You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
Pada masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan

biasanya disebut pubertas. Salah satu tanda pubertas adalah adanya haid atau
menstruasi (Notoatmodjo, 2007). Masa remaja, usia diantara masa anak-anak dan
dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun (Llewellyn dan
Jones, 2005). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2009 usia remaja dikategorikan
menjadi dua yaitu, usia remaja awal berkisar antara 12-16 tahun dan usia remaja akhir
berkisar antara 17-25 tahun (Depkes RI, 2009).
Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja ialah datang haid yang
pertama kali, biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun. Saat haid yang pertama ini
datang dinamakan menarche. Di daerah, menarche dianggap sebagai tanda
kedewasaan, dan gadis yang mengalami menarche dianggap sudah masanya
melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita. Sikap semacam itu hingga kini masih
dipertahankan di beberapa daerah (Llewellyn dan Jones, 2005).
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan
yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Purbo, dkk,
2008). Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal terjadi pada wanita subur,
namun jika disertai dengan berbagai keluhan yang berat dan periodik setiap
menjelang menstruasi maka kondisi patologislah yang mungkin terjadi. Keluhan yang
timbul dapat berupa depresi alam perasaan, perasaan putus asa, rasa cemas, tegang,
perubahan mood secara tiba-tiba, mudah marah, sensitive, penurunan ketertarikan
pada aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan dan kesulitan dalam konsentrasi.
(Saryono dan Sejati, 2009).

Usia remaja adalah masa dimana seseorang berada pada sebuah kondisi masa
peralihan antara anak-anak dan dewasa. Perubahan yang terjadi pada usia remaja
adalah perubahan secara fisik maupun perubahan non fisik. Hasil SDKI-R tahun 2007
menunjukkan bahwa remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisik yang
terjadi pada anak perempuan sebanyak 13,3 persen lebih tinggi dibandingkan hasil
SDKI-R tahun 2002/2003 sebesar 10,7 persen. Hampir separuh (47,9 persen) remaja
perempuan tidak mengetahui kapan seorang perempuan memiliki hari atau masa
suburnya (BKKBN, 2011).
Pelayanan kesehatan dan informasi untuk remaja perlu diberikan sebelum
mereka memasuki masa pubertas, terutama untuk remaja putri diberikan sebelum
mereka masuk pada masa menarche. Pemberian informasi yang benar dan jujur
mengenai kesehatan reproduksi diberikan pada remaja yang sekitar usia 10 - 14
tahun. Seharusnya mereka mendapat informasi yang benar sedini mungkin dalam
proses perubahan tersebut sehingga mereka lebih memahami berbagai proses
perubahan yang akan terjadi pada dirinya sendiri dan lebih siap menghadapi
menarche, dengan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi (Ciptorini, 2007)
Pada umumnya, gadis remaja belajar tentang haid dari ibunya. Sayang, tidak
semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya, dan sebagian
enggan membicarakan secara terbuka sampai anak gadisnya mengalami haid pertama.
Hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa
haid itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Dengan kata lain, dia
mengembangkan sikap negatif terhadap haid. Ia mungkin merasa malu dan
melihatnya sebagai penyakit (Llewellyn dan Jones, 2005).
Pada wanita usia reproduktif banyak memiliki masalah menstruasi atau haid
yang abnormal, seperti sindrom menstruasi dan menstruasi yang tidak teratur
(Johnson, 2004). Oleh sebab-sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang
lebih baik, haid pertama menjadi lebih awal. Di inggris, rata-rata haid pertama datang

pada usia 13 tahun. Dibandingkan dengan keadaan di abad yang lalu, dimana haid
pertama pada umumnya datang pada umur 15 tahun (Llewellyn dan Jones, 2005).
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita
memiliki siklus 25-35 hari hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,
namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi
indikasi adanya masalah kesuburan (Saryono dan Sejati, 2009).
Di seluruh dunia , sekitar 50% kaum remaja putri pernah mengeluh karena
mengalami sakit waktu haid pada masa remaja. Biasanya gangguan ini mencapai
puncaknya pada umur 17-25 tahun, dan berkurang atau sembuh setelah pernah
mengandung (Jones, 2005).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara tahun2006
menunjukkan bahwa jumlah penduduk provinsi Sumatra Utara Sebanyak 12.643.494
jiwa. Dari jumlah tersebut kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 1.431.092 jiwa dan
kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 1.409.386 jiwa (Dinkes Propsu, 2007).
Karena kurangnya pengetahuan serta informasi yang dimiliki oleh sebagian
besar gadis remaja tentang siklus haid penulis tertarik meneliti Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri tentang menstruasi di SMA Katolik 2 Kabanjahe-Sumatera Utara .

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menstruasi di SMA
Katolik 2 Kabanjahe-Sumatera Utara ?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Remaja Putri tentang menstruasi


di SMA Katolik 2 Kabanjahe-Sumatera Utara.
4
1

Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Bagi peneliti, tulisan ini diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai
gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).

Bagi Pembaca
1 Memberikan informasi dan masukan kepada para pembaca dalam
menangani menstruasi dengan baik dan benar.
2 Manfaat bagi pihak sekolah sebagai bahan informasi serta masukan untuk
menambah wawasan tentang pendidikan menstruasi di sekolah.

Bagi Penulis Lain


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga,
serta dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penulisan yang
sama di masa yang akan datang.

You might also like