You are on page 1of 26

FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI KELENGKAPAN

PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur


Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

MULIYANI MAHMUD Magister Akuntansi Universitas Brawijaya

SUTRISNO GUGUS IRIANTO Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas


Brawijaya

ABSTRACT
This study has the objective to obtain empirical evidence in fundamental factors
affecting comprehensiveness of financial statement disclosure. Those factors include liquidity,
leverage, profitability, firm size, firm status, public stock portion, and firm age.
This study is using pooled data (combination of cross section and time series) for periode
2004-2009 for data obtained from Indonesia Stock Exchange. Sample selection procedure is
using purposive sampling and result showed 47 firms which fulfill the criteria and resulting 282
observations for 6 years. Data analysis technique in this study is using multiple linear regressions.
Result of hypothesis testing showed that liquidity, leverage, firm size and public stock
portion have positive effect toward comprehensiveness of financial statement disclosure. It
shows that company with high liquidity ratio is proving its high ability in fulfilling its shortterm debt and to fulfill its long-term creditor (leverage) the firm is demand to do more complete
revelation. Big company with a lot public stock portion would tend to reveal more within its
financial statementas item since they had more information to share. This study also found out
that firm status has negative effect toward comprehensiveness of financial statement disclosure.
Company with foreign status would have less must comprehensiveness of disclosure index
compare with domestic company. This study didnat found any evidence for the implication of
profitability and firm age toward comprehensiveness of financial statement disclosure. This
means that profitability and firm age did not viewed as determinant factors in
comprehensiveness of financial statement disclosure.
Keywords:

comprehensiveness of disclosure, financial statement, liquidity,


profitability, firm size, firm status, public stock portion, firm age

leverage,

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris faktor-faktor fundamental


yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut ,
meliputi likuiditas perusahaan, leverage perusahaan, profitabilitas perusahaan, ukuran
perusahaan, status perusahaan, porsi saham publik, umur perusahaan.
Penelitian ini menggunakan pooled data (kombinasi cross section dan time series) tahun
20042009 untuk data keuangan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
Prosedur pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dan hasilnya terdapat 47
perusahaan yang memenuhi kriteria dan menghasilkan 282 pengamatan selama 6 tahun.
Tehnik analisa data penelitian menggunakan regresi linear multiple.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan, leverage
perusahaan, ukuran perusahaan, dan porsi saham publik berpengaruh positif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa Perusahaan
dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut
dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, dan untuk memenuhi kreditur jangka panjang
perusahaan (leverage) dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih lengkap,
Perusahaan besar dan porsi saham publik yang banyak cenderung mengungkapkan lebih butirbutir laporan keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang dapat
diungkapkan. Penelitian ini juga menemukan bahwa Status perusahaan berpengaruh negatif
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Perusahaan dengan status asing
maka indeks kelengkapan pengungkapan wajibnya lebih rendah jika dibandingkan dengan
perusahaan yang berstatus domestik. Penelitian ini tidak menemukan bukti adanya pengaruh
profitabilitas perusahaan dan umur perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan umur perusahaan tidak dipandang
sebagai penentu kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Kata Kunci : kelengkapan pengungkapan, laporan keuangan, likuiditas, leverage,


profitabilitas, ukuran perusahaan, status perusahaan, porsi saham
publik, umur perusahaan

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia pasar modal saat
ini telah meningkat dengan pesat. Di masa
mendatang bisnis investasi ini tentunya akan
menjadi sedemikian kompleks dengan
tingkat persaingan yang semakin ketat,
terutama dalam upaya penyediaan dan
perolehan informasi dalam setiap pembuatan
keputusan. Bagi para investor, informasi yang
disampaikan oleh manajemen perusahaan
dijadikan
sebagai
alat
analisis
dan
pengawasan terhadap kinerja manajemen
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan baik
kecil maupun besar, harus memanfaatkan
sumber daya dengan efektif dan efisien
sehingga berguna untuk mempertahankan
atau meningkatkan kinerja perusahaan.
Salah satu faktor yang mencerminkan
kinerja perusahaan adalah laporan keuangan
yang harus dibuat oleh pihak manajemen
secara teratur. Bagi pihak-pihak luar
manajemen suatu perusahaan, laporan
keuangan merupakan jendela informasi yang
memungkinkan mereka untuk mengetahui
kondisi suatu perusahaan pada suatu masa
pelaporan, dimana informasi yang di dapat
dari suatu laporan keuangan perusahaan
tergantung pada tingkat pengungkapan
(disclosure) dari laporan keuangan yang
bersangkutan.
Pengungkapan
informasi
dalam laporan keuangan harus memadai
agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan
keputusan
sehingga
menghasilkan keputusan yang cermat dan
tepat. Perusahaan diharapkan agar lebih
transparan dalam mengungkapkan informasi
keuangan perusahaannya, sehingga dapat
membantu para pengambil keputusan seperti
investor, kreditur, dan pemakai informasi
lainnya dalam mengantisipasi kondisi

ekonomi yang semakin berubah.


Pada kondisi yang serba tidak menentu ini
menuntut
keterbukaan
bagi
setiap
perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang
telah go public di pasar modal. Keterbukaan
perusahaan dapat berupa penyampaian
informasi perusahaan secara berkualitas
(Hadi dan Sabeni, 2002). Perilaku dan
kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh
kualitas
informasi
yang
diungkapkan
perusahaan dalam laporan keuangan

yaitu: mandatary disclosure (pengungkapan


wajib)
dan
voluntary
disclosure
(pengungkapan
sukarela). Pada penelitian ini
(Zubaidah
dan
lebih
memfokuskan
pada pengungkapan
Zulfikar, 2005).
wajib, infor
karena
Pengung
dal dari beberapa penelitian
sebelumnya,
pengungkapan wajib laporan
kapan
masi am
keuangan
lapora
keua masih
da kurang maksimal. Hal ini
mungkin dikarenakan pada penelitian
sebelumnya belum dikeluarkannya peraturan
mengenai pengungkapan wajib laporan
keuangan. Peraturan ini dikeluarkan oleh
Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan), dimana setiap
perusahaan publik diwajibkan membuat
laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan
publik
independen
sebagai
sarana
pertanggungjawaban,
terutama
kepada
pemilik modal. Bapepam-LK melalui SK
Bapepam No. 06/PM/2000 tanggal 13 Maret
2000 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan mensyaratkan elemen-elemen
yang seharusnya diungkapkan dalam laporan
keuangan perusahaan publik di Indonesia.
Kemudian untuk pedoman penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan
publik industri manufaktur diatur melalui SE
Ketua Bapepam No.

SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002.


Dalam Surat Edaran tersebut total item
pengungkapan wajib oleh perusahaan
manufaktur adalah 68 item.
Keluarnya peraturan tersebut ternyata
belum
signifikan
mempengaruhi
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan
perusahaan.
Terbukti
pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Almilia dan Retrinasari (2003) bahwa
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan perusahaan masih sekitar 54,01%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa para emiten
belum melakukan keterbukaan informasi
kepada para investor, padahal seharusnya
emiten mulai menyadari bahwa setelah
perusahaannya go public, mereka juga harus
melakukan
perubahan
budaya
dari
perusahaan tertutup menjadi perusahaan
terbuka. Terdapat pendapat mengenai
keengganan
emiten
melakukan
pengungkapan laporan keuangan, yaitu
kemungkinan
kurangnya
pengetahuan
emiten tentang kebutuhan para investor atau
alasan mengenai tingginya biaya pelaporan,
padahal
adanya
peraturan
tersebut
diharapkan dapat meminimalisasi perbedaan
ekspektasi antara investor dengan emiten.
Penelitian
tentang
kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya merupakan
hal yang menarik untuk dilakukan. Penelitian
semacam ini akan memberikan pengetahuan
bagi pembuat kebijakan dalam menilai
kualitas
akuntansi
suatu
perusahaan.
Kualitas informasi keuangan tercermin pada
sejauh mana kelengkapan pengungkapan
laporan yang diterbitkan perusahaan.
Pengungkapan laporan keuangan merupakan
sumber informasi untuk pengambilan
keputusan investasi. Keputusan investasi
sangat
tergantung
dari
mutu
dan
kelengkapan pengungkapan yang disajikan
dalam laporan keuangan. Kelengkapan
pengungkapan antara perusahaan dalam
industri satu dengan industri lainnya
berbeda.
Perbedaan
ini
dipicu
dari
kandungan resiko masing-masing industri
yang memiliki karakteristik berbeda (Hadi
dan Sabeni, 2002).
Lang dan Lundholm (1996) mengatakan
dalam penentuan karakteristik yang berbeda
tersebut
bisa
ditetapkan
dengan

menggunakan tiga pendekatan kategori


yaitu: Structure, performance dan market.
Structure ditentukan oleh faktor-faktor yang
berkaitan dengan perkembangan perusahaan
meliputi
ukuran
perusahaan,
umur
perusahaan, dan kemampuan melunasi
utangnya. Performance ditentukan oleh faktorfaktor yang bersifat kuantitatif mencakup
likuiditas perusahaan dan profitabilitas.
Sedangkan market ditentukan oleh faktorfaktor yang bersifat kualitatif berupa porsi
saham publik, dan status perusahaan. Tiga
pendekatan tersebut menjadi faktorfaktor
fundamental
yang
mempengaruhi
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan.
Beberapa penelitian empiris terdahulu
menunjukkan
bahwa
faktorfaktor
fundamental mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Faktorfaktor fundamental ini tercermin dalam
karakteristik perusahaan, antara lain :
Likuiditas
(Subiyantoro,1996),
leverage
Naaim dan Rakhman,2000), profitabilitas
dan porsi saham publik (Simanjuntak dan
Widiastuti,2000),
ukuran
perusahaan
(marwata,2001), status perusahaan (Wallace
et
al.,1994),
dan
umur
perusahaan
(Fitriani,2001).
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka
peneliti ingin melakukan penelitian mengenai
pengaruh faktorfaktor fundamental terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar
di
BEI.
Penelitian
ini
mengembangkan penelitian yang dilakukan
oleh Almilia dan Retrinasari (2003) yang
meneliti tentang pengaruh likuiditas, leverage,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan status
perusahaan
terhadap
kelengkapan
pengungkapan pada perusahaan yang
terdaftar di BEI. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa variabel yang diteliti
tidak ada satupun variabel yang berpengaruh
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan.

Penelitian ini perlu dikembangkan


dengan menambahkan variabel porsi saham
publik dan umur perusahaan, hal ini sesuai
dengan saran dari penelitian sebelumnya
yaitu penelitian Almilia dan Retrinasari
(2003). Alasan memasukkan variabel porsi
saham publik karena semakin besar porsi
saham
yang
dimiliki
oleh
publik
menyebabkan perusahaan lebih serius dalam
memberikan informasi perusahaan kepada
publik, artinya semakin tinggi kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangannya.
Variabel
umur
perusahaan
juga
dipertimbangkan dalam penelitian ini
dengan alasan bahwa umur perusahaan
menentukkan pengalaman perusahaan dalam
mengelola perusahaannya, semakin tua
perusahaan
tersebut
semakin
banyak
pengalaman
dalam
mempublikasikan
laporan keuangan.
Perbedaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah
waktu
penelitian dan sampel penelitian. Dimana
waktu penelitian ini menggunakan data
tahun 2004-2009, sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan data tahun 20012003. Periode penggunaan sampel diambil
sesudah krisis keuangan dan sesudah periode
diterbitkannya pedoman penyajian dan
pengungkapan
laporan
keuangan
perusahaan publik industri manufaktur.
Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan sampel penelitian
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
1.2 Motivasi Penelitian
Penelitian
mengenai
kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan masih
merupakan isu controversial, hal ini
diperkuat dengan adanya hasil yang beragam
dari
penelitian-penelitian
terdahulu.
pengungkapan laporan keuangan yang
belum lengkap diakibatkan oleh adanya
perbedaan informasi yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang terlibat, dan faktor yang
mempengaruhinya sampai sekarang belum
bisa ditentukan secara pasti. Oleh karena itu,
peneliti-peneliti
terdahulu
mengatakan
bahwa situasi yang demikian menjadikan
kelengkapan
pengungkapan
laporan

keuangan sebagai sesuatu yang belum


sepenuhnya terpecahkan. Sebagian besar
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa
faktor yang paling banyak berpengaruh
adalah faktor fundamental yaitu berkaitan
dengan
kondisi
internal
perusahaan.
Berdasarkan hal terebut sehingga peneliti
termotivasi
untuk
mengetahui
faktor
fundamental apa saja yang mempengaruhi
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menyediakan bukti empiris mengenai
pengaruh
faktor-faktor
fundamental
(likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, status perusahaan, porsi saham
publik, dan umur perusahaan) terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teoritis Teori
Keagenan
Pentingnya praktek pengungkapan
laporan keuangan oleh manajemen kepada
pemegang saham didasarkan kepada teori
keagenan (agency theory). Teori keagenan
menjelaskan hubungan antara agent (agen
yang mengatur manajemen sebuah usaha)
dan principal (pemilik usaha). Teori keagenan
menjelaskan berbagai konflik kepentingan
dalam perusahaan baik antara manajer
dengan pemegang saham, manajer dengan
kreditur atau antara pemegang saham,
kreditur dan manajer yang disebabkan
adanya
hubungan
keagenan
(agency
relationship).
Teori keagenan mengimplikasikan
adanya asimetri informasi antara manajer
sebagai agent dan pemilik sebagai principal.
Asimetri informasi timbul ketika manajer
lebih mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan dimasa yang akan
datang, jika dibanding dengan pemegang
saham dan stakeholders lainnya. Dalam
hubungan tersebut menurut Jensen dan
Meckling (1976) bahwa pengungkapan
laporan keuangan yang lengkap akan
mengurangi asimetri informasi tersebut.

Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan


Keuangan
Laporan keuangan adalah bagian dari
proses pelaporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang
dapat disajikan dalam berbagai cara seperti
misalnya sebagai laporan arus kas atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan (IAI,
2009:2).
2) Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan menurut
Standar Akuntasi Keuangan No.1 paragraf 12
disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan
posisi
keuangan
suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah


besar
pemakai
dalam
pengambilan
keputusan ekonomi.
3) Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik laporan keuangan menurut IAI
(2009), yaitu:
a. Dapat dipahami
b. Relevan
c. Keandalan
d. Dapat dibandingkan
e. Penyajian wajar
Pengungkapan (Disclosure) dalam
Laporan Keuangan 1) Pengertian
Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan secara sederhana dapat
diartikan sebagai pengeluaran informasi (the
release of information). Akuntan cenderung
menggunakan istilah ini dalam batasan yang
lebih sempit, yaitu pengeluaran informasi
tentang perusahaan dalam laporan keuangan
(Hendriksen dan Breda, 2002:429).

2) Tuj Pengun dal


uan gkapan am
Laporan
Keuangan

lap
ora
n
ke
ua
ng
an
me
nu
rut
Ch
ari
ri
da
n
Gh
oz
ali
(20
07:
382
),
ant
ara
lai
n:

a)

Memberikan
informasi
dalam
mengambil keputusan secara rasional.
b)
Memberikan
informasi
untuk
membantu menilai jumlah, pengakuan
penerimaan kas.
c) Memberikan informasi sumber ekonomi
suatu perusahaan.
d) Menyediakan informasi hasil usaha
suatu
perusahaan
selama
satu
periode.
e) Menyediakan informasi bermanfaat
bagi manajer dan direktur
f)
Untuk
membandingkan
antar
perusahaan dan antar tahun.
g) Untuk menyediakan informasi aliran
kas masuk dan keluar dimasa
mendatang.
h) Untuk membantu investor dalam
menetapkan return dan investasinya
3) Konsep Pengungkapan
Menurut Hendriksen dan Breda
(2002:432) ada tiga konsep pengungkapan
yang umumnya diusulkan, yaitu :
a) Pengungkapan Cukup
Yaitu pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh peraturan yang berlaku.
b) Pengungkapan Wajar
Pengungkapan yang wajar secara
tidak langsung merupakan tujuan etis agar
memberikan perlakuan yang sama kepada
semua
pemakai
laporan
keuangan
menyediakan informasi yang layak terhadap
pembaca potensial.
c) Pengungkapan Penuh
Menyangkut kelengkapan penyajian
informasi yang diungkapkan secara relevan.
4) Jenis Pengungkapan
Darrough (2000) mengemukakan
ada dua jenis pengungkapan , yaitu :
a) Pengungkapan Wajib (mandatory
disclosure)
Merupakan pengungkapan minimum yang
disyaratkan oleh standar akuntansi yang

berlaku.
b) Pengungkapan Sukarela
(voluntary disclosure)
Merupakan pengungkapan yang dilakukan
sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan
oleh peraturan yang berlaku.

Kelengkapan Pengungkapan
Kelengkapan (comprehensiveness) adalah suatu
bentuk kualitas. Kualitas pengungkapan
dapat diukur dan digunakan untuk menilai
manfaat potensial isi suatu laporan keuangan.

Faktor-Faktor Fundamental 1)
Likuiditas Perusahaan
Weston
dan
Brigham
(1993:115)
mendefinisikan rasio likuiditas sebagai rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
yang jatuh tempo.
2) Leverage Perusahaan
Leverage
berkaitan
dengan
bagaimana
perusahaan
didanai,
lebih
banyak
menggunakan utang atau modal yang berasal
dari pemegang saham.
3) Profitabilitas Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2001:89)
profitabilitas adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan.
4) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan karakteristik
suatu perusahaan dalam hubungannya
dengan stuktur perusahaan (Lang dan
Lundholm, 1996).
5) Status Perusahaan
Status perusahaan menunjukkan tingkat
kepemilikan saham dalam suatu perusahaan.
Status perusahaan terbagi dua, yaitu :
Perusahaan berstatus asing dan perusahaan
berstatus domestik.

6) Umur Perusahaan
Umur
perusahaan
menunjukkan
kemampuan perusahaan dapat bertahan
hidup dan menjalankan operasionalnya.
7) Porsi Saham Publik
Menurut Suta (2002:93) umumnya
komposisi saham perusahaan yang telah go
public, sekitar 70% saham masih dikuasai oleh
founder dan 30% sisanya dimiliki oleh publik.

Tinjauan Penelitian Terdahulu


Wallace et al. (1994) meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kelengkapan pengungkapan perusahaan
dalam
laporan
tahunan.
Berdasarkan
perhitungan dengan analisis regresi linear
berganda diperoleh hasil bahwa indeks
kelengkapan pengungkapan secara signifikan
berpengaruh
positif
dengan
ukuran
perusahaan dan status perusahaan. Ukuran
perusahaan berhubungan positif dengan
pengungkapan,
karena
perusahaanperusahaan besar rata-rata cenderung
berpotensi besar atas permintaan publik
(publik banyak menginginkan informasi
perusahaan tersebut). Oleh sebab itu,
semakin besar ukuran perusahaan, semakin
besar informasi yang perlu diungkapkan.
Perusahaan yang berstatus asing lebih banyak
mengungkapkan
laporan
keuangan
dibandingkan dengan yang domestik.
Alasannya karena perusahaan berstatus asing
memiliki keahlian yang lebih baik dalam
mengelola laporan keuangan sehingga
informasi yang diungkapkan semakin
lengkap.
Marwata (2001) melakukan penelitian
mengenai pengaruh ukuran perusahaan,
likuiditas, dan status perusahaan terhadap
tingkat kelengkapan pengungkapan pada
laporan
keuangan.
Hasil
pengujian
menunjukkan
hanya
variabel
ukuran
perusahaan yang
memiliki hubungan
signifikan
dengan
kelengkapan
pengungkapan. Marwata menyimpulkan
bahwa perusahaan besar memiliki sumber
daya yang besar yang mampu membiayai
penyediaan informasi untuk keperluan
internal, sehingga tidak perlu ada tambahan
biaya yang besar untuk dapat melakukan
pengungkapan dengan lebih lengkap.
Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya

yang relatif kecil mungkin tidak memilki


informasi siap saji sebagaimana perusahaan
besar.
Penelitian yang dilakukan Subiyantoro (1996)
meneliti
sejauh
mana
karakteristik
perusahaan memberi kontribusi terhadap
tinggi rendahnya tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan tahunan
perusahaan publik di Indonesia. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa hanya ada 3
karakteristik perusahaan yang berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
tingkat
kelengkapan pengungkapan wajib laporan
tahunan yaitu :total aktiva, leverage dan
likuiditas. Perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk
memenuhi kebutuhan informasi kreditur
jangka panjang, sehingga perusahaan akan
menyediakan informasi secara lebih lengkap.
Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan
dengan rasio
likuiditas
tinggi akan
berhubungan dengan tingkat pengungkapan
tinggi.
Naaim
dan
Rakhman
(2000)
melakukan penelitian tentang analisis
hubungan
antara
kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan dengan
struktur modal dan tipe kepemilikan
perusahaan.
Dari
penelitian
tersebut
disimpulkan bahwa leverage keuangan
memiliki hubungan yang signifikan terhadap
indeks
kelengkapan
pengungkapan.
Alasannya perusahaan dengan rasio hutang
atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih
banyak informasi dalam laporan keuangan
untuk memenuhi debitur jangka panjang
dibandingkan perusahaan dengan rasio
rendah. Di sisi lain tidak ditemukan adanya
hubungan signifikan antara kepemilikan
saham oleh publik dengan kelengkapan
pengungkapan. Hal ini berarti bahwa tinggi
rendahnya porsi saham publik tidak
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.

Gunawan (2001) menganalisis


tentang Pengungkapan Informasi
penelitian
tentang
perbedaan
tingkat
Laporan Tahunan Pada Perusahaan Yang
kelengkapan pengungkapan wajib dan
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil
sukarela pada laporan keuangan. Dari
pengujian firm size, dept to total assets, dan
penelitian disimpulkan bahwa terdapat faktor
porsi saham publik didapat hasil yang
yang
mempengaruhi
kelengkapan
signifikan. Ketiga variabel tersebut berarti
pengungkapan
wajib
adalah
ukuran
mempengaruhi tingkat pengungkapan yang
perusahaan, status perusahaan, umur
dilakukan oleh perusahaan. Semakin luas
perusahaan, net profit margin. semakin lama
firm size, semakin tinggi dept to total assets, dan pengun
perusahaan
tersebut berdiri dan beroperasi,
lapor keua
semakin besar porsi saham publik maka gkapan
maka semakin
an ngan banyak informasi laporan
semakin lengkap pula pengungkapan perusa
keuangan yang diungkapkan. Hal ini
informasi
disebabkan karena perusahaan tersebut
sudah memiliki banyak pengalaman dalam
mengelola laporan keuangannya.
(2000)
meneliti
faktor-faktor
yang
Almilia dan Retrinasari (2003) meneliti
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
pengaruh rasio likuiditas, rasio leverage,
laporan
keuangan
pada
perusahaan
profitabilitas, ukuran perusahaan dan status
manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan
perusahaan
terhadap
kelengkapan
bahwa variabel profitabilitas dan porsi
pengungkapan pada perusahaan manufaktur
kepemilikan saham oleh investor luar
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel
(publik)
secara
signifikan
positif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
sebanyak 200 perusahaan selama tahun 2000laporan
keuangan
pada
perusahaan
2002. Hasil penelitian bahwa tidak ada
manufaktur. Profitabilitas yang tinggi akan
variabel yang mempengaruhi kelengkapan
mendorong para manager untuk memberikan
pengungkapan wajib laporan keuangan.
informasi yang lebih rinci sebab mereka ingin
Tingkat pengungkapan kemungkinan dapat
meyakinkan investor terhadap profitabilitas
meningkat, tetap atau menurun sejalan
perusahaan. Porsi saham publik berpengaruh
dengan struktur maupun kinerja perusahaan.
positif, karena semakin besar porsi saham
Pada penelitian ini tingkat profitabilitas,
yang dimiliki oleh publik maka akan semakin
ukuran perusahaan, status perusahaan
lap
keua ya
dilakbutir-butir pengungkapan
banyak
pula
leverage dan likuiditasnya rendah sehingga
ora
ngan keuangan
ng ukan yang dituntut oleh para
laporan
tidak
mempengaruhi
kelengkapan
ninvestornya, sehingga akan semakin tinggi
pengungkapan laporan keuangan.
kelengkapan

III.

KERANGKA
KONSEP
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pengguna laporan keuangan dapat
menganalisis laporan keuangan dengan
faktor rasional yang mempengaruhinya atau
yang
sering
disebut
faktor-faktor
fundamental. Faktor ini menunjukkan
karakteristik
perusahaan
yang
dapat
mempengaruhi kondisi yang ada di
perusahaan tersebut. Berkaitan dengan
pengungkapan laporan keuangan,
Perusahaan manufaktur yang go public di BEI
Laporan Keuangan

Likuiditas perusahaan (X1)


Leverage Perusahaan (X2)

perusahaan akan mengungkapkan laporan


keuangannya sesuai dengan kondisi internal
perusahaan. Dengan demikian faktor-faktor
fundamental
perusahaan
dapat
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangannya kepada publik. Dalam
penelitian ini faktor-faktor fundamental
tercermin dalam likuiditas perusahaan,
leverage
perusahaan,
profitabilitas
perusahaan, ukuran perusahaan, status
perusahaan, porsi saham publik, dan umur
perusahaan.

3.
2.
3.
2.
1.

Pengembangan
Hipotesis
Likuiditas
Perusahaan dan
Kelengkapan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam


memenuhi hutang jangka pendeknya, dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi
yang sehat. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan
berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi.

