Professional Documents
Culture Documents
DASAR-DASAR
ASURANSI KESEHATAN
BAGIAN - B
Penulis:
Mardiati Nadjib
Efmansyah Iken Lubis
Nurbaiti
Kasir Iskandar
Ali Ghufron Mukti
Yaslis Ilyas
Buku ini dipersiapkan sebagai bahan utama pendidikan profesi asuransi kesehatan yang
diujikan oleh PAMJAKI. Untuk informasi lengkap tentang pendidikan profesi
asuransi kesehatan silahkan kunjungi website PAMJAKI di www.pamjaki.org
PAMJAKI (Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Ahli Asuransi Kesehatan Indonesia),
Jakarta.
KATA PENGANTAR
Keinginan untuk menerbitkan bahan pendidikan profesi untuk ujian Ahli Asuransi
Kesehatan sudah lama diidamkan oleh Pengurus PAMJAKI, namun demikian,
perkembangan perasuransian dan kesibukan penulis yang juga merupakan pengurus
PAMJAKI menyebabkan keinginan tersebut baru kali ini terwujud. Sebelum buku ini
disusun, ujian PAMJAKI menggunakan buku Fundamental Health Insurance part B yang
diterbitkan oleh Health Insurance Association of America, dan diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia oleh Mardiati Nadjib (kerjasama antara Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKM UI dan PT (Persero) Asuransi Kesehatahn Indonesia). Namun banyak
keluhan disampaikan oleh peserta ujian, karena terjemahan dan bahasan yang kurang
sesuai dengan kondisi Indonesia.
Dengan semangat tinggi untuk meningkatkan dan memperbaiki buku-buku pegangan
untuk ujian PAMJAKI, akhirnya PAMJAKI berhasil menyelesaikan 3 (tiga) buku dasar
pendidikan profesi ahli asuransi kesehatan, yang diantaranya adalah Dasar-Dasar
Asuransi Kesehatan Bagian B ini.
Sumber utama penulisan buku ini masih diambil dari buku Fundamental Health Insurance
part B yang diterbitkan oleh Health Insurance Association of America (HIAA). Namun
demikian, untuk memperkaya pembahasan buku ini penulis mengisi bahasan dengan
perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia dalam bab-bab berikut: Mengelola Biaya
Pelayanan Kesehatan, Penerbitan, Pelayanan dan Perpanjangan Polis, Administrasi
Klaim, Penetepan Premi Asuransi Kesehatan, Regulasi Asuransi Kesehatan, dan
Kecurangan Asuransi Kesehatan (Fraud).
Kami berharap buku ini dapat memudahkan calon peserta ujian dalam mempersiapkan
diri menghadapi ujian PAMJAKI untuk memperoleh pengakuan sebagai profesional,
baik sebagai Ajun Ahli Asuransi Kesehatan ataupun Ahli Asuransi Kesehatan.
Diharapkan buku ini bermanfaat pula bagi para mahasiswa di bidang kesehatan ataupun
praktisi asuransi dalam mencari bahan-bahan rujukan yang terkait dengan asuransi
kesehatan.
Akhir kata, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dimasa depan PAMJAKI
mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran bagi penyempurnaan
buku ini. Kritik dan saran dapat disampaikan melalui sekretariat@pamjaki.org.
Selamat belajar, semoga sukses!
Agustus 2005
PAMJAKI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................ii
Bab 1
Mengelola Biaya Pelayanan Kesehatan ..........................................................................1
Bab 2
Penerbitan, Pelayanan dan Perpanjangan Polis ..............................................................29
Bab 3
Administrasi Klaim .........................................................................................................51
Bab 4
Penetepan Premi Asuransi Kesehatan .............................................................................80
Bab 5
Regulasi Asuransi Kesehatan ..........................................................................................105
Bab 6
Kecurangan Asuransi Kesehatan (Fraud) .......................................................................140
ii
BAB 1
Mengelola Biaya Pelayanan Kesehatan
Mardiati Nadjib
Pendahuluan
Managed Care
1.1. Pendahuluan
Biaya pelayanan kesehatan mencakup dua aspek: kecukupan dan pemanfaatan. Aspek
kecukupan, dapat menjelaskan apakah dana tersedia secara memadai (adekuasi), atau terjadi
kekurangan dana. Sebaliknya, mungkin saja telah terjadi kecenderungan peningkatan biaya
dari tahun ke tahun yang akan menyebabkan mahalnya harga jasa pelayanan kesehatan.
Aspek lain yang terkait dengan pemanfaatan dana adalah bagaimana dana dipergunakan,
apakah menyentuh kepentingan masyarakat luas (equity) atau tidak, serta bagaimana
outputnya (efisiensi).
Mengelola biaya pelayanan kesehatan mengandung pengertian bagaimana
mengendalikan biaya pelayanan kesehatan sebaik-baiknya melalui cara-cara/ mekanisme
tertentu, agar pelayanan kesehatan dapat tersedia dengan efisien sekaligus berkualitas. Bab
ini lebih banyak membahas aspek efisiensi melalui cara-cara / mekanisme pengendalian
biaya dari sisi supply maupun demand. Sebagian teori dan konsep dasar diambil dari
pengalaman negara lain (Amerika) seperti dikutip dari buku HIAA. Meskipun beberapa
contoh diambil dari pengalaman asuransi kesehatan komersial, prinsip-prinsip dasar
pengendalian biaya (cost containment) tetap dapat menjadi pelajaran berharga bagi
penerapan asuransi kesehatan di Indonesia.
Secara umum, analisis pembiayaan kesehatan diharapkan dapat memberikan
gambaran berapa besar biaya kesehatan per tahun, identifikasi sumber-sumber dana, untuk
program apa dana tersebut terpakai, dan siapa yang paling merasakan manfaat pelayanan
tersebut. Informasi ini memang sangat dibutuhkan untuk menentukan kebijakan dan strategi
pembiayaan kesehatan nasional maupun daerah, terutama di era desentralisasi ini di mana
Mengelola Biaya Pelayanan Kesehatan
Mardiati Nadjib
Mardiati Nadjib
menjadi 41, 4 triliun atau terjadi kenaikan sekitar 86%. Persentase kenaikan biaya
pengeluaran kesehatan tertinggi terjadi pada saat krisis ekonomi nasional (1995-1996) yaitu
mencapai kenaikan sebesar 42,7%. Namun bila dibandingkan dengan kenaikan GDP pada
tahun tersebut hanya terjadi kenaikan sebesar 27,9%. Jadi kenaikan total biaya kesehatan
14% lebih tinggi dari kenaikan GDP. Bila melihat nilai nominalnya, antara tahun 1995-1998
ada kenaikan tiga kali lipat.
Setelah masa krisis, yaitu pada tahun 1997-1998 ada kenaikan total biaya kesehatan
sebesar 35,5%. Sedangkan pada tahun dimana terjadi puncak krisis yaitu tahun 1998-1999
terjadi peningkatan sebesar 16,9%, dimana pada tahun tersebut biaya kesehatan meningkat
drastis. Dari kejadian tersebut dapat diasumsikan bahwa terjadi penurunan utilisasi pelayanan
kesehatan sebagai dampak dari krisis tersebut. Pada tahun 1998 tersebut terjadi kenaikan
yang seimbang antara GDP dan total biaya kesehatan, yaitu 35,5% (GDP) dan 34,32% (total
biaya kesehatan).
Tahun 2000, merupakan titik puncak terjadinya kenaikan inflasi sektor kesehatan,
karena daya beli masyarakat sudah pada titik tertinggi. Pada tahun 2001 total biaya kesehatan
turun menjadi 33,7 triliun dari sebelumnya 32,6 triliun, atau terjadi penurunan sebesar 2,97%. Total biaya kesehatan lebih banyak ditanggung oleh pihak swasta dan masyarakat
dibanding pemerintah ( 30 : 70).1 Berdasarkan laporan world Health Report 2000,
pengeluaran tunai (Out of pocket) masyarakat Indonesia untuk kesehatan sebesar US$ 26,
sedangkan pengeluaran untuk umum (public)hanya sebesar US$ 21, ini berarti beban
pendanaan kesehatan di Indonesia sebagian besar ditanggung oleh masyarakat melalaui
pengeluaran tunai untuk berobat.2 Hasil ini sama dengan hasil penelitian Indonesia National
Health Account, 1995-2002.
Bila merujuk pertumbuhan biaya kesehatan tahun jauh sebelum krisis terjadi,
pertumbuhan biaya kesehatan perkapita pada tahun 1982/1983 sampai tahun
1986/1987sebesar 6,4%/tahun menurut harga berlaku, sedangkan menurut harga konstan
justru terjadi penurunan 0,77%. Persentase anggaran kesehatan perkapita dari tahun 1987
sampai dengan tahun 1997 bila dihitung berdasarkan harga konstan pertumbuhannya justru
turun, yaitu sebesar -1%, dimana selayaknya pertumbuhannya paling tidak menjadi positif.
Indonesia National Health Account, 1995-2002, Departemen Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal Biro
Keuangan dan Perlengkapan, Jakarta, September 2004
2
Thabrany, H, Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, Ed.1, PT.Raja
Grafindo Perkasa, 2005
Mengelola Biaya Pelayanan Kesehatan
Mardiati Nadjib
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
5.685.661
9.918.904
15.180.458
23.537.136
28.336.754
34.800.030
33.795.779
41.430.186
42,68%
34,66%
35,5%
16,94%
18,57%
-2,97%
18,43%
383.768.000
532.568.000
627.695.400
955.753.500
1.109.979.500
1.290.684.200
1.449.398.109
1.610.011.606
27,94%
15,16%
34,32%
13,89%
14,00%
10,95%
9,98%
1,48%
1,86%
2,42%
2,46%
2,55%
2,70%
2,33%
2,57%
Sumber: Indonesia National Haelth Account, 1995-2002. Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2004
*THE : Total Health Expenditure
*GDP : Gross Domestic Product
Mardiati Nadjib
Pembahasan mengenai reformasi terus berlanjut pada level Kongres dan negara
bagian. Sektor swasta bahkan telah mulai dengan upaya pengendalian biaya tersebut.
1.4.
Ada 4 cara untuk mengendalikan biaya-biaya pelayanan yang semakin tinggi melalui
rancangan produk yang ditawarkan, yaitu: cost sharing, menetapkan tingkat maksimum
pembayaran (limit maximum), pegawai ikut berkontribusi (employee contribution), dan
koordinasi manfaat (coordination of benefit).)
1.4.1. Iur Biaya (Cost sharing)
Pada iur biaya (cost sharing), pihak tertanggung harus membayar sejumlah porsi
biaya tertentu untuk jasa pelayanan medis yang mereka terima dengan menggunakan cara
deductible , coinsurance dan copayment.
Mengelola Biaya Pelayanan Kesehatan
Mardiati Nadjib
Deductible
Deductible merupakan jumlah biaya pelayanan yang dicakup dalam paket yang harus
dibayar oleh pihak tertanggung sebelum asuradur/ bapel memberlakukan pembayaran
jaminan. Di Amerika, pada sebagian besar paket asuransi kumpulan, cara deductible
menggeser biaya-biaya dari perusahaan kepada pegawai, sedangkan pada paket perorangan,
cara deductible menggeser biaya dari pihak asuransi ke pihak tertanggung. Cara ini juga akan
merangsang pihak tertanggung untuk mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
semurah mungkin.
Variasi prinsip-prinsip deductible termasuk:
Deductible untuk perorangan yang diperlakukan secara terpisah
Maksimum deductible untuk keluarga
Deductible per kasus (biasanya untuk cakupan RS)
Ada beberapa type deductible seperti dikutip dari buku HIAA:
Flat deductible. Sejumlah $ tertentu yang harus dibayar oleh setiap orang atau keluarga.
Contoh flat deductible misalnya U$100 per orang/tahun atau U$300 per keluarga/tahun
Percentage deductible. Persentase gaji tahunan yang diambil dari pihak tertanggung.
Persentase ini biasanya dalam jumlah kecil, dengan jumlah maksimum setahun.
Kewajiban yang umumnya dilakukan adalah 1 persen gaji tahunan kotor, dengan
maksimum sejumlah U$1.000.
Benefit-related deductible. Jumlah tertentu dari tunjangan yang dibebankan kepada
pihak tertanggung sebelum benefit diberlakukan. Contoh, polis yang mungkin tidak
berlaku pada hari pertama rawat inap
Threshold corridor deductible. Sejumlah kewajiban yang harus dikeluarkan langsung
(out-of-pocket) oleh pihak tertanggung setelah pembayaran benefit paket dasar dan
sebelum paket major medical mulai dijamin.
Sliding or variable deductible. Jumlah potongan yang lebih besar dari jumlah yang
tertera didalam polis (mis. U$500) atau jumlah aggregat benefit yang dibayarkan oleh
asuransi lain untuk klaim tertentu. Format ini dapat menyatukan ukuran-ukuran cost
sharing dan proteksi atas overinsurance yang dilakukan pemegang polis.
Coinsurance/Copayment
Coinsurance mengharuskankan pihak tertanggung untuk membayar sejumlah persen
tertentu dari biaya pelayanan setelah besaran deductible terpenuhi. Asuradur mengurangi
persentase coinsurance jika pihak tertanggung memakai provider yang ditunjuk atau
meminta opini kedua untuk kasus operasi yang telah direkomendasi.
Copayment adalah sejumlah rupiah tertentu pada setiap jenis pelayanan (Contoh:
100.000 rupiah pada setiap kunjungan ). Metoda ini digunakan dalam paket-paket managed
care seperti HMO dan PPO.
Mardiati Nadjib
Dengan meminta pihak tertanggung untuk membayar sebagian tertentu atas biaya
pelayanan kesehatannya, coinsurance dapat membantu mengurangi biaya yang ditanggung
oleh pihak perusahaan pada paket kelompok dan asuradur pada paket perorangan.. Cara ini
didisain agar peserta asuransi menjadi pembeli yang memilih fasilitas kesehatannya dengan
cara lebih cost effective.
Kontribusi Pegawai
Sebagian besar pegawai memberikan kontribusi dalam membiayai paket yang
disponsori perusahaan melalui pembayaran premium. Kontribusi umumnya. berupa flat
rupiah per bulan atau persentase gaji per bulan. Biasanya kontribusi bervariasi berdasarkan
pilihan asuransi kumpulan atau perorangan. Jika paket bersifat ganda (misalnya manfaat/
benefit tinggi dan rendah ditawarkan), kontribusi perusahaan seringkali ditetapkan
berdasarkan pada pilihan paket manfaat yang rendah.
Untuk contoh di Indonesia, askes PNS (dan pensiunan PNS) yang dikelola oleh Bapel
PT Askes pembayaran premi oleh para PNS sebesar 2% dari gaji setiap bulannya. Untuk itu
PNS dan pensiunan PNS mendapatkan haknya dalam pelayanan kesehatan, namun juga
membayar sejumlah iur biaya. Besar iur biaya ternyata tidak ditetapkan berdasarkan angka
flat per bulan atau persen gaji, namun selisih biaya klaim dengan pelunasan oleh PT Askes.
Untuk peserta Jamsostek, iuran JPK ditetapkan 3% dari upah sebulan tenaga kerja lanjang
dan 6% bagi yang sudah berkeluarga, dengan pembatasan manfaat (selisih biaya ditanggung
sendiri).
Mardiati Nadjib
Dibuka rekening khusus untuk setiap karyawan dengan jumlah uang tertentu (biasanya
U$300 s/d U$500) yang digunakan untuk membayar deductible atau coinsurance
semua klaim selama tahun tersebut
Suatu rekening juga dibuka seperti di atas, tetapi uangnya digunakan terutama untuk
membayar benefit ketimbang deductible atau coinsurance. Setiap saldo yang tersedia
pada akhir tahun dan dibayarkan kepada pegawai dengan pendekatan tersebut diatas
akan merupakan subjek pajak pendapatan perorangan dibawah peraturan hukum yang
berlaku.
Bebarapa paket menghadiahkan sehari cuti kerja yang dibayar bagi pegawainya yang
tidak menerima pembayaran benefit tahunan yang melebihi jumlah tertentu.
Tahun 1996 kongres merespon antusiasme masyarakat mengenai medical saving
account (MSA) pada jumlah yang terbatas, preferensi pajak untuk MSA bersama-sama
dengan cakupan kesehatan dengan deductible yang tinggi. Semakin tinggi nilai
deductible, maka diperkirakan individu akan mencari dan menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan nya dengan lebih hati-hati, sehingga dapat mengurangi
penggunaaan fasilitas pelayanan yang tidak perlu. Dana yang ada di MSA digunakan
untuk membayar pengeluaran asuransi kesehatan, dan dana dari tahun ke tahun akan
bertambah banyak.
Mardiati Nadjib
Mardiati Nadjib
10
Mardiati Nadjib
11
Mardiati Nadjib
Fasilitas pengobatan ketergantungan alkohol dan obat (Alcohol dan drug treatment
facility atau ADTF)
Ada banyak paket manfaat yang mencakup biaya-biaya fasilitas pengobatan bagi
orang yang sembuh dari ketergantungan terhadap alkohol dan obat terlarang. Disamping
menyediakan pelayanan detoksifikasi, fasilitas tersebut menawarkan konsultasi dan
perangkat pelatihan yang dapat membantu pasien melawan dan mengatasi ketergantungan
terhadap obat dan alkohol. Disamping lebih murah dibanding dengan jika di rawat di RS,
ADTF juga telah terbukti sukses dalam membantu pasien-pasien yang bermasalah dengan
alkohol dan obat terlarang.
