You are on page 1of 9

RANGKUMAN BAKTERI Shigella sp.

DISUSUN OLEH :
VindiaPuji Lestari

(2240014031)

Sarah unic hidayat

(2240014030)

Adela puspitasari

(2240014005)

Ariska Widya P

(2240014006)

Endah nur hayati

(2240014048)

Nurul Qomariyah

(2240014018)

Nurhayati aulia

(2240014052)

Fatwa Qoiriyah

(2240014053)

Intan martadela

(2240014012)

Nila sari

(2240014002)

Riska amalia

(2240014060)
DOSEN

Thomas Sumarsono, S.Si., M.Si


PRODI D IV ANALIS KESEHATAN SEMESTER III
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2015

A. DISEASES / PENYAKIT
Shigella merupakan spesies yang menyebabkan penyakit shigellosis. Shigellosis
merupakan penyakit diare yang disebabkan oleh infeksi dengan bakteri Shigella. Infeksi
dengan Shigella biasanya mengakibatkan diare, demam, mual, muntah dan kekejangan perut.
Tinja mungkin berdarah atau berlendir (dysentri). Gejala biasanya mulai 1-7 hari (biasanya 13 hari) setelah eksposur.
B. KARAKTERISTIK TERPENTING

Shigella merupakan bakteri batang gram negative yang berbentuk ramping dan
kokobasil. Shigella merupakan bakteri anaerob fakultatif, tetapi tumbuh paling baik pada
kondisi aerob. Koloni berbentuk

cembung, bundar , trasnparant dan tepi berbatas

tegas,dengan ukuran koloni mencapai diameter 2 mm dalam 24 jam. Semua shigella mampu
memfermentasi glukosa. Shigella tidak mampu memfermentasi laktosa, kecuali Shigella
sonnei .Shigella membentuk asam dari karbohidrat, tetapi tidak menghasilkan gas. Shigella
juga dapat dibagi berdasarkan kemampuan untuk memfermentasi manitol

Berikut table spesies Shigella yang bersifat pathogen

Ornithine

Identifikasi saat ini

Grup dan tipe

Fermentasi manitol

Shigella dysenteriae

Shigella flexneri

Shigella boydii

Shigellla sonnei

Decarboxylase

Klasifikasi
Kingdom

: Bacteria

Phylum

: Proteobacteria

Class

: Gamma Proteobacteria

Order

: Enterobacteriales

Family

: Enterobacteriaceae

Genus

: Shigella Species : Shigella dysentriae

Morfologi
Shigella merupakan bakteri berbentuk batang pendek , Gram-negatif, tidak motil,
tidak berflagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, bentuk coccobacilli terjadi pada
pembenihan muda. Ukuran shigella sekitar 2-3m x 0,5-0,7 m dan susunannya tidak teratur.
Shigella dapat tumbuh subur pada suhu optimum 37 oC, hidup secara aerobik maupun
anaerobik fakultatif.

1. Kekhasan Organisme. Shigella merupakan batang gram negatif yang tipis, tidak motil,
tidak berflagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, bentuk coccobacilli terjadi pada

pembenihan muda. Ukuran shigella sekitar 2-3m x 0,5-0,7 m dan susunannya tidak
teratur.
2. Kultur. Shigella merupakan fakultatif anaerob, dapat tumbuh subur pada suhu optimum
37oC tetapi tumbuh baik secara aerob. Koloni shigella cembung, bundar, transparan
dengan diameter sampai kira-kira 2 mm dalam 24 jam.
3. Karakteristik kultur. Semua shigella memfermentasi glukosa. Dengan pengecualian
Shigella sonnei, yang tidak memfermentasikan laktosa. Ketidakmampuan untuk
memfermentasikan laktosa diperlihatkan shigella dalam media diferensial. Shigella
membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang memproduksi gas. Mereka juga dapat
dibedakan kedalam bagian yang dapat memfermentasikan mannitol dan yang tidak. Pada
Mc Conkey agar,koloni Shigella tidak berwarna,tidak memfermentasi laktosa (Non
Lactose Fermenter) kecuali Shigella sonnei. Sedangkan pada SS agar, koloni Shigella kecil
dan halus, tidak berwarna. Media selektif yang digunakan untuk identifikasi Shigella
adalah deoksi cholate sitrat agar (DCA).

Struktur antigen
Shigella memilki antigen yang kompleks. Spesies yang berbeda memiliki banyak sifat
serologis yang tumpang tindih , dan sebagian besar di antara mereka memilki antigen O
yang sama dengan basilus enteric lainnya. Antigen somatic O Shigella tersusun atas
lipopolisakarida, Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigella didasarkan pada ciri
biokimia dan antigen.

Toxin
a) Endotoxin

Saat terjadi autolisis semua Shigella melepaskan lipopolisakarida toksik.


