You are on page 1of 4

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN


REFLEKSI HASIL PEMBELAJARAN KLINIK
Dosen : Helwiyah Ropi, S. Kp., MCPN

Disusun Oleh :
Andika Sulistiawan
(220120140016)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

Melalui pembelajaran klinik mahasiswa dapat memahami konsep dan


mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan membuat keputusan untuk
diterapkan. Pengetahuan yang baik terhadap konsep, teori, atau prosedur
ketrampilan klinik maka akan membantu seorang mahasiswa dalam pemecahan
masalah yang dihadapi. Selain itu, tingkat pengetahuan mahasiswa juga
mempengaruhi proses berfikir kritis dan memberikan keputusan terhadap suatu
masalah. Perawat dituntut untuk mampu memecahkan masalah (problem solving)
dan mengambil keputusan (decision making) ketika berada dalam situasi kerja.
Kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan tentu saja harus
didukung dengan keterampilan berkomunikasi dan melakukan taktik bernegosiasi
ketika berhadapan dengan pasien, keluarga pasien, dan rekan seprofesi / profesi
lainnya. Kendalanya perawat biasanya sulit dalam bernegosiasi dan berkolaborasi
dengan rekan profesi lainnya, misalnya dokter.
Lulusan

pendidikan

keperawatan

penting

mempelajari

bagaimana

memecahkan masalah dan dengan yakin serta efektif mengambil keputusan yang
berkaitan dengan penyakit pasien. Kelengkapan informasi mengenai penyakit
pasien akan berdampak pada intervensi yang diberikan. Seorang perawat harus
menggunakan pemahaman dan wawasannya selama belajar ketika merancang
intervensi apa yang harus dilakukan untuk menangani kondisi pasien. Ketika
mengambil keputusan yang berkaitan dengan perawatan pasien, perawat juga
harus mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan diperoleh pasien.
Keputusan yang sudah dibuat, diharapkan memberikan dampak yang positif pada
pasien.
Pengetahuan merupakan salah satu dasar untuk melakukan tindakan dan
mengambil keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. Personal knowing
mengungkapkan alasan mengapa mahasiswa merasakan, melakukan sesuai
dengan situasi tersebut. Mahasiswa harus belajar menerima kritik, belajar berbeda
pendapat, dan bagaimana mengembangkan kerjasama tim. Teguran atau kritikan
telah diberikan sebagai perbaikan dari sikap yang ditunjukkan oleh mahasiswa
pada situasi tersebut. Dalam proses pembelajaran praktik klinis kerjasama tim
tampak sangat menonjol,

perbedaan pendangan merupakan hal yang wajar

sehingga mahasiwa dapat bekerja sama dengan kepala dingin.


2

Selain pengetahuan mahasiswa, hal yang berkaitan yaitu berpikir kritis


terhadap suatu masalah atau keadaan. Masalah di ruangan sering terjadi namun
beberapa mahasiswa dan perawat enggan berkomentar, karena menganggap hal
tersebut sudah menjadi kebiasaan. Contoh sederhana, mahasiswa dan perawat
tidak menggunakan 5 moment cuci tangan, hal yang sering dilakukan yaitu lupa
cuci tangan saat akan ke pasien, hal tersebut dianggap hal yang biasa. Namun
pemikiran penulis itu merupakan hal yang penting dikarenakan untuk mencegah
terjadinya perpindahan infeksi dari pasien yang satu dengan pasien yang lainnya.
Menurut penulis, critical thingkis sangat diperlukan untuk mengambil keputusan
agar asuhan keperawatan yang diberikan maksimal.
Untuk mengambil keputusan, tidak hanya berpikir kritis yang diperlukan
namun dapat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian. Misanya pada cuci
tangan yang kurang maksimal, keputusan yang diambil adalah sosialisasi setiap
pagi sewaktu operan, keputusan tersebut diambil karena banyak keuntungannya,
perawat akan terbiasa dengan cuci tangan 5 moment dan 6 benar. Yang penulis
lakukan dalam mendukung keputusan tersebut adalah membantu sosialisasi cuci
tangan ke mahasiswa praktikan yang lain dengan menggunakan metode handrub
dan handwash. Kedua metode tersebut di nilai secara statistik dapat menurunkan
angka kejadian infeksi pada pasien, hal tersebut di dukung oleh PPI (pencegahan
dan pengendalian infeksi) RS Hasan Sadikin Bandung.
Praktik klinis tidak terlepas dari skill mahasiswa dalam melakukan tindakan,
selam praktik klinis mahasiswa dituntuk untuk mengasah keahlian, namun selama
ini tidak ada target kompetensi dalam melakukan tindakan keperawatan. Yang
penulis lakukan adalah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan evidance
based, evidance based tersebut di masukkan kedalan nursing care plant, sehingga
terintegrasi dengan intervensi lainnya dalam mengatasi masalah keperawatan yang
timbul. Skill lain yang dibutuhkan adalah kemampuan perawat menjadi role
model, karena role model merupakan salah satu cara pembelajaran psikomotor
yang baik.
Selain

itu

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

perawat

harus

memperhatikan nilai-nilai dan budaya yang di anut pasien. Pemberian asuhan


keperawatan dengan

memperhatikan

aspek budaya

yaitu asuhan

yang

komprehensif. Salah satu cara yang dilakukan penulis yaitu sopan santun dan
permisi sewaktu ke pasien sebagaimana budaya jawa barat. Penulis mencoba
berbahasa sunda, namun penulis tidak paham sehingga sewaktu melakukan
anamnesa sebelumnya perawat menjelaskan bahwa tidak bisa berkomunikasi
bahasa sunda. Cara lain yang dapat dilakukan dengan memperlihatkan cara
menghormati kepada kelompok pendukung pasien, apakah itu dari keluarga,
teman, tokoh agama dan lain-lain. Pahami di mana pria dan wanita layak terhadap
status sosial pasien tersebut, salah satu contoh, di beberapa budaya, laki-laki tertua
adalah pembuat keputusan untuk seluruh keluarga, bahkan dalam hal yang
berkaitan dalam pengambilan keputusan untuk pengobatan. Dan yang paling
penting, berusaha untuk mendapatkan kepercayaan pasien dalam menjalin
hubungan antara perawat dan pasien yang lebih kuat. Ini mungkin memakan
waktu, namun, semua akan mendapatkan keuntungan jika ini tercapai. Jika pasien
tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa kita, maka berusahalah untuk mencoba
menemukan seseorang yang berfungsi sebagai penerjemah bahasa pasien tersebut.

You might also like