You are on page 1of 19

ANATOMI

TRACHEOSTOMY

Terminologi
Tracheotomy berasal dari bahasa Yunanai, dari kata trachea dan tome
(memotong). Istilah trakeotomi (tracheotomy) lebih mengacu kepada tindakan
pembedahan pada trakea untuk fungsi ventilasi. Tracheostomy juga berasal dari
bahasa Yunani, stome (membuka atau mulut) jadi istilah trakeostomi
(tracheostomy) menunjukkan lobang atau stoma permanen yang dibuat pada
trakea dan kulit tersebut.
Indikasi
Indikasi dilakukan trakeotomi adalah:

Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas


Membantu respirasi untuk periode yang lama
Membantu bersihan sekret dari saluran nafas bawah
Proteksi
traktus
trakeobronkhial
pada
pasien dengan resiko

aspirasi
Trakeostomi

sehingga memudahkan akses dan fasilitas ventilasi.


Untuk elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher
Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis subglotis.

elektif,

misalnya

pada

Indikasi dari tindakan trakeostomi antara lain:


1. Untuk mengatasi obstruksi laring

operasi

bedah kepala leher

2. Untuk mengurangi ruang rugi (dead air spase) di saluran nafas bagian atas
seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya
stoma maka seluruh oksigen yang hirupnya akan masuk ke dalam paru
tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada penderita
dengan kerusakan paru yang kapasitas vitalnya berkurang.
3. Untuk mempermudah penghisapan sekret dari bronkus dari penderita yang
tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik misalnya pada penderita
dalam keadaan koma.
4. Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan)
5. Untuk mengambil benda asing dari subgiotik apabila tidak mempunyai
fasilitas untuk bronkoskopi.

Adapun fungsi dari dilakukannya tindakan trakheostomi sebagai berikut:


1. Tindakan trakheostomi untuk mengurangi jumlah ruang hampa dalam
traktus trakheobronkial 70 sampai 100 ml. Penurunan ruang hampa dapat
berubah ubah dari 10 sampai 50% tergantung pada ruang hampa fisiologik
tiap individu
2. Tindakan trakheostomi untuk mengurangi tahanan aliran udara pernafasan
yang

selanjutnya

mengurangi

kekuatan

yang

diperlukan

untuk

memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total

dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup
besar (paling sedikit pipa 7)
3. Trakheostomi dilakukan untuk proteksi terhadap aspirasi
4. Trakheostomi memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang
sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
5. Trakheostomi memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk
pembersihan
6. Trakheostomi memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke
traktus
7. Trakheostomi

mengurangi

kekuatan

batuk

sehingga

mencegah

pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra toraks yang


tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.

Teknik Trakeostomi
Trakeostomi emergensi
Trakeostomi emergensi relatif jarang dilakukan, dan penyebab yang
sering adalah obstruksi jalan nafas atas yang tidak bisa diintubasi. Anoksia pada
obstruksi jalan nafas akan meyebabkan kematian dalam waktu 4-5 menit dan
tindakan trakeostomi harus dilakukan dalam 2-3 menit. Teknik insisi yang
paling baik pada trakeostomi emergensi adalah insisi kulit vertikal dan insisi
vertikal pada cincin trakea kedua dan ketiga.12 insisi vertikal ini lebih baik karena

lebih mudah dilakukan dan lebih cepat, dimana insisi kulit vertikal dapat langsung
diteruskan dengan cepat menuju jaringan lemak subkutan, fasia servikal dalam
pada garis tengah yang relatif avaskuler.

Insisi Trakea Pada Trakeostomi


Park dkk mengemukakan bahwa jenis insisi pada trakea berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan patensi trakea. Ada beberapa cara insisi yang
diperkenalkan : (1) insisi vertikal (2) insisi U atau U terbalik, (3) insisi palang
(4) insisi horizontal (5) insisi bulat.
1. Insisi vertikal
Insisi ini merupakan insisi standar yang paling banyak digunakan. Teknik ini
digunakan bila tindakan trakeostomi hanya dipertahankan selama beberapa
minggu. Jahitan penahan trakea akan mempermudah identifikasi lumen bila
kanul terlepas (accidental decanulation). Miller pada penelitiannya dengan
kelinci

menemukan penurunan diameter penampang sebesar 30% pada

teknik insisi dibanding teknik insisi dengan flap. Teknik ini cocok untuk
anak-anak yang membutuhkan trakeoatomi jangka panjang sehingga tidak
mengganggu pertumbuhan trakeanya.
2.

