You are on page 1of 14
TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 31, NO. 1, PEBRUARI 2008: 01 - 14 PENGARUH PENAMBAHAN SIKA GROUT PADA MORTAR SEBAGAI BAHAN GROUTING TERHADAP LEKATAN TULANGAN DALAM BETON DENGAN COPPER SLAG SEBAGA\ CEMENTITIOUS Mobammad Sulton Abstract: The Impact of Sika Grout Addition on Grouting Mortar Toward Concret.: Reinforcement Stickness with Copper Slag as Cementitious. The aim of this research is to identify the impact of Sika Grout addition on grouting mortar toward concrete reinforcement stickness with copper stag, as cementitious. The experiment result of this research shows that (1) the addition of Sika Grout 215 in grouting mortar can improve the reinforcement stickness; (2) the use of 100% Sika Grout 215 in grouting mortar produces maximum stickness; (3) the stickness of 100% Sika Grout 215 has 12.800 kg stronger (2,8% of improvement) than those of using copper slag teinforcement (without grouting) as 12.450 kg; (4) the use of less than 100% Sika Grout produces less stickness of no-grouting reinforcement; and (5) there is similar slip characteristic between concrete reinforcement added with grouting and without grouting as 2,5 mm on outer part of the mortar. Kata kunci: sika grout, mortar, grouting, lekatan tulangan, copper slag Dewasa ini penggunaan beton bertulang dalam dunia konstruksi semakin berkem- bang. Hal ini terkait dengan banyaknya keuntungan penggunaan konstruksi beton bertulang bila dibandingkan dengan material yang lain. Selain mempunyai kekuatan’ tekan yang relatif tinggi, . material beton lebih mudah dibentuk sesuai dengan keinginan. ‘Untuk menghasilkan beton berkualitas yang baik, telah banyak dilakukan modi- fikasi terhadap material pembentuk beton. Penambahan zat aditif merupakan salah satu cara yang biasa digunakan uniuk meningkatkan kualitas beton. Cara yang lain adalah modifikasi dari material penyusun beton. Cara kedua ini bisa beripa modifikasi campuran semen atau campuran agregat baik agregat halus maupun agregat kasar. Diantaranya adalah pemanfaatan limbah. Beberapa contoh limbah yang digunakan adalah fly ash, abu sekam, ampas tebu, copper slag, dan material limbah lain yang dapat digunakan sebagai material pembentuk beton. Mohammad Sulton adalah dosen Jurusan Teknik Sipt Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. ‘Kampus J. Surabaya 6 Malang 65145. 2 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 31, NO. 1, PEBRUAR! 2008: 01 - 14 Sejak tahun 1950-an penelitian peng- gunaan slag sebagai material yang ditam- babkan pada campuran beton telah banyak dilakukan di berbagai negara seperti Inggris, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Afrika Selatan, maupun Jepang. Penggunaan slag scbagai cam- puran beton memberikan hasil maksimal apabila slag dihaluskan sampai pada kehalusan optimumnya dan proporsinya diatur seteliti mungkin (ACI Committee 226, 1987). Salah satu jenis slag adalah copper slag. Copper slag merupakan limbah industri peleburan tembaga. Sifat fisis copper slag antara lain mempunyai poro- sitas yang kecil, dan memiliki tingkat kepadatan, kekerasan, dan kekedapannya yang tinggi. Warna copper slag adalah hitam, dan berbentuk butiran-butiran yang pipih dan runcing atau tajam. Hwang dan Laiw (1989) meneliti tentang pemanfaatan copper slag sebagai material substitusi agregat halus. Hasilnya, copper slag dapat menggantikan sekitar 60% agregat