sehari dan Festival Makanan
Tradisional. PusLitBang TekLemLit
UNDIP. Semarang
WHO. 2005. Penyakit Bawaan Makanan :
Fokus Pendidikan Kesehatan. Jakarta :
EGC

You might also like