Inferiorly based flap/ U terbalik/ Falp Bjork


Teknik ini

diperkenalkan

pertamakali

oleh Bjork (1960). Teknik ini

menggunakan 2 cara insisi yaitu insisi horizontal dan insisi vertikal. Insisi
horizontal dibuat pada dinding anterior trakea yaitu pada cincin trakea ke 2-3,
ke 3-4 atau 5-6. Jabir dibentuk dengan cara membuat dua buah insisi vertikal

yang kemudian bertemu pada ujung insisi horizontal dan melewati 2 buah
cincin. Lebar jabir sama dengan lebar kanul. Jabir kemudian dijahitkan pada
jaringan subkutan dan dermis di bagian inferior.

Teknik ini digunakan untuk jangka waktu yang lama (beberapa bulan
beberapa tahun) dan menurut penelitian dapat ditoleransi baik oleh penderita.
Miller dalam penelitiannya mengatakan bahwa pemasangan jabir dapat
mengurangi terlepasnya kanul. Gilmore dkk hanya menemukan 1 kasus
stenosis trakea pada 27 anak yang berusia kurang dari 13 tahun yang
ditrakeostomi dengan menggunakan insisi ini. Palva dkk juga mendapatkan
hasil yang sama.
3. Insisi palang (starplasty)
Insisi ini dibuat berdasarkan geometri Z plasty 3 dimensi. Pertama dibuat
insisi berbentuk huruf X pada kulit dan kemudian dilanjutkan dengan insisi
berbentuk + pada trakea diikuti dengan pejahitan jabir ke sekelilingnya. Cara
ini dipopulerkan boleh Koltai. Cara ini diindikasikan pada trakeostomi
jangka panjang (untuk pasien dengan kelainan neurologis) dan permanen.
Penelitian

menunjukkan

bahwa

teknik ini

dapat mencegah stenosis

trakea dan kolaps pada dinding anterior trakea. Eliasa dkk juga
merekomendasikan teknik ini pada anak-anak usia dibawah 6 bulan. Dari
penelitiannya didapatkan tidak adanya komplikasi pada teknik straplasty
dibanding teknik regular atau insisi vertikal. Solares juga mendapatkan hal
yang sama, dimana teknik ini dapat mengurangi komplikasi dan kematian

akibat dekanulasi spontan. Satu-satunya kekurangan dari teknik ini adalah


adanya fistula trakeokutan yang membutuhkan rekonstruksi, meskipun
sebagian kecil bisa menutup spontan.
4. Insisi horizontal
Pada tipe insisi ini tidak terbentuk banyak jaringan parut pada masa
penyembuhan. Teknik ini menyulitkan pemasangan kanul (rekanulasi), selain
itu angka kolaps suprastomal cukup tinggi.
5. Insisi bulat
Jendela bulat dibuat dengan cara mengeksisi sebagian kartilago pada dinding
trakea depan untuk memudahkan pemasangan kanul kembali.
Komplikasi Trakeostomi
1.

Intraoperatif
Perdarahan, cedera pembuluh darah besar, kerusakan

trakea dan laring,

kerusakan struktur paratrakea, cedera dinding belakang trakea, emboli udara,


apnoea dan henti jantung
2.

Komplikasi segera (hari 1-14)


Emfisema

subkutis,

Perubahan

posisi

kanul,

pneumothorak

atau

pneumomediastinum, sumbatan kanul, nekrosis trakea, perdarahan sekunder,


gangguan menelan, edema paru dan infeksi
3.

Komplikasi lambat (> 14 hari)


Perdarahan,

adanya

granuloma,

kesulitan dekanulasi, fistula trakeo-

esofageal, adanya fistula trakeokutan, adanya stenosis laryngotrakea, jaringan


parut dan fistula a. innominata-trakea.

