You are on page 1of 7

TTIIN

NJJA
AU
UA
AN
N PPU
USSTTA
AK
KA
A

MEMAHAMI ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN


Surya Utama
Staf Pengajar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
The health policy analysis consists of knowledges which is part of the public health
system. The application of health policy analysis is based on the cognitional
process which provides information to resolve the complexity of the problem. In
addition, the policy making is a political process.
The substantive of health policy analysis consists of the understanding of health
policy analysis, the formulation of policy problem, purpose, form, approach and
the argument of policy. The understanding of the substantial policy analysis is
expected to build a minded concept of public policy in the health stakeholders
especially for practitioners and health academician.
The portion of involment for practitioners and health academician in regions and
more increase in the cognition process and the process of designing the health
policy. It is accordance with the complexity of health problem and the application
of health decentralization in Indonesian health development.
Key words: Health policy, Public health system
PENDAHULUAN
Desentralisasi
kesehatan
yang
dipraktekkan di Indonesia, dilandasi oleh UU
No. 22, Tahun 1999, tentang Pemerintah
Daerah; dan dirubah menjadi UU No. 32,
tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah.
Desentralisasi Kesehatan telah menyebabkan
meningkatnya porsi kegiatan analisis
kebijakan kesehatan pada tingkat daerah
(provinsi dan kabupaten/kota).
Kewenangan desentralisasi kesehatan
untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota, diatur
dalam pasal 13 dan Pasal 14, UU No. 32,
2004, tentang Pemerintah daerah (Tim
Redaksi Fokusmedia, 2004).
Berdasarkan fenomena di atas, maka
memahami analisis kebijakan kesehatan
menjadi sangat krusial di kalangan
stakeholder
kesehatan
di
Indonesia,
khususnya untuk para praktisi dan akademisi
kesehatan di daerah, selaras meningkatnya
kompleksitas masalah kesehatan; dan adanya
perubahan tingkat kewenangan dalam
pembangunan sektor kesehatan, yaitu dari

pendekatan sentralisasi menjadi pendekatan


desentralisasi kesehatan.
Pemahaman
analisis
kebijakan
kesehatan yang mendalam dan komprehensif,
diharapkan dapat memberi input untuk
melahirkan kebijakan kesehatan yang
mampu mencegah dan mengatasi kompleksitas
masalah kesehatan dalam pelaksanaan
pembangunan jangka pendek dan jangka
panjang di era desentralisasi kesehatan.
PENGERTIAN
Analisis kebijakan kesehatan, terdiri
dari 3 kata yang mengandung arti dan
dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis,
kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(seperti karangan, perbuatan, kejadian atau
peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya, sebab musabab atau duduk
perkaranya (KBBI, 1991).
Kebijakan adalah rangkaian dan asas
yang menjadi garis besar dan dasar rencana
dalam pelaksaan suatu pekerjaan kepemimpinan,

135
Universitas Sumatera Utara

dan cara bertindak (tentang organisasi, atau


pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan,
prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman
untuk manajemen/administrasi dalam usaha
mencapai sasaran tertentu. Contoh: kebijakan
kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar rencana atau
aktivitas suatu negaara untuk mengembangkan
kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan
adalah konsep dan garis besar rencana suatu
pemerintah untuk mengatur atau mengawasi
pertumbuhan penduduk dan dinamika
penduduk dalam negaranya (KBBI, 1991).
Kebijakan berbeda makna dengan
kebijaksanaan. Kebijaksanaan (KBBI, 1991),
adalah kepandaian seseorang menggunakan
akal budinya (berdasar pengalaman dan
pengetahuannya); atau kecakapan bertindak
apabila menghadapi kesulitan.
Menurut UU RI No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Pengertian ini
cenderung tidak berbeda dengan yang
dikembangkan oleh WHO, yaitu: kesehatan
adalah suatu keadaan yang sempurna yang
mencakup fisik, mental, kesejahteraan, dan
bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau
kecacatan.
Kebijakan negara, adalah serangkaian
tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan
atau tidak dilaksanakan pemerintah yang
mempunyai tujuan atau berorientasi pada
tujuan tertentu demi kepentingan seluruh
rakyat (Lasswel, 1970).
Menurut Islamy (1988) yang
mengutip glossary administrasi negara, arti
kebijakan negara adalah: (a) Susunan
rancangan tujuan dan dasar pertimbangan
program pemerintah yang berhubungan
dengan masalah tertentu yang dihadapi
masyarakat; (b) Apapun yang dipilih
pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan; dan (c) masalah yang kompleks
yang dinyatakan dan dipecahkan oleh
pemerintah.
Pengertian kebijakan negara di atas
mempunyai implikasi, yaitu: (a) kebijakan
negara bentuknya berupa penetapan tindakan
pemerintah; (b) Kebijakan tidak cukup hanya
dinyatakan tetapi harus dilaksanakan dalam
bentuk yang nyata; (c) Kebijakan negara baik
dilaksanakan atau tidak, hal ini dilandasi
dengan maksud tujuan tertentu; (d)