halus dan terjadi peningkat- an kuat tekan beton sekitar 20%. Antonio dan Barzin (1999) meneliti penggunaan copper slag sebagai material substitusi semen. Hasilnya, terjadi peningkatan kuat tekan beton. Penelitian tentang pengaruh kehalusan copper slag sebagai cementitious pada campuran beton juga dilakukan oleh Harmonis Rante (2000). Dari beberapa penelitian tentang copper slag sebagai bagian dari material penyusun beton, disimpulkan bahwa copper slag dapat digunakan dan memenuhi persyaratan sebagai material penyusun beton. Dalam hal ini fungsi copper slag bisa sebagai pengganti agregat atau sebagai pengganti sebagian dari semen. Hal ini juga didukung oleh penelitian Hwang dan Laiw (1989) yang menyebutkan bahwa dalam komposisi kimia copper slag temyata tidak terdapat sejumlah chloride yang signifikan yang menyebabkan terjadinya korosi pada tulangan. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Harmonis (2000) yang menyebutkan bahwa dari segi komposisi kimia dan physical pro- pertiesnya, copper slag (yang berasal dari P.T Smelting, Co. Gresik) yang digunakan sebagai bahan penelitiannya ternyata dapat digunakan sebagai material sub- stitusi semen. Hal ini mengingat bahwa secara umum copper slag memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bahan semen atau pozzolan. Beton bertulang merupakan material gabungan yang terbentuk dari material penyusun beton itu sendiri dengan pe- nambahan tulangan di dalamnya. Kedua material penyusun beton bertulang ter- sebut baru dapat bekerja sama apabila di antara keduanya terjadi Iekatan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wang dan Salmon (1986), yang me- nyatakan bahwa terjadinya Iekatan antara tulangan dalam beton dengan beton di sekelilingnya merupakan salah satu persyaratan dalam konstruksi beton ber- tulang. Kerja sama ini pada akhimya akan menghindarkan terjadinya slip antara tulangan dengan beton di se- kelilingnya. Hal ini memberikan arti bahwa di bawah beban kerja dianggap tidak terjadi slip dari baja tulangan terhadap beton disekelilingnya. Winter (1993) menyatakan bahwa apabila dipakai tulangan rata tanpa ulir pada permukaannya, kekuatan lekat awal hanya disebabkan karena adanya adhesi kimiawi yang relatif lemah dan gesekan mekanis yang terjadi antara tulangan dengan beton. Tulangan ulir direncana- kan untuk merubah pola perilaku dari yang hanya mengandalkan Iwas per- mukaan gesekan dan adhesi menjadi perilaku yang mengandalkan ketahanan dari tonjolannya terhadap beton. Menurut Park and Pauly (1975) tulangan ulir dapat meningkatkan kekuatan lekatan yang disebabkan oleh terjadinya keterpautan Sulton, Pengaruh Penambahan Sika Grout pada Mortar 3 (interlocking) antara tonjolan (rib) dengan beton di sekelilingnya. Sementara itu Wang dan Salmon (1986) menyatakan bahwa bond failure atau keruntuhan Jekatan tulangan ulir dalam beton normal hampir selalu merupakan keruntuhan akibat dari terbelahnya beton. Wang dan Salmon (1998), juga men- jelaskan prinsip kegagalan akibat ter- cabutnya tulangan dari beton yang di- perlihatkan pada balok kantilever yang menahan beban, dimana balok telah di- rencanakan secukupnya untuk kekuatan lentur. Besarnya tegangan lekat dihitung sesuai rumus: fond Li=fe x db?