Endotoksin ini memungkinkan berperan dalam mnimbulkan iritasi pada
dinding usus
b) Eksotoxin
Shigella dysentriae tipe 1 menghasilkan eksotoksin labil panas yang merusak
usus sekaligus seistem saraf pusat. Eksotoxin tersebut merupakan suatu
protein yang bersifat antigenic (menstimulasi pembentukan antitoxin ) dan
letal bagi hewan percobaan. Pada manusia eksotoxin menghambat penyerapan
gula dan asam amino di usus halus. Sebagai neurotoxin toxin ini menyebabkan
infeksi Shigella dysentriae yang sangat berat dan fatal dan menimbulkan
reaksi system saraf pusat yang ditemukan pada infeksi tersebut (meningismus,
koma). Pasien yamg mengalami infeksi Shigella flexnerri atau Shigella sonnei
membentuk antitoxin yang dapat menetralkan eksotoxin Shigella dysentriae
secara in vitro. Keduanya dapat bekerja secara berurutan, pada awalnya toxin
menyebabkan diare hebat dan tidak berdarah kemudian invasi pada usus besar
menyebababkan disentri lanjut yang disertai darah dan pus dalam feces.

C. PATOGENESIS
Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri sendiri artinya salah satu
dari berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus , terutama kolon dan
disertai nyeri perut , tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung darah dan
lender. Habitat alamiah kuman disentri adalah usus besar manusia, dimana kuman
tersebut dapat menyebabkan disentri basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas
pada saluran pencernaan, invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan
3
penyakit yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 10 organisme.

Proses patologis yang penting adalah :


1. Bakteri akan menginvasi sel epitel mukosa melalui fagositosis
terinduksi
2. Kemudian Shigella akan keluar dari vakuola fagositik

3. Bakteri akan melakukan perbanyakan diri dan akan menyebar ke


jaringan sel epitel yang berdekatan
4. Mikroabses pada dinding kolon dan ileum terminalis menyebabkan
nekrosis membrane

mukosa, ulserasi superfisial, perdarahan dan

terbentuknya pseudomembaran pada area yang mengalami ulserasi

D. EPIDEMIOLOGI
Disentri basiler dapat ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi di
daerah yang populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk. Penyebarannya dapat
terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau
melalui vector, misalnya lalat.Shigellosis menjadi masalah terpenting pada layanan
penitipan anak di Amerika Serikat.Factor utama dari disentri basiler ini melalui
tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar.Shigella ditularkan melalui makanan,

jari jari tangan, feces dan lalat dari orang ke orang. Karena manusia merupakan
penjamu utama maka upaya pengendalian harus dilakukan melalui
1. Pengendalian sanitasi air dan makanan
2. Isolasi pasien dan disinfeksi ekskerta
3. Deteksi kasus sub klinis dan karier
4. Terapi antibiotic pada individu yang terinfeksi
E. MANIFESTASI KLINIS
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri
perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja
eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi
meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering
mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan mengedan dan
tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam
dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus
dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan orang pada
penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi
beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat
mengalami

serangan

penyakit

berulang-ulang.

Pada

penyembuhan

infeksi,

kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi


antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.
F. DIAGNOSIS LABORATORIUM
1. Specimen
Specimen untuk biakan dapat berasal dari feces segar, bercak lender dan
apusan rektal. Pada pemeriksaan mikroskopis sering ditemukan banyak
leukosit dan beberapa eritrosit pada sediaan feces.
2. Kultur
Specimen digoreskan pada media diferensial misalnya mac conkey agar dan
EMB dan pada medi selektif yang menekan pertumbuhan enterobacteriaciae
lain dan organisme gram positif. Kemudian dilakukan uji biokimia pada uji
TSIA agar dan uji motilitas dan pada uji TSIA akan terlihat pada bagian slant

bersifat asam, bagian butt bersifat basa, tidak mampu menghasilkan gas dan
H2s
3. Serologi
Individu normal sering memiliki agglutinin yang aktif terhadap beberapa
spesies

Shigella,

namun

pemeriksaan

serial

titer

antibody

dapat

memperlihatkan penngkatan yang spesifik

G. PENGOBATAN
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7
hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien
sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien
dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga
tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena .
umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare.
Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk
ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa
Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan
antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan

H. PENCEGAHAN
Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :
1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara
2.
3.
4.
5.
6.
7.

teratur dan teliti.


Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
Memasak makanan sampai matang.
Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
Mengendalikan vector dan binatang pengerat

I. REFRENSI

Dupont HL : Shigella species (bacillary dysentery) In : Mandell, Douglas


and Bennets Priciple and Practice of Infectious Diseases, 7 th ed. Mandell
GL, Bennet JE, Dollin R (editors) . Cruchill Livingstone Elsevier, 2009
Nataro JP, Bopp CA, Fields PI, Kaper JB, Strockhine NA : Eschericia,
Shigella an Salmonella, In Manual of Clinical Microbiology, 9 th ed . 2007

You might also like