136

Kebijakan negara harus senantiasa ditujukan


bagi kepentingan seluruh masyarakat. Hal
yang perlu ditegaskan adalah tugas
administrator publik bukan membuat
kebijakan negara atas nama kepentingan
publik, tetapi benar-benar bertujuan untuk
mengatasi masalah dan memenuhi keinginan
serta tuntutan seluruh masyarakat (Islamy,
1988).
Analisis kebijakan negara, adalah
penggunaan berbagai metode analisis dari
beragam
ilmu
pengetahuan
untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi
yang relevan dengan kebijakan sehingga
dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam
rangka memecahkan masalah kebijakan
publik, dalam bentuk rekomendasi (Dunn,
1988).
Penggunaan
beragam
metode
analisis dari beragam ilmu pengetahuan,
menyebabkan munculnya istilah lain yang
dapat dikategorikan sebagai metode analisis
kebijakan negara, antara lain: (1) operation
research, (2) cost effectiveness analysis, (3)
system analysis, (4) management analysis,
(5) cost benefit analysis, (6) decision
analysis, (7) berbasis program komputer:
linier programming, operational gamming,
atau computer simulaton (Moekijat, 1995;
dan Islamy, 1988).
Berdasarkan uraian di atas, dapat
dirumuskan pengertian Analisis Kebijakan
Negara
Bidang
Kesehatan,
yaitu:
Penggunaan metode analisis dari beragam
ilmu pengetahuan yang menghasilkan dan
memindahkan informasi yang relevan dengan
kebijakan publik bidang kesehatan, sehingga
dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam
rangka memecahkan masalah kebijakan
publik bidang kesehatan.
PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Masalah kebijakan publik adalah
nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum
terpenuhi, tetapi dapat diidentifikasi dan
dicapai melalui tindakan publik. Tingkat
kepelikan/kompleksitas masalah tergantung
pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang
paling penting oleh publik.
Beberapa karakteristik atau ciri
utama masalah kebijakan dapat dirumuskan
dari pendapat para ahli (Topatimasang dkk.,
2000; Dunn, 1998; Syamsi, 1986), yaitu:

Memahami Analisis Kebijakan Kesehatan (135141)


