You are on page 1of 10
Prosicing Peneltian SPeSIA 2015 Pendcikan Dokter Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Santri dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari — Desember 2013 Ina Ratna, *Tinni Rusmartini, *Rullijanto Wiradihardja “ Pedidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, J. Hariangbangea No.20 Bandung 40116 Abstrak. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhedap Sarcoptes scabiei Var hominis, Skabies merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh penghuni pesantren. Pengetahuan berpengarub techadap terjadinya skabies. Pengetahuan merupakan sumber yang sangat penting untuk terbentuknya suatu perilaku sescorang. Penelitian ini bertujuan untuk niengetabui bubungan tingkst pengetahuan dan perilaku santei dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari ~ Desember 2013, Rancangan penclitian observational analitik dengan pendekatan metode case control. Penclitian dilakukan di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmslaya pada bulsn April - Juni 2014, Teknik pengambilan sample dengan menggunakan simple random sampling. Kelompok kasus schanyak 36 ‘orang dan kelompok kontrol sebanyak 36 orang. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Chi — Square, Vasil penelitian ini menunjukkan babwa kejadian skabies di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya cukup tinggi (27,21%), tingkal pengetahuan santri baik (52.8%) ddan perilaku baik (69,4%). Berdaserkan hasil uji statistik dengan uji Chi — Square menunjukkan bahwa terdapat ubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri dengan kejadian skabies p-value sebesar 0,012 (p< 0,05) dan antara perilaku santri dengan kejadian skabies p-value sebesar 0,011 (p< 0,05), Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku santri dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Sukshideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Fanuari - Desember 2013, Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, peritaku dan kejadian skabies Abstract. Scabies is a skin disease that cause by infestation and sensitization of Sarcoptes seabiet Var hominis. Scabies is one of diseases that often suffered by most of pesantren occupants. Knowledge influence the occurrence of scabies. Knowledge is a very important source for the formation of a ‘person's behavior. This research aims to determine the correlation the level of knowledge and behavior of pesantren occupants with the incidence of scabies at Pondok Pesantren Sukahideng Tasikmalaya Region Period January - December 2013, The design of observational analytic research with case ~ control method approach. The research was done at Pondok Pesantren Sukahideng Tasikmalaya Region in April - June 2014. Sampling technique using simple random sampling. Case group vas 36 corespondents and control group was 36 corespondents, The data was analyzed with Chi — Square test. The results of this study showed that the incidence of scabies at Pondok Pesantren Sukahideng Tasikmalaya Region high enough (27.21%, a good level of knowledge of students (52,8% and good behavior (69.49%). Based on the test results of the statistical test Chi - Square shows that there is a significant correlation between the level of knowledge of pesantren oceupants with the incidence of scabies p-value 0,012 (p<0,05) and the behavior of pesantren occupants with the incidenceof scabies p-value 0,011 (p=0,05). The conclusion of this research is that there is a correlation the level of knowledge and behavior of pesantren occupants with the incidence of scabies at Pesantren Sukahideng Tasikmalaya Region Period January - December 2013. Keywords: Level of knowledge, behavior and incidence of scabie 2 | Ina Ratna, et at A. Pendahuluan Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei Var hominis.'2* Sinonim penyakit skabies yaitu: kudis, gudik, budukan, dan gatal agogo.’ Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian skabies pada tahun 2014 scbanyak 130 juta orang didunia.* Menurut International Alliance for the Control of Scabies (IACS) kejadian skabies bervariasi dari 0,3% menjadi 46%.* Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai. ° Menurut Sungkar skabies di Negara berkembang berkisar antara 6% - 27% dari populasi umum. ’ Skabies menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit tersering. * Skabies terjadi pada jenis kelamin perempuan dan laki-laki, semua usia, semua kelompok etnis, dan sosial ekonomi.’ Sarcoptes scabiei kebanyakan berada di kulit disekitar pergelangan tangan dan pada sela-sela jari, Bagian lain yang terkena adalah sikut, kaki, pergelangan kaki, ketiak, pantat dan pada daerah genital sedangkan pada wanita terdapat pada payudara. ? Transmisi skabies bisa secara langsung misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, seprei, bantal dan lain-lain Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang telah dibuahi.® Penyakit skabies banyak ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa yang kebersihan dirinya buruk, jarang mandi, jarang cuci baju, jarang mencuci tangan, jarang mencuci seprei, sering tukar menukar baju. Kondisi ini sering dijumpai misalnya orang tidur berdesakan seperti di asrama pelajar, rumah yatim piatu, pesantren, penjara, asrama tentara dan lain-lain.'° Skabies merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh penghuni pesantren."' Perilaku hidup bersih dan schat terutama Kebersihan perseorangan umumnya Kurang mendapatkan perhatian dari santri, Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren berisiko mudah tertular berbagai penyakit , Khususnya penyakit skabies. Penularan dapat terjadi bila kebersihan pribadi tidak dijaga dengan baik.'? Skabies tidak membahayakan manusia, tetapi ada rasa gatal pada malam hari yang menganggu aktivitas dan produktivitas, Pruritus pada malam hari merupakan salah satu gejala skabies, aktivitas tungau meningkat pada subu kulit yang lembab dan hangat.! Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap terjadinya skabies. Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra ‘manusia yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba."* Pondok Pesantren Sukahideng merupakan salah satu pesantren yang berada di Kabupaten Tasikmalaya dan mempunyai angka kejadian skabies yang cukup tinggi. Angka kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Sukahideng termasuk 10 besar penyakit yang dialami santri, Menurut catatan medis di Pos Kesehatan Pondok Pesantren Sukahideng Tasikmalaya jumlah kasus skabies pada tahun 2013 adalah sebanyak 37,21%.'> Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku santri dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari — Desember 2013, Prosicing Peneltian Sivitas Akademika (Kesehatan dan Farmas:) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Santi dengan Kejadian Skabies 3 Bahan dan Metode Penelitian yang digunakan adalah analitik dengan rancangan case control untuk mengetahui Iebih jauh mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku santri dengan Kejadian skabies di pondok pesantren Sukabideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari — Desember 2013. Penelitian ini dilakukan pada santri yang berusia 12 -15 tahun di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari — Desember 2013 pada bulan April- Juni 2014, Penelitian menggunakan rekam medik di Poskestren Sukahideng yang menderita skabies sebanyak 86 orang. Penderita skabies sebanyak 86 orang tersebut, diambil secara random sampling dan didapatkan sampel kelompok kasus sebanyak 36 orang yang menderita skabies dan memenuhi kriteria inklusi Setelah itu, dilakukan pengambilan sampel kelompok kontrol sebanyak 36 orang yang tidak menderita skabies dan memenuhi kriteria inklusi. Data primer berupa hasil kuisoner yang telah dibagikan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi Setelah melalui pengolahan data, didapatkan hasil penelitian kemudian dianalisis univariat dan bivariat. Cc. Hasil Distribusi_kejadian skabies di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya pada santri berusia 12-15 tahun berdasarkan data rekam medik dijelaskan pada tabel 1 Tabel 1 Distribusi Kejadian Skabies Menurut Rekam Medik di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya Pada Santri berusia 12-15 tahun Variabel F Penderita Skabies 86 27,21% Bukan Penderita Skabi 230 22,19% Total 316 100% ket: frekuensi Tabel 1 menggambarkan