Contoh di Indonesia adalah RS Ketergantungan Obat (RSKO) Cilandak serta Pamardi
Siwi di Jakarta. Beberapa daerah juga memiliki panti rehabilitasi sosial korban napza. Pada
umumnya panti-panti tersebut berupa yayasan, termasuk pula yang menggunakan pendekatan
agama. Sebagai contoh Pondok Pesantren Suryalaya di Jawa Barat.
Hospice care
Hospice care diperuntukkan bagi pasien yang menderita sakit pada tahap
terminal (mereka yang mempunyai kesempatan hidup 6 atau kurang dari 6 bulan) dengan
pengobatan tradisional dan alternatif. Hospice care menekankan pada perawatan paliatif
(lebih ditujukan untuk menghilangkan rasa nyeri ketimbang penyembuhan ) perhatian lebih
dilakukan untuk mengatasi kebutuhan emosi, dan bantuan kepada pasien dan keluarga dalam
menjalani masa menjelang kematian.
Ada 4 prinsip dasar yang membedakan hospice dangan sistem perawatan kesehatan
secara tradisional:
Pasien dan keluarga, bukan hanya pasien, dianggap sebagai unit perawatan
Suatu tim yang multidisiplin, termasuk dokter, perawat, bantuan tenaga perawat
dirumah, psikiater, psikolog, tenaga terlatih, juga anggota keluarga, di gunakan untuk
membantu menentukan kebutuhan fisik , psikologis dan spiritual bagi pasien dan
keluarganya, kemudian mengembangkan pelayanan menyeluruh dan terkoordinasi
dengan baik.
Rasa sakit dan gejala-gejala yang berhubungan dengan terminal illness dikontrol,
namun tanpa upaya keras menyembuhkan pasien dari sakitnya
12
Mardiati Nadjib
terhadap pengeluaran untuk kegiatan administrasi. Disamping itu, paket per kumpulan dapat
menghemat dengan cara negosiasi potongan harga dan program insentif keuangan bagi
pegawai dan keluarganya.
1.5.2. Batas Tagihan yang Diperkenankan (Eligible charge limits) dan Tagihan yang
Layak dan Biasa/ Umum Berlaku ( reasonable and customary charges)
Asuransi biasanya membayar RS dan dokter berdasarkan penentuan limit pembayaran
yang diijinkan. Provider meminta pembayaran jasa pelayanan, jika berada pada atau
dibawah batas jumlah penggantian yang diperkenankan, sejumlah tertentu dimana deductible
dan coinsurance telah diperhitungkan. Jika seorang tagihan ke pasien lebih dari yang
dibolehkan, dokter tersebut dapat meminta pasien untuk membayar kekurangannya
Sebagai contoh, kontrak asuransi dapat menyatakan batas pembayaran yang
dibenarkan yaitu yang lebih kecil dari tiga perhitungan di bawah ini:
13
Mardiati Nadjib
Tarif yang layak dan umum (reasonable and customary) bagi prosedur dan pelayanan
pada suatu area tertentu
Harga yang layak dan berlaku umum tersebut merupakan jumlah batas yang
ditentukan oleh pihak asuransi, pemegang polis kelompok, perusahaan, atau administratur
agar adil maupun konsisten dengan harga yang dipakai oleh pemberi jasa lainnnya yang
setara/ serupa di wilayah tersebut, yang memberikan pelayanan yang sama.
14
Mardiati Nadjib
Suatu sistem pemrosesan aplikasi yang efisien dan hemat waktu sangat penting bagi
upaya penurunan biaya admisitrasi dari underwriting. Penundaan dan biaya-biaya tambahan
bisa dieliminir melalui penanganan secara tepat dari aplikasi yang masuk.
15
Mardiati Nadjib
menetapkan lama hari rawat inap awal, dan mengidentifikasi ada tidaknya kebutuhan
medis untuk setiap perpanjangan hari rawat
menilai rencana pengobatan dan melihat hasil pengobatan yang telah diberikan
membuat ringkasan data dan dibandingkan dengan kriteria perawatan
Kepala/ koordinator perawat dapat mengotorisasi perawatan. Dalam 24 jam dari tiap
admission, kepala/ koordinator perawat menelaah secara komprehensif kondisi pasien. Jika
data tidak menunjukkan dengan jelas informasi yang dibutuhkan, koordinator perawat
meminta klarifikasi dari dokter (attending physician). Kemudian, tingkat perawatan yang
tepat ditentukan. Tingkat potensial perawatan mencakup perawatan intensif, akut, extended;
atau rehabilitatif, supportif, rawat jalan, perawatan di rumah yang terkoordinir, dan hospice.
Koordinator perawat juga menentukan perkiraan lama hari rawat (minimummaksimum) sesuai dignosis awal. Review oleh konsultan Medis dibutuhkan untuk tiap
perpanjangan hari rawat yang melebihi batas maksimum.
16
Mardiati Nadjib
Continued stay review (CSR). CSR adalah suatu telaah medis yang dilakukan off-site
selama si tertanggung dirawat di RS. Review ini berdasarkan hasil pembicaraan melalui
telepon antara koordinator perawat dan dokter yang ada, petugas RS, staf yang mengatur
jadual keluar pasien. Hubungan via telepon dilakukan secara konsisten untuk mengetahui
kondisi pasien sampai pasien boleh keluar. Dengan menggunakan kriteria medis yang telah
ditetapkan dan norma hari rawat yang berlaku, reviewer menentukan kebutuhan medis,
ketepatan pengobatan dan lama hari rawat. Manfaat CSR adalah untuk menjamin bahwa
hanya pasien yang secara medis membutuhkan perawatan RS yang diijinkan untuk tetap
mendapatkan perawatan di RS.
DP sebaiknya telah ada sedini mungkin pada saat pasien dirawat di RS. Untuk pasien
yang belum sembuh benar, tetapi tidak membutuhkan pelayanan untuk perawatan akut di RS,
pengaturan untuk kemungkinan tinggal lebih lama sebaiknya dilakukan di institusi pelayanan
yang lebih murah, seperti.SNF. DP menjamin bahwa pasien mendapatkan perawatan yang
sesuai setelah dirawat di RS.
17
Mardiati Nadjib
operasi tidak dikonfirmasi/ dianjurkan oleh opini kedua dan tidak dilakukan
operasi dilakukan tetapi rawat jalan bukan rawat inap seperti rekomendasi awal
penurunan klaim operasi karena kepedulian dokter
18
Mardiati Nadjib
Fita Yulia K, Faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian biaya pelayanan kesehatan peserta
PT.Askes di Puskesmas Kota Yogyakarta, JMPK Vol. 07/No.1/Maret/2004, hal 27.
Mengelola Biaya Pelayanan Kesehatan
19
Mardiati Nadjib
Tren kunjungan juga merupakan data indikatif untuk UR. Gambaran kecenderungan
tingkat kunjungan peserta dari PT.Askes dan PT.Jamsostek dari tahun 1994-2003 seperti
tampak pada tabel 2 menjelaskan adanya perbedaan di antara kedua asuradur tersebut. Seperti
diketahui, kebijakan PT.Askes menggunakan Puskesmas sebagai gate keeper, sedangkan
Jamsostek selain menggunakan Puskesmas juga menggunakan (kontrak) dengan praktek
swasta (dokter umum). Data menunjukkan adanya tren peningkatan utilisasi peserta Askes
dari tahun 1994 sampai 2003, namun pola fluktuatif tampak pada angka utilisasi peserta
Jamsostek.
Dengan segala limitasinya, model pengendalian biaya ternyata telah mulai diterapkan
di Indonesia. Perusahaan-perusahan asuransi swasta dengan model indemnitasnya, tentu
sangat berkepentingan dalam hal pelaksanaan upaya-upaya pengendalian biaya seperti yang
banyak dilakukan di Amerika.
Tabel 2. Angka kunjungan per 1000 peserta per tahun untuk rawat jalan primer, rawat
jalan referal, Rawat inap, peserta ASKES dan Jamsostek 1994-2003
Tahun
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Ratarata
Rawat Jalan Tk I
PT.Askes Jamsostek
124,2
117,5
107,3
146,1
105,3
143,1
143,4
133,6
160,9
130,5
142,0
125,0
122,1
147,5
124,4
159,8
122,0
151,8
112,5
138,0
126,4
139,3
Rujukan
PT.Askes
17,1
17,8
18,6
22,5
30,5
28,8
27,8
36,9
31,3
40,6
27,2
Jamsostek
7,2
7,4
11,8
10,0
7,1
6,8
8,9
10,8
10,1
12,1
9,2
Rawat Inap RS
PT.Askes Jamsostek
1,8
1,8
1,8
3,5
1,8
2,7
2,0
2,3
2,6
2,4
2,5
1,9
2,4
2,2
2,8
2,8
3,2
2,4
3,4
2,6
2,4
2,5
Sumber: A Preliminary Report on Financial Analysis of Indonesian National Health Insurance Scheme,
Hasbulah Thabrany et all, Center for Health Economic Studies,University of Indonesia.
20
Mardiati Nadjib
21
Mardiati Nadjib
mungkin dinyatakan kesehatannya baik, independen, dan berfungsi seperti sebelum cacat/
lumpuh.
Ada 2 jenis pelayanan rehabilitasi: rehabilitasi medis dan vocational rehabilitation
Rehabilitasi medis dikonsentrasikan pada pengobatan dan prosedur yang didesain untuk
mengurangi efek fisik dari ketidakmampuan melakukan aktivitas (disability)
Vocational rehabilitation, yang merupakan tujuan utama asuransi didalam lingkup
disability , menyediakan pelayanan yang didisain untuk membantu pasien agar mandiri
dan kembali bekerja
Tidak ada batas jelas diantara kedua jenis pelayanan rehabilitasi ini, dan keduanya
dapat dilakukan- untuk kontinum tertentu- dari disability, impairment, dan proses
penyembuhan. Rehabilitasi medis umumnya dianggap penting untuk dilakukan langsung
setelah menjalani fase pengobatan akut, sementara itu vocational rehabilitation untuk kasus
impairment dan terbatasnya fungsi-fungsi tubuh .
22
Mardiati Nadjib
dan PPO. Bentuk lainnya adalah EPO, POS , carve-outs, integrated delivery system dan
centers of excellent
Pada model staff HMO, dokter berpraktek hanya sebagai karyawan dan biasanya
menerima gaji
Model Group HMO membayar kelompok dokter dengan rate yang dinegosiasikan, per
kapita, dimana kelompok mendistribusikannya diantara para dokter dalam berbagai cara
Pada Asosisasi Praktik Dokter Independen atau Independence Practice Association
(IPA), kontrak-kontrak paket managed care dengan IPA secara terpisah yang terdiri dari
para dokter yang memiliki praktik pribadi/independen, atau dengan dokter-dokter secara
perorangan. Dokter-dokter ini memberikan pelayanan pada peserta HMO dengan tarif
yang dinegosiasikan, per kapita, flat retainer, atau tarif negotiated fee-for-service. Dokter
menjalankan praktiknya dan juga melayani pasien non-HMO dengan basis tarif fee-for
service bersamaan dengan kontrak yang dilakukan dengan satu atau lebih HMO
Model Network HMO melakukan kontrak kerja sama baik dengan grup, mungkin satu
atau lebih, maupun dengan IPA atau dokter perorangan. Peserta dikenakan pembayaran
yang tetap per bulan.
23
Mardiati Nadjib
24
Mardiati Nadjib
Center of Excellent
Beberapa paket kelompok asuransi melakukan kontrak dengan sejumlah institusi
terpilih untuk melakukan prosedur yang berbiaya tinggi, seperti transplantasi jantung, hati,
ginjal, dan sumsum tulang belakang. Fasilitas dimana prosedur-prosedur yang memiliki
kompleksitas tinggi ini dilakukan disebut center of excellence .
Asuransi menggunakan sejumlah kriteria untuk mengembangkan sebuah center of
excellent, seperti tim transplantasi yang terlatih, kinerja transplantasi (termasuk banyaknya
transplantasi telah dilakukan dan bagaimanan hasilnya), efisiensi institusi. Disamping itu
lokasi geografis menjadi pertimbangan untuk melayani kebutuhan konsumen (tertanggung).
Perawatan pada center of excellent menjadi daya tarik bagi pasien-pasien dan
kelompok pemegang polis, karena:
Pasien menerima manfaat pada tingkat yang lebih tinggi dari yang lain, Sebagai contoh,
Deductible, coinsurance, copayment seringkali dibebaskan, biaya perjalanan pasien
dibayar/ reimburse
Perusahaan dapat mengharapkan penghematan dengan adanya negosiasi potongan harga
dengan pihak institusi, ditambah dengan penghematan dari hasil penanganan pasien
yang lebih baik (mis, kemungkinan infeksi dan komplikasi yang lebih sedikit)
Asuradur telah mengembangkan konsep ini untuk pengobatan dan prosedur lainnya,
seperti operasi jantung (coronary by-pass) dan pengobatan kanker. Melalui kontrak yang
dilakukan dengan fasilitas lokal ataupun regional, asuradur mampu membawa pendekatan
center of excellence kedalam pelayanan medis yang lebih luas.
Telaah utilisasi
memanfaatkan organisasi khusus untuk mengelola utilisasi
Manajemen kasus untuk kasus kronis yang berbiaya tinggi dan kasus katastrophik
Managed indemnity plans bukan MCO dan tidak memiliki kontrak dengan jaringan
providers.
Dengan mengenal kebutuhan untuk merespon perkembangan managed care yang
demikian pesat, banyak asuradur masuk ke pasar managed care selama periode merger dan
periode perkembangan pada pertengahan tahun 1980-an. Karena PPO tidak mewajibkan
investasi awal yang besar seperti HMO, asuradur menjadi sangat komit (comitted) dengan
model ini, yang lebih mendekati model asuransi ganti rugi / tradisional indemnitas.
Mengelola Biaya Pelayanan Kesehatan
25
Mardiati Nadjib
Ketika asuransi ganti rugi/ tradisional indemnitas mulai kehilangan pangsa pasar,
industri asuransi Amerika meresponnya dengan melakukan investasi besar-besaran pada
berbagai bentuk managed care, termasuk HMO, PPO, dan EPO.
26
Mardiati Nadjib
27
Mardiati Nadjib
28
Mardiati Nadjib
BAB 2
Penerbitan, Pelayanan dan Perpanjangan Polis
(Policy Issuance, Servicing and Renewal)
Efmansyah Iken Lubis
Pendahuluan
2.1. Pendahuluan
Ada bermacam fungsi yang sangat berkaitan dengan penerbitan, pelayanan dan
perpanjangan polis baik polis kumpulan (group policy) maupun polis perorangan (individual
policy). Tersedianya fungsifungsi tersebut adalah penting dalam menunjang pengoperasian
perusahaan asuransi kesehatan. Bagaimana dan dimana suatu perusahaan asuransi
menjalankan fungsifungsi ini dapat bervariasi, tergantung pada besar dan struktur organisasi
perusahaan itu sendiri. Agar administrasi asuransi kesehatan dapat berjalan dengan baik,
dibutuhkan upayaupaya yang berkesinambungan / kontinyu dan adanya kerjasama yang
baik antara armada penjualan (sales force) di lapangan dengan petugas di kantor pusat (back
office). Hal penting yang juga perlu diperhatikan dalam menjaga kelancaran proses
administrasi adalah kerjasama dari pemegang polis (policy holder). Pemegang polis
seharusnya mengetahui secara rinci administrasi setiap produk asuransi kumpulan maupun
perorangan. Untuk itu, pemaparan yang lengkap terhadap manfaat (benefit) apa yang akan
diperoleh oleh pemegang polis harus dapat dilaksanakan oleh armada penjualan. Kewajibankewajiban pemegang polis juga harus dijelaskan secara komprehensif sebelum
pertanggungan dimulai. Dengan demikian, peng-administrasi-an polis-polis yang ada akan
lebih baik.
Bab ini membahas prosesproses penerbitan, pelayanan dan perpanjangan polis
asuransi kesehatan baik kumpulan maupun perorangan. Ada baiknya, sebelum pembahasan
mengenai penerbitan polis, kita terlebih dahulu mengenal proses penerbitan proposal
penawaran (quotation).
29
30
31
Manfaat
Premi
Jalur pemasaran (termasuk didalamnya berapa besar komisi dan kepada siapa komisi
dibayarkan)
Instruksi Penutupan ini harus ditandatangani oleh petugas penjualan yang berhasil
mendapatkan kasus tersebut, atasan dari petugas penjualan yang bersangkutan serta perantara
(baik Broker maupun Agen lainnya) jika ada.
32
33
coverage). Dengan waiver ini, karyawan telah diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam produk asuransi tetapi menolak ikut.