Surya Utama
Universitas Sumatera Utara

a. Interdependensi (saling tergantung),


yaitu: masalah kebijakan dalam suatu
bidang
(misalnya,
energi
listrik)
mempengaruhi
masalah
kebijakan
lainnya (misalnya, perawatan kesehatan).
Kondisi ini menunjukkan adanya sistem
masalah, yang membutuhkan pendekatan
holistik,
yaitu
pendekatan
yang
memandang satu masalah sebagai bagian
dari keseluruhan masalah.
b. Subjektif, yaitu suatu kondisi eksternal
yang dianalisis dengan menggunakan
pendekatan atau disiplin ilmu tertentu,
sehingga menghasilkan kesimpulan
mengenai kondisi tersebut. Selanjutnya
data informasi itu ditafsirkan dengan
menggunakan berbagai pendekatan atau
ilmu pengetahuan yang berbeda,
sehingga menimbulkan
kesimpulan
lainnya yang berbeda. Contoh, analisis
kondisi ekonomi masyarakat di suatu
daerah menghasilkan ukuran tingkat
pendapatan rata-rata per bulan/kk
(misalnya) Rp. 300.000/bulan. Tingkat
penghasilan ini dinyatakan kurang untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang utama
sehari-hari pada 1 keluarga (4 orang).
Kondisi ekonomi ini, selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan pendekatan
ilmu kesehatan; dan menghasilkan
tafsiran, seperti rendahnya kemampuan
membayar pelayanan kesehatan, atau
besarnya peluang gangguan gizi. Dalam
kasus ini yang dinyatakan sebagai
masalah (objektif) adalah: tingkat
pendekatan yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup, ketika masalah
ekonomi ini dikaitkan dengan kesehatan
yang memunculkan masalah kesehatan,
maka keterkaitkan itu disebut dengan
situasi problematis. Setiap masalah
merupakan
elemen
dari
situasi
problematik. Masalah kebijakannya
(subjektif) muncul ketika manusia
memikirkan dan bertindak untuk mencari
jalan keluar terhadap masalah dan situasi
problematis tersebut.
c. Artifisial (buatan) yaitu: masalah
kebijakan hanya mungkin ada jika
manusia mempertimbangkan perlunya
merubah situasi problematik. Masalah
kebijakan pada dasarnya merupakan
buah pandangan subjektif manusia yang
terkait dengan kondisi sosial yang
objektif.

d. Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya


berada pada suasana perubahan yang
terus menerus. Pemecahan masalah
justru dapat memunculkan masalah baru,
yang membutuhkan pemecahan masalah
lanjutan.
e. Tidak terduga, yaitu masalah yang
muncul di luar jangkauan kebijakan dan
sistem masalah kebijakan (Dunn, 1998).
Prasyarat
perumusan
masalah
kebijakan
adalah
pengakuan
atau
dirasakannya keberadaan suatu Situasi
Masalah Kebijakan. Perumusan masalah
kebijakan dapat dipandang sebagai proses
dengan 4 fase yang saling tergantung, yaitu:
a. Pencarian masalah atau problem search.
Masalah kebijakan harus dicari dari
berbagai pelaku kebijakan. Biasanya,
para analis akan menjumpai formulasiformulasi masalah yang saling terkait
dan bersaing secara dinamis, yang
terbentuk dari oleh situasi sosial, dan
terdistribusi
pada
seluruh
proses
pembuatan kebijakan. Kondisi yang
dihadapi oleh analis ini disebut dengan
Meta Problem (kompleksitas masalah).
Selanjutnya, analis harus menetapkan
mana yang menjadi masalah substantif
(masalah pokok yang menjadi pusat
perhatian). Contoh: krisis nasional (meta
problem atau situasi problematik) sektor
ekonomi dan moneter diikuti oleh krisis
politik, telah menyebabkan terjadi krisis
kesehatan masyarakat. Pilihan masalah
substantif adalah bidang kesehatan, yang
didukung oleh fakta menurunnya status
kesehatan masyarakat secara drastis.
b. Pendefinisian masalah atau problem
definition.
Meta
masalah
harus
didefinisikan dengan jelas untuk
mengetahui keterkaitan satu masalah
dengan masalah lainnya, dan untuk
mempermudah
penemuan
masalah
substantif.
Selanjutnya,
masalah
substantif harus didefinisikan secara
mendasar dan umum. Contoh, apakah
fenomena itu merupakan masalah
kesehatan, jika ya, maka masalah
tersebut
harus
dikonsepkan
dan
didefinisikan
dengan
jelas
dan
memperlakukannya dalam ketentuan
faktor-faktor kesehatan. Contoh: Krisis
ekonomi, moneter dan politik (meta
problem) harus didefinisikan dengan

Memahami Analisis Kebijakan Kesehatan (135141)


Surya Utama

137
Universitas Sumatera Utara

jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.


Selanjutnya, krisis kesehatan (substantif)
sebagai akibat dari meta problem, harus
didefinisikan menurut ukuran kesehatan.
Misalnya, menurunnya status kesehatan
masyarakat ditandai oleh meningkatnya
jumlah anak-anak dengan status gizi
buruk sekian persen.
c. Spesifikasi masalah atau problem
specification. Jika masalah substantif
sudah didefinisikan, maka masalah yang
lebih
rinci
dan
spesifik
dapat
dirumuskan; dan menghasilkan masalah
formal. Rumusan masalah formal ini
yang akan menjadi pusat perhatian
analis. Contoh, Masalah formal bidang
kesehatan sektor Gizi pada situasi krisis
nasional, yang meliputi sediaan bahan
pangan, daya beli masyarakat, program
pelayanan gizi di sarana pelayanan
kesehatan.
d. Pengenalan masalah atau problem
sensing.
Masalah
formal
harus
disampaikan kepada para pelaku
kebijakan, untuk mendapat umpan balik,
yaitu apakah sesuatu itu sudah benarbenar menjadi masalah kebijakan. Jika
para pelaku kebijakan menyatakan
bahwa masalah formal tersebut benarbenar dapat menjadi masalah kebijakan;
maka seorang analis dapat melanjutkan
tugasnya untuk melakukan analisis
dengan
benar,
dalam
rangka
menghasilkan informasi dan argumen
sebagai input pembuatan kebijakan
publik sektor kesehatan (Dunn, 1998;
Moekijat, 1995).
Analis
harus
mampu
untuk
merumuskan masalah kebijakan dengan
benar, yaitu merumuskan masalah substantif
dan masalah formal yang sesuai dengan
kondisi masalah yang sebenarnya.
TUJUAN
Secara umum tujuan analisis
kebijakan negara adalah: menyediakan
informasi untuk para pengambilan kebijakan
yang digunakan sebagai pedoman pemecahan
masalah kebijakan secara praktis. Tujuan
analisa kebijakan juga meliputi evaluasi
kebijakan dan anjuran kebijakan (Dunn,
1988).

138

Selaras tujuan di atas, dapat


disimpulkan analisis kebijakan tidak hanya
sekedar menghasilkan fakta, tetapi juga
menghasilkan informasi mengenai nilai dan
arah tindakan yang lebih baik.
BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan terdiri dari
beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan
digunakan. Pilihan bentuk analisis yang
tepat, menghendaki pemahaman masalah
secara mendalam, sebab kondisi masalah
yang cenderung menentukan bentuk analisis
yang digunakan.
Berdasarkan pendapat para ahli
(Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1999),
dapat diketahui bentuk analisis kebijakan,
yang terdriri darai 3 kategori berdasarkan
periode waktu, yaitu:
1. Analisis Kebijakan Prospektif. Bentuk
analisis ini berupa penciptaan dan
pemindahan informasi sebelum tindakan
kebijakan ditentukan dan dilaksanakan.
Ciri analisis adalah: (a) Mengabungkan
informasi dari berbagai alternatif yang
tersedia yang dapat dipilih dan
dibandingkan; (b) Diramalkan secara
kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman
pembuatan keputusan kebijakan; dan (c)
Secara konseptual tidak termasuk
pengumpulan informasi.
2. Analisis Kebijakan Retrospektif (AKR).
Tujuan bentuk analisis adalah penciptaan
dan pemindahan informasi setelah
tindakan kebijakan diambil. Beberapa
analisis kebijakan retrospektif, adalah:
a. Analisis berorientasi disiplin, lebih
terfokus pada pengembangan dan
pengujian teori dasar dalam disiplin
keilmuan, dan menjelaskan sebab
akibat kebijakan. Contoh: Upaya
pencarian
teori
dan
konsep
kebutuhan serta kepuasan tenaga
kesehatan di Indonesia, dapat
memberi kontribusi pada pengembangan
manajemen SDM berciri Indonesia
(kultural). Orientasi pada tujuan dan
sasaran kebijakan tidak terlalu
dominan. Dengan demikian, jika
ditetapkan untuk dasar kebijakan
memerlukan kajian tambahan agar
lebih operasional.
b. Analisis
berorientasi
masalah,
menitikberatkan
pada
aspek

Memahami Analisis Kebijakan Kesehatan (135141)


Surya Utama
Universitas Sumatera Utara

hubungan kebijakan, bersifat terapan,


namun masih bersifat umum. Contoh:
Pendidikan
dapat
meningkatkan
cakupan
layanan
kesehatan.
Orientasi tujuan bersifat umum,
namun dapat memberi variabel
kebijakan yang mungkin dapat
dimanipulasikan untuk mencapai
sasaran
yang
khusus,
seperi
meningkatkan kualitas kesehatan
anak sekolah secara umum dan
kesehatan gigi melalui program
UKS/UKGS oleh puskesmas.
c. Analisis
berorientasi
terapan,
menjelaskan hubungan kausal, lebih
tajam untuk mengindentifikasi tujuan
dan sasaran dari kebijakan dan para
pelakunya. Informasi yang dihasilkan
dapat digunakan untuk mengevaluasi
hasil kebijakan khusus, merumuskan
masalah kebijakan, membangun
alternatif kebijakan yang baru, dan
mengarah pada pemecahan masalah
praktis. Contoh: analisis dapat
memperhitungkan berbagai faktor
yang mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan pelayanan KIA di
puskesmas.
Informasi
dapat
digunakan sebagai dasar pemecahan
masalah
kebijakan
KIA
di
puskesmas.
3. Analisis Kebijakan Terpadu. Bentuk
analisis ini bersifat konprehensif dan
kontinyu,
menghasilkan
dan
memindahkan informasi gabungan baik
sebelum maupun sesudah tindakan
kebijakan dilakukan. Menggabungkan
bentuk prospektif dan retrospektif, serta
secara ajeg menghasilkan informasi dari
waktu
ke
waktu
dan
bersifat
multidispliner.
Bentuk analisis kebijakan di atas,
menghasilkan jenis keputusan yang berbeda,
bila ditinjau dari pendekatan teori keputusan,
yaitu:
a. Teori Keputusan Deskriptif, bagian dari
analisis retrospektif, mendeskripsikan
tindakan dengan fokus menjelaskan
hubungan kausal tindakan kebijakan,
setelah kebijakan terjadi. Tujuan utama
keputusan adalah memahami problem
kebijakan dan kurang kurang pada usaha
pemecahan masalah.

b. Teori Keputusan Normatif, memberi


dasar
untuk
memperbaiki
akibat
tindakan, menjadi bagian dari metode
prospektif
(peramalan
atau
rekomendasi), lebih ditujukan pada usaha
pemecahan masalah yang bersifat praktis
dan langsung.
PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN
Upaya untuk menghasilkan informasi
dan argumen, dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan empiris,
evaluatif, normatif (Dunn, 1988); yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Pendekatan
Empiris,
memusatkan
perhatian pada tujuan menjelaskan sebab
dan akibat dari kebijakan publik. Contoh,
analisis dapat menjelaskan sebab akibat
dari pelaksanaan belanja negara untuk
sektor kesehatan dalam suatu periode
tertentu; dan meramalkan pembelanjaan
di masa depan serta akibat yang
ditimbulkannya. Modus atau prosedur
kerja analisis, untuk menghasilkan
informasi dan argumennya, dapat
dilakukan melalui 4 tahapan: (1)
perumusan masalah, (2) peliputan atau
monitoring, (3) pembahasan, (4)
peramalan, sebagai hasil akhir kegiatan
analisis.
2. Pendekatan
evaluatif,
memusatkan
perhatian pada tujuan menemukan
nilai dari berbagai kebijakan publik
yang dilaksanakan. Contoh: setelah
menerima informasi tentang pelaksanaan
program
KIA-KB,
analis
dapat
mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut; dan analis dapat merumuskan
atau memilih cara yang terbaik untuk
mendistribusikan biaya, alat, atau obatobatan dalam program KB, sesuai etika
dan konsekuensinya. Penekanan pada
pendekatan evaluatif, adalah tersusunnya
prioritas model atau prosedur terbaik dari
beragam input dengan pertimbangan
plus-minus jika dibuat kebijakan. Modus
atau prosedur kerja analisis, untuk
menghasilkan informasi dan argumennya,
dapat dilakukan melalui 5 tahapan, yaitu:
(1)
perumusan
masalah,
(2)
peliputan/monitoring, (3) pembahasan, (4)
peramalan, (5) dan rekomendasi.
3. Pendekatan
Anjuran
memusatkan
perhatian pada tujuan mengusulkan

Memahami Analisis Kebijakan Kesehatan (135141)


Surya Utama

139
Universitas Sumatera Utara

tindakan apa yang semestinya dilakukan.


