Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
Disfagia merupakan suatu gejala yang menunjukan kesulitan atau rasa
tidak nyaman selama proses pencernaan bolus dari mulut ke lambung ( rofes,
2010 )
Berdasarkan lokasi anatominya disfagia dapat di bagi atas orofaringeal
disfagia dan esofageal disfagia. Sedangkan berdasarkan penyebabnya disfagia di
bagi atas disfagia mekanik, disfagia motorik, dan disfagia akibat gangguan emosi.
( Rofes, 2010; merck manual 2007; Soepardi, 2012 )
Disfagia dapat menyebabkan batuk atau terdesak saat menelan, nutrisi dan
hidrasi yang tidak adekuat, kehilangan berat badan, dan bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila terjadiaspirasi pneumonia. Disfagia banyak
dijumpai pada sekitar enam juta penduduk Amerika. Ini dapat disebabkan oleh
cedera otak, stroke, infeksi susunan saraf pusat, kanker kepala dan leher, serta
penyakit degeneratif pada usia muda maupun yang lebih tua ( Ashrord, 2015 )
Disfagia merupakan masalah yang sering di jumpai. Satu dari 17 orang
akan mengalami disfagia dalam hidupnya. Penelitian pada tahun 2011 di united
kingdom melaporkan prevalensi disfagia sekitar 11% pada masyarakat umum.
Disfagia mengenai 40-70% pasien dengan stroke, 60-80% pasien dengan penyakit
neurodegeneratif, lebih dari 13% pada usia di atas 65, serta 60-75% pada pasien
yang sedang menjalani radioterapi pada kanker kepala leher ( WGO, 2014 )
2. ANATOMI
2.1. Anatomi Orofaring
Orofaring merupakan bagian tengah dari faring yang tepat di bawah
palatum lunak terhubung pada bagian anterior dengan rongga mulut oleh ismus
pada tenggorokan yang juga di kenal sebagai ismus orofaringeal. Secara khusus,
ismus orofaring pada bagian superior berikatan dengan palatum lunak, pada lateral
dengan lengkungan palatoglossal, dam dengan sepertiga lidah pada bagian inferior
( Josho, 2003 ).
Batas-batas orofaring adalah ujung bawah dari palatum mole dan superior
tulang hyoid inferior. Batas anterior dibentuk oleh inlet orofaringeal dan pangkal
lidah, dan perbatasan anterior orofaring. Valekula, yang merupakan ruang antara
pangkal lidah dan epiglotis, membentuk perbatasan inferior dari orofaring. Ini
biasanya setentang dengan tulang hyoid ( Tjoa, 2013 )
Penyempitan krikofaringeal
Daerah ini merupakan daerah yang paling sempit dari esogafus, juga
merupakan tempat yang paling di takuti oleh ahli endoskopi karena sulit untuk
melewati esofagoskopi. Menurut Jackson tempat ini di sebut Bab el mandeb ( gate
of tear ), penyempitan ini kira-kira setinggi vertebra servikal VI dan diameter
melintang kira-kira 23 mm dari anteroposteriornya 17 mm.
2. Penyempitan aortik
mengatur sekresi dan kontraksi peristaltik dari mukosa muskularis ( Kuo dan
Urma, 2006 ).
Proses menelan menggunakan otot dan saraf sebagai fungsi motorik dan
sensoriknya. Berikut ini beberapa komponen yang di gunakan dalam proses
menelan ( Smith, 2014 ).
Namun fase oral dapat di bagi lagi menjadi tahap persiapan dan tahap
pendorongan, sehingga fase menelan di anggap sebagai empat tahapan. ( Matsuo,
2008 ).
Fase oral
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur
dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak dari rongga
mulut melalui dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat kontaksi otot intrinsik
lidah. Kontaksi m.levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior
faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke
atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontaksi
m.levator veli palatini. Selanjutnya terjadi kontaksi m.palatoglosus yang
menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontaksi m.palatofaring,
sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut (Soepardi, 2012).
Fase esofageal
Fase esofageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke
keluhan disfagia juga dapat timbul bila terdapat gangguan emosi atau tekanan jiwa
yang berat ( Soepardi,2012).
6. PREVALENSI
Disfagia merupakan masalah yang sering dijumpai. Satu dari 17 orang
akan mengalami disfagia dalam hidupnya. Penelitian pada tahun 2011 di United
Kingdom melaporkan prevalensi disfagia sekita 11% pada masyarakat umum.
