You are on page 1of 60

ERGONOMI

ERGON
OMI

ERGON : KERJA
NOMOS :
PERATURAN/HUKUM

:
ILMU SERTA PENERAPANNYA
YANG BERUSAHA
MENYERASIKAN PEKERJAAN
DAN LINGKUNGAN TERHADAP
ORANG ATAU SEBALIKNYA
DENGAN TUJUAN
PENGERTIAN ERGONOMI

Tujuan Ergonomi
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui
upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja,
menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja
Meningkatkan kesejahtaran sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir
kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif
Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai
aspek : teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya
dari setiap sistem kerja yang dilakukan, sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi

MANFAAT PENERAPAN ERGONOMI

ERGONOMI

Mengubah keadaan tidak selamat, tidak sehat dan tidak nyaman


menjadi selamat, sehat dan nyaman
DENGAN ERGONOMI

Tidak selamat
Tidak sehat
Selamat

Tidak nyaman

Sehat
Nyaman

ergonomi

PROGRAM ERGONOMI
PENERAPAN HASIL
PEMBUKTIAN
PENENTUAN
MASALAH
EFEKTIVITAS
UJI COBA

METODE
PENDEKATAN

MULTI DISIPLIN

&

PARTISIPATIF

ORIENTASI PERMASALAHAN
Meningkatkan kondisi di tempat kerja :
Melalui perancangan dan perancangan ulang
kondisi tempat kerja
Melalui media penyampaian informasi dengan
pendidikan dan Pelatihan pada semua
tingkat pengambil keputusan
LEVEL MANAJERIAL : investasi
LEVEL OPERASIONAL :Menerapkan Prosedur dan
Pedoman Kerja

Konsep keseimbangan ergonomi


Jika tuntutan tugas > kemampuan
kerja => over stress, discomfort,
lelah, cidera,celaka, sakit,
produktivitas
Jika tuntutan tugas < kemampuan
kerja => under stress, bosan, lesu,
tidak produktif
Harapannya adalah antara tuntutan
tugas = kemampuan tugas =>
performa optimal

SISTEM KERJA
MANUSIA

SARANA

LINGK KERJA

PRODUK
&
PRODUKTIVITAS

1. Manusia sebagai Tenaga Kerja


Faktor dari dalam
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Kecerdasan
4. Kekuatan otot/fisik
5. Bentuk dan ukuran
tubuh
6. Kepercayaan
7. Motivasi
8. Kepuasan
9. Keinginan, dll

Faktor dari luar


1. Asupan gizi
2. Lingkungan kerja
3. Penyakit
4. Sosial ekonomi
5. dll

2. Sarana Kerja
Sarana kerja yang tidak memadai, tidak

adanya keserasian ukuran dan bentuk


sarana kerja terhadap tenaga kerja

Efektifitas dan efisiensi kerja tidak optimal

Kerugian:
Hilangnya jam kerja,terhambatnya /

menurunnya produksi dan


produktivitas kerja

3. Prasarana Kerja

Jalur lalu lintas produksi


Jalur lalu lintas karyawan
Lingkungan kerja

Jalur lalu lintas produksi

Jalur lalu lintas karyawan

LINGKUNGAN KERJA
Faktor Fisik : kebisingan, iklim kerja,
pencahayaan, getaran
Faktor Kimia : gas, uap, debu, asap dsb
Faktor Ergonomi : sikap dan cara kerja dsb
Faktor Psikologis : suasana kerja, hubungan
kerja dsb
Faktor Biologis : bakteri, virus, jamur,dsb

ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI


1.

FAKTOR MANUSIA
Ada beberapa faktor yang berlaku sebagai faktor pembatas
yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja dengan aman,
nyaman dan sehat, yaitu:
a. Faktor dari dalam (Internal Factors)
berasal dari dalam diri manusia, seperti: umur, jenis kelamin,
kekuatan otot, brntuk dan ukuran tubuh lainnya.
b. Faktor dari luar (External Factors)
Berasal dari luar manusia: penyakit, gizi, lingkungan lerja,
sosial ekonomi, adat istiadat, dll.

