Professional Documents
Culture Documents
Tes Objektif
Tes Objektif
Disusun Oleh:
Siwi Nugraheni (14728251017)
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Macam-Macam Tes Objektif...................................................................................3
1. Tes Bentuk Pilihan Ganda..................................................................................3
2. Tes Bentuk Benar Salah......................................................................................4
3. Tes Bentuk Menjodohkan...................................................................................5
4. Tes Bentuk Uraian Objektif................................................................................5
5. Tes Bentuk Jawaban Singkat..............................................................................7
C. Merencanakan Tes Objektif.....................................................................................8
1. Menyusun Spesifikasi Tes..................................................................................8
2. Menulis tes........................................................................................................10
3. Mentelaah Tes...................................................................................................16
4. Melakukan Uji Coba Tes..................................................................................18
5. Menganalisis Butir Tes.....................................................................................18
6. Memperbaiki Tes..............................................................................................21
7. Merakit Tes.......................................................................................................22
8. Melaksanakan Tes.............................................................................................22
D. Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif................................................................22
1. Kelebihan Tes Objektif.....................................................................................22
2. Kelemahan Tes Objektif...................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
LAMPIRAN
TES OBJEKTIF
A. PENDAHULUAN
Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan
kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Kualitas pembelajaran salah
satunya dapat dilihat dari hasil penilaian (assessment). Penilaian merupakan kegiatan
menafsirkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebelum melaksanakan kegiatan penilaian, maka harus dilakukan
pengukuran. Kegiatan pengukuran akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif.
Data inilah yang kemudian akan diinterpretasikan dalam kegiatan penilaian. Hasil
dari kegiatan penilaian selanjutnya akan digunakan dalam mengevaluasi baik dari
proses pembelajaran maupun hasil pembelajarannya. Oleh karena itu, evaluasi
merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk melakukan judgment terhadap
sebuah informasi yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
Kegiatan evaluasi hasil belajar memerlukan data yang diperoleh melalui kegiatan
pengukuran. Pengukuran kemampuan peserta didik tidak hanya meliputi aspek
kognitif saja, namun yang tidak kalah penting adalah aspek afektif dan psikomotor.
Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau
nilai. Kemampuan psikomotor merupakan kemampuan yang berkaitan dengan gerak.
Dalam pembelajaran kimia, kemampuan psikomotor dapat diamati dari kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan praktikum.
Dilihat dari tiga aspek yang diukur dalam pembelajaran kimia, yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik, maka instrument yang digunakan dalam
pengukururan ketiga aspek tersebut berbeda-beda. Secara umum, aspek kognitif
diukur dengan menggunakan instrument tes, sedangkan aspek afektif dan psikomotor
diukur dengan menggunakan instrument nontes. Untuk mendapatkan data yang akurat
dalam kegiatan pengukuran, maka diperlukan instrumen yang sahih dan handal.
Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Kegiatan pengetesan merupakan salah satu cara untuk menaksir tingkat
kemampuan peserta didik secara tidak langsung. Dikatakan secara tidak langsung
karena kegiatan pengetesan ini dilakukan untuk mengetahui respon seseorang
terhadap sejumlah pertanyaan yang harus diselesaikan oleh peserta tes dalam hal ini
adalah peserta didik. Hasil tes diharapkan memiliki kualitas yang baik dalam arti data
yang diperoleh merupakan data yang akurat. Untuk mendapatkan data yang akurat
diperlukan tes yang sahih (valid) dan andal (reliable).
Bentuk tes yang digunakan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif
dan tes non objektif. Pengertian objektif dan nonobjektif dilihat dari cara
penskorannya. Penskoran dalam tes objektif tidak dipengaruhi oleh pemberi skor,
artinya siapa saja yang melakukan penskoran akan menghasilkan skor yang sama.