Inti
pendekatan
normatif
adalah
pengusulan arah tindakan yang dapat
memecahkan
masalah.
Contoh:
peningkatan
pembayaran
pasien
puskesmas,dari Rp. 300 menjadi Rp.
1000, merupakan jawaban untuk
mengatasi rendahnya kualitas pelayanan
di puskesmas. Peningkatan ini tidak
memberatkan dan dapat diterima dengan
baik oleh masyarakat. Penekanan pada
pendekatan normatif adalah anjuran
yang semestinya dilakukan. Prosedur
kerja analisis, untuk menghasilkan
informasi dan argumennya, dapat
dilakukan melalui 6 tahapan, yaitu: (1)
perumusan masalah, (2) peliputan atau
monitoring,
(3)
peramalan,
(4)
pembahasan, (5) rekomendasi, dan (6)
penyimpulan praktis.
Penyimpulan praktis, ditujukan
untuk mencapai kesimpulan yang lebih atau
sangat dekat agar masalah kebijakan dapat
dipecahkan. Kata praktis, lebih ditekankan
pada dekatnya hubungan kesimpulan yang
diambil dengan nilai dan norma sosial atau
masalah kebijakan yang akan ditangulangi.
Pengertian ini lebih ditujukan untuk
menjawab kesalahpahaman mengenai makna
Rekomendasi yang sering diartikan pada
informasi yang kurang operasional atau
kurang praktis, masih relatif jauh dari
fenomena yang sesungguhnya.

2.

3.

ARGUMEN KEBIJAKAN
Informasi merupakan kata kunci
dalam kegiatan analisis kebijakan, sebab
untuk menghasilkan informasi yang relevan
dengan masalah dan solusi kebijakan publik,
maka kegiatan analisis kebijakan itu
dilakukan. Unsur penting dalam informasi
yang dihasilkan dari kegiatan analisis
kebijakan adalah, Argumen atau alasan yang
digunakan. Kata argumen mendapat
perhatian khusus, untuk menghindari suatu
usulan yang tidak benar, tidak berdasar, atau
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Menurut
Dunn (1988) Argumen kebijakan meliputi 6
elemen penting, yaitu:
1. Informasi
yang
relevan
dengan
kebijakan; dihasilkan oleh penggunaan
metode analisis yang dipakai oleh analis.
Contoh: Program Pemberian Makanan

140

4.

5.

Tambahan (PMT) oleh Puskesmas


Sangat Efektif untuk mengurangi kasus
gizi buruk pada balita. Informasi ini
dapat diarahkan menjadi Tuntutan
Kebijakan, tetapi harus melalui proses
persyaratan atau kualifikasi, yang
meliputi aspek pembenaran, dukungan,
dan bantahan.
Persyaratan,
merupakan
proses
pertimbangan apakah Informasi yang
relevan akan diteruskan menjadi tuntutan
kebijakan.
Secara
ringkas,
dapat
disebutkan, pada fase ini terjadi
pergulatan antara pembenaran dan
dukungan versus bantahan. Seorang
analisi harus mengperhitungkan dengan
cermat dan logis aspek pembenaran,
dukungan, dan bantahan. Ketika analis
yakin pada pembenaran dan dukungan
yang leboih kuiat dan benar, maka
tuntutan dapat dilakukan. Sebagai
catatan: dalam banyak pembuatan
kebijakan, bantahan acapkali muncul
tidak saja pada tahap analisis kebijakan,
tetapi juga pada tahap pengambilan
keputusan kebijakan publik.
Pembenaran, merupakan sekumpulan
fakta yang dapat menunjukkan benarnya
informasi yang relevan dengan kebijakan
dan menjadi pendorong munculnya
tuntutan kebijakan. Contoh: Tersedianya
fakta bahwa PMT secara umum mampu
mengurangi tingkat rata-rata 50% kasus
gizi buruk pada balita secara nasional;
dan ada perkiraan atau asumsi tentang
tingginya efektivitas Program PMT
dalam menurunkan kasus gizi buruk pada
balita, jika PMT dikembangkan.
Dukungan, merupakan sekumpulan
alasan tambahan yang berasal dari
berbagai sumber (seperti aspek hukum,
pendapat para ahli, teori, hasil penelitian,
norma masyarakat, agama, dll) yang
berfungsi sebagai faktor penguat
pembenaran.
Bantahan,
merupakan
sekumpulan
informasi berupa fakta, asumsi, pendapat
para, ketentuan hukum, teori, norma
asyarakat, agama, dan lain-lain (Note:
nama komponen atau variabelnya sama
dengan komponen pembenaran dan
dukungan, tetapi dalam dimensi yang
berlawanan);
yang
berfungsi
memperlemah atau menolak Tuntutan
Kebijakan.

Memahami Analisis Kebijakan Kesehatan (135141)


Surya Utama
Universitas Sumatera Utara

6. Tuntutan
Kebijakan;
merupakan
kesimpulan dari argumen kebijakan,
setelah Informasi yang relevan mendapat
ujian dalam proses persyaratan atau
kualifikasi,
yang
meliputi
aspek
pembenaran, dukungan, dan bantahan.
Jika informasi yang relevan dengan
kebijakan sudah teruji, dan analis yakin
dengan informasi tersebut, maka
informasi yang relevan dapat diarahkan
menjadi Tuntutan Kebijakan; atau
diusulkkan pada pembuat kebijakan
publik untuk diproses pada tingkat
politik menjadi kebijakan publik. Contoh
Tuntutan:
Pemerintah
harus
mengembangkan program PMT di
Puskesmas,
dengan
meningkatkan
jumlah dan kualitas tenaga, variasi dan
pengolahan makanan, waktu pemberian,
sistem pengawasan atau monitoring, dan
peningkatan biaya operasional.
Berdasarkan struktur argumen di
atas, dapat diketahui bahwa seorang analis
kebijakan dapat menempuh langkah yang
benar, dengan memanfaatkan informasi dan
berbagai metode menuju kepada pemecahan
masalah kebijakan; dan tidak sekedar
membenarkan alternatif kebijakan yang
disukai (misalnya oleh pemerintah); tetapi
tingkat bantahan jauh lebih banyak dan logis
dibanding pembenaran dan dukungan.
PENUTUP
Manfaat terbesar memahami analisis
kebijakan kesehatan adalah terbentuknya
kerangka berfikir (Frame of reference)
tentang dinamika kebijakan kesehatan, yang
menjadi dasar pelaksanaan pembangunan
kesehatan dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Setiap
stakeholders
kesehatan,
terutama para praktisi dan akademisi
kesehatan, diharapkan memiliki kerangka
berpikir yang komprehensif tentang analisis

kebijakan, sehingga mampu mengikuti


perkembangan situasional pembangunan
kesehatan
yang
sangat
kompleks.
Pemahaman
analisis
kebijakan
yang
komprehensif dan mendalam, cenderung
dapat membantu melahirkan kebijakan
kesehatan yang dapat mencegah dan
mengatasi kompleksitas masalah kesehatan.
Tuntutan
cenderung
semakin
meningkat pada praktisi dan akademisi
kesehatan di daerah untuk memahami
analisis
kebijakan
kesehatan,
selaras
diberlakukannya pendekatan desentralisasi
kesehatan sebagai salah satu landasan
pembangunan kesehatan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dun WN, 1998, Analisis Kebijakan Publik,
Penerjemah Wibawa S, dkk, Gadjah
Mada
University Press, Jogyakarta.
Islamy MI, 1988, Prinsip-Prinsip Perumusan
Kebijaksanaan Negara, Bina Aksara,
Jakarta
Lasswell HD,1971, A Preview of Policy
Sciences,
American
Elsevier
Publishing Co,
New York.
Moekijat, 1995, Analisis Kebijaksanaan
Publik, Mandar Maju, Bandung.
Syamsy I, 1986, Pokok-Pokok Kebijaksanaan,
Perencanaan, Pemrograman, Dan
Penganggaran Pembangunan Tingkat
Nasional dan Regional, Rajawali,
Jakarta.
Tim Redaksi Fokus Media, 2004, UndangUndang Otonomi Daerah, Fokus
Media, Bandung.
Topatimasang R, Fakih F, Raharjo T, 2000,
Merubah Kebijakan Publik, Pustaka
Pelajar, Jogyakarta.
Wahab SA, 1991, Analisis Kebijaksanaan
Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan
Negara,
Bumi
Aksara, Jakarta.

Memahami Analisis Kebijakan Kesehatan (135141)


Surya Utama

141
Universitas Sumatera Utara

You might also like