2. ANTROPOMETRI
Antropometri merupakan suatu pengukuran yang sistematis
terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk dimensional
ukuran dan bentuk tubuh manusia.
Antropometri digunkan untuk merancang untuk suatu
sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana
kerja tersebut.
Dalam pelaksanaan pengukuran antropometri, dikenal 2
macam pengukuran yaitu:
1. Antropometri statis
2. Antropometri Dinamis
Alat yang digunakan untuk pengukuran antropometri adalah
Antropometer.

3. SIKAP TUBUH DALAM BEKERJA


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan
sikap tubuh dalam bekerja, yaitu:
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk
atau sikap berdiri secara bergantian.
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan,
misalnya sikap menjangkau yang melebihi jangkauan
tangannya harus dihindarkan. Diusahakan agar beban statik
diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedimikian rupa, sehingga tidak
membebabani, melainkan dapat memerikan relaksasi pada
otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak
menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha).

SIKAP POSISI TUBUH SAAT KERJA

Merubah sikap posisi tubuh setiap hari adalah baik sebab


akan memperbaiki sikap tubuh yang duduk statis saat
kerja

Swivel

Kursi sebaiknya mudah berputar


sehingga pekerja mudah menjangkau beberapa area tanpa
kesulitan

Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan errgonomik


adalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan
selamat dalam bekerja.
Untuk jenis pekerjaan mengangkut beban maksimum
yang diperkenankan agar tidak menimbulkan kecelakaan
kerja
sesuai
dengan
PERMENAKERTRANS
No.Per.01/MEN/19878 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam Penebangan dan Pengangkutan Kayu:
JENIS

Sekalikali
Terus

DEWASA
PRIA
(kg)
40

WANITA
(Kg)
15

15-18

10

TENAGA KERJA
MUDA
PRIA
WANITA
(kg)
(Kg)
15
10-12
10-15

6-9

BERAT ANGKAT ANGKUT (NIOSH)


Karakteristik beban

Laki-laki

Wanita

Sisi rata (smooth)

Max 20 kg

14-18 kg

Sisi tidak rata/tajam

Max 14 kg

Max 14 kg

Beban diangkut 2 org


Max 90 kg
jarak dekat
Beban diangkut 2 org
Max 45 kg
jarak jauh
Mengangkut dgn ransel 22,5-25 kg

17,5-20
kg

Beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan


mengangkat dan mengangkut yaitu :
Beban yang diperbolehkan, jarak dan intensitas
pembebanan kondisi lingkungan kerja.
Keterampilan
Peralatan kerja serta keamanannya.
Jika seseorang tenaga kerja mengangkat barang
dengan sikap tubuh membungkuk, keadaan ini akan
menyebabkan tekanan yang besar pada ruas-ruas tulang
belakang bagian pinggang sebagai akibat dari gaya
pengungkit.

PARAMETER PRAKTIS UNTUK MENENTUKAN


KEMAMPUAN KERJA MAKSIMUM
NADI KERJA : diusahakan tidak melebihi
30-40 denyut/menit di atas denyut nadi
sebelum bekerja dan nadi akan turun
seperti nadi sebelum kerja dalam waktu
kurang dari 15 mnt. Pembebanan fisik
dikatakan optimal jika nadi kerja menetap
selama waktu kerja (stady state) dg
kriteria ini naker dpt bekerja 8 jam/hr
atau 40 jam/mgg.

4.MANUSIA - MESIN
Hubungan antara manusia dengan mesin haruslah
merupakan suatu hubungan yang selaras, serasi dan
seimbang.
Fungsi manusia dalam hubungan manusia-mesin dalam
rangkaian produksi adalah sebagai pengarah atau
pengendali jalannya mesin tersebut
Pada umumnya setiap mesin sudah mempunyai prosedur
standar pengoperasiannya. Kemusian mesin menerima
perintah tersebut untuk kemudian menjalankan tugasnya.
Desain alat kendali yang baik pada mesin merupakan
salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi manusia
sebagai operatornya.