2.3.5. Sertifikat bagi Peserta, Buku Panduan Kepesertaan dan Kartu Peserta (Member
Certificate, Membership Handbook and Membership Card)
Walaupun saat ini sudah jarang dilakukan, terkadang masih ada beberapa asuradur
yang mengeluarkan sejenis sertifikat untuk setiap peserta. Namun perlu diingat bahwa
sertifikat ini bukanlah sebagai dokumen hukum yang mengikat asuradur dengan peserta
melainkan hanya berupa suatu uraian garis besar perihal manfaat dan ketentuan lain dari
polis.
Sebagai gantinya, dewasa ini perusahaan asuransi kesehatan lebih memilih untuk
menerbitkan Buku / Kartu Panduan Kepesertaan (Membership Handbook). Buku ini juga
bukan merupakan dokumen hukum melainkan merupakan uraian ringkas dari polis. Berbagai
informasi dicantumkan dalam buku tersebut. Mulai dari tabel manfaat, cara mendapatkan
layanan kesehatan, cara mengajukan klaim, daftar rumahsakit / klinik rekanan perusahaan
asuransi kesehatan (provider network) hingga nomer telepon pusat layanan nasabah
(Customer Service Center) asuradur yang dapat di hubungi.
Kartu Peserta (Membership Card) diterbitkan untuk setiap peserta. Walau demikian,
beberapa asuradur hanya menerbitkan satu Kartu Peserta untuk satu keluarga. Dari segi
biaya, tentunya pilihan kedua lebih efisien. Namun dari segi efektifitas, mungkin pilihan
pertama lebih unggul. Kartu Peserta ini biasanya digunakan oleh peserta pada saat akan
mendapatkan layanan kesehatan pada jaringan pemberi pelayanan kesehatan asuradur.
Tentunya hal ini hanya berlaku jika produk yang dipilih oleh pemegang polis adalah produk
34
yang memberikan fasilitas penggunaan jaringan pemberi pelayanan kesehatan secara bebas
biaya (cashless facility).
35
pelayanan kepada para peserta dan atau pemegang polis selama masa pertanggungan
berlangsung.
36
tercatat adanya hubungan ke pusat layanan nasabah (customer service) namun biasanya
hubungan ini lebih bersifat pertanyaan terhadap produk, tatacara pengajuan klaim dan
pertanyaan terhadap pembayaran klaim. Perihal klaim dan pengadministrasiannya akan
dibahas lebih mendalam pada Bab III.
37
pemegang polis, pemegang polis akan menyerahkan permasalahan itu kepada asuradur untuk
memperoleh penyelesaian atau bimbingan.
Sebaliknya, di Indonesia, hampir seluruh perusahaan asuransi kesehatan / asuradur
mengadministrasikan / melayani polis secara langsung terlepas dari berapa jumlah peserta
maupun berapa besar premi. Polis dikelola secara langsung oleh karyawan asuradur, baik dari
kantor yang dimiliki asuradur maupun dari kantor pemegang polis dengan cara menempatkan
karyawan asuradur pada kantor pemegang polis tersebut.
Penghentian kepesertaan.
Nama-nama peserta yang dikeluarkan dari pertanggungan, baik karyawan maupun
keluarga karyawan, harus dilaporkan kepada asuradur. Pelaporan ini bisa dilakukan secara
perorangan atau per kejadian adanya penghentian karyawan atau secara kolektif. Seorang
karyawan yang mengundurkan diri dari pertanggungan pada contributory plan, harus mengisi
formulir penghentian secara sukarela dari pertanggungan asuransi kesehatan. Biasanya dalam
situasi ini karyawan yang mengundurkan diri diminta untuk menandatangani pernyataan
38
yang menyebutkan mereka tidak lagi memberikan hak kepada perusahaan mereka untuk
membayar premi asuransi dengan cara memotong gaji mereka.
Dalam laporan penghentian pertanggungan, pemegang polis harus memberitahu kan
perusahaan asuransi kesehatan tanggal penghentian pertanggungan dan alasan penghentian
tersebut. Pembatalan secara sukarela oleh seorang karyawan pada contributory plan
sebagaimana yang digambarkan sebelumnya, akan secara otomatis membatalkan cakupan
dari proteksi atas keluarga karyawan yang bersangkutan (dependant coverage).
Penghentian pertanggungan ini dapat menyebabkan adanya pengembalian (refund)
sejumlah premi yang telah dibayarkan oleh pemegang polis yang besarnya juga dihitung
dengan berdasarkan prinsip pro rata.
39
pertanggungan dapat terjadi pada batas usia maksimum sebagaimana disyaratkan polis dan
atau penghentian karyawan dari pekerjaan dan atau perceraian.
2.4.4. Perubahan Produk (Plan) dan Manfaat Polis Asuransi Kesehatan Kumpulan
Kegiatan administratif yang meliputi pemrosesan perubahan produk maupun manfaat
polis asuransi kesehatan kumpulan dilakukan dengan cara sama seperti penerbitan polis baru.
Perusahaan asuransi kesehatan melakukan proses penilaian resiko dari produk dan atau
manfaat yang berubah, mengadakan sosialisasi tentang perubahan yang ada pendaftaran
kepesertaan karyawan dan atau keluarga yang bersangkutan jika diperlukan. Walaupun
produk dan atau manfaat yang berubah ini bisa saja diberikan nomer polis dan polis yang
baru dan berbeda dari polis terdahulu, banyak perusahaan asuransi kesehatan yang memuat
perubahan ini hanya dalam suatu amendemen polis (endorsement) sehingga tidak perlu
menerbitkan polis baru. Amandemen polis ini merupakan satu kesatuan dan bagian dari polis
yang tidak dapat dipisahkan dan memiliki nilai hukum. Walaupun demikian, perubahan /
revisi buku panduan kepesertaan dan atau kartu peserta juga mungkin diperlukan dan
disesuaikan dengan produk terakhir. Penilaian ulang terhadap rate / nilai premi juga
dilakukan. Tagihan premi akan diterbitkan dan premi yang telah dibayarkan untuk produk
dan atau manfaat terdahulu akan diperhitungkan ke dalamnya dengan sistem pro rata.
2.4.6. Tagihan Dan Pengumpulan Premi (Premium Billing, Accounting & Collection)
Asuransi Kesehatan Kumpulan
Tagihan, pembukuan dan pengumpulan (billing and collection) premi termasuk dalam
proses transaksi moneter. Semakin dapat diintegrasikannya sebuah sistem maka tingkat
kepuasan nasabah / pemegang polis kemungkinan akan semakin tinggi. Integrasi disini antara
lain revisi secara otomatis terhadap pemenuhan eligibilitas, tagihan (billing) serta proteksi
sehingga akhirnya dapat membantu ketepatan database setiap saat.
40
41
Pada berbagai kasus, perusahaan asuransi kesehatan akan menerima kembali polis
bila premi yang sudah jatuh tempo masa pembayarannya akhirnya dibayarkan oleh
pemegang polis. Tindakan menerima kembali polis yang sudah dibatalkan dinamakan proses
reinstatement. Di sejumlah negara terdapat peraturan yang mengharuskan perusahaan
asuransi kesehatan mereview terlebih dahulu kerugian yang terjadi sebelum keputusan
reinstatement diterapkan. Peraturan tersebut menyatakan bahwa jika satu perusahaan asuransi
kesehatan menerima kembali polis yang telah dibatalkan, maka perusahaan asuransi
kesehatan tersebut bertanggungjawab terhadap seluruh klaim yang terjadi sesuai dengan
klausula polis.
Saat ini, sebagian besar perusahaan asuransi kesehatan memiliki bagian pengumpulan
premi (premium collection) sendiri. Tugas pokok dari bagian ini adalah memastikan bahwa
setiap pemegang polis membayar premi dalam waktu yang telah ditetapkan. Upaya yang
dijalankan dapat berupa melakukan follow up yang ber kesinambungan baik menggunakan
teknologi seperti telepon dan atau surat elektronik (e-mail) maupun melalui kunjungan
langsung ke pemegang polis.
42
43
internasional, kantor pemegang polis tidak selalu diperlengkapi dengan staf atau ahli yang
diperlukan untuk melakukan fungsi administrasi dengan biaya yang wajar.
Perusahaan asuransi kesehatan mengasumsikan peran administrator pihak ketiga
sebagai sejumlah self-insured atau partially insured plan. Jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan asuransi kesehatan ini bervariasi, mulai dari membayarkan klaim sampai
menyelesaikan administrasi dari produk. Administrator pihak ketiga tidak harus berupa
perusahaan asuransi kesehatan, tetapi karena pengalamannya, perusahaan asuransi kesehatan
seringkali berada di posisi yang lebih baik dalam menegosiasikan biaya layanan administrasi.
Biaya administrasi pihak ketiga biasanya dibayarkan secara langsung, dan tidak memerlukan
komisi. Untuk menangani administrasi pihak ketiga, sejumlah perusahaan asuransi kesehatan
membuat unit organisasi terpisah yang mengkonsentrasikan diri pada kegiatan khusus.
Pelayanan Klaim Saja (Claim Services Only CSO)
Perusahaan asuransi kesehatan mula-mula menawarkan suatu bentuk pelayanan klaim
saja kepada sejumlah nasabah besar, tetapi setelah itu menawarkannya juga kepada kelompok
yang tidak terlalu besar (medium-sized). Perusahaan asuransi kesehatan hanya memproses
klaim untuk biaya proteksi medis. Pembayarannya dilakukan berdasarkan jumlah klaim yang
diproses.
44
45
Menghitung jumlah peserta yang aktif (in force) untuk mengetahui apakah data tersebut
seimbang / sesuai dengan laporan premi terakhir, dan jika tidak sesuai, melakukan
perbaikan yang diperlukan.
46
47
Adanya overinsurance.
Tidak melanjutkan class of business.
Adanya pemalsuan dokumen klaim.
Berpura-pura sakit (Malingering on a claim).
48
49
karyawan di kantor pusat dengan karyawan kantor cabang maupun antara perusahaan
asuransi kesehatan dengan nasabahnya. Teknologi seperti dokumen pemeriksaan optik
(scanned optic document) dan komputer, mempercepat dan mengintegrasikan proses
pendaftaran dan penerbitan polis bagi sejumlah perusahaan.
Ketika nasabah menggunakan teknologi yang semakin canggih, tuntutan untuk
menggunakan teknologi tinggi dan pendekatan efesiensi untuk menjalankan usaha akan
semakin terus berkembang. Perusahaan asuransi kesehatan yang terus menerus mengikuti
perkembangan teknologi akan dapat bersaing di pasar.
2.7. Kesimpulan
Penerbitan, pelayanan dan perpanjangan polis asuransi kesehatan baik perorangan
maupun kelompok merupakan proses yang kompleks yang meliputi sejumlah lingkup usaha
perusahaan asuransi kesehatan. Efesiensi, penerapan prosedur dan efektifitas serta interaksi
yang kooperatif antara fungsi-fungsi yang berbeda disuatu perusahaan akan memperlancar
kegiatan administrasi. Asuradur juga harus memperhatikan sejumlah hal (hukum,
pengawasan, statistik) yang berhubungan dengan aspek administrasi dari suatu polis asuransi.
Melalui pelayanan administrasi kepada pemegang polis inilah perusahaan asuransi kesehatan
melayani masyarakat dan membuat citra industri yang positif.
50
BAB 3
Administrasi Klaim
Nurbaiti
Pendahuluan
Pelayanan Pelanggan
Struktur Organisasi
Dokumentasi Klaim
Kecenderungan Kedepan
Memproses Klaim
Kesimpulan
Penyelidikan Klaim
Istilah-Istilah Penting
3.1. Pendahuluan
Fungsi klaim pada perusahaan asuransi adalah alat untuk memenuhi perjanjian kontrak
untuk memberikan perlindungan finansial pada saat peserta asuransi mengalami kerugian (loss.)
Administrasi klaim adalah proses dari:
Mengumpulkan bukti atau fakta yang berkaitan dengan sakit atau cedera.
Membandingkan fakta-fakta itu dengan kontrak asuransi
Menentukan benefit/manfaat yang dibayarkan kepada peserta asuransi.
Tujuan pertama dari administrasi klaim adalah untuk membayar semua klaim yang valid
dan sesuai, dengan segera, bijaksana dan sesuai polis. Tujuan kedua adalah untuk
mengumpulkan data dan membuat data dari klaim yang ada untuk perhitungan keuangan,
statistik, analisis dan tujuan-tujuan penelitian. Data seperti itu penting untuk menentukan harga,
pengendalian keuangan, dan perencanaan jangka panjang. Untuk memenuhi kedua tujuan diatas
perusahaan asuransi menggunakan sistem proses klaim seperti juga accounting, analisis data,
dan sistem pelaporan.
Bab ini difokuskan pada dokumentasi klaim, penyelidikan dan prosedur pembayaran,
untuk pembayaran Asuransi Kesehatan Kelompok dan Asuransi Kesehatan Perorangan dan
juga Asuransi Kecacatan (dissability insurance). Mengingat bahan rujukan yang digunakan saat
Administrasi Klaim
51
Nurbaiti
ini umumnya dari asosiasi asuransi kesehatan Amerika, dalam bab ini akan banyak dipaparkan
praktek administrasi klaim yang berlaku di Amerika, selain juga menggambarkan sepintas
bagaimana perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia mengadministrasikan klaimnya.
Administrasi Klaim
52
Nurbaiti
penanganan klaim yang cepat/ segera, efisien, dan konsisten dalam penanganan klaim
karena konsentrasi petugas klaim pada satu lokasi dan tersedianya orang yang
profesional seperti dokter dan pengacara.
kemudahan dalam pencatatan dari staf klaim mengenai perubahan yang mempengaruhi
pembayaran klaim dan formulir-formulir baru.
kemudahan dalam pelatihan untuk staf baru yang melakukan klaim.
Pengelolaan klaim dari kantor pusat perusahaan asuransi seringkali diorganisir dalam
satu atau dua cara, yaitu single departemen yang menangani semua klaim dan departemen klaim
yang terpisah (separate department) untuk asuransi kesehatan perkelompok atau asuransi
kesehatan perorangan.
Administrasi Klaim
53
Nurbaiti
Beberapa keuntungan dari pengelolaan kalim melalui kantor cabang antara lain:
Pemegang polis menerima klaim lebih cepat karena biasanya dari daerah yang sama
Lebih memudahkan komunikasi antara perusahaan asuransi dengan pemegang polis
Perusahaan asuransi lebih mudah untuk melakukan investigasi klaim
Lebih mudah berkomunikasi dalam hal diperlukan penyelesaian masalah dengan
provider
Jumlah dan lokasi kantor klaim di cabang tergantung dari distribusi geografi pemegang
polis dan populasi peserta asuransi, tipe asuransi yang ditentukan oleh perusahaan, dan
kebutuhan kompetitif untuk pelayanan klaim di daerah tersebut. Derajat kewenangan yang
dilakukan oleh kantor cabang biasanya sesuai dengan proporsi volume klaim yang ditangani.
Administrasi Klaim
54
Nurbaiti
Administrasi Klaim
55
Nurbaiti
Pendekatan Klaim-Kit
Dengan pendekatan klaim kit, setiap pemegang polis dilengkapi dengan klaim kit yang
di dalamnya termasuk formulir klaim yang harus dilengkapi oleh tertanggung sendiri dan
provider. Bagi group carrier, hal ini berarti pemegang polis tidak memiliki tanggung jawab
untuk mengisi kelengkapan klaim pada formulir. Klaim kit juga berisi instruksi bagaimana
untuk mengisi dan menyerahkan klaim tersebut.
Kit biasanya berisi kartu pengenal yang berisi uraian singkat manfaat/benefits yang
tersedia dan menjadi rujukan provider ke perusahaan asuransi untuk memverifikasi bahwa
pengaju klaim memang peserta asuransi. Perusahaan asuransi menentukannya dari data yang
mereka miliki.
Ketika pemegang polis diterima dirumah sakit, rumah sakit umumnya menentukan
benefits secara langsung dengan perusahaan asuransi. Terkadang pemegang polis dari satu
kelompok dihubungi karena namanya tercantum dalam kartu identitas asuransi. Persetujuan
benefit untuk dibayarkan langsung ke provider yang melayani, bisa penting bisa juga tidak,
tergantung pada produk atau polisnya.
Administrasi Klaim
56
Nurbaiti
Pendekatan klaim kit awalnya dikembangkan khusus untuk perusahaan besar. Karena
pendekatan ini sukses digunakan, beberapa perusahaan asuransi memperluas pendekatan ini
pada kelompok yang lebih kecil yaitu kurang dari 100 jiwa dan pada peserta perorangan.
Pendekatan Kartu
Cara pengajuan klaim antara Pendekatan Kartu sangat berbeda dengan Pendekatan
Klaim Kit. Dengan pendekatan ini setiap peserta asuransi dilengkapi dengan kartu yang
mengidentifikasikannya sebagai peserta asuransi dengan benefits/jaminan sebesar yang tertulis
dalam kartu. Kartu tersebut bisa mengidentifikasikan bahwa benefits dapat dibayarkan langsung
ke provider langsung oleh perusahaan asuransi, dan provider menerimanya sebagai jaminan
tersedianya asuransi untuk orang tersebut. Tidak ada formulir klaim yang dibutuhkan dan
provider yang melayani menyerahkan tagihan langsung ke perusahaan asuransi setelah
dilengkapi dengan identifikasi, rincian dan informasi lain yang dibutuhkan untuk pembayaran.
