Professional Documents
Culture Documents
IDENTITAS PASIEN
1) Nama pasien
: Tn. F
2) Umur
: 32 tahun
3) Jenis Kelamin
: Laki - laki
4) Alamat
: LAPAS Dewi Sartika
5) Agama
: Islam
6) Pekerjaan
: Mantan sopir rental
7) Tanggal Pemeriksaan: 30 Mei 2015
II.
ANAMNESIS
1) Keluhan utama
:
Benjolan merah muncul di lengan, tangan, kaki dan wajah
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki - laki berusia 32 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSU Anutapura dengan keluhan benjolan merah muncul di lengan, tangan,
kaki dan wajah sejak 3 hari yang lalu. Benjolan pertama kali muncul di
daerah lengan atas berukuran sebesar bola pingpong, berwarna merah, terasa
panas dan sangat nyeri, kemudian benjolan merah lainnya bermunculan di
area lengan bawah, punggung tangan, telapak tangan, area wajah, kemudian
di tungkai bawah dengan ukuran yang bervariasi. Pasien juga mengeluh
sering merasa kram pada kedua tangan dan kakinya. Pasien mengalami
demam sejak dari munculnya benjolan benjolan merah tersebut.
berat dimana benjolan merah yang panas dan nyeri tersebut muncul di seluruh
badan dan wajah sehingga pasien harus dirawat inap di RSU Anutapura
selama 1 minggu dan pulang dengan keadaan yang sembuh. Namun 1 minggu
kemudian pasien kembali masuk RS dengan kondisi yang sama namun lebih
ringan, pasien menjalani perawatan beberapa hari dan dipulangkan dengan
status sembuh . Pada awal bulan Maret 2015 pasien kembali masuk RS
dengan keluhan yang sama. Hal tersebut terjadi karena pasien tidak patuh
meminum obat yang diberikan. Saat pasien datang di Poli Penyakit Kulit dan
Kelamin pasien juga mengaku sebelumnya tidak mengkonsumsi obat yang
diberikan dokter sehingga benjolan benjolan tersebut kembali bermunculan.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa dengan
pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan Umum
: Sakit sedang
2. Status Gizi
: Baik
3. Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/90mmHg
Nadi
: 84 kali/menit
Respirasi
: 20 kali/menit
Suhu
: 37,6o C
Status Dermatologis
Lokalisasi
1. Kepala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
lentikular
- Dorsal manus : Nodul dan plak eritema,
- Palmar : Nodul eritema, sirkumkrip.
8. Ekstremitas bawah :
- Medial Genu dan cruris : Nodul eritema, sirkumkrip, ukuran
lentikular.
GAMBAR
Gambar 5. (A) Regio palmar : Nodul eritema, sirkumkrip , (B) Regio Dorsal
manus : Nodul dan plak eritema
Gambar 6. Regio Medial Genu dan cruris : Nodul eritema, sirkumkrip, ukuran
lentikular.
IV.
RESUME
Pasien laki - laki berusia 32 tahun datang ke poli kulit dan kelamin
RSU Anutapura dengan keluhan nodul eritema muncul di lengan, tangan, kaki
dan wajah sejak 3 hari yang lalu. Nodul pertama kali muncul di daerah
brachialis medial sebesar bola pingpong, eritema, terasa panas dan sangat
nyeri, kemudian nodul eritema lainnya bermunculan di area antebrachii,
dorsal manus, palmar, fasialis, kemudian di area cruris dengan ukurn yang
bervariasi. Pasien juga mengalami hipostesi pada ekstremitas superior dan
ekstremitas inferior. Pasien mengalami febris sejak dari munculnya nodul
eritema tersebut. Riwayat MH (+) pengobatan 1 tahun tuntas. Keluhan yang
sama sudah dialami sebanyak 3 kali setelah pengobatan MH.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit
ringan, kesadaran compos mentis, dan status gizi baik. Tanda-tanda vitalnya
yaitu tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20x/menit, dan
suhu 37,6 oC. Hasil pemeriksaan kulit tampak adanya nodul eritema pada pre
auricularis dextra, papul eritema pada vestibulum nasi sinistra, nodul eritema,
sirkumkrip, dome - shaped dengan area sentral yang mengkilat pada bracii
medial sinistra, nodul eritema pada bracii lateral dextra, nodul eritema
sirkumkrip,ukuran lentikular pada fleksor antebrachii, nodul dan plak eritema
pada dorsal manus, nodul eritema, sirkumkrip pada palmar dan nodul eritema,
sirkumkrip, ukuran lentikular pada medial genu dan cruris bilateral.
V.
DIAGNOSIS BANDING
1. Eritema Nodosum Leprosum (ENL)
2. Eritema Nodosum
3. Sarkoidosis
VI.
ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Histopatologik
2. Pemeriksaan Hematologi
3. Pemeriksaan bakteriologik
4. Pemeriksaan Serologik
IX.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad fungtionam
Quo ad sanationam
Quo ad cosmeticam
: ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Pasien laki - laki berusia 32 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSU
Anutapura dengan keluhan nodul eritema muncul di lengan, tangan, kaki dan wajah
sejak 3 hari yang lalu. Nodul pertama kali muncul di daerah brachialis medial sebesar
bola pingpong, eritema, terasa panas dan sangat nyeri, kemudian nodul eritema
lainnya bermunculan di area antebrachii, dorsal manus, palmar, fasialis, kemudian di
area cruris dengan ukurn yang bervariasi. Pasien juga mengalami hipostesi pada
ekstremitas superior dan ekstremitas inferior. Pasien mengalami febris sejak dari
organ
tertentu
seperti:
neuritis,
lymphadenopathy,
iritis,
orchitis,
spesifik terhadap M.Leprae, yaitu antibodi anti phenolic glycolipid-1 (PGL-1) dan
antibodi antiprotein 16 kD serta 35 kD. (10)
Macam-macam pemeriksaan serologik kusta ialah:
lepra
membutuhkan
penanganan
secepatnya
karena
dapat
dosis)
atau
thalidomid.
Kortikosteroid
dapat
menyebabkan
NO
Tanda /
Gejala
Reaksi Tipe 1
Reaksi Tipe 2
Keadaan
Umum
Peradangan
di kulit
Saraf
Peradangan
pada organ
lain
Waktu
timbul
Tipe lepra
Dapat terjadi
NO Gejala/tanda
1
Kulit
Reaksi tipe 1
Ringan
Berat
Reaksi Tipe 2
Ringan
Bercak:
Bercak:
Nodul
merah,tebal, merah, tebal merah,
panas, nyeri panas, nyeri panas,
Berat
: Nodul : merah,
panas, nyeri yang
bertambah parah
bertambah
parah
(sampai
pecah
nyeri
(sampai pecah)
Saraf Tepi
Nyeri
perabaan (-)
Gangguan
fungsi (-)
Nyeri
perabaan (+)
Gangguan
fungsi (+)
Nyeri
perabaan
(-)
Gangguan
fungsi (-)
Nyeri perabaan
(+)
Gangguan
fungsi (+)
Keadaan
umum
Demam (-)
Demam (+/-)
Demam
(+/-)
Demam (+/-)
Gangguan
pada organ
lain
Terjadi
peradangan pada:
Mata:
Iridocyclitis
Testis:
epididimoorchitis
Ginjal: nephritis
Kelenjar limfe:
limfadenitis
.
Gangguan
pada
tulang,
hidung dan
tenggorokan
kusta yang tidak diobati. Sepertiga penderita ENL didiagnosis dengan kusta
bersamaan dengan terjadinya ENL.
ENL yang terjadi sebelum pengobatan diduga merupakan manifestasi
pengendapan kompleks antigen antibodi pada pembuluh darah yang berlangsung
lama. Eritema Nodosum Leprosum merupakan reaksi humoral, dimana basil kusta
yang utuh maupun tidak utuh menjadi antigen. Tubuh akan membentuk antibodi
sebagai respon adanya antigen. Reaksi kompleks imun terjadi antara antigen dan
antibodi sehingga memicu pembentukan komplemen. Reaksi antigen-antibodi
atau yang biasa disebut kompleks imun ini terjadi antara lain di kulit berbentuk
nodul yang dikenal sebagai eritema nodosum leprosum, mata (iridosiklitis), sendi
(artritis) dan saraf (neuritis) dengan disertai gejala konstitusi seperti demam dan
malaise serta komplikasi pada organ tubuh lainnya. Termasuk reaksi
hipersensitivitas tipe III menurut Coomb & Gel.
Pada saat sementara pengobatan dan setelah pengobatan , banyak basil kusta
yang mati dan hancur (apoptosis), sehingga banyak antigen yang dilepaskan dan
bereaksi dengan antibodi IgG, IgM dan komplemen C3 membentuk kompleks
imun yang terus beredar dalam sirkulasi darah dan akhirnya akan di endapkan
dalam berbagai organ sehingga mengaktifkan sistem komplemen . Berbagai
macam enzim dan bahan toksik yang menimbulkan destruksi jaringan akan
dilepaskan oleh netrofil akibat dari aktivasi komplemen
Status imunologi pasien eritema nodosum leprosum (ENL).(3,8,14)
Respon imun terhadap kuman M.leprae terjadi pada dua kutub, dimana pada
satu sisi akan terlihat aktifitas Th-1 yang menghasilkan imunitas seluler dan sisi yang
lain terlihat aktifitas Th-2 yang menghasilkan imunitas humoral. Respon imunitas
seluler terjadi pada lepra tipe tuberkuloid sementara reaksi imunitas humoral terjadi
pada lepra tipe lepromatosa.
Reaksi kusta tipe 2 terutama terjadi pada kusta tipe lepromatous (BL, LL).