5. PENGORGANISASIAN KERJA
Pengorganisasian kerja menyangkut waktu kerja, waktu istirahat,
kerja lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan
dan efisiensi tenaga kerja.
Jam kerja selama 8 jam/hari diusahakan sedapat mungkin tidak
melampaui batas, apabila tidak dapat dihindari, perlu diusahakan
group kerja baru atau perbanyakan shift.
Pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan, karena dapat menurunkan
efisiensi dan produktivitas kerja serta meningkatnya angka
kecelakaan kerja dan sakit.
Kerja lembur >25% jam kerja tidak melindungi pekerja dari
pengaruh buruk bahaya lingkungan kerja dan beban tamabahan
lainnya.

PRINSIP ERGONOMI
Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui 2 pendekatan
(Kroemer dan Grandjean, 1997), yaitu:
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah
atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa
intervensi, modifikasi atau perbaikan dari proses yang
telah berjalan. Sasaran: tenaga kerja dan lingkungan
kerja.
2. Pendekatan Konseptual
Dikenal dengan pendekatan sistem dan akan sangat
efektif dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan

Prinsip Ergonomi yang dikemukakan Kroemer dan


Grandjean, 1997:
Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh
bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan,
penempatan
alat-alat
petunjuk,
cara-cara
memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah
dan kekuatan.
Dalam hal normalisasi ukuran peralatan, harus
diambil ukuran terbesar sebagai dasar, untuk
selanjutnya dapat diatur, misalnya ukuran dibesarkan
dan dikecilkan, atau dapat dinaikturunkan, disetel
maju atau mundur dan lain-lain.

Ukuran-ukuran kerja dengan menganut prinsip


antropometri harus menjadi pertimbangan.
Pekerjaan dengan ketelitian tinggi, meja kerja 5-10 cm
diatas siku berdiri. Pekerjaan ringan 5-10 dibawah tinggi
siku berdiri. Pekerjaan memerlukan penekanan (kerja
berat) meja kerja 10-15 cm dibawah tinggi siku berdiri.
Dari sudut otot, sikap duduk paling baik adalah
membungkuk, namun dari segi tulang lebih baik tegak.
Oleh karenanya dianjurkan sikap duduk yang tegak
diselingi sedikit membungkuk.
Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 0
ke bawah, sedangkan pekerjaan duduk 32-440 kebawah.
Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang
istirahat, sehingga tidak mudah lelah.

Beban

tambahan akibat lingkungan kerja ditekan


sekecil mungkin.
Batas kemampuan kerja sudah tercapai, apabila
bilangan nadi kerja menjadi 30/menit di atas bilangan
nadi istirahat.
Kemampuan kerja sesorang sehari adalah 8-10 jam.
Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan
motivasi, iklim kerja yang baik, dll.

Musculoskeletal Disorders
(Low Back Pain, Repetitive
Strain Disorders, Carpal
Turner Syndrome)
1. Gambaran umum

Musculoskeletal Disoreders
2. Faktor penyebab
3. Penilaian keluhan
Musculoskeletal Disorders
4. Pencegahan Musculoskeletal
Disorders

Gambaran umum
Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan

pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh


seseorang mulai dari keluhan ringan sampai sangat
sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang
dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya
diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemsters, 1996).

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu :
1.

2.

Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi


pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan
tersebut akan segera hilang apabila pemberian beban
dihilangkan.
keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat
menetap. Walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan,
namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Dari hasil studi pada berbagai jenis industri menunjukkan

bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot


rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Diantara keluhan muskuloskeletal tersebut, yang banyak
dialami pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back
Pain).

Faktor penyebab
Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
keluhan sistem muskuloskeletal antara lain sebagai
berikut :
1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas


kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar
seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik
dan menahan beban yang berat.
Terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan
melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat
mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

Sikap Berulang
Adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar,
angkat-angkat dsb.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban kerja secara terus menerus tanpa
memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagianbagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah,
misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk, kepala terangkat, dsb.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi
tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya
keluhan sistem muskuloskeletal.
Di Indonesia, sikap kerja alamiah ini lebih banyak
disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi
alat dan stasiun kerjadengan ukuran tubuh pekerja.
2.