distribusi kejadian skabies berdasarkan data rekam medik di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya pada santri berusia 12-15 Tahun. Penderita skabies sebanyak 86 orang (27,21%) dan bukan penderita skabies sebanyak 230 orang (72,79%). Distribusi kejadian skabies berdasarkan uur responden 12-15 tahun penderita skabies dan bukan penderita skabies yang dijelaskan pada tabel 2 PPendiikan Dokter ( $-1) Gelombang 1 Tahun Akadernk 2014-2015 4 | Tra Ratna, & at ‘Tabel 2 Tabulasi Silang Umur Kelompok Umur Penderita Bukan Penderita Total Skabies F 2 12-13 tahun tabu a 15 1415 tahun Stahun v6 38,5 ‘Total 36 ofa Ye 50,0 50,0 Tabel 2. menggambarkan tabulasi silang antara umur dengan kelompok skabies dan bukan penderita skabies. 33 orang yang berumur antara 12-13 tahun, 12 orang diantaranya penderita skabies dan 21 orang diantaranya bukan penderita skabies. 39 orang yang berusia antara 14-15 tahun, 24 orang diantaranya penderita skabies dan 15 orang diantaranya bukan penderita skabies. Distribusi tingkat pengetahuan santri di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari — Desember 2013, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 ‘Tabel 3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Santri Variabel f % Tingkat Pengetahuan Baik 38 528 ai 29,2 13 18,1 Total 72 100 Tabel 3. menggambarkan distribusi tingkat pengetahuan, 72 orang yang diteliti, 38 orang (52,8%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik, 21 orang (29,2%) diantaranya memiliki pengetahuan yang cukup dan 13 orang (181%) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang, Distribusi tingkat perilaku santri di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari — Desember 2013, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4 Distribusi Perilaku Santri ‘Variabel f % Perilaku Baik 50 52,8 Cakup 0 29,2 Kurang 22 18,1 2 100) Prosicing Peneltian Sivitas Akademika (Kesehatan dan Farmas:) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Santi dengan Kejadian Skabies J. 5 Tabel 4 menjelaskan dari 72 orang yang diteliti juga, 50 orang (69,4%) diantaranya memiliki perilaku yang baik dan 22 orang (30,6%) diantaranya memiliki perilaku yang kurang. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden ‘memiliki perilaku yang baik. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya terdapat pada tabel 5 ‘TabelS Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Skabies Kelonpok Bukan Chi Pengetahuan Penderita value " Penderita 9, penderita 9 Square” ° ves abies Baik 14 36,8 4 63,2 Cukup un 52,4 10 47,6 8,910 0,012 Kurang 1846 2 1s Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa setclah dilakukan penghitungan secara statistik dengan uji Chi Square, diperolch suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian skabies, Hal ini dapat dilihat dari nilai p- value = 0,012 < 0,05. Hubungan antara perilaku santri dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya terdapat pada tabel 6 ‘Tabel 6 Hubungan Antara Perilaku dengan Kejadian Skabies Kelompok Peril akan chi Perilaku Penderita % pon ym Square p-value Skabies Baik 2-400 30 60,0 Cukup 6 09 0 09 6545 0011 Kurang 6 727 6 273 Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa setelah dilakukan penghitungan secara statistik dengan uji chi square, diperolch suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara perilaku dengan kejadian skabies. Hal ini dapat dilihat dari nilai p-value 0,011 < 0,05. Pembahasan Angka kejadian skabies pada santri yang berusia 12-15 tahun berdasarkan pada tabel 1 didapatkan penderita skabies sebanyak 86 orang (27,21%) dan bukan penderita skabies sebanyak 230 orang (72,79%). Kejadian penyakit skabies termasuk PPendiikan Dokter ( $-1) Gelombang 1 Tahun Akadernk 2014-2015 6 | Tra Ratna, & at ke dalam 10 besar penyakit yang dialami santri di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya. Data yang diperoleh didapatkan dari Pos Kesebatan Pesantren yang berada di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya, Hasil ini sesuai dengan penelitian Kurniasih di Pondok Pesantren Sabilunnajat di Kabupaten Ciamis menyebutkan sebanyak 68,3% menderita skabies.'? Sedangkan menurut penelitian Nely dan kawan-kawan di Pondok Pesantren Darul Hijrah Kabupaten Banjar menyebutkan kejadian skabies sebanyak 23,01%.'° Kejadian skabies di Pesantren masih sering terjadi, masih banyak santri yang kurang memahami penyakit skabies dan tidak menerapakan perilaku hidup bersih dan sehat! Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan umumnya Kurang mendapatkan perhatian dari santri. Tinggal bersama dengan sckelompok orang seperti di pesantren berisiko mudah tertular berbagai penyakit, khususnya penyakit skabies. Penularan dapat terjadi bila kebersihan pribadi tidak dijaga dengan baik.2 Berdasarkan pada tabel 2 yang menggambarkan kriteria usia dari 12-15 tahun, penderita skabies yang berusia 12 — 13 tahun sebanyak 36,4%, kelompok usia 14 — 15 tahun sebanyak 61,5%. Bukan penderita skabies kelompok usia 12 — 13 tahun sebanyak 63,6% dan kelompok usia 14 — 15 tahun sebanyak 38,5%. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riris di Pesantren Al-Muayyad Surakarta.!® Kriteria usia 12-14 tahun sebanyak 65% dan bukan penderita skabies usia 12-14 tahun 44.21%, Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yasin di Pondok Pesantren Mujahadah Kabupaten Tegal menyebutkan penderita skabies paling banyak terjadi pada usia 12 tahun sebesar 25%,17 Dari hasil penelitian diketahui penderita skabies di Pondok Pesantren Sukahideng paling banyak terjadi pada usia 14-15 tahun. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yasin penderita skabies paling banyak pada usia 12 tahun. Perbedaan ini dipengaruhi banyak hal, diantaranya pengetahwan antar individu berbeda dan sikap pencegahan terhadap penyakit skabies. Usia merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Menurut Sungkar pada negara ‘maju prevalensi skabies sama pada golongan umur. Berdasarkan tabel 3 menggambarkan distribusi tingkat pengetahuan. Dari 72 orang yang diteliti, 38 orang (52,8%) diantaranya memiliki pengetahuan yang baik, 21 orang (29,2%) diantaranya memiliki pengetahuan yang cukup dan 13 orang (18.1%) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang. Hasil ini tidak scsuai dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Riris di Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta menyebutkan sebagian besar santri pengetahuannya Kurang yaitu sebesar 81,58%."° Pengetahuan tentang skabies mempengaruhi kejadian skabies Karena pengetahuan merupakan sumber penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, Hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengetahuan dan perilaku. Pada Pesantren Al Muayyad Surakarta subjek kurang memperhatikan pencegahan, sumber penularan dan penyebab penyakit skabies.'” Pada Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya sebagian besar santri mempunyai tingkat pengetahuan baik dan memahami penyakit skabies. Prosicing Peneltian Sivitas Akademika (Kesehatan dan Farmas:) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Santi dengan Kejadian Skabies 7 Berdasarkan tabel 4 dari 72 orang yang diteliti, 50 orang (69,4%) diantaranya memiliki perilaku yang baik dan 22 orang (30,6%) diantaranya memiliki perilaku yang kurang. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nely dan kawan-kawan di Pondok Pesantren Darul Hijrah Kabupaten Banjar menyebutkan santri memiliki perilaku yang baik untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol yaitu sebanyak 100%.'® Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang baik. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ma’rufi di Pondok Pesantren Lamongan menyebutkan bahwa sebagian besar santri berperilaku buruk (Kurang) yaitu sebanyak 64,2%, Hasil penelitian Ma’rufi menunjukan bahwa_perilaku kebersihan seseorang yang buruk mempengaruhi sescorang menderita skabies.