Sedangkan tes nonobjektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas
pemberi skor. Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda,
benar salah, menjodohkan dan uraian objektif. Tes uraian (nonobjektif) dapat
dibedakan menjadi uraian objektif dan uraian nonobjektif. Tes uraian objektif sering
digunakan pada soal-soal yang jawabannya sudah pasti. Tes uraian nonobjektif
digunakan pada soal-soal yang memiliki kemungkinan jawaban lebih dari satu, dan
biasanya dipengaruhi oleh agumentasi dari peserta tes. Tes bentuk objektif sering
digunakan apabila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi terbatas dan hasil tes
segera diumumkan serta materi yang diujikan cakupannya luas. Misalnya soal-soal
yang digunakan dalam pelaksanaan Ujian Nasional dan Seleksi Masuk Perguruan
Tinggi. Dalam makalah ini akan dibahas berbagai bentuk tes objektif diantaranya:
1. Tes bentuk pilihan ganda
2. Tes bentuk benar salah
3. Tes bentuk menjodohkan
4. Tes bentuk uraian objektif
5. Tes bentuk jawaban singkat
Contoh 2
Batu kapur sebanyak 30 gram dicampur dengan asam klorida 6,72 L
(STP), sesuai persamaan reaksi berikut:
CaCO3(s) + 2HCl(g) CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Volume gas yang dihasilkan jika diukur dalam keadaan standar sebanyak
3,36 L.
SEBAB
Gas-gas dalam volume sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama
jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama.
3. Tes Bentuk Menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan terdiri atas sejumlah premis dan sejumlah
respon. Bentuk tes ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang
fakta, oleh karena itu hanya mengukur pada aspek hafalan dan pemahaman saja.
Berikut ini merupakan pedoman penyusunan tes bentuk menjodohkan:
1) Pernyataan atau premis harus homogen;
2) Pernyataan dan respon singkat;
3) Jumlah respon lebih banyak dari pernyataan;
4) Pernyataan dan respon diurutkan menurut alphabet dan
5) Jawaban dapat digunakan lebih dari satu kali.
4. Tes Bentuk Uraian Objektif
Soal uraian objektif merupakan soal di mana penyelesaiannya
membutuhkan suatu langlah-langkah tertentu. Setiap langkah penyelesaian dalam
soal uraian objektif diberikan skor yang telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh
karena itu, apabila diperiksa oleh beberapa pendidik, maka akan menghasilkan
penskoran yang sama.
Contoh 1
Pada ruang 1,5 L dengan suhu tertentu terdapat 0,10 mol gas NH 3; 0,15 mol
gas HCl dan 0,25 mol gas NH 4Cl. Tekanan gas dalam ruang sebesar 80
mmHg. Tentukan:
a. Tekanan parsial gas NH3;
b. Tekanan pasial gas HCl dan
c. Tekanan parsial gas NH4Cl.
Penskoran:
No
Langkah Penyelesaian
Skor
Diketahui :
Perbandingan mol gas NH3 : mol gas HCl : mol gas NH4Cl = 0,10 :
0,15 : 0,25
Total mol gas dalam ruangan
= mol gas NH3 + mol gas HCl + mol gas NH4Cl
= 0,10 + 0,15 + 0,25 = 0,5 mol
1
Tekanan total gas dalam ruangan (Ptot) = 80 cmHg
= 8 cmHg
Ditanyakan: tekanan parsial gas
a. NH3;
b. HCl dan
c. NH4Cl ?
Dijawab:
mol gas
x Ptot
Tekanan parsial gas = mol total
a.
b.
c.
mol gas NH 4 Cl
0,25
x Ptot=
x 8 cmHg=4 cmHg
mol total
0,5
Skor total
untuk mengetahui
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Untuk mempelajari suatu pelajaran
diperlukan pengetahuan pendukung yang dapat diketahui dengan menganalisis
hasil tes ini.
Tes diagnostik berguna untuk mengungkapkan kesulitan belajar peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu. Pada umumnya tes diagnostik diberikan
setelah tes formatif, yaitu apabila standar yang sudah ditetapkan tidak tercapai. Isi
tes ini berdasarkan analisis hasil tes formatif. Pertanyaan pada tes diagnostik
cenderung memiliki tingkat kesukaran yang rendah, dan mencakup materi yang
dirasa sukar oleh peserta didik.
Tes formatif dilaksanakan secara periodik selama proses belajar mengajar
berlangsung. Tes ini berguna untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan
hasilnya merupakan umpan balik bagi pendidik dan peserta didik. Materi tes ini
dipilih berdasarkan tujuan setiap unit pelajaran. Hasil tes ini merupakan informasi
tentang tujuan pelajaran yang sudah dicapai dan yang belum dicapai. Berdasarkan
hasil tes formatif, pendidik harus menyusun strategi dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
Tes sumatif diberikan pada akhir suatu pelajaran. Hasilnya digunakan
untuk menentukan prestasi belajar peserta didik, yaitu berupa nilai, lulus atau
tidak, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal untuk tes
formatif cenderung bervariasi, sedang materinya harus mewakili materi yang
telah diajarkan. Hasil tes ini merupakan masukan bagi guru dan siswa. Bagi
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal pilihan ganda ditentukan oleh
tingkat kesulitan soal.
2. Menulis tes
Setelah kisi-kisi dalam tabel spesifikasi telah tersedia, dilanjutkan dengan
membuat butir-butir soal. Banyaknya butir soal yang harus dibuat untuk setiap
bentuk soal, untuk setiap pokok bahasan, dan untuk setiap aspek kemampuan
yang hendak diukur harus disesuaikan dengan yang tercantum dalam kisi-kisi.
Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal,
antara lain: (a) soal yang harus dibuat harus valid dalam arti mampu mengukur
tercapai tidaknya TIK yang telah dirumuskan, (b) soal yang dibuat harus dapat
dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi
oleh kemampuan lain yang tidak relevan, (c) soal yang dibuat harus terlebih
dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum
digunakan pada tes yang sesungguhnya, (d) hindari kesalahan ketik, karena hal itu
dapat mempengaruhi validitas soal, (e) tetapkan sejak awal kemampuan yang
hendak diukur untuk setiap soal, dan (f) berikan petunjuk cara mengerjakan soal
secara jelas.
Dalam menulis soal pilihan ganda menurut Balitbang (2007)
harus
Be
b.
12
c.
19
d.
20
e.
28
Mg
K
Ca
Sr
Catatan:
Dalam soal,terdapat informasi yang mengarahkan pada jawaban yaitu
unsur-unsur yang terletak pada golongan alkali tanah memiliki elektron
valensi sebanyak 2.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan
penafsiran siswa terhadap arti pernyataan yang dimasud. Untuk
keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek
yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
Contoh:
Senyawa berikut ini yang tidak memiliki ikatan hidrogen, kecuali
a. HCl
b. H2O
c. HBr
d. H2SO4
e. HI
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini
diperlukan karena adanya kecenderungan siswa memilih jawaban yang
paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lengkap
dan merupakan kunci jawaban.
Contoh
Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna akan menyebabkan
boros dan menghasilkan gas CO yang berbahaya karena
a. Menyebabkan efek rumah kaca
b. Menyesakkan napas karena bereaksi dengan hemoglobin
c. Menyebabkan terjadinya hujan asam
d. Menyebabkan kanker kulit
e. Menyebabkan iritasi.
Keterangan:
Panjang rumusan kalimat yang digunakan pada pilihan B tidak homogeny
dengan pilihan yang lain.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban
di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya,
dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan
(4) 17Cl
(2) 10Ne
(5) 18Ar
(3) 12Na
(6) 20K
Berikut ini pasangan unsur yang terletak dalam satu golongan, yaitu
a. (1) dan (3)
urutan
besar
kecilnya
nilai
angka
tersebut,
atau
kronologis.
Penyusunan
secara
urut
dimaksudkan
untuk
b. 5
c. 6
d. 7
e. 8
Keterangan :
Fungsi pengecoh yaitu pilihan a, b dan c merupakan pengecoh yang
kurang baik. Karena dari soal sudah sangat jelas bahwa, larutan yang
dimaksud adalah penyangga basa. Larutan penyangga basa pasti memiliki
pH lebih dari 7.
10) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Artinya soal
yang diujikan hanya untuk satu nomor saja.
Contoh
1. Berikut data hasil titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M.
Percobaan
1
2
3
Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empat pilihan
Jumlah pilihan jawaban untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan
3. Mentelaah Tes
Telaah butir tes dilakukan setelah penulisan soal selesai. Adapun pentelaah
adalah teman sejawat yang sebidang dan menguasai bidang studi yang diujikan
dan memiliki pengetahuan tentang pembuatan tes yang baik. Analisis sebelum
dilakukan uji coba ini disebut dengan analisis konstruksi.
Telaah butir tes dilakukan terhadap aspek materi, aspek konstruksi, dan
aspek bahasa.
a. Aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta
tingkat berpikir yang terlibat.
b. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal. Setiap butir tes
harus disusun berdasarkan indikator yang terdapat pada kisi-kisi tes.
c. Aspek bahasa berkaitan dengan kekomunikatifan/kejelasan hal yang
ditanyakan. Hal ini dimaksudkan supaya pemahaman peserta didik sama
terhadap soal tes, tidak memiliki penafsiran yang berbeda. Bahasa yang
digunakan harus menggunakan tata bahasa yang baik dan benar dan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Dalam melakukan penelaahan butir soal, penelaah perlu mempersiapkan
bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan,
(3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia. Berikut ini disajikan format
penelahaan butir soal bentuk esai dan bentuk pilihan ganda. Untuk menelaah
butir soal bentuk pilihan ganda dapat menggunakan Panduan Analisis Butir Soal
dari Depdiknas (2008) yang dapat dilihat pada table di bawah ini.
A.
1.
Materi
Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk pilihan ganda)
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian seharihari)
Pilihan jawaban homogen dan logis
Hanya ada satu kunci jawaban paling tepat
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan
tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja
Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban
soal
Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda
Gambar, grafik, tabel diagram, dan sejenisnya jelas
dan berfungsi
Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari
segi materi
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
yang berbunyi semua jawaban di atas salah atau
benar dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu
diurutkan menurut besar-kecilnya angka atau kronologis
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Bahasa/Budaya
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia
Menggunakan bahasa yang komunikatif
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok
kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan
pengertian
2.
3.
4.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
C.
1.
2.
3.
4.
Nomor Soal
1
2
3
atau
konsistensi hasil pengukuran suatu tes (2012: 51). Suatu instrument dikatakan
reliable apabila instrument tersebut digunakan untuk subjek yang sama dalam
waktu dan kondisi yang berbeda, akan tetapi tetap menujukkan hasil yang
sama. Besarnya indeks keandalan yang diterima adalah minimal 0,70.
Besarnya indeks ini menyatakan besarnya kesalahan pengukuran, sehingga
semakin besar indeks keandalannya, semakin kecil pula kesalahan
pengukurannya, demikian sebaliknya.
b. Tingkat Kesulitan
Mean
Skor maksimum yang ditetapkan
di mana:
Mean
Keterangan
Sukar
Sedang
Mudah
besarnya korelasi point biserial. Apabila suatu butir soal tidak dapat
membedakan dengan baik karakteristik peserta tes, maka butir soal
tersebut dapat dicurigai kemungkinannya: (a) kunci jawaban butir soal itu
tidak tepat, (b) butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang
benar, (c) kompetensi yang diukur tidak jelas, (d) pengecoh tidak
berfungsi, (e) materi yang ditanyakan terlalu sulit sehingga banyak peserta
tes yang menebak jawaban, dan (f) sebagian besar peserta tes yang
memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi
dalam butir soalnya (Kusaeri & Suprananto, 2012: 176).
Indeks DB nilainya berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00.
Semakin tinggi dan positif indeks DB berarti semakin baik butir soal
tersebut dalam membedakan peserta tes kelompok atas (skornya tinggi)
dan peserta tes kelompok bawah (skornya rendah). Jika DB bernilai
negatif berarti lebih banyak peserta tes kelompok bawah (tidak memahami
materi yang diajarkan) menjawab dengan benar butir soal tersebut
dibandingkan dengan kelompok atas (memahami materi yang diajarkan).
Untuk mengetahui DB soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus
sebagai berikut:
DB
2(BA - BB)
N
di mana:
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N = jumlah peserta tes
Menurut Djemari Mardapi (2012: 129) daya pembeda dapat
diterima (baik) apabila besarnya 0.30 dan positif.
d. Efektivitas Pengecoh
Fungsi distraktor (pengecoh) dapat dilihat dari proporsi jawaban
pada setiap option / Prop Endorsing. Menurut Djemari Mardapi (2012:
129) distribusi respon jawaban diterima bila tiap option ada yang
menjawab paling sedikit 5% dari peserta tes. Untuk mengetahui EP
digunakan rumus sebagai berikut untuk tiap-tiap pengecoh yang ada:
EP
Analisis terhadap hasil uji coba tes untuk melihat kualitas butir soal dapat
menggunakan format sebagai berikut:
No.
Butir
1.
2.
3.
Tingkat Kesulitan
Daya Pembeda
Distraktor
(Pengecoh)
Keterangan
Keterangan:
Tingkat kesulitan butir, diterima bila besarnya 0,30 sampai 0,80.
Daya beda, diterima bila besarnya 0,30
Distribusi respon jawaban, diterima bila tiap tiap option ada yang
menjawab paling sedikit 5% dari pesrta tes
Pada tahap ini ada kemungkinan 3 hasil analisis yaitu soal sudah
baik dan tidak perlu direvisi, beberapa butir soal mungkin perlu direvisi,
dan ada soal-soal yang mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi
standar.
6. Memperbaiki Tes
Langkah perbaikan dilakukan setelah hasil analisis diketahui. Dari hasil
analisis tersebut dilakukan dengan melakukan perbaikan tentang bagian soal
yang masih belum sesuai
Langkah dilakukan
faktor relevan tertentu yang dapat mempengaruhi nilai tes (misalnya pengaruh
kemampuan pada tes mengukur pengetahuan ilmiah menulis).
2. Kelemahan Tes Objektif
Disamping banyak kelebihan dalam tes pilihan ganda, juga terdapat
beberapa kelemahan, yaitu:
a. Relatif sulit untuk dibuat karena membutuhkan pemikiran lebih dalam
membuat pilihan jawaban dan waktu yang diperlukan lebih banyak.
b. Tidak mampu untuk menilai semua tujuan pendidikan (misalnya kemampuan
menulis).
c. Dapat terjadi tebakan acak
d. Kurang tepat apabila digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik
pada tingkat kognitif tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Subali. 2014. ANALISIS SOAL BAIK KUALITATIF MAUPUN
KUANTITATIF. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-drbambang-subali-ms/analisis-soal-kualitatif-kuantitatif-poltekes-surakarta-1819-ag-14-r.pdf diunduh pada tanggal 21 september 2015 pukul 10.23
Reynolds, Cecil R., Ronald B. Livingston, & Victor Willson. 2009. Measurement and
Assessment in Education. Boston: Pearson Education International.
Djemari Mardapi. (2012). Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Nuha Litera.
Depdiknas. 2008. Panduan Analisis Soal. Jakarta
_________.2007. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. Jakarta: Pusat Penilaian
Pendidikan Balitbang Departemen Pendidikan Nasional.