Pendekatan Kartu baik untuk perusahaan yang besar, dengan lokasi karyawan yang
terpusat dan populasi pekerja yang stabil dan produk asuransi medisnya luas (sedikit limit dan
pengecualian). Penyelenggara asuransi individual juga mulai bereksperimen dengan pendekatan
ini.
Administrasi Klaim
57
Nurbaiti
Formulir Klaim
Bukti kerugian biasanya dituliskan dalam form klaim yang diberikan oleh perusahaan
asuransi. Tujuan formulir klaim adalah untuk menegakkan fakta sehubungan dengan
kerugian/kehilangan sehingga dapat dievaluasi dan diketahui kemampuan perusahaan asuransi
untuk membayar. Formulir klaim terdiri dari dari
pernyataan peserta asuransi yang
mengajukan klaim, pernyataan dari dokter, dalam beberapa kasus pernyataan rumah sakit
dibutuhkan sebagai pengganti surat dokter. Beberapa rumah sakit atau dokter yang bekerja
sama dengan klinik besar mengeluarkan formulirnya sendiri sebagai pengganti form yang
disediakan pihak perusahaan asuransi. Selama form berisi informasi yang benar akan diterima
oleh hampir semua perusahaan asuransi.
Administrasi Klaim
58
Nurbaiti
Form klaim yang seragam dan sederhana untuk kelompok dan individu carrier telah
dikembangkan untuk digunakan oleh rumah sakit dan dokter. Yang paling penting dari form
tersebut adalah sebagai berikut:
Uniform Billing UB-92 (HCFA-1450), yaitu form yang digunakan untuk menyerahkan
tagihan dari rumah sakit dan instansi penyelenggara pelayanan kesehatan lain. Di
dalamnya adalah ringkasan tagihan biaya seperti biaya pelayanan kesehatan yang
diberikan ke pasien, diagnosis, prosedur medis, dan informasi pembayaran. Juga ada
ringkasan rekening pasien dan informasi lain. Form telah diadopsi oleh Medicare dan
Medicaid dan diterima oleh mayoritas pembayar pihak ke tiga (third party payers)
sebagai tagihan dari rumah sakit. Form itu didisain fleksibel dan mengakomodasi
kebutuhan pembayar dan provider .
Health Insurance klaim (HCFA-1500) adalah form yang digunakan untuk menyerahkan
klaim untuk pelayanan dan perawatan medis dan bahan/alat kesehatan. HCFA 1500
berisi informasi tentang siapa pembayar pasien yang diasuransikan, diagnosis, prosedur,
pelayanan atau bahan/alat kesehatan, dan biaya pelayanan kesehatan. Form ini telah
disetujui oleh American Medical Association sebagai satu upaya mengurangi dan
menyederhanakan kertas kerja asuransi untuk penyelenggara pelayanan kesehatan.
Banyak negara bagian yang telah memberikan mandat hukum untuk menerima form ini
dan negara bagian lainnya akan melakukan hal yang sama.
Administrasi Klaim
59
Nurbaiti
agar premi diterima ada persetujuan bahwa coverage yang diminta akan efektif sesuai tanggal
aplikasi atau tanggal pemeriksaan medis (jika salah satunya diminta), mana yang lebih
belakangan. Beberapa keputusan pengadilan menentukan bahwa -dengan mengabaikan
tujuannya- pengecualian di atas harus memberikan coverage sementara untuk mencegah
penolakan yang lebih lanjut dari perusahaan asuransi terhadap pengajuan klaim.
Administrasi Klaim
60
Nurbaiti
(contestable period) yang mungkin disebabkan karena cedera yang terjadi sebelum tanggal
efektif coverage, hal ini bisa diatasi dengan penyelidikan.
Menentukan permulaaan sakit dengan tepat terkadang lebih sulit daripada menentukan
cedera. Banyak kondisi dimulai dengan gejala yang samar yang tidak dipedulikan oleh banyak
orang. Beberapa orang mengobati diri mereka sendiri sebelum mencari pengobatan medis. Data
yang pasti tidak tercatat bahkan terlupakan. Perusahaan asuransi tidak dapat berpegang pada
informasi semacam itu untuk menentukan kapan suatu penyakit dijamin atau dimulai.
Pengujiannya adalah ketika penyakit itu pertama kali nampak umumnya bersamaan dengan
pencarian pengobatan pertama. Jika individu menunda pencarian pengobatan, kondisi penyakit
dapat terlihat pada tingkat tertentu yang menyebabkan orang itu mencari diagnosis, pelayanan
atau pengobatan.
Administrasi Klaim
61
Nurbaiti
Administrasi Klaim
62
Nurbaiti
Administrasi Klaim
63
Nurbaiti
prosedur, rata-rata (mean), modus, dan 8 persentil (bervariasi dari persentil ke 50 sampai
persentil ke 95).
Perusahaan juga menggunakan pengalaman klaim mereka dalam
mengembangkan statistik untuk menentukan reasonable and customary charge limits.
Administrasi Klaim
64
Nurbaiti
Administrasi Klaim
65
Nurbaiti
Ketentuan polis dan perbedaan jenis disability mempengaruhi klaim-klaim untuk disability
income benefits.
Ketentuan Umum Klaim untuk Asuransi Disability Income Kelompok dan Perorangan
Orang yang mengajukan klaim harus berada dibawah perawatan dokter yang
berkualitas. Untuk menentukan apakah disability total terjadi atau tidak, biasanya dilakukan
berdasarkan laporan evaluasi dokter. Jika informasi yang diberikan oleh dokter tidak memadai
bagi penguji klaim untuk membuat keputusan, telepon atau panggilan kepada dokter mungkin
diperlukan untuk mendapatkan informasi tambahan atau untuk mengklarifikasi pon-poin tertentu.
Jika yang bersangkutan dirawat oleh lebih dari 1 dokter, perusahaan asuransi dapat meminta
keterangan dari masing-masing dokter.
Penanggung asuransi dapat meminta orang yang mengajukan klaim untuk diperiksa
oleh dokter yang ditunjuk. Pengadilan memberikan hak pengujian . Penolakan oleh orang yang
diasuransi untuk mengikuti pemeriksaan selama proses klaim, dapat menunda hak pembayaran
pemegang klaim sampai pemegang klaim bersedia diperiksa.
Exclusion pada polis dapat mencegah pembayaran benefit. Meskipun pemegang
asuransi menderita kerugian karena kecelakaan atau penyakit, klaim dapat dibatalkan karena
eksklusion yang ditentukan dalam polis. Eksklusi biasanya untuk disability yang berasal dari
kecelakaan yang dibuat sendiri, atau usaha bunuh diri, terlibat perang atau serangan criminal, atau
penyakit mental dan syaraf.
Penanggung asuransi dapat mempertimbangkan rehabilitasi ketika orang yang
mengajukan klaim tidak dapat kembali bekerja. Kasus yang harus direhabilitasi adalah disability
yang diperkirakan membutuhkan waktu lama, pengaju klaim memiliki latar belakang dan
pendidikan yang memadai untuk dilatih pekerjaan lain. Meskipun umumnya perusahaan asuransi
bersedia membantu secara administratif untuk rehabilitasi ini, beberapa asuransi tidak
menanggung biayanya.
Administrasi Klaim
66
Nurbaiti
Disability Parsial
Pembayaran disability parsial didisain untuk mendorong orang yang diasuransikan
untuk berusaha kembali bekerja tanpa didenda. Benefit dapat dibayarkan jika pemegang
asuransi memenuhi definisi disability total dan tidak dapat bekerja secara penuh atau dilarang
melakukan tugas penting pada aktifitas yang bisa dia lakukan. Dalam beberapa kasus, orang
yang diasuransikan biasanya dapat kembali bekerja tetapi kegiatan yang dapat dilakukkannya
menjadi terbatas. Ada kecenderungan untuk memberikan benefit partsial ini sampai batas
maksimum yang diizinkan ( biasanya tidak lebih dari 6 bulan)
Administrasi Klaim
67
Nurbaiti
diasuransikan untuk menentukan apakah orang tersebut benar-benar tidak dapat bekerja secara
penuh.
Administrasi Klaim
68
Nurbaiti
Ketiga tipe audit itu adalah Audit dalam Jumlah Besar, Audit dengan Sampel Random
dan Audit On-Site.
Audit dalam Jumlah Besar
Beberapa kelompok penanggung memiliki persyaratan bahwa klaim yang melebihi
jumlah tertentu harus disetujui terlebih dahulu oleh penanggung sebelum dilakukan
pembayaran.
Audit On-Site
Dengan tipe audit seperti ini, wakil perusahaan asuransi secara random mereview
dokumen tertutup dan dokumen aktif di kantor administrator. Hal ini penting dan membantu
dalam:
Administrasi Klaim
69
Nurbaiti
Kebanyakan penolakan klaim kesehatan terjadi disebabkan oleh pelayanan yang diminta
memang tidak tercakup dalam polis. Beberapa pasal tambahan mengenai hal-hal yang tidak
dicover dapat berlaku secara permanen dan dapat hanya berlaku untuk periode tertentu. Untuk
paket asuransi disability, kasus penolakan klaim yang paling sering terjadi disebabkan
tertanggung tidak memenuhi syarat kecacatan yang dapat diperpanjang sesuai yang disyaratkan
polis.
Administrasi Klaim
70
Nurbaiti
Administrasi Klaim
71
Nurbaiti
benefit dalam jumlah tertentu yang tidak melebihi jumlah pelayanan kesehatan yang
diperbolehkan. COB digunakan terutama dalam kontrak asuransi kelompok namun demikian
juga kadang-kadang digunakan oleh polis asuransi perseorangan.
COB dikembangkan karena terjadinya peningkatan cakupan dobel atau over insurance.
Overinsurance terjadi apabila seseorang dicakup oleh dua atau lebih plan asuransi kesehatan dan
dapat mengumpulkan total benefit yang melebihi kerugian yang sebenarnya. Sumber-sumber
yang memungkinkan terjadinya over insurance adalah:
Baik suami maupun istri adalah pekerja dan memenuhi persyaratan untuk mendapat
cakupan asuransi kesehatan, dan pada setiap cakupan baik istri maupun suaminya juga
ditanggung sebagai anggota keluarga.
Seseorang yang bekerja di dua tempat, yang dikedua tempat tersebut juga memberikan
cakupan asuransi kesehatan kelompok.
Seorang profesional yang tercakup dalam asuransi kesehatan kelompok juga tercakup
dalam plan asuransi kelompok asosiasi.
Seseorang yang memiliki dua asuransi perorangan
COB dapat bekerja dengan baik bila diterapkannya peraturan dengan baik. Plan asuransi
yang pertama membayar benefit ditetapkan dengan menggunakan peraturan penetapan benefit .
Peraturan dapat berbeda-beda di setiap negara bagian, namun standar industri asuransi baik
kelompok maupun individual mengikuti panduan NAIC dan bahasa model untuk memudahkan
administrasi klaim yang konsisten.
Anak yang ditanggung orang tua lengkap atau tidak bercerai. Benefit asuransi
orang tua yang memiliki tanggal lahir lebih awal dipakai lebih dulu sebelum asuransi
Administrasi Klaim
72
Nurbaiti
suami/isteri yang hari lahirnya lebih belakangan. Bila kedua orang tua mempunyai
hari lahir yang sama, asuransi yang mengcover lebih lama dipakai lebih dulu sebelum
asuransi yang periode waktunya lebih singkat.
Anak yang ditanggung orang tua berpisah atau bercerai . Jika dua atau lebih plan
mencakup anak tertanggung dari orang tua yang berpisah atau bercerai, benefit untuk
anak ditentukan dengan urutan cara ini: asuransi orang tua yang mengasuh anak:
kemudian asuransi dari pasangan orang tua yang mengasuh anak tersebut dan
akhirnya, asuransi orang tua yang tidak mengasuh anak tersebut.
Dampak COB
Berdasarkan metoda perhitungan, penggunaan koordinasi benefit dapat menghemat 3
sampai 8 persen pembayaran klaim yang dibuat. Pendekatan MOB menghasilkan penghematan
terbesar dan hal ini menjadi sangat populer bagi pengusaha yang ingin menghemat biaya.
Walaupun harus melakukan kerja ekstra dalam menentukan cakupan duplikat, COB
menghemat lebih biaya adminitrasi tambahan.
Administrasi Klaim
73
Nurbaiti
Konsultan Medis
Cara mengontrol biaya klaim yang efektif sekaligus menjaga hubungan baik dengan
tenaga medis dan dokter gigi adalah dengan menggunakan konsultan medis. Konsultan ini
menyediakan bantuan dalam mengidentifikasi daerah abuse dan overutilization, dan panduan
dalam investigasi klaim.
Administrasi Klaim
74
Nurbaiti
Administrasi Klaim
75
Nurbaiti
Administrasi Klaim
76
Nurbaiti
komputer yang sekarang sudah mulai diterapkan , keabsahan peserta ini sudah dapat
dipastikan sebelum pelayanan diberikan.
Memeriksa apakah ada biaya yang harus dibebankan kepada tertanggung dan apakah
perhitungannya sudah dilakukan dengan benar. Bila dalam ketentuan polis ada biaya
yang harus ditanggung pasien (cost sharing) maka hal tersebut harus dijelaskan dalam
klaim . Begitu pula bila ketentuan polis menyatakan ada batasan benefit yang dapat
diberikan , maka kelebihan dari batasan tersebut menjadi tanggungan pasien yang
harus diperhitungkan sebagai excess klaim. Yang juga harus diperhatikan adalah
adanya asuransi lain yang juga bertanggung jawab terhadap klaim tersebut. Dalam
banyak kasus masih terjadi double insurance karena coordination of benefit belum
bisa diterapkan.
Memeriksa apakah pelayanan yang diberikan sesuai dengan norma-norma medis yang
berlaku. Kegiatan ini sudah termasuk kegiatan Medical audit yang membutuhkan
keahlian khusus. Dalam hal ini sering timbul kesulitan karena rumitnya penilaian
medik dilakukan. Adalah hal yang tidak mudah untuk menguji penerapan standar
yang telah ditetapkan (standar pelayanan medik yang dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan contohnya). Dalam hal ini sering kali perusahaan asuransi menangani
kasus perkasus dengan mendatangi dokter yang merawat, memeriksa rekam medik
(bila diizinkan oleh rumah sakit), berkonsultasi dengan dokter senior di rumah sakit
dan upaya lain-lain yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa pelayanan yang
diberikan memang berdasarkan pertimbangan kebutuhan medis.
Menentukan nilai ganti sesuai yang telah ditetapkan dalam polis atau kesepakatan
dengan provider. Bagi paket asuransi yang menggunakan model pembayaran ke
provider dengan cara paket harian, yang penting diperhatikan adalah cara menghitung
hari rawat, menurut ketentuan pemerintah (Departemen Kesehatan) hari rawat
dihitung dengan cara tanggal pulang dikurangi tanggal masuk (salah satunya tidak
dihitung, tanggal masuk atau tanggal pulang).
Pembayaran bisa dilakukan dengan transfer, check atau cara lain yang disepakati
dengan pengaju klaim.
Administrasi Klaim
77
Nurbaiti
Adapun tentang formulir klaim, elemen-elemen penting yang umumnya harus ada
dalam formulir klaim adalah:
A. Bagian informasi umum, yang mencakup:
nama dan alamat perusahaan asuransi, termasuk alamat email
petunjuk tentang formulir: diisi oleh siapa, cara, waktu pengisian
tanggal pengajuan klaim
jenis benefit: rawat jalan, rawat inap
informasi tentang pemegang polis/tertanggung, mencakup;
nomor polis
nama pemegang polis
nama dan alamat pemberi kerja
nama tertanggung
alamat lengkap pemegang polis
pernyataan ada/tidaknya asuransi lain yang menanggung
besar klaim yang diajukan
besar biaya yang ditanggung pasien
otorisasi pemberian informasi kepada perusahaan asuransi tanda tangan pengaju
klaim
B. Bagian informasi medis, mencakup:
identitas pasien (nama,umur,jenis kelamin)
hubungan dengan tertanggung (diri sendiri, anak, suami/isteri) tanggal perawatan dan
lama dirawat
anamnese/riwayat penyakit
tanggal pertama sakit
jenis pemeriksaan yang diterima pasien
diagnosa
tanda tangan dokter yang merawat
Sistem pengadministrasian yang menggunakan komputer juga sudah banyak
dilakukan. Beberapa perusahaan asuransi bahkan telah menginstal programnya sendiri di
provider (biasanya terbatas di rumah sakit-rumah sakit besar) untuk memudahkan
pengontrolan klaim dan proses pemeriksaan/ penetapan nilai gantinya kelak.