Penelitian dari Subiyantoro (1996) menyebutkan bahwa rasio likuiditas berpengaruh


pada kelengkapan pengungkapan. Sedangkan dalam penelitian Almilia dan Retrinasari (2003)
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara likuiditas dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Karena ketidakkonsistenan ini maka peneliti mencoba untuk
meneliti kembali variabel ini, maka hipotesis penelitian dirumuskan : H1 : Likuiditas perusahaan
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
3.2.2 Leverage Perusahaan dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Perusahaan dengan leverage tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) yang
tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih
tinggi, maka perusahaan dengan leverage tinggi akan menyediakan informasi secara lebih
lengkap (Jensen dan Meckling,1976). Penelitian Fitriani (2001) dan penelitian Almilia dan
Retrinasari (2003) tidak membuktikan bahwa leverage mempengaruhi kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Karena ketidakkonsistenan ini maka peneliti mencoba untuk
meneliti kembali variabel ini. maka hipotesis penelitian dirumuskan:

perusahaan dalam menghasilkan laba.


Dengan tingkat profitabilitas tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan
informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas
perusahaan.
Fitriani (2001) membuktikan bahwa variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif
dengan kelengkapan pengungkapan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Almilia dan
Retrinasari (2003) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara profitabilitas
perusahaan dengan pengungkapan. Karena ketidakkonsistenan ini maka peneliti mencoba
untuk meneliti kembali variabel ini. maka hipotesis penelitian dirumuskan: H3 : Profitabilitas
perusahaan
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
3.2.4 Ukuran Perusahaan dan Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya.
Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan
keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang dapat diungkapkan
(Wallace et al.,1994)..
Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Retrinasari (2003) menunjukkan bahwa tidak
ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Karena ketidakkonsistenan ini maka peneliti mencoba untuk
meneliti kembali variabel ini. maka hipotesis penelitian dirumuskan : H4 : Ukuran perusahaan
berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

H: Leve perus berpe


2
rage ahaan ngaru
h
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan
3.
2.

Profitabilitas
Perusahaan dan

3.2.5. Status Perusahaan dan


Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Perusahaan
asing
mempunyai
konsistensi pengungkapan laporan keuangan
tahunan yang lebih lengkap daripada
perusahaan domestik. Perusahaan asing
memiliki keahlian yang lebih baik dalam
mengelola laporan keuangan sehingga
informasi yang diungkapkan semakin
lengkap (Wallace et.al, 1994).
Penelitiannya Almilia dan Retrinasari
(2003) tidak membuktikan bahwa status
perusahaan
berpengaruh
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan. Karena ketidakkonsistenan ini
maka peneliti mencoba untuk meneliti
kembali variabel ini. maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H5 : Status perusahaan berpengaruh terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan
3.2.6 Porsi Saham Publik dan
Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Perusahaan go public dituntut untuk
lebih transparan dalam rangka menciptakan
pasar modal yang efisien. Oleh karena itu,
untuk mempertahankan investor publik,
perusahaan akan mengungkapkan laporan
keuangannya
secara
lengkap
dan
bertanggungjawab.
Gunawan
(2001)
mengemukakan
bahwa adanya perbedaan dalam proporsi
saham yang dimiliki investor luar dapat
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Naim dan Rakhman (2000) menunjukkan
bahwa tidak ditemukan adanya hubungan
yang signifikan antara porsi saham publik
dengan kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
Karena ketidakkonsistenan ini maka peneliti
mencoba untuk meneliti kembali variabel ini.
maka hipotesis penelitian dirumuskan : H6 :
Porsi saham publik berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan
3.2.7. Umur Perusahaan dan
Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Menurut Fitriani (2001) bahwa umur
perusahaan memiliki hubungan positif

dengan kualitas pengungkapan. Alasan yang


mendasari adalah bahwa perusahaan yang
berumur lebih tua memiliki pengalaman
lebih banyak dalam mempublikasikan
laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki
pengalaman lebih banyak akan lebih
mengetahui kebutuhan konstituennya akan
informasi tentang perusahaan.
Penelitian lain dari Simanjuntak dan
Widiastuti (2000) menemukan bahwa variabel
umur perusahaan ternyata tidak berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Karena
ketidakkonsistenan ini maka peneliti
mencoba untuk meneliti kembali variabel ini.
maka hipotesis penelitian dirumuskan : H7 :
Umur perusahaan berpengaruh
terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Populasi dan Teknik Pengambilan
Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini meliputi
seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2004-2009. Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive
sampling method. Sampel perusahaan dipilih
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Sampel


Berdasarkan Kriteria

Seleksi Sampel

No Kriteria
Jumlah
1. Perusahaan manufaktur periode 2004-2009
2. Perusahaan maunfaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang berkaitan dengan
variabel penelitian selama periode 2004-2009
3. Perusahaan yang tidak memiliki laba positif
4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang asing
198
(65)
(70)
(16)
Jumlah Sampel
47
Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan sampel sebanyak 47 perusahaan. Dengan
pengamatan selama 6 tahun (2004-2009), jumlah data diolah dengan metode pooling data,
sehingga jumlah observasi menjadi jumlah tahun dikalikan jumlah perusahaan. Jumlah data
observasi menjadi 282 sampel (6 x 47).
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data penelitian berasal
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Fact Book, Monthly JSX di Pojok BEI Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20042009.

adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Butir pengungkapan yang


diukur adalah item pengungkapan laporan keuangan
berdasarkan
SE Ketua Bapepam tahun
2) Leverage
(X2)
2002. Dalam melakukan perhitungan angka indeks, peneliti menggunakan
instrument Indeks
leve
penel
in yang sama, jadi yang diukur
pengungkapan tanpa pembobotan. Semua item diberikan
bobot
Dalam
rag
itian iTiap item yang diungkapkan
adalah tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
e
diberi nilai 1 dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0. Rumus
= x100%
ru
4. Definisi
diukur dengan
mu
3.Keterangan:
Konseptual dan
menggunakan
1 Operasional
n
: jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan

2 Variabel
k
: jumlah item yang seharusnya diungkap berdasar peraturan
4.
4.3.2 Variabel Independen (X)
1) Likuiditas (X1)
Dalam penelitian ini likuiditas diukur dengan menggunakan rumus (Hanafi dan Halim,
2000:77) :
Rasio lancar =

3) Profitabilitas (X3)
Dalam penelitian ini, profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan rumus (Hanafi
dan

Halim, 2000:83) :
4) Ukuran perusahaan (X4) Total aktiva ditransformasikan ke dalam bentuk berikut
(Fitriani, 2001): Size = Ln (Total Aktiva)