/4 atau fo =f db/4 Li dimana f» = tagangan Iekat (MPa), Li = panjang penyaluran (mm), fs = Tegangan leleh baja ( MPa), dan db = diameter tulangan baja (mm). Menurut Park dan Paulay (1975), tegangan lekatan (bond stress) adalah tegangan geser pada permukaan beton, ‘tempat terjadinya transfer beban antara baja tulangan dan beton di sekelilingnya sehingga memodifikasi tegangan baja tulangan. Lekatan ini disalurkan secara efektif, dan memungkinkan dua buah material membentuk sebuah struktur Komposit, Untuk menghitung nilai te- gangan Iekat, Park and Paulay meng- ‘gunakan ramusan sebagai berikut. =O atau p= OB 4u Aid dimana u = tegangan lekat (MPa), Id = panjang penyaluran (mm), fs = tegangan leleh baja (MPa), db = diameter tulangan baja (mm). Hansen, dan Thorenfeldt dalam Susilo (2000) menyatakan bahwa bond stress terdistribusi merata sepanjang tulangan yang tertanam dalam beton. Rumusan yang digunakan untuk menghitung te- gangan lekat menurut E, A. Hansen, dan E. Thorenfeldt adalah fb = F/ aL dimana fb = bond stress, F = gaya tarik/ beban, § = diameter tulangan, dan L = panjang tulangan yang tertanam dalam beton. ASTM memberikan batasan untuk menentukan besamya beban maupun tegangan lekat, yaitu pada saat data slip menunjukkan pada nilai sebesar 2.5 mm. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam ASTM C234--92. Penelitian Jain tentang tegangan lekat adalah penelitian yang dilakukan oleh Almeida (1996). Almeida melakukan pe- nelitian tentang tegangan lekat dengan memodifikasi campuran pada beton. Dalam penelitiannya, Almeida meng- gunakan beberapa jenis campuran yang digunakan dalam beton, diantaranya adalah menggunakan silica fume, fly ash, dan pozzolan. Berdasarkan hasil pe- nelitian tersebut Almeida menyimpulkan bahwa (1) semakin tinggi knat tekan beton (mutu beton) maka semakin tinggi pula tegangan lekat (bond stress) rata- rata’ yang terjadi antara tulangan dengan beton di sekelilingnya; (2) semakin tinggi nilai modulus elastisitas beton maka semakin tinggi pulalah tegangan lekat yang terjadi; dan (3) semakin tinggi nilai faktor air semen yang digunakan maka tegangan lekat yang terjadi adalah semakin kecil atau rendah. Tegangan Ickat ini akan menjadi sangat penting pada proses penyam- bungan antara beton lama dengan beton yang masih baru, Penyambungan dapat dilakukan dengan berbagai cara misal- nya dengan metode grouting. Metode grduting relatif mudah untuk dilakukan. Dengan metode grouting ini diharapkan akan didapatkan bentuk sambungan antara beton lama dan beton baru dengan mo- nolitas yang bagus, Metode grouting dilakukan dengan cara membuat lubang pada beton yang sudah lama di tempat yang akan di- Jakukan penyambungan. Lubang-lubang tersebut disesuaikan dengan letak tulapgan. Kedalaman lubang grouting pada beton lama sesuai dengan panjang 4. TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 31, NO. 1, PEBRUARI 2008: 01 - 14 tertentu, seperti halnya panjang pe- nyaluran (L4), Selanjutnya tulangan yang bam dengan panjang scbesar Ld di- masukkan ke dalam lubang grouting. Langkah selanjutnya adalah pengisian lubang grouting yang telah berisi tulang- an yang baru dengan material grouting. ‘Ada beberapa macam material grouting yang bisa digunakan dalam proses peng- grouting-an, Diantaranya adalah pasta semen, mortar, atau material grouting yang digunakan diberi tambahan zat aditif. Akan lebih bagus lagi apabila material grouting yang digunakan adalah material yang non shrinkage. Dengan penggunaan material yang non shrinkage diharapkan tidak terjadi susut yang bisa mengurangi monolitas sambungan. Salah satu