You are on page 1of 4

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan
Pekerjaan
Lokasi
Tahun Anggaran

I.

:
:
:
:

Sungai dan Pantai II


Perkuatan Tebing Tugu Khatulistiwa 0.195 Km
Kota Pontianak
2015

PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan :
a.

Pekerjaan Pengukuran
Sebelum memulai suatu pekerjaan, maka harus dilakukan pekerjaan pengukuran yang bertujuan
untuk menentukan rencana daerah kerja. Pengukuran dilaksanakan untuk mengetahui elevasi
tanah daerah tersebut serta dimensi dari pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya. Jika
menurut Direksi keadaan di lapangan mengalami perubahan pada pengukuran perencanaan,
maka akan dilakukan pengukuran ulang (uitzet) sebelum pekerjaan dimulai, serta memeriksa
seluruh titik yang akan digunakan dalam pengukuran pekerjaan yang nantinya akan dituangkan
ke dalam gambar kerja.

b.

Mobilisasi
Mobilsasi adalah proses pengiriman peralatan ke lokasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana yang disyaratkan pada daftar peralatan yang telah disampaikan dalam Dokumen
Penawaran.

c.

Papan Nama Proyek


Papan Nama Proyek dibuat dan diletakkan di lokasi pekerjaan pada tempat yang strategis agar
mudah dibaca, yang isinya meliputi nama pekerjaan, jenis pekerjaan, waktu pelaksanaan, biaya,
nama pelaksana, dan informasi lainnya yang dianggap perlu untuk dicantumkan.

II. PEKERJAAN TURAP BETON


1. Tiang Pancang dan Papan Turap
a.

Pengadaan Sheet Pile dan Spun Pile


Sheet Pile dan Spun Pile merupakan material pabrikasi yang didatangkan dalam keadaan siap
pakai. Proses pemesanan Sheet Pile dan Spun Pile dilakukan diawal jadual pelaksanaan
mengingat proses pemesanan hingga tibanya material di lokasi memerlukan waktu yang cukup

lama. Jenis Sheet Pile yang kami usulkan adalah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
yaitu Sheet Pile Type W 325 B 1000 Panjang 12 m dengan mutu beton K700, sedangkan Spun
Pile yang kami usulkan adalah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan Spun Pile ukuran
50 cm Panjang 12 m dengan mutu beton K600.
Untuk angkutan Sheet Pile dan Spun Pile hingga tiba di lokasi dilakukan secara estafet. Dari
pabrik menuju ke pelabuhan di Jakarta, Sheet Pile dan Spun Pile diangkut dengan menggunakan
mobil tronton. Selanjutnya dari pelabuhan Jakarta menuju pelabuhan Pontianak, Sheet Pile dan
Spun Pile diangkut lewat jalur laut dengan menggunakan ponton kapasitas 1.500 ton. Kemudian
dari pelabuhan Pontianak menuju ke lokasi pekerjaan, Sheet Pile dan Spun Pile diangkut melalui
jalur sungai dengan menggunakan ponton kapasitas 500 ton.
b.

Perancah Kerja
Perancah kerja berfungsi sebagai jalur akses para pekerja disepanjang jalur konstruksi turap
beton dibuat dari kayu cerucuk 8/10 cm 4 m. Perancah ini juga berfungsi sebagai perancah
bekesting untuk pekerjaan balok penutup. Setelah pekerjaan selesai, seluruh perancah kerja harus
dibongkar.

c.

Pemancangan Sheet Pile dan Spun Pile


Setelah Sheet Pile dan Spun Pile sampai di lokasi, maka pekerjaan pemancangan dapat segera
dilakukan. Pelaksanaan pemancangan Sheet Pile dilakukan dari atas Ponton kapasitas 500 ton
dengan menggunakan Vibro Hammer Generator kapasitas 3,5 ton dan Crawler Crane kapasitas
40 ton sebagai leadernya. Adapun untuk Spun Pile, pelaksanaan pemancangan dilakukan dari
atas Ponton kapasitas 500 ton dengan menggunakan Pile Hammer kapasitas 2,5 ton.
Dalam pelaksanaannya, yang dipancang terlebih dahulu adalah Sheet Pile. Untuk menghasilkan
pasangan Sheet Pile yang lurus dan rapih, pemancangan dilaksanakan dengan bantuan guider
berupa 2 batang besi atau baja WF yang dipasang sejajar dengan arah pemancangan dan antara
kedua batang besi atau baja WF tersebut diberi jarak setebal Sheet Pile, sehingga kepingan Sheet
Pile dapat disisipkan pada jarak antara tersebut ketika pelaksanaan pemancangan.
Pekerjaan pemancangan dilanjutkan dengan memancang Spun Pile pada titik-titik tertentu sesuai
gambar rencana. Pola pemancangan bisa tegak lurus atau dengan kemiringan tertentu disesuaikan
dengan gambar rencana. Pada setiap titik pemancangan Spun Pile dipancangkan 2 batang Spun
Ple dengan jenis top dan bottom. Setelah Spun Pile Bottom dipancang, dilakukan penyambungan
dengan Spun Pile Top dengan cara pengelasan pada flangenya dengan menggunakan welding set.
Pelaksanaan pengelasan ini dilakukan dari atas ponton. Setelah pengelasan selesai dilaksanakan,
proses pemancangan dilanjutkan kembali hingga permukaan Spun Pile Top mencapai elevasi
yang disyaratkan.

