You are on page 1of 15

MATERI PELATIHAN P3K

Pertolongan Pertama
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada
orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum
mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Ini berarti :
Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.
Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban
bukan menambah sakit korban
Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :
Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut
Membuat keadaan penderita tetap stabil
Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
Menghindarkan kecacatan yang lebih parah
.
Apa saja Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama?
Penutup Luka misalnya kasa steril
Tandu
Pembalut misalnya pembalut
Tensimeter dan Stetoskop
segitiga (mitella) dan pembalut gulung
Kapas
Cairan Antiseptik misalnya alkohol
Pinset
Cairan Pencuci Mata misalnya
Senter
boorwater
Alat Tulis
Peralatan stabilisasi misalnya bidai
Kartu penderita
dan papan spinal panjang
Gunting
Senter
Prinsip Dasar Pertolongan Pertama ?
Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah
atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan.
Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut
sudah aman atau masih dalam bahaya
Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah
Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan
ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan
oleh pihak lain

Alat Bantu pada Pertolongan Pertama


1. Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan
untuk membantu menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang
keluar dari luka juga mencegah terjadinya kontaminasi kuman.
Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan,
sarung tangan, lembaran kain atau pakaian yang bersih. Jika
memungkinkan, bahan tersebut disterilkan dengan merebusnya selama 15
menit kemudian baru dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban
lebih lebar beberapa sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah
kontaminasi kotoran atau kuman.
2. Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka
sehabis diperban. Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan
pendarahan, mengurangi terjadinya pembengkakan dan mendukung bagian
otot yang terluka supaya menyatu kembali.
3. Mitella (pembalut segitiga)
Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan
berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku,
telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk
dasi.
Cara membalut dengan mitela :
a. Salah satu sisi mitella dilipat 3 4 cm sebanyak 1 3 kali
b. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan
dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
c. Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada
ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan
bebas, hal ini tergantung pada tempat dan kepentingannya
e. pembalutan dengan mitela digunakan pada:
Luka pada atap tengkorak
Luka pada dada
Lengan yang cedera
Telapak kaki
4.

Dasi (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga
berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara
5-10 cm.

5.

Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki
yang terkilir.
Cara membalut dengan dasi
a. Pembalut mitella dilipat lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk
pita dengan masing masing ujung lancip
b. Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
c. Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum
diikat arahnya saling menarik
d. Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
pembalutan dengan dasi digunakan pada :
Luka pada mata
Luka pada dagu
Luka pada ketiak
Luka pada sikua.

Pita (pembalut gulung)


Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang
paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan
darah, serta tidak mudah kendor.

Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:


1. 2,5 cm : untuk jari-jari
2. 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
3. 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
4. 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
5. 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang
akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat
dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka
(distal), lalu balut lurus 2 kali.
4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya.
Setiap balutan menutupi dua per tiga bagian sebelumnya.
5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci
dengan peniti atau jepitan perban.

Pembalutan pita dapat digunakan pada :


Pada kepala
Lengan
Tumit
Telapak tangan

6.

Plester (pembalut berperekat)


Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi
yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara
pembidaian langsung dengan lester disebut strapping. Plester dibebatkan
berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu
pita yang masing-masing ujungnya difiksasi lengan plester.
Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Bandaid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
1. Luka diberi antiseptik
2. Tutup luka dengan kassa
3. Baru letakkan pembalut plester.

7.

Kassa Steril
Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah
disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak
boleh dibuka sebelum digunakan.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau
diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau
diplester.

8.

Bidai

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang
kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian
tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan
mengurangi rasa sakit.
Maksud dari immobilisasi adalah:
Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak
jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.

Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah


terjadinya syok karena rasa nyeri yang hebat.
Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga
mencegah terjadinya
infeksi tulang.
Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip
Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban
jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih
aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan
perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur
harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang
keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.
Prosedur Pembidaian
Siapkan alat-alat selengkapnya
Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan
rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang,
diukur dahulu pada sendi yang sehat.
Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di
antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit,
pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh
yang ada tonjolan tulang.
Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan
sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak
boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada
permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya
agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama


a. . Memar
Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari
benturan keras.
Gejala

Warna kebiruan/merah pada kulit


Nyeri jika di tekan
Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka
b. Keseleo
Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya
disertai kram.
Gejala
Bengkak dan nyeri bila ditekan
Kebiruan/merah pada derah luka
Sendi terkunci
Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
1. Korban diposisikan nyaman
2. Kompres es/dingin
3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4. Tinggikan bagian tubuh yang luka
c. Kram
Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
Nyeri pada otot
Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Istirahatkan
2. Posisi nyaman
3. Relaksasi
4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh
sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit.
Gejala

Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah
tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang
yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat
terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.

Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama
sekali tidak dapat digunakan lagi.
Perubahan bentuk
Nyeri bila ditekan dan kaku
Bengkak
Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
Ada memar (jika tertutup)
Terjadi pendarahan (jika terbuka)
Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah langkah
penanganannya :
1. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak
melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa
menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging /
kulit hingga menimbulkan luka berdarah.
Langkah langkah penanganan:
Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat
tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
2. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya
membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek
terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah
infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang
berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
Langkah langkah penanganan:
Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan
mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat
tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau
terluka.

3. Patah Tulang Belakang / Spinal


Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan
merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka
jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum
tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu
ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih
lanjut.
Langkah langkah penanganan:
Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat,
mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan
korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari tempat semula dan
jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan,
meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama


Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada
seseorang akibat sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah,
keracunan, terkejut/kaget, lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya.
Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak
kekurangan O2, kecelakaan, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga,
terkejut / kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), anemia, dan lain-lain
Gejala umum :
Perasaan limbung
Lemas
Pandangan
Keringat dingin
berkunang-kunang
Menguap berlebihan
Telinga berdenging
Tak respon
Nafas tidak teratur (beberapa menit)
Muka pucat
Denyut nadi lambat
Biji mata melebar
Penanganan
Baringkan korban dalam posisi terlentang
Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang
menghambat pernafasan
Beri udara segar

Periksa kemungkinan cedera lain


Selimuti korban
Korban diistirahatkan beberapa saat
Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan
dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti
minyak wangi, minyak nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.
Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya
lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat
mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya
dengan bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke
tubuhnya secara normal.
Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan
kepalanya agar untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur
penapasan orang itu bisa lancar kembali.
Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minumseperti
kopi atau teh hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika
orangnya masih belum kuat memegang gelas atau minum sendiri dengan
tangannya harap jangan diberi dulu agar tidak tersedak.
Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka
sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat
seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan
perawatan yang lebih baik.

Bagaimanakah Teknik Pertolongan Pertama dalam Kondisi Gawat Darurat


RESUSITASI JANTUNG - PARU
RJP adalah teknik dasar pertolongan pertama yang digunakan pada korban yang
tidak bernapas dan kuat dugaan jantungnya berhenti berdenyut . RJP bertujuan
untuk merangsang organ jantung dan paru paru korban berfungsi kembali
memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu
diperlukan prosedur RJP yang dikenal dengan tindakan ABC meliputi :
Airway Controlling ( membuka Jalan udara / napas )
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Membaringkan korban telentang di lantai atau di tanah.
Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda
benda asing menggunakan jari penolong.
Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk
membuka jalan udara. Dengan cara menempelkan telapak tangan
penolong di kening korban dan jari tangan lainnya mengangkat dagu
korban yang bertujuan agar lidah korban tertarik dari pangkal tenggorokan.
Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan )
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak
Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam
dalam. Tempelkan mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup
dengan cepat 2 kali napas penuh. Lepaskan mulut Anda setiap setelah
menghembuskan napas dan ambil napas panjang lagi dan tiup lagi.
Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan
telinga Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya
(LDR)
Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut,hidung atau
keduanya sekitar 12 kali hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik)
untuk korban dewasa, 15 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap4
detik) untuk korban anak-anak, 20 kali hembusan permenit (1 hembusan
tiap 3 detik ) untuk bayi.
Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun
pertanda dia bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan
tiupan

Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah
dada pasien. Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga
siku anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan anda
Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda
mendorong ke bawah (menekan) dada 4 5,5 cm. Dorong kuat dan cepatberikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit
Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu
untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan
penyelamat. Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama
1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi
memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas
kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang
tersebut berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.

You might also like