4.Faktor Penyebab Sekunder


Tekanan. Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot

yang lunak.
Getaran. Getaran dengan frekuensi tinggi akan

menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini


menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan
asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot
Mikrolimat.Paparan suhu dingin dan panas yang berlebihan

dapat menurunkan kelincahan, kepekaan, dan kekuatan


pekerja sehingga gerakan menjadi lamban, sulit bergerak
yang disertai dengan menurunnyakekuatan otot , sebagian
energi dimanfaatkan tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan, harus diimbangi dengan masukan energi yang
cukup mengindari penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot

5. Penyebab kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin
meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja
dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu
yang bersamaan.
Misalnya pekerja harus melakukan aktivitas angkat
angkut dibawah tekanan panas matahari sperti yang
dilakukan oleh pekerja bangunan.
Disamping kelima faktor tersebut, beberapa ahli
menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis
kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan
fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab
terjadinya keluhan otot skeletal.

Low Back Pain


(Nyeri
Pinggang)
Umunya nyeri pinggang
nonspesifik disebabkan oleh masalah

pekerjaan berat :
mengangkat, menurunkan, mendorong dan menarik beban berat,
lamanya membengkokkan badan, membungkuk,
duduk, dan berdiri terlalu lama atau
postur batang tubuh lainnya yang janggal.
Lebih dari 85% individu pernah menderita nyeri pinggang selama
hidupnya, terutama di sektor industri.
Menurut National Safety Council, 25% dari semua gangguan
kesehatan di sektor industri diakibatkan oleh nyeri pinggang, dan
penyakit, hilangnya 12 juta hari kerja dan terbuangnya dana US
$1 milyar pertahun.

Repetitive Strain Injury


(Cumulative Trauma Disorders)
Pekerja terpapar RSI terkait pekerjaan ban berjalan, pemusik,

pengepak, tukang kayu, tukang batu, pekerja bangunan, pemotong


hewan.
Faktor penyebab :
Pekerjaan yang berulang (tendinitis dan tendinitis toger
pergelangan tangan)
Pekerjaan yang membutuhkan tenaga pada lengan
Postur yang janggal
Lelah
Umur
Bekerja diatas meja kerja yang terlalu tinggi, karena terjadi
abduksi lengan atas di sendi bahu, sehingga pergerakan tangan
dalam bidang horizontal di sendi pergelangan tangan akan
membutuhkan usaha tambahan dalam bentuk ayunan di sendi
bahu.

Nyeri Leher
(Fibrositis, ketegangan leher)
Keluhan umum : rasa kaku, baal/gerakan leher, nyeri

bahu dan terbatas otot luar interskapula, menjalar


kebawah lengan sampai ke jari.
Terjadi penekanan akar saraf akibat pergeseran saraf
oleh osteofit pada foramen vertebralis seperti pada
spondilosis servikal/prolaps diskus invertebralis
servikal.

Nyeri bahu
Daerah yang terkena :
Otot trapezius
Otot supraspinatus
Otot levator skapulae

Penyebab :
Tendinitis mangkok pemutar
Tendinitis bicciptal
Artritis acromic, clavicular

Bekerja terlalu berat dan berkepanjangan dengan lengan yang harus

mengangkat (kontraksi isotonik), mendorong sehingga otot rotator


cuff mengalami gangguan, kerusakan.
Tendinitis supraspinatus mengalami kerusakan akibat penekanan
yang berulang dan berkepanjangan oleh tendon otot bisep dalam
melakukan gerakan ekstensi lengan ke depan

Nyeri lengan
Peralihan dari daerah leher/bahu.
Berasal dari tendon, saraf dan pembuluh.
Tendinitis biasa dijumpai pada siku/pergelangan tangan

pada Tendinitis ekstensor dan fleksor.


