You are on page 1of 28

TES OBJEKTIF

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Kimia


Dosen Pengampu : Dr. Eli Rohaeti, M.Si

Disusun Oleh:
Siwi Nugraheni (14728251017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Macam-Macam Tes Objektif...................................................................................3
1. Tes Bentuk Pilihan Ganda..................................................................................3
2. Tes Bentuk Benar Salah......................................................................................4
3. Tes Bentuk Menjodohkan...................................................................................5
4. Tes Bentuk Uraian Objektif................................................................................5
5. Tes Bentuk Jawaban Singkat..............................................................................7
C. Merencanakan Tes Objektif.....................................................................................8
1. Menyusun Spesifikasi Tes..................................................................................8
2. Menulis tes........................................................................................................10
3. Mentelaah Tes...................................................................................................16
4. Melakukan Uji Coba Tes..................................................................................18
5. Menganalisis Butir Tes.....................................................................................18
6. Memperbaiki Tes..............................................................................................21
7. Merakit Tes.......................................................................................................22
8. Melaksanakan Tes.............................................................................................22
D. Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif................................................................22
1. Kelebihan Tes Objektif.....................................................................................22
2. Kelemahan Tes Objektif...................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
LAMPIRAN

TES OBJEKTIF
A. PENDAHULUAN
Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan
kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Kualitas pembelajaran salah
satunya dapat dilihat dari hasil penilaian (assessment). Penilaian merupakan kegiatan
menafsirkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sebelum melaksanakan kegiatan penilaian, maka harus dilakukan
pengukuran. Kegiatan pengukuran akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif.
Data inilah yang kemudian akan diinterpretasikan dalam kegiatan penilaian. Hasil
dari kegiatan penilaian selanjutnya akan digunakan dalam mengevaluasi baik dari
proses pembelajaran maupun hasil pembelajarannya. Oleh karena itu, evaluasi
merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk melakukan judgment terhadap
sebuah informasi yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan saat pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
Kegiatan evaluasi hasil belajar memerlukan data yang diperoleh melalui kegiatan
pengukuran. Pengukuran kemampuan peserta didik tidak hanya meliputi aspek
kognitif saja, namun yang tidak kalah penting adalah aspek afektif dan psikomotor.
Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau
nilai. Kemampuan psikomotor merupakan kemampuan yang berkaitan dengan gerak.
Dalam pembelajaran kimia, kemampuan psikomotor dapat diamati dari kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan praktikum.
Dilihat dari tiga aspek yang diukur dalam pembelajaran kimia, yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik, maka instrument yang digunakan dalam
pengukururan ketiga aspek tersebut berbeda-beda. Secara umum, aspek kognitif
diukur dengan menggunakan instrument tes, sedangkan aspek afektif dan psikomotor
diukur dengan menggunakan instrument nontes. Untuk mendapatkan data yang akurat
dalam kegiatan pengukuran, maka diperlukan instrumen yang sahih dan handal.

Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Kegiatan pengetesan merupakan salah satu cara untuk menaksir tingkat
kemampuan peserta didik secara tidak langsung. Dikatakan secara tidak langsung
karena kegiatan pengetesan ini dilakukan untuk mengetahui respon seseorang
terhadap sejumlah pertanyaan yang harus diselesaikan oleh peserta tes dalam hal ini
adalah peserta didik. Hasil tes diharapkan memiliki kualitas yang baik dalam arti data
yang diperoleh merupakan data yang akurat. Untuk mendapatkan data yang akurat
diperlukan tes yang sahih (valid) dan andal (reliable).
Bentuk tes yang digunakan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif
dan tes non objektif. Pengertian objektif dan nonobjektif dilihat dari cara
penskorannya. Penskoran dalam tes objektif tidak dipengaruhi oleh pemberi skor,
artinya siapa saja yang melakukan penskoran akan menghasilkan skor yang sama.
Sedangkan tes nonobjektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas
pemberi skor. Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda,
benar salah, menjodohkan dan uraian objektif. Tes uraian (nonobjektif) dapat
dibedakan menjadi uraian objektif dan uraian nonobjektif. Tes uraian objektif sering
digunakan pada soal-soal yang jawabannya sudah pasti. Tes uraian nonobjektif
digunakan pada soal-soal yang memiliki kemungkinan jawaban lebih dari satu, dan
biasanya dipengaruhi oleh agumentasi dari peserta tes. Tes bentuk objektif sering
digunakan apabila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi terbatas dan hasil tes
segera diumumkan serta materi yang diujikan cakupannya luas. Misalnya soal-soal
yang digunakan dalam pelaksanaan Ujian Nasional dan Seleksi Masuk Perguruan
Tinggi. Dalam makalah ini akan dibahas berbagai bentuk tes objektif diantaranya:
1. Tes bentuk pilihan ganda
2. Tes bentuk benar salah
3. Tes bentuk menjodohkan
4. Tes bentuk uraian objektif
5. Tes bentuk jawaban singkat

B. Macam-Macam Tes Objektif


1. Tes Bentuk Pilihan Ganda
Pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes yang dilakukan secara
objektif mengukur kemampuan para peserta tes. Pilihan ganda digunakan untuk
mengukur kemampuan, pemahaman, dan aplikasi sehingga pilihan ganda tidak
hanya dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pada satu tingkatan juga,
namun juga lebih dari satu tingkatan (multi-level). Pada dasarnya, pilihan ganda
adalah soal yang jawabannya telah disediakan (Depdiknas, 2008: 15). Contohnya
dapat kita lihat dalam soal-soal ujian yang pernah kita alami, seperti Ujian
Nasional maupun Ujian Masuk Universitas. Tes pilihan ganda ini adalah bentuk
tes yang dapat diberikan dalam jenis-jenis maupun topik-topik yang bervariasi.
Dalam pertanyaan maupun pernyataan pada format tes pilihan ganda, pilihan
jawaban dari tes tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima pilihan jawaban.
Dari empat atau lima jawaban tersebut, hanya ada satu jawaban yang paling
benar, tidak boleh lebih, selebihnya merupakan distraktor. Dengan demikian,
sebaiknya distraktor yang digunakan dalam tiap butir pilihan ganda dapat
berfungsi dengan baik (untuk menjajal kemampuan siswa dalam menghindari
distraktor-distraktor tersebut dan tidak asal membuat pilihan jawaban yang salah.
Salah satu karakteristik dari bentuk tes pilihan ganda ini adalah bahwa
kalimat pertanyaan atau pernyataan dalam pilihan ganda ini belum terselesaikan,
sehingga untuk melengkapinya, peserta tes harus memilih jawaban yang tersedia
untuk meyempurnakan sebuah pernyataan atau pertanyaan yang ada. Pilihan
ganda digunakan dengan tujuan memperoleh hasil peserta tes secara cepat dengan
mempertimbangkan efisiensi dan pengembalian feedback yang cepat. Efisiensi
yang dimaksud adalah penilaian yang cepat dapat dilakukan dan pengembalian
hasil tes dapat diketahui oleh peserta tes dalam waktu singkat. Selain itu, pilihan
ganda juga diterapkan untuk mengetahui kemampuan awal dari peserta tes.

2. Tes Bentuk Benar Salah


Tes bentuk benar-salah terdiri atas suatu pernyataan yang harus dijawab
benar atau salah. Tes benar-salah memiliki beberapa keunggulan diantaranya
yaitu:
1) Bentuk tes ini singkat sehingga dapat mencakup banyak materi yang akan
diujikan;
2) Relative mudah dalam menyusun
3) Relative mudah dalam menentukan penskoran.
Sama halnya dengan tes objektik bentuk pilihan ganda, tes bentuk benarsalah juga memiliki kelemahan yaitu hanya mampu mengukur pada aspek hafalan
dan pemahaman saja. Berikut ini merupakan beberapa pedoman untuk menulis tes
bentuk benar-salah.
1)
2)
3)
4)
5)

Tes mengukur ide atau konsep yang penting;


Tes mengukur paling tidak pada aspek pemahaman;
Jawaban benar tidak mudah ditebak;
Menggunakan kalimat yang jelas;
Tidak menggunakan proposisi dari buku dan

6) Panjang kalimat untuk jawaban benar atau salah diusahakan sama.


Contoh 1
Pada kondisi yang sama, volume 1 gram gas nitrogen sama dengan
volume 1 gram karbon monoksida (Ar C = 12; N = 14; dan O = 16).
SEBAB
Pada massa yang sama, jumlah mol gas nitrogen sama dengan jumlah
mol karbon monoksida.

Contoh 2
Batu kapur sebanyak 30 gram dicampur dengan asam klorida 6,72 L
(STP), sesuai persamaan reaksi berikut:
CaCO3(s) + 2HCl(g) CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Volume gas yang dihasilkan jika diukur dalam keadaan standar sebanyak
3,36 L.
SEBAB
Gas-gas dalam volume sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama
jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama.
3. Tes Bentuk Menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan terdiri atas sejumlah premis dan sejumlah
respon. Bentuk tes ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang
fakta, oleh karena itu hanya mengukur pada aspek hafalan dan pemahaman saja.
Berikut ini merupakan pedoman penyusunan tes bentuk menjodohkan:
1) Pernyataan atau premis harus homogen;
2) Pernyataan dan respon singkat;
3) Jumlah respon lebih banyak dari pernyataan;
4) Pernyataan dan respon diurutkan menurut alphabet dan
5) Jawaban dapat digunakan lebih dari satu kali.
4. Tes Bentuk Uraian Objektif
Soal uraian objektif merupakan soal di mana penyelesaiannya
membutuhkan suatu langlah-langkah tertentu. Setiap langkah penyelesaian dalam
soal uraian objektif diberikan skor yang telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh
karena itu, apabila diperiksa oleh beberapa pendidik, maka akan menghasilkan
penskoran yang sama.

Contoh 1
Pada ruang 1,5 L dengan suhu tertentu terdapat 0,10 mol gas NH 3; 0,15 mol
gas HCl dan 0,25 mol gas NH 4Cl. Tekanan gas dalam ruang sebesar 80
mmHg. Tentukan:
a. Tekanan parsial gas NH3;
b. Tekanan pasial gas HCl dan
c. Tekanan parsial gas NH4Cl.
Penskoran:
No

Langkah Penyelesaian

Skor

Diketahui :
Perbandingan mol gas NH3 : mol gas HCl : mol gas NH4Cl = 0,10 :
0,15 : 0,25
Total mol gas dalam ruangan
= mol gas NH3 + mol gas HCl + mol gas NH4Cl
= 0,10 + 0,15 + 0,25 = 0,5 mol
1
Tekanan total gas dalam ruangan (Ptot) = 80 cmHg
= 8 cmHg
Ditanyakan: tekanan parsial gas
a. NH3;
b. HCl dan
c. NH4Cl ?
Dijawab:
mol gas
x Ptot
Tekanan parsial gas = mol total
a.

b.

c.

Tekanan parsial NH3 (PNH3)


mol gas NH 3
0,10
x Ptot=
x 8 cmHg=1,6 cmHg
=
mol total
0,5

Tekanan parsial HCl (PHCl)


mol gas HCl
0,15
x Ptot=
x 8 cmHg=2,4 cmHg
=
mol total
0,5

Tekanan parsial NH4Cl (PNH4Cl)

mol gas NH 4 Cl
0,25
x Ptot=
x 8 cmHg=4 cmHg
mol total
0,5

Skor total

5. Tes Bentuk Jawaban Singkat


Tes bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang
disediakan untuk menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Terdapat tiga jenis soal bentuk jawaban singkat yaitu: jenis pertanyaan, jenis
melengkapi atau isian dan jenis identifikasi atau asosiasi. Sama halnya dengan
bentuk tes sebelumnya, tes bentuk jawaban singkat juga memiliki pedoman
penyusunan, yaitu:
1) Soal harus sesuai dengan indikator;
2) Jawaban yang benar hanya satu;
3) Rumusan kalimat soal harus komunikatif;
4) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar;
5) Tidak menggunakan bahasa lokal.
Contoh 1
Massa molekul relatif KClO3, suatu senyawa kimia yang biasa
dipergunakan untuk membuat oksigen di laboratorium, adalah
Contoh 2
Massa molekul relative KClO3 adalah
Kalimat pertanyaan yang digunakan pada contoh 2 lebih baik daripada contoh
1, karena bahasa yang digunakan pada contoh 2 lebih komunikatif.
Penggunaan kaliman suatu senyawa kimia yang biasa dipergunakan untuk
membuat oksigen di laboratorium pada contoh 1 dapat membingungkan
peserta tes.

C. Merencanakan Tes Objektif


Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil belajar
pilihan ganda adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Spesifikasi Tes
a. Menentukan Tujuan Tes
Ada beberapa macam tes berdasarkan tujuannya, yaitu tes penempatan, tes
diagnostic, tes formatif dan tes sumatif. Untuk tujuan penempatan suatu tes
dilaksanakan pada awal pelajaran. Hasil tes ini bertujuan

untuk mengetahui

pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Untuk mempelajari suatu pelajaran
diperlukan pengetahuan pendukung yang dapat diketahui dengan menganalisis
hasil tes ini.
Tes diagnostik berguna untuk mengungkapkan kesulitan belajar peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu. Pada umumnya tes diagnostik diberikan
setelah tes formatif, yaitu apabila standar yang sudah ditetapkan tidak tercapai. Isi
tes ini berdasarkan analisis hasil tes formatif. Pertanyaan pada tes diagnostik
cenderung memiliki tingkat kesukaran yang rendah, dan mencakup materi yang
dirasa sukar oleh peserta didik.
Tes formatif dilaksanakan secara periodik selama proses belajar mengajar
berlangsung. Tes ini berguna untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan
hasilnya merupakan umpan balik bagi pendidik dan peserta didik. Materi tes ini
dipilih berdasarkan tujuan setiap unit pelajaran. Hasil tes ini merupakan informasi
tentang tujuan pelajaran yang sudah dicapai dan yang belum dicapai. Berdasarkan
hasil tes formatif, pendidik harus menyusun strategi dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
Tes sumatif diberikan pada akhir suatu pelajaran. Hasilnya digunakan
untuk menentukan prestasi belajar peserta didik, yaitu berupa nilai, lulus atau
tidak, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal untuk tes
formatif cenderung bervariasi, sedang materinya harus mewakili materi yang
telah diajarkan. Hasil tes ini merupakan masukan bagi guru dan siswa. Bagi

pendidik merupakan informasi keberhasilan mengajar, sedang bagi peserta didik


merupakan informasi keberhasilan belajarnya.
b. Menyusun kisi-kisi tes
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang
akan ditulis. Kisi-kisi ini merupakan pedoman bagi para penulis tes, walau
penulisnya berbeda-beda namun soalnya akan memiliki bobot yang sama. Sedang
bagi pentelaah tes, tes yang ditulis bisa ditelaah apakah sesuai dengan tujuan
instruksional umum, pokok/sub pokok bahasan dan uraian yang terdapat dalam
kurikulum. Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1. Menuliskan standar kompetensi/ kompetensi inti
2. Menuliskan kompetensi dasar
3. Menentukan jumlah soal untuk setiap indikator.
Jumlah soal dapat tiap kompetensi dasar tergantung kompleksitas
materinya. Indikator-indikator

dipilih yang dapat diukur. Pada saat memilih

indikator-indikator yang dapat diukur digunakan pula buku pelajaran yang


berlaku di sekolah sebagai bahan acuan penulisan soal. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan dalam memilih bahan yang
dapat mewakili dan memenuhi persyaratan kesahihan isi tes. Di samping itu perlu
dipertimbangkan pula bentuk interpretasi yang akan digunakan.
Jumlah soal tes yang digunakan tergantung waktu yang tersedia dan
materi yang akan diujikan. Materi tes yang diujikan pada prinsipnya harus
mewakili materi yang diajarkan dan soal-soal yang akan muncul harus mewakili
pokok bahasan.
Contoh penyusunan kisi-kisi soal dapat dilihat pada Lampiran 1.
c. Menentukan Panjang Tes
Panjang tes mencakup lama pengerjaan soal dan jumlah butir soal. Jumlah
butir tersebut ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk mengerjakan ujian.

Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal pilihan ganda ditentukan oleh
tingkat kesulitan soal.
2. Menulis tes
Setelah kisi-kisi dalam tabel spesifikasi telah tersedia, dilanjutkan dengan
membuat butir-butir soal. Banyaknya butir soal yang harus dibuat untuk setiap
bentuk soal, untuk setiap pokok bahasan, dan untuk setiap aspek kemampuan
yang hendak diukur harus disesuaikan dengan yang tercantum dalam kisi-kisi.
Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal,
antara lain: (a) soal yang harus dibuat harus valid dalam arti mampu mengukur
tercapai tidaknya TIK yang telah dirumuskan, (b) soal yang dibuat harus dapat
dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi
oleh kemampuan lain yang tidak relevan, (c) soal yang dibuat harus terlebih
dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum
digunakan pada tes yang sesungguhnya, (d) hindari kesalahan ketik, karena hal itu
dapat mempengaruhi validitas soal, (e) tetapkan sejak awal kemampuan yang
hendak diukur untuk setiap soal, dan (f) berikan petunjuk cara mengerjakan soal
secara jelas.
Dalam menulis soal pilihan ganda menurut Balitbang (2007)

harus

memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:


a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar.
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, artinya kemampuan /
materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas tidak menimbulkan
pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan
penulis.Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan / gagasan.

2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan


yang diperlukan saja.Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan
yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu
dihilangkan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar. Artinya, pada
pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan
yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
Contoh
Unsur-unsur yang terletak pada golongan alkali tanah memiliki
elektron valensi sebanyak 2. Berikut ini merupakan unsur-unsur yang
termasuk golongan alkali tanah , kecuali
a.

Be

b.

12

c.

19

d.

20

e.

28

Mg

K
Ca

Sr

Catatan:
Dalam soal,terdapat informasi yang mengarahkan pada jawaban yaitu
unsur-unsur yang terletak pada golongan alkali tanah memiliki elektron
valensi sebanyak 2.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan
penafsiran siswa terhadap arti pernyataan yang dimasud. Untuk
keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek
yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

Contoh:
Senyawa berikut ini yang tidak memiliki ikatan hidrogen, kecuali
a. HCl
b. H2O
c. HBr
d. H2SO4
e. HI
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini
diperlukan karena adanya kecenderungan siswa memilih jawaban yang
paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lengkap
dan merupakan kunci jawaban.
Contoh
Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna akan menyebabkan
boros dan menghasilkan gas CO yang berbahaya karena
a. Menyebabkan efek rumah kaca
b. Menyesakkan napas karena bereaksi dengan hemoglobin
c. Menyebabkan terjadinya hujan asam
d. Menyebabkan kanker kulit
e. Menyebabkan iritasi.

Keterangan:
Panjang rumusan kalimat yang digunakan pada pilihan B tidak homogeny
dengan pilihan yang lain.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban
di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya,
dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan

jawaban berkurang satu karena pernyataan ini bukan merupakan materi


yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
Contoh:
Perhatikan unsur-unsur di bawah ini.
(1) 9F

(4) 17Cl

(2) 10Ne

(5) 18Ar

(3) 12Na

(6) 20K

Berikut ini pasangan unsur yang terletak dalam satu golongan, yaitu
a. (1) dan (3)

d. (4) dan (6)

b. (2) dan (4)

e. semua jawaban salah

c. (3) dan (5)


7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan

urutan

besar

kecilnya

nilai

angka

tersebut,

atau

kronologisnya. Artinya, pilihan jawaban yang berbentuk angka harus


disusun berdasarkan besar kecilnya nilai angka, dari nilai angka paling
kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya.
Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun
secara

kronologis.

Penyusunan

secara

urut

dimaksudkan

untuk

memudahkan siswa melihat pilihan jawaban.


8) Soal harus sesuai dengan indicator yang artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator
dan kisi-kisi.
9) Pengecoh harus berfungsi
Contoh:
Sebanyak 50 mL NH3 0,1 M (Kb = 10-5) dicampur dengan 100 mL
larutan NH4Cl 0,5 M. Harga pH larutan adalah
a. 4

b. 5
c. 6
d. 7
e. 8
Keterangan :
Fungsi pengecoh yaitu pilihan a, b dan c merupakan pengecoh yang
kurang baik. Karena dari soal sudah sangat jelas bahwa, larutan yang
dimaksud adalah penyangga basa. Larutan penyangga basa pasti memiliki
pH lebih dari 7.
10) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Artinya soal
yang diujikan hanya untuk satu nomor saja.

Contoh
1. Berikut data hasil titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M.
Percobaan
1
2
3

Volume HCl yang


digunakan
20 ml
20 ml
20 ml

Volume NaOH yang


digunakan
15 ml
14 ml
16 ml

Berdasarkan data tersebut, konsentrasi larutan HCl adalah


a. 0,070 M
b. 0,075 M
c. 0,080 M
d. 0,133 M
e. 0,143 M
2. Jika konsentrasi larutan HCl yang diperoleh pada soal nomor 1
telah diketahui, maka konsentrasi HCl setelah diencerkan
dengan 50 mL air adalah
a. 0,001 M
b. 0,003 M
c. 0,010 M
d. 0,030 M
e. 0,300 M
c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
3) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian.
Catatan

Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empat pilihan

Jumlah pilihan jawaban untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan

3. Mentelaah Tes
Telaah butir tes dilakukan setelah penulisan soal selesai. Adapun pentelaah
adalah teman sejawat yang sebidang dan menguasai bidang studi yang diujikan
dan memiliki pengetahuan tentang pembuatan tes yang baik. Analisis sebelum
dilakukan uji coba ini disebut dengan analisis konstruksi.
Telaah butir tes dilakukan terhadap aspek materi, aspek konstruksi, dan
aspek bahasa.
a. Aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan serta
tingkat berpikir yang terlibat.
b. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal. Setiap butir tes
harus disusun berdasarkan indikator yang terdapat pada kisi-kisi tes.
c. Aspek bahasa berkaitan dengan kekomunikatifan/kejelasan hal yang
ditanyakan. Hal ini dimaksudkan supaya pemahaman peserta didik sama
terhadap soal tes, tidak memiliki penafsiran yang berbeda. Bahasa yang
digunakan harus menggunakan tata bahasa yang baik dan benar dan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Dalam melakukan penelaahan butir soal, penelaah perlu mempersiapkan
bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan,
(3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia. Berikut ini disajikan format
penelahaan butir soal bentuk esai dan bentuk pilihan ganda. Untuk menelaah
butir soal bentuk pilihan ganda dapat menggunakan Panduan Analisis Butir Soal
dari Depdiknas (2008) yang dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda


No.

Aspek yang ditelaah

A.
1.

Materi
Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis
untuk bentuk pilihan ganda)
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian seharihari)
Pilihan jawaban homogen dan logis
Hanya ada satu kunci jawaban paling tepat
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan
tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja
Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban
soal
Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda
Gambar, grafik, tabel diagram, dan sejenisnya jelas
dan berfungsi
Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari
segi materi
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
yang berbunyi semua jawaban di atas salah atau
benar dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu
diurutkan menurut besar-kecilnya angka atau kronologis
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Bahasa/Budaya
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia
Menggunakan bahasa yang komunikatif
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok
kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan
pengertian

2.
3.
4.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
C.
1.
2.
3.
4.

Nomor Soal
1
2
3

4. Melakukan Uji Coba Tes


Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, ujicoba perlu
dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Ujicoba dapat dilakukan
untuk butir-butir soal yang akan diujikan dalam skala luas, seperti ujian tingkat
regional atau nasional dan hasilnya dapat dimasukkan ke dalam bank soal. Butir
soal yang memenuhi persyaratan dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa dapat
dilanjutkan dengan ujicoba tes. Ujicoba ini dapat digunakan sebagai sarana
memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan soal yang telah disusun.
Melalui ujicoba diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran,
pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda, dan lain-lain. Jika soal yang
disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan berdasarkan hasil ujicoba,
maka dilakukan pembenahan.
5. Menganalisis Butir Tes
Menganalisis butir soal berarti menganalisis semua butir soal berdasarkan
data empirik, yaitu data hasil uji coba.Melalui analisis butir soal ini dapat
diketahui informasi menganai tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda, dan
juga efektivitas pengecoh.Jika soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang
diharapkan, maka dapat dilakukan pembenahan. Analisis butir soal dapat
dilakukan dengan menggunakan program ITEMAN atau AnBuso.
a. Indeks Keandalan (Reliabilitas)
Merupakan koefisien yang menujukkan tingkat keajegan

atau

konsistensi hasil pengukuran suatu tes (2012: 51). Suatu instrument dikatakan
reliable apabila instrument tersebut digunakan untuk subjek yang sama dalam
waktu dan kondisi yang berbeda, akan tetapi tetap menujukkan hasil yang
sama. Besarnya indeks keandalan yang diterima adalah minimal 0,70.
Besarnya indeks ini menyatakan besarnya kesalahan pengukuran, sehingga
semakin besar indeks keandalannya, semakin kecil pula kesalahan
pengukurannya, demikian sebaliknya.
b. Tingkat Kesulitan

Tingkat kesulitan butir dapat diketahui melalui proporsi siswa yang


menjawab benar pada butir tersebut (proportional correct). Rumus TK
untuk soal bentuk pilihan ganda adalah:
Pi

Jumlah peserta tes yang menjawab benar butir soal


Jumlah peserta tes

Sedangkan rumus TK untuk soal bentuk esai adalah:


Pi

Mean
Skor maksimum yang ditetapkan

di mana:
Mean

Jumlah skor peserta tes pada butir soal


Jumlah peserta tes

Berikut ini merupakan klasifikasi tingkat kesukaran sebagaimana


terlihat pada Tabel berikut.
Tabel. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Range Tingkat kesukaran
TK < 0,30
0,30 TK < 0,70
TK 0,70

Keterangan
Sukar
Sedang
Mudah

Menurut Djemari Mardapi (2012: 128), tingkat kesulitan butir


yang diterima jika menggunakan acuan norma adalah 0.30 sampai 0.80.
Bila menggunakan acuan kriteria besarnya indeks ini menyatakan tingkat
keberhasilan belajar.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk membedakan antara siswa yang
mampu dan yang tidak.Besarnya daya pembeda dapat dilihat melalui

besarnya korelasi point biserial. Apabila suatu butir soal tidak dapat
membedakan dengan baik karakteristik peserta tes, maka butir soal
tersebut dapat dicurigai kemungkinannya: (a) kunci jawaban butir soal itu
tidak tepat, (b) butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang
benar, (c) kompetensi yang diukur tidak jelas, (d) pengecoh tidak
berfungsi, (e) materi yang ditanyakan terlalu sulit sehingga banyak peserta
tes yang menebak jawaban, dan (f) sebagian besar peserta tes yang
memahami materi yang ditanyakan berpikir ada yang salah informasi
dalam butir soalnya (Kusaeri & Suprananto, 2012: 176).
Indeks DB nilainya berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00.
Semakin tinggi dan positif indeks DB berarti semakin baik butir soal
tersebut dalam membedakan peserta tes kelompok atas (skornya tinggi)
dan peserta tes kelompok bawah (skornya rendah). Jika DB bernilai
negatif berarti lebih banyak peserta tes kelompok bawah (tidak memahami
materi yang diajarkan) menjawab dengan benar butir soal tersebut
dibandingkan dengan kelompok atas (memahami materi yang diajarkan).
Untuk mengetahui DB soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus
sebagai berikut:
DB

2(BA - BB)
N

di mana:
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N = jumlah peserta tes
Menurut Djemari Mardapi (2012: 129) daya pembeda dapat
diterima (baik) apabila besarnya 0.30 dan positif.

d. Efektivitas Pengecoh
Fungsi distraktor (pengecoh) dapat dilihat dari proporsi jawaban
pada setiap option / Prop Endorsing. Menurut Djemari Mardapi (2012:
129) distribusi respon jawaban diterima bila tiap option ada yang
menjawab paling sedikit 5% dari peserta tes. Untuk mengetahui EP
digunakan rumus sebagai berikut untuk tiap-tiap pengecoh yang ada:
EP

Jumlah peserta tes yang memilih pengecoh


Jumlah peserta tes

Analisis terhadap hasil uji coba tes untuk melihat kualitas butir soal dapat
menggunakan format sebagai berikut:
No.
Butir
1.
2.
3.

Tingkat Kesulitan

Daya Pembeda

Distraktor
(Pengecoh)

Keterangan

Keterangan:
Tingkat kesulitan butir, diterima bila besarnya 0,30 sampai 0,80.
Daya beda, diterima bila besarnya 0,30
Distribusi respon jawaban, diterima bila tiap tiap option ada yang
menjawab paling sedikit 5% dari pesrta tes
Pada tahap ini ada kemungkinan 3 hasil analisis yaitu soal sudah
baik dan tidak perlu direvisi, beberapa butir soal mungkin perlu direvisi,
dan ada soal-soal yang mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi
standar.
6. Memperbaiki Tes
Langkah perbaikan dilakukan setelah hasil analisis diketahui. Dari hasil
analisis tersebut dilakukan dengan melakukan perbaikan tentang bagian soal
yang masih belum sesuai

dengan yang diharapkan.

Langkah dilakukan

berdasarkan butir soal dengan memperbaiki masing-masing butir soal yang


ternyata masih belum baik.
7. Merakit Tes
Tahap ini dilakukan dengan merakit butir-butir tersebut menjadi satu
kesatuan tes. Hal yang perlu diperhatikan adalah

hal-hal yang dapat

mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk


soal, dan lay out. Hal ini sangat penting karena walaupun butir soal sudah
baik namun dalam penyusunan sembarangan dapat menyebabkan soal yang
dibuat menjadi tidak baik.
8. Melaksanakan Tes
Pelaksanaan tes dilakukan dengan

memberikan tes kepada testee

dengan waktu yang telah ditentukan. Pelaksanaan memerlukan pemantauan


atau pengawasan secara sehingga tes dapat dilakukan secara jujur dan sesuai
dengan ketentuan. Namun hal yang perlu diperhatian adalah pemantauan atau
pengawasan tes dilakukan dengan tidak mengganggu testee dalam
mengerjakan tes. Pelaksanaan tes harus benar-benar dilakukan secara hati-hati
agar tujuan tes tersebut benar-benar dapat tercapai
D. Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif
1. Kelebihan Tes Objektif
Berikut ini merupakan kelebihan tes bentuk objektif yaitu:
a. Efektif untuk digunakan untuk tes dengan jumlah siswa yang banyak dalam
waktu yang terbatas.
b. Dapat menilai secara efisien, objektif,dan cara yang dapat diandalkan.
c. Sangat baik untuk mengukur tujuan tingkat yang lebih rendah. Jawaban item
dengan pilihan jawaban sangat baik untuk mengukur tujuan kognitif tingkat
yang lebih rendah (misalnya pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi).
d. Mereka dapat mengurangi pengaruh konstruk tertentu faktor yang tidak
relevan. Jawaban item dengan pilihan jawaban mengurangi pengaruh konstruk

faktor relevan tertentu yang dapat mempengaruhi nilai tes (misalnya pengaruh
kemampuan pada tes mengukur pengetahuan ilmiah menulis).
2. Kelemahan Tes Objektif
Disamping banyak kelebihan dalam tes pilihan ganda, juga terdapat
beberapa kelemahan, yaitu:
a. Relatif sulit untuk dibuat karena membutuhkan pemikiran lebih dalam
membuat pilihan jawaban dan waktu yang diperlukan lebih banyak.
b. Tidak mampu untuk menilai semua tujuan pendidikan (misalnya kemampuan
menulis).
c. Dapat terjadi tebakan acak
d. Kurang tepat apabila digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik
pada tingkat kognitif tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Subali. 2014. ANALISIS SOAL BAIK KUALITATIF MAUPUN
KUANTITATIF. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-drbambang-subali-ms/analisis-soal-kualitatif-kuantitatif-poltekes-surakarta-1819-ag-14-r.pdf diunduh pada tanggal 21 september 2015 pukul 10.23
Reynolds, Cecil R., Ronald B. Livingston, & Victor Willson. 2009. Measurement and
Assessment in Education. Boston: Pearson Education International.
Djemari Mardapi. (2012). Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Nuha Litera.
Depdiknas. 2008. Panduan Analisis Soal. Jakarta
_________.2007. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. Jakarta: Pusat Penilaian
Pendidikan Balitbang Departemen Pendidikan Nasional.

You might also like