Luasnya variasi pengadministrasian klaim ini telah menyulitkan pihak rumah sakit
atau dokter yang menjadi provider dari berbagai perusahaan asuransi. Bila tidak ditangani
secara hati-hati hal ini akan berdampak pada kenyamanan pasien yang akan memanfaatkan
jasa pelayanan perusahaan asuransi di provider tersebut. Karena itu sudah saatnya perlu
ditetapkan suatu formulir standar yang dapat digunakan oleh semua perusahaan asuransi.
Hal ini telah dicoba dengan disusunnya suatu konsep Formulir Standar klaim
Asuransi ksehatan oleh Persatuan Ahli Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan
Indoneisa ( PAMJAKI). Draft formulir tersebut telah dibahas antara beberapa perwakilan
rumah sakit dengan perusahan asuransi, namun sayangnya sampai buku ini ditulis belum
Administrasi Klaim
78
Nurbaiti
diperoleh kesepakatan tentang draft final Formulir Standar Asuransi Kesehatan yang
diharapkan.
3.15. Kesimpulan
Fungsi klaim dalam bidang asuransi kesehatan memainkan peranan penting dalam
kinerja dan kegiatan asuradur. Hal tersebut membutuhkan pengetahuan struktur benefit dari
paket-paket kelompok dan perorangan serta koordinasi dengan departemen dalam perusahaan
asuransi untuk menyakinkan bahwa seluruh klaim dibayarkan secara tepat. Depertemen
klaim saat ini membutuhkan up-to-date computerized system, personel yang well-informed,
serta kemampuan untuk fleksibel dalam suatu lingkungan yang cepat berubah.
Administrasi Klaim
79
Material misrepresentation
Notice of claim
On-site audit
Partial disability
Policyholder submission
Proof of loss
Random sample audit
Reasonable and customary
charges
Recurrent disability
Rescission
Residual disability
Self-administration
Third-party administration
Total disability
Nurbaiti
BAB 4
Penetapan Premi Asuransi Kesehatan
Kasir Iskandar
Pendahuluan
Kesimpulan
4.1. Pendahuluan
Pemeliharaan kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang tanpa
membedakan status sosial dan ekonomi. Perkembangan kehidupan sosial yang semakin
komplek telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya pemeliharaan kesehatan dan
biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka berbagai sistem pemeliharaan
kesehatan dikembangkan, sejak dari pelayanan pengobatan, pemeliharaan kesehatan
preventif sampai kepada sistem pembiayaan kesehatan dan penyediaan jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Meningkatnya permintaan masyarakat atas layanan kesehatan adalah tantangan bagi
penyelenggara layanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, perusahaan asuransi dan badan
penyelenggara jaminan kesehatan. Institusi-institusi ini perlu menyiasati tantangan tersebut
dengan meningkatkan program, sumber daya manusia dan manajemen sistem pembiayaan
pemeliharaan kesehatan.
Namun demikian peluang industri dalam pelayanan kesehatan terutama di negara
yang sedang berkembang sebagaimana Indonesia, sering menimbulkan bias. Sepintas
dapat dikesankan bahwa peluang itu sangat besar. Namun ketika usaha itu telah dimulai
ternyata tidak mudah.
Sering terdengar, bahwa investasi yang telah ditanamkan demikian besar tidak
menghasilkan keuntungan sebagaimana diharapkan. Tidak sedikit perusahaan asuransi yang
mengalami kebangkrutan akibat terjun dalam asuransi kesehatan, begitu juga perkembangan
badan penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan masih banyak yang belum
menggembirakan.
80
Kasir Iskandar
Aktuaris sebagai profesi yang bertanggung jawab atas semua kalkulasi bisnis di
perusahaan asuransi berusaha memperkecil kemungkinan hilangnya investasi tersebut,
dengan melakukan peramalan kuantitatif salah satunya dengan cara mempelajari statistik
berdasarkan pengalaman bisnis sebelumnya. Dalam proses penetapan tarip premi, baik premi
asuransi jiwa maupun asuransi kerugian, seorang aktuaris selalu menggunakan asumsiasumsi untuk memperkirakan keadaan yang akan terjadi di masa depan, seperti asumsi
tingkat bunga, asumsi biaya dan asumsi tingkat risiko seperti asumsi mortalitas dan
morbiditas.
Tulisan ini akan membahas konsep perhitungan premi asuransi kesehatan yang
meliputi obyektifitas, komponen dasar perhitungan premi serta permasalahan-permasalahan
yang biasa ditemui dalam proses pembentukan premi pada beberapa jenis produk asuransi
kesehatan.
81
Kasir Iskandar
bahkan bisa membuat perusahaan menderita kerugian. Premi yang murah mudah dijual
tetapi bisa mengakibatkan kerugian. Gaji yang rendah berdampak berupa pelayanan yang
tidak prima sehingga perusahaan bisa ditinggalkan oleh para nasabahnya yang pada
gilirannya perusahaan asuransi menderita kerugian.
Guna memenuhi keinginan para pihak yang berkepentingan maka perusahaan harus
mampu menciptakan premi yang sudah mencerminkan komponen atas keinginan-keinginan
para pihak.
82
Kasir Iskandar
83
Kasir Iskandar
Faktor ekonomi lainnya yang mempengaruhi adalah tingkat bunga yang berfluktuasi,
yang mempengaruhi jumlah pendapatan yang diperoleh dari dana-dana cadangan dan
meningkatnya biaya-biaya administrasi yang disebabkan oleh inflasi.
4.3.8. Underwriting
Sebelum seseorang bisa menjadi tertanggung terlebih dahulu dilakukan proses seleksi
risiko atau disebut underwriting. Proses underwriting bagi calon tertanggung bisa
menghasilkan seseorang diterima dengan potongan premi, premi standar, diterima dengan
dikenakan premi tambahan, ditolak untuk sementara waktu atau bahkan ditolak untuk
menjadi pemegang polis.
Tingkat dimana karakteristik dari kumpulan yang memulai lebih baik dari populasi
secara keseluruhan tergantung pada tingkat underwriting yang dilakukan. Jika ada
underwriting yang berarti, perbedaan pada awal tahun polis akan berarti. Jika perlakuan
underwriting yang terbatas, maka akan ada sedikit atau tidak ada perbedaan pada tahun awal
polis. Jika tidak ada underwriting yang dilakukan (misalnya dijamin diterbitkan polis),
kemungkinan ada anti seleksi pada tahun awal polis. Dalam menghitung klaim asuransi
perorangan mengestimasi dampak underwriting pada risiko yang mereka jamin.
84
Kasir Iskandar
4.3.10. Persistensi
Dalam perjalanannya polis tidak bertahan sampai masa asuransi berakhir sesuai
dengan yang tertera dalam polis. Sebagian tidak melanjutkan dengan tidak membayar premi
lanjutan yang lazim disebut lapse. Tingkat persistensi dalam suatu tahun merupakan
perbandingan antara polis yang masih bertahan dibandingakan dengan jumlah polis yang
diterbitkan pada tahun yang sama.
Persistensi juga bervariasi berdasarkan kelompok umur. Kelompok pemegang polis
yang lebih muda (misalnya 20 29 tahun) mungkin memiliki persistensi yang lebih buruk
dibandingkan kelompok pemegang polis yang lebih tua (misalnya 50 60 tahun). Hal ini
merefleksikan kenyataan bahwa polis yang ada lebih bernilai untuk pemegang polis yang
lebih tua karena mereka mungkin lebih sakit untuk mendapatkan persetujuan underwriting
yang berkaitan dengan membeli polis yang baru.
85
Kasir Iskandar
pembayaran benefits. Jika porsi dari premi terlalu banyak digunakan untuk biaya dan
keuntungan, maka premi tidak lagi masuk akal (reasonable).
86
Kasir Iskandar
87
Kasir Iskandar
Tabel 4.1
Medical Expense Insurance
Annual Claim Costs
Atained
$1 Daily Hospital
Age
Benefit, Maximum
Benefit Period 90 Days
Male
Female
25-29
6.59
5.82
30-34
7.01
6.21
35-39
7.55
6.79
40-44
8.10
7.28
45-49
8.45
7.70
50-54
8.82
8.19
55-59
9.31
8.75
60-64
9.82
9.12
Child
5.37
5.37
Miscellaneous Hospital
Expense Benefit
$200 Maximum Benefit
Male
Female
7.14
14.00
8.80
16.58
12.43
23.82
13.92
25.51
16.14
26.31
20.07
27.15
24.11
27.93
28.27
29.51
9.01
9.01
$100 of Maximum
Surgical Benefit
Standard Schedule
Male
Female
1.02
2.12
1.14
2.56
1.31
2.78
1.60
2.91
2.08
3.05
2.82
3.29
3.89
3.67
5.23
4.23
0.99
0.99
Tabel 4.2
Maternity Benefits
Atained
Age
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
Annual Claim
Costs
For $100
Maternity Benefit
23.50
18.30
8.70
3.00
0.70
0.10
88
Kasir Iskandar
4.5.4. Cadangan
Dana cadangan yang digunakan untuk membayar klaim yang bernilai tinggi, adalah
komponen lain dari struktur premium. Ketika pihak asuransi mengevaluasi pengalaman
klaim, asuransi tidak dapat hanya melihat pada pengalaman klaim yang dibayar saja, karena
ini tidak akan mencerminkan klaim-klaim yang masuk (incurred) tapi belum dibayarkan.
Ada dua jenis cadangan yang dikembangkan didalam produk-produk asuransi kesehatan:
cadangan klaim (claim reserves) dan cadangan polis (policy reserves)
IBNR dikembangkan untuk mendanai klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan pada
pihak penanggung.
Tertanggung membutuhkan waktu berhari-hari atau bahkan
berminggu-minggu untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk melaporkan
sebuah klaim.
PCR dikembangkan untuk mendanai klaim yang telah dilaporkan tapi belum dibayar atau
sedang dalam proses pembayaran. Asuradur membutuhkan waktu untuk mengevaluasi
dan meneliti klaim dan melakukan pembayaran dengan tepat
89
Kasir Iskandar
namun pada akhir tahun polis biaya klaim saja akan melampaui premium. Kelebihan
premium yang terkumpul diawal tahun polis disisihkan untuk dijadikan dana cadangan guna
membayar klaim yang tinggi yang muncul pada akhir tahun polis ketika premiumnya sendiri
tidak mencukupi untuk menutupi klaim-klaim tersebut. Dana cadangan ini disebut cadangan
polis (policy reserves)
4.5.5. Pengeluaran Operasional
Komponen terbesar berikutnya dari tarif premium adalah biaya operasional.
Asuradur biasanya membagi biaya-biaya menjadi lima kategori: biaya kompensasi penjualan,
biaya akuisisi, biaya perawatan, biaya overhead dan pajak
Pengeluaran untuk Kompensasi Penjualan
Kategori luas ini mencakup semua jenis biaya yang berhubungan dengan kebutuhan
usaha baru. Untuk asuransi kumpulan, akan mencakup biaya assosiasi yang dibayar ketika
asosiasi mengesahkan suatu produk khusus. Beberapa perusahaan memasukkan biaya iklan
dalam kategori ini karena tujuan dari iklan adalah untuk memasarkan produk usaha baru.
Biaya kompensasi penjualan untuk asuransi kesehatan kumpulan dan perorangan
adalah komisi agen, yang biasanya dihitung berdasarkan persentase gross premium. Tahun
pertama kompensasi adalah khas lebih tinggi daripada kompensasi yang diperbaharui karena
Asuradur menggunakan skala komisi tinggi-rendah dan membayar lebih banyak pada tahun
pertama atau membayar bonus berdasarkan atas produksi bisnis baru si agen.
Acquisition Expenses
Biaya-biaya yang berhubungan dengan akuisisi dan proses usaha baru dinamakan
home office acquisition expenses. Biaya underwriting termasuk gaji staff home-office
underwriting, test kesehatan, laporan dokter (attending physician), laporan-laporan inspeksi.
Biaya-biaya ini naik tidak hanya dari polis-polis yang telah disetujui dan diterbitkan, tetapi
juga dari aplikasi yang ditolak dan polis yang disetujui bukan dari peserta. Sekali aplikasi
disetujui, akan ada tambahan biaya lagi, seperti biaya menerbitkan kontrak, mengembangkan
pelaporan.
Asuransi kumpulan memiliki pengeluaran untuk group underwriter. Group
underwriter menganalisis pengalaman grup dan demografi untuk mengembangkan tarif
premium yang kompetitif.
90
Kasir Iskandar
General Overhead
Selain biaya-biaya yang telah dijelaskan diatas, setiap polis harus menutupi beban
biaya general overhead. Biaya-biaya ini bervariasi tetapi umumnya berbentuk gaji
perusahaan, pemakaian tempat, perlengkapan kantor, rekrutment, dan pelatihan. Beberapa
perusahaan memasukkan biaya pengembangan produk ke dalam pengeluaran general
overhead.
Pajak-pajak
Masing-masing negara bagian membebankan pajak terhadap premium. Pajak bisa
saja berupa persentase dari gross premium yang dibayar atau premium bersih dari deviden.
91
Kasir Iskandar
E (C) + M
Premi neto
Pengharapan Klaim (Expected Claim)
Margin Contingency
Misalnya, untuk setiap 100 orang kelompok usia 35 tahun diketahui mengalami sakit
baik akibat suatu penyakit maupun kecelakaan sebanyak 5 orang dirawat di rumah sakit.
Apabila program asuransi menyatakan bahwa dalam hal tertanggung sakit sedemikian rupa
sehingga hari dirawat di rumah sakit akan diberikan santunan sebesar Rp 10.000.000,Maka klaim yang diharapkan = 5/100 x Rp 10.000.000,- = Rp 500.000,Jika ditentukan Margin Contingency sebesar 5% dari klaim yang diharapkan, maka :
Besarnya Premi Neto = Rp 500.000,- + 5/100 x Rp 500.000,= Rp 500.000,- + Rp 25.000,= Rp 525.000,Berikut ini adalah ilustrasi program asuransi rawat inap santunan harian
(Hospitalization Cash Plan = HCP).
Dalam hal tertanggung terjadi sakit sedemikian rupa sehingga harus dirawat di rumah
sakit maka kepadanya diberikan santunan harian sebesar Rp 1.000.000,- per hari perawatan.
Tabel yang digunkanan adalah Tabel Morbiditas (TSA Report), Margin Congtingency 10%
dari klaim yang diharapkan terjadi. Klaim yang diharapkan untuk seorang pria berumur 35
tahun adalah:
E(c) = (Rp. 1.000.000) (7.55) = Rp. 7.550.000
92
Kasir Iskandar
93
Kasir Iskandar
milik Asuradur. Tarif premium yang ada didalam manual dikembangkan menggunakan
gabungan pengalaman
dari sejumlah besar kelompok secara keseluruhan. Dalam
mengembangkan tarif setiap kelompok, ada penyesuaian untuk menggambarkan komposisi
kelompokusia, sex, dan distribusi geografis. Kelompok-kelompok yang pengalaman klaim
lalu tidak terlalu menjadi petunjuk yang reliable bagi hasil klaim yang akan datang,
umumnya yang terdiri dari beberapa individu saja yang tertanggung dalam paket atau
beberapa individu saja yang diharapkan untuk memiliki klaim.
94
Kasir Iskandar
Tabel 4.3
Blended Manual/ ExperienceRrated Groups
Method
Expected
Claim
Cost
$60
$70
$68
$61
95
Kasir Iskandar
Satu kerugian yang berkaitan dengan struktur premium atas dasar attained-age ini
adalah kemungkinan adanya dampak negatif pada persistensi. Pihak tertanggung seringkali
menemukan bahwa membayar kenaikan premium menjadi persoalan, dan akhirnya
menyebabkan polis dihentikan.
96
Kasir Iskandar
Bila diasumsikan semua asumsi aktuarial adalah benar dan kondisinya setara,
attained-age, age-at-entry, dan tingkat premium structures akan memberikan hasil profit
yang sama.
Tabel 4.4
Combination Premium Rates
$100 Hospital Indemnity Benefit
Monthly Unisex Premium
Attained-Age Premiums
Attained
Monthly
Age
Premium
20-29
30-39
40-49
50-59
60-64
65-69
70-74
$4.75
$8.40
$12.65
$17.00
$21.00
$38.20
$72.90
Age-at-Entry Premiums
Issue
Monthly
Age
Premium
20-29
30-39
40-49
50-59
60-64
65-69
70-74
$6.60
$11.40
$15.85
$21.50
$38.00
$56.00
$72.90
Level Premiums
Issue
Monthly
Age
Premium
20-74
$18.70
97
Kasir Iskandar
98
Kasir Iskandar
99
Kasir Iskandar
100
$110.00
$100.00
x 103%
$100.00
3.0%
Kasir Iskandar
Contoh pertama adalah paket yang membayar tarif kamar inap selama setiap hari
perawatan di RS, subjek untuk benefit maksimum perhari adalah $100. Rumah sakit di
sekitar lokasi mengenakan tarif $100 per hari. Pada contoh ini, kenaikan biaya taarif RS 10
persen menjadi $110 tidak akan mempengaruhi biaya klaim penanggung karena keterbatasan
polis. Kenaikan biaya klaim-klaim yang hanya dapat diantispasi akan meningkatkan
utilisasi. Dengan asumsi ini biaya-biaya klaim penanggung akan naik 3 persen
Contoh kedua dengan perhatian pada paket major medical dengan $100 deductible
untuk prosedur operasi. Diasumsikan rata-rata tarif operasi sama dengan $200. Jika angka
tersebut merupakan tarif rata-rata dan jumlah yang dibayarkan kembali naik 10 persen
menjadi $220, dan 3 persen orang lagi yang mendapatkan operasi, maka klaim-klaim
penanggung akan meningkat.