Pergelangan tangan dapat mengenai fleksor dan
ekstensor (fleksor Karpal ulnaris dan Ekstensor Karpal
radialis)
Tenosinovitis mengenai tendon dalam sarung sinovial.
Penekanan saraf dapat terjadi di siku/pergelangan tangan,
menimbulkan sindrom terowongan kubital (penyebaran
nervus ulnaris) dan sindrom terowongan karpal
(penyebaran saraf median)

Carpal Tunnel Syndrome


Tenosinovitis/tenovaginitis/sinovitis yang

mengenai sarung tendo otot-otot fleksor


lengan bawah, yang melalui terowongan
di bawah ligamentum transversum bagian
ventral pergelangan tangan, sehingga
o Kumpulan
menjepit n. medianus yang berjalan
gejala ini
bersama tendo-tendo tersebut. disebut carpal
tunnel
syndrome.

Beberapa jenis pekerjaan yang dapat


menjadi faktor risiko tercetusnya sindroma
terowongan karpal antara lain : pengemasan
bahan makanan, pengecoran atau
pengeboran, penggergajian, perakitan
mesin, dokter gigi dan/atau teknisi gigi,
pekerjaan dengan komputer, dekorator,
produksi pakaian jadi, pekerjaan kayu
(bertukang), dan lain-lain.

PENILAIAN DAN
PENGENDALIAN
ERGONOMI

Penilaian Ergonomi
o Metode Subjektif
a.
b.
c.
d.
o.
a.
b.

Wawancara
Cheklist
Kuisioner
Rating
Metode Objektif
Pengamatan : urutan proses, postur tubuh, dll
Alat ukur : beban kerja fisik, kelelahan, lingkungan
kerja fiisik

Contoh Penilaian Subjektif keluhan


muskuloskeletal disorders dengan
menggunakan kuisioner ( Nordic
Body Map)
Nordic Body Map (NBP)
Melalui NBM dapat diketahui bagian-bagian otot yang
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa
tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett,
1992).
Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) seperti
gambar berikut, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat
keluhan otot skeletal yang dirasakan pekerja.

EVALUASI ERGONOMI
Identifikasi permasalahan
(Kondisi Existing)

Pengumpulan, pengolahan dan


pengujian data

Sikap/ posisi
kerja dan
data
anthropomete
ri

Data waktu/
Output std
(Produktivitas
)

Data
konsumsi
energi kerja
fisik

Ergono
mi
Modifikasi Rancangan
Produk/ Fasilitas Kerja
Implementasi
Hasil Rancangan

Data
keluhan
subyektif,
dll

Metode Ergonomi
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan
dengan prinsip pemecahan masalah.
Melakukan identifikasi masalah yang
sedang dihadapi, dengan mengumpulkan
sebnyak mungkin informasi.
2. Menentukan prioritas masalah kemudian
dilakukan analisa, untuk menentukan
alternatif intervensi untuk diterapkan.
1.

Pengendalian Bahaya Ergonomi

Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya fakt


risiko
1. Pengendalian secara Teknik
2. Pengendalian secara Administrasi
3. Pelatihan
1. Pengendalian secara Teknik
Teknik kontrol atau teknik adalah mekanisme
yang lebih disukai untuk mengendalikan bahaya
ergonomis
Ini mungkin memerlukan merancang ulang stasiun
kerja, metode kerja, alat untuk mengurangi tuntutan
pekerjaan dan lingkungan kerja, seperti penggunaan
tenaga, dan posisi tubuh yang salah

2. Pengendalian secara Administrasi


- Membuat jadwal kerja / jadwal istirahat .
- Pelatihan tenaga kerja menggunakan metode
kerja yang sesuai
3. Pelatihan

mengenali faktor risiko dan memahami


prosedur yang digunakan untuk
meminimalkan resiko

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan


agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan
sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kerjasama yang baik dari semua pihak yang
terkait .
Petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat
Kerja serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

TERIMA KASIH

You might also like