contoh material grouting adalah berupa mortar dengan penambahan material berupa Sika Grout. Sika Grout merupakan material grouting yang diproduksi oleh PT. Sika Pratama. Salah satu jenis Sika Grout yang berapa cementitious adalah SIKA GROUT 215. Produk ini berupa material cementitious yang merupakan material non shrinkage. Dengan menggunakan Sika Grout 215 ini diharapkan tidak akan terjadi penyusutan pada material grouting setelah beberapa waktu, sehingga ikatan antara material grouting dengan beton di sekelilingnya tetap terjaga. Sika Grout 215 ini direkomendasikan digunakan dalam beberapa pekerjaan yang ber- hubungan dengan teknik sipil, antara lain adalah untuk pekerjaan pembuatan base plate, kolom, prefzbrikasi panel beton dan balok, plat jembatan, angker baut, pekerjaan perbaikan beton, sambungan beton pre cast, dan pekerjaaan beton yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk meng- kaji masalah di atas yakni untuk (1) mengetahui berapa besarnya kuat lekat tulangan pada beton yang di-grouting dengan memanfaatkan material Sika Grout 215: (2) mencari prosentase penambahan Sika Grout 215 yang menghasilkan kuat Iekat tulangan yang maksimum; (3) mengetahui karakteristik slip yang terjadi pada tulangan dalam kondisi tanpa grouting dan dengan peng-grouting-an menggunakan mortar dengan penam- bahan Sika Grout 215; dan (4) mem- bandingkan hasil eksperimen dengan hasil analisis dengan pendekatan mengguna- kan software STAAD pro 2004. METODE Penelitian yang akan difakukan ada- lah tentang pengaruh penambahan Sika Grout pada mortar sebagai bahan grouting terhadap lekatan tulangan dalam beton yang menggunakan copper slag sebagai cementitious. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk grafik hubungan gaya tarik-slip yang terjadi, tegangan Iekat-slip yang terjadi, prosentase Sika Grout-tegangan \ekat. Selanjutnya hasil eksperimen yang didapatkan akan di- bandingkan dengan pendekatan analisis melalui software, yaitu STAAD Pro 2004. Dalam penelitian ini ada beberapa parameter yang akan diamati. Diantaranya adalah (1) prosentase penggunaan Sika Grout; (2) tegangan Jekatan yang terjadi; dan (3) slip yang terjadi antara tulangan dengan material grouting yang ada di sekitar tulangan. Sedangkan material yang digunakan adalah (1) copper slag sebagai cementitious, dari PT. Smelting Co, Gresik, kemudian dihaluskan sesuai dengan ASTM C150; (2) material grouting, berupa mortar dengan penam- bahan Sika Grout 215; dan (3) tulangan baja polos dengan diameter sebesar 12 mm, Material yang digunakan dalam cam- puran beton baik agregat halus maupun agregat kasar sebelumnya harus diuji terlebih dahulu dengan standart pe- ngujian menurat ASTM. Untuk uji kuat tekan beton dan uji kuat tekan material grout, didasarkan pada standart ASTM C39-96 dengan benda yi yang digunakan berupa silinder ‘Sulton, Pengaruh Penambahan Sika Grout pada Mortar 5 beton berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Usia benda uji adalah 28 hari. Sedangkan untuk uji modulus elas- tisitas dan poisson ratio, baik beton copper slag maupun material grouting (mortar dengan penambahan Sika Grout 215 dengan beberapa macam komposisi berdasarkan prosentase), benda uji yang digunakan adalah silinder diameter 5 cm tinggi 10 cm. Pengujian didasarkan pada ASTM C 469-87a, Modulus elastisitas dan poisson ratio dihitung dengan meng- gunakan persamaan yang direkomendasi- kan oleh