Tabel 4.5b
New Cost: Sugeons Charge
New Average Surgeons Charges ($200 x 1.10)
Substract Plan Deductible
New Average Benefit Payment
Increase in Number of Operations
New Claim Cost
Prior Claim Cocst ($200 Charge - $100 Deductible)
Increase in Insurers Claim Cost
$220.00
- $100.00
$120.00
x 103%
$123.60
- $100.00
23.6%
101
Kasir Iskandar
yang pengalamannya baik tidak tersedia untuk menutupi kerugian kelompok yang
pengalamannya tidak baik.
102
Kasir Iskandar
Tabel 4.6
Example of Loss Ratio Formula
Expected Annual Claim Cost
Expenses and Profit as a percent of Premium
- Sales Compensation Expense
- Acquisition Expense
- General Overhead
- Premium Taxes
- Profit and Contingency Margin
Total
$39.60
20%
12%
3%
2%
8%
45%
103
Kasir Iskandar
4.10. Kesimpulan
Ada banyak komponen dan faktor yang harus dipertimbangkan oleh aktuaris ketika
mengembangkan tarif premium untuk asuransi kesehatan kumpulan dan perorangan. Gross
premium harus mempertimbnagkan klaim, cadangan, pengeluaran, dan margin. Faktorfaktor seperti, usia, jenis kelamin, trend biaya kesehatan, pekerjaan dan desain paket juga
mempunyai dampak pada tingkat premium yang dikenakan. Asuradur harus
menyeimbangkan item-item ini untuk mengembangkan tarif premium yang tidak hanya fair
dan wajar bagi pihak tertanggung, tetapi juga bersaing di pasar dan cukup memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang layak
104
Kasir Iskandar
BAB 5
Regulasi Asuransi Kesehatan
Ali Ghufron Mukti
Pendahuluan
5.1. PENDAHULUAN
Industri asuransi adalah industri yang memerlukan regulasi dan pengawasan yang
lebih ketat atau terkendali dibandingkan industri yang lainnya. Hal itu diperlukan karena
esensi dari asuransi adalah pembayaran sejumlah uang oleh tertanggung dalam rangka
penggantian jaminan dari penanggung jika terjadi peristiwa tertentu. Penanggung asuransi
harus memenuhi janjinya bila pemegang polis membutuhkannya. Pemerintah membantu
melindungi pemegang polis dengan memastikan penanggung asuransi sanggup membayar
jaminan kepada pemegang polis. Hal ini cukup untuk menangani pembayaran apapun sesuai
dengan kontrak.
Alasan lain kesalahan pemerintah dalam menilai asuransi adalah teknis kontrak
asuransi. Kontrak manajemen pelayanan atau pelayanan kesehatan terkendali, sebagai
contoh, berisi istilah, konsep dan pilihan yang penting untuk dipahami karena hal tersebut
dapat mempengaruhi tingkat kemampuan membayar manfaat atau benefit pada polis.
Pengawasan pemerintah berfungsi untuk memastikan bahwa polis asuransi dapat dipahami
dan tidak mengandung peraturan dan pembatasan yang tidak beralasan.
Pihak penanggung asuransi mengumumkan sejumlah pendapatan dan akumulasi
modal atau aset. Pemerintah, terutama pemerintah daerah seharusnya mengetahui pendapatan
dan akumulasi modal ini. Beberapa undang-undang berhubungan dengan bisnis asuransi
dibuat untuk mengambil pajak.
105
106
107
3. Program Asuransi Sosial adalah program asuransi yang diselenggarakan secara wajib
berdasarkan suatu Undang-undang, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan
dasar bagi kesejahteraan masyarakat.
4. Perusahaan Perasuransian adalah Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan
Asuransi Jiwa, Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan
Pialang Reasuransi, Agen Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan
Perusahaan Konsultan Aktuaria.
5. Perusahaan Asuransi Kerugian adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
6. Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
penangggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang
yang dipertanggungkan.
7. Perusahaan Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi
Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.
8. Perusahaan Pialang Asuransi adalah perusahaan yang memeberikan jasa
keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
9. Perusahaan Pialang Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa
keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
10. Agen Asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan
jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
11. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa
penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan.
12. Perusahaan Konsultan Aktuaria adalah perusahaan yang memberikan jasa aktuaria
kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun dalam rangka pembentukan dan
pengelolaan suatu program asuransi dan atau program pensiun.
13. Afiliasi adalah hubungan antara seseorang atau badan hukum dengan satu orang atau
lebih atau badan hukum lain, sedemikian nrupa sehingga salah satu dari mereka dapat
mempengaruhi pengelolaan atau kebijaksanaan dari orang yang lain atau badan
hukum yang lain, atau sebaliknya, dengan memanfaatkan adanya kebersamaan
kepemilikan saham atau kebersamaan pengelolaan perusahaan.
108
109
110
111
b. 3 (tiga) orang dari pihak selain Direktorat Asuransi Direktorat Jenderal Lambaga
Keuangan, Departemen Keuangan, meliputi pemerhati atau orang yang
berpengalaman di bidang Usaha Perasuransian.
(5) Salah seorang dari anggota Komite Evaluasi ditetapkan sebagai ketua Komite
Evaluasi.
(6) Anggota dan ketua Komite Evaluasi ditetapkan oleh Direktur Asuransi.
112
(5) Komite Evaluasi dapat menerima dokumen pendukung tambahan yang relevan
dengan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan dari calon Direksi atau
Komisaris yang dinilai.
Penilaian kemampuan dan kepatutan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Analisis pendahuluan;
b. Pengujian kemampuan dan kepatutan; dan
c. Pengajuan hasil penilaian.
Berdasar hasil penilaian kemampuan dan kepatutan, Direktur Jenderal melakukan halhal sebagai berikut :
a. Penambahan atas usulan hasil penilaian kemampuan dan kepatutan, apabila
dianggap perlu;
b. Penetapan hasil penilaian kemampuan dan kepatutan; dan
c. Penyampaian hasil penilaian kemampuan dan kepatutan kepada pemegang saham
yang mengajukan permohonan penilaian dan pihak yang dinilai.
Bagi Calon Direksi atau Komisaris yang tidak lulus maka akan diatur sebagai berikut:
(1) Calon Direksi atau calon Komisaris yang tidak lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan tidak dapat diangkat sebagai Direksi atau Komisaris Perusahaan
Perasuransian.
(2) Direksi atau Komisaris yang dinyatakan tidak lulus penilaian kemampuan dan
kepatutan wajib melepaskan jabatan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal
penetapan Direktur Jenderal tentang penilaian Direksi atau Komisaris dimaksud.
113
Calon Direksi, Calon Komisaris, Direksi dan Komisaris yang dinyatakan tidak lulus
dapat mengajukan permintaan keterangan mengenai ketidak-lulusan penilaian
kemampuan dan kepatutan dimaksud kepada Direktur Jenderal.
5.6.3 Kerahasiaan
Anggota Komite Evaluasi atau yang pernah menjadi anggota Komite Evaluasi wajib
merahasiakan dokumen, informasi, dan hasil penilaian kemampuan dan kepatutan, kecuali
karena jabatan yang bersangkutan diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
114
115
Perusahaan Asuransi yang akan memasarkan produk asuransi baru harus memenuhi
ketentuan tingkat solvabilitas dan tidak sedang dikenakan sanksi administratif. Ketentuan
lebih lanjut mengenai produk asuransi baru diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal
lembaga Keuangan.
5.7.2 Polis
Dalam setiap penutupan asuransi, Polis Asuransi harus sesuai spesimen Polis
Asuransi yang dilaporkan kepada Menteri Keuangan RI. Polis Asuransi harus memuat
sekurang-kurangnya ketentuan mengenai :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Polis Asuransi harus dicetak dengan jelas sehingga dapat dibaca dengan mudah dan
dimengerti baik langsung maupun tidak langsung oleh pemegang polis dan atau tertanggung.
(1) Setiap Polis Asuransi yang diterbitkan dan dipasarkan di wilayah hukum Indonesia
harus dibuat dalam Bahasa Indonesia.
(2) Dalam hal diperlukan, Polis Asuransi dapat dibuat dalam bahasa asing berdampingan
dengan Bahasa Indonesia.
(3) Apabila dalam Polis Asuransi terdapat perumusan yang dapat ditafsirkan sebagai
pengecualian atau pembatasan penyebab resiko yang ditutup berdasarkan Polis
Asuransi yang bersangkutan, bagian perumusan dimaksud harus ditulis atau dicetak
sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diketahui adanya pengecualian atau
pembatasan tersebut.
116
(4) Apabila dalam Polis Asuransi terdapat rumusan yang dapat ditafsirkan sebagai
pengurangan, pembatasan, atau pembebasan kewajiban penanggung, bagian
perumusan dimaksud harus ditulis atau dicetak sedemikian rupa sehingga dapat
dengan mudah diketahui adanya pengurangan, pembatasan, atau pembebasan
penanggung tersebut.
Besarnya nilai tunai untuk polis-polis yang diterbitkan sejak ditetapkannya peraturan
baru sekurang-kurangnya sebesar :
a. 95% (sembilan puluh lima perseratus) dari cadangan premi, untuk produk asuransi
jiwa seumur hidup;
b. 80% (delapan puluh perseratus) dari cadangan premi, untuk produk asuransi jiwa
lainnya; atau
c. Akumulasi dana pemegang polis untuk polis yang dikaitkan dengan investasi dan
polis lainnya yang sejenis.
Pembayaran premi atau klaim dengan mata uang asing diatur sebagai berikut:
(1) Dalam hal pembayaran premi dan atau klaim dari Polis Asuransi dengan mata uang
asing dilakukan dengan mata uang rupiah, pembayaran tersebut harus menggunakan
kurs yang ekivalen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada saat pembayaran.
(2) Kurs yang ekivalen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus menghasilkan
sejumlah mata uang asing yang seharusnya diterima oleh si penerima pembayaran
tersebut apabila pembayaran dilakukan dengan mata uang asing dimaksud.
(3) Dalam polis asuransi dengan indeks rupiah, pembayaran premi atau manfaat harus
didasarkan pada rasio indeks yang berlaku pada saat pembayaran.
(4) Dalam Polis Asuransi yang diterbitkan oleh Perusahaan Asuransi yang berbentuk
usaha bersama harus dicantumkan ketentuan tentang memiliki atau tidak memiliki
hak suara bagi pemegang polis.
(5) Ketentuan tentang memiliki atau tidak memiliki hak suara harus sesuai dengan
anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan.
Dalam Polis Asuransi dilarang dicantumkan suatu ketentuan yang dapat ditafsirkan
bahwa tertanggung tidak dapat melakukan upaya hukum sehingga tertanggung harus
menerima penolakan pembayaran klaim.
Dalam Polis Asuransi dilarang dicantumkan ketentuan yang dapat ditafsirkan sebagai
pembatasan upaya hukum bagi para pihak dalam hal terjadi perselisihan mengenai ketentuan
polis. Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai pemilihan pengadilan dalam
hal terjadi perselisihan yang menyangkut perjanjian asuransi, tidak boleh membatasi
pemilihan pengadilan hanya pada pengadilan negeri di tempat kedudukan penanggung.
Apabila Menteri menilai bahwa dalam ketentuan polis terdapat hal-hal yang dapat merugikan
pihak tertanggung atau pihak penanggung, Menteri dapat meminta Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi untuk meninjau ulang ketentuan polis dimaksud.
117
5.7.3 Premi
(1) Perhitungan tingkat premi harus didasarkan pada asumsi yang wajar dan praktek
asuransi yang berlaku umum.
(2) Penetapan tarif premi asuransi kerugian harus dilakukan dengan mempertimbangkan
sekurang-kurangnya :
a. Premi murni yang dihitung berdasarkan profil kerugian (risk and loss profile)
jenis asuransi yang bersangkutan untuk sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
terakhir;
b. Biaya akuisisi, biaya administrasi dan biaya umum lainnya.
(3) Penetapan tarif premi asuransi jiwa harus dilakukan dengan mempertimbangkan
sekurang-kurangnya :
a. Premi murni yang dihitung berdasarkan tingkat bunga, tabel mortalitas, atau tabel
morbiditas yang dipergunakan;
b. Biaya akuisisi, biaya administrasi dan biaya umum lainnya;
c. Prakiraan hasil investasi dari premi.
5.7.5 Reasuransi
(1) Perusahaan Asuransi wajib memperoleh dukungan reasuransi otomatis untuk setiap
produk asuransi pada setiap cabang asuransi yang dipasarkan.
(2) Dukungan reasuransi otomatis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk Perusahaan Asuransi Kerugian, sekurang-kurangnya diperoleh dari 1 (satu)
Perusahaan Reasuransi dan 1 (satu) Perusahaan Asuransi Kerugian lainnya di
dalam negeri;
b. Untuk Perusahaan Asuransi Jiwa, sekurang-kurangnya diperoleh dari 1 (satu)
Perusahaan Reasuransi di dalam negeri.
(3) Ketentuan wajib dukungan reasuransi tidak berlaku dalam hal tidak ada Perusahaan
Reasuransi yang memberikan dukungan reasuransi otomatis terhadap produk asuransi
yang dipasarkan tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
(4) Dukungan reasuransi otomatis dari penanggung ulang di luar negeri bagi Perusahaan
Asuransi Kerugian, hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dimaksud telah
118
119
120
f. Perusahaan Asuransi hanya dapat meminta dokumen sebagai syarat pengajuan klaim
sesuai dengan yang tertera dalam Polis Asuransi.
g. Dalam hal Polis Asuransi mencantumkan syarat lain-lain sebagai persyaratan
pengajuan klaim, syarat lain-lain tersebut harus :
1. relevan dengan pertanggungan; dan
2. wajar dalam proses penyelesaian klaim.
Perusahaan Asuransi harus telah membayar klaim paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak adanya kesepakatan antara tertanggung dan penanggung atau kepastian mengenai
jumlah klaim yang harus dibayar.
5.7.8 Pelaporan
Perusahan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap tahun wajib menyampaikan
laporan program reasuransi otomatis (treaty) untuk kegiatan tahun berjalan kepada menteri,
paling lambat pada tanggal 15 Januari.
(1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib menyampaikan laporan
operasional tahunan untuk periode yang berakhir per 31 Desember kepada Menteri.
(2) Laporan operasional tahunan harus disampaikan selambat-lambatnya tanggal 30 April
tahun berikutnya.
(3) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib menyampaikan laporan
operasional untuk kegiatan setiap satu triwulan yang berakhir per 31 Maret, 30 Juni,
30 September, dan 31 Desember, kepada Menteri.
(4) Laporan operasional masing-masing harus disampaikan selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.
(5) Laporan Operasional bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan
prinsip Syariah, atau Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang memiliki
cabang dengan prinsip syariah, harus dilengkapi dengan Pernyataan Dewan Pengawas
syariah bahwa penyelenggaraan usaha Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Reasuransi dimaksud untuk triwulan yang bersangkutan tidak menyimpang dari
prinsip syariah.
(6) Aktuaris Perusahaan wajib menyampaikan laporan mengenai perkiraan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya untuk jangka waktu sekurang-kurangnya
5 (lima) tahun mendatang. Laporan tersebut disampaikan kepada Menteri paling
lambat tanggal 30 April tahun berikutnya.
121
122
123
124
(4) Pelaporan hasil Pemeriksaan harus disusun segera setelah pelaksanaan Pemeriksaan
selesai dan harus berdasarkan atas data atau keterangan yang diperoleh selama proses
pemeriksaan berlangsung yang dituangkan dalam kertas kerja Pemeriksaan.
(5) Pemeriksa wajib merahasiakan data dan atau keterangan yang diperoleh selama
Pemeriksaan terhadap pihak yang tidak berhak.
(6) Perusahaan Perasuransian yang diperiksa dilarang menolak dan atau menghambat
kelancaran proses Pemeriksaan.
125
(4) Tanggapan dapat dilakukan pembahasan dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) hari sejak diterimanya surat tanggapan dari Perusahaan Perasuransian yang
diperiksa.
(5) Dalam hal sampai batas waktu, Perusahaan Perasuransian yang diperiksa tidak
mengajukan tanggapan atau berdasarkan hasil pembahasan atas tanggapan laporan
hasil Pemeriksaan sementara, maka Direktur Asuransi menetapkan laporan hasil
Pemeriksaan sementara menjadi laporan hasil Pemeriksaan final.
(6) Direktur Asuransi nenyampaikan laporan hasil Pemeriksaan final sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5) kepada Pengurus atau Direksi dan Komisaris Perusahaan
Perasuransian yang diperiksa.
5.8.5 Sanksi
Dalam hal Perusahaan Perasuransian menolak dan atau menghambat kelancaran
proses pemeriksaan Menteri mengenakan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku.
126
7. Deposito jaminan adalah deposito berjangka yang ditatausahakan atas nama Menteri
sebagai jaminan terakhir dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 6.3 Tahun 1999.
Jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari deviasi daIam pengelolaan kekayaan dan kewajiban merupakan
batas tingkat solvabilitas minimum.
(5) Perhitungan besarnya risiko kerugian yang mungkin timbul didasarkan pada pedoman
yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan.
127
128
Yang dimaksud peringkat di atas adalah peringkat yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat yang terdaftar pada instansi yang berwenang atau yang telah memperoleh
pengakuan internasional. Dalam hal peringkat diterbitkan oleh lebih dari satu lembaga
pemeringkat, maka peringkat yang digunakan adalah peringkat yang paling rendah. Penilaian
atas kekayaan investasi untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
129
h. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk
investasi, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada
instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dalam hal tidak
dilakukan penilaian oleh lembaga penilai;
i. Pinjaman hipotik, berdasarkan nilai sisa pinjaman;
j. Pinjarnan polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman.
Sedangkan penilaian atas kekayaan bukan investasi untuk Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
130
5) Besamya setiap pinjaman tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima per seratus) dari
nilai jaminan yang terkecil di antara nilai yang ditetapkan oteh lembaga penilai
yang terdaftar pada instansi yang berwenang dan Nilai Jual Obiek Pajak (NJOP);
h. Investasi dalam bentuk pinjaman polis besarnya tidak melebihi 80% (delapan puluh
per seratus) dari nilai tunai polis yang bersangkutan.
Jumlah investasi yang digunakan sebagai dasar perhitungan batasan adalah nilai
seluruh jenis investasi per tanggal neraca yang penilaiannya didasarkan pada ketentuan yang
berlaku. Dalam hal Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi memiliki penempatan
investasi di luar negeri, maka jumlah Investasi yang digunakan sebagai dasar batasan adalah
jumlah investasi ditambah dengan jumlah investasi di luar negeri. Pembatasan atas kekayaan
bukan investasi untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah sebagai
berikut:
a. Tagihan premi penutupan langsung, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung
sejak:
1) Pertanggungan dimulai bagi polis dengan pembayaran premi tunggal; atau
2) Jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan;
a. Tagihan reasuransi, umurnya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal
jatuh tempo pembayaran;
b. Tagihan hasil investasi, umurya tidak lebih dari 2 (dua) bulan dihitung sejak tanggal
hasil investasi menjadi hak Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
c. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan yang dipakai
sendiri, seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) bagi Perusahaan
Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi, atau 30% (tiga puluh per seratus) bagi
Perusahaan Asuransi Jiwa, masing-masing dari Modal Sendiri periode berjalan;
d. Perangkat keras komputer seluruhnya tidak melebihi 20% (dua puluh per seratus) dari
Modal Sendiri periode berjalan.
131
Direksi adalah direksi pada perseroan terbatas atau persero, atau yang setara dengan
itu untuk koperasi dan usaha bersama.
132
Komisaris adalah komisaris pada perseroan terbatas atau persero, atau yang setara
dengan itu untuk koperasi dan usaha bersama.
Asosiasi adalah asosiasi dari perusahaan yang mempunyai lingkup usaha penunjang
usaha asuransi atau profesi keahlian di lingkup usaha penunjang usaha asuransi.
133
Tenaga Ahli
(5) Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi harus. mengangkat tenaga ahli yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki kualifikasi sebagai:
3) Ahli pialang asuransi bersertifikat dari Asosiasi Broker Asuransi Indonesia
(ABAI), atau ajun ahli asuransi dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi
Indonesia (AAMAI), atau dari asosiasi sejenis di luar negeri setelah terlebih
dahulu memperoleh pengakuan dari ABAI atau pengakuan dari AAMAI bagi
Perusahaan Pialang Asuransi;
4) Ahli asuransi bersertifikat dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia
(AAMAI), atau dari asosiasi sejenis di luar negeri setelah terlebih dahulu
memperoleh pcngakuan dari AAMAI, bagi Perusahaan Pialang Reasuransi;
134
Tenaga ahli wajib melakukan tugasnya dengan berpedoman pada standar praktek dan
kode etik profesi yang berlaku.
(1)
(2)
135
Prinsip Syariah adalah prinsip perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Perusahaan
Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dengan pihak lain dalam menerima amanah
dengan mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi atau kegiatan lain yang
diselenggarakan sesuai syariah.
Direksi adalah direksi untuk perseroan terbatas atau persero, atau yang setara dengan
itu untuk koperasi dan usaha bersama.
Komisaris adalah komisaris untuk perseroan terbatas atau persero, atau yang setara
dengan itu untuk koperasi dan usaha bersama.
Kantor Pemasaran adalah kantor selain kantor cabang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (4) Peraturan Pernerintah Nornor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pernerintah Nomor 63 Tahun 1999.
Asosiasi adalah asosiasi dari Perusahaan-perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaanperusahaan Asuransi jiwa, atau Perusahaan-perusahan Reasuransi.
136
5.11.2 Kelembagaan
Susunan organisasi Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi harus
memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya menggambarkan secara jelas adanya fungsi
pengelolaan risiko, fungsi pengelolaan keuangan dan fungsi pelayanan, yang terpisah satu
dengan yang lainnya; dan dilengkapi dengan uraian tugas, wewenang, tanggung jawab dan
prosedur kerja dari masing-masing unit organisasi.
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi wajib memiliki sekurang-kurangnya
2 (dua) orang anggota Direksi dan memiliki paling sedikit 1 (satu) orang Komisaris
independen, yaitu Komisaris yang tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang
saham dan atau Direksi.
Tentang masalah yang terkait dengan tenaga ahli, sistem administrasi dan pengolahan
data, penggunaan tenaga asing, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, keanggotaan asosiasi
serta tentang pemasaran melalui jasa agen dan melalui kerjasama dengan pihak bank dapat
dibaca secara rinci di dalam naskah asli Keputusan Menteri.
Pembaca juga dianjurkan untuk membaca beberapa undang-undang dan peraturan
pemerintah yang terkait dengan asuransi/jaminan kesehatan seperti UU No 40 tahun 2004
yang ditetapkan tanggal 28 September 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan
beberapa Peraturan pemerintah di bawah ini:
137
NO
PERATURAN
TGL
DITETAPKAN
TENTANG
PP No 28 Tahun 2003
9 Juni 2003
Subsidi
dan
iuran
pemerintah
dalam
penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi
pegawai negeri sipil dan penerima pensiun.
PP No 28 Tahun 2003
9 Juni 2003
Subsidi
dan
iuran
pemerintah
dalam
penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi
pegawai negeri sipil dan penerima pensiun
27 Juli 1993
17 Juli 1993
14 Juli 1993
Permenkes No 527/
Per/VII/93
Menkes/
6 Juli 1993
Paket
pemeliharaan
kesehatan
penyelenggaraan program JPKM.
2 Juli 1993
2 Juli 1993
PP No 69 Tahun 1991
23 Desember 1991
10
PP No 22 Tahun 1984
30 Agustus 1984
11
PP No 23 tahun 1984
30 Agustus 1984
12
PP No 42 Tahun 1981
19 November 1981
13
PP No 36 Tahun 1980
29 Oktober 1980
14
UU No 6 Tahun 1974
6 November 1974
15
PP No 27 Tahun 1953
17 Juli 1953
16
UU No 18 Tahun 1953
3 Juni 1953
138
dalam
Daftar Rujukan
1. Kumpulan Keputusan Menteri Keuangan Tentang Perasuransian, Departemen Keuangan
RI, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan Direktorat Asuransi, Jakarta 2003.
2. Kumpulan Peraturan perundangan Pemerintah mengenai Jaminan Sosial Tenaga kerja,
PT Jamsostek, Jakarta 2001
3. Mukti, AG., Thabrany, H., Trisnantoro, L., 2001, Critical appraisal on the implementation
of managed care system in Indonesia, Journal Of Health Service Management, Vol.
04/No.03
4. Trisnantoro L. Introduction of Social Health Insurance: Frame of Analysis. Presented at
Ministry of Health, 22nd of July, 2005.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 dan Peraturan Pelaksanaan
Tentang Usaha Perasuransian, Sekretariat Jenderal Dewan Asuransi Indonesia.
139
BAB 6
Kecurangan Asuransi Kesehatan (Fraud)
Yaslis Ilyas
Pendahuluan
Pemanfaatan Tehnologi
Pengertian Fraud
Pendidikan Pegawai
Pengumpulan Bukti
Pelaporan Investigasi
Jaringan Kerja
6.1 Pendahuluan
Pembahasan masalah fraud merupakan sesuatu yang masih baru di Indonesia.
Kepustakaan mengenai hal ini boleh dikatakan belum pernah ada, sedangkan riset yang
meneliti atau menggali materi ini juga belum pernah dilakukan. Sebenarnya mungkin ada
sejumlah pengalaman perusahaan asuransi yang pernah dicurangi oleh PPK atau peserta,
tetapi belum pernah dipublikasikan. Boleh dikatakan masalah fraud ini masih merupakan
bidang manajemen yang belum cukup digeluti oleh para ahli asuransi kesehatan. Dengan
kondisi keterbatasan seperti ini, pembahasan tentang fraud banyak merujuk kepada referensi
yang berasal dari Amerika dan dicoba untuk menuliskan pengalaman sejumlah fraud
perusahaan asuransi kesehatan di Indonesia.
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa manajemen klaim merupakan salah satu
determinan paling penting yang sangat berpengaruh terhadap reputasi dan kondisi keuangan
yang nantinya akan berpengaruh terhadap solvabilitas perusahaan asuransi, terutama dalam
industri asuransi kesehatan yang lebih kompleks dibanding asuransi jiwa dan kerugian.
Perusahaan asuransi kesehatan harus mau dan mampu untuk mengidentifikasi berbagai
kecurangan dalam pengajuan klaim, serta melakukan telaah utilisasi yang benar dan
berkesinambungan. Fraud atau kecurangan pelayanan kesehatan merupakan bentuk kriminal
kerah putih dan berefek terhadap sistem pembayaran kesehatan publik maupun swasta.
Di Amerika Serikat, berdasarkan laporan Kantor Akuntansi Umum (General Accounting
140
Yaslis Ilyas
Office) kepada Kongres, Mei 1992, biaya fraud dan penyalahgunaan pelayanan kesehatan
yaitu sebesar 10% dari uang yang dibelanjakan untuk kesehatan selama setahun. Apabila
diperkirakan bahwa pengeluaran kesehatan nasional per tahun sebesar satu triliun dolar,
kerugian akibat fraud bisa mencapai 100 milyar dolar.
Kantor Akuntansi Umum tersebut melaporkan bahwa hanya sebagian kecil fraud dan
penyalahgunaan sistem pelayanan kesehatan yang dapat diidentifikasi. Fraud pelayanan
kesehatan merupakan faktor dominan yang menyebabkan melambungnya biaya pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat. Walaupun demikian, faktor ini dapat dikurangi dengan
melakukan gerakan anti-fraud.
Muncul pertanyaan bahwa di negara Amerika Serikat saja yang sudah maju sistem
manajemen asuransinya dan dipagari dengan perangkat perundang-undangan yang baik,
fraud-nya masih sebesar 10%; bagaimana di Indonesia? Berapa kecurangan asuransi di
Indonesia? Sampai saat ini belum ada riset yang dilakukan untuk menggali data yang
berkaitan dengan kecurangan asuransi, baik dilakukan oleh PPK maupun oleh peserta.
Namun, kalau dilihat dari over-utilization pelayanan kesehatan, seperti: tingginya persentase
(pada RS tertentu di Jakarta dapat mencapai 90%) tindakan bedah caesar di rumah sakit ibu
dan anak kota-kota besar dapat merupakan indikasi kemungkinan terjadinya kecurangan
pelayanan juga tinggi di Indonesia. Pada tahun 2001, penulis pernah diundang oleh PT.
Jamsostek, untuk mempelajari kasus kecurangan sebuah apotik di Bekasi yang menagih
klaim obat dengan nilai lebih dari 400 jutaan. Setelah diselidiki, sebenarnya tagihan itu
merupakan kecurangan oknum pegawai rumah sakit yang bekerja sama dengan perawat,
membuat resep palsu yang kemudian dibebankan kepada PT. Jamsostek. Kasus-kasus seperti
ini rasanya cukup banyak diderita perusahaan asuransi, kadang cukup sulit membuktikannya.
Sudah menjadi rahasia umum, bila pasien yang ditanggung perusahaan asuransi, terdapat
kecenderungan pelayanan yang diberikan PPK selalu berlebihan, fiktif dan dengan harga
yang lebih mahal (khusus untuk asuransi kesehatan komersial). Bangkrutnya International
Health Benefit Indonesia pada beberapa tahun yang lalu, diperkirakan bukan hanya karena
kesalahan manajemen, tetapi kemungkinan juga adanya faktor fraud yang berperan sehingga
perusahaan tersebut tidak sanggup membayar klaim.
141
Yaslis Ilyas
Definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa fraud sebagai pengertian formal dan
lebih pada definisi hukum. Definisi tersebut menggambarkan elemen prasyarat terjadinya
fraud. Elemen-elemen yang dimaksudkan tersebut adalah:
1. Fakta pernyataan materil harus ada.
2. Pernyataan materil adalah suatu kesalahan dan orang yang berbuat mengetahui hal
tersebut salah.
3. Orang yang membuat pernyataan harus merencanakan untuk mengetahui tindakan
tersebut salah atau membuat orang lain salah karena pernyataan tersebut.
4. Orang yang dituju pernyataan salah tersebut diharapkan bertindak atas dasar pernyataan
tersebut.
5. Pernyataan salah dibuat seseorang dengan harapan mendapatkan sesuatu yang bernilai
atau berbuat sesuatu yang merugikan ke pihak yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Semua bentuk fraud harus memenuhi elemen dasar tersebut di atas, tetapi peraturan
dan regulasi dapat membuat definisi yang berbeda dan mungkin lebih spesifik. Tindakan
kecurangan asuransi berarti tindakan atau perilaku curang yang dilakukan seseorang yang
mengetahui dan merencanakan, berbuat curang atau menutupi informasi materil berkaitan
dengan satu atau lebih dari hal-hal sebagai berikut:
Dengan sepengetahuan menyampaikan atau menyiapkan atau mempercayai bahwa hal itu
akan dipresentasikan kepada atau oleh asuransi, reasuransi, broker atau agen, informasi
salah sebagai bagian untuk mendukung fakta materil yang berkaitan dengan satu atau
lebih dari hal sebagai berikut:
- Aplikasi untuk menerbitkan atau memperbaharui polis asuransi atau kontrak
reasuransi
- Penentuan premi polis asuransi atau reasuransi kontrak
- Klaim pembayaran atau mendapatkan manfaat asuransi polis atau reasuransi kontrak
- Pembayaran premi polis asuransi atau reasuransi kontrak
- Pelaksanaan pembayaran dalam kaitan dengan terminologi polis asuransi atau
reasuransi kontrak
- Dokumen yang disampaikan kepada Komisi atau kepala kantor regulasi asuransi
(negara bagian Amerika).
- Kondisi finansial asuransi atau reasuransi
- Formasi, akuisisi, merger, rekonsolidasi, dissolusi atau keluar dari satu atau lebih
bidang asuransi atau reasuransi sebagian atau keseluruhan dari kondisi ini oleh
asuransi atau reasuransi
- Penerbitan bukti tulisan asuransi, atau
- Mengaktifkan kembali polis asuransi
Pengajuan atau penerimaan polis asuransi baru atau diperbaharui dengan resiko atas
perusahaan asuransi, reasuransi atau orang lain dalam bisnis asuransi, oleh seseorang
yang mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa perusahaan asuransi atau orang lain
yang bertanggung jawab terhadap resiko adalah insolvent pada saat transaksi
Melepaskan, menutupi, mengubah atau merusak harta benda (assets) atau pencatatan
perusahaan asuransi, reasuransi atau orang lain dalam bisnis asuransi, atau
142
Yaslis Ilyas
143
Yaslis Ilyas
Tagihan untuk pembayaran yang tidak disertai dengan tersedianya dukungan dokumen,
misalnya untuk tindakan pemeriksaaan laboratorium dan radiologi.
Kecurangan diagnosa atau tanggal.
Misalnya, tanggal dicurangi sehingga tidak sesuai lagi dengan fakta dan kronologi kasus.
Obat nama dagang untuk obat generikbiasanya terjadi di rumah sakit atau apotek
Menghilangkan co-payment dan deductibles.
Kesalahan klaim berhubungan dengan pemeriksaan laboratorium.
Unbundling (tidak dibundel)
Suatu tindakan tidak dijadikan satu, misalnya, setiap gigi pasien dicabut selalu dilakukan
tindakan incisi (pengirisan), baru giginya dicabut, jadi keduanya merupakan satu
tindakan. Biasanya kecurangan PPK adalah melakukan penagihan yang berbeda untuk
dua tindakan ini
Ada pertanyaan terhadap fungsi PPK.