Disfagia mengenai 40-70% pasien dengan stroke, 60-80% pasien dengan penyakit
neurodegeneratif, lebih dari 13% pada usia di atas 65, serta 60-75% pada pasien
yang sedang menjalani radioterapi pada kanker kepala leher (WGO,2014).
Prevalensi orofaringeal disfagia sangat tinggi, ini mengenai lebih dari 30%
pasien serebrovaskular, 52-82% pasien parkinson, lebih dari 40% dewasa di atas
65 tahun, dan lebih dari 60% pasien usia tua di tempat perawatan(Rofes,2010).
Data
saat
ini
menunjukkan
penyakit
pada
kelainan
fungsi
tenggorokan dan mulut. Disfagia secara umum terjadi pada seluruh usia, namun
prevalensinya meningkat sesuai usia(WGO,2014).
7.
ETIOLOGI
Disfagia merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring
dan esophagus. Keluhan ini timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot
menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung
(Paik,2014).
Disfagia adalah istilah nonspesifik untuk gangguan menelan. Etiologi yang
mendasarinya antara lain adalah anatomi, neurologis, muscular atau psikologis.
Mekanisme menelan yang terganggu mencegah pengiriman bolus secara komplit
dan beraturan menuju esophagus atau menyebabkan bolus tidak dicerna sesuai
alurnya, menyebabkan refluks ke nasal, meninggalkan residu, kebocoran sebelum
menelan, penetrasi, aspiration dan regurgitasi esofagofaringeal. Perawatan oral
yang buruk, kontraksi faring yang lemah, pembukaan UES (Upper Esophageal
Sphincter) dan tidak
8.
PATOGENESIS
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang
dapat
menyebabkan
kegagalan
aktivitas
pada
9. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan
Gejala lain untuk disfagia dapat sampai berupa lemah dan perubahan
status mental (Paik,2014).
Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan di daerah leher dapat dilakukan
untuk melihat dan meraba adanya massa tumor atau pembesaran kelenjar limfa
yang dapat menekan esofagus. Daerah rongga mulut perlu diteliti, apakah ada
tanda-tanda peradangan orofaring dan tonsil selain adanya massa tumor yang
dapat mengganggu proses menelan. Selain itu dinilai apakah ada tanda
kelumpuhan otot-otot lidah dan arkus faring yang disebabkan oleh gangguan di
pusat menelan maupun pada saraf otak n. VII, n. IX, n. X, dan n. XII. Pembesaran
jantung sebelah kiri, elongasi aorta, tumor bronkus kiri, dan pembesaran limfa
mediastinum, dapat menyebabkan keluhan disfagia ( Soepardi, 2012).
Untuk diagnosa selain anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis kelainan disfagia fase
orofaringeal adalah:
A. Videofluoroskopi Swallow Assesment (VFSS)
Pemeriksaan ini dikenal sebagai Modified Barium Swallow(MBS) adalah
pemeriksaan yang sering dilakukan dalam mengevaluasi disfagia dan aspirasi.
Pemeriksaan ini menggambarkan struktur dan fisiologi menelan rongga mulut,
faring, laring dan esofagus bagian atas. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan bolus kecil dengan berbagai konsistensi yang dicampur dengan
barium. VFSS dapat panduan dalam terapi menelan dengan memberikan
bermacam bentuk makanan pada berbagai posisi kepala dan melakukan beberapa
manuver untuk mencegah aspirasi untuk memperoleh kondisi optimal dalam
proses menelan (Soepardi, 2007; Kent,2009).
B. Flexible Endoscopy Evaluation of Swallowing (FEES)
Pemeriksaan evaluasi fungsi menelan dengan
menggunakan
pasien.
Pemeriksaan terapi dengan mengaplikasikan berbagai manuver dan
posisi kepala untuk menilah apakah terdapat peningkatan kemampuan
menelan.
aspirasi.
Residu : menumpuknya sisa makanan pada daerah valekula, sinus
piriformis kanan dan kiri, poskrikooid dan dinding faring posterior
sehingga makanan tersebut akan mudah masuk ke jalan nafas pada saat
C. Esofagoskopi
Esofagoskopi merupakan pemeriksaan visual dari esofagus, ini dapat
menggunakan endoskopi rigid maupun fleksibel. Dikarenakan esofagoskopi rigid
membutuhkan anestesi dan lebih terasa tidak nyaman serta beresiko, makan
endoskopi fleksibel lebih sering digunakan untuk evaluasi menelan. Endoskopi
fleksibel dapat menilai lambung dan sedikit bagian awal intestine(duodenum)
sebaik esofagus. Endoskopi merupakan pemeriksaan terbaik untuk menilai
abnormalitas mukosa esofagus, seperti esofagitis. Ini juga baik untuk
mengevaluasi kondisi penyempitan esofagus ( seperti struktur esofagus),
walaupun kemungkinan sulit untuk menilai struktur yang masih ringan ataupun
sedang. Endoskopi buruk untuk menilai fungsi esofagus, tetapi ini cukup
membantu dalam menilai abnormalitas pergerakan esofagus.