ASTM. Proporsi campuran beton copper slag dalam penelitian ini, didasarkan dari hasil mix design dengan faktor air semen sebesar 0,5. Pengujian tegangan lekat dilakukan dengan penarikan tulangan dari kubus beton yang di-grouting dengan mortar dengan penambahan variasi prosentase Sika Grout. Penarikan tulangan di- fakukan dengan menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) sampai tulangan terlepas dari beton. Beban tarik diberikan pada benda uji secara bertahap, dengan pertambahan pembebanan diatur berdasarkan pada laju penambahan dis- placementnya. Untuk mengetahui slip yang terjadi antara tulangan dengan material grouting, diukur dengan menggunakan LVDT (Linier Variable Displacement Tran- ducer). Yang diukur adalah besarnya total slip yang terjadi. Pembacaan di- Jakukan setiap interval _pembebanan sebesar 100 kg, Berdasarkan persyaratan Standar ASTM 234-2003 disebutkan babwa batas maksimum terjadinya tegangan lekat yaitu ip mencapai besaran 2,5 mm. Tegangan Iekat (bond stress) dihitung dari rasio besamya beban tarik dengan uasan bidang geser yaitu keliling tulangan baja dikalikan dengan panjang tulangan baja yang tertanam dalam beton pada saat slip mencapai 2,5 mm. Untuk analisis komputasi, dilakukan dengan bantuan program STAAD (Struc- tural Analysis And Design) PRO 2004 STAAD merupakan salah satu perangkat Tunak (software) yang banyak digunakan untuk semua aspek yang berhubungan dengan suatu bentuk-bentuk struktur ke- teknikan, model-model _pengembangan, anatisa, desain serta visualisasi hasil (Sudjatmiko, 2000). Dalam perhitungan _menggunakan bantuan software STAAD pro 2004 ini, tiga material yang digunakan dalam penelitian ini yaitu baja tulangan, material grout, dan beton dimodelkan sebagai material solid seperti tampak pada Gambar 1. Nilai-nilai dari material properties yang nantinya dimasukkan sebagai input untuk software STAAD pro Beton copper slag Gambar 1 Benda Uji uatuk Komputasi 6 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 31, NO. 1, PEBRUARI 2008: 01 - 14 2004, adalah berasal dari material pro- perties ketiga material di atas, yaitu tulangan baja, material grout, dan beton copper slag, yang didapat dari eks- perimen. Hubungan antara satu material dengan material yang lain secara struktur berupa hubungan contact surface. Setiap material dibagi menjadi banyak elemen seperti tampak pada Gambar 1. HASIL Material Properties Hasil uji properties yang dilakukan di laboratorium didapatkan data seperti yang tercantum dalam Tabel 1. Dari data pada Tabel 1, material yang digunakan bisa dan layak untuk di- gunakan sebagai material pembentuk beton sesuai dengan standart ASTM. Ini dibuktikan oleh beberapa persyaratan dari standart maksimum yang disyaratkan oleh ASTM yaitu dibawah 3%. Untuk agregat kasar nilai kadar lumpur sesuai ASTM adalah maksimum 10% sedang- kan kadar lumpur benda uji dibawahnya yaitu 0.800%, Kemudian material content < 200 # sieve juga masih dibawah batas maksimal ASTM yaitu di bawah 1%. Berat Jenis, Modulus Elastisitas, Poisson Ratio, Kuat Tekan Beton Copper Slag dan Material Grout Hasil uji Berat Jenis, Modulus Elas- tisitas, Poisson Ratio, dan Kuat Tekan Beton setelah benda uji berumur 28 hari seperti terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, kenaikan pro- sentase Sika Grout dalam material grout menentukan kenaikan erat Jenis, Modulus Elastisitas dan kuat tekan, tetapi ™menurunkan