5) Status Perusahaan (X5)


Status perusahaan menggunakan
variabel dummy yang penggolongannya
dilakukan memberikan notasi 0 untuk
perusahaan status domestik dan diberi notasi
1 untuk perusahaan status asing (Almilia dan
Retrinasari, 2003).
6) Porsi Saham Publik (X6)
Porsi
saham
publik
diukur
menggunakan
rumus
sebagai
berikut
(Simanjuntak dan Widiastuti, 2000) :
=
7) Umur Perusahaan (X7) Umur
perusahaan diukur berdasarkan
(Fitriani, 2001) :
= tahun sampel (tahun first issue di BEI)
4.4. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda (multiple regression analysis).
Persamaan dirumuskan sebagai berikut:
Y= o +1X1 +2X2+3 X3 +4 X4 +5X5 + 6 X6
+7 X7+
Keterangan:
Y : kelengkapan pengungkapan 0 :
Konstanta 1/ 2/ 3/4/ 5, 6, 7 : koefisien
regresi X1 : rasio likuiditas X2 : rasio leverage X3
: rasio profitabilitas X4 : ukuran perusahaan X5
: status perusahaan X6 : porsi saham publik X7
: umur perusahaan 0 nilai residual /
pengganggu
4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Data dalam statistik deskriptif
meliputi nilai minimum, maksimum, mean
dan standart deviasi.
4.4.2
Uji Asumsi Klasik 1) Uji
Normalitas Data
Uji normalitas penelitian ini
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.
2) Uji Multikolineritas
Deteksi adanya multikolineritas dapat
dilakukan dengan melihat nilai Variance
Inflation Factor (VIF) atau tolerance value.
3) Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini pengujian terhadap
adanya
fenomena
heteroskedastisitas
dilakukan dengan menggunakan Spermans
Rank Cornelation Test (Gujarati, 2003: 372).
4) Uji Autokorelasi
Untuk menguji keberadaan autokolerasi
dalam penelitian ini maka digunakan metode
Durbin Watson Test.

4.4.3. Uji Ketepatan Model (Uji F) dan


Koefisien Determinasi (R2) 1) Uji
Ketepatan Model (Uji F)
Uji F dipergunakan untuk menguji ketepatan
model. Bila signifikan berarti tinjauan
statistik menunjukkan bahwa variabel
independen tersebut mempunyai pengaruh
secara
simultan
terhadap
variabel
dependennya.
2) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan
sampai seberapa besar variasi perubahan
variabel independen mampu menjelaskan
variasi perubahan variabel dependen.
4.4.4. Uji Signifikansi Variabel (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan yang signifikan dari masingmasing variabel independen terhadap
variabel dependen.
V. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
5.1. Statistik Deskriptif
Berdasarkan perhitungan statistik,
dijelaskan pada pembahasan berikut:

dapat

Tabel 5.1 Hasil


Analisis Statistik
Deskriptif
Kelengkapan pengungkapan Likuiditas
Leverage
Profitabilitas Ukuran Perusahaan
Porsi Saham Publik Umur
Perusahaan 0,679 2,228 0,526 0,250
27,55 0,282 15,67
0,072 2,036 0,31 0,431 1,734 0,211 6,10 0,51
0,004 0,0004 0,0008 23,91 0,026 1 0,882 17,61
2,381 4,288 32,12 0,96 32
Sumber: Data diolah
Berdasarkan
Tabel
5.1,
dapat
diketahui
bahwa
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan
perusahaan yang minimum adalah sebesar
51% (0,51) yang diperoleh PT Akashawira
Internasional Tbk. Sedangkan tingkat
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan maksimum diperoleh PT Astra
International Tbk sebesar 88,2% (0,882).
Pada variabel likuiditas, hasil yang
didapat menunjukkan bahwa perusahaan
yang memiliki rasio likuiditas minimum
periode tahun 20042009 adalah PT Hanson
Internasional Tbk dengan nilai sebesar 0.004.
Likuiditas maksimum adalah 17,61 diperoleh
PT Mandom Indonesia Tbk.
Variabel leverage perusahaan diukur
dengan membagi total aktiva dengan total
kewajibannya.
Hasil
yang
diperoleh
menunjukkan leverage minimum selama
periode 2004-2009 adalah sebesar 0.0004
(diperoleh PT Fortune Mate Indonesia Tbk)
sedangkan nilai maksimum sebesar 2,381
(diperoleh PT Inter Delta Tbk).

Variabel
Mean
Maksimum Standar

Deviasi

Minimum

Pada
variabel
profitabilitas,
menunjukkan bahwa nilai profitabilitas
maksimum sebesar 4,288 dimiliki oleh PT
Akashawira Internasional Tbk. Sedangkan
nilai minimum profitabilitas dimiliki PT
Century Textile Industri Tbk sebesar 0,0008.
Pada variabel ukuran perusahaan yang
diukur dengan menggunakan Logaritma
natural (total aktiva), menunjukkan hasil
bahwa perusahaan yang mempunyai ukuran
perusahaan yang paling kecil periode tahun
2004-2009 adalah PT Inter Delta Tbk dengan
nilai 23,91. Sedangkan nilai ukuran
perusahaan yang paling besar dimiliki PT
Astra International Tbk dengan nilai
maksimum sebesar 32,12.
Porsi saham publik diukur dengan membagi
jumlah saham yang dimiliki publik dengan
total saham, menunjukkan hasil bahwa
perusahaan dengan porsi saham publik
minimum periode tahun 2004-2009 adalah PT
Pioneerindo Gourmet International Tbk
sebesar 26% (0,026). Sedangkan maksimum
sebesar 96% (0,96) dimiliki oleh PT Hanson
International Tbk.
Pada variabel umur perusahaan, hasil yang
didapat menunjukkan bahwa perusahaan
yang memiliki umur perusahaan minimum
periode tahun 2004-2009 adalah PT Aneka
Kemasindo Utama Tbk dengan nilai sebesar 1
tahun. Umur perusahaan maksimum adalah
32 tahun diperoleh PT Holcim Indonesia Tbk.

Tabel 5.2 Status Perusahaan


varia stat freku %
bel
us ensi
PM
64
Status
182
DN
,5

Berdasarkan frequencies table dapat


disimpulkan bahwa Terdapat 182 perusahaan
yang mempunyai status PMDN (Perusahaan
Milik Dalam Negeri), yaitu 64,5% dari jumlah
sampel perusahaan. Dan terdapat 100
perusahaan yang mempunyai status PMA
(Perusahaan Milik Asing), yaitu 35,5% dari
jumlah sampel perusahaan.