KRIKOTIROTOMI

Dalam keadaan tertentu, jalan napas dapat diperbaiki dengan membuka


trakea melalui membran kortikotiroid. Teknik ini diterangkan oleh Vicq dAzur
pada tahun 1805. keuntungan teknik ini bahwa membran krikotiroid berada
langsung di bawah kulit dan jaringan subkutan, dan hanya memerlukan alat serta
teknik yang sederhana untuk memperoleh udara pernapasan dengan cepat.
Kerugian teknik ini banyak, sehingga terbatas penggunaannya. Ruang
kortikotiroid relatif sempit dan sering tidak cukup untuk memasukkan pipa
trakeostomi dengan ukuran adekuat tanpa merusak kartilago krikoid. Tiap luka
pada krikoid dapat diikuti dengan perikondritis dan stenosis laring. Insisi pada
membran krikotiroid dapat merusak konus elastikus, menimbulkan perubahan
suara yang permanen. Arteri krikotiroid masuk ke dalam ruang krikotiroid dekat
garis tengah yang mungkin menjadi sumber perdarahan yang cukup banyak
selama melakukan teknik ini. Komplikasi utama krikotirotomi ialah stenosis
laring. Makin lama pipa terpasang pada membran krikotiroid, makin besar
kemungkinan terjadi perikondritis, pembentukan jaringan granulasi, dan akhirnya
stenosis laring.
Indikasi :
Bila intubasi endotrakea tidak mungkin dilakukan, trakeostomi atau
krikotirotomi mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi jalan napas. Pada
umumnya, trakeostomi merupakan teknik yang lebih baik, tetapi dalam keadaan

darurat tertentu krikotirotomi merupakan cara terbaik untuk mempertahankan


jalan napas, menghindari asfiksi dan kematian. Indikasi krikotirotomi antara lain
ialah :

Perlengkapan dan alat-alat intubasi endotrakea atau trakeostomi tidak

memadai untuk mengatasi obstruksi jalan napas yang berat.


Kebutuhan untuk mempertahankan jalan napas dilakukan oleh tenaga

yang tidak terlatih medis


Keperluan untuk mempertahankan jalan napas pada obstruksi laring
karena tumor, sehingga seluruh bagian krikotiroid akan ikut dikeluarkan
pada saat operasi definitif.

Kontraindikasi:
Kontraindikasi relatif tindakan ini adalah anak-anak berusia kurang dari 12
tahun, infeksi laring, resiko terpotongnya tumor dan kasus trauma laring.
Penggunaan krikotirotomi sebagai terapi jalan nafas defenitif jangka panjang
masih kontroversi. Jika bantuan jalan nafas ini membutuhkan waktu lebih dari 3
hingga 5 hari, maka krikotirotomi harus diganti dengan trakeostomi elektif untuk
menghindari stenosis subglotis atau laring
Teknik krikotomi:
Ada

teknik

krikotirotomi

yaitu

teknik

krikotirotomi

dengan

menggunakan jarum (needle/cannula cricothyrotomy ) dan krikotirotomi melalui


pembedahan (surgical cricothyrotomy. Teknik krikotirotomi dengan jarum; pasien
dalam posisi supine dengan ekstensi pada leher, identifikasi membran krikotyroid
dengan jari telunjuk dan stabilkan posisi kartilago tyroid, dengan menggunakan

jarum suntik yang telah dihubungkan dengan iv cateter no 12 atau 14, yang berisis
salin dengan sudut 450 kearah kaudal untuk mencegah trauma pada dinding
posterior trakea, cabut jarum dan stylet kemudian dorong kateter lebih jauh.
Aspirasi udara untuk memastikan posisi dalam trakea, berikan ventilasi inspirasi
dan ekspirasi dengan rasio 1:4 detik, fiksasi kanul kateter.
Teknik ini mungkin lebih berguna pada anak-anak dengan menggunakan
Kateter yang lebih besar untuk memberikan waktu yang cukup untuk melakukan
trakeostomi dengan persiapan yang lebih baik. Hal ini karena pada anak sedapat
mungkin dihindari trakeostomi emergensi dan krikotirotomi. Pada teknik ini Pa02
hanya dapat dipertahankan selama 30-40 menit dan akumulasi C02 dapat tejadi
dengan cepat. Komplikasi dari teknik ini adalah ventilasi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan hipoksia dan kematian, aspirasi darah, laserasi esophagus,
hematom, perforasi dinding posterior trakea, emfisema subkutis dan atau
emfisema mediastinum dan perforasi tyroid.
Teknik krikotirotomi melalui pembedahan:
Pasien tidur posisi supine dengan posisi leher netral, identifikasi membran
krikotiroid, stabilkan kartilago tiroid dengan tangan kiri, buat insisi kulit
transversal sampai membran krioktiroid, kemudian putar pemegang pisau bedah
900 untuk melebarkan jalan nafas, tarik kartilago krikoid dengan hook krikoid,
masukkan kanul trakeostomi yang sesuai, kembangkan cuff dan berikan ventilasi,
observasi pengembangan paru dengan auskultasi untuk menilai ventilasi yang
adekuat, fiksasi kanul pada leher pasien