Diperkirakan 50% pasien kusta tipe LL Dan 25% pasien kusta tipe BL mengalami
episode ENL. Hal ini menunjukkan bahwa penderita kusta tipe BL/LL subpolar tidak
memiliki kemampuan untuk meningkatkan sistem imunitas selulernya, sehingga yang
berperan adalah sistem imunitas humoral. Pada ENL, dijumpai peningkatan ekspresi
sitokin IL -4, IL-5, IL 13 dan IL-10 (respon tipeTh-2) serta peningkatan, IFN- dan
TNF-. IL-4, IL-5, IFN-,TNF- bertanggung jawab terhadap kenaikan suhu dan
kerusakan jaringan selama terjadi reaksi ENL.
Secara imunopatologis, reaksi kusta termasuk respons imun humoral, berupa
fenomena kompleks imun akibat reaksi antara antigen M.leprae dengan antibodi
(IgM, IgG) dan komplemen membentuk kompleks imun. Konsentrasi relatif dari
antigen dan antibodi akan cukup untuk membentuk kompleks imun yang kemudian
berdeposit di jaringan. Komplemen terikat pada deposit kompleks dan faktor
kemotaktik PMN dilepaskan. Akumulasi polimorf memfagositosis kompleks dan
melepaskan enzim proteolitik yang menyebabkan inflamasi dan nekrosis.
Pembentukan kompleks dapat berada di jaringan, dimana terdapat gradien konsentrasi
dari antigen yang berdifusi jauh dari kumpulan basil yang berdegenerasi atau dalam
sirkulasi. Selama episode ENL berlangsung, kompleks imun dalam sirkulasi yang
mengandung komplemen (C1q), IgG dan IgM dapat terlihat. Aktivasi polyklonal dari
semua isotipe (IgM, IgG dan IgA) diperlihatkan pada pasien dengan penyakit
multibasiler stabil. Jika kompleks imun berdeposit di dinding pembuluh darah akan
menyebabkan vaskulitis. Kompleks imun yang beredar di sirkulasi akan terbentuk
dan berdeposit pada tempat yang jauh dari lesi bacilliferous.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Rea TH,Modlin RL. Leprosy. In: Freedberg M, Eisen AZ, Wolff K, Austen
KF,Goldsmith LA, Katz SI, et al, editors. Fitzpatrick's dermatology in
General Medicine. 6th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.p.1791-96
[2] D.N.J Lockwood. Leprosy. In: Burns T,Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook's
Textbook of Dermatology. 7th ed. Australia : Blackwell Publishing
Company;2004.pp.29
[3] Kahawita IP, Walker SL, Lockwood DNJ. Leprosy Type 1 Reactions and
Erythema Nodosum Leprosum. An Bras Dermatol.2008;83(1).pp 75-82
[4] James WD,Berger TG, Elston DM. Hansens Disease in: James WD,Berger TG,
Elston DM. Andrews' Disease of the skin clinical dermatology. 10 th ed.
Philadelpia: W.B.Sounders Company;2003.pp.349-52
[5] Sarita S, Muhammed K, Najeeba R, Rajan GN, Anza K, Binitha MP, Aparna G. a
Study on Histological Features of Lepra Reactions in Patients Attending the
Dermatology Department of the Government Medical College, Calicut,
Kerala, India. 2013;84.pp 51-64
[6] Chauhan S, Dcruz S, Mohan H, Singh R, Ram J, Sachdev A. Type II Lepra
Reaction : An Unusual Presentation. Dermatology Online Journal.2006 ;
12(1):18
[7] Jacob, Jesse T, Phyllis Kozarsky, Roberta Dismukes, Vicky Bynoe, Lindsay
Margoles, Michael Leonard, Ildefonso Tellez, Carlos Franco-Paredes.
Short Report: Five-year Experiece with Type 1 and Type 2 Reactions in
Hansen Disease at US Travel Clinic. The American Society of tropical
Medicine and Hygiene;2008.pp.452-454
[8] Degang Y, Nakamura K, Akama T, Ishido Y, Luo Y, Ishii N, Suzuki K. Type II
Lepra Reaction ( Eryhthema Nodosum Leprosum); Sign of a M. Lepra
Spesific Celluler Immune Reponse?.Future Microbiol.2014;9(1):43-54
[9] Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta.Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.2012
[10] Utami IT, amiruddin MD, Muchtar SV. Serologic Test (Elisa) And Ml Flow Test
In Lepromatous Leprosy With ENL. Department of Dermatovenereology
Medical Faculty of Hasanuddin University / Wahidin Sudirohusodo
Hospital Makassar.2013;1(4)
[11] World Health Organization (WHO). Management of Reactions in Leprosy. Cited
on
June
3rd
2015.
Available
from
:
http://www.who.int/lep/research/Reactions.pdf
[12] Pandhi D, Chabra N. New Insights in the Pathogenesis of Type 1 and 2 Lepra
Reaction. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2013;79:739-49
[13] Lubis RD.Profil Pasien Kusta dengan Ulkus Plantaris di Rumah Sakit Kusta
Pulau Sicanang. Universitas Sumatera Utara. 2012
Kasus
Bangsal
Reaksi