95%. Hasil perhitungan juga menunjukkan


bahwa semua variabel bebas memiliki VIF
kurang dari 10 (<10). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada gejala multikolinearitas
dalam model regresi yang digunakan.

5.2. Pengujian Asumsi Klasik


5.2.1. Uji Normalitas Data
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Data

Sumber : Data diolah


Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan
tidak ada gangguan heteroskedastisitas yang
terjadi dalam proses estimasi parameter
model penduga, dimana nilai probabilitas
Koefisien
signifikansi
Korelaslebih besar dari =0/05. Jadi
Variabel
p
i Rank
secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa
Spearm
tidak ada masalah heteroskedastisitas
an
(homoskedastisitas)
dalam penelitian ini.
0,6
5.2.4.
Uji
Autokorelasi
Likuiditas 0,028
36
Untuk menguji adanya pengaruh autokorelasi
0,5
Leverage
0,035
dalam penelitian
ini digunakan metode
58
Durbin-Watson test.
Profitabili
0,3 Sampel sebanyak 282 dan
-0,053menjelaskan sebanyak 7 macam
variabel
yang
tas
78
variabel, maka nilai D-W pada tingkat
Ukuran
kepercayaan 5% ( = 0,05) adalah dL =1,69 dan
nilai dU =1,84, maka didapatkan nilai 4 dL
yaitu (4 1,69 =2,31) dan 4 dU yaitu (4
1,84 = 2,16). Hasil perhitungan memperoleh
nilai Durbin-Watson (D-W)=1,980. Hal ini
berarti nilai D-W berada di daerah bebas
autokorelasi, yaitu nilai dU < D-W < 4-dU yaitu
1,84 < 1,980 < 2,16.

HSumber
in ber didal
sa
: Data Diolah
al i artiDariam
mp
hasil perhitungan Kolmogorovel
Smirnov dapat diketahui
bahwa harga -value
semua variabel ternyata lebih besar dari taraf
signifikan (0.,095>0,05), maka dapat
dinyatakan bahwa seluruh data memiliki
sebaran data yang normal.
Variabe
KS Multikolinearitas
Sig p- Ke
5.2.2. Uji
l Tabel 5.4 val
Hasilt Uji Multikolinieritas
Unstan
dardize

ue

Sumber : Data diolah


Dari hasil perhitungan
multikolinearitas menunjukkan bahwa semua
variabel independen memiliki nilai tolerance
lebih dari 0,1 (10%), artinya tidak ada korelasi
antar variabel bebas yang nilainya lebih dari

Tolera VI
nce
F
1,2
Likuiditas0,806
41
1,4
Leverage 0,704
21
Profitabili
1,0
0,959
tas
43
Ukuran
1,1
Variabel

5.2.3. Uji Heteroskedastisitas


Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas

5.3. Analisis Regresi Linear Multiple


Tabel 5.7 Hasil Analisis Regresi Linear
Multiple
Keterangan

Koefisien
Nilai
Nilai
Regresi t p
Konstanta -0,134 -2,567 0,011 Likuiditas 0,00467
2,831 0,005 Leverage 0,4024 3,470 0,001 Profitabilitas
0,00667 0,932 0,352 Ukuran persh. 0,02807 14,890
0,000 Status persh. -0,02731 -3,756 0,000 saham
publik 0,034593 2,374 0,018 Umur persh. 0,00034
0,587 0,557

Sumber : Data diolah


Model persamaan regresi linear
multiple dan hasil analisis yang diperoleh
adalah : Y = -0,134 + 0,00467 X1 + 0,4024 X2 +
0,00667 X3 + 0,02807 X4 -0,02731 X5 + 0,03593
X6 + 0,00034 X7 + e

regresi berganda, diperoleh nilai F sebesar


41,396 dengan tingkat signifikansi -value =
0,000
(signifikan
pada
=5%),
Ini
menunjukkan -value < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwavariabel
independen
(Likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran
5.perusahaan,
Pengujian status perusahaan, porsi saham
4.publik,
Ketepatan
dan umur perusahaan) secara
Model
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
dan Koefisien
variabel
dependen, yaitu kelengkapan
Determinasi laporan keuangan. Hal ini
pengungkapan
5.menunjukkan
Pengujian
bahwa model regresi yang
digunakan tersebut sudah fit / cocok.
5.4.2. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Dari pengujian dengan analisis regresi
berganda, diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar
0,502 (Lampiran 13). Hal ini menunjukkan
bahwa hanya 50,2% variasi dari indeks
kelengkapan pengungkapan dalam laporan
keuangan dapat dijelaskan oleh variabel
likuiditas, leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, status perusahaan, porsi saham
publik, dan umur perusahaan, sedangkan
sisanya sebesar 49,8% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak masuk dalam model
penelitian.
5.5.
Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Uji-t
Variabel thitung p Ket

Sumber : Data diolah


Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai

probabilitas variabel likuditas, leverage,


ukuran perusahaan, status perusahaan, dan
porsi saham publik adalah lebih kecil dari
0,05. Ini berarti variabel-variabel tersebut
berpengaruh
terhadap
kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan
variabel profitabilitas, dan umur perusahaan
mempunyai nilai probabilitas lebih besar dari
0,5. Ini berarti kedua variabel tersebut tidak
berpengaruh
terhadap
kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
5.6.
Pembahasan
Hasil
Penelitian
5.6.1.
Pengaruh Likuiditas
Perusahaan terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Pada penelitian ini didapatkan hasil
sesuai
Likuidi
2,83dengan
0,0 Signi yang diprediksikan bahwa
taslikuiditas
1 05(Xfikan
1) mempunyai pengaruh positif
Leverag
3,47 0,0 Signi
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
e laporan
0 keuangan.
01 fikan
Perusahaan dengan rasio
Profita 0,93 0,3 Tdk
likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya
bilitas 2 52 Sig.
kemampuan perusahaan tersebut dalam
Ukura 14,8 0,0 Signi
memenuhi
hutang jangka pendeknya, dapat
n
90 00 fikan
dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi
yang sehat. Kekuatan perusahaan yang
ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang
tinggi akan berhubungan dengan tingkat
pengungkapan yang tinggi. Hal ini
didasarkan pada harapan bahwa kuatnya
finansial suatu perusahaan akan cenderung
memberi pengungkapan yang lebih untuk
memberikan informasi yang lebih luas dari
pada perusahaan yang memiliki kondisi
financial yang lemah (Subiyantoro,1996).