Misalnya, pasien pergi ke rumah sakit bersalin untuk berobat Thpus atau yang ekstrim
sakit gigi.
6.4.2. Konsumen
Bentuk utama fraud yang terdeteksi dilakukan konsumen sebagai berikut:
Kecurangan dengan memberikan keterangan palsu pada aplikasi asuransi.
Kecurangan pelamar dilakukan oleh pelamar asuransi, agennya atau orang yang
bertindak atas nama pelamar. Kecurangan ini dilakukan bila fakta pemberian informasi
bohong dibuat dengan rencana untuk:
a. Meyakinkan bahwa lamaran diterima oleh perusahaan asuransi dan tidak ada
limitasi kondisi atau pengecualian tercantum pada jaminan yang diterbitkan untuk
pelamar.
b. Memperluas jaminan kepada individu yang sebenarnya tidak ada atau individu
tersebut sebenarnya tidak legal sebagai anggota keluarga atau pegawai perusahaan
144
Yaslis Ilyas
Pemalsuan klaim
Kecurangan klaim bisa berupa pemalsuan tagihan rekening, penyampaian klaim untuk
anggota keluarga yang tidak berhak dan misrepresentasi respon pada pertanyaan spesifik
dalam formulir klaim.
Contoh, bila pasangan karyawan keduanya bekerja dan dijamin oleh kedua perusahaan,
namun ketika mengisi pertanyaan pada formulir klaim manfaat, mereka tidak menjawab
dengan benar bahwa mereka memiliki dua jaminan kesehatan. Pemegang polis mungkin
mengambil manfaat klaim dua kali. Padahal, kedua perusahaan asuransi seharusnya
dapat berkoordinasi tentang pembayaran manfaat (Coordination of Benefits).
Contoh lain, bila orang yang dijamin menghapus besaran jumlah dolar untuk tarif jasa
dokter dan menggantinya dengan nilai yang lebih tinggi pada formulir klaim.
6.4.3. Agen/lainnya
Bentuk utama fraud yang terdeteksi dilakukan agen atau internal fraud sebagai berikut:
Agen menerima pembayaran dari karyawan, tetapi tidak menyampaikan laporan calon
peserta kepada perusahaan, sedangkan uangnya dikantongi.
Agen memberikan informasi salah tentang cakupan polis untuk mendorong konsumen
menukar polis agar meningkatkan komisi untuk agen.
Karyawan menciptakan peserta fiktif ke dalam catatan jaminan kepesertaan,
menyampaikan klaim palsu dan uangnya dikantongi.
145
Yaslis Ilyas
146
Yaslis Ilyas
147
Yaslis Ilyas
Kecurangan pelayanan kesehatan bisa berasal dari luar atau dari dalam perusahaan.
Oleh sebab itu, perhatian pertama perusahaan asuransi adalah mendidik karyawannya tentang
fraud. Idealnya, dimulai dengan perusahaan mengadopsi pernyataan formal kebijakan
kecurangan pelayanan kesehatan. Pernyataan kebijakan atau misi anti kecurangan pelayanan
kesehatan dapat dibuat dalam bentuk publikasi, video tape, bahan promosi dan surat. Usaha
lainnya seperti membuat pesan yang menekankan bahwa perbuatan curang tidak akan
dimaafkan oleh perusahaan.
Pernyataan kebijakan bisa sangat bernilai untuk membentuk program anti kecurangan
pelayanan kesehatan. Penting juga bila setiap mitra mengerti secara jelas tentang maksud dan
tujuan usaha-usaha program anti kecurangan pelayanan kesehatan. Pernyataan kebijakan
yang baik akan menciptakan kejelasan tujuan.
Special Investigation Unit (SIU) atau Unit Penyidikan Spesial (UPS) adalah struktur
organisasi pada perusahaan asuransi yang tugas utamanya untuk menyelidiki klaim yang
diragukan. UPS juga dapat berfungsi untuk melakukan pelatihan dan pendidikan kepada staf
klaim dan personel kunci lainnya agar mereka dapat mendeteksi kecurangan, melakukan
investigasi sosial, melaksanakan red flag program secara efektif dan menyelesaikan klaim
yang diragukan. Besaran, struktur dan tanggung jawab unit anti kecurangan ditentukan oleh
analisis biaya manfaat perusahaan menurut yang ditentukan oleh undang-undang.
Beberapa tujuan yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan unit anti
kecurangan yaitu:
1.
Mempunyai penyidik yang berpengetahuan dan yakin bahwa mereka mengerti
tanggung jawab serta misi mereka
2.
Menetapkan prosedur yang jelas, termasuk persyaratan laporan dan garda pengaman
internal, serta
3.
Mengembangkan standar spesifik untuk investigasi aktivitas yang mencurigakan
148
Yaslis Ilyas
Bila bekerja sama dengan departemen hukum atau konsultan luar, perusahaan harus
membuat peraturan untuk pedoman staf klaim yang dapat disampaikan kepada lembaga
penyidik atau perusahaan konsultan untuk pertimbangan dakwaan pidana atau perdata.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
149
Yaslis Ilyas
150
Yaslis Ilyas
orang yang namanya disebut dalam laporan kecurangan. Peraturan ini tercantum dalam
undang-undang model NAIC.
Masalahnya, apakah ada perlindungan hukum bagi pihak yang mungkin menderita
secara finansial maupun fisik oleh karena kecurangan pihak lain di Indonesia? Pertanyaan
sekarang adalah Apakah ada produk hukum yang melindungi setiap pihak yang terlibat
dalam bisnis asuransi kesehatan di Indonesia? Sepengetahuan penulis, belum ada produk
hukum yang khusus mengenai fraud di Indonesia, tetapi menghadapi masalah ini dapat
digunakan hukum yang ada seperti KUH Perdata pasal 1365 tentang perbuatan melanggar
hukum yang berbunyi : Setiap perbuatan yang melanggar hukum sehingga membawa
kerugian kepada orang lain, maka si pelaku yang menyebabkan kerugian tersebut
berkewajiban untuk mengganti kerugian tersebut. Diperkuat dengan ketentuan pasal 1366
yang berbunyi : Setiap orang bertanggung jawab tidak saja terhadap kerugian yang
ditimbulkan karena suatu tindakan, tetapi juga yang diakibatkan oleh suatu kelalaian .
Disamping itu, dapat digunakan Undang-Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen dimana tercantum sejumlah pasal yang melindungi konsumen dari
produk dan jasa yang mereka beli dari produsen. Pada pasal 62 Undang-undang ini,
menyatakan pelaku usaha yang melanggar ketentuan hukum dapat dipidana penjara paling
lama 2 (dua) atau 5 (lima) tahun sesuai dengan pelanggaran pada pasal-pasal undang-undang
ini. Dengan ketentuan kedua Undang-undang dan peraturan lainnya, sebenarnya pelaku
kecurangan asuransi kesehatan dapat dijerat secara hukum. Yang barangkali tidak mudah
adalah mengumpulkan bukti material terjadinya kecurangan itu sendiri.
151
Yaslis Ilyas
untuk mendapatkan pelatihan anti kecurangan dan seminar pelatihan tersedia pada tingkat
nasional melalui organisasi seperti HIAA, NCHAA, dll.
152
Yaslis Ilyas
a.
b.
c.
d.
e.
6.10.2. Scanning
Banyak orang melihat PDE sebagai cara yang dapat meningkatkan atau menurunkan
biaya administrasi pelayanan kesehatan. Penyampaian klaim melalui PDE tidak segera
diterima oleh sebagian perusahaan. Sebagai langkah untuk masuk ke dalam interchange data
elektronik, banyak perusahaan menggunakan teknologi scanning, sehingga PPK dapat
mengirimkan formulir klaim lalu dilakukan proses klaim. Scanning seperti juga PDE
menimbulkan masalah potensial yang sama. Hal itu dikarenakan tidak adanya formulir klaim
yang dapat ditelaah oleh peneliti klaim yang ahli dan berpengalaman.
153
Yaslis Ilyas
154
Yaslis Ilyas
155
Yaslis Ilyas
6.13.1. Deteksi
Dasar dari program pendeteksian kecurangan pelayanan kesehatan adalah adanya
asumsi bahwa sebagian besar dari kecurangan tidak terdeteksi. Hanya dengan ketekunan,
dedikasi dan instrumen yang benar, maka hampir semua kecurangan dapat dibongkar.
Di bawah ini adalah instrumen yang digunakan oleh perusahaan asuransi untuk
membuat pendeteksian kecurangan pelayanan kesehatan berjalan efektif.
156
Yaslis Ilyas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Instrumen Otomatis
Alat otomatis semakin penting dalam pendeteksian pada lingkungan klaim elektronik.
Alat tersebut unggul sebagai alarm pendeteksian kecenderungan PPK, konfirmasi atau tidak
terbuktinya dugaan kecurangan dengan identifikasi pola dan proses cepat kuantitas data yang
besar.
Alat otomatis dapat menghilangkan sebagian pekerjaan investigator untuk
memperkirakan kemungkinan terjadi kecurangan. Hal ini yang membuat beban pekerjaan
perkiraan investigasi menjadi turun dan akhirnya menurunkan pembiayaan.
157
Yaslis Ilyas
Sejumlah informasi yang terdapat pada berkas pemantauan perilaku PPK, sebagai
berikut:
a. Nama PPK.
b. Keahlian PPK (dokter, dokter gigi, dll.).
c. Partisipasi program (PPO, HMO, dsb.)
d. Alamat kantor.
e. Nomor Pembayar Wajib Pajak.
f. Praktek spesialis.
g. Sertifikasi izin usaha.
h. Hak istimewa rumah sakit.
i. Informasi perizinan profesional.
j. Informasi pendaftaran ulang.
k. Riwayat pendidikan personel : S-1, profesional, magang, residensi, pelatihan spesial, dan
beasiswa.
l. Riwayat pelayanan kesehatan sebelumnya.
m. Keanggotaan profesional.
n. Keanggotaan asuransi pertanggungan profesional.
o. Partisipasi dalam program pemerintah (Medicare, Medicaid, dll.).
158
Yaslis Ilyas
p.
q.
r.
159
Yaslis Ilyas
Formulir klaim.
Penjelasan manfaat (Explaination of benefits).
Kuitansi tagihan.
Catatan medis.
Amplop dengan cap perangko.
Cek yang dibatalkan.
Catatan rumah sakit.
Catatan resep, obat resep.
Brosur marketing.
Audio dan video tape.
Catatan asuransi.
Pendapat telaah medis.
Pengakuan dan contoh tulisan tangan.
160
Yaslis Ilyas
6.16.2. Sinopsis.
Sinopsis adalah ringkasan padat dari investigasi. Ini biasanya ditulis secara
kronologis, rujukan kumpulan bukti dan lampiran laporan. Bagian kunci dari penyelidikan
harus disebutkan pada sinopsis dan informasi harus berhubungan dengan daftar dugaan pada
latar belakang.
6.16.5. Lampiran-lampiran.
Lampiran adalah bagian-bagian informasi yang dikumpulkan selama investigasi,
seperti salinan bukti, laporan interview, dll. Setiap bukti yang digunakan pada penyelidikan
untuk membuktikan/tidak membuktikan dugaan kecurangan harus dibuat daftar.
Kelima bagian laporan investigasi tersebut harus terpenuhi untuk rujukan kepada
Otoritas Penegak Hukum, Otoritas Hukum dan Biro Kecurangan Asuransi.
161
Yaslis Ilyas
Jenis obat yang diberikan pada setiap peserta sama untuk setiap kelas umur dan jenis
penyakit yang berbeda.
Kesimpulan :
Dokter tersebut melakukan kecurangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus 2
Karyawan A dari kelompok asuransi kesehatan mengajukan klaim ke perusahaan asuransi
atas biaya pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan di rumah sakit pada seorang dokter
spesialis.
Kuitansi rumah sakit dalam bentuk fotocopy. Biaya-biaya merupakan biaya gabungan antara
biaya administrasi dan jasa dokter yang diluar standar harga tarif rumah sakit.
Prosedur investigasi
Dilakukan audit klaim dan disesuaikan dengan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan
asuransi, yaitu:
Kuitansi harus asli
Ada rincian biaya yang jelas untuk masing-masing item
Biasanya sesuai dengan standar yang ada
Ketika klaim ini di investigasi lebih lanjut, unit klaim menghubungi pihak rumah sakit untuk
meminta rincian biaya klaim. Rumah sakit mengirimkan salinan kuitansi dari klaim tersebut,
ternyata billingnya berbeda dengan nilai tagihan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan
kepada apotik yang mengeluarkan kuitansi, ternyata kuitansi klaim tersebut palsu.
162
Yaslis Ilyas
Kesimpulan:
Ada rencana pelaku untuk melakukan kecurangan dengan pemalsuan kuitansi untuk
mendapatkan keuntungan dari pihak perusahaan asuransi.
Kasus 3
Seorang pria berumur 41 tahun membeli paket asuransi perorangan dengan bentuk rider
hospitalization cash plan (HCP) pada bulan Maret 1977 dengan manfaat rawat inap dalam
mata uang asing dolar Amerika. Pada pengisian aplikasi kepesertaan, didapatkan informasi
bahwa kesehatan peserta baik dan tidak ada histori penyakit katastropik dan belum pernah
mendapatkan perawatan rawat inap.
Dua tahun kemudian, peserta mengajukan klaim rawat inap di rumah sakit luar negeri selama
16 hari (tanggal 03/12/1999 sampai dengan 18/12/1999) dengan diagnosa dan semua
tindakan operasi yang dilakukan dapat dijamin asuransi.
Prosedur investigasi:
Dilakukan audit klaim, terlihat adanya kejanggalan pada kuitansi seperti :
Tampak tanggal keluar dari RS di retype dengan mesin tik terlihat huruf yang berbeda
dengan tulisan aslinya.
Ujung struk billing dimana semestinya tertera tulisan tanggal sudah dirobek
Unit klaim melakukan investigasi dengan menelepon ke RS meminta penjelasan tentang
lama hari rawat inap, fotokopi billing dan resume medis. RS memberikan respon yang baik
dengan mengirimkan fotokopi billing. Dari pengamatan dokumen yang ada, terdapat indikasi
sebagai berikut:
Tanggal keluar dari rumah sakit telah dirubah
Tanggal keluar pada struk billing rumah sakit telah dirobek, yang tidak sengaja tersobek
tepat diantara angka 1 dan 8 sehingga seolah klaim bertanggal 18/12/1999. Hal ini
dimaksudkan penagih agar dapat jaminan rawat inap selama 16 hari.
Kesimpulan
Adanya rencana dari peserta untuk melakukan kecurangan dengan merekayasa billing.
Kerja sama antara lembaga sektor terkait perlu dikembangkan untuk mengatasi fraud
bersama-sama.
Kasus 4
Suatu perusahan asuransi kesehatan menerima klaim dari peserta, wanita berumur 27 tahun
dengan klaim karena penyakit Thypoid Fever dan rawat inap selama 14 hari. Paket asuransi
kesehatan yang dibeli peserta memberi jaminan rawat inap yang melindungi kemungkinan
resiko yang diderita oleh peserta.
163
Yaslis Ilyas
Prosedur investigasi
Unit klaim melakukan investigasi, diketahui kuitansi klaim berasal dari klinik bersalin yang
tidak berhak melakukan rawat inap. Hasil investigasi, bidan mengakui bahwa biaya tersebut
untuk persalinan dan bukan karena penyakit Thypoid Fever. Klaim rawat inap dengan
penyakit tersebut dibuat atas permintaan pasien. Bidan tidak mengetahui efek yang
ditimbulkan terhadap perusahaan asuransi.
Kesimpulan
Peserta tidak berhak atas maternity benefit, tetapi ingin mendapatkan benefit dengan
mempengaruhi orang lain untuk merubah kode penyakit.
Masih banyak PPK yang tidak menyadari bahwa manipulasi klaim medis atas permintaan
pasien dapat merugikan pihak lain.
Daftar Rujukan
1. Appleton, Jo Ann S.; Claim Administration, Principles and Practices, second edition,
International Claim Association, 1989.
2. Guwandi, J; Dokter, Pasien dan Hukum, Balai Penerbit FK-UI, 1996.
3. HIAA; Fundamental Health Insurance Part A, 1995.
4. HIAA; Fundamental Health Insurance Part B, 1997.
5. HIAA; Managed Care Part A, 1997.
6. HIAA; Managed Care Part B, 1996.
7. HIAA; Medical Expence Insurance, 1997.
8. HIAA; Fraud: The Hidden Cost of Health Care, diterjemahkan: Yaslis Ilyas, Pusat
Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI, 2000.
9. Kongstvedt, P.T; Essentials of Managed Health Care, second Edition, An Aspen
Publication, 1997.
10. Republik Indonesia; Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, YLKI, 2001.
11. Republik Indonesia; Undang-undang Nomor 2 /1992 tentang Jamsostek.
12. 12. Utarini, Adi; Peran Provider dan Organisasi Profesi Keseharan dalam Akreditasi dan
Lisensi Tenaga Kesehatan, makalah DIY, November, 2000.
164
Yaslis Ilyas