Pada saat proses pekerjaan pemancangan berlangsung, pada bagian kepala Sheet Pile dan Square
Pile dilapisi atau dilindungi untuk menghindari atau meminimalkan kerusakan pada saat
tumbukan terjadi. Pekerjaan pemancangan akan dihentikan apabila kedalaman yang diisyaratkan
telah tercapai secara teknis.
d.

Beton Pengisi Spun Pile


Setelah pemancangan Spun Pile selesai dilaksanakan, pada lubang bagian dalam Spun Pile diisi
dengan beton bertulang K-225 dimulai dari permukaan Spun Pile Top dengan kedalaman sesuai
yang disyaratkan. Adapun untuk pembesiannya dilakukan sesuai gambar rencana.

2. Balok Penutup
a. Cetakan Beton
Cetakan beton untuk balok penutup terbuat dari papan kayu klas II dan kayu kasau 5/7 cm
dengan bentuk atau ukuran sesuai gambar rencana. Cetakan beton dipasang dibagian atas
konstruksi turap dan diletakkan diatas perancah kerja yang telah ada dengan elevasi yang telah
ditentukan pada gambar rencana.
b. Pembesian
Pembesian balok penutup menggunakan besi ulir dan polos dilaksanakan dalam cetakan beton
yang telah dibuat dengan pola pembesian serta dimensi sesuai dengan yang telah ditetapkan pada
gambar kerja.
c. Beton K225
Setelah cetakan beton dan pembesian siap, dilaksanakan pekerjaan pengecoran balok penutup
dengan menggunakan beton mutu K225. Untuk pengadukan beton digunakan Concrete Mixer
kapasitas 0.25 m3, dan untuk pemadatan beton digunakan Concrete Vibrator.
Pelaksanaan pengecoran beton dilaksanakan sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan
bentuk yang baik dan rapih (tidak ada keropos) ketika bekesting dibuka.

III. PEKERJAAN TANAH


a.

Geotekstile
Pada bagian sisi dalam dinding turap dipasangkan lembaran geotekstile mulai dari elevasi bawah
balok penutup sampai kepermukaan tanah dibawahnya atau dengan pola pemasangan sesuai
gambar rencana. Pemasangan geotekstile dimaksudkan untuk menghindari longsornya timbunan
pasir yang akan diberikan pada area tersebut kesisi luar dari dinding turap.

Apabila diperlukan, penyambungan geotekstile dilakukan dengan metode penyambungan sesuai


petunjuk dari produsen geotekstile serta menggunakan alat penyambung geotekstil. Hasil
penyambungan harus menghasilkan bidang yang rapat dan tidak bocor.
b.

Urugan Pasir dan Tanah Datang


Pada area dinding dalam dari pasangan turap yang telah dipasang geotekstille, dilakukan
pengurugan dengan menggunakan material pasir. Urugan pasir dilaksanakan mulai dari
permukaan tanah dan dilakukan lapis demi lapis secara merata hingga mencapai elevasi yang
telah ditentukan.
Setelah elevasi yang dimaksudkan tercapai, selanjutnya diatas permukaan urugan pasir dilakukan
pengurugan lanjutan dengan material tanah datang. Pengurugan tanah juga dilakukan lapis demi
lapis secara merata hingga mencapai elevasi yang telah ditentukan,.

IV. PEKERJAAN PENUTUP


Pekerjaan penutup adalah sebagai berikut:
a.

Demobilisasi
Kegiatan demobilisasi adalah untuk mengirim kembali peralatan dan personil dari lokasi proyek
ke tempat semula.

b.

Perawatan/Pemeliharaan Pekerjaan Selama Masa Pemeliharaan


Jika pada hasil akhir dari pekerjaan terdapat berbagai kerusakan, maka hal tersebut dapat
diperbaiki pada masa pemeliharaan pekerjaan.

You might also like