nilai Poisson Ratio, Bahkan Tabel 1 Material Properties Agregat Hasil Uji Laboratorium No. Item Pengufian ‘Agregat Halus __Agregat Kasar 1 Spesific gravity 2713 2,662 2 Absorbtionkadar air resapan (%) 1353 3,128 3 Unit Weigth (gr/ml) -kondisi dipadatkan 1,581 1,438 -kondisi lepas 1,365 1375 4 Soil Content / kadar lumpur (7%) 1,223 0,800 5 Finenes Modulus/mod kehalusan 2,729 2,400 6 Material content < 200 # sieve (2) 1,267 0,787 Tabel 2 Berat Jenis, Modulus Elastisitas, Poisson Ratio, Kuat Tekan Beton Copper Slag dan Material Grout Berat Jenis Modulus 5 jo Kuat Tekan No. Material Gains) Blastisitgs —_Po'ssonratioYvepay 1 Beton copper slag 251.0009 23484.74 0.230408 29.961 2 Material Grout ~ 1.0%SG :100%M 24849359 —«12211.56 (0.328084 15.626 2.28% SG :75%M 24938563 13428.27 © 0.307884 19.873 3.50% SG = 50% M 202.6018" 16509.58 (0.278347 24.986 4, 75% SG_:25%M 25195680 19253.91 (0.241371 26.837 5. 100% SG: 0% M 25538537 24219.60 (0.225799 30.234 3__ Baja tulangan 7827.5802__190296.5__0.309000 ASTM seperti modulus kehalusan untuk untuk pemakaian 100% Sika Grout agregat halus yaitu antara 2,3--3,1 sedangkan benda uji mempunyai mo- dulus kehalusan 2,729. Demikian juga untuk kadar lumpur masih dibawah menghasilkan kuat tekan tertinggi yaitu 302,335 kg/om2 melebihi kuat tekan beton copper slag yang bernilai 299,613 kg/cm? Begitu juga dengan berat ‘Sulton, Pengaruh Penambahan Sika Grout pada Mortar 7 jenisnya, penggunaan Sika Grout secara signifikan menyebabkan adanya kenaikan berat jenis. Bahkan penggunaan 100% Sika Grout menghasilkan nilai berat jenis yang paling tinggi diantara material grout yang digunakan yaitu 2553,8537 ke/m3 melampaui berat jenis dari beton copper slag yang bernilai 2511,0009 kg/m3. Demikian halnya dengan Modulus Elastisitasnya, semakin tinggi prosentase Sika Grout maka nilai modulus elas- tisitasnya’ juga semakin tinggi. Akan tetapi berbeda dengan nilai poisson ratio. Semakin tinggi prosentase Sika Grout maka nilai poisson ratio yang didapatkan justru menjadi semakin rendah. Lekatan Tulangan Hasil_uji_lekatan tulangan dapat dilihat dalam Tabel 3. Dari Tabel 3 di- ketahui bahwa komposisi 100% Sika Grout dan 0% Mortar menghasilkan te- gangan lekat maksimum, yaitu 18,512 Mpa, bahkan melebihi tegangan lekat beton tanpa grouting. Demikian juga dengan kemampuan untuk menahan beban tarik, komposisi grouting 100% Sika Grout mempunyai kemampuan yang paling maksimal (12800 kg) bila di- bandingkan dengan komposisi yang fain. Tegangan lekat yang paling kecil dihasilkan oleh komposisi 0% Sika Grout dan 100% mortar. Demikian juga untuk beban tariknya, Hubungan Gaya Tarik dengan Slip Hasil Uji Laboratorium Data hasil penelitian ini bisa digam- barkan dalam bentuk grafik hubungan beban dengan slip yang terjadi seperti Gambar 2. Slip yang ditampilkan merupakan slip Tata-rata yang terjadi. Akan tetapi beban maksimum yang dipakai adalah beban yang menghasilkan slip sebesar 2,5 mm. Dari Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa nilai slip untuk tiap komposisi material grout berperilaku yang mirip. Semakin bertambah beban tariknya maka slip yang terjadi juga semakin besar. Demikian juga dengan komposisi material grou. ‘Semakin banyak penggunaan Sika Grout dalam campuran material grout maka beban yang dibutuhkan untuk meng- akibatkan terjadinya slip sebesar 2,5 mm seperti batasan yang ada pada ASTM. juga semakin besar. Dengan demikian