Teknologi endoskopi fleksibel telah memulai evolusi penggunaan
endoskopi yang dapat dengan mudah dan aman melewati transnasal untuk
evaluasi bagian atas traktus aerodigestif pada pasien yang tidak di sedasi.
Indikasi transnasal esofagoskopi dapat untuk melihat esofageal, ekstraesofageal,
dan intervensi. Indikasi yang paling sering di jumpai untuk menggunakan
transnasal esofagoskopi adalah skrining evaluasi pasien dengan refluks, disfagia,
dan globus, pada 80% pemeriksaan( Kuhn,2012).
D. Manometri Resolusi Tinggi
Meskipun endoskopi mampu menunjukkan pandangan langsung ke traktus
aerodigestif dari vestibulum hidung ke lambung, namun alat ini terbatas pada
kemampuan objektif faring dan motilitas esofagus serta fungsi UES dan LES.
Manometri
resolusi
tinggi
menilai
fungsi
menelan
secara
signifikan,
adalah:
Struktur peptik, terjadi pada 10% pasien GERD namun insiden
11. TERAPI
dapat
dilakukan
dengan
manipulasi
besar
dan
konsistensi
bolus(Saeian,2000).
Masalah menelan pada mulut dan faring biasanya dilakukan rehabilitasi
termasuk dengan modifikasi diet dan pelatihan teknik menelan serta manuver
untuk melatih meningkatkan transfer bolus dan keamanan saluran nafas. Operasi
jarang diindikasikan terhadap pasien ini meskipun dalam keadaan yang berat.
Salah satu pilihan adalah dengan precutaneus endoscopic gastrostomy dan
intermittent oroesophageal chateterization (Paik, 2014; Saeian,2000).
12. KESIMPULAN
- Keluhan kesulitan menelan ( disfagia ) merupakan salah satu gejala kelainan
atau penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini timbul bila terdapat
gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan gerakan otot-otot
-
disfagia esophageal
Disfagia orofaringeal adalah kesulitan mengosongkan bahan dari orofaring
ke dalam kerongkongan, hal ini di akibatkan oleh fungsi abnormal dari
proksimal ke kerongkongan
Disfagia esophagus adalah
kesulitan
transportasi
makanan
ke
obstruksi mekanis
Untuk diagnosis selain anamnesis dan pemeriksaan yang di disfagia fase
oral dan fase faring adalah videofluoroskopi swallow assesment ( VFSS )
Lampiran
KEPUSTAKAAN
Nature.
Liston L S. 1994. Anatomi Dan Fisiologi Rongga Mulut, Faring, Esofagus Dan
Leher.
Dalam : GL, Boies LR, Higler PA, Boies Buku Ajar Penyakit THT. Alih
Bahasa Wijaya C. Edisi 6. Jakarta : EGC
Matsuo Kochiro, Jeffey B Palmar. 2008. Anatomy And Physiologi Of Feeding
And
Swallowing, Normal And Abnormal. HHS Public Acess : USA.
NIDCD Health Information, 2010. Dysphagia. NIDCD
POSTMA, G N, Nekanie W Seybt, Catherin J Rees, 2009. Esophagology. Eds
17th. In : Ballenger Otorhinolaryngology Head And Neck Surgery, BC
Decker Inc, Peoples Medical Publishing House : Shelton, Connecticut
Quon Harry, 2015. Hypopharyngeal Cancer . Webmd.
Rofes Laila, Et Al, 2011. Diagnosis And Management Of Oropharingeal
Dysphagia
And Its Nutritional And Respiratory Complication In Elderly. Hindawi
Publishing Coorporation : Spain.P. 1-13
Saeian K, Shaker R,2000. Oropharyngeal Dysphagia. USA: Current Science.
USA.P.
1-11
Smith Libby J, Rixann Diez Gross, 2014. Upper Digestive Tract Anatomy And
Physiology. In : Baileys Head And Neck Surgery Otolaryngology.
Wolters Kluwer: Philadelphia.P. 817- 23
Soepardi EA. Disfagia. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung