You are on page 1of 304

KEMENTERIAN KEUANGAN RI

DIREKORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

MODUL
AKUNTANSI KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DAN SKPD

KURSUS KEUANGAN DAERAH KHUSUS


PENATAUSAHAAN/AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
(KKDK)
TAHUN ANGGARAN 2014

Tim Penyusun Modul

Andy P. Hamzah

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Arief Surya Irawan

Universitas Gadjah Mada

Eko Wisnu

Universitas Indonesia

Dra. Husna Roza

Universitas Andalas

Lilik Purwanti

Universitas Brawijaya

Rahmawati

Universitas HasanuDdin

Lintje Kalangi

Universitas Sam Ratulangi

Didin Solahudin

DJPK, Kementerian Keuangan RI

Agus Solihin

DJPK, Kementerian Keuangan RI

Dian Yulia Sari

DJPK, Kementerian Keuangan RI

Handbook of Local Government Financial Accounting

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Sang Pencipta atas perkenanNya, Modul
Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik
oleh tim penyusun.
Modul ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian paket materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam Kursus Keuangan Daerah (KKD) Khusus
Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah tahun 2014 bagi pejabat/staf di lingkungan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), yang penyelenggaraannya merupakan hasil kerjasama antara 7 Center dan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Modul dalam paket tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian besar; bagian pertama
berisi materi-materi tinjauan pengelolaan keuangan daerah untuk menjelaskan
lingkungan akuntansi pemerintah daerah, bagian kedua berisi materi-materi sistem dan
prosedur penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah, dan bagian ketiga berisi
materi akuntansi keuangan pemerintah daerah.
Kami berharap, Modul yang telah disusun dengan mempertimbangkan aspek
kemudahan untuk dipahami ini, menjadi materi yang bermanfaat bagi peserta Kursus
Keuangan Daerah,

terutama dalam meningkatkan kualitas transparansi dan

akuntabilitas keuangan publik. Semoga keseluruhan proses pembelajaran keuangan


daerah ini menjadi proses yang berkelanjutan untuk mencapai kondisi yang lebih baik.
Akhirnya, kepada para penulis dan editor Modul ini, kami ucapkan terima kasih
tak terhingga dan semoga karya ini akan menjadi bagian amal saudara sekalian. Tak ada
gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna, kecuali karya dari Yang Maha
Berkarya. Kritik dan saran yang membangun dari peserta kursus, sesama pengajar dan
seluruh pembaca Modul sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas Modul. Setiap
karya haruslah dipandang sebagai produk dinamis yang selalu punya peluang untuk
ditingkatkan mutunya. Wallahualam bissawab.
Direktur PKD,

Adriansyah
NIP 195606071984031001
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

ii

Daftar Singkatan

Istilah
(Singkatan)

Penjelasan

LO

Laporan Operasional

LRA

Laporan Realisasi Anggaran

LPE

Laporan Perubahan Ekuitas

LPSAL

Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih

SAP

Standar Akuntansi Pemerintahan

SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah

SKPKD

Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah

PPKD

Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah

BUD

Bendahara Umum Daerah

ALK

Analisis Laporan Keuangan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

iii

Daftar Tabel

TABEL 1 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK 2006 201240


TABEL 2 CONTOH BENTUK AKUN 4 (EMPAT) KOLOM45
TABEL 3 PERBANDINGAN LAK BERBASIS CTA DENGAN LAK BERBASIS AKRUAL158
TABEL 4 FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN163
TABEL 5 PERKEMBANGAN PEMBERIAN OPINI BPK202

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

iv

Daftar Gambar
GAMBAR 1 KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN39
GAMBAR 2 ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN.54
GAMBAR 3 METODLOGI PEMERIKSAAN ATAS LPKD192

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Daftar Lampiran

LAMPIRAN 1 BAGAN ALIR AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN.......................................................... 289


LAMPIRAN 2 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (1) ..................................................................................... 290
LAMPIRAN 3 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPD (2) ..................................................................................... 291
LAMPIRAN 4 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (1) ....................................................................... 292
LAMPIRAN 5 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN SKPD (2) ....................................................................... 293
LAMPIRAN 6 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (1) ....................................................................... 294
LAMPIRAN 7 BAGAN ALIR AKUNTANSI SKPKD (PPKD) (2) ....................................................................... 295
LAMPIRAN 8 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ...................................................................... 296
LAMPIRAN 9 BAGAN ALIR LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ...................................................................... 297
LAMPIRAN 10 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (1) ............................................ 298
LAMPIRAN 11 BAGAN ALIR PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD (2) ............................................ 299
LAMPIRAN 12 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (1) ................................................ 300
LAMPIRAN 13 BAGAN ALIR PEMBAHASAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA (2) ................................................ 301
LAMPIRAN 14 ARTIKEL PENYIMPANGAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA ........................................................ 302

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

vi

PENDAHULUAN
a.

Abstraksi:
Modul Akuntansi Keuangan Pemda dan SKPD ini dapat dikatakan memiliki
empat bagian besar dan sifatnya adalah sekuensial, artinya topik-topik yang
disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi yang harus dikuasai oleh
peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah.
Empat bagian besar dari isi Modul ini meliputi pengantar akuntansi
pemerintahan, siklus akuntansi pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi
keuangan daerah, dan proses penyusunan laporan keuangan daerah. Dalam materi
konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada pemahaman persamaan
dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis transaksi
dan pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan
pemahaman untuk dapat memahami materi selanjutnya.
Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi,
materi berikutnya adalah peseta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan
akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item pos laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah
diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan,
penyajian dan pengungkapan.
Setelah pemahaman atas pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus
akuntansi dan prinsip/kebijakan akuntansi pemerintah daerah, kemudian
dilanjutkan dengan proses penyusunan laporan keuangan daerah (SKPD, PPKD dan
Konsolidasi), meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan
penyesuaian akhir tahun , posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo setelah
penyesuaian, dan berakhir dengan penyusunan laporan keuangan. Yang perlu
diingat dan disampaikan kepada peserta adalah bahwa teknik untuk mencatat
transaksi menggunakan teknik double entry sesuai Permendagri 64 tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah.
Selain berisi materi, Modul ini juga dilengkapi dengan lembar kerja peserta
(LKP) per topik yang harus diisi oleh setiap peserta guna memperoleh sekaligus
mengecek/membuktikan bahwa pemahaman atas materi di setiap topik telah
diperoleh.
Dengan pola penyajian materi dengan disertai lembar kerja peserta tersebut
diharapkan peserta dapat mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan
laporan keuangan pemerintah daerah.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

vii

b.

Tujuan pelatihan
Setelah mempelajari Modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu menyusun
laporan keuangan pemerintah daerah meliputi laporan keuangan SKPD, laporan
keuangan PPKD dan laporan keuangan konsolidasian (laporan keuangan
pemerintah daerah).

c.

Peserta pelatihan
Persyaratan peserta untuk mengikuti pelatihan Modul akuntansi keuangan daerah
ini:
1. Pegawai/calon pegawai Pemerintah daerah yang menangani akuntansi
keuangan daerah atau akan diproyeksikan menangani akuntansi keuangan
daerah.
2. Latar belakang pendidikan SMA/D3/S1 semua jurusan

d.

Materi Pelatihan
Topik-topik yang disajikan dalam Modul ini yaitu:
Topik I
: Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik II
: Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Topik III : Akuntansi Keuangan Daerah
Topik IV : Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Topik V
: Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Topik VI : Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Konsolidasian)
Topik VII : Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Topik VIII : Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

e.

Metode Pelatihan
Metode dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai
kompetensi dasar materi ini adalah metode partisipatif dengan pendekatan
pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dimana pola penyampaian
materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10% (pengantar
pelatihan/introduction), 60% (praktek/aktifitas) dan 30% (integrasi antara teori
dan praktek). Dalam proses pembelajaran, dijelaskan mengenai materi dan proses
penyusunan laporan keuangan dengan mempraktekkannya/mengerjakannya dalam
lembar kerja peserta di bagian akhir Modul ini bersama pengajar. Prinsip yang
harus dipegang adalah bahwa semua mengerjakan sama-sama baik tiap-tiap
peserta maupun pengajar, dan dicocokkan dan ketemu hasil yang sama. Sehingga
dengan demikian setiap peserta mampu menunjukkan/memberikan bukti
pemahaman setiap topik materi yang sudah dipelajari.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

viii

f.

Perlengkapan dan Fasilitas Pelatihan


Perlengkapan/Media Pembelajaran yang harus disiapkan untuk menyukseskan
proses pembelajaran materi ini yaitu:
1. LCD Proyektor
2. Kabel Roll (dengan jumlah colokan sebanyak jumlah peserta)
3. Laptop setiap Peserta
4. Whiteboard
5. Spidol
6. Penghapus
7. Lakban Kertas (untuk Pengenal Peserta)
8. Kalkulator untuk setiap peserta

g.

Evaluasi Pelatihan
Evaluasi yang dilakukan meliputi 3 hal yaitu:
1. Evaluasi terhadap peserta meliputi:
Kehadiran:
o Minimum kehadiran peserta untuk dapat mengikuti ujian adalah
80% dari total hari pelatihan.
Partisipasi di kelas
o Fasilitator memberikan penilaian atas keaktifan peserta dalam
presentasi, diskusi dan mengerjakan soal.
Ujian
o Dilakukan dengan memberikan soal ujian proses penyusunan
laporan keuangan SKPD di akhir pertemuan.
o Nilai akhir meliputi nilai ujian, nilai partisipasi dan nilai kehadiran
dengan bobot masing-masing 60%, 30% dan 10%.
o Peserta yang dinyatakan tidak lulus akan diberikan sertifikat telah
mengikuti pelatihan.
2. Evaluasi terhadap fasilitator
Dilakukan untuk setiap fasilitator per topik yang disampaikan.
Meliputi aspek penilaian: kompetensi, teknik presentasi dan komunikasi,
serta sikap dan perilaku
3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan
Dilaksanakan 2 kali yaitu di tengah waktu pelatihan dan di akhir pelatihan.
Meliputi aspek penilaian: sarana dan prasarana, konsumsi , dan pelayanan
panitia.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

ix

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..... ii
DAFTAR SINGKATAN ..... iii
DAFTAR TABEL .... iv
DAFTAR GAMBAR .. v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... VI
PENDAHULUAN ... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................X
BAB I PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ..................................................................... 14
A.
B.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
F.
A.
1.
2.
3.

REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN ....................................................................... 15


STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN ........................................................................... 17
KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN.................................................................. 18
Pengertian Akuntansi Pemerintahan ............................................................................. 18
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan ............................................................................ 18
Peranan Laporan Keuangan .......................................................................................... 18
Tujuan Pelaporan Keuangan.......................................................................................... 19
Pengguna dan Kebutuhan Informasi ............................................................................. 20
Entitas Akuntansi dan Pelaporan................................................................................... 21
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan .................................................................... 21
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN ......................................................... 22
Basis akuntansi; ............................................................................................................ 23
Prinsip Nilai Historis; ..................................................................................................... 23
Prinsip Realisasi; ........................................................................................................... 23
Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form) ..................... 24
Prinsip Periodisitas ........................................................................................................ 24
Prinsip Konsistensi......................................................................................................... 24
Prinsip Pengungkapan Lengkap ................................................................................... 24
Prinsip Penyajian Wajar................................................................................................ 24
JENIS DAN BENTUK LAPORAN KEUANGAN ....................................................................... 25
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ................................................................................. 25
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)....................................................... 27
Laporan Operasional (LO) .............................................................................................. 28
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) .................................................................................. 29
Neraca............................................................................................................................ 30
Laporan Arus Kas (LAK) .................................................................................................. 32
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) ....................................................................... 35
KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN ................................................................... 36
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI DAN PENCATATAN TRANSAKSI ................................... 40
Persamaan Dasar Akuntansi .......................................................................................... 40
Aturan Debit dan Kredit ................................................................................................. 41
Pencatatan Dengan Akun .............................................................................................. 42

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

B.
A.
1.
2.
B.
1.
2.
3.
C.
1.
2.
D.
1.
2.
3.
E.
1.
2.
F.
1.
2.
3.

SIKLUS AKUNTANSI ............................................................................................................ 50


AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG ........................................................................ 64
Akuntansi Pendapatan ................................................................................................. 64
Akuntansi Piutang ......................................................................................................... 66
AKUNTANSI BELANJA BARANG DAN JASA, BEBAN DAN PERSEDIAAN ............................. 67
Akuntansi Belanja Barang dan Jasa ............................................................................. 67
Akuntansi Beban ........................................................................................................... 68
Akuntansi Persediaan ................................................................................................... 70
AKUNTANSI BELANJA MODAL DAN ASET TETAP ............................................................... 71
Akuntansi Belanja Modal ............................................................................................. 71
Akuntansi Aset Tetap .................................................................................................... 71
AKUNTANSI PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN KEWAJIBAN ................................................. 74
Akuntansi Pembiayaan ................................................................................................. 74
Akuntansi Investasi ....................................................................................................... 75
Akuntansi Kewajiban .................................................................................................... 76
AKUNTANSI DANA CADANGAN DAN TRANSAKSI NON ANGGARAN ................................ 77
Akuntansi Dana Cadangan ........................................................................................... 77
Akuntansi Transaksi Non Anggaran ............................................................................. 77
AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, JURNAL PENYESUAIAN DAN JURNAL PENUTUP ....... 78
Akuntansi Koreksi Kesalahan ....................................................................................... 78
Jurnal Penyesuaian ....................................................................................................... 81
Jurnal Penutup .............................................................................................................. 82

BAB IV PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD .................................................................. 83


A.
B.
C.

SISTEM AKUNTANSI SKPD ................................................................................................. 85


STRUKTUR ANGGARAN SKPD ............................................................................................ 86
PROSES AKUNTANSI SKPD ILUSTRASI ............................................................................. 86
1. Ilustrasi Akuntansi SKPD ............................................................................................... 86
5. Penyelesaian soal .......................................................................................................... 91

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD ................................................................. 120


A.
B.

SISTEM AKUNTANSI PPKD ............................................................................................... 121


PROSES AKUNTANSI PPKD ILUSTRASI........................................................................... 122
1. Ilustrasi Akuntansi PPKD ............................................................................................. 122
2. Penyelesaian soal ........................................................................................................ 126

TOPIK VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (KONSOLIDASIAN) .... 149


A.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
C.

PENYUSUNAN LAPORAN PERUBAHAN SAL ..................................................................... 158


PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS ................................................................................ 159
Aktivitas Operasi .......................................................................................................... 160
Aktivitas Investasi ........................................................................................................ 160
Aktivitas Pendanaan .................................................................................................... 161
Aktivitas Transitoris ..................................................................................................... 161
Ilustrasi Penyusunan LAK ............................................................................................. 162
PENYUSUNAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ................................................... 163

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

xi

BAB VII ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ............................................ 177


A.
B.
C.
D.
E.

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 178


PENGERTIAN .................................................................................................................... 178
TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................................................. 179
METODE DAN TEKNIK ANALISIS ...................................................................................... 180
KETERBATASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ........................................................... 186

BAB VIII REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ................ 188
A.
1.
2.
B.
1.
2.
3.
C.
D.
1.
2.
E.
1.
2.
F.
G.
H.
1.
2.
3.
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 190


Definisi Audit ............................................................................................................... 190
Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya (Entitas):......................................... 191
DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN .................................................................... 191
Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan .................................. 191
Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan .............................................. 192
Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan....................................................................... 193
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN............................................................................. 193
METODOLOGI DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN KEUANGAN ............................................ 193
Metodologi Pemeriksaan ............................................................................................. 194
Asersi Manajemen ....................................................................................................... 195
TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGENDALIAN INTERN .................................................... 197
Bukti dan Prosedur Pemeriksaan ................................................................................. 197
Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan .................................................. 200
TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN .............................................................. 201
TANGGAPAN MANAJEMEN ATAS TEMUAN .................................................................... 203
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ............................................................................... 203
Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan ........................................................................ 204
Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan .......... 207
Surat Representasi ....................................................................................................... 207
KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN ............................................................................. 210
Pengertian dan Tujuan Komunikasi Dalam Pemeriksaan ............................................ 211
Komunikasi Antara Pemeriksa dengan Auditi.............................................................. 212
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pemeriksaan ......................... 213
Kiat-kiat Menghadapi Pemeriksa ................................................................................ 214
Pendekatan Dalam Menyelesaikan Temuan ............................................................... 215
Memenangkan Negosiasi Dengan Pemeriksa ............................................................. 217

LEMBAR KERJA PESERTA (LKP) ............................................................................................... 219


SOAL TOPIK II ............................................................................................................................ 220
1. Soal Latihan Persamaan Dasar akuntansi ................................................................... 220
2. Soal Latihan Siklus Akuntansi (Akuntansi SKPD) .......................................................... 221
SOAL TOPIK III ........................................................................................................................... 241
SOAL TOPIK IV ........................................................................................................................... 242
SOAL TOPIK V ............................................................................................................................ 262
SOAL TOPIK VII .......................................................................................................................... 282
SOAL TOPIK VIII......................................................................................................................... 285

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

xii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 286


LAMPIRAN - LAMPIRAN .......................................................................................................... 288

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

xiii

BAB I
PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
[

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mempelajari Topik ini, peserta:
1. Mampu menjelaskan reformasi keuangan negara
2. Mampu menjelaskan Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Mampu menjelaskan konsep dasar akuntansi pemerintahan
4. Mampu menjelaskan prinsip akuntansi dan pelaporan
5. Mampu menjelaskan Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan
6. Mampu menjelaskan keterkaitan antar laporan keuangan
No.
1

Sub Topik
Reformasi Keuangan Negara

Standar Akuntansi
Pemerintahan

Konsep Dasar Akuntansi


Pemerintahan

Prinsip Akuntansi dan


Pelaporan Keuangan
Jenis dan Bentuk Laporan
Keuangan

Keterkaitan antar Laporan


Keuangan

Kata Kunci
Reformasi Keuangan, Undang-Undang
Reformasi Keuangan
PP 71 Tahun 2010, Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP), Interpretasi
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(IPSAP)
Pengertian Akuntansi Pemerintahan,
Karakterisitik Akuntansi Pemerintahan, Prinsip
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Basis akuntansi, nilai historis, substance over
form
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus
Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus
Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuangan

Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
4. Permendgri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 dan Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3
8. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar
SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
9. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

14

A. REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Era reformasi tahun 1998 telah membuka wacana perubahan manajemen keuangan
pemerintah. Terkait pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah mengeluarkan Undang
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan UU tersebut, pemerintah pusat
mengeluarkan:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
5. Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 17 Nopember 2000
Nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2001.
6. Permendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Cara
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah, serta Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
Selanjutnya pemerintah pusat mengeluarkan 2 (dua) UU yang berhubungan dengan
keuangan dan perbendaharaan negara yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Berdasarkan UU dan peraturan-peraturan tersebut, pengelolaan keuangan daerah di era
reformasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengertian Daerah adalah provinsi dan kota atau kabupaten.
2. Pengertian pemda adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya. Pemda yang
dimaksud di sini adalah badan eksekutif, sedangkan badan legislatif adalah DPRD
(UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah). Jadi terdapat
pemisahan yang antara legislatif dan eksekutif.
3. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepala daerah (PP
Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Pertanggungjawaban Kepala Daerah)
4. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas:
a. Laporan Perhitungan APBD.
b. Nota Perhitungan APBD.
c. Laporan Arus Kas.
d. Neraca Daerah.
Dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis
(Renstra) (Pasal 38 PP Nomor 105 Tahun 2000)
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

15

5. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam akun Pendapatan (yang menunjukkan
hak pemda), tetapi masuk dalam akun Penerimaan (yang belum tentu menjadi
hak pemda)
6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain pemda yang
terdiri atas kepala daerah dan DPRD.
7. Indikator kinerja pemda mencakup;
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasi;
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi;
c. Target dan persentase fisik;
d. Standar pelayanan yang diharapkan.
8. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun anggaran yang
bentuknya adalah Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan
mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah apabila 2(dua)
kali mengalami penolakan dari DPRD.
9. Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut sebelumnya, peraturan yang
mengakibatkan adanya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002. Perubahan mendasar tersebut adalah tuntutan
akan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran. Salah
satu pergeseran pengelolaan APBD berdasarkan PP Nomor 105 Tahun 2000 dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, serta aturan-aturan penerusnya (pengganti) adalah
timbulnya perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintah.
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan diterbitkannya paket UU tentang
Keuangan Negara, yakni UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka sebagai
konsekuensinya adalah penyesuaian dan amandemen atas peraturan perundangan
sebelumnya. Dalam kaitan dengan pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan
daerah, maka diterbitkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 22
Tahun 1999,dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU Nomor 25 Tahun
1999. Selain itu muncul peraturan perundangan yang diamanatkan oleh UU terdahulu,
seperti PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP yang berpayung hukum dengan UU yang telah diamandemen tentu harus
menyesuaikan dan atau mengalami perubahan atau revisi. PP Nomor 105 Tahun 2000,
misalnya, diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah. Begitu juga dengan peraturan yang lebih teknis, seperti Kepmendagri Nomor 29
Tahun 2002, diganti dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemudian dikeluarkan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai perubahan pertama.
Selanjutnya dikeluarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Sesuai amanat UU Nomor 1 Tahun2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang
mengatur penggunaan basis akrual dalam sistem akuntansi keuangan pemerintah, maka
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

16

saat ini dikeluarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) sebagai penganti PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menggunakan basis kas menuju basis akrual(cash toward accrual).
Pada PP Nomor 71 Tahun 2010 diamanatkan bahwa penggunaan basis akrual dalam
sisten akuntansi keuangan pemerintah, dilaksanakan paling lambat tahun 2015. Untuk
mendukung pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010, telah dikeluarkan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintah (PUSAP).

B. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN


PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
menyatakan bahwa SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dalam PP 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat 3 (tiga) Lampiran yaitu: Lampiran I
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual; Lampiran II tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual; dan Lampiran III tentang Proses
Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual berisi;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan;


PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
PSAP 03 Laporan Arus Kas;
PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan;
PSAP 05 Akuntansi Persediaan;
PSAP06 Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan.
12. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
13. PSAP 12 Laporan Operasional

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dikembangkan oleh Komite Standar


Akuntansi Pemerintahan (KSAP). Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah
konsep dasar penyusunan dan pengembangan SAP. SAP merupakan acuan bagi KSAP,
penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam
mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang selanjutnya disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut
atas PSAP.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Daerah diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sehingga Sistem Akuntansi Pemerintahan pada
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

17

pemerintah Daerah harus diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang


mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah tersebut.
C. KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka
menyediakan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan dari entitas
pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak
berkepentingan atas berbagai alternatif tindakan (Halim, 2007). Menurut PP 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sistem akuntansi
pemerintah merupakan serangkaian prosedur mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pemerintah daerah.
2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap
karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting
lingkungan pemerintah yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan
akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
a) Ciri Utama Struktur Pemerintahan dan Pelayanan yang diberikan;
1) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
2) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintah;
3) Pengaruh proses politik
4) Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.
b) Ciri Keuangan Pemerintah yang penting bagi pengendalian;
1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan
sebagai alat pengendalian;
2) Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan;
3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk pengendalian;
4) Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena
digunakan dalam operasional pemerintah.
3. Peranan Laporan Keuangan
Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan Pemerintah Daerah terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi Pemerintah Daerah,
dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan.Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upayaModul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

18

upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
atas seluruh aset dan ekuitas dana Pemerintah Daerah untuk kepentingan
masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
d. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
Pemerintah Daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
4. Tujuan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan Pemerintah Daerah menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan:
a. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan Pemerintah Daerah serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
d. menyediakan informasi mengenai bagaimana Pemerintah Daerah mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah
Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman.
f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah
Daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

19

5. Pengguna dan Kebutuhan Informasi


Terdapat kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b.
Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa;
c.
Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi,
investasi, dan pinjaman;
d.
Pemerintah.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna.
Mengingat laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan disajikan setidaktidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena
pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan
laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak
perlu mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta
posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai
apabila didasarkan pada basis akrual, namun apabila terdapat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan
keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan
demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum
di dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memeperhatikan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan
bentuk dan jenis informasi tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis
informasi yang diatur dalam kerangka konseptual ini maupun standar-standar
akuntansi lebih lanjut.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

20

6. Entitas Akuntansi dan Pelaporan


a.
Entitas Akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang
mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan
akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang
diselenggarakan.
b.
Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban,
berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari;
1)
Pemerintah Pusat;
2)
Pemerintah Daerah;
3)
Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan
pemerintah pusat;
4)
Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud diwajib menyajikan laporan keuangan.
c.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat
pengelolaan, pengendalian, dam penguasaan suatu entitas pelaporan
terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan
lainnya.

7. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan Pemerintah Daerah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki:
a. Relevan (Relevance)
Laporan keuangan Pemerintah Daerah dikatakan relevan apabila
informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan
pengguna laporan keuangan. Informasi yang relevan harus:
1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan
keuangan Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang
memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasinya di masa lalu;
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan
keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna
laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil
masa lalu dan kejadian masa kini;
3) Tepat waktu (Timeliness), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna untuk pembuatan keputusan pengguna laporan keuangan; dan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

21

4) Lengkap (Complete), artinya bahwa penyajian laporan keuangan


Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang selengkap mungkin,
yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pembuatan keputusan pengguna laporan.
Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang
termuat dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar
kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
b. Andal (Reliable)
Informasi dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah harus bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal harus
memenuhi karakteristik:
1) Jujur (Representational Faithfullness), artinya bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;
2) Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda;
3) Netralitas (Neutral), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan umum dan bias pada kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan pihak
tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain.
c. Dapat Dibandingkan (Comparable)
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah
akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada
umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila pemerintah daerah
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah daerah yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.
d. Dapat Dipahami (Understandable)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami
oleh pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan.
D. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Menurut PP 71 tahun 2010, Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan
dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

22

standar dalam menyusunstandar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan


keuangan dalam melakukankegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
dalam memahami laporankeuangan yang disajikan. Delapan prinsip yang
digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yaitu:
1. Basis akuntansi;
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban,
aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis akrual untuk LO berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah
terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat
kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah
terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan
pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka
LRA disusun berdasar basis kas, berarti pendapatan dan penerimaan
pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta belanja, transfer
dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian, jika anggaran
disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun
berdasarkan basis akrual. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset,
kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau
pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.
2. Prinsip Nilai Historis;
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yangakan datang dalam
pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat diandalkan
daripada penilaian lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal
tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban
terkait.
3. Prinsip Realisasi;
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang telah diotorisasikan
melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk
membayar
utang
dan
belanja
dalam
periode
tersebut.Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka
pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui
anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.Prinsip penandingan
biaya-pendapatan (matching-cost with revenue principle) dalam
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

23

akuntansi
pemerintah
tidak
mendapat
dipraktekkan dalam akuntansi komersial.

penekanansebagaimana

4. Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)


Infomasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitas. Apabila substansi
transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
5. Prinsip Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode
utama yang digunakan adalah tahunan, namun periode bulanan, triwulanan,
dan semesteran juga dianjurkan.
6. Prinsip Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal).
Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang
dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru
diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding
metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
dungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan
keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
8. Prinsip Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),Neraca,Laporan
Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

24

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat


diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti
itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan,
misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset
atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat
kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan
keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
E. JENIS DAN BENTUK LAPORAN KEUANGAN
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik.
Untuk
memenuhi
tujuan-tujuan
tersebut,
laporan
keuangan
menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya
keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset,
kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari Pendapatan,
Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Masing-masing unsur tersebut didefinisikan
sebagai berikut:
a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah. Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer, Lain-Lain Pendapatan yang Sah
b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja terdiri dari
Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tidak Terduga.
c. Transfer penerimaan atau pengeluaran oleh suatu entitas pelaporan lain
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil .
d. Pembiayaan adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh
pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun
anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran perintah terutama
dimaksudkan untuk menutup deficit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

25

Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi.
Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas
lain, dan penyertaan modal pemerintah.
Format LRA sebagai berikut:

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

26

Sumber : PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Laporan tersebut terdiri dari Saldo anggaran lebih, dikurangi
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun
Berjalan dijumlahkan dengan Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran,
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya, dan Lain-lain.
Format LPSAL sebagai berikut:

Sumber : PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

27

3. Laporan Operasional (LO)


Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan akun-akun
luar biasa. Masing- masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang
dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Akun Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa
yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi
biasa,

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

28

Format LO sebagai berikut:

Sumber: PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

29

Format LPE sebagai berikut:

Sumber: PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

5. Neraca
Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dan
Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah daerah, sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

30

Format neraca sebagai berikut:

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

31

Sumber:PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

6. Laporan Arus Kas (LAK)


Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan Aktivitas
Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, dan Transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas
pemerintah daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup oleh laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas daerah dari 4 aktivitas:
a.

Aktivitas Operasi

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

32

b.

Aktivitas Investasi

c.

Aktivitas Pendanaan

d.

Aktivitas Transitoris

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

33

Format LAK sebagai berikut:

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

34

Sumber: PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)


Catatan Atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a.

Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal/keuangan


dan pencapaian target perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;

b.

Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan;

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

35

c.

Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan


kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksiransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;

d.

Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang


wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) sebagai berikut:


1) Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
2) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya
4) Kebijakan akuntansi yang penting:
a) Entitas pelaporan
b) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
c) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
d) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
oleh suatu entitas pelaporan.
e) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
laporan keuangan
5) Penjelasan pos-pos laporan keuangan:
a) Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan
b) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan
6) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.

F. KETERKAITAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan yang disusun Pemerintah Daerah memiliki keterkaitan antara
laporan yang satu dengan laporan yang lainnya. Bentuk keterkaitan antar laporan
keuangan dapat dilihat pada Gambar 1.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

36

Gambar 1 Keterkaitan antar Laporan Keuangan

Sumber : diolah penulis

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

37

Info ....
Perkembangan Opini LKPD Tahun 2007-2012
BPK: Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2012
Jakarta, Selasa (11 Juni 2013)
Memenuhi Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK), Drs. Hadi Poernomo, Ak.menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2012 kepada DPR RI dalam Rapat
Paripurna di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta pada hari ini (11/6). Dalam penyampaian LHP
LKPP tersebut, hadir pula Wakil Ketua dan Anggota BPK serta pejabat pelaksana BPK.
LKPP merupakan bentuk pertangungjawaban pelaksanaan APBN oleh Pemerintah Pusat. LKPP
Tahun 2012 meliputi dari Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2012 dan 2011, Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.
Sebelum LKPP Tahun 2012 dibahas DPR sebagai pertanggungjawaban APBN Tahun
2012, LKPP tersebut diperiksa BPK. Setelah BPK menerima LKPP tersebut dari Pemerintah, BPK
memeriksa LKPP tersebut dan menyampaikan LHP atas LKPP tersebut kepada DPR, DPD, dan
juga Pemerintah Pusat.
LHP LKPP Tahun 2012 terdiri dari enam buku, yaitu: (1) Ringkasan Eksekutif Hasil Pemeriksan
atas LKPP Tahun 2012; (2) LHP atas LKPP Tahun 2012; (3) LHP Sistem Pengendalian Intern (SPI)
LKPP Tahun 2012; (4) LHP atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan LKPP
Tahun 2012; (5) Laporan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2007-

Tabel 1 Perkembangan Pemberian Opini BPK 2006-2012


OPINI
WTP

WDP

TW

TMP

JUMLA
H

2006

327

28

28

105

23

463

2007

283

59

59

13

123

26

469

2008

12

323

31

31

118

24

485

2009

15

330

65

48

10

111

22

504

2010

34

341

66

26

115

22

516

2011

67

13

349

67

96

18

520

2012

113

27

267

64

31

415

LKPD

Sumber: BPKRI

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

38

BAB II
SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Tujuan Intruksional Khusus:


Setelah mempelajari Topik ini:
1. Peserta mampu menjelaskan persamaan dasar akuntansi, aturan debit dan
kredit serta saldo normal akun, dan
2. Peserta mampu mempraktikkan proses penyusunan laporan keuangan
meliputi analisis transaksi dan pencatatan/penjurnalan, posting ke buku besar,
penyusunan neraca saldo sebelum penyesuaian, penyesuaian akhir tahun,
penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian dan penyusunan laporan
keuangan yang terdiri dari LRA, LPSAL, LO, LPE, dan Neraca.
No.

Sub Topik

Kata Kunci

Persamaan Dasar Akuntansi


dan Pencatatan Transaksi

Persamaan Dasar Akuntansi, Aset, Kewajiban,


Ekuitas, sisi kiri, sisi kanan, sisi debit, sisi kredit,
Saldo Normal, Balance, Akun, Buku Besar

Siklus Akuntansi

Bukti Transaksi, Jurnal, Posting, Buku Besar,


Neraca Saldo sebelum Penyesuaian,
Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian,
Laporan Keuangan, Jurnal Penutup, Neraca
Saldo setelah Penutupan

Referensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
Permendagri No. 64/2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

39

A. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI DAN PENCATATAN TRANSAKSI


1. Persamaan Dasar Akuntansi
Konsep dasar yang digunakan dalam prinsip akuntansi adalah persamaan dasar
akuntansi, yaitu :
KEKAYAAN DAERAH

SUMBER - SUMBERNYA

ASET

KEWAJIBAN

Sisi kiri

Sisi kanan

Sisi debit

Sisi kredit

EKUITAS

Persamaan dasar ini akan mendasari seluruh proses dalam siklus akuntansi,
mulai dari pencatatan transaksi, pengklasifikasian, sampai pada penyusunan
laporan keuangan seperti neraca. Secara garis besar, laporan neraca menyajikan
informasi tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah daerah pada
tanggal tertentu. Struktur neraca tersebut bisa dibuat dalam bentuk berimbang
antara sisi kiri yaitu aset dengan sisi kanan yaitu kewajiban dan ekuitas.
CONTOH NERACA
PEMERINTAH KOTA ABC
NERACA
PER 31 DESEMBER 20XX
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Aset
Kewajiban
Kewajiban Jangka
Aset Lancar
10.601.661.888
11.506.643.910
Pendek
Investasi
Jangka
Kewajiban Jangka
3.648.306.899
4.138.819.678
Panjang
Panjang
Aset tetap
409.820.181.389 Ekuitas
Dana Cadangan
Ekuitas
409.622.859.318
Aset Lain-lain
1.198.172.729
Total Kewajiban
Total Aset
425.268.322.906
425.268.322.906
dan Ekuitas

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

40

Berdasarkan Neraca Pemerintah Kota ABC diatas dapat dilihat kekayaan


pemerintah daerah, sedangkan kewajiban dan ekuitas menunjukkan sumber
dana atas kepemilikan aset atau kekayaan tersebut. Kekayaan pemerintah
daerah bisa berupa aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan aset
lainnya. Dalam hal ini sumber dana untuk memperoleh aset tersebut
diklasifikasikan menjadi dua sumber utama, yaitu dari kewajiban pemerintah
daerah dan kekayaan bersih pemerintah daerah sendiri yang disebut ekuitas.

2. Aturan Debit dan Kredit


Aturan debit dan kredit akan membantu kita dalam mencatat informasi ke
dalam buku besar. Aturan ini dapat dipahami secara lebih mudah dengan
melihat penggunaannya pada akun-akun bentuk T yang tercakup dalam
persamaan akuntansi berikut ini:
Aturan Debit Kredit
Aktiva
Akun-akun Aktiva
Debit
untuk
penambahan

Kredit
untuk
pengurang

Kewajiban
Akun-Akun Kewajiban
Debit
Kredit
untuk
untuk
Pengurangan Penambahan

Ekuitas
Akun-akun Ekuitas
Debit
Kredit
untuk
untuk
Pengurangan Penambahan

Dalam akun-akun dari persamaan akuntansi di atas aturan debit dan kredit
untuk Aset berlawanan arah dengan kewajiban dan ekuitas. Apabila suatu akun
Aset bertambah, maka akun tersebut didebit dan jika berkurang, maka akun
yang bersangkutan dikredit, sebaliknya, untuk akun kewajiban dan ekuitas
dikredit untuk penambahan dan didebit untuk pengurangan.
Saldo normal (normal balance) dari suatu akun adalah posisi yang bertambah
menurut aturan debit dan kredit. Sebagai contoh adalah saldo normal dari akun
kas adalah saldo debit, karena suatu Aset bertambah dengan mencatat pada
posisi debit. Oleh karena itu, saldo normal adalah pada sisi yang positif, dimana
saldo normal dari Aset adalah pada sisi debit, sebaliknya kewajiban dan ekuitas
mempunyai saldo normal pada sisi kredit atau disebut akun-akun bersaldo
kredit. Saldo-saldo normal dari akun-akun neraca digambarkan sebagai berikut:

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

41

Saldo Normal Akun-Akun Neraca


Aktiva
Akun-akun Aktiva

Kewajiban
Akun-Akun Kewajiban

Saldo
Normal
Debit

Saldo
Normal
Kredit

Ekuitas
Akun-akun Ekuitas
Saldo
Normal
Kredit

Ekuitas biasanya terdiri atas beberapa akun. Setiap akun ekuitas akan mempunyai
saldo normal pada sisi kredit, apabila akun tersebut merupakan unsur penambahan
dalam ekuitas contohnya yaitu pendapatan. Apabila suatu akun merupakan unsur
pengurangan dalam ekuitas, maka akun ini akan mempunyai saldo normal pada sisi
debit misalnya akun beban.

3. Pencatatan Dengan Akun


Akun dan Kegunaannya
Media atau formulir utama yang dipakai untuk tujuan pengikhtisaran transaksi
adalah akun (account). Media ini berguna untuk mencatat secara lengkap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam aset, kewajiban atau ekuitas tertentu
selama sesuatu periode.
Kelompok akun-akun yang digunakan dalam suatu organisasi disebut buku besar
(ledger). Daftar dari akun-akun yang ada dalam entitas disebut daftar akun
(chart of account). Akun-akun ini biasanya disajikan dalam daftar tersebut
lengkap dengan nama dan nomor kode akunnya. Dengan menggunakan akun,
maka informasi dapat diperoleh pada saat dibutuhkan dan laporan keuangan
dapat disusun tepat waktu.
Bentuk Akun
Bentuk akun yang paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah bentuk
huruf T (T-account). Bentuk akun ini terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) Nama
akun dari masing-masing unsur aset, kewajiban dan ekuitas, diletakkan diatas
garis horizontal pada huruf T, (2) Sisi kiri, (3) Sisi kanan dari huruf T.
Sebagai contoh, akun kas dari suatu entitas dengan bentuk T:
Bentuk Akun Model T
Kas
Sisi Kiri

Sisi kanan

(Debit)

(Kredit)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

42

Sisi kiri dari akun disebut sisi debit dan sisi kanan disebut sisi kredit. Bentuk akun
yang lainnya yang lebih informatif dan lengkap adalah bentuk empat kolom yang
digunakan dalam praktik. Bentuk empat kolom ini merupakan pengembangan
dari akun bentuk T. Dua kolom tambahan diperlukan untuk menunjukkan saldo
jumlah debit dan saldo jumlah kredit dari setiap akun. Contoh dari akun bentuk
empat kolom dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Contoh Bentuk Akun 4 (Empat) Kolom
Nama Akun : Kas di Kasda
Tanggal

Ket

Nomor Akun: 1.1.1.01.01


Ref

Debit

Kredit

Debit

Saldo

Kredit

2014
Agust 7

......................

j.1

8.000.000

8.000.000

......................

j.1

6.000.000

14.000.000

10 ......................

j.1

2.500.000

11.500.000

13 ......................

j.1

3.000.000

8.500.000

Akun Kas pada Tabel 2 mempunyai saldo debit sebesar Rp8.000.000 setelah transaksi
pertama diposting dari jurnal ke buku besar (akun) kas di kasda, dan mempunyai saldo
debit sebesar Rp8.500.000 setelah posting transaksi keempat.
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah pada Lampiran II mendesain bentuk akun 4
kolom sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
BUKU BESAR
SKPD
KODE REKENING
NAMA REKENING
PAGU APBD
PAGU PERUBAHAN APBD
Tanggal

Uraian

:
:
:
:
:
Ref

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

Kredit

Saldo

43

Bagan Akun
Buku besar (Ledger) merupakan kumpulan dari akun-akun suatu organisasi yang saling
berhubungan, berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, akun dikelompok
kedalam tiga kelompok sebagai berikut :
a. Akun Neraca

: Aset, Kewajiban, dan ekuitas

b. Akun Realisasi Anggaran

: Pendapatan LRA, Belanja, Pembiayaan

c. Akun Laporan Operasional

: Pendapatan LO dan beban

Daftar dari akun-akun yang dipergunakan oleh pemerintahan daerah dengan


mencantumkan seluruh nama akun dan nomor kodenya disebut dengan bagan akun
(chart of account).
Kodefikasi Akun sebagai berikut:
Kode
1 ...
2 ...
3 ...
4 ...
5 ...
6 ...
7 ...
8 ...
9 ...

Uraian

Neraca
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan LRA
Belanja
Transfer
Pembiayaan
Laporan Operasional
Pendapatan LO
Beban

Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah sesuai Lampiran III
Pemendagri 64 tahun 2013 terdiri dari 5 level yang terdiri dari kode akun,
kelompok, jenis, obyek, hingga rincian obyeknya.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah
Pemendagri 64/2013 sebagaimana diuraikan berikut ini:
1.

sebagaimana diatur dalam

Akun Neraca

Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada tabel berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

44

Kodefikasi Aset
Kode Akun
1.0.0.00.00
1.1.0.00.00
1.1.1.00.00
1.1.2.00.00
1.1.3.00.00
1.1.4.00.00
1.1.5.00.00
1.1.6.00.00
1.1.7.00.00
1.1.8.00.00
1.2.0.00.00
1.2.1.00.00
1.2.2.00.00
1.3.0.00.00
1.3.1.00.00
1.3.2.00.00
1.3.3.00.00
1.3.4.00.00
1.3.5.00.00
1.3.6.00.00
1.3.7.00.00
1.4.0.00.00
1.4.1.00.00
1.5.0.00.00
1.5.1.00.00
1.5.2.00.00
1.5.3.00.00
1.5.4.00.00

Nama Akun
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud.
Aset Lain-lain

Kewajiban
Kewajiban adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Kodefikasi Kewajiban
Kode Akun
2.0.0.00.00
2.1.0.00.00
2.1.1.00.00
2.1.2.00.00
2.1.3.00.00
2.1.4.00.00

Nama Akun
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek.
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

45

2.1.5.00.00
2.1.6.00.00

Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya

2.2.0.00.00
2.2.1.00.00
2.2.2.00.00

Kewajiban Jangka Panjang


Utang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya

Ekuitas
Ekuitas merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Ekuitas
Kode Akun
3.0.0.00.00
3.1.0.00.00
3.1.1.00.00
3.1.2.00.00
3.1.3.00.00
2.

Nama Akun
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan

Akun Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Akun Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
daerah. Klasifikasi Akun Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai
berikut:
Kodefikasi Akun Pendapatan-LRA
Kode Akun
4.0.0.00.00
4.1.0.00.00
4.1.1.00.00
4.1.2.00.00
4.1.3.00.00
4.1.4.00.00
4.2.1.00.00
4.2.1.00.00
4.2.3.00.00
4.2.4.00.00
4.3.0.00.00
4.3.1.00.00
4.3.2.00.00
4.3.3.00.00

Nama Akun
PENDAPATAN LRA
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) LRA
Pendapatan Pajak Daerah LRA
Pendapatan Retribusi Daerah LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
LRA
Lain-lain PAD Yang Sah LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya LRA
Bantuan Keuangan LRA
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH LRA
Pendapatan Hibah LRA
Dana Darurat LRA
Pendapatan Lainnya LRA

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

46

Akun Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Klasifikasi Akun Belanja
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Belanja
Kode Akun
5.0.0.00.00
5.1.0.00.00
5.1.1.00.00
5.1.2.00.00
5.1.3.00.00
5.1.4.00.00
5.1.5.00.00
5.1.6.00.00
5.2.0.00.00
5.2.1.00.00
5.2.2.00.00
5.2.3.00.00
5.2.4.00.00
5.2.5.00.00

Nama Akun
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
BELANJA MODAL
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

Akun Transfer
Klasifikasi Akun Transfer sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Kodefikasi Akun Transfer
Kode Akun
6.0.0.00.00
6.1.0.00.00
6.1.1.00.00
6.1.2.00.00
6.2.0.00.00
6.2.1.00.00
6.2.2.00.00
6.2.3.00.00
6.2.4.00.00

Nama Akun
TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Transfer Dana Otonomi Khusus

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

47

Akun Pembiayaan
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Klasifikasi Akun Pembiayaan
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Pembiayaan
Kode Akun
7.0.0.00.00
7.1.0.00.00
7.1.1.00.00
7.1.2.00.00
7.1.3.00.00
7.1.4.00.00
7.1.5.00.00
7.1.6.00.00
7.1.7.00.00
7.1.8.00.00
7.2.0.00.00
7.2.1.00.00
7.2.2.00.00
7.2.3.00.00
7.2.4.00.00
7.2.5.00.00
7.2.6.00.00
7.2.7.00.00

Nama Akun
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya
Pinjaman Luar Negeri
Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya

3. AKUN LAPORAN OPERASIONAL (LO)


LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Akun Pendapatan LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Klasifikasi Akun Pendapatan LO sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Pendapatan LO
Kode Akun
8.0.0.00.00
8.1.0.00.00
8.1.1.00.00
8.1.2.00.00
8.1.3.00.00
8.1.4.00.00

Nama Akun
PENDAPATAN LO
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) LO
Pendapatan Pajak Daerah LO
Pendapatan Retribusi Daerah LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan LO
Lain-lain PAD Yang Sah LO

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

48

Kode Akun
8.2.0.00.00
8.2.1.00.00
8.2.2.00.00
8.2.3.00.00
8.2.4.00.00
8.3.0.00.00
8.3.1.00.00
8.3.2.00.00
8.3.3.00.00
8.4.0.00.00
8.4.1.00.00
8.4.2.00.00
8.4.3.00.00
8.5.0.00.00
8.5.1.00.00

Nama Akun
PENDAPATAN TRANSFER LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya LO
Bantuan Keuangan LO
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH LO
Pendapatan Hibah LO
Dana Darurat LO
Pendapatan Lainnya LO
SURPLUS NON OPERASIONAL LO
Surplus Penjualan Aset Non Lancar LO
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang LO
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya LO
PENDAPATAN LUAR BIASA LO
Pendapatan Luar Biasa LO

Akun Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Klasifikasi Akun Beban sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Beban
Kode Akun
9.0.0.00.00
9.1.0.00.00
9.1.1.00.00
9.1.2.00.00
9.1.3.00.00
9.1.4.00.00
9.1.5.00.00
9.1.6.00.00
9.1.7.00.00
9.1.8.00.00
9.1.9.00.00

Nama Akun
BEBAN
BEBAN OPERASI LO
Beban Pegawai LO
Beban Barang dan Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan dan Amortisasi
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain.

Akun Beban Transfer-LO


Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Klasifikasi Beban Transfer-LO sebagai
berikut:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

49

Kodefikasi Beban Transfer - LO


Kode Akun
9.2.0.00.00
9.2.1.00.00
9.2.2.00.00
9.2.3.00.00
9.2.4.00.00
9.2.5.00.00
9.2.6.00.00

Nama Akun
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Beban Transfer Dana Otonomi Khusus

Akun Beban Non Operasional


Beban Non Operasional merupakan beban yang sifatnya tidak rutin. Klasifikasi Beban
Non Operasional sebagai berikut
Kodefikasi Beban Non Operasional
Kodefikasi
9.3.0.00.00
9.3.1.00.00
9.3.2.00.00
9.3.3.00.00

Uraian Akun
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Non Lancar LO
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang LO
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya LO

Akun Beban Luar Biasa


Beban Luar Biasa adalah beban yang terjadi dari kejadian luar biasa. Klasifikasi Beban
Luar Biasa sebagai berikut
Kodefikasi Beban Luar Biasa
Kodefikasi
9.4.0.00.00
9.4.1.00.00

Beban Luar Biasa


Beban Luar Biasa

Uraian Akun

B. SIKLUS AKUNTANSI
Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh PPK SKPD dalam satu
rangkaian proses yang disebut siklus akuntansi pemerintah daerah. Sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 6 Permendagri 64 tahun 2013, Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Sistem akuntansi PPKD
2. Sistem akuntansi SKPD
Siklus akuntansi merupakan tahapan/langkah-langkah yang harus dilalui dalam
penyusunan laporan keuangan.
Langkah-langkah tersebut meliputi 8 Langkah, yaitu:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

50

1. Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal


2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
a. Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
b. Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA,
5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Adapun urutan langkah-langkah penyusunan laporan keuangan dapat dilihat pada
gambar berikut:

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

51

Gambar 2 Alur Penyusunan Laporan Keuangan

Penjelasan
1. Mencatatat Jurnal Anggaran di Buku Jurnal
Pencatatan yang pertama kali dilakukan adalah melakukan pencatatan
jurnal anggaran di Buku Jurnal berdasarkan dokumen DPA SKPD/PPKD.
a. Jurnal anggaran PPKD
Tanggal
01/01/2014

Kode dan Nama Akun

Ref

Debit

3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan

XXX

3.1.2.02.01 Estimasi Penerimaan Pembiayaan

XXX

3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja


3.1.2.04.01
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

Kredit

XXX
XXX
XXX

b. Jurnal Anggaran SKPD


Tanggal
01/01/2014

Kode dan Nama Akun


3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Ref
A

Debit

Kredit

XXX

52

Tanggal

Kode dan Nama Akun


3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja

Ref

Debit

Kredit

XXX

XXX

2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal.


a. Menganalisis transaksi adalah proses untuk menentukan suatu transaksi
sebagai transaksi keuangan dan transaksi non keuangan, dan
menentukan suatu transaksi berpengaruh terhadap akun apa
berdasarkan bukti pembukuan.
b. Pada saat ini telah ada peraturan teknis yaitu Permendagri No.64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah, dengan sistem pencatatan Double
Entry.
c. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
d. Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
1). Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
Contoh jurnal finansial SKPD:
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.
Tanggal

Kode dan Nama Akun

Ref

Debit

07/07/2014

1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan


8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di
Puskesmas - LO

XXX

Kredit

XXX

b) Contoh jurnal untuk mencatat beban.


Tanggal
10/10/2014

Kode dan Nama Akun


9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur
/Narasumber
9.1.2.01.01
Beban Persediaan alat tulis kantor
1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Ref

Debit

XXX

XXX

Kredit

XXX

53

c) Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS.


Tanggal
04/04/2014

Kode dan Nama Akun


1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.3.01.01 RK PPKD

Ref

Debit

XXX

Kredit

XXX

2). Jurnal Anggaran:


Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan
LRA, 5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
Contoh jurnal anggaran SKPD:
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.
Tanggal
07/07/2014

Kode dan Nama Akun


3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
4.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di
Puskesmas - LRA

Ref

Debit

XXX

Kredit

XXXX

b) Contoh jurnal untuk mencatat beban.


Tanggal
10/10/2014
10/10/2014
10/10/2014

Kode dan Nama Akun


5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/
Narasumber/ Instruktur
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL

Ref

Debit

XXX

XXX

Kredit

XXX

c) Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS.


Tanggal
04/04/2014
04/04/2014

Kode dan Nama Akun


5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL

Ref

Debit

XXX

Kredit

XXX

3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal


Tahap selanjutnya dari siklus akuntansi di atas adalah membuat jurnal
penyesuaian. Jurnal penyesuaian perlu dibuat untuk meng-update saldo
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

54

akun agar memenuhi konsep matching cost againts revenue (penandingan


yang match antara pendapatan dan beban dalam satu periode akuntansi)
dan karena menganut basis akrual. Hal ini untuk memastikan bahwa
pendapatan diakui pada periode diperolehnya pendapatan itu dan beban
diakui pada periode terjadinya.
Penyesuaian memungkinkan untuk melaporkan posisi aset, kewajiban, dan
ekuitas di neraca pada tanggal neraca dan untuk melaporkan jumlah surplus
atau defisit yang wajar di laporan operasional. Neraca saldo di atas mungkin
belum memuat data laporan keuangan yang up-to-date, karena alasanalasan berikut.
a. Kejadian-kejadian tertentu, seperti pemakaian bahan pakai habis, tidak
dijurnal setiap hari karena alasan kepraktisan.
b. Beban yang terjadi karena berlalunya waktu, seperti berkurangnya
manfaat gedung, persekot sewa dan asuransi, tidak dijurnal selama
periode akuntansi.
c. Beberapa akun, seperti beban listrik, mungkin belum dicatat karena
tagihan dari PLN belum diterima.
Dengan demikian, jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan berikut.
a. Melaporkan semua pendapatan (revenues) yang diperoleh (earned)
selama periode akuntansi.
b. Melaporkan semua belanja atau beban yang terjadi selama periode
akuntansi.
c. Melaporkan dengan akurat nilai aset pada tanggal neraca.
d. Melaporkan secara akurat kewajiban pada tanggal neraca.
Jurnal penyesuaian hanya dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
sebagai implementasi basis akrual.
Contoh jurnal penyesuaian:
Tanggal
31/12/2014

31/12/2014

31/12/2014

Uraian

Ref

1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor

9.1.2.01.01
Beban Persediaan alat tulis kantor

9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan


Darat Bermotor
1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat
Angkutan Darat Bermotor
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit
XXX

XXX

XXX

F
F

Kredit

XXX

XXX
XXX

55

4. Posting ke Buku Besar


Buku besar (ledger) atau yang merupakan kumpulan akun-akun digunakan
untuk mencatat secara terpisah aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO,
beban, pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan.
Proses posting akun-akun dari jurnal ke buku besar disebut dengan posting.
Posting ke buku besar sekaligus merupakan penggolongan dan peringkasan
transaksi sebab tiap-tiap data transaksi dibawa ke masing-masing akun yang
sesuai. Posting dapat dilakukan secara kronologis sebagaimana halnya
penjurnalan, tetapi dapat juga secara periodik (mingguan atau bulanan).
Posting merupakan proses pemindahan informasi, minimal berupa tanggal
transaksi dan jumlah rupiah dalam buku jurnal ke buku besar yang berkaitan
untuk masing-masing ayat jurnal. Jumlah rupiah dalam akun yang dijurnal
atau dicatat di buku jurnal di posisi Debit, maka ketika dipindahkan ke buku
besar jumlah rupiah tersebut diletakkan di kolom Debit juga sebesar angka
yang sama.
Adakalanya satu nama akun di jurnal berkali-kali, baik di posisi debit
ataupun kredit. Meskipun dijurnal lebih dari satu kali, buku besar yang akan
menampung akun tersebut tetap hanya satu buku besar. Dengan demikian,
dalam buku besar Akun X misalnya, akan terlihat banyak transaksi untuk
Akun X jika di dalam jurnal akun X dijurnal/dicatat berkali-kali.
Ilustrasi proses posting sebagai berikut:

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

56

5. Penyusunan Necara Saldo setelah Penyesuaian


Neraca saldo adalah daftar/kumpulan akun beserta saldonya.
Penyusunan Neraca saldo ini dilakukan dengan menuliskan kode dan nama
akun beserta saldonya dalam dalam Neraca saldo
dengan saldo debit atau kredit yang sesuai dengan saldo
buku besar. Selanjutnya total kolom debit dan kolom
kredit dihitung dan dituliskan di baris paling bawah
untuk menunjukkan kesamaan saldo kolom debit/kredit.
Contoh Neraca Saldo setelah Penyesuaian:
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
per Tanggal 31 Desember 2014
SKPD Dinas Kesehatan
Kode Akun

Nama Akun

Saldo
Debit

Kredit

1.1.3.02.01

Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan

Rp1.500.000

Rp-

1.1.7.01.01

Persediaan Alat Tulis Kantor

Rp1.000.000

Rp-

1.3.1.11.04

Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa

Rp250.000.000

Rp-

1.3.2.04.01

Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan

Rp259.000.000

Rp-

1.3.3.01.01

Bangunan Gedung Kantor

Rp240.000.000

Rp-

1.3.7.01.04

Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor

Rp-

Rp37.000.000

1.3.7.02.01

Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja

Rp-

Rp4.800.000

2.1.1.03.01

Utang PPh 21

Rp-

Rp5.235.000

2.1.1.04.01

Utang PPN Pusat

Rp-

Rp8.100.000

2.1.5.02.01

Utang Belanja Jasa

Rp-

Rp15.325.000

3.1.1.01.01

Ekuitas

Rp-

Rp639.500.000

3.1.2.05.01

Estimasi Perubahan SAL

Rp-

Rp1.781.750.000

3.1.3.01.01

RK PPKD

Rp-

Rp1.768.415.000

4.1.2.01.01

Pelayanan kesehatan di Puskesmas LRA

Rp-

Rp25.500.000

5.1.1.01.01

Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi

Rp941.980.654

Rp-

5.1.1.01.02

Tunjangan Keluarga

Rp194.601.755

Rp-

5.1.1.01.03

Tunjangan Jabatan

Rp135.713.962

Rp-

5.1.1.01.04

Tunjangan Fungsional

Rp117.971.012

Rp-

5.1.1.01.06

Tunjangan Beras

Rp80.205.622

Rp-

5.1.1.01.07

Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus

Rp17.026.995

Rp-

5.1.2.01.01

Belanja alat tulis kantor

5.1.2.24.01

Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur


Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas
Perorangan

5.2.2.04.01

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Rp145.000.000

Rp-

Rp64.750.000

Rp-

Rp110.000.000

Rp-

57

Kode Akun

Nama Akun

Saldo
Debit

Kredit

8.1.2.01.01

Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO

Rp-

Rp27.000.000

9.1.1.01.01

Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO

Rp941.980.654

Rp-

9.1.1.01.02

Tunjangan Keluarga - LO

Rp194.601.755

Rp-

9.1.1.01.03

Tunjangan Jabatan - LO

Rp135.713.962

Rp-

9.1.1.01.04

Tunjangan Fungsional - LO

Rp117.971.012

Rp-

9.1.1.01.06

Tunjangan Beras - LO

Rp80.205.622

Rp-

9.1.1.01.07

Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO

Rp17.026.995

Rp-

9.1.2.01.01

Beban Persediaan alat tulis kantor

Rp144.500.000

Rp-

9.1.2.03.03

Beban Jasa listrik

Rp15.325.000

Rp-

9.1.2.25.03

Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber

Rp64.750.000

Rp-

9.1.7.01.04

Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor

Rp37.000.000

Rp-

9.1.7.02.01

Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja

Rp4.800.000

Rp-

Rp4.312.625.000,00

Rp4.312.625.000,00

Jumlah

6. Menyusun Laporan Keuangan


Setelah neraca saldo setelah penyesuaian selesai dibuat, selanjutnya
disusun laporan keuangan. Laporan keuangan pokok terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA);


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
Laporan Operasional (LO);
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
Neraca;
Laporan Arus Kas (LAK);
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Contoh proses penyusunan laporan keuangan:


Saldo Akun di neraca saldo setelah penyesuaian yang mempunyai
kode akun 3 digit depan yang sama dengan kode akun 3 digit di
laporan keuangan, dipindahkan ke laporan keuangan (dalam contoh:
neraca).
Apabila terdapat lebih dari satu akun yang mempunyai kode akun
dengan 3 digit depan sama, maka jumlah saldonya dipindahkan ke
laporan keuangan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

58

7. Membuat Jurnal Penutup


a. Jurnal penutup dilakukan setelah Laporan Keuangan disusun. Jurnal
penutup dibuat untuk menihilkan semua akun nominal atau akun
sementara yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Operasional. Pada dasarnya jurnal ini dibuat agar akun-akun
sementara tersebut tidak muncul sebagai saldo awal pada tahun
berikutnya di buku besar. Hal ini karena akun akun tersebut memang
dimaksudkan hanya untuk mengakumulasi transaksi selama satu
periode saja.
b. Jurnal penutup meliputi:
1). Jurnal penutup LRA
Yaitu untuk menutup saldo akun-akun Laporan Realisasi
Anggaran.
2). Jurnal penutup LO
Yaitu untuk menutup saldo akun-akun Laporan Operasional.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

59

Contoh Jurnal Penutup di SKPD


Jurnal Penutup LRA
Tanggal
31/12/2014

31/12/2014

31/12/2014

Nama Akun
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan

Ref

Debit
1.835.000.000
1.811.000.000

Kredit

24.000.000

4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas LRA


3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/
Narasumber/Instruktur
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan
Kendaraan Dinas Perorangan

Rp25.500.000
1.781.750.000

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL


3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA

1.781.750.000

Rp941.980.654
Rp194.601.755
Rp135.713.962
Rp117.971.012
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp145.000.000
Rp64.750.000
Rp110.000.000

1.781.750.000

Jurnal Penutup LO
Tanggal

31/12/2014

31/12/2014

Nama Akun

Debit

8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO


3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO
9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus LO
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik
9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/
Narasumber
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat
Bermotor
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan
Gedung Tempat Kerja

Rp27.000.000
Rp1.726.875.000

3.1.1.01.01 Ekuitas
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO

Rp1.726.875.000

Kredit
Rp941.980.654
Rp194.601.755
Rp135.713.962
Rp117.971.012
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp144.500.000
Rp15.325.000
Rp64.750.000
Rp37.000.000
Rp4.800.000

Rp1.726.875.000

8. Menyusun Neraca Saldo Setelah Jurnal Penutupan


Jurnal penutup kemudian diposting ke buku besar. Setelah diposting, saldo
di buku besar tersebut akan bernilai nol atau nihil. Dengan demikian, pada
awal tahun berikutnya tidak akan muncul saldo buku besar bersangkutan.
Sehingga dengan demikian, saldo yang ada hanya saldo akun-akun riil yaitu
akun-akun neraca atau persis seperti yang ditunjukkan di laporan keuangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

60

berupa neraca. Format Neraca Saldo setelah Penutupan sama persis dengan
format Neraca Saldo setelah Penyesuaian, hanya judulnya diganti Neraca
Saldo setelah Penutupan dan angka di neraca saldo setelah penutupan
merupakan saldo terakhir setelah posting jurnal penutup.
Contoh Neraca Saldo setelah Penutupan

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per Tanggal 31 Desember 2014
SKPD : Dinas Kesehatan

Kode dan Nama Akun

Saldo

Ref

Debit

Kredit

1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan

Rp

Rp-

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

Rp

Rp1.500.000,00

1.1.3.02.01 Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan

Rp 1.500.000,00

Rp-

1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor

Rp500.000,00

Rp-

1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan


1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja

Rp110.000.000,00

Rp-

Rp-

Rp37.000.000,00

Rp-

Rp4.800.000,00

2.1.1.03.01 Utang PPh 21

Rp-

Rp3.885.000,00

2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat

Rp-

Rp7.950.000,00

2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa

Rp-

Rp15.325.000,00

3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO

Rp1.726.875.000,00

Rp-

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

Rp-

Rp1.781.750.000,00

3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA

Rp1.781.750.000,00

Rp-

3.1.3.01.01 RK PPKD

Rp-

Rp1.768.415.000,00

Total

Rp3.620.625.000,00

Rp3.620.625.000,00

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

61

BAB III
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari Topik ini peserta diharapkan mampu menjelaskan serta
mampu menganalisis dan mencatat transaksi:
1. Akuntansi Pendapatan dan Piutang
2. Akuntansi Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan
3. Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap
4. Akuntansi Pembiayaan, Investasi dan Kewajiban
5. Akuntansi Dana Cadangan dan Transaksi Non Anggaran
6. Akuntansi Koreksi Kesalahan, Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Penutup.
No.
1

Sub Topik
Akuntansi Pendapatan dan
Piutang

Akuntansi Belanja Barang dan


Jasa, Beban dan Persediaan

Akuntansi Belanja Modal dan


Aset Tetap

Akuntansi Pembiayaan,
Investasi dan Kewajiban

Akuntansi Dana Cadangan dan


Transaksi Non Anggaran

Akuntansi Koreksi Kesalahan,


Jurnal Penyesuaian dan Jurnal
Penutup

Kata Kunci
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan
dan Piutang
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Modal, dan Aset Tetap
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Pembiayaan,
Investasi dan Kewajiban
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan Dana
Cadangan dan Transaksi Non Anggaran
Definisi, Pengakuan, Pengukuran,
Penyajian dan Pengungkapan, Koreksi
Kesalahan, Jurnal Penyesuaian, dan Jurnal
Penutup

Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
4. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3
8. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

62

9. Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

63

A. AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG


1. Akuntansi Pendapatan
a. Definisi
Definisi Pendapatan menurut SAP adalah semua penerimaan Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
b. Klasifikasi Pendapatan
Klasifikasi pendapatan menurut PP no 71 tahun 2010 dan Permendagri
64 tahun 2013 yaitu:
- Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Pendapatan Transfer
- Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
c. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LRA
- Pendapatan (secara umum) diakui pada saat telah disetor ke
rekening Kas Umum Daerah.
- Koreksi atas pengembalian pendapatan yang sifatnya tidak berulang
(non recurring) atas pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai
pengurang pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian
pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja tidak
terduga yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih pada periode
ditemukannya koreksi.
- Pengembalian yang sifatnya normal (sistemik) dan berulang
(recurring) atas penerimaan pendapatan periode berjalan atau
sebelumnya dicatat sebagai pengurang pendapatan
- Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
d. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LO
Berdasarkan SAP (PP No 71 tahun 2010) prinsip-prinsip akuntansi
pendapatan-LO adalah:
1. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2. Klasifikasi pendapatan-LO menurut sumber pendapatan yaitu
a) Pendapatan Pajak-LO
b) Pendapatan Bukan Pajak LO
c) Pendapatan Hibah-LO
d) Pendapatan Lainnya
3. Pendapatan-LO diakui saat:
a) Timbulnya hak atas pendapatan
Pendapatan-LO yang diakui saat timbulnya hak adalah:
Pendapatan yang diperoleh berdasarkan peraturan
perundang-undangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

64

Pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas


suatu pelayanan yang telah selesai diberikan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
b) Pendapatan direalisasi (adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi)
Untuk mengakui Pendapatan-LO yang berupa hak yang telah
diterima oleh pemerintah tanpa didahului adanya
penagihan
4. Akuntansi Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto

e. Pencatatan Pendapatan Daerah-LRA di Buku Anggaran


Jurnal atas Pendapatan-LRA dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah
sebagai entitas Akuntansi Anggaran. Pendapatan yang dicatat disini
adalah hanya pendapatan yang diterima secara tunai yang kode awalnya
4, 5, 6 dan 7. Perlu dicatat bahwa ketika ada transaksi terkait
pendapatan, maka kemungkinannya adalah tunai atau kredit. Semua
pendapatan selalu dicatat di buku jurnal finansial untuk menghasilkan
Laporan Operasional (LO), sedangkan hanya yang menyangkut
pendapatan tunai yang berkode 4, 5, 6 dan 7 yang juga dicatat sebagai
jurnal realisasi anggaran di buku jurnal.
Kode
4
5
6
7

Uraian
Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan LRA
Belanja
Transfer
Pembiayaan

Contoh pencatatan realisasi pendapatan di buku Jurnal:


Tanggal
2/2/2012

f.

Kode
Akun
3...
4...

Nama Akun
Estimasi Perubahan SAL
Pendapatan LRA...

Debit

Kredit

xxx
xxx

Pencatatan Pendapatan Daerah-LO


Pengakuan Pendapatan-LO dalam kaitannya pemda sebagai entias
akuntansi keuangan. Menurut Prof Halim dan Kusufi (2012), pencatatan
pendapatan LO dilakukan menggunakan buku jurnal finansial yang
meliputi kolom tanggal, kode dan nama akun, debit dan kredit serta
kolom keterangan. Semua pendapatan dengan kode 8 dan 9 dicatat
menggunakan mekanisme double entry untuk nantinya menghasilkan
Laporan Operasional.
Kode
8
9

Uraian
Laporan Operasional
Pendapatan LO
Beban

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

65

Contoh Jurnal penerimaan kas atas pajak dan langsung disetor ke kas
daerah di buku jurnal finansial:
Tanggal
2/2/2012

Kode
Akun
3...
8...

Nama Akun
RK PPKD
Pendapatan-LO

Debit

Kredit

Xxx

Xxx

Contoh pencatatan di buku jurnal finansial atas diterbitkannya surat


ketetapan pajak tetapi kas belum diterima:
Tanggal
2/2/2012

Kode
Akun
1...
8...

Nama Akun
Piutang ...
Pendapatan-LO

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

g. Penyajian
Pendapatan LRA disajikan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
sedangkan Pendapatan LO disajikan di Laporan Operasional (LO).
2. Akuntansi Piutang
a. Definisi
Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum
diterima pembayarannya. Hak tagih tersebut bisa berasal dari
kewenangan pemda misalnya untuk memungut pajak daerah, retribusi
daerah, atau hak tagih karena memberikan pinjaman kepada pihak lain.
b. Jenis Piutang
Jenis Piutang adalah:
1) Piutang Pendapatan
Adalah piutang atas pendapatan pemerintah yang berupa
- Piutang Pajak
- Piutang restribusi
- Piutang hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
- Piutang lain-lain PAD yang sah
- Piutang transfer pemerintah pusat
- Piutang bantuan kekayaan
- Piutang hibah
- Piutang pendapatan lainnya
2) Piutang Lainnya
Yang termasuk piutang lain-lain adalah:
- Bagian lancar tagihan jangka panjang
3) Pengakuan
Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan
penagihan
c. Pencatatan Piutang
Contoh pencatatan jurnal di buku jurnal finansial saat timbulnya hak
tagih (piutang):

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

66

Tanggal
2/2/2012

Kode
Akun
1...
8...

Nama Akun
Piutang ...
Pendapatan-LO

Debit

Kredit
Xxx
Xxx

d. Penyajian
Disajikan sebagai aset lancar di Neraca sebesar nilai yang jatuh
tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 bulan
ke depan berdasarkan surat ketentuan penyelesaian yang telah
ditetapkan;
Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di
atas 12 bulan berikutnya.
Aset Lancar diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
B. AKUNTANSI BELANJA BARANG DAN JASA, BEBAN DAN PERSEDIAAN
1. Akuntansi Belanja Barang dan Jasa
a. Definisi
Belanja Daerah adalah Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah. (PP No 71 th 2010)
Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yg diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. (Permendagri 13/2006).
b. Klasifikasi Belanja
Menurut Permendagri No 64 tahun 2013, belanja dikelompokkan
sebagai belanja operasi, belanja Modal dan belanja tak terduga.
Berikut klasifikasi belanja menurut Permendagri 64 tahun 2013:
(Permendagri No. 64 tahun 2013)
1. Belanja Operasi
- Belanja pegawai
- Belanja barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan sosial
2. Belanja Modal
3. Belanja Tak Terduga
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
umum Daerah.
Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran yang
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

67

Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode


dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain LRA.
d. Pencatatan Belanja Barang dan Jasa
Jurnal atas belanja dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah
sebagai entitas Akuntansi, pencatatanya digunakan double entry
yang akan menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Contoh pencatatan belanja di buku jurnal:
Tanggal
2/2/2012

Kode
Akun
5...
3...

Nama Akun

Debit

Belanja ...
Estimasi Perubahan SAL

Kredit
Xxx
Xxx

e. Penyajian
Belanja akan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) setelah
akun Pendapatan.
2. Akuntansi Beban
a. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, dapat berupa pengeluaran
atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban (PP No 71 tahun 2010)
b. Klasifikasi Beban
1) Beban Operasi
Beban Pegawai
Beban Barang
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
2) Beban Transfer
Beban Bagi Hasil Pajak
Beban bagi Hasil Pendapatan lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Beban Transfer Bantuan ke Desa
Beban Transfer Bantuan Keuangan lainnya
3) Beban Non Operasional
Beban yang sifatnya tidak rutin, misalnya berasal dari:
Defisit penjualan aset non lancar
Defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

68

Defisit dari kegiatan non operasional lainnya


4) Beban Luar Biasa
Untuk mencatan beban atas kejadian luar biasa.
Yang termasuk kejadian luar biasa adalah:
Tidak bisa diramalkan pada awal tahun anggaran
Tidak diharapkan terjadi berulang-ulang
Kejadiannya diluar kendali pemerintah
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Beban diakui saat:
Timbulnya kewajiban
Adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah
tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah
Terjadinya konsumsi aset
Adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam
kegiatan operasional pemerintah
Terjadinya penurunan manaat ekonomi atau potensi jasa
Adalah saat terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
Koreksi atas Beban (penerimaan kembali) yang terjadi pada periode
berjalan dicatat sebagai pengurang beban pada periode berjalan.
Penerimaan kembali atas beban tahun sebelumnya akan dicatat
sebagai pendapatan lain-lain pada periode berjalan.
d. Pencatatan Beban
Jurnal atas Beban dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah sebagai
entitas Keuangan, pencatatanya digunakan Double entry yang akan
menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca Pemda
Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal
finansial dengan mekanisme Pembayaran GU/TU di SKPD:
Tanggal
7/10/2012

Kode
Akun
9...
1...
1...
3...

Nama Akun
Beban ...
Kas di Bend. Pengeluaran
Kas di Bend. Pengeluaran
RK-PPKD

Debit

Kredit

Xxx
Xxx
Xxx
Xxx

Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal


finansial dengan mekanisme Pembayaran LS di SKPD:
Tanggal
7/10/2012

Kode
Akun
9...
3...

Nama Akun
Beban ...
RK-PPKD

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

e. Penyajian
Beban dilaporkan dalam Laporan Operasional (LO).
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

69

3. Akuntansi Persediaan
a. Definisi
Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh
dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah
atau barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12
bulan dari tanggal pelaporan.
Contoh persediaan:
Persediaan ATK
Persediaan Benda Akun
Persediaan obat-obatan
Persediaan bibit
Persediaan pupuk
Persediaan bahan pembersih
Persediaan bahan bangunan
Persediaan amunisi
b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Persediaan dinilai dengan perhitungan fisik pada akhir periode
Persediaan yang berasal dari pembelian, maka di nilai berdasarkan
Biaya perolehan
Persediaan yang diperoleh dengan memproduksi sendiri maka dinilai
berdasarkan biaya Standar
Persediaan yang diperoleh dengan cara lain seperti hibah atu
rampasan dinilai sebesar Nilai wajar
Saldo persediaan tersebut dihitung berdasarkan harga pembelian
terakhir

c. Pencatatan Persediaan
Contoh jurnal yang dibuat di buku jurnal finansial saat pembelian
persediaan menggunakan mekanisme UP:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
1...
1...

Nama Akun
Persediaan ...
Kas di Bend.
Pengeluaran

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

d. Penyajian
Persediaan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

70

C. AKUNTANSI BELANJA MODAL DAN ASET TETAP


1. Akuntansi Belanja Modal
a. Definisi
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi.
Kriteria belanja modal:
pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap
atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset
pemerintah;
pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
umum Daerah.
Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran yang
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode
dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode
berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain.
c. Pencatatan Belanja Modal
Jurnal atas belanja tunai dibuat pencatatanya digunakan single entry
di buku anggaran yang nantinya akan menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA).
Contoh pencatatan belanja modal pembelian Aset Tetap secara
tunai di buku Jurnal sebagai berikut:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
5...
3 ...

Nama Akun
Belanja Modal...
Estimasi Perubahan
SAL

Debit
Xxx

Kredit
Xxx

Yang perlu diingat adalah bahwa jika transaksi yang terjadi secara kredit
(tidak tunai), maka TIDAK dicatat jurnal realisasi anggaran, melainkan
hanya pencatatan di buku jurnal finansial atas aset tetap yang diperoleh.
d. Penyajian
Belanja Modal dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
2. Akuntansi Aset Tetap
a. Definisi
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
b. Klasifikasi Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

71

Gedung dan Bangunan


Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal.
Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang
atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk
mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim
tersebut dapat diukur atau diestimasi.
Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah
periode akuntansi berjalan.
Aset tetap dicatat sebesar Biaya Perolehan
Aset Tetap dicatat sebesar nilai wajar apabila biaya perolehan tidak
memungkinkan digunakan
Biaya perolehan atas pembelian Aset meliputi:
1) Harga beli aset tetap
2) Semua biaya yang dikeluarkan sampai Aset Tetap siap digunakan,
termasuk:
biaya perjalanan dinas
ongkos angkut
biaya uji coba
biaya konsultan, dll
Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat
dibedakan menjadi dua:
belanja
untuk
pemeliharaan
yaitu
belanja
untuk
mempertahankan kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan
kondisi awal.
belanja untuk peningkatan yaitu belanja yang memberi manfaat
ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk
peningkatan kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja. Belanja ini harus dikapitalisasi
dan manambah nilai aset.
d. Penyusutan
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan
penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap
dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Metode Penyusutan yang dapat dipilih dan digunakan: garis lurus,
saldo menurun berganda, unit produksi.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

72

e. Pencatatan Aset Tetap


Pencatatan aset tetap dilakukan di buku jurnal finansial bersamaan
dengan pencatatan belanja modal di buku anggaran jika belanja modal
ini dilakukan secara tunai.
Contoh pencatatan pembelian mobil Ambulan secara tunai di buku
jurnal finansial:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
1...
3...

Nama Akun

Debit

Mobil Ambulan
RK-PPKD

Kredit
Xxx
Xxx

Contoh pencatatan jurnal anggaran atas belanja modal pembelian mobil


Ambulan secara tunai di buku jurnal:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
5...
3...

Nama Akun

Debit

Belanja Modal...
Estimasi Perubahan
SAL

Xxx

Kredit
Xxx

Selanjutnya jika Aset Tetap tersebut telah digunakan, maka di setiap


akhir tahun harus dibuat jurnal penyusutan aset tetap di buku jurnal
finansial.
Contoh pencatatan penyusutan di buku jurnal finansial setiap akhir
tahun:
Tanggal
31/12/2012

f.

Kode
Akun
9...
1...

Nama Akun

Debit

Beban Penyusutan...
Akum. Penyusutan ..

Kredit

Xxx
xxx

Penyajian
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca sebagai berikut:
Aset
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
xxx
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Akumulasi Penyusutan
(xxx)
Konstruksi dalam Pengerjaan
Total Aset Tetap

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

73

D. AKUNTANSI PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN KEWAJIBAN


1. Akuntansi Pembiayaan
a. Definisi
Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Jenis Pembiayaan:
Penerimaan pembiayaan mencakup:
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya
(SiLPA);
Pencairan dana cadangan;
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
Penerimaan pinjaman daerah;
Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:

pembentukan dana cadangan;


penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
pembayaran pokok utang; dan
pemberian pinjaman daerah.

b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran


Penerimaan pembiayaan akan diakui pada saat telah diterima di
rekening kas umum daerah.
Pengeluaran pembiayaan akan diakui pada saat telah dibayarkan
dari rekening kas umum daerah.
c. Pencatatan Pembiayaan
Jurnal pembiayaan pencatatanya digunakan single entry yang akan
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Contoh pencatatan Penerimaan Pembiayaan di buku jurnal:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
3...
7...

Nama Akun
Estimasi Perubahan SAL
Penerimaan Pembiayaan

Debit

Kredit

xxx
xxx

Contoh pencatatan Pengeluaran Pembiayaan di buku jurnal:


Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
7...
3...

Nama Akun
Pengeluaran Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

d. Penyajian
Pembiayaan akan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

74

2. Akuntansi Investasi
a. Definisi
Investasi adalah Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
b. Klasifikasi
Investasi diklasifikasikan menjadi:
Investasi jangka Pendek
Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki
selama setahun atau kurang ditujukan dalam rangka manajemen kas
Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga
yang signifikan
Contoh : investasi dalam saham dan investasi dalam obligasi

Investasi Jangka Panjang


Dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat
sosial yang dimiliki lebih dari dua belas bulan
Sifat penanaman:

permanen : Investasi jangka panjang yang dimaksudkan


untuk dimiliki secara berkelanjutan
contoh: Penyertaan modal Pemerintah daerah
non permanen : Investasi Jangka Panjang yang simaksudkan
untuk dimiliki tidak berkelanjutan
contoh: Pinjaman Jangka Panjang kepada Entitas Lain, Dana
Bergulir, Investasi dalam proyek pembangunan

c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran


Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan
Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk
biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh
kepemilikan yang sah atas investasi tersebut
d. Pencatatan Investasi
Pencatatan Investasi dilakukan di buku jurnal finansial. Adapun contoh
pencatatan investasi oleh Pemerintah Daerah di buku jurnal finansial
sebagai berikut:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
1...
1...

Nama Akun
Investasi ...
Kas di Kasda

Debit

Kredit
Xxx
Xxx

e. Penyajian
Investasi akan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK) Pemerintah Daerah.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

75

3. Akuntansi Kewajiban
a. Definisi
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
b. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban diklasifikasikan manjadi
1) Kewajiban Jangka Pendek
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.
Jenis Kewajiban Jangka Pendek:
o Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
o Utang Bunga
o Bagian Lancar utang jangka panjang
o Pendapatan diterima dimuka
o Utang Beban
o Utang jangka pendek lainnya
2) Kewajiban Jangka Panjang
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan
Jenis Kewajiban Jangka Panjang:
o Utang Dalam negeri
o Utang Luar negei
o Utang jangka panjang lainnya
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat pelaporan dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada
saat kewajiban timbul
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal neraca
d. Pencatatan Kewajiban
Transaksi kewajiban dicatat di buku jurnal finansial.
timbulnya kewajiban:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
1...
2...

Nama Akun
Kas di Kasda ...
Utang ...

Debit

Contoh jurnal
Kredit

Xxx
Xxx

e. Penyajian dan Pelaporan


Kewajiban akan dilaporkan di Neraca dan diungkapkan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

76

E. AKUNTANSI DANA CADANGAN DAN TRANSAKSI NON ANGGARAN


1. Akuntansi Dana Cadangan
a. Definisi
Merupakan dana yang disishkan untuk menampung kebutuhan yang
relatif besar yang tidak bisa dipenuhi dalam satu tahun anggaran
b. Pencatatan Dana Cadangan
Akun Pembentukan Dana Cadangan merupakan transaksi pembiayaan,
sehingga pencatatannya dilakukan di buku anggaran.
Berkaitan dengan transaksi pembentukan dana cadangan ini juga
mengakibatkan akun kas di Kasda bergeser ke akun Dana Cadangan,
sehingga atas transaksi ini juga dicatat di buku jurnal finansial.
Contoh Pencatatan pengeluaran pembiayaan pembentukan dana
cadangan di buku Jurnal.
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
7...
3 ...

Nama Akun
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan
Estimasi Perubahan SAL

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

Contoh Pencatatan dana cadangan di buku jurnal finansial.


Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
1...
1...

Nama Akun
Dana Cadangan
Kas di Kasda

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

c. Penyajian
Dana Cadangan perupakan akun yang dilaporkan di Neraca bagian aset.
2. Akuntansi Transaksi Non Anggaran
a. Definisi
Adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer dan
pembiayaan pemerintah.
Contohnya: Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Kiriman Uang.
Jenis Transaksi Non Anggaran
Perhitungan Fihak Ketiga : kas yang berasal dari jumlah
dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar (SPM)
atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya
potongan Taspen dan Askes.
Kiriman Uang : mutasi kas antar rekening kas
negara/daerah.
Transaksi yang tidak tercantum dalam APBD
b. Pencatatan Transaksi Non Anggaran
Pencatatan transaksi non anggaran (transitoris) dilakukan di buku jurnal
finansial.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

77

Contoh pencatatan Penerimaan PFK di buku jurnal finansial:


Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
1...
2...

Nama Akun
Kas di Bend. Pengeluaran
Utang PFK

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

Contoh pencatatan pembayaran utang PFK:


Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
2...
1...

Nama Akun
Utang PFK
Kas di Bend. Pengeluaran

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

c. Penyajian
Tansaksi non Anggaran akan disajikan di Neraca dan dalam Laporan Arus
Kas.
F. AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, JURNAL PENYESUAIAN DAN JURNAL
PENUTUP
1. Akuntansi Koreksi Kesalahan
adalah merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal
dan telah diakunting ke buku besar.
Setiap kesalahan dikoreksi segera setelah diketahui/kesalahan
ditemukan.
Contoh kesalahan: kesalahan pembebanan akun, kesalahan nominal,
dst.
Kesalahan pencatatan dapat terjadi baik di buku jurnal finansial maupun
buku anggaran.
Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Berdasarkan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, kesalahan menurut sifatnya dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu kesalahan tidak berulang dan kesalahan berulang dan sistemik
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kesalahan tidak berulang
Adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi lagi.
a) Kesalahan yang terjadi pada periode berjalan
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang
tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun
pendapatan-LRA atau akun Belanja, maupun pendapatan-LO
atau akun Beban.
b) Kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut belum
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun
Belanja, maupun akun pendapatan-LO dan akun Beban.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

78

Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga


mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode
tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pada akun pendapatan lain-lain-LRA.
Dalam hal
mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan
pembetulan pada akun Saldo Anggaran Lebih.
Contoh kesalahan dan koreksi belanja:
Misalnya terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu
karena salah perhitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan
jurnal sebagai berikut:
Pencatatan koreksi kesalahan di buku jurnal finansial:
Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
1...
9...

Nama Akun
Kas di Kasda
Beban Pegawai

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

Pencatatan koreksi kesalahan di buku jurnal:


Tanggal
2/3/2012

Kode
Akun
3...
4...

Nama Akun
Estimasi Perubahan SAL
Pendapatan Lain-lain
LRA

Debit

Kredit

Xxx
Xxx

Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak


berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun kas dan akun aset yang
bersangkutan.
Contoh : misalnya pengadaan aset tetap yang di-markup
dan setelah setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai
aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan
menambah saldo kas dan mengurangi akun terkait dalam
poos aset tetap.
Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga
mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas
dan tidak mempengaruhi ceraca material posisi aset selain
kas, apabaila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain-LO.
Dalam hal mengakibatkan
penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada
akun ekuitas.
Contoh: terjadi pengembalian beban pegawai tahun lalu
karena salah perhitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

79

menambah saldo kas dan menambah pendapatan lain-lain


LO.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang
tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun Saldo Anggaran Lebih.
Contoh: penyetoran bagian laba perusahaan daerah yang
belum masuk ke kas daerah dikoreksi dengan menambah
akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan LO yang
tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun ekuitas.
Contoh : pengembalian pendapatan DAU karena kelebihan
transfer oleh pemda dikoreksi dengan mengurangi akun
Ekuitas dan mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan yang tidak berulang yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun Saldo Anggaran Lebih.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan
kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun
kewajiban bersangkutan.
Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periodeperiode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas,
baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode
tersebut diterbitkan, pembetulan dilakukan pada akun-akun
neraca terkait pada periode kesalahan ditemukan.
Contoh : misalnya terjadi kesalahan pencatatan pembelian
peralatan dan mesin salah dicatat pada akun jalan, irigasi
dan jaringan, dibetulkan dengan jurnal koreksi dengan
membalik jurnal yang salah dan memunculkan jurnal yang
benar atau mengurangi akun jalan, irigasi dan jaringan dan
menambah akun peralatan dan mesin.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

80

2) Kesalahan berulang dan sistemik


Adalah kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan
akan terjadi secara berulang.
Kesalahan berulang dan sistemik tidak memerlukan koreksi,
melainkan dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan LRA maupun pendapatan LO yang
bersangkutan.
2. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat setiap akhir tahun periode pelaporan di buku
jurnal finansial.
Tujuannya yaitu untuk
mencatat
akun terhutang/accrual,
ditangguhkan/defferal, koreksi, dan ayat jurnal lain yang diperlukan
untuk memutakhirkan akun-akun neraca dan akun-akun pendapatan LO
dan Beban.
Jurnal Penyesuaian
Akun terhutang/accrual adalah untuk mengakui kewajiban yang
belum dibayar atau hak pemda yang belum diterima sampai dengan
akhir tahun anggaran
Akun Tangguhan/ defferal adalah kas yang sudah diterima atau
dibayarkan tetapi sampai akhir tahun anggaran belum menjadi hak/
kewajiban Pemda

Contoh pencatatan Jurnal Penyesuaian di buku jurnal finansial


Contoh Penyesuaian atas akun akrual (terhutang):
Tanggal
31/12/2012

Kode
Akun
1...
8...
9...
2...

Contoh Penyesuaian
pengakuannya):
Tanggal
31/12/2012

Kode
Akun
2...

Nama Akun

Debit

Piutang
Pendapatan LO

Xxx

Beban
Utang Beban

Xxx

atas

akun

Xxx

xxx

defferal

Nama Akun

(ditangguhkan
Debit
Xxx

8...

Pendapatan diterima
Dimuka
Pendapatan

9...
2...

Beban
Utang Beban

Xxx

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Kredit

Kredit

Xxx

xxx

81

3. Jurnal Penutup
Adalah jurnal yang dibuat untuk tujuan mengenolkan seluruh saldo
akun-akun laporan operasional dan laporan realisasi anggaran.
Jurnal penutup ada 2, yaitu jurnal penutup LRA dan Jurnal Penutup LO.
Langkah pertama, membuat jurnal penutup LRA yaitu menutup jurnal
anggaran yang pertama kali dibuat, kemudian menutup akun akun
pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan ke akun surplus/defisit.
Kemudian saldo akun surplus/defisit ditutup ke akun Estimasi
perubahan SAL.
Langkah kedua, menutup akun-akun pendapatan LO dan beban ke akun
surplus/defisit. Kemudian saldo akun surplus/defisit ditutup ke akun
Ekuitas.
Jurnal Penutup LRA
Tanggal
31/12/2012

31/12/2012

31/12/2012

Kode
Akun
3 ...
3 ...
3 ...

Nama Akun

Debit

Apropriasi Belanja
Estimasi Perubahan SAL
Estimasi Pendapatan

xxx
xxx

4...
5...
3 ...

Pendapatan-LRA ...
Belanja ...
Surplus/ Defisit LRA

Xxx

3 ...
3 ...

Surplus/ Defisit LRA


Estimasi Perubahan SAL

Xxx

Kredit

xxx

xxx
xxx

Xxx

Jurnal Penutup LO
Tanggal
31/12/2012

31/12/2012

Kode
Akun
8 ...
9 ...
3 ...
3 ...
3 ...

Nama Akun

Debit

Pendapatan LO
Beban
Surplus/ Defisit LO

Xxx

Surplus/ Defisit LO
Ekuitas

Xxx

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Kredit
Xxx
Xxx

xxx

82

BAB IV
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini peserta mampu menyusun Laporan Keuangan SKPD
meliputi LRA, LO, LPE dan Neraca, yang ditandai dengan:
1. mampu menjelaskan sistem akuntansi SKPD.
2. mampu menjelaskan struktur anggaran SKPD.
3. mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan SKPD
No.

Sub Topik

Kata Kunci

Sistem Akuntansi SKPD

Dokumen Pelaksanaan Anggaran,


Pertanggungjawaban, Laporan Keuangan

Struktur Anggaran SKPD

Dokumen Pelaksanaan Anggaran,


Pendapatan, Belanja, Surplus/Defisit

Proses Akuntansi SKPD

Jurnal anggaran, saldo awal, Pencatatan


Transaksi, Posting ke Buku Besar,
Penyesuaian, Neraca Saldo setelah
penyesuaian, Laporan Keuangan SKPD,
jurnal penutup, neraca saldo setelah
penutupan

Referensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Mulyana, Budi, Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Berdasar SAP
Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

83

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

84

A. SISTEM AKUNTANSI SKPD


Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unit pemerintahan di
lingkungan pemda selaku pengguna anggaran, yang dapat berbentuk dinas,
badan, dan kantor ataupun satuan. Sebagai pengguna anggaran, SKPD harus
menyelenggarakan sistem akuntansi guna menghasilkan laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang dikelolanya.
Di dalam sistem pengelolaan APBD mengharuskan seluruh penerimaan
uang oleh SKPD disetorkan ke rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran
dilakukan dari rekening Kas Umum Daerah. Istilah Kas Umum Daerah sering juga
disebut Kas Daerah atau sering disingkat Kasda. Pengelola Kasda adalah PPKD
yang secara otomatis adalah BUD.
Dengan demikian, walaupun SKPD telah memiliki dokumen pelaksanaan
anggaran (DPA), aliran kas masuk ke pengguna anggaran yang berasal dari
pendapatan daerah harus disetorkan ke Kas Daerah. Demikian juga untuk setiap
pembayaran belanja SKPD, uang yang digunakan adalah uang yang berasal dari
Kas Daerah yang dibayarkan baik dengan cara pembayaran langsung (LS) oleh
BUD ke pihak penerima pembayaran ataupun melalui bendahara pengeluaran
SKPD dengan mekanisme uang persediaan/tambah uang persediaan
(UP/GU/TU).
Mekanisme di atas akan menimbulkan hubungan antara SKPD dengan
PPKD (selaku BUD). Untuk tujuan akuntansi, hubungan antara berbagai SKPD
dan PPKD selaku BUD dapat dipandang dari dua aspek berikut :
a. Aspek hubungan keuangan; hubungan antara SKPD dan PPKD dapat
dipandang sebagai hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
PPKD diperlakukan sebagai kantor pusat, sementara itu SKPD-SKPD
diperlakukan sebagai kantor cabang.
b. Aspek pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; hubungan antara
SKPD dan PPKD sebagai entitas yang mandiri, sehingga SKPD dan PPKD
masing-masing mempunyai tanggung jawab untuk menyusun laporan
keuangannya masing-masing.
Hubungan kantor pusat dan cabang yang diaplikasikan pada akuntansi di SKPD
dan PPKD ini dapat dilihat dengan digunakannya akun Rekening Koran PPKD
(RK-PPKD) pada setiap SKPD. Sementara itu, PPKD menggunakan akun Rekening
Koran SKPD (RK-SKPD). Dengan demikian, akun RK-SKPD dan akun RK-PPKD
merupakan akun resiprokal yang mencerminkan hubungan timbal-balik
keuangan antara PPKD (selaku BUD) dan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Akuntansi SKPD dan PPKD di dalam bahan ajar ini menggunakan
pendekatan akuntansi kantor pusat dan kator cabang (Home Office-Branch
Accounting) sebagaimana mengacu kepada referensi yang diterbitkan oleh
Ditjen BAKD Kementerian Dalam Negeri. yaitu berdasarkan Surat Edaran Nomor
900/316/BAKD tanggal 5 April 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur
Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, dan Surat Edaran Nomor
900/743/BAKD tanggal 4 September 2007 tentang Handbook Akuntansi
Keuangan Pemerintah Daerah, serta permendagri no 64 tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

85

Selanjutnya, sebagaimana telah dijelaskan topik/bahasan siklus


akuntansi pemerintah daerah, diingatkan kembali mekanisme pencatatan
transaksi double entry record system, yaitu pencatatan transaksi melalui
pembuatan jurnal di buku jurnal, baik untuk jurnal finansial maupun jurnal
anggaran.
B. STRUKTUR ANGGARAN SKPD
Transaksi anggaran apa saja yang akan terjadi di SKPD, hal itu sudah
tergambar di dalam anggaran (DPA) SKPD yang bersangkutan. Dengan adanya
pembagian kewenangan yang jelas dalam hal penganggaran dan
pelaksanaannya antara PPKD dan Kepala SKPD, maka tidak akan terjadi tumpang
tindih (overlap) penganggaran antara PPKD dan SKPD. Penganggaran
pendapatan dan belanja yang tidak dianggarkan di dalam DPA PPKD, akan
dianggarkan di dalam DPA SKPD. Sementara itu, penganggaran pembiayaan
seluruhnya merupakan kewenangan PPKD sehingga anggaran pembiayaan tidak
akan muncul di dalam DPA SKPD.
Dengan demikian struktur anggaran SKPD sebagaimana tertuang di
dalam DPA SKPD terdiri dari:
a. Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Anggaran Belanja Tidak Langsung; dan
c. Anggaran Belanja Langsung
Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut
PAD. Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada
SKPKD sedangkan SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut
retribusi.
C. PROSES AKUNTANSI SKPD ILUSTRASI
Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang
penerapan akuntansi pemda berbasis akrual untuk SKPD, berikut ini akan
langsung diberikan ilustrasi soal dan jawabannya secara komprehensif mulai dari
jurnal, buku besar, neraca saldo sampai disusunnya laporan keuangan SKPD.
Adapun untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara
ringkas per jenis transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di
sini adalah pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis
transaksi yang biasa terjadi pada SKPD, hingga akhirnya dihasilkan laporan
keuangan SKPD.
1. Ilustrasi Akuntansi SKPD
Pemkab Adil Makmur mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual berdasarkan
PP No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri 64 tahun 2013, yang mulai diterapkan
sejak Tahun Anggaran 2014. Berikut ini adalah data akuntansi pada Dinas
Kesehatan Pemerintah Kabupaten Adil Makmur.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

86

Pemkab Adil Makmur


Dinas Kesehatan
Neraca
Per 1 Januari 2014
ASET

KEWAJIBAN

Aset Lancar

Kewajiban Jangka Pendek

1.1.1.03.01

Kas di Bendahara Pengeluaran

1.1.7.01.01

Persediaan Alat Tulis Kantor


Total Aset Lancar

1.500.000

2.1.1.03.01

Utang PPh 21

500.000

2.1.1.04.01

Utang PPN Pusat

150.000

Total Kewajiban

1.500.000

2.000.000

Aset Tetap

EKUITAS

1.3.1.11.04

Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja

1.3.2.04.01

Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan

149.000.000

1.3.3.01.01

Bangunan Gedung Kantor

240.000.000

Total Aset Tetap

639.000.000

TOTAL ASET

1.350.000

250.000.000

641.000.000

3.1.1.01.01

Ekuitas

TOTAL KEWAJIBAN DAN


EKUITAS

639.500.000

641.000.000

*) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPN yang belum disetor ke


Kas Negara s.d. akhir tahun 2013.

Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Kesehatan untuk T.A. 2014
sebagai berikut :
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Retribusi Daerah
4.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas LRA
TOTAL PENDAPATAN
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
5.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
5.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga
5.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan
5.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional
5.1.1.01.05
Tunjangan Fungsional Umum
5.1.1.01.06
Tunjangan Beras
5.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Total Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
5.1.2.01.01
Belanja alat tulis kantor
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
Total Belanja Barang dan Jasa

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

24.000.000
24.000.000

941.980.654
194.601.755
135.713.962
117.971.012
12.500.000
80.205.622
17.026.995
1.500.000.000
150.000.000
65.000.000
215.000.000

87

BELANJA MODAL
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Total Belanja Modal Peralatan dan Mesin
TOTAL BELANJA
SURPLUS (DEFISIT)

120.000.000
120.000.000
1.835.000.000
(1.811.000.000)

Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Perhubungan diringkaskan sebagai berikut :
Tanggal

No Bukti

Transaksi

01/01/20
14

001/DINKES/2014

02/02/20
14
03/03/20
14

002/DINKES/2014

Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh 21 dan PPN Pusat


masing-masing sebesar Rp1.350.000,- dan Rp150.000,- ke rekening Kas
Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran Pajak Pusat)
Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar
Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP
Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
Rp1.500.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan
Tunjangan.
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi
Rp941.980.654,Tunjangan Keluarga
Rp194.601.755,Tunjangan Jabatan
Rp135.713.962,Tunjangan Fungsional
Rp117.971.012,Tunjangan Fungsional Umum
Rp12.500.000,Tunjangan Beras
Rp80.205.622,Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
Rp17.026.995,-

04/04/20
14

004/DINKES/2014

05/05/20
14

005/DINKES/2014

06/06/20
14

006/DINKES/2014

07/07/20
14

007/DINKES/2014

08/08/20
14

008/DINKES/2014

09/09/20
14
10/10/20
14

009/DINKES/2014

003/DINKES/2014

010/DINKES/2014

Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan Peralatan


dan Mesin berupa Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan sebesar
Rp110.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja Modal.
Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yaitu pembelian alat
tulis kantor yang dibayar secara LS sebesar Rp55.000.000,- berdasarkan
SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa
Menerima pendapatan pendapatan retribusi pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang diterima bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000,-.
Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Daerah,
berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda Setoran).
Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi pengesahan
belanja yang dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang
terpakai dengan rincian sbb:
Honorarium Tenaga Ahli
Rp53.750.000,Pembelian Alat Tulis Kantor
Rp62.500.000,Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D GU Nihil
(bukti transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai)
untuk belanja sbb:
Honorarium Tenaga Ahli
Rp 11.000.000
Pembelian Alat Tulis Kantor
Rp 27.500.000
Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah
sebesar Rp 11.500.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
PPh 21 dan PPN Pusat yang dipotong/dipungut oleh bendahara pengeluaran
selama tahun berjalan telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara
masing-masing sebesar Rp5.235.000,- dan Rp8.100.000,- berdasarkan bukti
transaksi berupa SSP.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

88

Tanggal

No Bukti

Transaksi

31/12/20
14
31/12/20
14

011/DINKES/2014

Diketahui nilai persediaan alat tulis kantor yang masih tersisa pada akhir
tahun sebesar Rp1.000.000,Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Adil Makmur, penyusutan aset
tetap mulai diterapkan terhitung Tahun Anggaran 2014. Metode
penyusutan yang digunakan adalah garis lurus (straight line method) dengan
asumsi nilai residu nol (nihil). Diasumsikan penyusutan dilakukan setahun
penuh berdasarkan saldo akhir aset tetap akhir tahun.
Masa manfaat aset tetap ditetapkan sebagai berikut:
Bangunan Gedung Kantor
50 tahun
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
7 tahun

31/12/20
14

012/DINKES/2014

013/DINKES/2014

Berdasarkan perhitungan, diperoleh besarnya penyusutan:


Bangunan Gedung Kantor
4.800.000
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 33.070.000
Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa
untuk bulan Desember 2014 sebesar Rp15.325.000,- belum terbayarkan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

89

Diminta:
1. Buatlah jurnal anggaran dan jurnal untuk mencatat saldo awal!
2. Lakukan analisis transaksi dan buatlah jurnal transaksi meliputi jurnal finansial
/dan jurnal anggaran!
3. Susunlah Laporan Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Adil Makmur Tahun
2014 meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
4. Buatlah jurnal penutup dan susunlah Neraca Saldo setelah penutupan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

90

5. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 8 langkah sebagai berikut:
1. Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
a. Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
b. Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA,
5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

91

LANGKAH 1:
Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
BUKU JURNAL

Jurnal Anggaran
Tanggal

Kode dan Nama Akun

01/01/2014

Ref

Debit

3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan

24.000.000

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

1.811.000.000

3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja

Kredit

1.835.000.000

Jurnal Saldo Awal


Tanggal

Kode dan Nama Akun

01/01/2014

1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran

Ref

Debit

1.500.000

1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor


1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan
Tempat Kerja/Jasa
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas
Bermotor Perorangan

500.000

250.000.000

149.000.000

1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor

240.000.000

Kredit

2.1.1.03.01 Utang PPh 21

1.350.000

2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat

150.000

3.1.1.01.01 Ekuitas

639.500.000

LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
Tanggal
01/01/2014

Uraian

Ref

Debit

2.1.1.03.01 Utang PPh 21

1.350.000

2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat

150.000

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

02/02/2014

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

02/02/2014

3.1.3.01.01 RK PPKD

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Kredit

1.500.000
50.000.000
50.000.000

92

Tanggal

Uraian

Ref

Debit

9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi


LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga LO

941.980.654

194.601.755

9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO

135.713.962

9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO

117.971.012

9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO

12.500.000

9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO

80.205.622

9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO

17.026.995

3.1.3.01.01 RK PPKD

03/03/2014

5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi

941.980.654

03/03/2014

5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga

194.601.755

03/03/2014

5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan

135.713.962

03/03/2014

5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional

117.971.012

03/03/2014

5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum

12.500.000

03/03/2014

5.1.1.01.06 Tunjangan Beras

80.205.622

03/03/2014

5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus

17.026.995

03/03/2014

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

03/03/2014

04/04/2014
04/04/2014

1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.3.01.01 RK PPKD

5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan


Dinas Bermotor Perorangan

04/04/2014

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

05/05/2014

9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor

05/05/2014

3.1.3.01.01 RK PPKD

05/05/2014

5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor

05/05/2014

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

06/06/2014

1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan


8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas LO

06/06/2014

1.500.000.000
110.000.000
110.000.000

110.000.000
110.000.000
55.000.000
55.000.000
55.000.000
55.000.000
25.500.000

06/06/2014

3.1.3.01.01 RK PPKD

06/06/2014

1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan

07/07/2014

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

1.500.000.000

04/04/2014

Kredit

25.500.000
25.500.000
25.500.000
25.500.000

93

Tanggal
07/07/2014

Uraian
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas LRA

Ref

Debit

25.500.000

53.750.000

08/08/2014

9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor

62.500.000

08/08/2014

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

09/09/2014

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

09/09/2014

3.1.3.01.01 RK PPKD

08/08/2014

116.250.000
116.250.000
116.250.000

53.750.000

08/08/2014

5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor

62.500.000

08/08/2014

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

08/08/2014

116.250.000

11.000.000

10/10/2014

9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor

27.500.000

10/10/2014

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

10/10/2014

Kredit

38.500.000

11.000.000

10/10/2014

5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor

27.500.000

10/10/2014

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

11/11/2014

3.1.3.01.01 RK PPKD

11/11/2014

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

12/12/2014

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

12/12/2014

2.1.1.03.01 Utang PPh 21

5.235.000

12/12/2014

2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat

8.100.000

12/12/2014

2.1.1.03.01 Utang PPh 21

12/12/2014

2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat

12/12/2014

1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran

10/10/2014

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

38.500.000
11.500.000
11.500.000
13.335.000

5.235.000
8.100.000

13.335.000

94

LANGKAH 3:
Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
Tanggal

Uraian

Ref

31/12/2014

1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor

31/12/2014

9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor

31/12/2014
31/12/2014
31/12/2014
31/12/2014

9.1.7.01.04
Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
9.1.7.02.01
Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan
Gedung Tempat Kerja

Kredit

500.000
500.000

33.070.000

4.800.000

33.070.000

4.800.000

31/12/2014

9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik

31/12/2014

2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

15.325.000
15.325.000

95

LANGKAH 4:
Posting ke Buku Besar
BUKU BESAR
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
1.1.1.02.01
Kas di Bendahara Penerimaan

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

Kredit

Saldo

01/01/2014

Saldo Awal

07/07/2014

Menerima pendapatan retribusi

25.500.000

25.500.000

07/07/2014

Menyetor pendapatan retribusi

25.500.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

02/02/2014

Saldo Awal
Penyetoran Potongan PPh dan
PPN ke kas negara
Menerima UP

08/08/2014

Pengesahan SPJ Belanja UP

09/09/2014

Menerima SP2D GU

10/10/2014

Mencatat SPJ penggunaan UP


Menyetorkan sisa UP akhir
tahun
Menerima potongan PPh/PPN
Menyetorkan potongan
PPh/PPN

01/01/2014

11/11/2014
12/12/2014
12/12/2014

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
1.500.000

1.500.000

50.000.000

50.000.000

116.250.000

-66.250.000

116.250.000

50.000.000

38.500.000

11.500.000

11.500.000

13.335.000

13.335.000

13.335.000

Dinas Kesehatan
1.1.7.01.01
Persediaan Alat Tulis Kantor

Debit
Tanggal

Transaksi

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

Kredit

Saldo
96

01/01/2014

Saldo Awal

31/12/2014

Jurnal penyesuaian

500.000
500.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

1.000.000

Dinas Kesehatan
1.3.1.11.04
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

Kredit

01/01/2014 Saldo Awal

Saldo
250.000.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
1.3.2.04.01
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal
Membeli peralatan dan mesin
secara LS

04/04/2014

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
149.000.000

110.000.000

259.000.000

Dinas Kesehatan
1.3.3.01.01
Bangunan Gedung Kantor

Debit
Tanggal
01/01/2014

Transaksi

Debit

Kredit

Saldo Awal

Saldo
240.000.000

SKPD

Dinas Kesehatan

KODE AKUN

1.3.7.01.04

NAMA AKUN

Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

31/12/2014

Jurnal penyesuaian

Debit

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Kredit

Saldo
0

33.070.000

33.070.000

97

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat
Kerja

Kredit
Tanggal
01/01/201
4
31/12/201
4

Transaksi

Debit

Kredit

Saldo

Saldo Awal

Jurnal penyesuaian

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

4.800.000

4.800.000

Dinas Kesehatan
2.1.1.03.01
Utang PPh 21

Kredit
Tanggal
01/01/2014

Transaksi

Debit

Kredit

Saldo

1.350.000

12/12/2014

Saldo Awal
Penyetoran Potongan PPh dan
PPN ke kas negara
Menerima potongan PPh/PPN

5.235.000

5.235.000

12/12/2014

Menyetor potongan PPh/PPN

5.235.000

Kredit

Saldo

01/01/2014

1.350.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat

Kredit
Tanggal
01/01/2014

Transaksi

12/12/2014

Saldo Awal
Penyetoran Potongan PPh dan
PPN ke kas negara
Menerima potongan PPh/PPN

12/12/2014

Menyetor potongan PPh/PPN

01/01/2014

SKPD
KODE AKUN

Debit

150.000
150.000

8.100.000

8.100.000

8.100.000

Dinas Kesehatan
2.1.5.02.01

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

98

NAMA AKUN

Utang Belanja Jasa

Kredit
Tanggal

Transaksi

Debit

01/01/2014 Saldo Awal


31/12/2014 Jurnal penyesuaian

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Kredit

Saldo

0
15.325.000 15.325.000

Dinas Kesehatan
3.1.1.01.01
Ekuitas

Kredit
Tanggal

Transaksi

Debit

Kredit

Saldo

01/01/2014 Saldo Awal

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

639.500.000

Dinas Kesehatan
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

08/08/2014

Saldo Awal
Membayar Gaji dan Tunjangan
Pegawai
Membeli peralatan dan mesin
secara LS
Membeli barang dan jasa
secara LS
Menyetor pendapatan
retribusi
Pengesahan SPJ Belanja UP

10/10/2014

Mencatat SPJ penggunaan UP

03/03/2014
04/04/2014
05/05/2014
07/07/2014

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

1.487.500.000

1.487.500.000

110.000.000

1.597.500.000

55.000.000

1.652.500.000

25.500.000

1.627.000.000

116.250.000

1.743.250.000

38.500.000

1.781.750.000

Dinas Kesehatan
3.1.3.01.01
RK PPKD

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

02/02/2014

Menerima UP

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

Kredit

Saldo
0

50.000.000

50.000.000

99

03/03/2014
04/04/2014
05/05/2014
07/07/2014
09/09/2014
11/11/2014

Membayar Gaji dan


Tunjangan Pegawai
Membeli peralatan dan mesin
secara LS
Membeli barang dan jasa
secara LS
Menyetor pendapatan
retribusi
Menerima SP2D GU
Menyetorkan sisa UP akhir
tahun

SKPD
KODE AKUN

NAMA AKUN

1.487.500.000

1.537.500.000

110.000.000

1.647.500.000

55.000.000

1.702.500.000

25.500.000

1.677.000.000

116.250.000

1.793.250.000

11.500.000

1.781.750.000

Dinas Kesehatan
4.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas LRA

Kredit
Tanggal

Transaksi

Debit

01/01/2014 Saldo Awal


Menyetor pendapatan
07/07/2014
retribusi
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Kredit

Saldo
0

0 25.500.000

25.500.000

Dinas Kesehatan
5.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

941.980.654

941.980.654

Dinas Kesehatan
5.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai

Debit

Kredit

Saldo
0

194.601.755

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

194.601.755

100

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
5.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

135.713.962

135.713.962

Dinas Kesehatan
5.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

117.971.012

0 117.971.012

Dinas Kesehatan
5.1.1.01.05
Tunjangan Fungsional Umum

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Kredit

Saldo
0

12.500.000

12.500.000

Kredit

Saldo

Dinas Kesehatan
5.1.1.01.06
Tunjangan Beras

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

0
80.205.622

80.205.622

101

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
5.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Kredit

Saldo
0

17.026.995

17.026.995

Kredit

Saldo

Dinas Kesehatan
5.1.2.01.01
Belanja alat tulis kantor

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

01/01/2014 Saldo Awal


Membeli barang dan jasa
05/05/2014
secara LS
Pengesahan SPJ Belanja
08/08/2014
UP
Mencatat SPJ
10/10/2014
penggunaan UP
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

0
55.000.000

55.000.000

62.500.000

0 117.500.000

27.500.000

0 145.000.000

Dinas Kesehatan
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Pengesahan SPJ Belanja
08/08/2014
UP
Mencatat SPJ
10/10/2014
penggunaan UP

SKPD
KODE
AKUN
NAMA
AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

53.750.000

53.750.000

11.000.000

64.750.000

Dinas Kesehatan
5.2.2.04.01
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

102

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo
Awal

04/04/2014

Membeli
peralatan
dan mesin
secara LS

Debit

Kredit

Saldo
0

110.000.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

110.000.000

Dinas Kesehatan
8.1.2.01.01
Pelayanan kesehatan di Puskesmas LO

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Pengakuan pendapatan
06/06/2014
retribusi

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

0 25.500.000 25.500.000

Dinas Kesehatan
9.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

941.980.654

0 941.980.654

Dinas Kesehatan
9.1.1.01.02
Tunjangan Keluarga - LO

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

Kredit

Saldo
0
103

03/03/2014

Membayar Gaji dan


Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

194.601.755

0 194.601.755

Dinas Kesehatan
9.1.1.01.03
Tunjangan Jabatan - LO

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

135.713.962

0 135.713.962

Dinas Kesehatan
9.1.1.01.04
Tunjangan Fungsional - LO

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

117.971.012

0 117.971.012

Dinas Kesehatan
9.1.1.01.05
Tunjangan Fungsional Umum - LO

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Debit

Kredit

Saldo
0

12.500.000

12.500.000

Kredit

Saldo

0
80.205.622

Dinas Kesehatan
9.1.1.01.06
Tunjangan Beras - LO

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


03/03/2014 Membayar Gaji dan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit
80.205.622

104

Tunjangan Pegawai

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Dinas Kesehatan
9.1.1.01.07
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus LO

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

01/01/2014 Saldo Awal


Membayar Gaji dan
03/03/2014
Tunjangan Pegawai

Kredit

Saldo
0

17.026.995

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

17.026.995

Dinas Kesehatan
9.1.2.01.01
Beban Persediaan alat tulis kantor

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

Kredit

01/01/2014 Saldo Awal


08/08/2014

Membeli barang dan jasa secara


LS
Pengesahan SPJ Belanja UP

10/10/2014

Mencatat SPJ penggunaan UP

31/12/2014

Jurnal penyesuaian

05/05/2014

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Saldo
0

55.000.000

55.000.000

62.500.000

117.500.000

27.500.000

145.000.000

500.000

144.500.000

Kredit

Saldo

0
15.325.000

Dinas Kesehatan
9.1.2.03.03
Beban Jasa listrik

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

01/01/2014 Saldo Awal


31/12/2014 Jurnal penyesuaian
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

15.325.000

Dinas Kesehatan
9.1.2.25.03
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014 Saldo Awal


Pengesahan SPJ Belanja
08/08/2014
UP
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

Kredit

Saldo
0

53.750.000

53.750.000
105

10/10/2014

Mencatat SPJ penggunaan


UP
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

11.000.000

64.750.000

Dinas Kesehatan
9.1.7.01.04
Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

Kredit

Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


31/12/2014

Jurnal penyesuaian

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

33.070.000

33.070.000

Dinas Kesehatan
9.1.7.02.01
Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja

Debit
Tanggal

Transaksi

Debit

Kredit

Saldo

01/01/2014 Saldo Awal


31/12/2014

Jurnal penyesuaian

0
4.800.000

4.800.000

LANGKAH 5:
Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
per Tanggal 31 Desember 2012
SKPD Dinas Kesehatan
Saldo
Kode dan Nama Akun

Debit

Kredit

1.1.7

1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor

Rp

1.000.000

Rp

1.3.1

1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa

Rp

250.000.000

Rp

1.3.2

1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan

Rp

259.000.000

Rp

1.3.3

1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor

Rp

240.000.000

Rp

1.3.7

1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor

Rp

Rp33.070.000

1.3.7

1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja

Rp

Rp4.800.000

2.1.5

2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa

Rp

Rp15.325.000

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

106

Saldo
Kode dan Nama Akun

Debit

Kredit

3.1.1

3.1.1.01.01 Ekuitas

Rp

Rp639.500.000

3.1.2

3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan

Rp

24.000.000

3.1.2

3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja

Rp

Rp

Rp
1.835.000.000

3.1.2

3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL

Rp

16.750.000

Rp
-

3.1.3

3.1.3.01.01 RK PPKD

Rp

Rp

1.794.250.000

4.1.2

4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LRA

Rp

Rp

25.500.000

5.1.1

5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi

Rp

941.980.654

5.1.1

5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga

Rp

194.601.755

5.1.1

5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan

Rp

135.713.962

5.1.1

5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional

Rp

117.971.012

5.1.1

5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum

Rp

12.500.000

5.1.1

5.1.1.01.06 Tunjangan Beras

Rp

80.205.622

5.1.1

5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus

Rp

17.026.995

5.1.2

5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor

Rp

145.000.000

5.1.2

5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur

Rp

64.750.000

5.2.2

5.2.2.04.01
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan

Rp

110.000.000

8.1.2

8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO

Rp

9.1.1

9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO

Rp

941.980.654

9.1.1

9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO

Rp

194.601.755

9.1.1

9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO

Rp

135.713.962

9.1.1

9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO

Rp

117.971.012

9.1.1

9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO

Rp

12.500.000

9.1.1

9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO

Rp

80.205.622

9.1.1

9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO

Rp

17.026.995

9.1.2

9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor

Rp

144.500.000

9.1.2

9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik

Rp

15.325.000

9.1.2

9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber

Rp

64.750.000

9.1.7

9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor

Rp

33.070.000

9.1.7

9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja

Rp

4.800.000

Jumlah

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

4.372.945.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

25.500.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
4.372.945.000

107

Ket: Jumlah kolom debit dan kredit pada Neraca Saldo di atas harus seimbang
(balance), apabila tidak, berarti ada kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
mencatat jumlah pada jurnal, buku besar, atau pada saat memindahkan saldo
rekening buku besar ke neraca saldo, atau mungkin salah menempatkan posisi
saldo, misalnya yang seharusnya di debit tetapi ditempatkan di kredit, atau
sebaliknya.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

108

LANGKAH 6:
Penyusunan Laporan Keuangan

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


DINAS KESEHATAN

LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014 DAN 2013

Nomor
Urut

Uraian

2014

8.0.0

8.1.0

8.1.1

8.1.2

8.1.3

8.1.4

PENDAPATAN - LO
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
Pendapatan Pajak Daerah - LO
Pendapatan Retribusi Daerah - LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan - LO
Lain-lain PAD Yang Sah - LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)

RpRp25.500.000
RpRpRp25.500.000

8.2.0

PENDAPATAN TRANSFER - LO

8.2.1

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO

Rp-

8.2.2

10

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO

Rp-

8.2.3

11

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO

Rp-

12

Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)

8.3.0

13

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO

8.3.1

14

8.3.3

15

Pendapatan Hibah - LO

17

Pendapatan Lainnya - LO
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (14
s.d. 15)
JUMLAH PENDAPATAN (7+12+16)

9.0.0

18

BEBAN

9.1.0

19

9.1.1

20

Beban Pegawai - LO

9.1.2

21

Beban Barang dan Jasa

9.1.3

22

Beban Bunga

16

RpRpRpRpRp25.500.000

BEBAN OPERASI - LO

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Rp
1.487.500.000
Rp
224.575.000
Rp
-

109

9.1.4

23

Beban Subsidi

9.1.5

24

Beban Hibah

9.1.6

25

Beban Bantuan Sosial

9.1.7

26

Beban Penyusutan dan Amortisasi

9.1.8

27

Beban Penyisihan Piutang

9.1.9

28

Beban Lain-lain

29

Jumlah Beban Operasi (20 s.d. 28)

9.2.0

30

9.2.1

31

Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah

9.2.2

32

Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

9.2.3

33

9.2.4

34

Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

9.2.5

35

Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

36
37

BEBAN TRANSFER

Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Da


erah Lainnya

Jumlah Beban Transfer (31 s.d. 35)


JUMLAH BEBAN (29+36)

38

SURPLUS (DEFISIT) DARI OPERASI (17-37)

39

SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

8.4.0

40

8.4.1

41

Surplus Penjualan Aset Non Lancar - LO

8.4.2

42

Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO

8.4.3

43

Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO

44

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.762.445.000
Rp
(1.736.945.000)

SURPLUS NON OPERASIONAL - LO

Jumlah Surplus Non Operasional (41 s.d. 43)

9.3.0

45

9.3.1

46

Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO

9.3.2

47

Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO

9.3.3

48

Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO

49

Rp
Rp
Rp
Rp
37.870.000
Rp
Rp
Rp
1.762.445.000

Rp
Rp
Rp
Rp
-

DEFISIT NON OPERASIONAL

Jumlah Defisit Non Operasional (46 s.d. 48)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Rp
Rp
Rp
Rp
-

110

50

JUMLAH SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON


OPERASIONAL (44-49)

Rp
-

51

SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA (38+50)

Rp
(1.736.945.000)

8.5.0

52

PENDAPATAN LUAR BIASA - LO

8.5.1

53

Pendapatan Luar Biasa - LO


Jumlah Pendapatan Luar Biasa (53)

54
9.4.0

55

BEBAN LUAR BIASA

9.4.1

56

Beban Luar Biasa

57

Jumlah Beban Luar Biasa (56)

58

POS LUAR BIASA (54-57)

59

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
(1.736.945.000)

SURPLUS (DEFISIT) - LO (51+58)

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


Dinas Kesehatan
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2014

3.1.1

0
0
0

Nomor
Urut

Uraian

2014

Ekuitas Awal

Rp

639.500.000

Surplus/Defisit LO

Rp

(1.736.945.000)

Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:

Koreksi Nilai Persediaan

Rp

Selisih Revaluasi Aset Tetap

Rp

Lain-lain

Rp

Rp

(1.097.445.000)

Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

111

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


DINAS KESEHATAN

NERACA
PER 31 Desember 2014
No

Uraian

1.0.0

1.1.0

1.1.1

Kas dan Setara Kas

1.1.2

Investasi Jangka Pendek

1.1.3

Piutang Pendapatan

1.1.4

Piutang Lainnya

1.1.5

Penyisihan Piutang

1.1.6

Beban Dibayar Dimuka

1.1.7

Persediaan

1.1.8

10

Aset Untuk Dikonsolidasikan

Tahun 2014

Tahun 2013

ASET
ASET LANCAR

Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)

11
1.2.0

12

1.2.1

13

Investasi Jangka Panjang Non Permanen

1.2.2

14

Investasi Jangka Panjang Permanen

15

Jumlah

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.000.000,00
Rp
Rp
1.000.000,00

Rp
1.500.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
500.000,00
Rp
Rp
2.000.000,00

Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
-

Rp
250.000.000,00
Rp
259.000.000,00
Rp
240.000.000,00
Rp
Rp
-

Rp
250.000.000,00
Rp
149.000.000,00
Rp
240.000.000,00
Rp
Rp
-

INVESTASI JANGKA PANJANG

14)

Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d.

1.3.0

16

ASET TETAP

1.3.1

17

Tanah

1.3.2

18

Peralatan dan Mesin

1.3.3

19

Gedung dan Bangunan

1.3.4

20

Jalan, Irigasi, dan Jaringan

1.3.5

21

Aset Tetap Lainnya

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

112

1.3.6

22

Konstruksi Dalam Pengerjaan

1.3.7

23

Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)

24
1.4.0

25

DANA CADANGAN

1.4.1

26

Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)

27
1.5.0

28

1.5.1

29

Tagihan Jangka Panjang

1.5.2

30

Kemitraan dengan Pihak Ketiga

1.5.3

31

Aset Tidak Berwujud

1.5.4

32

Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)

34

JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)

2.0.0

35

KEWAJIBAN

2.1.0

36

2.1.1

37

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

2.1.2

38

Utang Bunga

2.1.3

39

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

2.1.4

40

Pendapatan Diterima Dimuka

2.1.5

41

Utang Belanja

2.1.6

42

Utang Jangka Pendek Lainnya


42)

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d.

44

2.2.1

45

Utang Dalam Negeri

2.2.2

46

Utang Jangka Panjang Lainnya

49

3.1.0

50

3.1.1

51

Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
712.130.000,00

Rp
641.000.000,00

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
15.325.000,00
Rp
Rp
15.325.000,00

Rp
1.500.000,00
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.500.000,00

Rp
Rp
Rp
Rp
15.325.000,00

Rp
Rp
Rp
Rp
1.500.000,00

Rp
(1.097.445.000,00)

Rp
639.500.000,00

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

46)

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d.


JUMLAH KEWAJIBAN (43+47)

48
3.0.0

Rp
Rp
-

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

2.2.0

47

Rp
Rp
Rp
639.000.000,00

ASET LAINNYA

33

43

Rp
Rp
(37.870.000,00)
Rp
711.130.000,00

EKUITAS
EKUITAS
Ekuitas

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

113

3.1.3

52

Ekuitas untuk Dikonsolidasikan

53

Jumlah Ekuitas (51 s.d. 52)

54

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (48+53)

Rp
1.794.250.000,00
Rp
698.805.000,00

Rp
Rp
639.500.000,00

Rp
712.130.000,00

Rp
641.000.000,00

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


DINAS KESEHATAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014 DAN 2013

No

Uraian

Anggaran Setelah
Perubahan 2014

Realisasi 2014

4.0.0

PENDAPATAN - LRA

4.1.0

4.1.1

Pendapatan Pajak Daerah - LRA

4.1.2

Pendapatan Retribusi Daerah - LRA

4.1.3

4.1.4

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan D


aerah yang Dipisahkan - LRA
Lain-lain PAD Yang Sah - LRA

Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)

4.2.0

4.2.1

4.2.2

10

4.2.3

11

PENDAPATAN TRANSFER - LRA


Pendapatan Transfer Pemerintah PusatDana Perimbangan - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah L
ainnya - LRA

12

Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)


LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA

4.3.0

13

4.3.1

14

Pendapatan Hibah - LRA

4.3.2

15

Dana Darurat - LRA

4.3.3

16

Pendapatan Lainnya - LRA

17

Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah


yang Sah (14 s.d. 16)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Rp
Rp
24.000.000
Rp
Rp
Rp
24.000.000

Rp
Rp
25.500.000
Rp
Rp
Rp
25.500.000

Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
-

106%

114

JUMLAH PENDAPATAN (7+12+17)

18
5.0.0

19

5.1.0

20

5.1.1

21

Belanja Pegawai

5.1.2

22

Belanja Barang dan Jasa

5.1.3

23

Belanja Bunga

5.1.4

24

Belanja Subsidi

5.1.5

25

Belanja Hibah

5.1.6

26

Belanja Bantuan Sosial

27

Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)

5.2.1

29

Belanja Modal Tanah

5.2.2

30

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

5.2.3

31

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

5.2.4

32

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

5.2.5

33

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

Rp
1.500.000.000
Rp
209.750.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.709.750.000

Rp
Rp
120.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
120.000.000

Rp
Rp
110.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
110.000.000

Rp
Rp
Rp
1.835.000.000

Rp
Rp
Rp
1.819.750.000

Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp

Rp
Rp
Rp
Rp

100%
98%

BELANJA MODAL

Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)

5.3.0

35

BELANJA TAK TERDUGA

5.3.1

36

Belanja Tak Terduga

37

Jumlah Belanja Tak Terduga (36)

38

JUMLAH BELANJA (27+34+37)

6.0.0

39

6.1.0

40

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN

6.1.1

41

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah

6.1.2

42

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

92%

TRANSFER

Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan


(41 s.d. 42)
TRANSFER BANTUAN KEUANGAN

6.2.0

44

6.2.1

45

6.2.2

46

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

6.2.3

47

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

48

Rp
1.500.000.000
Rp
215.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.715.000.000

BELANJA OPERASI

28

43

Rp
25.500.000

BELANJA

5.2.0

34

Rp
24.000.000

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah


Daerah Lainnya

Jumlah Transfer Bantuan Keuangan (45

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

115

s.d. 47)
JUMLAH TRANSER (43+48)

49
50

(38+49)

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER

51

SURPLUS (DEFISIT) (18-50)

7.0.0

52

PEMBIAYAAN

7.1.0

53

7.1.1

54

Penggunaan SiLPA

7.1.2

55

Pencairan Dana Cadangan

7.1.3

56

7.1.4

57

Pinjaman Dalam Negeri

7.1.5

58

Penerimaan Kembali Piutang

59

Rp
Rp
1.835.000.000

Rp
Rp
1.819.750.000

Rp
(1.811.000.000)

Rp
(1.794.250.000)

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
(1.811.000.000)

Rp
(1.794.250.000)

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipi


sahkan

Jumlah Penerimaan Pembiayaan (54 s.d.


58)
PENGELUARAN PEMBIAYAAN

7.2.0

60

7.2.1

61

7.2.2

62

7.2.3

63

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri

7.2.4

64

Pemberian Pinjaman Daerah

65

Pembentukan Dana Cadangan


Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah D
aerah

64)

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (61 s.d.

66

JUMLAH PEMBIAYAAN NETO (59-65)

67

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (51+66)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

116

LANGKAH 7:
Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
Jurnal Penutup LRA
Tanggal
31/12/2014

31/12/2014

31/12/2014

Nama Akun
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja
3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas
LRA
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional
5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor
5.1.2.24.01
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
5.2.2.04.01
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas
Perorangan
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA

Ref

Debit
1.835.000.000

Kredit
24.000.000
1.811.000.000

Rp25.500.000
1.794.250.000
Rp941.980.654
Rp194.601.755
Rp135.713.962
Rp117.971.012
Rp12.500.000
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp145.000.000
Rp64.750.000
Rp110.000.000

1.794.250.000
1.794.250.000

Jurnal Penutup LO
Tanggal
31/12/2014

Nama Akun
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO
9.1.1.01.01
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO

LO

9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO


9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit
Rp27.000.000
1.736.945.000

Kredit

Rp941.980.65
4
Rp194.601.75
5
Rp135.713.96
2
Rp117.971.01
2
Rp12.500.000
Rp80.205.622
Rp17.026.995
Rp144.500.00

117

0
Rp15.325.000

9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik


9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/
Instruktur/Narasumber
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat
Angkutan Darat Bermotor
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan
Gedung Tempat Kerja
31/12/2014

Rp64.750.000
Rp33.070.000
Rp4.800.000

3.1.1.01.01 Ekuitas
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO

1.736.945.000
1.736.945.000

LANGKAH 8:
Penyusunan Neraca Saldo setelah Penutupan

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur

NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN


Per Tanggal 31 Desember 2014
SKPD : Dinas Kesehatan
Saldo

Kode dan Nama Akun

Debit

1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor

Rp

1.000.000

1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa

Rp

250.000.000

1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan

Rp

259.000.000

1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor

Rp

240.000.000

1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja

Rp
Rp
Rp
-

2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa


3.1.1.01.01 Ekuitas

Rp 1.097.445.000

3.1.3.01.01 RK PPKD

Rp
Jumlah

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

1.847.445.000

Kredit
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
33.070.000
Rp
4.800.000
Rp
15.325.000
Rp
Rp
1.794.250.000
1.847.445.000

118

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

119

BAB V
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari Topik ini:
1. Peserta mampu menjelaskan sistem akuntansi PPKD, dan
2. Peserta mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan
PPKD yang terdiri dari LRA, LPSAL, LO, LPE, dan Neraca.
No.

Sub Topik

Kata Kunci

Sistem Akuntansi PPKD

Dokumen Pelaksanaan Anggaran,


Pertanggungjawaban, Laporan
Keuangan

Proses Akuntansi PPKD

Pencatatan Transaksi, Posting ke Buku


Besar, Penyesuaian, Neraca Saldo,
Laporan Keuangan PPKD

Referensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo
Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Mulyana, Budi, Modul Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan
Daerah SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,
2012

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

120

A. SISTEM AKUNTANSI PPKD


Di dalam Pasal 98 Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
atas Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, dinyatakan sebagai berikut:
1. Pada SKPKD disusun RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) -SKPD dan RKAPPKD.
2. RKA-SKPD memuat program/kegiatan yang dilaksanakan oleh PPKD selaku
SKPD;
3. RKA-PPKD digunakan untuk menampung:
a) pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan
hibah;
b) belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga;
dan penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Berdasarkan aturan tersebut di atas, sistem akuntansi yang harus
diselenggarakan di SKPKD terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD), menghasilkan
laporan keuangan SKPD berupa LRA, LO, LPE dan Neraca serta CaLK selaku
SKPD pada umumnya.
2. Sistem Akuntansi PPKD terdiri dari:
a) Sistem Akuntansi PPKD sebagai BUD, menghasilkan laporan keuangan
PPKD berupa LRA, LO, LPE, dan Neraca, serta CaLK selaku PPKD.
b) Sistem Akuntansi Konsolidator Pemda, menghasilkan laporan keuangan
Pemda (laporan keuangan gabungan) secara lengkap berupa LRA,
Laporan Perubahan SAL, LO, LPE, Neraca, LAK, dan CaLK.
Akuntansi untuk SKPKD dalam kapasitasnya sebagai SKPD tidak ada
perbedaan dengan akuntansi pada SKPD lainnya, sebagaimana yang telah
dibahas pada Bab sebelumnya. Oleh karena itu, pembahasan di dalam bab ini
adalah akuntansi untuk PPKD dalam rangka pelaksanaan DPA-PPKD. Di samping
itu, sebagaimana telah dijelaskan di Bab IV, bahwa di dalam sistem pengelolaan
APBD mengharuskan seluruh penerimaan uang oleh SKPD disetorkan ke
rekening Kas Umum Daerah dan pengeluaran dilakukan dari rekening Kas Umum
Daerah (Kasda). Pengelola Kasda adalah PPKD yang secara otomatis adalah BUD.
Oleh karena itu, di dalam akuntansi PPKD meliputi juga akuntansi transaksi
resiprokal antara PPKD (selaku BUD) dengan SKPD (selaku pengguna anggaran).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa transaksi
resiprokal (transaksi timbal-balik) antara PPKD dan SKPD tersebut
diselenggarakan dengan metode akuntansi hubungan kantor pusat dan
cabang (Home Office-Branch Accounting). Untuk mencatat transaksi resiprokal
tersebut, SKPD menggunakan akun RK-PPKD, sedangkan PPKD akan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

121

menggunakan akun RK-SKPD (ditulis sesuai dengan nama SKPD-nya masingmasing).

B. PROSES AKUNTANSI PPKD ILUSTRASI


Untuk memberikan pemahaman yang lebih efisien dan efektif tentang
penerapan akuntansi pemda berbasis akrual untuk PPKD, berikut ini akan
langsung diberikan ilustrasi soal dan jawabannya. Adapun untuk
menyederhanakan ilustrasi, transaksi akan dibuat secara ringkas per jenis
transaksi, bukan per tanggal transaksi karena penekanannya di sini adalah
pemahaman tentang bagaimana penjurnalan untuk setiap jenis transaksi yang
biasa terjadi pada PPKD, hingga akhirnya dihasilkan laporan keuangan PPKD.

1. Ilustrasi Akuntansi PPKD


Data yang tersedia untuk pelaksanaan akuntansi PPKD sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2014
No. Rek
1.1.1.01.01
1.2.2.01.02
3.1.1.01.01

Nama Rek
Kas di Kas Daerah
Penyertaan Modal Kepada BUMD
Ekuitas
Jumlah

Debit
35.750.654.000
10.000.000.000
45.750.654.000

Kredit

45.750.654.000
45.750.654.000

Keterangan mengenai neraca saldo di atas:


Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan
Ekuitas yg bersifat full accrual.
PPKD selaku BUD tidak memilik utang jangka pendek, seperti utang PFK, karena
potongan pajak pusat maupun iuran taspen, askes, dsb, telah disetor seluruhnya ke
para fihak yang terkait.
PPKD tidak memilik utang jangka panjang.
Semua sisa UP di Bendahara Pengeluaran SKPD telah disetor sd. akhir tahun lalu (31
Des 2013).
Semua pendapatan yang diterima bendahara penerimaan SKPD telah disetorkan ke
rek Kasda sd. akhir tahun lalu (31 Des 2013).
Informasi Tambahan:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

122

Saldo SiLPA awal tahun 2014 sebesar Rp35.750.654.000,Ringkasan DPA PPKD T.A. 2014 sebagai berikut :
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2014
No. Urut
(1)
1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1

2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7

3.
3.1.
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Anggaran
stlh Perubahan
(3)

54.350.000.000
255.000.000.000
45.500.000.000
354.850.000.000
354.850.000.000

3.500.000.000
2.000.000.000
2.500.000.000
8.000.000.000
346.850.000.000

35.750.654.000
25.000.000.000
60.750.654.000
5.000.000.000
2.500.000.000

7.500.000.000

123

No. Urut

Uraian
Pembiayaan Neto [3.1] [3.2]
*)
SiLPA Tahun Anggaran Berkenaan
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]

Anggaran
stlh Perubahan
53.250.654.000
400.100.650.00
0

*)

Perlu diingat bahwa SiLPA pada DPA PPKD belum mencerminkan SiLPA Pemda yang
sebenarnya, karena SiLPA di DPA PPKD bukan SiLPA dari APBD secara keseluruhan.
Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2014 sebagai berikut.:
Tanggal
1/1/2014

2/2/2014

3/3/2014

4/4/2014
5/5/2014
6/6/2014

7/7/2014
8/8/2014
9/9/2014
31/12/2014

Transaksi
Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan T.A. 2014
berdasarkan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp dengan
rincian sbb.:
Pendapatan DBH 55.850.000.000
Pendapatan DAU 250.000.000.000
Pendapatan DAK 45.500.000.000
Jumlah
351.350.000.000
Jumlah total pendapatan SKPD yang telah disetorkan ke rekening
Kasda berdasarkan STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp
35.467.546.000
Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah Rp.
390.756.540.000
Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD atas
SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah sbb:
Jumlah dipungut Jumlah disetor
Potongan PPh dan PPN 32.650.386.000
32.540.654.000
Potongan Taspen
18.120.000.000
18.120.000.000
Potongan Askes
1.560.430.000
1.560.430.000
Jumlah
52.330.816.000
52.221.084.000
Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh
SKPD adalah Rp 3.576.000.000
Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD
ke rekening Kasda adalah Rp 124.760.000
Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
Belanja Bantuan Sosial
3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan
2.000.000.000
Jumlah
5.500.000.000
Jumlah penerimaan pinjaman jangka panjang dari Pemerintah Pusat
berdasarkan bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank
sebesar Rp 25.000.000.000
Jumlah SP2D LS untuk pembentukan dana cadangan sebesar Rp
5.000.000.000
Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan
daerah sebesar Rp2.500.000.000
DAU yang belum diterima sd akhir tahun 2012 sebesar Rp

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

124

Tanggal
31/12/2014

Transaksi
5.000.000.000
Beban bunga yang terutang atas pinjaman jangka panjang sebesar
Rp250.000.000

Diminta:
Susunlah Laporan Keuangan PPKD Kabupaten Adil Makmur Tahun 2014
meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan
Realisasi
Anggaran

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

125

2. Penyelesaian soal
Dilakukan dengan 8 langkah sebagai berikut:
1. Pencatatan Jurnal Anggaran dan Saldo Awal di Buku Jurnal
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
a. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka
digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014
yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun Standar (BAS),
yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian
objek.
b. Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
1). Jurnal Finansial:
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
2). Jurnal Anggaran:
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA,
5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja
yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas
serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

126

LANGKAH 1:
Pencatatan Jurnal Anggaran di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
Tanggal
01/01/2014

Kode Akun
3.1.2.01.01
3.1.2.02.01

Nama Akun

Ref

Debit

Kredit

Rp
354.850.000.000
Rp
60.750.654.000

Estimasi Pendapatan
Estimasi Penerimaan Pembiayaan

3.1.2.03.01

Apropriasi Belanja

Rp

8.000.000.000

3.1.2.04.01

Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan

Rp

7.500.000.000

3.1.2.05.01

Estimasi Perubahan SAL

Rp 400.100.654.000

LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
Tanggal
01/01/2014
01/01/2014
01/01/2014
01/01/2014

Kode Akun

Nama Akun

1.1.1.01.01
8.2.1.02.08

Kas di Kas Daerah


Bagi Hasil dari Pertambangan Min
yak Bumi - LO

8.2.1.03.01

Dana Alokasi Umum - LO

8.2.1.04.18

DAK Bidang Pendidikan - LO

01/01/2014

3.1.2.05.01

01/01/2014

4.2.1.02.08

01/01/2014

4.2.1.03.01

01/01/2014

4.2.1.04.18

02/02/2014

1.1.1.01.01

Estimasi Perubahan SAL


Bagi Hasil dari Pertambangan Min
yak Bumi - LRA
Dana Alokasi Umum - LRA
DAK Bidang Pendidikan - LRA

Kas di Kas Daerah

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Ref

Debit

Rp351.350.000.000,0
0
Rp
55.850.000.000,00
Rp
250.000.000.000,00
Rp
45.500.000.000,00

F
F
F

Rp
351.350.000.000,00
Rp
55.850.000.000,00
Rp
250.000.000.000,00
Rp
45.500.000.000,00

A
A
A

Kredit

Rp
35.467.546.000,00

127

Tanggal
02/02/2014

03/03/2014
03/03/2014

04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014

04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014
04/04/2014

05/05/2014
05/05/2014

06/06/2014
06/06/2014

07/07/2014
07/07/2014
07/07/2014

07/07/2014
07/07/2014

Kode Akun

Nama Akun

1.1.8.01.01

RK SKPD.

1.1.8.01.01

RK SKPD.

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

2.1.1.03.01

Utang PPh 21

2.1.1.04.01

Utang PPN Pusat

2.1.1.01.01

Utang Taspen

2.1.1.02.01

Utang Iuran Jaminan Kesehatan

2.1.1.03.01

Utang PPh 21

2.1.1.04.01

Utang PPN Pusat

2.1.1.01.01

Utang Taspen

2.1.1.02.01

Utang Iuran Jaminan Kesehatan

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

1.1.8.01.01

RK SKPD.

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

1.1.8.01.01

RK SKPD.

Ref

Debit

Rp
35.467.546.000,00

Rp
390.756.540.000,00

Rp
19.590.231.600,00
Rp
13.060.154.400,00
Rp
18.120.000.000,00
Rp
1.560.430.000,00

F
F
F

F
F
F

Rp
19.590.231.600,00
Rp
13.060.154.400,00
Rp
18.120.000.000,00
Rp
1.560.430.000,00

Rp
3.576.000.000,00
Rp
124.760.000,00
Rp
124.760.000,00

9.2.4.01.01

Beban Bantuan Sosial kepada Org


anisasi Sosial Kemasyarakatan
Beban Transfer Bantuan Keuanga
n ke Desa.

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

5.1.6.01.01

Belanja Bantuan Sosial kepada Or


ganisasi Sosial Kemasyarakatan ...
.

Rp
3.500.000.000,00

6.2.2.01.01

Transfer Bantuan Keuangan ke D

Rp

9.1.6.01.01

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

F
F

Rp
52.330.816.000,00

Rp
3.576.000.000,00

Rp
390.756.540.000,00

Rp
52.330.816.000,00

Kredit

Rp
3.500.000.000,00
Rp
2.000.000.000,00
Rp
5.500.000.000,00

128

Tanggal

Kode Akun

Nama Akun

Ref

esa ...........
07/07/2014

08/08/2014
08/08/2014

08/08/2014
08/08/2014

09/09/2014
09/09/2014

09/09/2014
09/09/2014

10/10/2014
10/10/2014

10/10/2014
10/10/2014

3.1.2.05.01

1.1.1.01.01
2.2.1.01.01
3.1.2.05.01

Estimasi Perubahan SAL

Kas di Kas Daerah


Utang Dalam Negeri Sektor Perba
nkan

7.1.4.01.01

1.4.1.01.01

Dana Cadangan ......

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

7.2.1.01.01

Pembentukan Dana Cadangan

Rp
5.500.000.000,00

Rp
25.000.000.000,00
Rp
25.000.000.000,00

Rp
25.000.000.000,00

Estimasi Perubahan SAL

Penyertaan Modal Kepada BUMD

1.1.1.01.01

Kas di Kas Daerah

7.2.2.02.01

Penyertaan Modal pada BUMD

Rp
5.000.000.000,00
Rp
5.000.000.000,00
Rp
5.000.000.000,00

Rp
2.500.000.000,00

Estimasi Perubahan SAL

Rp
25.000.000.000,00

Rp
5.000.000.000,00

1.2.2.01.02

3.1.2.05.01

Kredit

2.000.000.000,00

Estimasi Perubahan SAL


Pinjaman Dalam Negeri dari Bank
............

3.1.2.05.01

Debit

Rp
2.500.000.000,00

Rp
2.500.000.000,00
Rp
2.500.000.000,00

LANGKAH 3:
Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
Tanggal

Nomor
Bukti

Kode
Akun

31/12/20
14
31/12/20

011/PPKD/2
013
011/PPKD/2

1.1.3.05.0
3
8.2.1.03.0

Nama Akun

Ref

Debit

Piutang Dana Alokasi


Umum

Rp
5.000.000.000,00

Dana Alokasi Umum - LO

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Kredit

Rp

129

14

013

31/12/20
14

012/PPKD/2
013

31/12/20
14

012/PPKD/2
013

9.1.3.01.0
3
2.1.2.04.0
1

5.000.000.000,00
Beban Bunga Utang Pinjam
an kepada Lembaga Keuang
an Bank

Rp
250.000.000,00
Rp
250.000.000,00

Utang Bunga kepada Bank

LANGKAH 4:
Posting ke Buku Besar
BUKU BESAR
SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

PPKD
1.1.1.01.01
Kas di Kas Daerah

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

02/02/2014

Penerimaan setoran pendapatan

03/03/2014

Penerbitan SP2D LS

04/04/2014

Potongan PFK

04/04/2014

Penyetoran PFK

05/05/2014
06/06/2014
07/07/2014
08/08/2014

Ref

Debit

Pembentukan Dana Cadangan

10/10/2014

Penyertaan Modal pada BUMD

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Saldo
35.750.654.000

351.350.000.000

387.100.654.000

35.467.546.000

422.568.200.000

390.756.540.000

31.811.660.000

52.330.816.000

84.142.476.000

52.330.816.000

31.811.660.000

3.576.000.000

28.235.660.000

124.760.000

28.360.420.000

5.500.000.000

22.860.420.000

25.000.000.000

47.860.420.000

5.000.000.000

42.860.420.000

2.500.000.000

40.360.420.000

Penerbitan SP2D UP/GU/TU


kepada SKPD
Penerimaan setoran sisa UP/TU
dari SKPD
Pemberian bantuan sosial dan
bantuan keuangan
Penerimaan pinjaman jangka
panjang dari Bank ...

09/09/2014

Kredit

:
:
:

PPKD
1.1.3.05.03
Piutang Dana Alokasi Umum

Debit

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

130

Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

31/12/2014

Penyesuaian pendapatan DAU terhutang

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

5.000.000.000

:
:
:

5.000.000.000

PPKD
1.1.8.01.01
RK SKPD.

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

02/02/2014

Penerimaan setoran pendapatan

03/03/2014

Penerbitan SP2D LS

05/05/2014

Penerbitan SP2D UP/GU/TU kepada SKPD

06/06/2014

Penerimaan setoran sisa UP/TU dari SKPD

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

35.467.546.000

(35.467.546.000)

390.756.540.000

355.288.994.000

3.576.000.000

358.864.994.000

124.760.000

358.740.234.000

PPKD
1.2.2.01.02
Penyertaan Modal Kepada BUMD

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

10/10/2014

Penyertaan Modal pada BUMD

Ref

Debit

Kredit

Saldo
10.000.000.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

2.500.000.000

:
:
:

12.500.000.000

Kredit

Saldo

PPKD
1.4.1.01.01
Dana Cadangan ......

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

09/09/2014

Pembentukan Dana Cadangan

Ref

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit

5.000.000.000

5.000.000.000

131

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

PPKD
2.1.1.01.01
Utang Taspen

Ref

Debit

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

04/04/2014

Potongan PFK

04/04/2014

Penyetoran PFK

Kredit

Saldo
-

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

18.120.000.000

18.120.000.000

18.120.000.000
-

PPKD
2.1.1.02.01
Utang Iuran Jaminan Kesehatan

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

04/04/2014

Potongan PFK

04/04/2014

Penyetoran PFK

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

1.560.430.000

1.560.430.000

1.560.430.000
-

PPKD
2.1.1.03.01
Utang PPh 21

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

04/04/2014

Potongan PFK

04/04/2014

Penyetoran PFK

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

19.590.231.600

19.590.231.600

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

19.590.231.600
-

132

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

PPKD
2.1.1.04.01
Utang PPN Pusat

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

04/04/2014

Potongan PFK

04/04/2014

Penyetoran PFK

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

13.060.154.400

13.060.154.400

13.060.154.400
-

PPKD
2.1.2.04.01
Utang Bunga kepada Bank

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

31/12/2014

Penyesuaian beban bunga


terutang

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

250.000.000

250.000.000

PPKD
2.2.1.01.01
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

08/08/2014

Penerimaan pinjaman jangka


panjang dari Bank ...

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

:
:
:

25.000.000.000

25.000.000.000

PPKD
3.1.1.01.01
Ekuitas

Kredit
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

133

Tanggal
01/01/2014

Transaksi

Ref

Debit

Kredit

Saldo Awal

Saldo
45.750.654.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

PPKD
3.1.2.05.01
Estimasi Perubahan SAL

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

01/01/2014

Jurnal Anggaran

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

07/07/2014
08/08/2014

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

Pembayaran belanja bantuan


sosial dan bantuan keuangan
Penerimaan pinjaman jangka
panjang dari Bank ...

09/09/2014

Pembentukan Dana Cadangan

10/10/2014

Penyertaan Modal pada BUMD

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

400.100.654.000

400.100.654.000

351.350.000.000

48.750.654.000

5.500.000.000

54.250.654.000

25.000.000.000

29.250.654.000

5.000.000.000

34.250.654.000

2.500.000.000

36.750.654.000

PPKD
4.2.1.02.08
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LRA

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

55.850.000.000

55.850.000.000

PPKD
4.2.1.03.01
Dana Alokasi Umum - LRA

Kredit
Tanggal
01/01/2014

Transaksi

Ref

Debit

Saldo Awal

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Kredit

Saldo
134

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

250.000.000.000 250.000.000.000

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

PPKD
4.2.1.04.18
DAK Bidang Pendidikan - LRA

Kredit
Tanggal

Transaksi

Ref

01/01/2014

Saldo Awal

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

Debit

Kredit

Saldo
-

SKPD

PPKD

KODE AKUN

5.1.6.01.01

NAMA AKUN

45.500.000.000

45.500.000.000

Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan ....

Debit
Tanggal

Transaksi

Ref

Kredit

Debit

Saldo
-

01/01/2014

Saldo Awal

07/07/2014

Pembayaran
belanja bantuan
sosial dan bantuan
keuangan

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

3.500.000.000

3.500.000.000

PPKD
6.2.2.01.01
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ...........

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

07/07/2014

Pembayaran belanja bantuan


sosial dan bantuan keuangan

SKPD

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

2.000.000.000

2.000.000.000

PPKD

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

135

KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:

7.1.4.01.01
Pinjaman Dalam Negeri dari Bank ............

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

08/08/2014

Penerimaan pinjaman jangka


panjang dari Bank ...

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

:
:
:

25.000.000.000

25.000.000.000

PPKD
7.2.1.01.01
Pembentukan Dana Cadangan

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

09/09/2014

Pembentukan Dana Cadangan

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

5.000.000.000

:
:
:

5.000.000.000

PPKD
7.2.2.02.01
Penyertaan Modal pada BUMD

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

10/10/2014

Penyertaan Modal pada BUMD

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

2.500.000.000

:
:
:

2.500.000.000

PPKD
8.2.1.02.08
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LO

Kredit
Tanggal
01/01/2014

Transaksi

Ref

Debit

Saldo Awal

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Kredit

Saldo
136

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

:
:
:

55.850.000.000

55.850.000.000

PPKD
8.2.1.03.01
Dana Alokasi Umum - LO

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

31/12/2014

Penyesuaian pendapatan DAU


terhutang

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

:
:
:

250.000.000.000 250.000.000.000
5.000.000.000

255.000.000.000

PPKD
8.2.1.04.18
DAK Bidang Pendidikan - LO

Kredit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

01/01/2014

Penerimaan Dana Perimbangan

SKPD
KODE AKUN
NAMA AKUN

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

:
:
:

45.500.000.000

45.500.000.000

PPKD
9.2.4.01.01
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa.

Debit
Tanggal

Transaksi

01/01/2014

Saldo Awal

07/07/2014

Pemberian bantuan sosial dan


bantuan keuangan

Ref

Debit

Kredit

Saldo
-

2.000.000.000

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

2.000.000.000

137

LANGKAH 5:
Penyusunan Neraca Saldo setelah Penyesuaian

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR

NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN


PER TANGGAL 31 Desember 2014
PPKD
Kode
Akun
1.1.1.01.
01
1.1.3.05.
03
1.1.8.01.
01
1.2.2.01.
02
1.4.1.01.
01
2.1.2.04.
01
2.2.1.01.
01
3.1.1.01.
01
3.1.2.01.
01
3.1.2.02.
01
3.1.2.03.
01
3.1.2.04.
01
3.1.2.05.
01
4.2.1.02.
08
4.2.1.03.
01
4.2.1.04.
18
5.1.6.01.
01

Saldo Akhir

Nama Akun
Kas di Kas Daerah
Piutang Dana Alokasi Umum
RK SKPD.
Penyertaan Modal Kepada BUMD
Dana Cadangan ......
Utang Bunga kepada Bank
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Ekuitas
Estimasi Pendapatan
Estimasi Penerimaan Pembiayaan
Apropriasi Belanja
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LRA
Dana Alokasi Umum - LRA
DAK Bidang Pendidikan - LRA
Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyara
katan ....

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Debit
Rp
40.360.420.000
Rp
5.000.000.000
Rp
358.740.234.000
Rp
12.500.000.000
Rp
5.000.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.500.000.000

Kredit
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
250.000.000
Rp
25.000.000.000
Rp
45.750.654.000
Rp
(354.850.000.000
)
Rp
(60.750.654.000)
Rp
8.000.000.000
Rp
7.500.000.000
Rp
36.750.654.000
Rp
55.850.000.000
Rp
250.000.000.000
Rp
45.500.000.000
Rp
-

138

6.2.2.01.
01
7.1.4.01.
01
7.2.1.01.
01
7.2.2.02.
01
8.2.1.02.
08
8.2.1.03.
01
8.2.1.04.
18
9.1.3.01.
03
9.1.6.01.
01
9.2.4.01.
01

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ...........


Pinjaman Dalam Negeri dari Bank ............
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal pada BUMD
Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LO
Dana Alokasi Umum - LO
DAK Bidang Pendidikan - LO
Beban Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan B
ank
Beban Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarak
atan
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa.

Rp
2.000.000.000
Rp
Rp
5.000.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
Rp
Rp
250.000.000
Rp
3.500.000.000
Rp
2.000.000.000

Rp440.350.654.000
,00

Jumlah

Rp
Rp
25.000.000.000
Rp
Rp
Rp
55.850.000.000
Rp
255.000.000.000
Rp
45.500.000.000
Rp
Rp
Rp
-

Rp440.350.654.000
,00

LANGKAH 6:
Penyusunan Laporan Keuangan

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


DINAS KESEHATAN

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014


No

Uraian

2014

8.0.0

8.1.0

8.1.1

8.1.2

8.1.3

8.1.4

6
7

8.2.0

8.2.1

PENDAPATAN - LO
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
Pendapatan Pajak Daerah - LO
Pendapatan Retribusi Daerah - LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipi
sahkan - LO
Lain-lain PAD Yang Sah - LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

356.350.000.000

PENDAPATAN TRANSFER - LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

139

8.2.2

10

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO

Rp

8.2.3

11

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO

Rp

Rp

356.350.000.000

12

Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)

8.3.0

13

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO

8.3.1

14

Pendapatan Hibah - LO

Rp

8.3.3

15

Pendapatan Lainnya - LO
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (14 s.d.

Rp

Rp

Rp

356.350.000.000

16

15)

JUMLAH PENDAPATAN (7+12+16)

17
9.0.0

18

9.1.0

19

9.1.1

20

Beban Pegawai - LO

Rp

9.1.2

21

Beban Barang dan Jasa

Rp

9.1.3

22

Beban Bunga

Rp

250.000.000

9.1.4

23

Beban Subsidi

Rp

9.1.5

24

Beban Hibah

Rp

9.1.6

25

Beban Bantuan Sosial

Rp

9.1.7

26

Beban Penyusutan dan Amortisasi

Rp

9.1.8

27

Beban Penyisihan Piutang

Rp

9.1.9

28

Beban Lain-lain

Rp

29

BEBAN
BEBAN OPERASI - LO

Jumlah Beban Operasi (20 s.d. 28)

Rp

3.500.000.000

3.750.000.000

9.2.0

30

9.2.1

31

Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah

Rp

9.2.2

32

Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Rp

9.2.3

33

Rp

9.2.4

34

Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

Rp

9.2.5

35

Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

Rp

36
37

BEBAN TRANSFER

Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah


Lainnya

Jumlah Beban Transfer (31 s.d. 35)


JUMLAH BEBAN (29+36)

38

SURPLUS (DEFISIT) DARI OPERASI (17-37)

39

SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

2.000.000.000
-

Rp

2.000.000.000

Rp

5.750.000.000

Rp

350.600.000.000

8.4.0

40

8.4.1

41

Surplus Penjualan Aset Non Lancar - LO

Rp

8.4.2

42

Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO

Rp

8.4.3

43

Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO

Rp

Rp

44

SURPLUS NON OPERASIONAL - LO

Jumlah Surplus Non Operasional (41 s.d. 43)

9.3.0

45

DEFISIT NON OPERASIONAL

9.3.1

46

Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO

Rp

9.3.2

47

Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO

Rp

9.3.3

48

Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO

Rp

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

140

49

Jumlah Defisit Non Operasional (46 s.d. 48)

Rp

50

JUMLAH SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON


OPERASIONAL (44-49)

Rp

51

SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA (38+50)

Rp

350.600.000.000

Rp

Rp

Rp

8.5.0

52

PENDAPATAN LUAR BIASA - LO

8.5.1

53

Pendapatan Luar Biasa - LO


Jumlah Pendapatan Luar Biasa (53)

54
9.4.0

55

BEBAN LUAR BIASA

9.4.1

56

Beban Luar Biasa

57

Jumlah Beban Luar Biasa (56)

Rp

58

POS LUAR BIASA (54-57)

Rp

Rp

350.600.000.000

59

SURPLUS (DEFISIT) - LO (50+58)

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


PPKD

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014 DAN 2013

No

Uraian

2014

Ekuitas Awal

Rp

45.750.654.000

Surplus/Defisit LO

Rp

350.600.000.000

Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:

Koreksi Nilai Persediaan

Rp

Selisih Revaluasi Aset Tetap

Rp

Lain-lain

Rp

Rp

396.350.654.000

Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


DINAS KESEHATAN

NERACA
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

141

PER 31 Desember 2014 DAN 2013


No

Uraian

2014

2013

1.0.0

1.1.0

1.1.1

Kas dan Setara Kas

Rp

40.360.420.000,00

Rp

35.750.654.000,00

1.1.2

Investasi Jangka Pendek

Rp

Rp

1.1.3

Piutang Pendapatan

Rp

5.000.000.000,00

Rp

1.1.4

Piutang Lainnya

Rp

Rp

1.1.5

Penyisihan Piutang

Rp

Rp

1.1.6

Beban Dibayar Dimuka

Rp

Rp

1.1.7

1.1.8

10
11

1.2.0

12

1.2.1

13

1.2.2

14
15

ASET
ASET LANCAR

Persediaan
Aset Untuk Dikonsolida
sikan
Jumlah Aset Lancar (3
s.d. 10)
INVESTASI JANGKA PANJA
NG
Investasi Jangka Panjan
g Non Permanen
Investasi Jangka Panjan
g Permanen
Jumlah Investasi
Jangka Panjang (13 s.d. 14)
ASET TETAP

Rp
-

Rp
-

Rp

358.740.234.000,00

Rp

Rp

404.100.654.000,00

Rp

35.750.654.000,00

Rp

Rp

Rp

12.500.000.000,00

Rp

10.000.000.000,00

Rp

12.500.000.000,00

Rp

10.000.000.000,00

1.3.0

16

1.3.1

17

Tanah

Rp

Rp

1.3.2

18

Peralatan dan Mesin

Rp

Rp

1.3.3

19

Rp

Rp

1.3.4

20

Gedung dan Bangunan


Jalan, Irigasi, dan Jaring

Rp

Rp

1.3.5

21

Aset Tetap Lainnya

Rp

Rp

1.3.6

22

Konstruksi Dalam Peng


erjaan

Rp

Rp

1.3.7

23

Rp

Rp

Rp

Rp

24

an

Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
(17 s.d. 23)
DANA CADANGAN

1.4.0

25

1.4.1

26

Dana Cadangan

Rp

5.000.000.000,00

Rp

27

Jumlah Dana
Cadangan (26)

Rp

5.000.000.000,00

Rp

1.5.0

28

ASET LAINNYA

1.5.1

29

Rp

Rp

1.5.2

30

Rp

Rp

1.5.3

31

Rp

Rp

Tagihan Jangka Panjang


Kemitraan dengan Piha
k Ketiga
Aset Tidak Berwujud

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

142

1.5.4

32
33
34

2.0.0

35

2.1.0

36

2.1.1

37

2.1.2

38

2.1.3

39

2.1.4

40

2.1.5

41

Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya
(29 s.d. 32)
JUMLAH ASET
(11+15+24+27+33)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PEN
DEK
Utang Perhitungan Piha
k Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Ja
ngka Panjang
Pendapatan Diterima Di
muka
Utang Belanja

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

421.600.654.000,00

Rp

45.750.654.000,00

Rp

Rp

Rp

250.000.000,00

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

42

Utang Jangka Pendek La


innya

Rp

Rp

43

Jumlah Kewajiban
Jangka Pendek (37 s.d. 42)

Rp

250.000.000,00

Rp

KEWAJIBAN JANGKA PANJ


ANG
Utang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang L
ainnya

Rp

25.000.000.000,00

Rp

Rp

Rp

47

Jumlah Kewajiban
Jangka Panjang (45 s.d. 46)

Rp

25.000.000.000,00

Rp

48

JUMLAH
KEWAJIBAN (43+47)

Rp

25.250.000.000,00

Rp

3.0.0

49

EKUITAS

3.1.0

50

3.1.1

51

Rp

396.350.654.000,00

Rp

45.750.654.000,00

Rp

Rp

Rp

396.350.654.000,00

Rp

45.750.654.000,00

Rp

421.600.654.000,00

Rp

45.750.654.000,00

2.1.6

2.2.0

44

2.2.1

45

2.2.2

46

3.1.3

52
53
54

EKUITAS
Ekuitas
Ekuitas untuk Dikonsoli
dasikan
Jumlah Ekuitas (51
s.d. 52)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS (48+53)

PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR


DINAS KESEHATAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA


DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 Desember 2014
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

143

No

Uraian

Anggaran Setelah
Perubahan 2014

Realisasi 2014

99%

4.0.0
4.1.0

4.1.1

Pendapatan Pajak Daerah - LRA

4.1.2

Pendapatan Retribusi Daerah - LRA

4.1.3

4.1.4

4.2.0

4.2.1

4.2.2

10

4.2.3

11
12

PENDAPATAN - LRA
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekay


aan Daerah yang Dipisahkan - LRA
Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3
s.d. 6)
PENDAPATAN TRANSFER - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pus
at-Dana Perimbangan - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pus
at - Lainnya - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Dae
rah Lainnya - LRA
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d.
11)
LAINLAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH LRA

4.3.0

13

4.3.1

14

Pendapatan Hibah - LRA

4.3.2

15

Dana Darurat - LRA

4.3.3

16

Pendapatan Lainnya - LRA

17

Jumlah Lain-lain Pendapatan


Daerah yang Sah (14 s.d. 16)
JUMLAH PENDAPATAN
(7+12+17)

18
5.0.0
5.1.0

19
20

5.1.1

21

Belanja Pegawai

5.1.2

22

Belanja Barang dan Jasa

5.1.3

23

Belanja Bunga

5.1.4

24

Belanja Subsidi

5.1.5

25

Belanja Hibah

5.1.6

26

Belanja Bantuan Sosial

27

Rp
Rp
-

Rp
Rp
-

Rp
-

Rp
-

Rp
Rp
-

Rp
Rp
-

Rp
354.850.000.000
Rp
Rp
Rp
354.850.000.000

Rp
351.350.000.000
Rp
Rp
Rp
351.350.000.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
354.850.000.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
351.350.000.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.500.000.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3.500.000.000

Rp

Rp

BELANJA
BELANJA OPERASI

Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

100%

144

5.2.0

28

5.2.1

29

Belanja Modal Tanah

5.2.2

30

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

5.2.3

31

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

5.2.4

32

5.2.5

33

gan

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jarin


Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)

5.3.0

35

BELANJA TAK TERDUGA

5.3.1

36

Belanja Tak Terduga

37

Jumlah Belanja Tak Terduga (36)

38

JUMLAH BELANJA (27+34+37)

6.0.0
6.1.0

39
40

6.1.1

41

6.1.2

42

ya

43

Jumlah Transfer Bagi Hasil


Pendapatan (41 s.d. 42)

6.2.0

44

6.2.1

45

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN


Transfer Bantuan Keuangan ke Pemer
intah Daerah Lainnya

6.2.2

46

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

6.2.3

47

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

49

3.500.000.000

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
-

Rp
2.500.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
6.000.000.000

Rp
Rp
Rp
3.500.000.000

Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
Rp
-

Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
2.000.000.000
Rp
8.000.000.000

Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
Rp
2.000.000.000
Rp
2.000.000.000
Rp
5.500.000.000

Rp
346.850.000.000

Rp
345.850.000.000

Rp
35.750.654.000
Rp
Rp
Rp

Rp
35.750.654.000
Rp
Rp
Rp

BELANJA MODAL

34

48

3.500.000.000

0%

TRANSFER
TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainn

Jumlah Transfer Bantuan


Keuangan (45 s.d. 47)
JUMLAH TRANSER (43+48)

50

JUMLAH BELANJA DAN


TRANSFER (38+49)

51

SURPLUS (DEFISIT) (18-50)

7.0.0
7.1.0

52
53

PEMBIAYAAN

7.1.1

54

Penggunaan SiLPA

7.1.2

55

Pencairan Dana Cadangan

7.1.3

56

7.1.4

57

100%

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yan


g Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

100%

100%
145

7.1.5

25.000.000.000

25.000.000.000

Rp
Rp
60.750.654.000

Rp
Rp
60.750.654.000

66

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan


(61 s.d. 64)
JUMLAH PEMBIAYAAN NETO
(59-65)

Rp
5.000.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
Rp
7.500.000.000
Rp
53.250.654.000

Rp
5.000.000.000
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
Rp
7.500.000.000
Rp
53.250.654.000

67

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN


(51+66)

Rp
400.100.654.000

Rp
399.100.654.000

58

Penerimaan Kembali Piutang

59
7.2.0

60

Jumlah Penerimaan Pembiayaan


(54 s.d. 58)
PENGELUARAN PEMBIAYAAN

7.2.1

61

Pembentukan Dana Cadangan

7.2.2

62

7.2.3

63

7.2.4

64
65

Penyertaan Modal/Investasi Pemerin


tah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah

100%
100%

LANGKAH 7:
Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
Jurnal Penutup LRA
Tanggal

Kode Akun

31/12/2014

3.1.2.03.01
3.1.2.04.01
3.1.2.05.01
3.1.2.01.01
3.1.2.02.01

31/12/2014

Nama Akun

Ref

Apropriasi Belanja
Apropriasi Pengeluaran Pembia
yaan
Estimasi Perubahan SAL

Kredit

Debit
Rp

8.000.000.000

Rp

7.500.000.000

Rp 400.100.654.000
Rp
354.850.000.000
Rp
60.750.654.000

Estimasi Pendapatan
Estimasi Penerimaan Pembiaya
an

4.2.1.02.08

Bagi Hasil dari Pertambangan


Minyak Bumi - LRA

Rp

55.850.000.000

Rp

4.2.1.03.01

Dana Alokasi Umum - LRA

Rp 250.000.000.000

Rp

4.2.1.04.18

DAK Bidang Pendidikan - LRA

Rp

Rp

5.1.6.01.01

Belanja Bantuan Sosial kepada


Organisasi Sosial Kemasyarakat
an ....

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

45.500.000.000

Rp 3.500.000.000

146

31/12/2014

6.2.2.01.01

Transfer Bantuan Keuangan ke


Desa ...........

7.1.4.01.01

Pinjaman Dalam Negeri dari Ba


nk ............

7.2.1.01.01

Pembentukan Dana Cadangan

Rp 5.000.000.000

7.2.2.02.01

Penyertaan Modal pada BUMD

Rp 2.500.000.000

3.1.2.06.01

Surplus/Defisit - LRA

Rp
363.350.000.000

3.1.2.06.01

Surplus/Defisit - LRA

Rp 2.000.000.000

Rp

25.000.000.000

Rp

Rp 363.350.000.000
Rp
363.350.000.000

Estimasi Perubahan SAL


3.1.2.05.01

Jurnal Penutup LO
Tanggal

31/12/2014

31/12/2014

Kode Akun

Nama Akun

Ref

Kredit

Debit

8.2.1.02.08

Bagi Hasil dari Pertambangan


Minyak Bumi - LO

Rp

55.850.000.000

Rp

8.2.1.03.01

Dana Alokasi Umum - LO

Rp 255.000.000.000

Rp

8.2.1.04.18

DAK Bidang Pendidikan - LO

Rp

Rp

9.1.3.01.03

Beban Bunga Utang Pinjaman k


epada Lembaga Keuangan Bank

Rp

250.000.000

9.1.6.01.01

Beban Bantuan Sosial kepada O


rganisasi Sosial Kemasyarakata
n

Rp

3.500.000.000

9.2.4.01.01

Beban Transfer Bantuan Keuan


gan ke Desa.

Rp

2.000.000.000

3.1.1.02.01

Surplus/Defisit - LO

Rp 350.600.000.000

3.1.1.02.01

Surplus/Defisit - LO

3.1.1.01.01

Ekuitas

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

45.500.000.000

Rp 350.600.000.000
Rp 350.600.000.000

147

LANGKAH 8:
Penyusunan Neraca Saldo setelah Penutupan

Pemerintah Kabupaten Adil Makmur


NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per Tanggal 31 Desember 2014
PPKD
Kode dan Nama Akun

Saldo Akhir

Ref

Debit

Kredit

1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah

Rp

4.609.766.000,00

Rp

1.1.3.05.03 Piutang Dana Alokasi Umum

Rp

5.000.000.000,00

Rp

1.1.8.01.01 RK SKPD.

Rp 358.740.234.000,00

Rp

1.2.2.01.02 Penyertaan Modal Kepada BUMD

Rp

2.500.000.000,00

Rp

1.4.1.01.01 Dana Cadangan ......

Rp

5.000.000.000,00

Rp

2.1.1.01.01 Utang Taspen

Rp

Rp

2.1.1.02.01 Utang Iuran Jaminan Kesehatan

Rp

Rp

2.1.1.03.01 Utang PPh 21

Rp

Rp

2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat

Rp

Rp

2.1.2.04.01 Utang Bunga kepada Bank


2.2.1.01.01
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan

Rp

Rp

250.000.000,00

Rp

Rp

25.000.000.000,00

3.1.1.01.01 Ekuitas

Rp

Rp 350.600.000.000,00

TOTAL

Rp 375.850.000.000,00

Rp 375.850.000.000,00

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

148

TOPIK VI
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (KONSOLIDASIAN)

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mempelajari Topik ini:
Peserta mampu menyusun laporan keuangan pemerintah daerah meliputi LO,
LPE, Neraca, LRA, LPSAL, LAK dan CaLK.
No.
1

Sub Topik
Laporan Keuangan
Konsolidasian

Laporan Perubahan SAL

Laporan Arus Kas

Catatan atas Laporan


Keuangan

Kata Kunci
Kertas Kerja Penyusunan LRA, LO, Neraca
dan
Laporan
Perubahan
Ekuitas
Konsolidasian
Penyusunan LPSAL , sistematika LPSAL
Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi,
Aktivitas Pen
danaan, Aktivitas Transitoris
Penyusunan CaLK, Format CaLK, Sistematika
CaLK

Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
4. Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerahn
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
8. Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah SAP
berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
dagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

149

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

150

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (LKK)


Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan
keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai
satu entitas tunggal. Laporan Keuangan Pemda disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari
seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang terdapat pada Pemda.
Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesungguhnya merupakan
pekerjaan sederhana secara logika, karena pada dasarnya hanya menjumlahkan akunakun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari seluruh SKPD ditambah dengan
akun-akun yang ada dalam laporan keuangan PPKD. Khusus untuk penggabungan
neraca, ada akun yang harus dielimasi yaitu akun resiprokal yang hanya mencakup dua
akun, yaitu akun RK-PPKD lawan RK-SKPD. Problem dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasian lebih kepada volume pekerjaan yang relatif besar, sehingga
membutuhkan energi ekstra, kecermatan, ketelitian dan tentunya kesabaran dalam
melakukan verifikasi dan rekonsiliasi. Problem tersebut bisa diatasi secara signifikan
dengan menggunakan software aplikasi akuntansi, namun perlu diingat bahwa software
hanya sekedar tools atau alat bantu yang tidak sepenuhnya bisa menggantikan tugastugas tenaga akuntansi.
Adapun tahapan penyusunan laporan keuangan konsolidasian berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013
adalah sbb:
1. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) dengan lajur sesuai dengan banyaknya SKPD dan PPKD sebagai
alat untuk menyusun Neraca Saldo Gabungan SKPD dan PPKD. Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo
SKPD yang dimasukkan dalam kertas kerja konsolidasi adalah Neraca Saldo yang sudah
disesuaikan. Setelah memasukkan neraca saldo kedalam kertas kerja konsolidasi, fungsi akuntansi
PPKD membuat jurnal eliminasi untuk menghapus akun transitoris yaitu akun RK-PPKD lawan RKSKPD. Format kertas kerja untuk penyusunan neraca saldo Pemda adalah sebagai berikut:

KODE
REK

NAMA
REKENING

NS.S.PENY-PPKD

PENYESUAIAN
(ELIMINASI)

NS.S.PENY-SKPD A

NS.S.PENY-SKPD B

NS.S.PENYPEMDA

DEBET

KREDIT

DEBET

KREDIT

DEBET

KREDIT

DEBET

KREDIT

DEBIT

KREDIT

1...

Akun Asset

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

2...

Akun Kewajiban

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

3...

Akun Ekuitas

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

4...

Akun PendapatanLRA

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

5...

Akun Belanja

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

6...

Akun Transfer

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

7...

Akun Pembiayaan

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

8...

Akun PendapatanLO

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

9...

Akun Beban

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

XXX

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

151

2. Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi


Berdasarkan Neraca saldo setelah eliminasi, fungsi Akuntansi Pemda kemudian mengidentifikasi
akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO) dan Neraca
Berikut adalah ilustrasi kertas kerja penyusunan LKK, dengan asumsi bahwa di dalam
setiap kertas kerja yang disajikan hanya terdiri dari dua entitas akuntansi yaitu,
entitas akuntansi PPKD dan entitas akuntansi gabungan seluruh SKPD.
Ilustrasi akan disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
Kertas Kerja Penyusunan LRA Konsolidasian
Kertas Kerja Penyusunan LO Konsolidasian
Kertas Kerja Penyusunan LPE Konsolidasian
Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian
PEMERINTAH KABUPATEN ABC
Kertas Kerja
Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 20X1
(dalam ribuan Rupiah)
Kode
Rek

Uraian

4.

PENDAPATAN

4.1

Pendapatan Asli Daerah

PPKD
(Realisasi)

23.659.500

23.659.500

Pendapatan retribusi daerah

7.674.400

7.674.400

Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan


daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
Jumlah PAD

3.500.000

3.500.000

633.646

633.646

35.467.546

35.467.546

55.850.000

55.850.000

Dana Alokasi Umum

250.000.000

250.000.000

Dana Alokasi Khusus

45.500.000

45.500.000

351.350.000

351.350.000

351.350.000

35.467.546

386.817.546

Pendapatan pajak daerah

4.2

Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)

SKPD
(Realisasi)

Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil

Jumlah Pendapatan Transfer


4.3

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

5.

JUMLAH PENDAPATAN
BELANJA

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

152

Kode
Rek

Uraian

PPKD
(Realisasi)

Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)

SKPD
(Realisasi)

Belanja Operasi
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan

215.567.500

215.567.500

Belanja Pegawai-Honor

1.576.000

1.576.000

Belanja Barang dan Jasa

12.064.280

12.064.280

Belanja Bunga

Belanja Bantuan Sosial

3.500.000

3.500.000

Belanja Bantuan Keuangan

2.000.000

2.000.000

45.750.000

45.750.000

Belanja Tak Terduga

Belanja Penyusutan

Belanja Modal
Belanja Modal

165.000.000

JUMLAH BELANJA
6

5.500.000

394.207.780

399.707.780

Transfer
Surplus/Defisit

165.000.000

345.850.000

(358.740.234)

(12.890.234)

Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Pinjaman Pemerintah Pusat

25.000.000

25.000.000

Pembentukan Dana Cadangan

5.000.000

5.000.000

Penyertaan Modal pada BMD

2.500.000

2.500.000

17.500.000

17.500.000

Pengeluaran Pembiayaan

Pembiayaan Netto

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

363.350.000

(358.740.234)

4.609.766

PEMERINTAH KABUPATEN ABC


Kertas Kerja
Penyusunan Laporan Operasional Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 20X1
(dalam ribuan Rupiah)
Kode
Rek

Uraian

8.

PENDAPATAN

8.1

Pendapatan Asli Daerah

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

PPKD
(Realisasi)

SKPD
(Realisasi)

Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)

153

Kode
Rek

PPKD
(Realisasi)

Uraian

SKPD
(Realisasi)

1)

23.700.000

Pendapatan pajak daerah

2)

8.2

Saldo
Gabungan
(Pemda)
(Realisasi)

23.700.000

Pendapatan retribusi daerah

7.686.900

7.686.900

Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan


daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
Sah
Jumlah PAD

3.500.000

3.500.000

633.646

633.646

35.520.546

35.520.546

55.850.000

55.850.000

255.000.000

255.000.000

45.500.000

45.500.000

356.350.000

356.350.000

356.350.000

35.520.546

391.870.546

Beban Pegawai-Gaji dan Tunjangan

215.567.500

215.567.500

Beban Pegawai-Honor

1.576.000

1.576.000

12.139.690

12.139.690

Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum

3)

Dana Alokasi Khusus


Jumlah Pendapatan Transfer
8.3

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

9.

JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN

Beban Barang dan Jasa


Beban Bunga

4)

5)

250.000

250.000

Beban Bantuan Sosial

3.500.000

3.500.000

Beban Bantuan Keuangan

2.000.000

2.000.000

Beban Tak Terduga

6)

45.750.000

45.750.000

5.750.000

275.033.190

280.783.190

350.600.000

(239.512.644)

111.087.356

Belan Penyusutan
JUMLAH BEBAN

SURPLUS/(DEFISIT) KEGIATAN
7)
OPERASIONAL

Keterangan LO:
1) Pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang telah diterima sebesar
Rp23.659.500.000. Jumlah tersebut seluruhnya berasal dari pajak daerah
yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari
pembayaran piutang pajak daerah tahun lalu.
Untuk pengakuan
pendapatan-LO yg berbasis akrual, jumlah pajak daerah yang diterima
tersebut ditambah dengan piutang pendapatan pajak daerah tahun berjalan
yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp 40.500.000, sehingga
jumlah pendapatan pajak daerah yang dilaporkan di LO seluruhnya
berjumlah Rp 23.700.000.000
2) Pendapatan retribusi daerah tahun berjalan yang ditelah diterima sebesar
Rp7.674.400.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari retribusi daerah yang
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

154

diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari pembayaran
piutang retriubsi tahun lalu. Untuk pengakuan pendapatan-LO yg berbasis
akrual, jumlah retribusi yang diterima tersebut ditambah dengan piutang
retribusi tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar
Rp12.500.000, sehingga jumlah pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO
seluruhnya berjumlah Rp7.686.900.000.
3) Jumlah pendapatan DAU yang dilaporkan di LRA adalah jumlah yang telah
diterima (basis kas). Sementara di dalam LO, jumlah pendapatan DAU yang
diakui adalah jumlah yang seharusnya diterima tahun berjalan yaitu sebesar
Rp255.000.000.000,- (basis akrual).
4) Belanja barang dan jasa yang dilaporkan di LRA sebesar Rp12.064.280.000,merupakan belanja yang telah dibayar (dipertanggungjawabkan) pada tahun
berjalan. Jumlah tsb seluruhnya merupakan beban tahun berjalan, dalam
arti tidak ada pembayaran untuk membayar utang belanja barang dan jasa
tahun lalu. Oleh karena itu, jumlah beban barang dan jasa yg dilaporkan di
LO (basis akrual) berasal dari jumlah belanja barang dan jasa yang telah
dilaporkan di LRA ditambah dengan belanja barang dan jasa tahun berjalan
yang sudah terjadi tetapi belum dibayar (utang belanja) yaitu sebesar
Rp110.410.000, dan dikurangi dengan kenaikan saldo persediaan akhir
sebesar Rp35.000.000,-, sehingga total beban barang dan jasa di LO sebesar
Rp12.139.690.000,- (Rp12.064.280.000 + Rp110.410.000 Rp35.000.000).
5) Di LRA tidak terdapat belanja bunga, karena belum ada belanja bunga yang
sudah dibayar. Namun bunga yang terutang pada tahun berjalan atas
pinjaman jangka panjang kepada pemerintah pusat sebesar Rp250.000.000
sudah dapat diakui di LO sebagai beban bunga tahun berjalan.
6) Di dalam LO tidak ada belanja modal, karena belanja modal merupakan
belanja untuk memperoleh aset tetap dan aset lain-lain yang memiliki
manfaat lebih dari satu tahun, sehingga di dalam entitas akuntansi keuangan
pengaruh dari transaksi belanja modal langsung dicatat dengan mendebit
akun aset yang bersangkutan (bukan dengan jurnal korolari). Namun di sisi
lain, harus ada pengakuan penyusutan atas aset yang dikapitalisasi tersebut
sebagai beban penyusutan yang harus dilaporkan di LO. Di sisi lain,
akumulasi penyusutan dilaporkan di Neraca sebagai contra account atas
akun aset tetap. Beban penyusutan hanya ada di LO SKPD, karena di Neraca
PPKD tidak pernah ada akun aset tetap.
7) Dalam ilustrasi ini diasumsikan tidak ada transaksi surplus/defisit dari
kegiatan non operasional dan juga tidak ada transaksi luar biasa. Di samping
itu di LO tidak akan pernah disajikan akun transaksi pembiayaan, karena
pemibiayaan itu bukan pendapatan maupun beban. Sehingga LO dalam
ilustrasi di atas hanya disajikan sampai Surplus/Defisit dari Kegiatan
Operasional.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

155

PEMERINTAH KABUPATEN ABC


Kertas Kerja Konsolidasi
Penyusunan Neraca Daerah Konsolidasian
Per 31 Desember 20X1
(dalam ribuan rupiah)
Kode
Rek

Nama Rekening
ASET
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang Pajak Daerah
Piutang Retribusi
Piutang DAU
Persediaan
Total Aset Lancar
Aset Non Lancar
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap2)
Nilai Buku Aset Tetap
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Total Aset Non Lancar
RK-SKPD1)
TOTAL ASET

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

PPKD

40.470.152

SKPD

Ayat Eliminasi
Debit

Kredit

Neraca
Konsolidasian

45.470.152

40.500
12.500
235.000
288.000

40.470.152
40.500
12.500
5.000.000
235.000
45.758.152

12.500.000
5.000.000
17.500.000
358.740.234
421.710.386

915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
350.000
869.600.000
869.888.000

12.500.000
915.000.000
(45.750.000)
869.250.000
5.000.000
350.000
887.100.000
932.858.152

5.000.000

156

358.740.234

Kode
Rek

Nama Rekening

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK3)
Utang Belanja
Utang Bunga
Total Kewajiban jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
TOTAL KEWAJIBAN

PPKD

109.732

SKPD

Ayat Eliminasi
Debit

Kredit

Neraca
Konsolidasian

250.000
359.732

110.410
110.410

109.732
110.410
250.000
470.142

25.000.000
25.359.732

110.410

25.000.000
25.470.142

45.750.654
350.600.000

796.300.654
111.087.356
907.388.010

EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun
Surplus (Defisit)-LO
RK-PPKD1)
TOTAL EKUITAS AKHIR TAHUN

396.350.654

750.550.000
(239.512.644)
358.740.234
869.777.590

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS

421.710.386

869.888.000

358.740.234

932.858.152

Keterangan:
1)
RK-SKPD = RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU dari SKPD (-) Pendapatan SKPD
yang telah disetor ke Kasda.
2)
Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini, sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan jumlah beban
penyusutan yang diakui tahun ini.
3)
Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

157

PEMERINTAH KABUPATEN ABC


Kertas Kerja Konsolidasi
Penyusunan LPE Konsolidasian
Per 31 Desember 20XX
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN
Ekuitas awal
Surplus/defisit LO
Dampak kumulatif Perubahan
Kebijakan/ Kesalahan mendasar
Koreksi Nilai Persediaan
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir

PPKD

20X1
SKPD

45.750.654
350.600.000

750.550.000
(239.512.644)

LPE
Konsolidasian
796.300.654
111.087.356

396.350.654

511.037.356

907.388.010

A. PENYUSUNAN LAPORAN PERUBAHAN SAL


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Laporan tersebut terdiri dari Saldo anggaran lebih, dikurangi
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan
dijumlahkan dengan Sisa Lebih atau Kurang Pembiayaan Anggaran, Koreksi Kesalahan
Pembukuan Tahun Sebelumnya, dan Lain-lain.
Format LPSAL sebagai berikut:

Sumber : PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

158

B. PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS


Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah
unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Unit organisasi yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum
negara/daerah.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Terdapat sedikit
perbedaan pada klasifikasi dan unsur LAK versi SAP berbasis CTA (PP 24/2005) dan LAK
versi SAP berbasis akrual (PP 71/2010). Perbedaan itu secara ringkas dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 2 Perbandingan LAK berbasis CTA dengan LAK berbasis Akrual
Uraian
LAK (SAP berbasis CTA)
LAK (SAP berbasis Akrual)
Klasifikasi
1. Aktivitas Operasi
1. Aktivitas Operasi
2. Aktivitas Investasi Non2. Aktivitas Investasi
Keuangan
3. Aktivitas Pendanaan
3. Aktivitas Pembiayaan
4. Aktivitas Transitoris
4. Aktivitas Non-Anggaran
Aktivitas
Mencakup
penerimaan
Investasi
/pengeluaran kas dari transaksi
Nonpenjualan/pembelian aset
Keuangan
tetap.
Aktivitas
MencakupPenerimaan/pengeluar
Investasi
an kas
transaksipenjualan/pembelian
aset tetap,perolehan/penjualan
investasijangka
panjang,pembentukan/pencairan
dana
Cadangan
Aktivitas
Mencakup penerimaan/
Pembiayaan
pengeluaran kas dari transaksi
perolehan/penjualan investasi
jangka panjang,
penarikan/pembayaran
pinjaman,
pembentukan/pencairan dana
Aktivitas
Mencakup
transaksi
Pendanaan
penerimaan/pengeluaran kasdari
transaksipenarikan/pembayaran
pinjaman.
Aktivitas
Mencakuppenerimaan/pengelu
Substansi sama hanya beda
non
aran kas daritransaksi di luar
istilah, di sini menggunakan
APBD, sepertitransaksi PFK,
istilah Aktivitas Transitoris
Anggaran
contoh iuran
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

159

taspen, askes.
Sumber : diolah penulis dari PP 24/2005 dan PP 71/2010

1. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukanuntuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkankemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
cukup untukmembiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang
tanpa mengandalkansumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
a. Penerimaan Perpajakan
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Retribusi;
c. Penerimaan Hibah;
d. Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah danInvestasi Lainnya;
e. Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
f. Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk:
a. Pembayaran Pegawai;
b. Pembayaran Barang;
c. Pembayaran Bunga;
d. Pembayaran Subsidi;
e. Pembayaran Hibah;
f. Pembayaran Bantuan Sosial;
g. Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
h. Pembayaran Transfer.
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukanuntuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
yang tidaktermasuk dalam setara kas.Arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasbruto dalam rangka perolehan
dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuanuntuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat dimasa yang akan
datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
a. Penjualan Aset Tetap;
b. Penjualan Aset Lainnya;
c. Pencairan Dana Cadangan;
d. Penerimaan dari Divestasi;
e. Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

160

Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:


a. Perolehan Aset Tetap;
b. Perolehan Aset Lainnya;
c. Pembentukan Dana Cadangan;
d. Penyertaan Modal Pemerintah;
e. Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang yangberhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utangjangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
dan komposisi piutangjangka panjang dan utang jangka panjang.Arus kas dari
aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasyang
berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a. Penerimaan utang luar negeri;
b. Penerimaan dari utang obligasi
c. Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
d. Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
a. Pembayaran pokok utang luar negeri;
b. Pembayaran pokok utang obligasi;
c. Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
d. Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.
4. Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidaktermasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas
dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto
yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari
bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.PFK menggambarkan kas yang
berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau
diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potonganTaspen dan Askes.
Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum
negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan
penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali
uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

161

pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang


persediaan kepada bendahara pengeluaran.
5. Ilustrasi Penyusunan LAK
Ilustrasi penyusunan LAK berikut ini menggunakan data LRA Konsolidasian yang
telah dibuat di atas, ditambah informasi lain yang relevan, sepert data mengenai
arus kas masuk/keluar dari transaksi transitoris (non anggaran).

PEMERINTAH KABUPATEN ABC


Kertas Kerja
Laporan Arus Kas Konsolidasian
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1
(dalam ribuan rupiah)

URAIAN
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk
Penerimaan Pajak Daerah
Penerimaan Retribusi daerah
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Lain-lain PAD yang Sah
Penerimaan Dana Bagi Hasil
Penerimaan Dana Alokasi Umum
Penerimaan Dana Alokasi Khusus
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Pembayaran Pegawai
Pembayaran Barang dan Jasa
Pembayaran Bunga
Pembayaran Bantuan Sosial
Pembayaran Bantuan Keuangan
Pembayaran Tidak Terduga
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktlvitas Operasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Arus Kas Masuk
Penerimaan Penjualan Aset Tetap

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

20X1

20X0

23.659.500
7.674.400
3.500.000

Xxx
Xxx
Xxx

633.646
55.850.000
250.000.000
45.500.000
-

Xxx
Xxx
Xxx
Xxx

386.817.546

xxx

217.143.5
00
12.064.28
0
3.500.000
2.000.000
234.707.780
152.109.766

xxx

xxx
xxx

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

162

URAIAN

20X1

20X0
xxx
xxx

Jumlah Arus Masuk


Arus Kas Keluar
Pembayaran Perolehan Aset Tetap
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal pada BUMD
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Arus Kas Masuk
Penerimaan Pinjaman dari Pemerintah
Pusat
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Pendanaan
ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS
Arus Kas Masuk
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk
Arus Kas Keluar
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
Jumlah Arus Keluar
Jumlah Arus Kas Bersih dart Aktivitas Transitoris
Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode
Saldo Awal Kas
Saldo Akhir Kas

165.000.000
5.000.000
2.500.000
172.500.000
(172.500.000)

xxx
xxx
xxx
xxx
xxx

25.000.000

xxx
xxx

xxx
25.000.000

xxx

52.330.816
52.330.816

xxx
Xxx

52.221.084
52.221.084
109.732

Xxx
Xxx
Xxx

4.719.498
35.750.654
40.470.152

Xxx
Xxx
35.750.654

C. PENYUSUNAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan merupakan informasi yang kompleks dan disusun
berdasarkan standar tertentu yang dapat berpotensi menimbulkan kesalahpahaman
antara penyusun dan pengguna laporan keuangan. Kesalahpahaman yang terjadi di
kalangan pengguna laporan keuangan dapat disebabkan oleh persepsi dari pembaca
laporan keuangan yang berbeda dengan penyusun laporan keuangan. Untuk
menghindari kesalahpahaman tersebut, laporan keuangan harus disertai dengan
Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna
dalam memahami Laporan Keuangan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

163

CaLK pada dasarnya harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: 1


1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target
2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan
3. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan
5. Mengungkapkan informasi untuk akun-akun aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan
6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.
Format Catatan atas Laporan Keuangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3 Format Catatan atas Laporan Keuangan
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN..
Bab I
Pendahuluan
1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan
1.2 Landasan hukum penyusunan laporan keuangan
1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan
Bab II
Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD
2.1 Ekonomi makro
2.2 Kebijakan Keuangan
2.3 Indikator pencapaian target inerja APBD
Bab III
Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan
3.2 Hambatan dan Kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan
Bab IV
Kebijakan Akuntansi
4.1 Entitas pelaporan keuangan daerah
4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemda
4.3 Basis pengukuran yang mendasri penyusunan laporan keuangan Pemda
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada
dalam standar akuntansi pemerintahan daerah
Bab V
Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
5.1 Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan pemda
5.1.1
Pendapatan-LRA
5.1.2
Belanja
5.1.3
Transfer

5.1.4
5.1.5

Pembiayaan
Pendapatan-LO

Merujuk pada PP nomor 71 tahun 2010 paragraf 75.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

164

Bab VI
Bab VII

5.1.6 Beban
5.1.7 Aset
5.1.8 Kewajiban
5.1.9 Ekuitas
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada pemda
Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan pemda
Penutup

Sumber: Permendagri 64/2013


Sistematika penulisan CALK
Memuat penjelasan mengenai sistematika isi CALK dengan menggunakan
struktur CaLK seperti yang ditetapkan Permendagri 64/2013.
Adapun isi dari setiap bab dalam CaLK adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
1.1.

1.2.

Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan


Berisi maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan.
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan SKPD. Landasan hukum
yang menjadi rujukan adalah yang paling mengikat sebagai dasar hukum
penyajian laporan keuangan, antara lain tetapi tidak terbatas pada:
1) Pasal 23 ayat (1) UUD 1945
2) Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara.
3) Pasal yang menyangkut pertanggungjawaban dari Undang-undang
tentang APBN dan Perda APBD.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
5) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013.

1.3. Sistematika penulisan CALK


Memuat penjelasan mengenai sistematika isi CALK dengan menggunakan
struktur CaLK seperti yang ditetapkan Permendagri 64/2013.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

165

Bab II. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target-Kinerja


APBD.
Bab ini memberikan penjelasan mengenai informasi tentang kebijakan
fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2.1 Ekonomi Makro
Untuk membantu pembaca Laporan Keuangan, Catatan atas Laporan
Keuangan harus menyajikan informasi yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan seperti bagaimana perkembangan posisi dan kondisi
keuangan/fiskal suatu entitas serta bagaimana hal tersebut tercapai.Oleh
karena itu, suatu entitas harus menyajikan informasi mengenai perbedaan
yang penting posisi dan kondisi keuangan/fiskal periode berjalan bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya, dibandingkan dengan anggaran,
dan dengan rencana lainnya sehubungan dengan realisasi anggaran.
Termasuk dalam penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi
makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran dibandingkan dengan
realisasinya. Untuk dapat mengungkapkan perkembangan keadaan ekonomi
makro dan keuangan SKPD/Pemerintah Daerah, diperlukan suatu kriteria.
Kriteria ini dituangkan sebagai data mengenai kebijakan ekonomi makro dan
kebijakan keuangan. Kondisi ekonomi makro yang perlu diungkapkan dalam
CaLK adalah asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan dalam
penyusunan APBD berikut tingkat capaiannya. Indikator ekonomi makro
tersebut antara lain Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional
Bruto, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, nilai tukar, harga minyak,
tingkat suku bunga dan neraca pembayaran. Penjelasan mengenai asumsi
makro ekonomi yang mendasari laporan keuangan SKPD disesuaikan dengan
landasan penyusunan APBD, perkembangannya dalam Perubahan APBD,
hingga pelaksanaan APBD akhir tahun anggaran. Informasi yang disajikan
memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan yang
dbandingkan dengan periode sebelumnya. dan penjelasan-penjelasan atas
perubahan anggaran yang dilakukan pada SKPD. Serta dijelaskan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan asumsi makro
ekonomi yang membawa dampak terhadap fluktuasi asumsi yang
ditetapkan. Misalnya, dapat diisi dengan berbagai penjelasan mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi penyusunan APBD seperti asumsi makro
yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah dan suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dan hal yang paling
memengaruhi anggaran pendapatan dan belanja secara material.
2.2 Kebijakan Keuangan
Memuat penjelasan mengenai kebijakan keuangan yang ditetapkan pemerintah
daerah sampai dengan akhir tahun anggaran yang berimplikasi terhadap
perubahan Neraca daerah SKPD. Informasi didalamnya memuat posisi dan
kondisi keuangan daerah selama periode berjalan yang dibandingkan dengan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

166

periode sebelumnya, membandingkan anggaran dengan realisasi anggaran


SKPD. Serta dijelaskan mengenai faktor yang melatarbelakangi adanya kebijakan
keuangan oleh pemerintah daerah sehingga terjadi perubahan posisi keuangan.
2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Bagian ini berisi tentang penjelasan mengenai indikator pencapaian target
kinerja. Indikator tersebut dapat menyajikan informasi pencapaian yang
menyangkut efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang dilaksanakan
SKPD. Dua tabel di bawah ini dapat menjadi contoh bagi pengungkapan masingmasing indikator kinerja ekonomi makro dari sudut kebijakan moneter dan
indikator kinerja ekonomi dari sudut kebijakan fiskal.

Indikator pencapaian kinerja dapat dilihat melalui kinerja fiskal, seperti contoh
berikut:
(dalam jutaan rupiah)
APBD
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)

Uraian
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Tingkat Inflasi (persen)
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$)
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen)
Harga Minyak (US$ / barel)
Produksi Minyak (juta barel/hari)

Selanjutnya, CaLK sebisanya memuat ringkasan indikator kinerja program


hingga ke sasarannya.
Sebagai contoh, dapat ditampilkan sebagai berikut:
Instansi: Inspektorat
No
1

Program
- Kegiatan
Peningkatan Pengawasan
Aparatur Negara

udit Operasional
udit Kinerja
-

Indikator
Hasil
- Keluaran
Peningkatan nilai temuan dari
tahun lalu.

Satuan

Sasaran

2%

Jumlah Instansi yang Laporan


Keuangannya sesuai SAP
aporan Hasil Audit
aporan Hasil Audit
umlah Asistensi

Instansi

10

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan
Laporan
Kejadian

167

sistensi SAP

Bab III. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan.


Menyajikan ikhtisar keuangan selama setahun dimana informasi tersebut
terdiri atas ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan dan
hambatan serta kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan. Bagian ini juga harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang
penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama
kali disahkan oleh DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian
target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh
manajemen entitas untuk diketahui pembaca laporan keuangan.
3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja fiskal dan moneter
Pada bagian ini perlu menjelaskan kinerja keuangan entitas dan mengikhtisarkan
indikator dan pencapaian kinerja kegiatan operasional yang berdimensi
keuangan dalam suatu periode pelaporan. Hal ini karena kebutuhan pengguna
laporan keuangan pemerintah tidak hanya melihat entitas dari sisi perubahan
aset bersih saja, namun lebih dari itu, pengguna laporan keuangan pemerintah
sangat tertarik dengan kinerja pemerintah bila dibandingkan dengan target yang
telah ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi
dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dengan membandingkan
keluaran (output) dengan masukan (input). Sedangkan efektivitas diukur dengan
membandingkan hasil (outcome) dengan target yang ditetapkan. Pembahasan
mengenai kinerja keuangan harus dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari
rencana strategis pemerintah dan indikator sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku. Ikhtisar pembahasan kinerja keuangan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus:
(a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan;
(b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan rencana kinerja
keuangan dalam satu entitas pelaporan; dan
(c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan oleh manajemen
untuk dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja
keuangan yang dilaporkan adalah relevan dan andal;
Keterkaitan pelaporan CaLK ini dengan Renstra pun harus tegas terlihat yang
menyatakan bahwa pembahasan mengenai kinerja keuangan harus
dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis pemerintah dan
indikator.
3.2 Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai target yang
telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan sekolah dasar.
Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya
ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

168

Hambatan dan kendala yang dimaksud merupakan hambatan yang dapat


dikendalikan maupun yang tidak. Seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per
program dapat diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung
dan penghambat. ini dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan
penghambat pencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, CaLK dapat menguraikan faktor penghambat
yang menyebabkan pencairan anggaran lambat. Sebagai contoh, dapat diuraikan
di sini bahwa pada tahun anggaran berjalan merupakan tahun anggaran
pertama pelaksanaan sistem anggaran terpadu (unified budget), di mana
belanja pemerintah kota tidak dibedakan lagi menjadi belanja rutin dan belanja
pembangunan. Pelaksanaan sistem baru ini memerlukan penyesuaianpenyesuaian, dan salah satu akibatnya adalah terlambatnya pengesahan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Terlambatnya pengesahan DIPA ini
mengakibatkan realisasi belanja jauh di bawah yang dianggarkan dalam APBD.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut. Dari target yang
telah ditentukan, ternyata tidak dapat tercapai yang disebabkan oleh, antara
lain: (berikut adalah contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan
pajak)
a. tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
b. musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
c. rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini
Tidak tercapainya target Pendapatan Bukan Pajak pada periode ini antara lain
disebabkan:
a. terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran tuntutan
ganti rugi sebagaimana seharusnya,
b. realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga pada
periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.
Hambatan dan Kendala mengenai realiasi belanja misalnya dapat diuraikan
dengan menjelaskan dan menguraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh
dibawah anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari eksternal.
Misalnya, terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan
proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran
sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran.
Bab IV. Kebijakan Akuntansi
Pada bagian ini dijelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas
pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara material
mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

169

Kas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting


yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai. Kebijakan akuntansi
terdiri dari basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, basis
pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan dan penerapan
kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam standar
akuntansi pemerintahan.
Adapun sub bab yang perlu untuk dibahas adalah sebagai berikut:
4.1 Entitas pelaporan
Berisi penjelasan mengenai organisasi sebagai entitas akuntansi dan entitas
pelaporan keuangan daerah. Hal ini karena pengungkapan entitas pelaporan yang
membentuk suatu laporan keuangan untuk tujuan umum akan sangat membantu
pembaca laporan untuk dapat memahami informasi keuangan yang disajikan pada
laporan keuangan. Pembaca laporan akan mempunyai kerangka dalam meng
informasi yang ada. Ketiadaan informasi mengenai entitas pelaporan dan
komponennya
mempunyai
potensi
kesalahpahaman
pembaca
dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Walaupun sudah disinggung dalam Bagian I, uraian ringkas mengenai entitas
pelaporan dapat diulang pada Bagian awal dari Bab IV ini. Hal ini akan lebih
memperjelas domisili dan bentuk hukum suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada serta seluruh unit kerja yang terkait dalam penyajian laporan
keuangan yang diuraikan dalam CaLK ini.
4.2 Basis Akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan SKPD.
Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah menyarankan
penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan laporan keuangan
pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi yang mendasari laporan
keuangan pemerintah semestinya diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Pernyataan tersebut juga termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca
laporan tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Mengingat pemakaian basis akuntansi kas menuju akrual, maka bagian ini akan
berisi uraian mengenai penerapan basis kas dan basis akrual. Akan tetapi, bagian ini
pun akan menjadi tempat bagi penjelasan tentang pemakaian basis akrual penuh,
jika memang hal itu sudah diterapkan. Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis
akuntansi ini adalah sebagai berikut:
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBD yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini aset,
kewajiban, dan ekuitas, yaitu basis akrual.
4.3 Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Berisi informasi tentang penerapan kebijakan basis pengukuran atas penyusunan
rekening laporan keuangan (aset, kewajiban dan ekuitas). Dalam bagian ini disajikan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

170

proses penetapan nilai setiap aset, kewajiban, dan ekuitas. Informasi pengukuran
yang dimaksud adalah menggambarkan nilai perolehan historis (yaitu aset dicatat
sebesar pengeluaran kas dan setara kas) atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk
memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal dan ekuitas
dicatat sebesar selisih antara aset dengan kewajiban. Hal ini karena pengguna
laporan keuangan perlu mengetahui basisbasis pengukuran yang digunakan
sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu basis
pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, maka informasi yang
disajikan harus cukup memadai untuk dapat mengindikasikan aset dan kewajiban
yang menggunakan basis pengukuran tersebut.
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam
Standar Akuntansi Pemerintah
Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian 4.2 dari Bab IV.
Namun demikian, setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan
dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pendapatan
pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib, Kurs. Kebijakan
akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai akun-akun yang disajikan dalam
periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan
Standar ini.
Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin menjelaskan
berbagai kebijakan akuntansi atas elemen-elemen utama laporan keuangan seperti
pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dimuat dalam bagian 4.4 dari
CaLK, kebijakan akuntansi yang hendak dijelaskan pada intinya adalah penjelasan
mengenai basis dan kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan akuntansi
pemerintahan yang menghasilkan Laporan Keuangan. Kebijakan akuntansi yang
perlu dijelaskan adalah kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam mengakui,
mencatat dan melaporkan seluruh hal yang terkait dalam Laporan Keuangan.
Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakup pendapatan,
belanja, pembiayaan, aset, kewajiban dan ekuitas adalah sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/keluar dari Kas Umum
Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai aset
secara umum dan aset secara khusus yang terdiri dari aset lancar, investasi,
aset tetap, dana cadangan. Selain itu, dalam bagian ini pun diuraikan cara
penilaiannya.
Tentang Aset Tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa Aset tetap
mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk
kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. JenisModul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

171

jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka pendek dan


kewajiban jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan yang berkaitan
dengan kewajiban jangka panjang mengandung kompleksitas yang masih belum
banyak diketahui awam, bagian ini perlu ditambahi dengan penjelasan
mengenai aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan berbagai instrumen
hutang jangka panjang seperti obligasi dan lain-lain.
Penjelasan mengenai Kewajiban jangka panjang , misalnya, dapat mengulas
tentang Fixed rate Bonds (FR), atau Hedge bonds (HB), atau surat utang.
Fixed rate bonds-FR adalah obligasi yang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan
pada saat penerbitan, dan dibayarkan secara periodik setiap enam bulan. Tingkat
kupon obligasi jenis FR berkisar antara, misalnya, 10 persen sampai 16,5 persen,
yang terdiri dari 23 seri, dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2005
sampai 2014 (posisi per akhir tahun 200x)
Hedge bonds (HB) adalah obligasi lindung nilai yang berbunga mengambang, dan
terdiri dari enam seri. Tingkat bunga per tahun obligasi jenis ini adalah sebesar
SIBOR (Singapore Interbank Offered rate) ditambah dua persen, dihitung atas
jumlah nominal yang telah disesuaikan terhadap perubahan kurs rupiah terhadap
USD, dan dibayarkan empat kali dalam setahun (quarterly). Pada saat jatuh tempo,
sebagimana terms and condition-nya, HB dapat diganti dengan obligasi lain.
Penjelasan mengenai Ekuitas harus meyakinkan bahwa ekuitas merupakan
kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dengan utang pemerintah.
BAB V. Penjelasan Akun-akun Laporan Keuangan SKPD
Mengungkapkan dan menjelaskan akun-akun akuntansi pada laporan keuangan
SKPD/entitas akuntansi. Apabila terdapat entitas pelaporan yang menyusun
laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus
mengungkapkan akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas.
Memuat penjelasan akun-akun laporan keuangan, terdiri atas pendapatan, belanja,
pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, dan komponen-komponen laporan arus kas.
Bagian ini dapat menjawab tujuan khusus CaLK yaitu : Mengungkapkan informasi
yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada
lembar muka (on the face) laporan keuangan. Selain itu, pada bagian ini, CaLK perlu
menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan lainnya serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan untuk penyajian wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lain. Pengungkapan informasi dalam Catatan
atas Laporan Keuangan harus dapat memberikan informasi lain yang belum
disajikan dalam bagian lain laporan keuangan.
Sub bahasannya adalah :
5.1 Rincian dan penjelasan akun-akun Laporan Keuangan
5.1.1. Pendapatan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

172

Untuk CaLK SKPD, akun pendapatan hanya terdiri atas akun pendapatan asli
daerah.
5.1.2 Belanja.
Untuk CaLK SKPD, akun belanja hanya terdiri atas akun belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja modal.
Contoh Tabel Rincian Realisasi Belanja Modal
Kode
MAK.

Anggaran
Setelah Revisi
3
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp

Uraian Belanja Modal (BM)

1
531111
532111
533111
534111
534112
534113
535111

2
BM Tanah
BM Peralatan dan Mesin
BM Gedung dan Bangunan
BM Jalan dan Jembatan
BM Irigasi
BM Jaringan
BM Fisik Lainnya
Jumlah

Realisasi
Belanja
4
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp

Persentase
5=(4/3)x100%
.%
.%
.%
.%
.%
.%
.%
.%

5.1.3 Aset
Berisi penjelasan akun aset seperti aset lancar, aset tetap, aset lain-lain.
Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap>
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel Daftar Aset Tetap
Nama Aset Tetap
1
Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
Jujumlah

Mutasi

Saldo
Awal

Tambah

Kurang

Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:


Pembelian
Penyelesaian Pembangunan

Saldo
Akhir
5

Rp
Rp

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

173

Transfer dari unit lain


Rp
Hibah (masuk)
Rp
dst
<ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>
Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :
Penghapusan
Rp
Transfer ke unit lain
Rp
Koreksi Pencatatan
Rp
Hibah (keluar)
Rp

Dan seterusnya

Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih mengalami
permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh aset seperti
ini adalah tanah-tanah yang dikuasai pemerintah kota tetapi dalam status sengketa,
aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum dapat dibukukan
karena belum ada berita acara serah terimanya, penambahan nilai gedung tempat
kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi syarat kapitalisasi.
5.1.4 Kewajiban
Berisi penjelasan akun kewajiban seperti kewajiban jangka panjang dan jangka
pendek
5.1.5 Ekuitas
Memuat informasi tentang rincian dan penjelasan akun ekuitas (SKPD), ekuitas
investasi (SKPKD) dan ekuitas cadangan (SKPKD).
5.2 Pengungkapan atas akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya
dengan penerapan basis kas untuk entitas pelaporan yang menggunakan
akuntansi berbasis akrual penuh.
Bagian ini berisi kebijakan akuntansi yang diharuskan Standar Akuntansi
Pemerintah dan pengungkapan atas akun-akun aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual. Entitas pelaporan yang menyusun
laporan keuangan berbasis akrual atas pendapatan dan belanja harus
mengungkapkan akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual dan menyajikan rekonsiliasinya dengan penerapan basis
kas.
Pada entitas pelaporan yang sudah menggunakan asas akrual murni, suatu proses
pengadaan yang belum tuntas sampai pada pengeluaran seluruh belanja dari kas
negara dan penerimaan Berita Acara Serah Terima Barang mungkin sudah
membukukan komitmen kontrak yang ditandatangani sebagai dasar pencatatan
aset tetap dengan nilai sebesar nilai kontrak. Di pihak lain, entitas yang
menggunakan asas kas menuju akrual mungkin baru mencatat aset tetap dalam
akun Konstruksi dalam Pengerjaan dengan nilai sebesar nilai yang tercantum dalam
Berita Acara Kemajuan Pekerjaan. Perbedaan ini akan dapat lebih dimaklumi jika
entitas yang menggunakan asas akrual murni menyajikan rekonsiliasinya dengan
basis kas menuju akrual.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

174

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan mengijinkan entitas pelaporan


menyusun laporan keuangannya dengan basis akrual untuk pendapatan dan
belanja. Entitas pelaporan tersebut harus menyediakan informasi tambahan
termasuk rincian mengenai output entitas dan outcome dalam bentuk indikator
kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain
mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca laporan dapat memahami akun-akun aset dan
kewajiban yang timbul dikarenakan penerapan basis akrual pada akun-akun
pendapatan dan belanja, seperti pendapatan yang diterima di muka, biaya dibayar
di muka, dan biaya penyusutan/depresiasi. Akun-akun aset dan kewajiban tersebut
merupakan akibat dari penerapan basis akrual atas akun-akun pendapatan dan
belanja.
Dengan demikian maka rekonsiliasi yang diharapkan akan dapat menunjukkan
bahwa pengguna basis akrual murni akan mencatatkan kewajiban dan akumulasi
penyusutan yang lebih besar daripada yang menggunakan basis kas menuju akrual,
terutama jika rekonsiliasi terjadi pada tahun berjalan jika aset sudah dicatat sebagai
aset tetap. Tujuan dari rekonsiliasi adalah untuk menyajikan hubungan antara
Laporan Kinerja Keuangan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Laporan rekonsiliasi
dimulai dari penambahan/penurunan ekuitas yang berasal dari Laporan Kinerja
Keuangan yang disusun berdasarkan basis akrual. Nilai tersebut selanjutnya
disesuaikan dengan transaksi penambahan dan pengurangan aset bersih
dikarenakan penggunaan basis akrual yang kemudian menghasilkan nilai yang sama
dengan nilai akhir pada Laporan Realisasi Anggaran.
Oleh karena pada akuntansi berbasis akrual penuh digunakan Laporan Kinerja
Keuangan sebagai laporan yang menunjukkan hasil operasi anggaran, maka
rekonsiliasi dapat dimulai dari catatan yang tercantum pada Laporan Kinerja
Keuangan. Sebagai contoh, rekonsiliasi dilakukan dengan menggunakan asumsi data
keuangan sebagai berikut:
Transaksi
Tanggal 31 Des:
Kontrak pengerjaan
bangunan
senilai
Rp3 milyar, menurut
Berita
Acara
Kemajuan Pekerjaan
baru selesai 60%
dan baru dibayar
Rp1,5 milyar

Catatan dengan Basis Akrual


Penuh
Laporan Kinerja Keuangan:

Catatan dengan Basis Kas


Menuju Akrual
Laporan Realisasi Anggaran:

(Db) Belanja Modal Rp3 M

(Db) Belanja Modal Rp1,5 M


Neraca:

Neraca:
(Kr) Kas Rp 1,5 M
(Kr) Hutang Rp1,5 M
(Db) Bangunan Rp 3 M
(Kr) Diinvestasikan dalam
Aset Tetap Rp3 M

(Kr) Kas Rp 1,5 M


(Db)
Konstruksi
dalam
Pengerjaan Rp1,8 M
(Kr) Hutang Rp300 juta
(Kr) Diinvestasikan dalam
Aset Tetap Rp1,5 M

Berdasarkan contoh di atas, maka rekonsiliasi antara kedua basis adalah


sebagaimana jurnal rekonsiliasi berikut:
Diinvestasikan dalam Aset Tetap

Rp 1,500 juta

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

175

Hutang

1,200 juta

Konstruksi dalam Pengerjaan

1,800 juta

Bangunan

Rp3,000 juta

Belanja Modal

1,500 juta

Dengan jurnal di atas, maka catatan di dalam Laporan Kinerja Keuangan dan neraca
entitas berbasis akrual penuh akan sama dengan catatan seandainya ia mencatat
dengan basis kas menuju akrual.
Bab VI Penjelasan atas Informasi-informasi Non-Keuangan SKPD
Penjelasan yang dimaksud adalah informasi-informasi yang belum disajikan dalam
bagian Laporan Keuangan seperti domisili, sifat entitas, penggantian manajemen,
pergantian undang-undang, kejadian yang mempunyai dampak sosial, dan lain-lain.
Dengan demikian, Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan
informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca laporan.
Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum
diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
a. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas tersebut
berada;
b. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
c. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan kejadian-kejadian
penting selama tahun pelaporan, seperti:
a.
b.
c.
d.
e.

Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;


Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggulangi pemerintah.

Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah berbagai


kejadian, yang umumnya berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau
penggugatan yang menjadikan pemerintah sebagai pihak tergugat. Keberatan atas
ketetapan pajak, tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal untuk menuntut ganti rugi,
adalah contoh-contoh populer untuk kejadian kontinjensi. Sepanjang tuntutan ini
belum mampu menghasilkan kemungkinan nilai restitusi atau ganti rugi yang harus
dibayar oleh negara secara meyakinkan maka kejadian ini cukup diungkapkan secara
naratif dengan atau tanpa menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan. Kejadian
kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan bagi pemerintah, atas
dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
BAB VII Penutup.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

176

Berisi simpulan-simpulan penting tentang Laporan Keuangan.


BAB VII
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah mempelajari topik ini diharapkan peserta mampu :
1. mendefinisikan pengertian analisis laporan keuangan Pemda
2. menjelaskan tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan Pemda
3. menguraikan bentuk bentuk dan teknik analisis Laporan keuangan Pemda
4. menerapkan teknik analisis laporan keuangan Pemda
5. menafsirkan hasil laporan keuangan Pemda
No.

Sub Topik

1.

Pendahuluan

2.

Metoda dan Teknik Analisis

3.

Keterbatasan Analisis Laporan


Keuangan

4.

Ilustrasi Analisis Laporan


Keuangan

Kata Kunci
Pengertian, Tujuan dan Manfaat
Analisis Laporan Keuangan
Analisis Horizontal, Analisis Vertikal,
Analisis Rasio
Data historis, bersifat umum,
kuantitatif dan taksiran
Ilustrasi, Analisis Laporan Keuangan

Referensi:
1.
2.
3.
4.

PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah;


PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Tim Penyusun Handbook Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik,
Analisis Laporan Keuangan Daerah, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

177

A. PENDAHULUAN
Sejak berlakunya PP 71 tahun 2010, maka setiap pengelola keuangan daerah
harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan berupa
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan CaLK. Dengan bertambahnya
komponen laporan pemerintah daerah tersebut, seyogyanya terdapat pula
perkembangan teknik analisis laporan keuangan pemerintah daerah, agar pengguna
laporan keuangan memiliki dasar memadai dalam mengevaluasi kondisi dan kinerja
keuangan pemerintah daerah, yang pada akhirnya hasil analisis laporan keuangan
tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam perumusan kebijakan anggaran daerah
di masa mendatang.
Supaya laporan keuangan lebih berarti dan mudah dipahami oleh para pembaca
laporan keuangan, maka perlu dilakukan analisis atas laporan keuangan tersebut.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi akun-akun laporan
tersebut menjadi unit informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antara satu
dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah tersebut
untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
B. PENGERTIAN
Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu entitas
tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan analisis atas laporan keuangan perlu
menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit informasi yang lebih rinci dan
melihat hubungan antara satu dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan
entitas tersebut untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik
analisis tertentu dalam melihat ukuran dan hubungan unsur laporan keuangan. Hasil
analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang
bersifat dugaan, ketidakpastian, pertimbangan pribadi dan lain sebagainya. Analisis
laporan keuangan dapat menunjukkan adanya kesalahan proses akuntansi. Dengan
demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan atas data atau informasi yang
tersedia sehingga pengambilan keputusannya menjadi lebih akurat.
Karakteristik dari analisis laporan keuangan dapat disusun sebagai berikut:

Fokus pada laporan keuangan utama


Fokus analisis ditujukan pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Memuat analisis hubungan
Dalam hal ini, analisis laporan keuangan menguraikan hubungan pos-pos dalam
satu laporan keuangan, hubungan pos-pos antar laporan keuangan, serta
perbandingan dan kecenderungan pos-pos tersebut.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

178

Memuat implikasi dan prediksi


Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak
kejadian atau transaksi masa lalu sekaligus untuk meramalkan prospek
keuangan di masa mendatang.
Dipengaruhi oleh kemampuan analis
Bila terdapat beberapa analis atas satu informasi yang sama, kemungkinan
masing-masing analis dapat memberikan hasil analisis yang berbeda, tergantung
pada kemampuan atau ketajaman masing-masing analis.

Arti Penting analisis laporan keuangan memberi informasi kepada pihak-pihak


yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan. Analisis laporan
keuangan dapat digunakan untuk menilai kemampuan entitas memenuhi
kewajiban termasuk penyediaan dana, mengevaluasi prestasi manajemen
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Secara umum telah kita peroleh pemahaman bahwa tujuan analisis laporan
keuangan adalah untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Adapun
tujuan dari analisis laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk hal-hal berikut
ini.

Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah
Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya.
Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana
kegiatan.
Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam pelaksanaan programprogramnya.
Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.

Adapun manfaat analisis laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:

Menyediakan tambahan penjelasan atas data dan informasi keuangan termasuk


informasi yang tidak secara eksplisit disajikan di dalam laporan keuangan
Mengetahui kesalahan dan hal-hal yang bersifat tidak konsisten yang
terkandung dalam laporan keuangan.
Mengetahui sifat-sifat dari hubungan baik antar-pos maupun antar laporan,
yang dapat digunakan untuk prediksi, rating, dan lain sebagainya.
Menilai perkembangan dan pencapaian yang diperoleh oleh suatu entitas serta
membuat proyeksi keuangan di masa mendatang.
Dapat mengevaluasi kondisi keuangan pemerintah daerah masa lalu, saat ini,
dan perkiraan di masa yang akan datang.
Dapat mengetahui komposisi struktur keuangan pemerintah daerah, sehingga
dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu entitas.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

179

D. METODE DAN TEKNIK ANALISIS


Metode dan teknik analisis yang tepat diperlukan untuk melakukan analisis laporan
keuangan. Tujuannya agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi
dengan maksimal dan para pemakai hasil analisis tersebut dapat menafsirkannya
dengan mudah.
Adapun tahapan melakukan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut adalah:
1. Memperoleh data keuangan dan pendukung yang diperlukan untuk periode yang
akan dianalisis;
2. Mengukur atau menghitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu, sesuai
dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang
diperoleh benar-benar tepat;
3. Melaksanakan kalkulasi dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan ke dalam formula secara cermat;
4. Menafsirkan hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis
tersebut.
Dalam praktik, secara umum terdapat tiga macam metode analisis laporan keuangan
yang biasa dipakai, yaitu analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio.
a. Analisis Horizontal
Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode
dengan periode berikutnya. Oleh karena itu analisis ini juga dikenal dengan analisis
kecenderungan (trend analysis). Analisis trend merupakan suatu teknik analisis yang
mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari trend (perubahan yang terjadi dalam
beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau
perubahan di masa datang. Secara umum dari hasil analisis ini akan terlihat antara lain:
Angka-angka dalam Rupiah; Angka-angka dalam persentase; Kenaikan atau penurunan
jumlah Rupiah; Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
Suatu perubahan tentunya dapat diakibatkan oleh adanya interaksi dari
sejumlah faktor. Apabila faktor-faktor tersebut diperkirakan dapat menyebabkan
perubahan terhadap data yang kita miliki, maka dalam hal ini dapat digunakan
hubungan sebab-akibat. Penggunaan regresi linear sederhana dan regresi berganda
merupakan contoh dari analisis hubungan sebab-akibat. Sementara itu, apabila hanya
disusun satu model dengan menggunakan hubungan antara variabel tanpa
memperhatikan apakah yang satu mempengaruhi yang lain atau tidak, maka kita
melakukan analisis kecenderungan sederhana.
Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk mengetahui
kecenderungan suatu akun (naik atau turun) dengan membandingkan angka-angka
untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun berurutan, tanpa mengidentifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari akun tersebut. Kelemahan dari
analisis kecenderungan dengan tahun dasar adalah tidak dapat diketahui secara
langsung berapa rata-rata kenaikan per tahun. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

180

kita dapat menggunakan analisis kecenderungan bergerak (dari tahun-ke-tahun) untuk


mengetahui rata-rata kenaikan per tahun.
Teknik analisis ini pada dasarnya sama dengan teknik analisis rasio komparatif
lainnya, hanya di sini melibatkan data beberapa tahun agar dapat diperoleh rata-rata
kenaikan pertahunnya. Selanjutnya, rata-rata kenaikan per tahun tersebut dapat
digunakan untuk mengestimasi kenaikan yang normal untuk tahun berikutnya.
Beberapa langkah yang dilakukan untuk menerapkan teknik Analisis Trend:
1. Buat sumbu vertikal Y (yang menunjukkan variabel dependen) dan sumbu horizontal
X merupakan variabel independen, misalnya periode tahun yang diamati.
2. Data yang tersedia dari contoh di atas, kemudian dibuat scatter plot, yaitu kumpulan
titik-titik koordinat (X,Y).
3. Dengan jalan observasi atau pengamatan langsung terhadap bentuk scatter plot,
dapat ditarik sebuah garis yang kira-kira mendekati pola dari titik koordinat yang ada.
Dari diagram di atas kemudian diprediksi kejadian untuk tahun-tahun yang akan
datang. Analisis ini juga dapat dipakai untuk mengidentifikasi adanya keanehan atau
ketidakteraturan yang terjadi. Dengan membandingkan garis kecenderungan dengan
sebaran titik-titik yang tidak mengikuti aturan misalnya terlalu jauh dari garis
kecenderungan. Kemudian dapat diteliti penyebab terjadinya situasi tersebut.
Metode ini mempunyai kelemahan yaitu pembuatan garis kecenderungan
bersifat subyektif. Artinya, bila ada beberapa orang diminta untuk menarik garis
kecenderungan, maka kemungkinan akan diperoleh garis kecenderungan lebih dari satu,
sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai dengan anggapannya
garis mana yang mewakili diagram pencar (scatter plot). Oleh karena itu, metode ini
tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk digunakan sebagai alat
analisis. Analisis selanjutnya akan menggunakan regresi sederhana maupun berganda
dengan memakai bantuan komputer.
Karakteristik analisis horizontal sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu akun laporan
keuangan.
2. Membutuhkan data time series selama beberapa tahun.
3. Dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka untuk akun yang
sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.
4. Analisis kecenderungan sederhana, dengan tahun dasar atau bergerak,
membandingkan angka-angka untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun
yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi perubahan
akun tersebut.
5. Analisis kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis
kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik dalam grafik.
b. Analisis vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan
keuangan, dengan cara melakukan antara akun-akun yang ada, dalam satu periode
pelaporan keuangan. Analisis vertikal yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan
keuangan, adalah sebagai berikut:
1. Analisis atas akun yang ada di neraca
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

181

2.
3.
4.
5.

Analisis atas akun yang ada di laporan realisasi anggaran (LRA)


Analisis atas akun yang ada di laporan arus kas (LAK)
Analisis atas akun yang ada di laporan operasional (LO)
Analisis rasio

Hubungan antar akun-akun di dalam neraca adalah sebagai berikut:


1. Total aset harus sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas.
2. Ekuitas menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh karena itu, total
ekuitas harus sama dengan selisih antara total aset dengan kewajiban.
3. Jumlah SiLPA di dalam ekuitas adalah jumlah total kas dikurangi utang perhitungan
pihak ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn) dan pendapatan yang
ditangguhkan.
Hubungan antar akun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan APBD sebagai berikut:
1. Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto harus
positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut. (Jumlah
pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih besar dari
jumlah pengeluaran pembiayaan).
2. Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan surplus, dan
jumlah surplus minimal sama dengan jumlah pembiayaan neto yang negatif tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil
dari jumlah pengeluaran pembiayaan).
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dari beberapa kondisi berikut:
a. Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar dari pada jumlah defisit, maka
selisihnya menjadi SiLPA.
b. Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.
c. Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.
Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka dalam laporan arus
kas:
1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun di
Neraca.
2. Jumlah arus kas masuk bagi aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah pendapatan
daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total belanja
(dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja modal.
4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
penerimaan pembiayaan selain dari penerimaan kembali investasi dan penyertaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

182

7. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
pengeluaran pembiayaan selain untuk investasi dan penyertaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi anggaran dan neraca, dilakukan
analisis sebagai berikut:
1. Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah aset tetap di
dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama kecuali jika terdapat
pelepasan aset tetap.
2. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam laporan
realisasi anggaran, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca harus bertambah
dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan
berupa pembayaran pinjaman, jumlah kewajiban di dalam neraca harus berkurang
dengan jumlah yang sama.
3. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penggunaan dana cadangan dalam laporan
realisasi anggaran, maka jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus
berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran
pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan, jumlah dana cadangan (aset) di
dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.
4. Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penjualan investasi perusahaan daerah
dalam laporan realisasi anggaran, maka jumlah investasi jangka panjang (aset) di
dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jka
terjadi pengeluaran pembiayaan berupa penyertaan modal dalam perusahaan
daerah, jumlah investasi jangka panjang (aset) di dalam neraca harus bertambah
dengan jumlah yang sama.
5. SiLPA pada kelompok ekuitas di neraca harus sama dengan jumlah SiLPA (akhir
tahun) di laporan realisasi anggaran. SiLPA di neraca diperoleh dengan perhitungan:
jumlah total kas dikurangi kewajiban pada PFK (potongan taspen, askes, dan PPh dan
PPn yang belum disetor).
3. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan akunakun yang ada dalam satu laporan keuangan atau akun-akun antara laporan keuangan
neraca dan laporan realisasi anggaran. Analisis rasio dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
1. Likuiditas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar
utang (kewajiban) jangka pendek. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar dan rasio
kas.
2.
Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam
membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur dengan
rasio uang terhadap aset atau rasio utang terhadap ekuitas.
3.
Leverage, untuk mengukur perbandingan antara ekuitas (kekayaan bersih
pemerintah daerah) dengan total utang.
4.
Kemandirian, untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah
dalam mendanai aktivitas sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal
terhadap pembangunan daerah, indikator perkembangan ekonomi daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Rasio ini dapat diukur dengan membandingkan jumlah
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

183

PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain utang PFK dan utang
pajak PPn/PPh).

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

184

Contoh Analisis Rasio

Rasio kemandirian yang lebih tinggi menunjukkan ketergantungan daerah


yang lebih rendah terhadap pihak lain yang dapat memberikan dana
perimbangan dan pinjaman.
semakin besar rasio kemandirian berarti kemandirian keuangan pemda
semakin baik

Rasio pertumbuhan PAD yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan daerah


yang lebih baik dalam memperoleh PAD dibandingkan dengan periode
sebelumnya
semakin besar rasio ini semakin baik

Rasio pinjaman yang lebih rendah menunjukkan kemampuan pemerintah


daerah yang lebih baik dalam menghimpun penerimaan selain yang
bersumber dari utang

Debt service coverage ratio (DSCR) yang lebih tinggi menunjukkan


kemampuan daerah yang lebih baik dalam memenuhi kewajibannya
membayar pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya

Rasio keselarasan belanja yang lebih rendah menunjukkan bahwa anggaran


belanja semakin banyak dialokasikan untuk kegiatan yang berhubungan
langsung dengan program pemerintah daerah
semakin kecil rasio ini semakin baik

Rasio ini untuk mengukur jumlah beban utang yang menjadi tanggungan tiap
anggota masyarakat dalam satu wilayah. Makin besar rasio ini semakin
buruk.

Rasio ini digunakan untuk mengukur persentase aset tetap yang dapat
dijadikan jaminan dalam pengambilan utang atau digunakan untuk melunasi
utangnya.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

185


Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase PAD yang
dapat digunakan untuk membayar beban bunga utang jangka panjang. Makin
besar rasio ini semakin buruk.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemda dalam membayar


utangnya menggunakan PAD. Makin besar rasio ini makin baik.

E. KETERBATASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Akurasi analisis laporan keuangan sangat tergantung pada akurasi dan validitas angkaangka yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu, pada
analisis laporan keuangan itu sendiri terdapat keterbatasan yang inheren, antara lain
sebagai berikut:
1. Sifat laporan keuangan adalah historis.
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai transaksi dan kejadian pada
masa lalu bukan kondisi saat ini. Akuntansi bukan merupakan satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomis.
2. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum
Informasi dalam laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan
informasi secara khusus bagi setiap kelompok pengguna laporan keuangan. Laporan
keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pengguna laporan
diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang
dilaporkan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman dasar akuntansi dan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan
Di dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya penggunaan
estimasi akuntansi, yang cenderung bersifat subyektif, misal: estimasi atas
kemungkinan tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manfaat atau umur ekonomis
aset tetap, dan lain sebagainya.
4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif
Informasi laporan keuangan berupa informasi kuantitatif keuangan, sehingga hasil
analisis laporan keuangan juga bersifat kuantitatif. Sedangkan informasi yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja pemerintah bukan
hanya informasi kuantitatif, tetapi juga informasi kualitatif. Contoh informasi
kualitatif yang relevan dengan analisis laporan keuangan adalah opini auditor
independen mengenai laporan keuangan pemerintah daerah, alasan-alasan tidak
tercapainya target pajak daerah atau meningkatnya jumlah defisit anggaran.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

186

5. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan


Laporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan yang lebih
menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun dengan pendekatan
kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan tidak dapat dilihat
dalam laporan realisasi anggaran, melainkan dalam laporan kinerja instansi
pemerintah. Dengan demikian, analisis laporan keuangan dapat dikatakan lebih
cenderung pada analisis kinerja keuangan. Namun demikian, analisis dapat
dikembangkan sampai kepada analisis kinerja program/kegiatan dengan
mengumpulkan data-data mengenai rencana dan realisasi program/kegiatan berikut
target dan capaian kinerjanya.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

187

BAB VIII
REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mempelajari Topik ini, peserta:
1. Mampu menjelaskan dasar-dasar pemeriksaan keuangan
2. Mampu menjelaskan teknik pemeriksaan dan pengendalian intern
3. Mampu menjelaskan temuan dan hasil laporan pemeriksaan
4. Mampu menjelaskan komunikasi pemeriksaan
No.

Sub Topik

Kata Kunci

Dasar-Dasar Pemeriksaan
Keuangan

Pengertian, Perbedaan Reviu dan


Pemeriksaan Laporan Keuangan, Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara

Teknik Pemeriksaan dan


Pengendalian Intern

Bukti, Prosedur Pemeriksaan,


Pengendalian Intern

Temuan dan Hasil Laporan


Pemeriksaan

Temuan, Hasil Laporan Pemeriksaan


(LHP), Surat Representasi (Representation
Letter)

Komunikasi Pemeriksaan

Pengertian, Komunikasi Pemeriksa


dengan Auditan, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemeriksaan, Kiat-Kiat

Referensi:
1. Arens, Alvin A and James K Loebbecke, Auditing, An Integrated Approach.
Prentice Hall International, Englewood Cliffs, 5th edition, 2010
2. PP 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
3. Permendagri 4/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata
Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo Permendagri
Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Permendagri No 23 Tahun 2007
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah
6. BPK RI, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), 2007.
7. BPKP, Teknik Komunikasi Audit, Edisi 4, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

188

Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan, 2007

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

189

A. PENDAHULUAN
Saat ini audit dalam sektor pemerintahan digunakan istilah pemeriksaan,
merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang baik
(good governance). Secara etimologi, istilah audit berasal dari bahasa latin audire yang
berarti mendengar. Secara tradisional auditing dapat dipahami sebagai upaya
pemeriksaan atas informasi akuntansi untuk mendapat kayakinan bahwa informasi
tersebut telah disajikan secara wajar (true and fair). Tujuan
Jika mengacu kepada definisi audit, akan tampak perbedaan antara definisi audit
sektor privat/swasta dengan audit sektor pemerintahan. Pada sektor swasta terdapat
perbedaan makna untuk audit dengan pemeriksaan (examination), sedangkan pada
sektor pemerintahan penggunaan kata pemeriksaan dan pengauditan hingga saat ini
masih memiliki kata yang bermakna sama. Sebagai pengantar berikut adalah definisi
audit dari sektor privat atau swasta.
1. Definisi Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
secara obyektif yang berhubungan dengan asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (Arens, et.al., 2010).

Beberapa ciri-ciri atau komponen audit didasarkan pada definisinya adalah:


a. Proses sistematis:
Rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisasi.
b. Untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif:
Dengan dasar pemeriksaan / pengujian atas asersi dan menetapkan hasilnya tanpa
bias atau berprasangka (baik buruk maupun baik) terhadap pembuat asersi.
c. Pernyataan-pernyataan (asersi) tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi:
Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara
keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas penyataan tersebut untuk
digunakan oleh pihak lain. Perbedaan mendasar asersi dengan pernyataan biasa
adalah pada asersi adanya pertanggung jawaban atas pernyataan tersebut ketika
digunakan oleh pihak lain. Contoh asersi: laporan keuangan, SPT, dan lain-lain.
d. Tingkat kesesuaian:
Seberapa sesuai asersi-asersi tersebut dapat dicocokkan dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

190

e. Kriteria yang telah ditetapkan:


standar penilaian untuk asersi-asersi atau pernyataan-pernyataan. Kriteria dapat
berupa Standar Akuntansi Pemerintahan, atau peraturan khusus yang ditetapkan
oleh dewan legislatif, anggaran atau pengukur performa lain yang ditetapkan
management.
f.

Menyampaikan hasil:
hasil dilaporkan dalam laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian
antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Tujuan pengauditan (pemeriksaan)
adalah untuk menambah kredibilitas pernyataan managemen sehingga pihak yang
berkepentingan dapat memakai informasi dengan penjaminan yang memadai
bahwa informasi tersebut bebas dari salah saji material.

g. Pihak yang berkepentingan:


pihak yang menggunakan laporan audit atau laporan hasil pemeriksaan.
2. Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya (Entitas):
Berdasarkan pemberi kerja atau tempat auditor bekerja, auditor dapat
diklasifikasikan menjadi:
a. Akuntan Publik (External Auditor/Independent Auditor)
b. Pemeriksa Internal (Internal Auditor)
c. Auditor Pemerintah (Goverment Auditor): BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atau Inspektorat di
Departemen Pemerintah.
B. DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
1. Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan
Berdasarkan pasal 1 undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan (keuangan negara)
didefinisikan sebagai proses identifikasi masalah, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut ayat 1 pasal 4 Undang-Undang
tersebut, jenis-jenis pemeriksaan adalah Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja,
dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu. Ayat 2 pasal 4 UU yang sama menyatakan
bahwa pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Selanjutnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa
pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan
keuangan. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

191

dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) di Indonesia atau basis komprehensif selain prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia. Selain untuk memberikan opini, pemeriksaan keuangan juga ditujukan
untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam sistem pengendalian
intern (SPI) serta mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse).
Dasar hukum pemeriksaan keuangan meliputi:
a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
b. Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
e. Undang Undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan


Dalam praktik, pelaksanaan kegiatan reviu seringkali dianggap memiliki persamaan
dengan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu
diberikan batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan reviu dengan kegiatan
pemeriksaan.
Perbedaan paling utama adalah tujuan pemeriksaan dengan reviu. Tujuan
pemeriksaan (laporan) keuangan yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, PABU atau
basis akuntansi komprehensif selain PABU di Indonesia. Sedangkan tujuan reviu laporan
keuangan adalah untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan telah
disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Oleh karena itu, reviu tidak mencakup suatu pengujian atas validitas
substansi bukti/dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/jasa,
bukti pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan
prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah pemeriksaan.
Berbeda dengan pemeriksaan, reviu tidak mencakup pengujian terhadap SPI,
catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui
perolehan bukti, serta prosedur lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu
pemeriksaan. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya
material, proses reviu hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam
Aset Tetap, sedang dalam pemeriksaan, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur
pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal lain yang membedakan reviu dengan pemeriksaan adalah pelaksanaan aktivitas.
Reviu dilakukan secara internal, dalam hal ini oleh auditor pada Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP), sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh auditor eksternal
yaitu pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI).
Berdasarkan ayat 1 pasal 49 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008, APIP
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

192

terdiri dari BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, yang melaksanakan reviu atas laporan keuangan
pemerintah daerah adalah Inspektorat Provinsi untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
3. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan
Ruang lingkup pemeriksaan meliputi hal-hal berikut ini:

Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan

Posisi aset, kewajiban dan ekuitas

Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA)
dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dalam neraca; dan

Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SAP.

Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaporan keuangan
dalam Laporan Keuangan.

C. STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN


Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
sesuai Peraturan BPK RI nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara. SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Tujuan Standar
Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
SPKN ini berlaku bagi:
a.

Badan Pemeriksa Keuangan.

b.

Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa
Keuangan.

c.

Aparat Pengawas Internal Pemerintah, satuan pengawasan intern maupun pihak


lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar
pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

D. METODOLOGI DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN KEUANGAN

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

193

1. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan keuangan terdiri dari tiga tahap pemeriksaan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan
Kebutuhan Pemeriksa, (3) Pemahaman atas Entitas, (4) Pemantauan Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, (5) Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern,
(6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7) Penetapan Materialitas Awal dan
Kesalahan Tertoleransi, (8) Penentuan Metode Uji Petik, (9) Pelaksanaan Prosedur
Analitis Awal, dan (10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan
Perseorangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern,
(3) Pengujian Substantif Atas Transaksi dan Saldo Akun, (4) Penyelesaian
Penugasan, (5) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan (TP), (6) Perolehan
Tanggapan Resmi dan Tertulis, dan (7) Penyampaian TP.
c. Tahap Pelaporan
Langkah pelaporan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1)
Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep Laporan
Hasil Pemeriksaan kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, (3) Pembahasan
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang, (4)
Perolehan Surat Representasi, dan (5) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian
Laporan Hasil Pemeriksaan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

194

Metodologi pemeriksaan tersebut digambarkan oleh BPK-RI dalam Gambar 3.


Gambar 2 Metodologi Pemeriksaan atas LKPD

Gambar: Metodologi Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2. Asersi Manajemen
Kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan kualitas berbagai asersi
manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan karena dalam pelaksanaan
pemeriksaan, tim pemeriksa BPK akan menguji asersi manajemen (Kepala Daerah dan
para Kepala SKPD/SKPKD/PPKD) atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit.
Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/K/1III.2/5/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Badan Pemeriksa
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

195

Keuangan Republik Indonesia, asersi yang diuji mencakup 5 aspek, yaitu: (1) keberadaan
dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) penilaian dan
pengalokasian, dan (5) penyajian dan pengungkapan.
a. Asersi Keberadaan dan Keterjadian (existence or occurrence) berhubungan
dengan aspek:

Apakah Aset, kewajiban dan ekuitas yang tercantum dalam neraca dan
Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) memang benar-benar ada (exist)
per tanggal neraca
Apakah pendapatan serta belanja yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan CaLK memang benar-benar telah terjadi (occurred)
selama periode pelaporan.
Apakah transaksi operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non
anggaran yang mempengaruhi kas yang dilaporkan dalam Laporan Arus
Kas (LAK) dan CaLK memang benar-benar telah terjadi (occurred) selama
periode pelaporan.

b. Asersi Kelengkapan (completeness) berhubungan dengan jaminan bahwa semua


transaksi dan rekening yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan
memang telah tercermin dalam laporan keuangan dan tidak ada hal-hal yang
material (signifikan) yang tertinggal dan tidak diungkapkan.
c. Asersi Hak dan Kewajiban (rights and obligation) berhubungan dengan
keyakinan bahwa Aset yang disajikan dalam laporan keuangan memang benarbenar hak entitas dan bahwaa hutan yang disajikan dalam laporan keuangan
memang benar-benar kewajiban entitas per tanggal laporan keuangan.
d. Asersi Penilaian (valuation) berhubungan dengan keyakinan bahwa akun-akun
yang disajikan dalam laporan keuangan telah mencerminkan nilai yang
semestinya.
e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure) berhubungan
dengan jaminan bahwa akun-akun yang disajikan dalam laporan keuangan telah
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan secara semestinya.
Sebagai contoh, Neraca Kabupaten AAA tanggal 31 Desember 2011 mencantumkan
rekening kas sebesar Rp. 99.800.765.000. Pada hakikatnya manajemen membuat dua
asersi eksplisit (keberadaan dan penilaian), yaitu:
1) Bahwa kas tersebut benar-benar ada pada tanggal 31 Des 2012;
2) Bahwa jumlah kas tersebut yang benar adalah Rp 99.800.765.000.
f. Selain dua asersi eksplisit manajemen juga membuat tiga buah asersi implisit
(kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penyajian/pengungkapan) sebagai
berikut:
1) Bahwa semua kas yang seharus dilaporkan memang telah dimasukkan
dalam jumlah tersebut secara lengkap
2) Bahwa semua kas yang dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2012 tersebut
adalah milik Kabupaten AAA

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

196

3) Bahwa tidak ada batasan apapun terhadap penggunaan kas yang dilaporkan
tersebut
E.

TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGENDALIAN INTERN

Pemeriksaan pada dasarnya dapat diartikan sebagai proses sistematis yang


dikerjakan oeh orang yang independen dan kompeten, untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti, mencocokkan informasi yang terkandung dalam bukti dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan melaporkan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan demikian, dalam pemeriksaan diperlukan pengetahuan atas
bukti pemeriksaan, teknik/prosedur untuk mendapatkan bukti, serta jenis-jenis laporan
yang akan dihasilkan.

1. Bukti dan Prosedur Pemeriksaan


Bukti pemeriksaan adalah semua informasi yang digunakan pemeriksa untuk
menentukan apakah informasi yang sedang diperiksa telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Standar pemeriksaan keuangan menyatakan bahwa bukti
audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diperiksa. Dengan demikian terdapat 2 (dua) sayarat bukti
pemeriksaan yaitu kecukupan dan kompetensi bukti.
Kompetensi bukti adalah tingkat keyakinan bahwa bukti tersebut dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Kompetensi suatu bukti tergantung dari relevansi, pengetahuan
langsung pemeriksa, keaslian bukti, independensi yang menyajikan, kualifikasi individu,
objektifitas, keefektivan pengendalian intern, dan ketepatan waktu.
Jenis-jenis bukti pemeriksaan yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh pemeriksa meliputi:
a. Data Akuntansi yang mendasari (underlying accounting data)
yang terdiri atas: jurnal, buku besar, kebijakan akuntansi dan
catatan informal seperti kertas kerja.
b. Bukti atau informasi pendukung dan penguat (Corroborating
information) terdiri atas:
1. Struktur Pengendalian Intern (Internal Control Structure);
jika SPI yang diterapkan adalah baik maka dapat menjadi
bukti yang kuat mengenai keandalan informasi yang
dicantumkan dalam laporan keuangan sehingga jumlah
bukti yang harus dikumpulkan dapat dikurangi, sebaliknya
SPI yang lemah maka jumlah bukti yang dikumpulkan
diperbanyak.
2.
Bukti Analitis (Analytical Evidence): Bukti analitis mencakup
penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan
anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi
ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar untuk
menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

197

3.

4.

5.

6.

keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung


pada relevansi data pembanding
Bukti Fisik (Physical Evidence): bukti yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi, misalnya: cashopname, stock-opname sediaan, dan lainnya.Bukti fisik
banyak dipakai dalam verifikasi saldo aset berwujud
terutama kas dan sediaan. Bukti fisik merupakan jenis
bukti yang paling bisa dipercaya.
Bukti Dokumentasi (Documentary Evidence); meliputi
berbagai macam dokumen sumber dan dokumen seperti
notulen rapat, rekening koran bank, kontrak-kontrak
perjanjian, maupun surat representasi. Reliabilitas bukti
dokumenter tergantung sumber dokumen, cara
memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat
dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya
kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan
dokumen.
Konfirmasi (Confirmation): merupakan bukti dokumen
yang termasuk dalam kelompok khusus yang tidak lain
adalah suatu jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga
yang dipandang mengetahui atas permintaan tertentu
untuk memberikan informasi yang sesungguhnya. Ada tiga
jenis konfirmasi yaitu:
1. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang
respondennya
diminta
untuk
menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi
yang ditanyakan.
2. Konfirmasi kosong (Blank confirmation), merupakan
konfirmasi yang respondennya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai
jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
3. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang
respondenya diminta untuk memberikan jawaban
hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap informasi yang ditanyakan.
Pernyataan/Representasi Tertulis (Written Representation):
merupakan pernyataan yang ditandatangani individu yang
bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai
rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti suatu
pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau
organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti
dari seorang ahli. Representasi tertulis yang dibuat oleh
Auditi merupakan bukti yang berasal dari internal auditan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

198

Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang


berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi
klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.
7. Bukti Matematis (Mathematical Evidence); perhitungan ulang
secara matematis yang dilakukan auditor, misal
perhitungan kembali depresiasi, perhitungan kembali
taksiran kerugian piutang, dan sebagainya.
8. Bukti Lisan (Oral Evidence); Jawaban secara lisan diterima
oleh auditor pada saat pekerjaan lapangan audit yaitu
dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada auditee.
Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi
kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan,
pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,
kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang
yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan
yang dinyatakan merupakan bukti lisan.
9. Bukti Analitis (Analytical Evidence) (Analytical Evidence):
pembandingan antara data tahun ini dengan tahun
sebelumnya, misal menghitung kerugian piutang tahun ini
dan dibandingkan dengan piutang tahun lalu.
10.Bukti elektronik (Electronic Evidence): menyangkut semua
informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan
elektronik yang digunakan auditor untuk merumuskan
suatu pendapat mengenai suatu asersi.
Untuk mendapatkan bukti-bukti pemeriksaan tersebut diperlukan
prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan
adalah langkah dan teknik yang diambil pemeriksa selama
pelaksanaan pemeriksaan. Teknik pengujian adalah teknik yang
digunakan auditor untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti audit yang kompeten dan cukup. Terdapat beberapa
prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam
memperoleh bukti audit antara lain:
1. Prosedur analitis (analitical procedures): mempelajari dan
membandingkan hubungan antar data dengan
menggunakan rasio atau membandingkan data aktual
dengan tahun lalu (anggaran).
2. Inspeksi (inspecting): mengamati atau memeriksa secara
detil dokumen dan aset berwujud. Biasanya digunakan
dalam mengumoulkan dan mengevaluasi bukti bottomup maupun top-down. Inspeksi dokumen termasuk
menentukan ketelitian faktur atau dokumen kontrak
leasing.
3. Observasi (observing): mengamati suatu pelaksanaan
aktivitas atau proses, untuk melihat bahwa pegawai
telah melakukan tugas kewajibanya sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.
4. Konfirmasi (confirming): kegiatan mengajukan pertanyaaan
untuk mendapat informasi kepada pihak ketiga terkait dengan
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

199

suatu akun dan permintaan jawaban dikirim langsung ke


auditor.
5. Penelusuran (tracing) yaitu penelusuran secara
mendalam dari dokumen dasar ke catatan akuntansi
(jurnal, buku besar) untuk menentukan bahwa dokumen
dari setiap transaksi telah dicatat.
6. Vouching yaitu penelusuran secara mendalam dari
catatan ke dokumen dasar untuk menentukan validitas
dan akurasi pencatatan transaksi. Prosedur vouching
berlawanan dengan tracing.
7. Wawancara (inquiring): mengajukan pertanyaan baik secara
lisan maupun tertulis kepada auditi atau pihak luar
8. Perhitungan (counting) dilakukan dengan tujuan
mengecek ketelitian penghitungan auditee, misalnya
membuat kembali rekonsiliasi.
9. Pemindaian (scanning) melakukan penelaahan terhadap
dokumen, catatan dan daftar pendukung untuk
mendeteksi adanya elemen-elemen yang memerlukan
penyelidikan.
10. Pelaksanaan ulang (reperforming): melakukan kembali beberapa
aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan
kesesuaian dengan prosedur dan SPI yang telah ditetapkan
11. Computer-assisted audit techniques: teknik-teknik yang dapat
dikembangkan dengan bantuan komputer baik perangkat keras
maupun piranti lunak (hardware/software)

2. Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan


Pengendalian merupakan proses yang dilakukan oleh manajemen pemerintahan yang
memberikan jaminan memadai bahwa tujuan pemerintahan dapat tercapai.
Pengendalian intern dalam kenyataannya terdiri dari prosedur standar, kebijaksanaan,
struktur organisasi, sistem informasi dan monitoring yang menjamin secara memadai
bahwa tujuan pemerintahan dapat berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis,
peraturan perundangan dipatuhi dan pelaporan disajikan secara handal.
Dalam pemeriksaan keuangan, agar suatu pemeriksaan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, maka langkah pertama yang harus dilakukan pemeriksa dalam
pekerjaan pemeriksaannya adalah memahami dan menguji berjalannya SPI pada entitas
yang diperiksa. Pemerintah (auditan) harus menjamin SPI yang dibuat sudah efektif agar
opini yang diberikan baik. Pada konteks inilah terdapat hubungan antara pengendalian
intern dengan pemeriksaan. Jika pengendalian intern dianggap efektif oleh pemeriksa,
maka pemeriksa dapat mengurangi aktivitas pelaksanaan pengujian yang ekstensif.
Sebaliknya jika pengendalian intern dianggap lemah, maka pemeriksa harus melakukan
pengujian substantif dengan ekstensif. Dalam kondisi SPI sangat lemah, pemeriksa
dapat memberikan opini tidak memberikan pendapat (disclaimer).

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

200

Unsur-unsur SPI Pemerintah dijelaskan dalam pasal 3 PP 60 tahun 2008:


a. lingkungan pengendalian;
b. penilaian risiko;
c. kegiatan pengendalian;
d. informasi dan komunikasi; dan
e. pemantauan pengendalian intern.
Walaupun dalam mengevaluasi SPIP, auditor harusnya mengevaluasi keseluruhan
unsur tersebut, namun dalam pelaksanaan pemeriksaannya, pemeriksa lebih banyak
mengevaluasi unsur kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan penilaian
risiko.
F.

TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

Pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan keuangan, pemeriksa menyusun


konsep temuan pemeriksaan yang kemudian akan disampaikan kepada pejabat yang
bertanggungjawab untuk mendapatkan tanggapan. Temuan pemeriksaan ini kemudian
akan dimasukkan dalam laporan hasil pemeriksaan.
Temuan Pemeriksaan (TP) atas laporan keuangan yang diperiksa merupakan
permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan kepada
pihak yang terperiksa. Permasalahan tersebut meliputi:
a. Ikhtisar Koreksi
Ikhtisar Koreksi merupakan rekapitulasi koreksi atau penyesuaian
(adjustments) yang diusulkan tim pemeriksa kepada pemerintah
daerah. Koreksi pemeriksaan yang dimasukkan tersebut merupakan
koreksi terhadap LKPD yang di atas nilai TE dan secara keseluruhan di
atas nilai materialitas. Koreksi pemeriksaan tersebut menggambarkan
penyajian LKPD yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan kecukupan pengungkapan. Jurnal koreksi hanya pada
akun utama pada LKPD. Penyesuaian pada buku dan sistem akuntansi
dilakukan kemudian. Selain itu, koreksi terhadap kecukupan
pengungkapan merupakan koreksi pada catatan atas laporan keuangan
LKPD.
b. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
Kelompok temuan kelemahan SPI dibagi dalam subkelompok temuan
berikut ini:
1. Temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan
yang mengungkap kelemahan sistem pengendalian terkait kegiatan
pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi keandalan pelaporan keuangan dan pengamanan
atas aset.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

201

2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan


dan belanja mengungkap kelemahan pengendalian terkait dengan
pemungutan dan penyetoran penerimaan negara/daerah serta
pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa dan
dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
serta membuka peluang terjadinya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan
3. Kelemahan struktur pengendalian intern mengungkap kelemahan
yang terkait dengan ada/tidak adanya struktur pengendalian intern
atau efektivitas struktur pengendalian intern yang ada dalam entitas
yang diperiksa dan berpengaruh terhadap efektivitas sistem
pengendalian intern secara keseluruhan.
c. Ketidakpatuhan
undangan

Terhadap

Ketentuan

Peraturan

Perundangan-

Kelompok temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan


perundang-undangan dibagi dalam subkelompok berikut ini:
1. Temuan kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang
terjadi pada perusahaan milik negara/daerah yaitu mengungkap
permasalahan berkurangnya kekayaan negara/daerah atau
perusahaan milik negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai
2. Temuan potensi kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah
yaitu mengungkap adanya suatu perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya
kerugian di masa datang berupa berkurangnya kas, surat berharga,
dan aset nyata dan pasti jumlahnya
3. Temuan kekurangan penerimaan negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah yang mengungkap adanya penerimaan yang
sudah menjadi hak negara/daerah atau perusahaan milik
negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah
atau perusahaan milik negara/daerah karena adanya unsur
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
4. Temuan administrasi yang mengungkap adanya penyimpangan
terhadap ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran
atau pengelolaan aset maupun operasional perusahaan, tetapi
penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi
kerugian negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah, (kekurangan penerimaan), tidak
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi
tindak pidana.
5. Temuan Indikasi Tindak Pidana mengungkap adanya perbuatan yang
diduga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

202

peraturan perundang-undangan dan diancam dengan sanksi pidana


dalam peraturan perundang-undangan.
G. TANGGAPAN MANAJEMEN ATAS TEMUAN
Setelah draft Temuan Pemeriksaan disusun oleh pemeriksa, maka langkahlangkah berikutnya atas Temuan Pemeriksaan meliputi:
1. Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksa dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada
pemerintah daerah, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan pejabat
pemerintah daerah yang berwenang antara lain kepala daerah/sekretaris daerah
atau PPKD.
2. Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis
Pemeriksa memperoleh tanggapan resmi dan tertulis atas Konsep Temuan
Pemeriksaan dari pejabat pemerintah daerah yang berwenang dalam hal ini kepala
daerah/sekretaris daerah atas nama kepala daerah. Tanggapan tersebut akan
diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LKPD.
3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD
Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan atas LKPD
kepada kepala daerah dan/atau sekretaris daerah. Penyampaian Temuan
Pemeriksaan atas LKPD tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan
pemeriksaan LKPD. Hal ini merupakan batas tanggung jawab pemeriksa terhadap
kondisi laporan keuangan yang diperiksa.
Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah
tanggal pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu, tanggal penyampaian temuan
pemeriksaan tersebut merupakan tanggal laporan hasil pemeriksaan atau tanggal surat
representasi pemerintah daerah.
H. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dituangkan
secara tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). LHP merupakan bukti penyelesaian penugasan bagi pemeriksa yang
dibuat dan disampaikan kepada Pemberi Tugas, yakni BPK-RI.
Laporan tertulis berfungsi untuk: (1) Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan
kepada pejabat pemerintah, yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku; (2) Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman; (3)
Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi
terkait dan (4) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

203

1. Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan


Dalam pemeriksaan tahunan atas laporan keuangan pemerintah daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan akan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan (LHP), yang terdiri
dari:
a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
LHP menyatakan opini BPK-RI atas kewajaran Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD). Opini pemeriksaan BPK terhadap LKPD menggunakan opini standar
sesuai Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara, yaitu:
1) Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa,
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar akuntansi keuangan
(SAK) di Indonesia.
2) Wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia, kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan.
3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa
laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, realisasi anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia.
4) Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakan bahwa pemeriksa tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan, jika bukti pemeriksaan tidak cukup untuk membuat
kesimpulan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

204

Opini Wajar Tanpa Pengecualian


(WTP) oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) terhadap laporan
keuangan Pemerintah
Kota/Kabupaten tidak menjamin
pejabat daerah itu bebas dari
kasus korupsi. Opini WTP hanya
penilaian atas baiknya tata kelola
keuangan yang dilakukan oleh
pemprov/pemkot/pemkab. WTP
tidak menjamin tidak ada
korupsi.
Sumber: http://inspektorat.purworejokab.go.id/wtp-bukan-berarti-bebas-korupsi/,
2012
Perkembangan opini pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4 Perkembangan Pemberian Opini BPK 2006-2012
OPINI
LKPD

JUMLAH

WTP

WDP

TW

TMP

2006

327

28

28

105

23

463

2007

283

59

59

13

123

26

469

2008

12

323

31

31

118

24

485

2009

15

330

65

48

10

111

22

504

2010

34

341

66

26

115

22

516

2011

67

13

349

67

96

18

520

2012

113

27

267

64

31

415

Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK RI


Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

205

Sesuai dengan hal di atas, maka selain kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan dan kecukupan pengungkapan, opini didasarkan pula kepada kepatuhan
perundang-undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern yang berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Laporan yang memuat kepatuhan dan sistem pengendalian
intern dapat dilaporkan terpisah.
b. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern
Pemeriksa harus melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan
keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan. Beberapa contoh
kondisi yang dapat dilaporkan seperti yang dirumuskan dalam SPAP adalah sebagai
berikut:
1) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian yang
layak.
2) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem.
3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan Aset.
4) Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan Aset.
5) Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan cermat
sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang diperiksa,
karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian.
6) Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orang-orang yang
mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan menyeluruh
sistem tersebut.
7) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari pengendalian
intern, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi tidak tepat
waktu.
8) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat kesadaran
yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut.
9) Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan pengendalian intern
yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berdampak langsung dan material atas laporan keuangan.
10) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi
pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah
diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan,
pemeriksa harus mengidentifikasi kondisi yang dapat dilaporkan yang secara sendirisendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus
menempatkan temuan tersebut dalam perspektif yang wajar.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

206

c. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud) dan


Ketidakpatutan (abuse)
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPK. Dalam hal pemeriksa
menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK harus
menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada penasihat hukum
apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut akan mengganggu suatu proses
penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan hasil pemeriksaan akan mengganggu
proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus membatasi laporannya, misalnya
pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum (masyarakat).
Selain ketiga laporan tersebut di atas, BPK dapat menyampaikan laporan tambahan
sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pemeriksa dapat menyampaikan hasil transparansi
fiskal pada pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan
yaitu:

Pelaporan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan meliputi lima langkah,

1. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan. Konsep laporan hasil pemeriksaan


disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali teknis.
2. Penyampaian konsep laporan hasil pemeriksaan kepada Pejabat Entitas yang
Berwenang. Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab harus disampaikan
kepada pimpinan entitas sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan
keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas.
3. Pembahasan konsep hasil pemeriksaan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang.
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan
pimpinan entitas yang diperiksa.
4.

Perolehan surat representasi, dan

5. Penyusunan konsep akhir dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan. Langkah ini
terdiri dari dua kegiatan, yaitu: (1) Penyusunan konsep akhir LHP, dan (2)
Penyampaian LHP kepada pihak-pihak yang diwajibkan sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan perundangan.
3. Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus
memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan disampaikan
Kepala Daerah kepada DPRD. Surat representasi tersebut menggambarkan representasi
resmi dan tertulis dari pemerintah daerah atas berbagai keterangan, data, informasi,
dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat
tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

207

Hal tersebut akan mempengaruhi opini. Apabila surat representasi dan


lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan,
ketua tim pemeriksa dan atau pengendali teknis menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung
jawab untuk disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani kepala daerah dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

208

Contoh Surat Representasi dapat dilihat pada halaman berikut:

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

209

I.

KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

210

Interaksi antara auditor dengan auditan dan dengan pihak lain memerlukan
komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam
pemeriksaan. Komunikasi dalam pemeriksaan dimulai dari saat pertama kami
mendatangi auditan untuk memperkenalkan diri hingga auditor menyerahkan laporan
hasil pemeriksaan, bahkan diteruskan hingga pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan. Dengan demikian, sepanjang proses pemeriksaan yang dilakukannya,
seorang pemeriksa memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk menghasilkan
pemeriksaan yang terbaik.

1. Pengertian dan Tujuan Komunikasi Dalam Pemeriksaan


Komunikasi adalah bagian integral dalam pemeriksaan yaitu mulai dari
perencanaan penugasan, pelaksanaan pengujian hingga pemantauan tindak lanjut.
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai transmisi informasi dan pemahaman melalui
penggunaan simbol-simbol biasa atau umum. Proses komunikasi merupakan tahaptahap antara komunikator dengan komunikan yang menghasilkan pentransferan dan
pemahaman makna. Proses komunikasi meliputi 5 (lima) bagian, yakni: sumber
komunikasi (komunikator); pesan; penerima (komunikan); media dan efek.

Penjelasan:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

211

Komunikator

Orang yang menyampaikan pesan

Pesan

Dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan dan


anjuran dengan bantuan bahasa, gerak-gerik, ekspresi wajah,
gambar, warna dan isyarat lainnya.

Komunikan

Orang yang menerima pesan

Media

Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh


tempatnya atau banyak jumlahnya.

Efek

Dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan pemeriksaan akan


berjalan secara efektif (dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan) dan efisien (proses
pemeriksaan berlangsung lancar sehingga sumber daya benar-benar digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan itu). Komunikasi selama pelaksanaan pemeriksaan terjadi
antara tiga pihak, yaitu: komunikasi pemeriksa dengan rekan satu tim; komunikasi
pemeriksa dengan pihak auditi; dan komunikasi pemeriksa dengan pihak-pihak luar.

2. Komunikasi Antara Pemeriksa dengan Auditi


Interaksi antara pemeriksa dengan auditan, pada umumnya terjadi dalam
kegiatan-kegiatan tersebut:
a. Pada saat memperkenalkan diri dan menyerahkan surat tugas audit
b. Pada saat mengumpulkan informasi umum
c. Pada saat mengumpulkan bukti-bukti audit
d. Pada saat akan berhubungan dengan pihak ketiga
e. Pada saat membicarakan temuan hasil audit
f.

Pada saat pemantauan tindak lanjut.

Pemeriksa dituntut untuk mengadakan hubungan insani dengan auditan.


Hubungan insani tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya saling menyakiti tetapi
saling menghargai, tanpa saling merugikan tetapi berusaha untuk sama-sama
merasakan manfaat dari hasil kerjasamanya. Seorang pemeriksa harus berkomunikasi
secara etis, ramah, sopan, menghargai dan menghormati orang lain. Auditan janganlah
dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek atau individu yang memiliki
kepribadian tersendiri. Dengan diciptakannya hubungan insani oleh pemeriksa,
diharapkan pemeriksa dan auditan merasa puas dengan pemeriksaan yang dilakukan
dan auditan percaya dengan fungsi pemeriksaan.
Salah satu persyaratan untuk dapat mempraktikan hubungan insani, adalah
mengetahui tentang psikologi, khususnya mengenai perilaku seseorang di dalam
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

212

lingkungannya. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam hubungan


psikologis antara pemeriksa dengan auditan adalah:
a.

Bahwa setiap manusia pada dasarnya selalu ingin diperlakukan secara terhormat
dan ingin selalu dihargai.

b.

Bahwa manusia itu satu sama lain berbeda.

c.

Bahwa setiap tingkah laku manusia mempunyai tujuan tertentu, misalnya untuk
dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, walaupun kebutuhan itu tidak
selalu merupakan hal yang harus diperoleh, tetapi sesuatu yang mereka inginkan.
Dalam hal ini seorang pemeriksa yang baik akan selalu berusaha untuk
mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diingini auditan, supaya dapat
memberikan motivasi yang tepat untuk bisa bekerjasama

d.

Bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk dapat memilih serta bekerja
sesuai dengan kehendaknya serta perasaannya.

Pemeriksa seyogyanya menempatkan auditi sebagai subjek atau rekan kerja


untuk membangun komunikasi dan suasana psikologis yang baik, sehingga
proses pemeriksaan dapat berjalan efektif dan efisien
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pemeriksaan
Dalam praktik banyak faktor yang mempengaruhi hubungan (komunikasi) antara
pemeriksa dan auditi yang dapat dikelompokkan dalam:
a. Peran. Sesuai dengan fungsinya, pemeriksa mempunyai kewenangan untuk
melakukan verifikasi atas dokumen, wawancara, konfirmasi, inspeksi dan lain-lain
terhadap auditan. Oleh karena itu auditan mempunyai kewajiban untuk
memberikan informasi dan melayani pemeriksa sehingga situasi ini memberikan
keuntungan bagi auditor berupa conformity pressure kepada auditi.
b. Image. Image yang positif adalah bahwa seorang pemeriksa harus jujur, tegas dan
menjunjung tinggi kebenaran.
c. Atribut Pribadi. Pangkat/Jabatan, pendidikan, usia, penampilan, pengalaman dan
prestasi merupakan atribut-atribut pribadi yang dapat memberikan pengaruh positif
ataupun negatif dalam hubungan antara pemeriksa dan auditan.
d. Atribut Organisasi. Atribut organisasi pertama yang dapat memberikan pengaruh
adalah kedudukan hirarkis organisasi. Semakin tinggi kedudukan organisasi
pemeriksaan (unit pemeriksa), makin tinggi pula nilai yang diberikan oleh auditan.
e. Perilaku. Dalam mendapatkan informasi dari auditan maka pemeriksa harus
memperhatikan faktor perilaku seperti sopan, halus dalam tutur kata, hormat pada
orang lain, sikap rukun, tahu diri, simpatik dan mudah menolong.
f.

Jenis-jenis Pemeriksaan. General audit akan memberikan respon yang sewajarnya


dari auditan daripada pemeriksaan khusus yang diarahkan untuk menemukan
kecurangan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

213

g. Temuan Pemeriksaan. Apabila selama pemeriksaan pemeriksa menemukan sesuatu


yang dapat mengancam kedudukan auditan maka besar kemungkinan auditan akan
bersikap bermusuhan.
h. Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam hal ini kebijakan yang menekankan pentingnya
pengawasan melekat dan pengawasan fungsional berdampak conformity pressure.
i.

Suasana Setempat. Pemeriksa yang menghadapi auditan di daerah (dimana


kepatuhan terhadap birokrasi masih sangat tinggi) umumnya akan diterima dan
dilayani dengan baik.

Penting untuk dicatat bahwa semua faktor-faktor diatas tidak terlepas dari
pengaruh budaya nasional, lokal dan budaya organisasi.
4. Kiat-kiat Menghadapi Pemeriksa
Menghadapi pemeriksa jangan menjadi beban, sebab mereka pun juga manusia,
seorang pekerja yang sedang menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Berikut ini
beberapa kiat menghadapi pemeriksa:
a. Pemeriksa adalah tamu organisasi, sambut seperti laiknya menyambut tamu.
Buatlah pemeriksa senyaman mungkin saat berkunjung. Image anda sebagai tuan
rumah yang baik akan membekas di benak pemeriksa, sehingga awal kebaikan inilah
yang akan membuka kebaikan-kebaikan lainnya.
b. Pemeriksa adalah manusia, jadi tidak perlu kita takut karenanya.
Saat berkenalan atau jeda tanyakan hal-hal kecil mengenai pemeriksa seperti tinggal
dimana, keluarganya, dan sebagainya untuk mencairkan suasana dan membuat
proses pemeriksaan berjalan dengan lebih santai.
c. Identifikasi kriteria yang akan dijadikan acuan pemeriksa sehingga wajib diketahui
oleh auditan.
Kriteria yang dijadikan acuan pemeriksa dalam pemeriksaan tergantung dari tujuan
pemeriksaan. Dalam pemeriksaan keuangan kriteria tersebut meliputi:
a. Standar akuntansi pemerintahan (SAP)
b. Sistem pengendalian intern pemerintahan (SPIP)
c. Peraturan-peraturan perundangan yang menaungi dan wajib ditaati oleh
entitas yang sedang diperiksa
Pahamilah dengan baik dokumen-dokumen di atas dan pastikan anda memahami
betul standar, prosedur dan peraturan yang tertuang.

d. Identifikasi/kuasai seluk-beluk proses operasional entitas.


Pahami dengan baik keseluruhan proses operasional organisasi anda. Bila perlu
gunakan diagram alir (flow chart) untuk membantu anda dalam memetakan input
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

214

proses output organisasi anda. Biasanya pemeriksa akan betul-betul menanyakan


anda tentang ketiga tahapan ini. Karena dari situ pemeriksa mengetahui apa yang
sebetulnya menjadi tugas dan wewenang anda serta dokumen atau prosedur serta
rekaman apa yang harusnya anda miliki. Ingat, pemeriksa adalah orang luar
organisasi yang tidak memahami tugas dan wewenang anda kecuali dari apa yang
anda utarakan.
e. Setiap proses memiliki bukti berupa kuitansi, catatan, laporan, sertifikat dan
sebagainya. Persiapkan semua sesuai dengan prosesnya.
Pastikan anda memiliki bukti pelaksanaan untuk setiap proses yang dilakukan. Susun
rekaman tersebut dan letakkan di tempat yang rapi dan mudah anda cari, karena
kemampuan telusur (traceability) merupakan salah satu tolok ukur dalm
pemeriksaan.
f.

Jawab pertanyaan pemeriksa dengan memberikan fakta dan data, sehingga bagi
pemeriksa fakta dan data tersebut dapat dijadikan dasar untuk memberikan saran
perbaikan dan penyempurnaan.
Biasakan untuk menjawab pertanyaan pemeriksa dengan bukti, bukan sekedar
jawaban lisan semata. Artinya, jika pemeriksa bertanya tentang tugas dan tanggung
jawab anda, sangat dianjurkan untuk menjelaskan hal tersebut sambil menunjukkan
uraian tugas (job description) anda. Hindari asumsi atau jawaban asal-asalan yang
membuat pemeriksa berpikiran Anda bukanlah orang yang jujur.

Meskipun demikian, rasanya tidak mungkin jika auditan diperiksa tanpa adanya
temuan. Temuan yang perlu anda hindari adalah temuan yang bersifat signifikan.
Adapun temuan minor sebisa mungkin Anda tekan dengan betul-betul memahami dan
menerapkan persyaratan yang diminta oleh SPIP. Anggaplah temuan minor dari
pemeriksa sebagai bahan perbaikan di masa mendatang.

5. Pendekatan Dalam Menyelesaikan Temuan


Selain kita-kiat umum dalam menghadapi pemeriksa sebagaimana tersebut
diatas, berikut ini kiat-kiat untuk menyelesaikan temuan. Perlu diketahui bahwa
walaupun seharusnya pemeriksa memiliki karakteristik kualitas yang tinggi, dalam
praktik tidak selalu demikian adanya. Berikut ini merupakan kondisi yang bisa saja
terjadi:
a)

Pemeriksa juga manusia yang bisa saja salah.

b)

Menurut auditan umumnya pemeriksa dianggap lebih ahli daripada auditan


walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian.

c)

Temuan kadang tidak didasarkan pada bukti yang kuat, lengkap dan relevan
serta argumentasi logis.

d)

Temuan terkadang tidak jelas kriteria yang digunakan.

e)

Temuan yang buktinya lemah bisa menjadi fitnah dan berpotensi menjadi
pembunuhan karakter pihak tertentu.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

215

f)

Pemeriksa terkadang memiliki kepentingan finansial kepada auditan. Misalnya


pemeriksa ingin menjual jasa tertentu kepada auditan dengan menggunakan
perusahaan lain.

g)

Pemeriksa memiliki kewenangan yang kuat sehingga pemeriksa terkadang


arogan dan tidak mau menerima kebenaran

Dengan demikian penyelesaian temuan sebaiknya harus berhati-hati jangan sampai


justru menimbulkan permasalahan lain yang lebih serius. Kelemahan mendasar dalam
sistem pemeriksaan keuangan oleh BPK adalah tidak terdapatnya mekanisme check and
balance. BPK yang membuat standar pemeriksaan, yang melaksanakan, dan mengawasi
pelaksanaan standar tersebut. Sehingga jika terjadi perbedaan pendapat antara
pemeriksa dengan auditan maka kemungkinan besar yang dianggap benar adalah
pemeriksa. Auditan dapat saja mengajukan keberatan kepada struktur internal BPK baik
kepada pengendali teknis, kepada penanggung jawab maupun Majelis Kehormatan
Dewan Etik. Seharusnya terdapat dewan kehormatan yang mengawasi pelaksanaan
standar ini berada di luar organisasi BPK yang merupakan organisasi independen untuk
mengawasi pelaksanaan standar dan menjadi organisasi yang dapat menyelesaikan
perbedaan antara pemeriksa dan auditan.
Beberapa pendekatan dan cara-cara praktis penyelesaian temuan adalah:
a. Penjelasan Sebagai Pembelaan
Temuan material dapat diselesaikan tanpa menjatuhkan sanksi kepada auditan
melalui penjelasan sebagai pembelaan. Misalnya pemeriksa mendapatkan temuan
sementara bahwa saat mobil dinas dicat di bengkel ternyata masih terdapat
pengeluaran BBM untuk kendaraan dinas tersebut. Setelah dilakukan wawancara
diperoleh penjelasan bahwa selama mobil dinas tersebut dikerjakan proses
pengecatannya di bengkel, ternyata oleh pihak bengkel, auditan diberi pinjaman mobil
untuk kelancaran operasi auditan yang bersangkutan. Oleh karena itu bukti pendukung
berupa surat dan catatan dari bengkel atau atasan langsungnya mengenai peminjaman
kendaraan pengganti tersebut dapat menjadi bukti tambahan bahwa pengeluaran BBM
pada masa pengecatan tidaklah mengada-ada.
Contoh lain misalnya kasus temuan berupa pembangunan gedung kantor ternyata
menggunakan atap dari kayu yang masih muda. Sehingga gedung tersebut baru setahun
dipakai atapnya sudah hampir patah. Akibatnya biaya pemeliharaan gedung pada tahun
kedua meningkat. Pemeriksa melihat hal tersebut sebagai kejanggalan sehingga meneliti
secara detil dan diketahui bahwa kayu untuk atap sebagian ternyata masih merupakan
kayu yang masih muda. Hal ini terjadi karena pengawas (supervisor) bangunan secara
tidak sengaja menerima kayu yang masih muda tersebut. Tanggung jawab ini tidak
hanya terkena pada supervisor yang bersangkutan saja tetapi secara tanggung renteng
juga mengenai atasannya kecuali jika atasan yang bersangkutan telah melakukan
pengendalian intern yang cukup. Jika atasan yang bersangkutan misalnya menunjukkan
bukti bahwa dia telah membuat kebijakan pencegahan melalui organisasi, prosedur,
pencatatan, otorisasi dan lain-lain bahwa kayu yang masih muda tidak boleh diterima
maka atasan yang bersangkutan dapat terbebas dari tanggung renteng.
b. Janji Auditi Melakukan Perbaikan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

216

Jika temuan yang diajukan oleh pemeriksa menyangkut perbaikan SPI maka jika
auditan meyakini bahwa pemeriksa memang benar dan beralasan kuat maka auditan
dapat berjanji melakukan perbaikan. Misalnya jika terdapat prosedur yang kurang baik
dalam pembayaran gaji anggota DPRD, maka auditan dapat berjanji bahwa kejadian
tersebut tidak akan diulangi di masa yang akan datang. Lebih lanjut, pada bulan
Desember tahun 2012 pemegang kas telah menerima SPM Gaji untuk bulan Januari
tahun 2013. SPM ini harusnya dicairkan pada tahun 2013. Akan tetapi pemegang kas
mencairkannya pada akhir Desember 2012 dengan alasan bahwa pada tanggal 1 Januari
merupakan tahun baru dan bank libur. Tidak ada kerugian negara, tetapi gaji ini harus di
bebankan pada laporan realisasi anggaran pada tahun 2012. Pemeriksa menemukan
kejadian ini dan membuat management letter bahwa hal tersebut tidak terjadi lagi di
masa yang akan datang.
Contoh lain, misal ditemukan oleh pemeriksa bahwa pemerintah daerah tidak
memiliki Kartu Aset Tetap sehingga semua aset tetap yang dimiliki tidak tercatat dengan
baik. Akibatnya aset tetap tersebut mudah sekali hilang atau digelapkan. Temuan seperti
ini dapat diselesaikan dengan janji melakukan perbaikan atas SPI.
c. Perbaikan Atas Temuan Administratif Pelaporan
Jika temuan pemeriksa merupakan temuan administratif misalnya terjadi kesalahan
pencatatan dan pelaporan yang tidak menimbulkan kerugian negara, maka auditan
dapat langsung menerima temuan tersebut jika memang demikian adanya. Temuan
seperti ini lazim sekali terjadi dalam pemeriksaan keuangan. Misalnya laporan realisasi
anggaran satker terjadi kesalahan pencatatan rekening. Biaya foto copy dibebankan ke
rekening biaya ATK. Koreksi semacam ini lazim dan tidak perlu dipermasalahkan selama
memang ini benar adanya.
d. Penyelesaian di Tempat
Jika terdapat kerugian negara misalnya jika kesalahan ini bukan kesengajaan maka
auditan dapat melakukan pembayaran ke kas daerah atau pemerintah pada saat proses
pemeriksaan dilakukan. Dengan demikian pemeriksa dapat mengeluarkan temuan
tersebut dari laporan hasil pemeriksaan. Akan tetapi jika kesalahan ini mengandung
unsur kecurangan maka pemeriksa dapat memandang kasus tersebut sebagai kasus
korupsi dan terdapat unsur tindak pidana. Hanya saja, beda kesalahan dengan
kecurangan adalah tipis. Kecurangan adalah kesalahan yang disengaja dan ada unsur
merugikan negara. Sedangkan kesalahan adalah hal yang tidak disengaja mungkin
karena auditan tidak memahami peraturan perundangan yang berlaku.

6. Memenangkan Negosiasi Dengan Pemeriksa


Setelah segala jenis bahan pembelaan telah disiapkan dan argumentasi yang kuat
telah disusun maka selebihnya adalah bagaimana auditan mampu memenangkan
negosiasi dengan pemeriksa. Berikut kiat-kiat memenangkan negosiasi dengan
pemeriksa:
a. Terlebih dahulu kenali:
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

217

siapa saja yang akan menjadi lawan bicara, sifat dan kepribadian, ego,
bagaimana tingkat sensitifitas dan sebagainya.

posisi atau jabatan mereka dalam organisasi.

seberapa besar pengaruh masing-masing orang dalam masalah pokok yang


menjadi agenda pembahasan.

apakah hadirin merupakan pengambil keputusan atau bukan.

b. Kemampuan kita untuk memilih lingkungan yang tepat

Lokasi yang tepat

Suasana yang hangat

Posisi masing-masing pihak

c. Mulai dengan kalimat-kalimat hangat dan bersahabat untuk mencairkan suasana


sebelum negosiasi berlangsung.
d. Hindarkan negosiasi yang konfrontatif
Konfrontasi terkadang tidak menyelesaikan masalah. Pemeriksa kadang merasa
terhina jika auditan terlalu lugas dalam menyangkal temuan pemeriksa walaupun
yang disampaikan oleh auditan benar adanya.
e. Berpura-pura bodoh itu kadang pintar
Dengan beberapa pengecualian, manusia cenderung membantu orang yang mereka
anggap kurang pintar daripada mengambil keuntungan dari mereka. Kadang dengan
berpura-pura bodoh kita diberikan waktu untuk memikirkan kembali dan waktu itu
kita gunakan untuk mengumpulkan informasi dan meneliti lagi lebih mendalam.
f.

Jangan biarkan pihak pemeriksa menjadi notulis


Pada waktu berdiskusi dan bernegosiasi tidak semua hal dibicarakan dalam
komunikasi verbal. Karena itu ada baiknya auditan yang menulis notulen.

g. Pelajari dulu dengan seksama lingkup pekerjaan dan kontrak yang dibuat. Pekerjaan
yang tidak terdapat dalam kontrak tetapi dilaksanakan oleh pihak ketiga dalam
kenyataan, cenderung tidak dianggap sebagai penambah komponen biaya oleh
pemeriksa. Sebaliknya, pekerjaan yang ada dalam kontrak tetapi tidak dilaksanakan
oleh pihak ketiga akan menjadi kerugian negara.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

218

LEMBAR KERJA PESERTA


(LKP)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

219

SOAL TOPIK II
1. Soal Latihan Persamaan Dasar akuntansi
Berikut di bawah ini disajkan data Neraca Awal Pemerintah Kabupaten Mudah
Sekali:
Kode Akun
111
113
116
117
131
132
133
137
211
214
215
221

Nama Akun

Saldo

Kas
Piutang Pendapatan
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Akumulasi Penyusutan
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Dalam Negeri

100
200
80
50
1.000
2.000
5.000
800
150
300
250
2.500

Saudara diminta:
Susunlah Neraca Awal Kabupaten Mudah Sekali dengan menuliskan kode dan nama
akun beserta saldonya ke dalam format Neraca sebagai berikut:
Kode
Akun

Nama Akun

Kode
Akun

Saldo

ASET

Nama Akun

Saldo

KEWAJIBAN

...
...

...
...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

EKUITAS
...

...

220

Kode
Akun

Nama Akun

Kode
Akun

Saldo

Total Aset

...

Nama Akun

Saldo

Total Kewajiban
dan Ekuitas

...

2. Soal Latihan Siklus Akuntansi (Akuntansi SKPD)


Pemkab Aman Sentosa mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual berdasarkan PP
No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri 64 tahun 2013. Berikut ini adalah data
akuntansi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pemkab Aman Sentosa.
NERACA AWAL TAHUN
Pemkab Aman Sentosa
Dinas Kesehatan
Neraca
Per 1 Januari 2014
(dalam ribuah rupiah)
ASET
Aset Lancar
Kas *)
Persediaan
Total Aset Lancar
Aset Tetap
Tanah
Gedung dan Bangunan
Peralatan dan Mesin
Total Aset Tetap

Rp

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
1.500
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
500
2.000
EKUITAS
Ekuitas**
250.000
240.000
149.000
639.000

Rp
1.500

639.500

TOTAL ASET
641.000 TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS
641.000
*) Kas merupakan Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan potongan PPh/PPN yang
belum disetor ke Kas Negara s/d akhir tahun
**)Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana Lancar,
Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah merupakan Ekuitas
yg bersifat full accrual.
RINGKASAN DPA
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Kesehatan untuk T.A. 2014
adalah sbb.:
Uraian
Retribusi
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Jumlah
Rp 24.000.000
221

Belanja
Belanja Tidak Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Langsung:
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Belanja Langsung
Total Belanja

Rp 1.500.000.000
Rp 65.000.000
150.000.000
120.000.000
Rp 335.000.000
Rp 1.835.000.000

TRANSAKSI
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Kesehatan diringkaskan sbb:
a) Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh/PPN sebesar Rp1.500.000
ke rekening Kas Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran
Pajak Pusat).
b) Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar
Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP.
c) Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
Rp1.487.500.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.
d) Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan dan
mesin sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja
Barang dan Jasa.
e) Total realisasi belanja barang dan jasa berupa ATK yang dibayar secara UP
sebesar Rp25.000.000 dan sudah diterbitkan SP2D-GU nya.
f) Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2014 sebesar
Rp27.000.000. Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi yang diterima
bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000. Pendapatan tsb telah disetor
seluruhnya ke rekening Kas Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat
Tanda Setoran).
g) Sisa UP disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah berdasarkan
bukti transaksi berupa STS.
DATA PENYESUAIAN AKHIR TAHUN
h) Persediaan yang masih tersisa pada akhir tahun diestimasi sebesar Rp1.000.000.
i)
Penyusutan aset tetap Gedung dan Bangunan disusutkan sebesar Rp6.000.000,
sedangkan peralatan dan mesin disusutkan sebesar Rp31.900.000.
j)
Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa untuk
bulan Desember 2014 sebesar Rp15.325.000 belum terbayarkan.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

222

DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)


Kode Akun
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122
13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151
152
153
154
2
21
211
212
213
214
215
216
22

Nama Akun
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Aset Lain-lain
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
Kewajiban Jangka Panjang

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
H
H
D
D
D
D
D
D
D
D
H
D
D
H
D
D
D
D
D
D
D
H
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
223

Kode Akun
221
223
224
3
31
311
312
313
4
41
411
412
413
414
42
421
422
423
424
43
431
432
5
51
511
512
513
514
515
516
52
521
522
523
524
525
53
6
61
611
612

Nama Akun
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
Pendapatan-LRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LRA
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Pendapatan Transfer LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Belanja Tak Terduga
Transfer
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
D
D
D
H
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H
H
D
D
224

Kode Akun
62
621
622
623
7
71
711
712
713
714
715
716
72
721
722
723
724
8
81
811
812
813
819
82
821
822
823
824
83
831
832
84
85
9
91
911
912
913
914
915
916

Nama Akun
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Pendapatan Transfer LO
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Pendapatan Non Operasional-LO
Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa
Beban
Beban Operasi
Beban Pegawai
Beban Barang
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
H
H
D
D
D
D
D
D
225

Kode Akun
917
918
919
92
921
922
923
924
925
93
94

Nama Akun
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
Beban Transfer
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Beban Non Operasional
Beban Luar Biasa

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H

226

FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

227

BUKU JURNAL FINANSIAL


PEMERINTAH KAB/KOTA ........................................
JURNAL UMUM
SKPD
Tanggal

...................................
Nomor
Bukti

Kode dan Nama Akun

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Ref

Debit

Kredit

228

Tanggal

Nomor
Bukti

Kode dan Nama Akun

Ref

Debit

Kredit

Saldo
BUKU BESAR
111 Kas

113 Piutang Pendapatan

117 Persediaan

131 Tanah

132 Peralatan dan Mesin

133 Gedung dan Bangunan

137 Akumulasi Penyusutan

211 Utang PFK

215 Utang Beban

311 Ekuitas

313 Ekuitas untuk


Dikonsolidasikan (RK PPKD)

812 Pendapatan Retribusi


Daerah-LO

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

229

911 Beban Pegawai

912 Beban Barang

917 Beban Penyusutan

412 Pendapatan Retribusi


Daerah-LRA

511 Belanja Pegawai

512 Belanja Barang dan Jasa

522 Belanja Modal Peralatan


dan Mesin

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

230

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

231

NERACA SALDO
PEMERINTAH KAB/KOTA .........................................
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014
SKPD: ................................
Kode dan Nama Rekening

Ref

Saldo
Debit

Kredit

111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK
PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan

Saldo
Tanggal . ..
PPK SKPD

NIP .

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

232

LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode

No

8
81
811
812

1
1
2
3
4
5

813
819
82
821
822
823
829
83
831
832
84
85
9
91
911
912
913
914
915
916
917
918
919

Uraian

Jumlah

Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan-LO
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Pendapatan Transfer LO
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16 Pendapatan Lainnya
17
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
18 Pendapatan Non Operasional-LO
19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
21 Beban
22 Beban Operasi
23 Beban Pegawai
24 Beban Barang
25 Beban Bunga
26 Beban Subsidi
27 Beban Hibah
28 Beban Bantuan Sosial
29 Beban Penyusutan
30 Beban Penyisihan Piutang
31 Beban Lain-lain
32
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

233

Kode

No

92
921
922
923
924
925

33
34
35
36
37
38
39
40
41
43

93
94

Uraian

Jumlah

Beban Transfer
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
Beban Non Operasional
Beban Luar Biasa
JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)

44 SURPLUS/DEFISIT (20 43)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

234

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
No

Uraian

1
2
1 Ekuitas Awal
2 Surplus/Defisit LO
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
6
Lain-lain
7 Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

2012

2011

235

NERACA
PEMERINTAH KAB/KOTA ..................................
SKPD ...............................
NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
Kode No
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122

13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Uraian

(dalam rupiah)
Jumlah
Tahun 2014

Tahun 2013

Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang (1314)
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

236

Kode No
152
153
154

2
21
211
212
213
214
215
216

22
221
223
224

3
31
311
312
313

Uraian

Jumlah
Tahun 2014

Tahun 2013

30 Kemitraan dengan Pihak Ketiga


31 Aset Tidak Berwujud
32 Aset Lain-lain
33
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)


Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37
s.d. 42)
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45
s.d. 47)
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)

56 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS


(49+55)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

237

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode

No

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Realisasi
2013

1
4

Pendapatan-LRA

41

Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA

411

Pendapatan Pajak Daerah-LRA

412

4
5

Pendapatan Retribusi Daerah-LRA


Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan-LRA

Lain-Lain PAD yang Sah-LRA

413
414

Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)

42
421

8
9

Pendapatan Transfer LRA


Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Dana
Perimbangan

422

10

Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya

423

11

424

12

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya


Bantuan Keuangan

13

Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)

43

14

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA

431

15

Pendapatan Hibah

432

16
17

Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
(15 s.d. 16)

18

JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)

19

Belanja

51

20

Belanja Operasi

511

21

Belanja Pegawai

512

22

Belanja Barang dan Jasa

513

23

514

24

Belanja Subsidi

515
516

25

Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial

26

Belanja Bunga

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

238

Kode

No
27

52

Uraian

Realisasi
2013

Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)

28 Belanja Modal

521

29

Belanja Modal Tanah

522

30

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

523

31

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

524

32

525

33
34

Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan


Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)

53

35

Belanja Tak Terduga

531

36

Belanja Tak Terduga

37
38

Jumlah Belanja Tak Terduga (36)


Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)

39

Transfer

61

40

Transfer Bagi Hasil Pendapatan

611

41

Transfer Bagi Hasil Pajak

612

42

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

62
621

43
44

Transfer Bantuan Keuangan


Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya

622

45

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

623

46

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

47

Jumlah Transfer (41 s.d. 46)

48

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)

49

SURPLUS/DEFISIT (18 48)

50

Pembiayaan

71

49

Penerimaan Pembiayaan

711

51

Penggunaan SILPA

712

52

Pencairan Dana Cadangan

713

53

714

54

Pinjaman Dalam Negeri

715

55

Penerimaan Kembali Piutang

716

56

Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir

57
72

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

58

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d. 56)


Pengeluaran Pembiayaan

721

59

722

60

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah

723

61

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri

724

62

Pemberian Pinjaman Daerah

Pembentukan Dana Cadangan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

239

Kode

No

Uraian

63

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d. 62)

64
65

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Realisasi
2013

PEMBIAYAAN NETO (57 63)


SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 + 64)

LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH (SAL)
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

No

Uraian

1
2
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
2 Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th
Berjalan
3 Subtotal (1-2)
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

(dalam rupiah)

2014

2013

240

SOAL TOPIK III


1. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pendapatan dan piutang, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
2. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja barang dan jasa, beban, dan
persediaan, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
3. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi belanja modal dan aset tetap, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
4. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi pembiayaan, investasi dan kewajiban,
meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
5. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi dana cadangan dan transaksi non
anggaran, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan
6. Diskusikan dan jelaskan tentang akuntansi koreksi kesalahan, jurnal penyesuaian,
dan jurnal penutup, meliputi:
a. Definisi
b. Pengakuan dan Pengukuran
c. Pencatatan
d. Penyajian dan Pengungkapan di laporan keuangan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

241

SOAL TOPIK IV
Untuk meningkatkan pemahaman atas akuntansi SKPD, Silahkan Anda mengerkan soal
berikut ini !
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2014 dengan
ringkasan anggaran sbb.:
Pendapatan Retribusi

Rp

450.000.000

Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan


Belanja Pegawai-Belanja Honor
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Total Anggaran Belanja

Rp

1.020.000.000
100.000.000
280.000.000
200.000.000
1.600.000.000

Rp
Rp
Rp
Rp

Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2014 adalah sbb:
Dinas Pariwisata - Pemkab Bahari
NERACA
Per 1 Januari 2014
Uraian
ASET
Aset Lancar
Kas di Bendahara
Penerimaan
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Piutang
Persediaan
Total Aset Lancar

Jumlah (Rp)

550.000
550.000

Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung
dan
Bangunan
Total Aset Tetap

2.150.000.000

TOTAL ASET

2.150.550.000

Uraian
KEWAJIBAN
Kewajiban jk Pendek

Jumlah (Rp)
-

EKUITAS
Ekuitas

2.150.550.000

TOTAL KEWAJIBAN
DAN EKUITAS DANA

2.150.550.000

600.000.000
750.000.000
800.000.000

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

242

Transaksi realisasi anggaran selama T.A. 2014 sebagai berikut:


A. Ringkasan transaksi selama Triwulan I s.d. III (Jan s.d. Sept) T.A. 2014
1) Penerimaan Uang Persediaan (UP) pada awal Januari 2014 dengan bukti SP2D-UP
sebesar Rp. 10.000.000.
2) Ringkasan data mengenai belanja yang dibayar secara langsung (LS) dengan bukti
SP2D-LS dan belanja UP yang telah disahkan pertanggungjawabannya dengan bukti
SP2D-GU selama Januari s.d September 2014 sebagai berikut:
Belanja Pegawai-Gaji dan Tunjangan
Belanja Pegawai-Belanja Honor
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal-Gedung

Rp
Rp
Rp
Rp

747.000.000
13.000.000
243.000.000
150.000.000

Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS),
sedangkan belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan
UP/TU.
3) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 300.710.000
B. Transaksi selama triwulan IV (Oktober-Des) T.A. 2014 adalah sbb.:
Transaksi selama Oktober:
a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.000.000
b) Diterima SP2D-TU (Tambah Uang Persediaan) sebesar Rp 85.000.000. Dana TU
tersebut akan digunakan untuk membayar honor nara sumber kegiatan diklat
dan honor paniti.
c) Diterima SP2D-LS untuk pembelian 5 unit komputer dengan nilai total sebesar
Rp44.000.000.
d) Dibayar honor nara sumber sebesar Rp 75.000.000 dan honor panitia sebesar Rp
10.000.000. Dari pembayaran honor tersebut telah dipotong PPh sebesar
Rp11.750.000.
e) Potongan PPh sebesar Rp 11.750.000 (butir d) telah disetorkan ke rekening Kas
Negara.
f) Belanja honor di atas (butir d) telah disahkan pertanggungjawabannya dengan
menerima SP2D-TU Nihil. (Keterangan: SP2D TU Nihil bukan merupakan
pengisian kembali dana TU, tetapi hanya merupakan bukti pengesahan SPJ
pengguna dana TU).
g) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 45.500.000
Transaksi selama November:
a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000
b) Dibayar ATK dan penggandaan sebesar Rp 8.800.000 (catat ke Belanja Barang
dan Jasa). Dari pembayaran belanja tsb dipotong PPh sebesar Rp120.000 dan
PPn sebesar Rp 800.000.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

243

c) Diterima SP2D-GU atas belanja barang dan jasa sebesar Rp8.800.000


d) Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.560.000 dan
2.500.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).
e) Disetor ke rekening Kas Negara.PPh sebesar Rp120.000 dan PPn sebesar
Rp800.000.
f) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 55.650.000
Transaksi selama Desember:
a) Diterima SP2D-LS Gaji dan Tunjangan sebesar Rp 83.700.000
b) Dibayar biaya pemeliharaan kendaraan sebesar Rp850.000 (catat ke Belanja
Barang dan Jasa).
c) Dibayar belanja listrik dan telepon masing-masing sebesar Rp 1.450.000 dan
2.635.000 (catat ke Belanja Barang dan Jasa).
d) Diterima SP2D GU-Nihil atas pertanggungawaban penggunaan UP yang terakhir.
Adapun sisa UP yang ada telah disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Daerah.
(Keterangan: SP2D GU Nihil bukan merupakan pengisian kembali UP yang
terpakai, tetapi hanya merupakan bukti pengesahaan SPJ penggunaan UP yang
terakhir di bulan Desember.)
e) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp 65.850.000
C. Data untuk penyesuaian akhir Tahun Anggaran 2014:
a) Persediaan yang masih ada pada akhir tahun yaitu ATK dan persediaan obatobatan dengan total sebesar Rp1.200.000. Adapun total pembelian persediaan
selama tahun berjalan sebesar Rp16.500.000
b) Pendapatan retribusi yang sudah menjadi hak pemda (telah diterbitkan Surat
Ketetapan Retribusi-nya) tetapi belum diterima pembayarannya dari wajib
retribusi sampai akhir tahun 2012 sebesar Rp2.500.000.
c) Beban penyusutan aset tetap, yang mulai diterapkan tahun ini, telah dihitung
berdasarkan metode garis lurus sebesar Rp53.750.000
DIMINTA:
1. Lakukan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran
2. Lakukan Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal Finansial
3. Lakukan Posting ke buku besar
4. Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
5. Susunlah Laporan Keuangan meliputi :
a. Laporan Operasional (LO)
b. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

244

DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)


Kode
Akun
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122
13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151
152
153
154
2
21
211
212
213
214
215
216

Nama Akun
Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Aset Lain-lain
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
H
H
D
D
D
D
D
D
D
D
H
D
D
H
D
D
D
D
D
D
D
H
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
245

Kode
Akun
22
221
223
224
3
31
311
312
313
4
41
411
412
413
414
42
421
422
423
424
43
431
432
5
51
511
512
513
514
515
516
52
521
522
523
524
525
53
6

Nama Akun
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
Pendapatan-LRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLRA
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Pendapatan Transfer LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Belanja Tak Terduga
Transfer

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
H
D
D
D
H
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H
246

Kode
Akun
61
611
612
62
621
622
623
7
71
711
712
713
714
715
716
72
721
722
723
724
8
81
811
812
813
819
82
821
822
823
824
83
831
832
84
85
9
91
911

Nama Akun
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLO
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Pendapatan Transfer LO
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Pendapatan Non Operasional-LO
Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa
Beban
Beban Operasi
Beban Pegawai

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
H
D
D
H
D
D
D
H
H
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
H
D
D
D
D
H
D
D
D
D
H
D
D
H
H
H
H
D
247

Kode
Akun
912
913
914
915
916
917
918
919
92
921
922
923
924
925
93
94

Nama Akun
Beban Barang
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
Beban Transfer
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Beban Non Operasional
Beban Luar Biasa

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

H/D
D
D
D
D
D
D
D
D
H
D
D
D
D
D
H
H

248

FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

249

BUKU JURNAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ........................................
JURNAL UMUM
SKPD

...................................

Tanggal

Nomor
Bukti

Kode dan Nama Akun

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Ref

Debit

Kredit

250

Tanggal

Nomor
Bukti

Kode dan Nama Akun

Ref

Debit

Kredit

Saldo
BUKU BESAR

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

251

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

252

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

253

NERACA SALDO
PEMERINTAH KAB/KOTA .........................................
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014
SKPD: ................................
Kode dan Nama Rekening

Ref

Saldo
Debit

Kredit

111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan

Saldo

Tanggal . ..
PPK SKPD

NIP .

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

254

LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode

No
1

8
81

1
2

Uraian

Jumlah

Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO

811

812

Pendapatan Retribusi Daerah-LO

813

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO

819

Lain-Lain PAD yang Sah-LO

7
82

Pendapatan Pajak Daerah-LO

Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)


Pendapatan Transfer LO

821

822

10

Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya

823

11

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya

829

12

Bantuan Keuangan

13
83
831
832

14
15
16
17

Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat

Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)


Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)

84

18

Pendapatan Non Operasional-LO

85

19

Pos Luar Biasa

20

JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)

21

Beban

9
91

22

Beban Operasi

911

23

912

24

Beban Barang

913

25

Beban Bunga

914

26

Beban Subsidi

915
916
917
918
919

27

Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain

28
29
30
31

Beban Pegawai

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

255

Kode

No

92

Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)


Beban Transfer

921

32
33
34

922

35

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

923

36

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya

924

37

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

925

38

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

93

40

Beban Non Operasional

94

41

Beban Luar Biasa

39

Uraian

Bagi Hasil Pajak

Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)

43
44

Jumlah

JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)


SURPLUS/DEFISIT (20 43)

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
No

Uraian

2014

2013

1
1

Ekuitas Awal

Surplus/Defisit LO

Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:

Koreksi Nilai Persediaan

Selisih Revaluasi Aset Tetap

Lain-lain

Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

256

NERACA
PEMERINTAH KAB/KOTA ..................................
SKPD ...............................
NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
Kode No
1
11
111
112
113
114
115
116
117
199
12
121
122
13
131
132
133
134
135
136
137
14
141
15
151
152

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Uraian

(dalam rupiah)
Jumlah
Tahun 2014

Tahun 2013

Aset
Aset Lancar
Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pendapatan
Piutang Lainnya
Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13-14)
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

257

Kode No
153
154

Uraian

Tahun 2014

Tahun 2013

31 Aset Tidak Berwujud


32 Aset Lain-lain
33
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
34

JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)

2
21
211
212
213
214
215
216

35
36
37
38
39
40
41
42
43

22
221
223
224

44
45
46
47
48

Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Beban
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37
s.d. 42)
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45
s.d. 47)
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas
Ekuitas SAL
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)

3
31
311
312
313

Jumlah

49
50
51
52
53
54
55

56 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

258

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode

No
1

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Realisasi
2013

Pendapatan-LRA

41

Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA

411

Pendapatan Pajak Daerah-LRA

412

4
5

Pendapatan Retribusi Daerah-LRA


Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan-LRA

Lain-Lain PAD yang Sah-LRA

413
414

7
42
421
422
423
424

8
9
10
11
12

Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)


Pendapatan Transfer LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Dana Perimbangan
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah
Lainnya
Bantuan Keuangan

13

Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)

43

14

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA

431

15

Pendapatan Hibah

432

16
17

Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah (15 s.d. 16)

18

JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)

19

Belanja

51

20

Belanja Operasi

511

21

Belanja Pegawai

512

22

Belanja Barang dan Jasa

513

23

Belanja Bunga

514

24

Belanja Subsidi

515

25

Belanja Hibah

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

259

Kode

No

516

Belanja Bantuan Sosial


Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Belanja Modal

521

26
27
28
29

522

30

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

523

31

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

524

32

Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

525

33

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

52

34

Uraian

Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)

53

Belanja Tak Terduga

531

36

Belanja Tak Terduga

37

Jumlah Belanja Tak Terduga (36)

38

Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)

39

Transfer

61

40

Transfer Bagi Hasil Pendapatan

611

41

Transfer Bagi Hasil Pajak

612

42

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

62
621

43
44

Transfer Bantuan Keuangan


Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah
Daerah Lainnya

622

45

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

623

46

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya


Jumlah Transfer (41 s.d. 46)

48

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)

49

SURPLUS/DEFISIT (18 48)

50

Pembiayaan

71

49

Penerimaan Pembiayaan

711

51

Penggunaan SILPA

712

52
53

Pencairan Dana Cadangan


Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan

714

54

Pinjaman Dalam Negeri

715

55

Penerimaan Kembali Piutang

716

56
57

Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir


Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d.
56)

72

58

Pengeluaran Pembiayaan

721

59

Pembentukan Dana Cadangan

713

Realisasi
2013

Belanja Modal Tanah

35

47

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

260

Kode

No

Uraian

60

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah


Daerah

723

61

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri

724

62

Pemberian Pinjaman Daerah


Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d.
62)

722

63
64
65

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Realisasi
2013

PEMBIAYAAN NETO (57 63)


SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 +
64)

LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH (SAL)
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

No
1
1
2
3
4
5
6
7
8

(dalam rupiah)

Uraian

2014

2013

Saldo Anggaran Lebih Awal


Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan
Subtotal (1-2)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
Subtotal (3+4)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
Lain-lain
Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

261

SOAL TOPIK V

TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman akuntansi PPKD, silahkan Anda mengerjakan soal
berikut ini.
A. Neraca Saldo Awal Tahun Anggaran 2014
Pemerintah Kabupaten Langit Biru
PPKD
Neraca Saldo
Per 1 Januari 2014
Nama Rek
Debit
(Rp)
Kas di Kas Daerah
45.750.765.000
Piutang DAU
15.000.000.000
Penyertaan Modal pada Perusahaan
25.000.000.000
Daerah
Ekuitas
Jumlah
85.750.765.000

Kredit
(Rp)

85.750.765.000
85.750.765.000

B. Ringkasan DPA PPKD T.A. 2014


Pemerintah Kabupaten Langit Biru
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD
Tahun Anggaran 2014
No. Urut
(1)
1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
1.3.1

Uraian
(2)
PENDAPATAN
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Dana Bagi Hasil
Pendapatan Dana Alokasi Umum
Pendapatan Dana Alokasi Khusus
Jumlah Dana Perimbangan
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Anggaran
stlh Perubahan
(3)

40.350.000.000
275.000.000.000
25.000.000.000
340.350.000.000
262

No. Urut

2
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7

3.
3.1.
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4

Uraian
Jumlah Pendapatan
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja
Surplus /Defisit: [1]-[2]

yang Sah

Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto [3.1] [3.2]
SILPA PPKD Akhir Tahun Anggaran
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]

Anggaran
stlh Perubahan
340.350.000.000

5.000.000.000
2.500.000.000
4.500.000.000
12.000.000.000
328.350.000.000

45.750.765.000
20.000.000.000
65.750.765.000

2.500.000.000

2.500.000.000
63.250.765.000
391.600.765.000

C. Ringkasan transaksi PPKD selama T.A. 2014


a) Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan berdasarkan Nota Kredit
Rekening Koran Bank adalah sbb.:
Uraian
Jumlah
(Rp)
Pendapatan DBH
38.500.000.000
Pendapatan DAU*)
290.000.000.000
Pendapatan DAK
22.500.000.000
Jumlah
351.000.000.000
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

263

b)
c)
d)
e)
f)
g)

*) Keterangan: dari jumlah pendapatan DAU tersebut termasuk penerimaan


Piutang DAU sebesar Rp15.000.000.000.
Jumlah total pendapatan SKPD yang telah masuk ke rekening Kasda berdasarkan
STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp 145.430.875.000
Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp.445.765.190.000
Jumlah potongan PFK yang berasal dari realisasi anggaran 2014 adalah
Rp52.330.750.000. Uang PFK tersebut telah disetorkan seluruhnya kepada para
fihak ketiga terkait.
Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah
Rp45.000.000.000
Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD ke
rekening Kasda adalah Rp 250.760.000
Jumlah total SP2D LS untuk belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
Uraian
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tak Terduga
Jumlah

Jumlah
(Rp)
5.000.000.000
2.500.000.000
1.500.000.000
9.000.000.000

h) Jumlah penerimaan pinjaman jk panjang dari Pemerintah Pusat berdasarkan


bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank sebesar
Rp20.000.000.000
i) Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan daerah
sebesar Rp2.000.000.000
Keterangan tambahan untuk penyesuian akhir tahun:
j) Pada akhir tahun diakui piutang atas DBH yang masih harus diterima. Sementara
untuk sisa anggaran DAK tidak dapat diklaim lagi mengingat progres kegiatan
sampai akhir tahun tidak mencapai 100%.
Diminta:
1) Lakukan pencatatan transaksi pada buku jurnal finansial (termasuk penyesuaian)
atau dan buku anggaran atas transaksi di atas;
2) Lakukan Posting ke buku besar
3) Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
4) Susunlah LO-PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2014
5) Susunlah LPE PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2014
6) Susunlah Neraca PPKD per 31 Des 2014
7) Susunlah LRA PPKD untuk tahun anggaran yang berakhir 31 Des 2014.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

264

DAFTAR AKUN (Chart of Accounts)


Kode Akun
1

Nama Akun

H/D

Aset

Aset Lancar

111

Kas

112

Investasi Jangka Pendek

113

Piutang Pendapatan

114

Piutang Lainnya

115

Penyisihan Piutang

116

Beban Dibayar Dimuka

117

Persediaan

199

Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD)

11

Investasi Jangka Panjang

121

12

Investasi Jangka Panjang Non Permanen

122

Investasi Jangka Panjang Permanen

Aset Tetap

131

Tanah

132

Peralatan dan Mesin

133

Gedung dan Bangunan

134

Jalan, Irigasi, dan Jaringan

135

Aset Tetap Lainya

136

Konstruksi Dalam Pengerjaan

137

Akumulasi Penyusutan

14

Dana Cadangan

141

Dana Cadangan

Aset Lainnya

151

Tagihan Jangka Panjang

152

Kemitraan dengan Pihak Ketiga

153

Aset Tidak Berwujud

154

Aset Lain-lain

Kewajiban

Kewajiban Jangka Pendek

211

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

212

Utang Bunga

213

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

214

Pendapatan Diterima Dimuka

215

Utang Beban

216

Utang Jangka Pendek Lainnya

Kewajiban Jangka Panjang

13

15

2
21

22

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

265

Kode Akun

Nama Akun

H/D

221

Utang Dalam Negeri

223

Utang Luar Negeri

224

Utang Jangka Panjang Lainnya

Ekuitas

31

Ekuitas

311

Ekuitas

312

Ekuitas SAL

313

Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)

Pendapatan-LRA

Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA

411

Pendapatan Pajak Daerah-LRA

412

Pendapatan Retribusi Daerah-LRA

413

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LRA

414

Lain-Lain PAD yang Sah-LRA

42

Pendapatan Transfer LRA

421

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat

422

Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya

423

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya

424

Bantuan Keuangan

4
41

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA

431

43

Pendapatan Hibah

432

Pendapatan Lainnya

Belanja

5
51

Belanja Operasi

511

Belanja Pegawai

512

Belanja Barang dan Jasa

513

Belanja Bunga

514

Belanja Subsidi

515

Belanja Hibah

516

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Modal

521

Belanja Modal Tanah

522

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

523

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

524

Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

525

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

Belanja Tak Terduga

Transfer

Transfer Bagi Hasil Pendapatan

611

Transfer Bagi Hasil Pajak

612

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

52

53
6
61

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

266

Kode Akun
62

Nama Akun

H/D

Transfer Bantuan Keuangan

621

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya

622

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

623

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan

711

Penggunaan SILPA

712

Pencairan Dana Cadangan

713

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

714

Pinjaman Dalam Negeri

715

Penerimaan Kembali Piutang

716

Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir

Pengeluaran Pembiayaan

721

Pembentukan Dana Cadangan

722

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah

723

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri

724

Pemberian Pinjaman Daerah

Pendapatan-LO

Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO

811

Pendapatan Pajak Daerah-LO

812

Pendapatan Retribusi Daerah-LO

813

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO

819

Lain-Lain PAD yang Sah-LO

82

7
71

72

8
81

Pendapatan Transfer LO

821

Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat

822

Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya

823

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya

824

Bantuan Keuangan

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO

831

Pendapatan Hibah

832

Pendapatan Lainnya

84

Pendapatan Non Operasional-LO

85

Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa

Beban

91

Beban Operasi

911

Beban Pegawai

912

Beban Barang

913

Beban Bunga

914

Beban Subsidi

915

Beban Hibah

916

Beban Bantuan Sosial

83

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

267

Kode Akun

Nama Akun

H/D

917

Beban Penyusutan

918

Beban Penyisihan Piutang

919

Beban Lain-lain

92

Beban Transfer

921

Bagi Hasil Pajak

922

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

923

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya

924

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

925

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

93

Beban Non Operasional

94

Beban Luar Biasa

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

268

FORM PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

269

BUKU JURNAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ........................................
JURNAL UMUM
SKPD

Tanggal

Nomor
Bukti

...................................
Kode dan Nama Akun

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

Ref

Debit

Kredit

270

Tanggal

Nomor
Bukti

Kode dan Nama Akun

Ref

Debit

Kredit

Saldo
BUKU BESAR

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

271

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

272

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

273

NERACA SALDO
PEMERINTAH KAB/KOTA .........................................
NERACA SALDO
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014
PPKD: ................................
Kode dan Nama Rekening

Ref

Saldo
Debit

Kredit

111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan

Saldo

Tanggal . ..
PPK PPKD

NIP .

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

274

LAPORAN OPERASIONAL
PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
PPKD ...................................................
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014
(dalam rupiah)
Kode

No
1

8
81

1
2

Uraian

Jumlah

Pendapatan-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO

811

812

Pendapatan Retribusi Daerah-LO

813

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO

819

Lain-Lain PAD yang Sah-LO

7
82

Pendapatan Pajak Daerah-LO

Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)


Pendapatan Transfer LO

821

822

10

Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya

823

11

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya

829

12

Bantuan Keuangan

13
83
831
832

14
15
16
17

Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat

Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)


Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)

84

18

Pendapatan Non Operasional-LO

85

19

Pos Luar Biasa

20

JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)

21

Beban

9
91

22

Beban Operasi

911

23

912

24

Beban Barang

913

25

Beban Bunga

914

26

Beban Subsidi

915
916
917
918
919

27

Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain

28
29
30
31

Beban Pegawai

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

275

Kode

No

Uraian
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
Beban Transfer

921

32
33
34

922

35

Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

923

36

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya

924

37

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

925

38

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

93

40

Beban Non Operasional

94

41

Beban Luar Biasa

92

39

43
44

Jumlah

Bagi Hasil Pajak

Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)

JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)


SURPLUS/DEFISIT (20 43)

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
PPKD ...................................................
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
No
1
1

Ekuitas Awal

Surplus/Defisit LO

2014

2013

Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:

Koreksi Nilai Persediaan

Selisih Revaluasi Aset Tetap

Lain-lain

Uraian

Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

276

NERACA
PEMERINTAH KAB/KOTA ..................................
PPKD ...............................
NERACA
PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
Kode

Uraian

No
1

11
111

Kas

112

Investasi Jangka Pendek

113

Piutang Pendapatan

114

Piutang Lainnya

115
116

117

199

10
11

12
121
122

12
13
14
15

Penyisihan Piutang
Beban Dibayar Dimuka
Persediaan
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13-14)

16

Aset Tetap

131

17

Tanah

132

18

Peralatan dan Mesin

133

Gedung dan Bangunan

134

20

135

21

Aset Tetap Lainya

136

22

Konstruksi Dalam Pengerjaan

137

23

Akumulasi Penyusutan

24
14
141

25

15

26
27
28

151

29

152

30

Tahun 2013

Aset Lancar

13

19

Tahun 2014

Aset

Jumlah

Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)


Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (26)
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

277

Kode

Uraian

No

153
154

31
32
33
34

2
21

35
36

Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)


JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek

212

38

Utang Bunga

213

39

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

214

40

Pendapatan Diterima Dimuka

215

41

Utang Beban

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

216

42

22

44

Kewajiban Jangka Panjang

221

45

Utang Dalam Negeri

223

46

Utang Luar Negeri

224

47

Utang Jangka Panjang Lainnya

Utang Jangka Pendek Lainnya


Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. 42)

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. 47)

49

JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)

50

Ekuitas

31

51

Ekuitas

311

52

Ekuitas

312

53

Ekuitas SAL

313

54

Tahun 2013

Aset Lain-lain

211

48

Tahun 2014

Aset Tidak Berwujud

37

43

Jumlah

Ekuitas untuk Dikonsolidasikan

55

JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)

56

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

278

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
PPKD ...................................................
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2013
(dalam rupiah)
Kode

No
1

4
41
411
412
413
414

1
2
3
4
5
6
7

42
421
422
423
424

8
9
10
11
12
13

43
431
432

14
15
16
17
18

5
51
511
512
513
514
515
516

19
20
21
22
23
24
25
26
27

52

28

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Realisasi
2013

Pendapatan-LRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLRA
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Pendapatan Transfer LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Belanja Modal

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

279

Kode

521
522
523
524
525

53
531

No
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

6
61
611
612
62
621
622
623

39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

7
71
711
712
713
714
715
716

72
721
722
723
724

50
49
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64

Uraian

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Realisasi
2013

Belanja Modal Tanah


Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
Transfer
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Jumlah Transfer (41 s.d. 46)
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)
SURPLUS/DEFISIT (18 48)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SILPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri
Penerimaan Kembali Piutang
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d. 56)
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d. 62)
PEMBIAYAAN NETO (57 63)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

280

Kode

No
65

Anggaran
Setelah
Perubahan
2014

Uraian

Realisasi
2013

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 + 64)

LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH


PEMERINTAH KAB/KOTA ................................
SKPD ...................................................
LAPORAN SALDO ANGGARAN LEBIH (SAL)
PER TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

No
1

Uraian

2014

2013

Saldo Anggaran Lebih Awal

Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan

Subtotal (1-2)

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)

Subtotal (3+4)

(dalam rupiah)

Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya

Lain-lain

Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

281

SOAL TOPIK VII


A. SOAL PILIHAN GANDA
1. Diantara berikut ini yang merupakan metode analisis laporan keuangan adalah:
I. Analisis horizontal
II. Analisis vertikal
III. Analisis rasio
IV. Analisis kualitatif
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV
2. Trend analysis dilakukan dengan melihat beberapa periode laporan keuangan. Trend
analysis merupakan bagian dari:
A. Analisis horizontal
B. Analisis vertikal
C. Analisis rasio
D. Analisis kualitatif
3. Analisis yang dapat digunakan untuk melihat hubungan secara statistik antara
persentase kenaikan PAD dengan persentase kenaikan belanja adalah:
A. Analisis horizontal
B. Analisis vertikal
C. Analisis rasio
D. Analisis regresi
4. Diantara jenis data berikut:
I. Primer
II. Cross section
III. Sekunder
IV. Time series
Jenis data yang dapat digunakan dalam analisis horizontal adalah:
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV
5. Jika diketahui bahwa jumlah belanja pegawai sebesar Rp100 milyar, belanja barang
dan jasa sebesar Rp290 milyar, belanja modal Rp380 milyar dan total keseluruhan
belanja adalah Rp770 milyar, maka nilai arus kas keluar dari aktivitas operasi
seharusnya adalah:
A. Rp380 milyar
B. Rp390 milyar
C. Rp670 milyar
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

282

D. Rp770 milyar
6. Pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan akan dilaporkan dalam
Laporan Arus Kas sebagai:
A. Arus kas masuk dari aktivitas operasi
B. Arus kas keluar dari aktivitas operasi
C. Arus kas masuk dari aktivitas investasi non-keuangan
D. Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan
7. Jumlah belanja modal akan dilaporkan dalam Laporan Arus Kas sebagai:
A. Arus kas masuk dari aktivitas operasi
B. Arus kas keluar dari aktivitas operasi
C. Arus kas masuk dari aktivitas investasi non-keuangan
D. Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan
8. Diantara rasio berikut:
I. Likuiditas
II. Leverage
III. Solvabilitas
IV. Kemandirian
Rasio yang mencerminkan kemampuan pemerintah daerah untuk melunasi
utangnya adalah:
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV
9. Suatu daerah yang relatif mandiri akan cenderung memiliki:
Rasio Kemandirian
Rasio Pinjaman
A. Tinggi
Tinggi
B. Tinggi
Rendah
C. Rendah
Tinggi
D. Rendah
Rendah
10. Diantara rasio berikut:
I. Rasio Kemandirian
II. DSCR
III. Rasio Keselarasan Belanja
IV. Rasio Pinjaman
Pemerintah daerah dengan kinerja keuangan yang baik akan memiliki nilai yang
relatif tinggi untuk rasio:
A. I, II, III
B. I, III
C. II, IV
D. IV

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

283

B. SOAL ESSAY
Lakukanlah horizontal, vertikal dan rasio atas laporan keuangan dari contoh laporan
keuangan yang ada pada lampiran Handbook ini.
Neraca
Laporan realisasi anggaran
Laporan arus kas
Informasi lain yang diperlukan.
ILUSTRASI
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN KOTA ABC
TAHUN XXX
N
o

Rumus

Analisis Laporan Keuangan Tahun xxx

4
5
6

9.148,48

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

284

SOAL TOPIK VIII

ILUSTRASI KASUS
Video Case: LKPD 2011 Kabupaten Melawi (Kal-bar) mendapat Opini Tidak Wajar
Diskusikan kemungkinan penyebab sebuah kabupaten (misal Melawi pada taun 2011)
mendapat opini tidak wajar dan apa yang seyogyanya dilakukan oleh pemrintah daerah
untuk memperbaiki system pelaporan keuangan yang mereka miliki sehingga dapat
menyajikan laporan keuangan yang transparan, akuntabel dan sesuai dengan SAP.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

285

DAFTAR PUSTAKA
A.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

B.

Buku Literatur
Arens, Alvin A and James K Loebbecke, Auditing, An
Integrated Approach. Prentice Hall International, Englewood Cliffs, 5th
edition, 2010
Bastian, Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik: Suatu
Pengantar, Penerbit Erlangga, Jakarta (IB)
BPK RI, 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
DJPK, 2012, Handbook Akuntansi Pemda
Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah
SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Freeman, Robert J. dan Craig D. Shoulders. 2003. Governmental and
Nonprofit Accounting. Person Education, Prentice Hall. 7 th Edition.
Mardiasmo, 20XX, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Peraturan Perundangan
1. Undang-undang RI No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
3. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Daerah;
5. PP 60/2008
6. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
7. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
8. Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
9. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
10. Permendagri No 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman
Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo
Permendagri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Permendagri No 23
Tahun 2007
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah
13. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Daerah;
14. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

286

15. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

287

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

288

Lampiran 1
Bagan Alir Akuntansi dan Pertanggungjawaban

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

289

Lampiran 2
Bagan Alir Akuntansi SKPD (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

290

Lampiran 3
Bagan Alir Akuntansi SKPD (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

291

Lampiran 4
Bagan Alir Laporan Keuangan SKPD (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

292

Lampiran 5
Bagan Alir Laporan Keuangan SKPD (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

293

Lampiran 6
Bagan Alir Akuntansi SKPKD (PPKD) (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

294

Lampiran 7
Bagan Alir Akuntansi SKPKD (PPKD) (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

295

Lampiran 8
Bagan Alir Laporan Keuangan Pemda (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

296

Lampiran 9
Bagan Alir Laporan Keuangan Pemda (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

297

Lampiran 10
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

298

Lampiran 11
Bagan Alir Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

299

Lampiran 12
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (1)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

300

Lampiran 13
Bagan Alir Pembahasan Laporan Keuangan Pemda (2)

Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

301

Lampiran 14
Artikel Penyimpangan Laporan Keuangan Pemda

Penyimpangan laporan keuangan pemda dan BUMD capai


Rp1,17 triliun
Online: Selasa, 02 April 2013 | 18:14 wib ET
JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan 1.871 kasus
dugaan pelanggaran aturan pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di semester II 2012. Nilainya mencapai Rp 1,17
triliun.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo mengatakan, temuan atas
ribuan kasus tersebut sebagian besar terjadi pada pemeriksaan LKPD sebanyak 1.793
kasus dengan nilai Rp1,15 triliun. "Selebihnya terjadi pada pemeriksaan BUMD," ungkap
Hadi di Jakarta, Selasa (2/4/2014).
Hadi mengatakan, pada Semester II-2012 BPK memeriksa sebanyak 94 LKPD
provinsi/kabupaten/kota tahun anggaran 2011. Sehingga, pada 2012 BPK telah
menyelesaikan laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas 520 LKPD tahun anggaran 2011 dari
524 pemda yang wajib menyusun LKPD.
"Masih terdapat empat pemda yang terlambat menyerahkan LKPD ke BPK. Selain itu,
kami juga telah memeriksa dua LKPD 2010 dan sembilan laporan keuangan PDAM
2011," ujarnya
Hadi menambahkan, terhadap 94 LKPD 2011, BPK memberikan opini wajar dengan
pengecualian (WDP) atas 33 LKPD, opini tidak wajar (TW) diberikan kepada tiga LKPD
dan tidak memberikan pendapat (TMP) pada 58 LKPD. Dikatakan, hasil pemeriksaan atas
LKPD menunjukkan bahwa pemda tingkat provinsi dan kota memperoleh opini yang
lebih baik dibandingkan dengan pemda kabupaten.
"Jadi, pemda kabupaten perlu didorong untuk memperbaiki pengelolaan dan pelaporan
keuangannya," ujar Hadi.
Secara garis besar, penyebab LKPD pemda tidak memperoleh opini WTP di 2011,
menurut Hadi, disebabkan oleh aset yang belum dilakukan inventarisasi dan penilaian.
Selain itu,pemda juga belum melakukan pembatasan lingkup pemeriksaan serta ada
kelemahan pada pengelolaan kas, piutang, persediaan, investasi belanja barang/jasa dan
belanja modal.

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

302

"Terhadap sembilan laporan keuangan PDAM 2011 yang diperiksa BPK pada Semester II2012, opini WTP diberikan kepada dua PDAM, opini WDP kepada tiga PDAM dan opini
TMP kepada empat PDAM," pungkasnya. kbc11

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah

303

You might also like