Komplikasi :
Komplikasi teknik ini adalah adanya aspirasi, salah arah, stenosis atau
edema subglotis, stenosis laring, perdarahan atau hematom, laserasi esophagus,
laserasi trakea, emfisema mediastinum, lumpuh pita suara dan suara parau.
Krikotirotomi pada beberapa keadaan lebih disukai dibanding trakeostomi
emergensi. Keuntungan utamanya adalah bahwa membran krikotiroid dekat
dengan permukaan kulit. Prosedur ini mudah distandarisasi dan mudah diajarkan
kepada residen dan pada petugas gawat darurat. Kerugian utamanya adalah
kerusakan subglotis, tetapi hal ini biasanya karena pemakaian pipa krikotirotomi
terlalu lama.

MANUVER HEIMLICH
Orang tersedak sering kita temui sehari-hari.Tersedak bisa terjadi pada
siapapun termasuk teman dan keluarga kita baik yang masih anak anak hingga
dewasa.Tersedak atau choking ternyata bukanlah suatu keadaan sepele. Choking
adalah salah satu kegawat daruratan medis yang jika tidak ditangani dengan cepat
dan tepat dapat menyebabkan kematian.
Otak adalah organ yang sangat sensitif jika ada penurunan asupan oksigen.
Hal ini terjadi saat seseorang tersedak karena benda asing akan menyumbat jalan
napas atas sehingga kita tidak dapat bernapas dengan baik. Otak akan mulai
mengalami kerusakan setelah 6 menit dan akan rusak permanen jika tidak
mendapat oksigen selama 10 menit.
Setelah melewati mulut, makanan atau benda lainnya akan masuk ke suatu
saluran yang bernama esofagus atau kerongkongan menuju lambung. Di belakang
mulut terdapat suatu percabangan yang ditutupi oleh suatu katup bernama
epiglottis yang akan memisahkan saluran makan (esofagus) dengan saluran
pernapasan (trakea). Saat menelan atau bernapas, katup ini akan bergantian
menutup masing masing saluran agar makanan tidak salah masuk ke saluran
napas. Saat seseorang makan sambil tertawa atau bicara, kemungkinan makanan
untuk masuk ke trakea semakin besar sehingga bisa terjadi choking. Makanan
yang masuk ke trakea ini nantinya akan mengganggu secara penuh atau sebagian
aliran udara ke paru paru.
The Heimlich Maneuver merupakan suatu metode standar untuk
mengeluarkan benda asing dari orang yang mengalami choking. Prosedur ini

ditemukan oleh Dr. Henry Heimlich seorang ahli bedah thorax pada tahun 1974.
Prinsipnya adalah memberikan tekanan pada perbatasan perut dan dada seseorang
sehingga udara akan menghentak benda asing yang tertelan.
ACEP merekomendasikan bahwa Manuver Heimlich digunakan hanya
ketika seseorang tersedak dan hidupnya terancam oleh obstruksi tenggorokan.
Tersedak ditandai oleh ketidakmampuan untuk berbicara, batuk atau bernafas, dan
dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran dan kematian. Hindari menggunakan
kekuatan berlebihan dalam mempekerjakan Manuver Heimlich untuk menghindari
cedera tulang rusuk atau organ internal. Mengingat sifat berpotensi hidup-ataumati situasi, menggunakan penilaian terbaik Anda.
Dalam keadaan tersedak, American Heart Association dan ACEP
menyebutkan pedoman berikut :

Dewasa Sadar
Pada saat tersedak, penyelamat harus mengambil tindakan jika mereka
melihat tanda-tanda obstruksi jalan napas yang berat (termasuk pertukaran
udara yang buruk dan peningkatan kesulitan bernapas , a silent cough,
sianosis atau jika orang tersebut tidak dapat berbicara atau bernapas) . Untuk
membedakan antara obstruksi jalan napas ringan dan obstruksi jalan napas
berat, penyelamat harus bertanya, " Apakah Anda tersedak ? " Jika korban
mengangguk ya, bantuan dibutuhkan. Tersedak juga sering ditunjukkan oleh
Universal Distres Signal (tangan memegangi tenggorokan) .

Jika seseorang dapat berbicara , batuk atau bernafas , maka tidak


mengganggu. Jika orang itu tidak dapat berbicara , batuk atau bernafas ,
berikan dorongan pada perut yang dikenal sebagai Manuver Heimlich .
Untuk mengerjakan Manuver Heimlich , capai daerah sekitar pinggang orang
tersebut . Posisikan satu kepalan tangan di atas pusar dan di bawah tulang
rusuk . Pegang kepalan tangan Anda dengan tangan lain . Tarik kepalan tinju
tajam dan langsung ke belakang dan ke atas di bawah tulang rusuk enam
sampai 10 kali dengan cepat .
Dalam kasus obesitas atau akhir kehamilan , berikan dorongan pada dada.
Lanjutkan bantuan

sampai obstruksi lega atau Advanced Life Support

tersedia . Dalam kedua kasus , orang tersebut harus diperiksa oleh dokter
sesegera mungkin .

Dewasa tidak sadar


Posisikan korban pada bagian belakang atau bagian samping. Hubungi
pertolongan segera seperti menelfon 911 atau nomor emergensi lokal lainnya.
Selanjutnya lakukan sapuan jari untuk menghilangkan benda asing dari
mulut. Hapuslah objek yang dapat dilihat dan mudah dilepaskan.
Dengarkan suara nafas dan lihat apakah dada naik dan turun. Jika korban
tidak bernapas, lakukan bantuan pernapasan. Jika tidak berhasil, berikan
enam sampai sepuluh dorongan pada perut (manuver Heimlich). Untuk
melakukan manuver pada orang yang tidak sadar, berlutut di atas korban dan
tempatkan tumit satu tangan di perut korban , sedikit di atas pusar.
Selanjutnya, tempatkan tangan lainnya di atas yang pertama . Tekan ke dalam
perut dengan cepat , dorong ke atas.

Ulangi urutan : Lakukan sapuan jari, berikan bantuan pernapasan, lakukan


dorongan perut atau manuver Heimlich sampai berhasil. Lanjutkan sampai
obstruksi teratasi atau advanced life support tersedia. Jika berhasil bawa
korban sesegera mungkin ke dokter.

Bayi sadar (berusia di bawah 1 tahun)


Sanggah atau tahan kepala dan leher menggunakan satu tangan. Tempatkan
wajah bayi ke bawah lengan, kepala lebih rendah dari tubuh, tahan dengan
paha. Berikan pukulan hingga lima kali secara tegas antara tulang belikat bayi
menggunakan tumit tangan. Sementara menahan kepala, balikkan bayi,
kepala lebih rendah dari dada.
Menggunakan dua atau tiga jari, berikan lima dorongan pada daerah sternal
(dada). Menekan sternum sampai 1 inci untuk masing-masing dorongan.
Hari hati pada ujung sternum. Ulangi kedua pukulan punggung dan
dorongan dada sampai benda asing keluar atau bayi menjadi tidak
sadar.Jangan melakukan sapuan jari atau dorongan pada perut bayi.

Bayi tidak sadar ( berusia di bawah satu tahun )


Hubungi bantuan dengan menelfon 911 atau nomor darurat lokal. Lakukan
pengangkatan lidah rahang (pegang pada rahang dengan menempatkan ibu
jari Anda di mulut bayi dan memegang gigi insisivus bawah atau gusi.
Rahang kemudian mengangkat ke atas). Jika Anda melihat benda asing ,
keluarkan .
Mulai berikan bantuan pernapasan. Lakukan urutan pukulan punggung dan
dorongan dada seperti pada bayi yang sadar. Setelah setiap urutan pukulan
punggung dan dorongn dada, caeilah benda asing dan jika terlihat dihapus

atau dibuang. Jika benda asing sudah dihapus dan bayi tidak bernapas , mulai
CPR .

Anak Sadar ( berusia lebih dari satu tahun )


Untuk mengusir objek dari saluran napas anak : Melakukan dorongan perut
(Manuver Heimlich) seperti yang dijelaskan untuk orang dewasa. Hindari
dorongab terlalu kuat untuk mencegah cedera pada tulang rusuk dan organ

dalam.
Anak tidak sadar ( Lebih dari satu tahun )
Jika anak tidak sadar , teruskan seperti untuk orang dewasa , kecuali :
Jangan melakukan sapuan jari pada anak-anak usia di atas 8 tahun.
Sebaliknya, lakukan pengangkatan lidah - rahang dan menghapus benda asing

yang terlihat saja .


Jika Anda tersedak dan sendirian
Jangan panik. Hubungi 911 atau nomor darurat lokal segera. Jika tersedia ,
bersandar di sandaran kursi dan tekan keras pada perut dan dada untuk
menghilangkan objek atau mencoba untuk menggunakan tangan Anda untuk
memberikan dorongan pada perut (Heimlich Manuver) .
Untuk melakukan Heimlich Manuver, posisikan satu kepalan tangan di atas
pusar dan di bawah tulang rusuk. Pegang kepalan tangan Anda dengan tangan
lain. Tarik kepalan tinju yang tajam dan langsung ke belakang serta ke atas di
bawah tulang rusuk enam sampai 10 kali dengan cepat. Dalam kasus obesitas
atau akhir kehamilan , memberikan dorongan pada dada . Lanjutkan obstruksi
teratasi atau advanced life support tersedia . Dalam kedua kasus, Anda harus
diperiksa oleh dokter sesegera mungkin .

Keadaan Khusus :
1. Bila korban adalah ibu hamil atau obesitas, penekanan dilakukan di dada
korban. Hentakan ke belakang dengan hati hati.

2. Bila korban bayi lakukan dengan menggunakan dua metode yaitu chest thrust
dan back blows. Lakukan penekanan 5 kali dengan dua jari pada dada bayi
sekitar 1/3 1/2 kedalaman dada lalu diikuti dengan back blows yaitu menepuk
punggung bayi juga sebanyak 5 kali.
3. Korban yang lebih besar dari penolong dapat ditidurkan di lantai rata dan
dilakukan tekanan pada tempat yang sama dengan prosedur biasa.
4. Jangan memberikan pertolongan pada korban yang jika ditanya apakah
tersedak atau tidak bisa mengeluarkan suara dan batuk dengan keras. Pada
korban bayi jangan beri pertolongan apabila menangis kuat atau batuk.
5. Lakukan pertolongan hingga sumbatan keluar atau pertolongan datang. Jika
korban tidak sadar, baringkan dan lakukan kompresi dada.

KRITERIA DERAJAT OBSTRUKSI JALAN NAFAS BERDASARKAN


JACKSON
Jackson : 4 gradasi
Gradasi 1:
-

Retraksi suprasternal ringan


Tanda-tanda ketakutan (-)

Retraksi suprasternal , epigastrial (+)


Ketakutan (+), gelisah, sulit diajak bercanda.

Retraksi suprasternal, klavikuler,


interkostal, epigastrial
Usaha menarik nafas , kelelahan (+)

Gradasi 2:

Gradasi 3:

Gradasi 4:
- Retraksi , ketakutan, sianosis,
- menolak makan/minum
Penatalaksanaan:
- Oksigenasi
- Tentukan penyebab
- Siapkan terapi sesuai penyebab :
- infeksi : medikamentosa + nebulizer
- abses retrofaring : pungsi + insisi
- bronkoskopi
- trakeotomi

Indikasi trakeotomi:
Menurut gradasi Jackson :
- gradasi 2: persiapan
- gradasi 3: segera trakeotomi
- Bila curiga ok. tumor: lakukan > awal
- Bila sangat darurat: krikotiroidotomi - trakeotomi

You might also like