penggunaan Sika Groxt sebagai material grout tampaknya bisa maksimal. Apalagi bila digunakan 100% Sika Grout maka akan dibutuhkan beban atau gaya tarik yang relatif besar untuk mengakibatkan terlepasnya tulangan dari beton. Hubungan Tegangan dengan Slip Hasil Uji Laboratoriam Dari hasil penelitian didapatkan nilai slip yang terjadi akibat gaya tarik. Gaya tarik yang bekerja juga menyebabkan terjadinya tegangan. Data hasil penelitian ini bisa digambarkan dalam bentuk grafik hubungan tegangan dengan slip yang terjadi. Slip yang ditampilkan disini me- rupakan slip rata-rata yang terjadi. ‘Akan tetapi beban maksimum yang dipakai adalah beban yang menghasilkan slip sebesar 2,5 mm sesuai yang disyarat- kan ASTM. Sehingga tegangan yang terjadi juga pada saat slip terjadi sebesar 2.5 mm. Hasil penelitian tersebut seperti pada Gambar 3. Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa Semakin bertambah nilai tegangan yang terjadi maka slip yang terjadi juga semakin besar. Demikian juga dengan komposisi material grout. Semakin banyak penggunaan Sika Grou dalam campuran material grout maka beban yang dibutuhkan untuk mengakibatkan terjadinya slip sebesar 2,5 mm seperti batasan yang ada pada ASTM juga semakin besar. Dan tegangannya pun juga semakin besar. Dengan demikian penggunaan Sika Grout sebagai material grou tampaknya bisa maksimal. Apalagi bila digunakan 100% Sika Grout maka 8 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 31, NO. 1, PEBRUARI 2008: 01 - 14 BEBAN PADA SLIP SEBESAR 2.6 MM +3000 +2000 +1000 110000 eon0 RUMEnOE i i Keterangan : SG = Sika Grout dan M = Mortar Gambar 2 Hubungan Beban yang Mengakibatkan Slip sebesar 2.5 mm dengan Komposisi Grouting pada Uji Laboratorium ‘Tabel 3 Beban dan Tegangan pada Slip sebesar 2.5 mm No, Kommposisi Beban rata-rata pada ‘Tegangan Grouting slip sebesar 2.5 mm (kg) (kg/em2) (Mpa) 1 0SG:100M 8550 123.657 12366 2 258G:15M 9400 135.950 13.595 3 50SG:S0M. 11133 161.014 16.101 4 758G:25M 11886 171.905 17.190 s 1008G:0M 12800 185,124 18.512 6 non grout 12450 180,062 18,006 ‘Keterangan: SG = Sika Grout dan M = Mortar TEGANGAN PADA SLIP SEBESAR 2.5mm TEGANGAN (kglem2) z FA 2 z 3 i 8 8 yotposta enous | Keterangan: SG = Sika Grout dan M = Mortar Gambar 3 Hubungan Tegangan pada saat Slip sebesar 2.5 mm dengan Komposisi Grouting pada Uji Laboratorium ‘Sulton, Pengaruh Penambahan Sika Grout pada Mortar 9 akan dibutuhkan beban atau gaya tarik yang relatif besar untuk mengakibatkan terlepasnya tulangan dari beton, Dengan semakin besamya gaya tarik yang dibutuhkan maka tegangan yang. ter- jadipun juga semakin bertambah besar. Tegangan tertinggi yang terjadi pada saat slip sama dengan 2.5 mm, dicapai pada komposisi material grout sebesar 100% Sika Grout: 0% Mortar yaitu sebesar 185,124 kg/em2. Nilai tegangan tersebut ternyata lebih besar bila di- bandingkan dengan tegangan lekat yang terjadi pada beton tanpa grouting. Lekatan Tulangan dengan Material di Sekelilingnya Menggunakan Software STAAD Pro 2004 Pada analisis dengan menggunakan STAAD ini kubus beton dibagi menjadi 4 bagian dari atas ke bawah. Sehingga yang diamati ada sebanyak 5 titik dari ujung- ujung solid yang ada. Titik-titik tersebut masing-masing adalah titik 556, 499, 328, 385, dan 442 untuk titik-titik hubungan antara baja tulangan dengan grouting, Sementara untuk titik-titik hubungan antara grouting dengan beton copper slag masing-masing adalah 