** Perilaku menjaga kebersihan pribadi masih kurang dilakukan oleh para santri, Santri sering meminjamkan handuk, alat sholat, meminjamkan pakaian dan tidur bersama. Hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan dari santri yang berbeda-beda... Dimana pengetahuan sangat berpengaruh terhadap terjadinya skabies. Pengetahuan merupakan sumber yang sangat penting dalam terbentuknya suatu perilaku. Di Pondok Pesantren Sukahideng sebagian besar masuk kategori baik, dimana sebagian besar santri menjaga kebersihan pribadinya dengan baik dan berperilaku hidup bersih sebat, walaupun ada sebagian santri yang tidak melaksanakan dengan baik Berdasarkan tabel 5 dari 38 orang yang memiliki pengetahuan baik, 14 orang (36,8%) diantaranya penderita skabies dan 24 orang (63,2%) diantaranya bukan penderita skabies. Dari 21 orang yang memiliki pengetahuan cukup, 11 orang (52.4%) diantaranya penderita skabies dan 10 orang(47,6%) diantaranya bukan penderita skabies. Dari 13 orang yang memiliki pengetahuan kurang, 11 orang(84,6%) diantaranya penderita skabies dan 2 orang(5,4%) diantaranya bukan penderita skabies. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p-value= 0,012 lebih kecil dari alfa-0,05 artinya terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri dengan kejadian skabies. Selain itu korelasi antara pengetahuan dengan kejadian skabies termasuk kategori derajat asosiasi cukup Kuat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kurniasih di Pondok Pesantren Sabilunnajat di Kabupaten Ciamis menyebutkan sebanyak 68,3% menderita skabies, tingkat pengetahuan kurang sebanyak 39,8% dan 47,2% kategori kurang terhadap peneegahan penyakit skabies.'? Sclain itu penclitian yang dilakukan olch Ma’rufi menyebutkan sebagian besar santri yang menderita skabies masuk kategori pengetahuan Kurang yaitu sebanyak 64,2%,'' Penelitian yang dilakukan olch Andayani di Pondok Pesantren Ulummu Qur’an Stabat menyebutkan sebagian besar santri berpengetahuan kurang yaitu sebnayak 30%?! Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya tindakan sescorang, perilaku yang didasari oleh pengetabuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, usia dan pekerjaan. Pengetahuan yang Kurang maka santri kurang ‘menjaga kebersihan pribadi, serta berperilaku yang baik. Berbeda dengan santri yang berpengetahuan baik, mereka akan lebih mudah melakukan pencegahan terhadap PPendiikan Dokter ( $-1) Gelombang 1 Tahun Akadernk 2014-2015 B | Tra Ratna, & at suatu penyakit khususnya penyakit skabies yang sering dialami oleh santri di pondok pesantren. Pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Secara umum pengetahuan pada responden mencapai tahap memahami, sebagian santri ada yang bisa mengaplikasikan yaitu dalam bentuk pencegahan penyakit skabies Hasil penelitian sesuai tabel 6 diketahui perilaku santri penderita skabies yang termasuk penderita baik 40% , cukup 0% dan kurang 72,7%. Hasil penelitian santri bukan penderita skabies yang termasuk Kategori baik 60%, cukup 0% dan kurang 27,3%. Setelah dilakukan penghitungan secara statistik dengan uji chi square, diperoleh suatu kesimpulen bahwa terdapat hubungan antara perilaku dengan kejadian skabies. Hal ini dapat dilihat dari nilai p_value = 0,011 < 00s. Pada hasil penelitian di Pondok Pesantren Sukahideng Kabupaten ‘Tasikmalaya santri yang menderita skabies mempunya perilaku yang Kurang atau buruk dibandingkan dengan santri yang tidak menderita skabies, Hasil ini sesuai penelitian Marufi di Pondok Pesantren Lamongan, sebanyak 63% mempunyai personal hygiene yang buruk dengan kejadian skabies 73,70%.!! Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelly dan kawan-kawan menyebutkan penderita skabies mempunyai perilaku baik yaitu sebesar 100%, Di Pondok Pesantren Darul Hijrah menyebuttkan tingkat sosial ekonomi orang tua, orang tua memberikan pesangon untuk menjaga kebersihan diri seperti sabun mandi dan sabun cuci dan juga perilaku santri yang sebagian besar berperilaku dengan baik Kebersihan pribadi termasuk ke dalam perilaku sehat, Sarcoptes scabiei mudah mengifestasi seseorang dengan kebersihan pribadi yang buruk.!® Perilaku hhidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan umumnya kurang ‘mendapatkan perhatian dari santri. Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren berisiko mudah tertular berbagai penyakit, khususnya penyakit skabies. Penularan dapat terjadi bila kebersihan pribadi tidak dijaga dengan baik.2 Cara penularan skabies bisa dengan dua cara yaitu secara Kontak langsung misal dengan tidur bersama dan berjabat tangan, dan tidak langsung (benda) misalnya pakaian, handuk, seprei dan bantal2 Banyak faktor yang mempengaruhi penyakit skabies, diantaranya sanitasi lingkungan, status ekonomi dan budaya, kondisi fisik rumah, pengetahuan dan perilaku personal hygiene. Pada penelitian ini menggunakan pengetahuan dan perilaku personal hygiene. Penyakit skabies banyak ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa yang kebersihan dirinya buruk, jarang mandi, jarang cuci baju, jarang mencuci tangan, jarang mencuci seprei, sering tukar menukar baju. Kondisi ini sering dijumpai misalnya orang tidur berdesakan seperti di asrama pelajar, rumah yatim piatu, pesantren, penjara, asrama tentara dan lain-lain, Perilaku tidak sehat santri juga bisa karena pengetahuan yang maish rendab. Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan — tingkat pengetahuan dan perilaku santri dengan kejadian skabies di pondok pesantren Sukahideng Kabupaten Tasikmalaya periode Januari — Desember 2013. Prosicing Peneltian Sivitas Akademika (Kesehatan dan Farmas:) Hubungan Tingéat Pengetahuan dan Perilaku Santi dengan Kejadian Skabies J. 9 Daftar Pustaka L. WL 12. Sungkar S, Parasitologi Kedokteran.Edisi ke-4, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011. hlm.297 M.Soedarto. Infeksi Menular Seksual.Edisi ke-4.Jakarta: Fakultas Kedokteran ‘Universitas Indonesia; 2011. hlm.193 Handoko RP. Imu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi ke- 5, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. hlm.122-5 . Steer A. Scabies: World Health Organization (WHO); 2014.Tersedia dari: hitp://www.who int/neglected_diseases/discases/scabies/en/,[Diunduh tanggal 9 Maret 2014} Scabies IAfCo. Scabies: International Aliance for the Control of Scabies; 2014. Tersedia dari: http://www.controlscabies.org/about-scabies/. [ Diunduh ‘tanggal 17 Januari 2014 ] Gunawan MES, Kandou RT, Pandaleke HEJ. Profil Skabies Di Poliklinik Kulit dan Kelamin BLU RSUP PROF.DR.RD.KANDOU Manado. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, 2012. [ Diunduh tanggal 27 Januari 2014 ] Ma'rufi 1, Istiajai E, Witcahyo E, Hubungan Perilaku Sehat Santri Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Ilmu Kesehatan Masyarakat 2012 2 September:8. [ Diunduh tanggal 8 Februari 2014) Audhah NA, Ummiyati SR, Siswati AS. Faktor Resiko Skabies pada Siswa Pondok Pesantren. Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang. 2012 13 April;4:hlm,14-22,[ Diunduh tanggal 5 Maret 2014 ] Chosidow ©. Scabies. The New England Journal of Medicine. April 2006 20. [ Diunduh tanggal 19 Januari 2014 Agoes R, Ochadian H, N D, Entomologi Medik. 2 ed. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; Januari 2005. hlm.71-74 . Andayani LS. Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies Di Pondok Pesantren Ulumu Qur'an Stabat. Info Kesehatan Masyarakat. Desember 2005;IX: hlm.33-8. [ Diunduh tanggal Februari 8 2014 ] Akmal SC, Semiarty R, Gayatri, Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum,Palarik Air PPendiikan Dokter ( $-1) Gelombang 1 Tahun Akadernk 2014-2015 10 14, 15 16. 17. 18. Ta Ratna, et a Pacah,Kecamatan Koto Tengah Padang Tahun 2013. Kesehatan Andalas. 2013. [ Diunduh tanggal 19 Februari 2014 ] Kurniasih. Hubungan Perilaku Santri Dengan Kejadian Penyakit Skabies Di Pesantren Sabilunnajat Desa Cileungsir Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis.Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Siliwangi.2011 Notoatmodjo $, Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; Maret 2012, Pondok Pesantren Sukahideng . Laporan Kesehatan. Kabupaten Tasikmalaya: Pondok Pesantren Sukahideng; 2013 Ma'ufi I, Keman S, Notobroto HB. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Skabies. Kesehatan Lingkungan. Juli 2005:2:11-8. [ Diunduh tanggal 31 Januari 2014 | Rohmawati RN. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan Dan Perilaku Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta.2010. [ Diunduh tanggal 3 Juli 2014] ‘Yasin, Prevalensi Skabies Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Siswa-Siswi Pondok Pesantren Darul Mujahadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah Bulan Okltober Tahun 2009, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009. { Diunduh tanggal 15 Juli 2014 | Prosicing Peneltian Sivitas Akademika (Kesehatan dan Farmas:)

You might also like