550, 493, 322, 379, dan 436 seperti pada pada Gambar 4. Dari hasil analisis_menggunakan software STAAD Pro 2004, didapatkan analisis lekatan twangan dengan material grout, yaitu tegangan lekat dan beban maksimum yang menyebabkan terjadinya slip sebesar 2,5 mm. Sedangkan slip yang terjadi antara material grout dengan beton copper slag, dibaca pada saat besamya beban yang sama yang meng- akibatkan terjadinya slip sebesar 2,5 pada hubungan tulangan dengan material Gambar 4 Posisi Titik-titik yang Diamati pada Analisis STAA\ 14500,0 140000 + 13500,0 4 1300000 Beban pada slip = 2.5 mm z $58 409 328 985 442 Nomor titik Gambar 5 Beban pada Slip Sebesar 2,5 mm (Hasil STAAD) 10 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 31, NO. 1, PEBRUARI 2008: 01 - 14 grouting. Hasilnya seperti terlihat pada Gambar 5 Tampak pada Gambar 5 bahwa yang mengalami slip sebesar 2,5 mm lebih dulu adalah pada titik nomor 442. Posisi titik nomor 442 ini adalah terletak pada bagian paling luar dari tertanamnya tulangan dalam material grow. Dari Gambar 5 juga tampak bahwa semakin dalam tulangan tertanam dalam beton atau material grout, beban yang di- butuhkan untuk menghasilkan slip se- besar 2,5 juga semakin besar. Dengan demikian agar tulangan tidak mudah terlepas dari dalam beton maka tulangan harus ditanam pada kedalaman yang lebih besar. Untuk hubungan antara material grout dengan beton copper slag yang ada disekitarnya, ketika slip yang terjadi antara tulangan dengan material grout sudah mencapai batasan 2,5 mm, ternyata slip yang terjadi antara material grout dengan beton copper slag adalah lebih kecil atau belum mencapai 2,5 mm. antara tulangan dengan material grout dengan komposisi 100% SG : 0% M pada bagian atas benda uji (titik 442) sudah mencapai 2,5 mm, pada bagian yang sama untuk slip yang terjadi antara material grout dengan beton copper slag (titik 436) masih di bawah 2,5 mm, yaitu 1,577 mm. Hal yang sama juga terjadi pada titik 385 dengan titik 379. Pada titik 385 slip yang terjadi sebesar 2,5 mm, sedangkan slip yang terjadi pada titik 379 sebesar 1,675. Demikian juga untuk titik- titik yang lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keruntuhan yang terjadi lebih dulu adalah tercabutnya tulangan dari material grout. Hubungan tegangan dengan slip yang terjadi pada hasil analisa dengan meng- gunakan STAAD bisa dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 diketahui bahwa te- gangan geser terbesar yang terjadi pada saat slip sama dengan 2,5 mm, baik tegangan yang terjadi pada tulangan, material grouting, ataupun pada beton copper slag, adalah pada komposisi Sebagai contoh, ketika slip yang terjad &70!ing sebesar 100% Sika Grout Tabel 4 Tegangan Pada Saat Slip = 2.5 mm (Hasil STAAD) a) Nomor Tingkat 1 2 3 4 Material Nomor Solid 333 509 605 653 Tulangan — 0%SG : 100% M “3465-81988 4.002__—39.476 25068G : 75% M. 45.531 86.137 4348. 41.260 S0%8G : 50% M “50514 96.084. 5.088 85.624 15%SG :25% M “54171 103579 5.729 «48.736 1O0%SG : 0% M 59.008 «113479 6.296. 53.098 TANPAGROUIING _-58.612__112.658___—~6.259_—_52.730 Nomor Solid 556 508 604 652 Growing 0%SG = 100% M 15279 -+15.637—~=«S.364—«14.360 25948 : 75%M 15998 16396-16093 «14.967 50%8G : 50% M 17742 «18.182 «17.809 16.429 75068G : 25% M. 1.012 19.509 19.077-—«17.453 100%SG : 02% M 20.770 21.166 20.660 «18.834 TANPAGROUIING 20622 21034 2053518720 ‘Nesnor Safi 554 506

You might also like