Hasil penelitian ini mendukung


penelitian Subiyantoro
(1996)
dimana
likuiditas perusahaan secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Namun
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
Almilia dan Retrinasari (2003) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
antara

5.6.2. Pengaruh Leverage Perusahaan


terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Pada penelitian ini diperoleh hasil
bahwa leverage (X2) berpengaruh positif
terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Perusahaan dengan
leverage tinggi menanggung biaya
pengawasan yang tinggi. Jika menyediakan
informasi secara lebih komprehensif akan
membutuhkan biaya lebih tinggi, maka
perusahaan dengan leverage tinggi akan
menyediakan informasi secara lebih lengkap
(Jensen dan Meckling,1976).
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Naaim dan
Rakhman (2000). Penellitian ini juga
didukung oleh penelitian Subiyantoro (1996),
dimana perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk
likuidi
perusah
den
memenuhi
kebutuhan
informasi kreditur
tas
aan
gan
jangka panjang, sehingga perusahaan akan
kelengpengun
lap
menyediakan informasi
secara lebih lengkap.
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian yang sebelumnya
telah dilakukan Almilia dan Retrinasari
(2003) yang menyatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara leverage perusahaan
dengan kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
5.6.3.
Pengaruh Profitabilitas
Perusahaan terhadap
Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Pada varabel profitabilitas (X3) diperoleh hasil
bahwa variabel ini tidak mempengaruhi
kelengkapan
pengungkapan
laporan
keuangan. Hasil ini tidak sesuai dengan yang
diprediksikan yaitu bahwa rasio profitabilitas
mempunyai pengaruh positif terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan

keuangan.
Pengaruh tidak signifikan dari profitabilitas
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan, diduga karena manajemen
enggan
mengungkapkan
laporan
keuangannya
secara
berlebih
maka
perusahaan pesaing bisa lebih mudah
mengetahui strategi perusahaan sehingga
dapat melemahkan posisi perusahaan dalam
persaingan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian Almilia dan Retrinasari
(2003), yang menyatakan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Namun
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Fitriyani (2001), Simanjuntak dan
Widiastuti (2000) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.

5.6.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan


terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan
Penelitian ini juga berhasil
membuktikan bahwa variabel ukuran
perusahaan (X4) berpengaruh positif terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan. Artinya semakin

keuangan. Hal ini berarti perusahaan besar di


pasar modal merupakan entitas yang banyak
disorot oleh publik, sehingga harus
mengungkapkan lebih banyak informasi
sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk
mewujudkan akuntabilitas publik. Semakin
besar ukuran perusahaan maka akan semakin
tinggi kelengkapan pengungkapan laporan
bes
uku perusa ma dimana
keuangannya,
perusahaanar
ran haan, besar
ka
perusahaan
rata-rata cenderung
se
bes inde besar
kelen atas permintaan publik
berpotensi
(publik banyak menginginkan informasi
perusahaan tersebut). Perusahaan besar juga
memiliki sumber daya yang cukup untuk
mengumpulkan dan menampilkan informasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Marwata
(2001), Fitriyani (2001), dan Wallace et al.
(1994). Namun hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya
oleh Amilia dan Retrinasari (2003) yang
menyatakan bahwa perusahaan besar belum
tentu mengungkapkan informasi yang lebih
lengkap, sebaliknya perusahaan kecil yang
lebih banyak mengungkapkan informasi.
5.6.5.
Pengaruh Status
Perusahaan terhadap
Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status
perusahaan
(X5)
berpengaruh
negatif
terhadap indeks kelengkapan pengungkapan
dalam laporan keuangan. Kondisi ini
disebabkan
adanya
perusahaan
yang
berstatus domestik (PMDN) tetapi tingkat
kelengkapan pengungkapannya di atas ratarata.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriani (2001) bahwa variabel
status perusahaan mempunyai pengaruh
secara
negatif
terhadap
kelengkapan
pengungkapan wajib. Perusahaan dengan
status PMA (Perusahaan Milik Asing) maka

indeks kelengkapan pengungkapan wajibnya


lebih rendah jika dibandingkan dengan
perusahaan
yang
statusnya
PMDN
(Perusahaan Milik Dalam Negeri).
Hal ini tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Suripto (1999). Dalam
penelitiannya menyatakan bahwa Perusahaan
asing mempunyai konsistensi pengungkapan
laporan keuangan tahunan yang lebih
lengkap daripada perusahaan domestik.
Hasil penelitian ini juga tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susanto (1992), dan Sabeni (2001) yang
mengidentifikasikan
bahwa
terdapat
hubungan positif antara status perusahaan
dengan kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
5.6.6.
Pengaruh Porsi Saham
Publik Perusahaan terhadap
Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan
Pada variabel porsi saham publik (X6)
diperoleh
hasil
bahwa
variabel
ini
berpengaruh positif terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Semakin
besar porsi saham yang dimiliki publik maka
semakin
banyak
pula
butir-butir
pengungkapan laporan keuangan yang
dituntut oleh para investornya, sehingga akan
semakin tinggi kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan


laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa
penelitian sebelumnya yaitu penelitian
semakin tinggi likuiditas perusahaan maka
Simanjuntak
dan
Widiastuti
(2000)
pengungkapan laporan keuangan akan
menyebutkan bahwa persentase kepemilikan
semakin lengkap.
saham publik berpengaruh pada luas
Leverage perusahaan berpengaruh secara
pengungkapan. Namun hasil penelitian ini
statistik signifikan dengan arah positif
tidak konsisten dengan penelitian yang
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
dilakukan oleh Naim dan Rakhman (2000)
laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa
yang menunjukkan bahwa tidak ditemukan
semakin tinggi leverage perusahaan semakin
adanya hubungan yang signifikan antara
besar pula agency cost atau dengan kata lain,
porsi saham publik dengan kelengkapan
untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka
pengungkapan laporan keuangan.
panjang
perusahaan
dituntut
untuk
5.6.7. Pengaruh Umur Perusahaan
melakukan pengungkapan yang lebih
terhadap Kelengkapan
lengkap.
Pengungkapan Laporan
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
Keuangan
kelengkapan
pengungkapan
laporan
Pada variabel umur perusahaan (X7)
keuangan. Hal ini berarti bahwa manajemen
PENUTUP mengungkapkan
diperoleh hasil bahwa variabel ini tidak Venggan
laporan
mempengaruhi kelengkapan pengungkapan I. keuangannya
secara
berlebih
maka
laporan keuangan. Hasil ini tidak sesuai 6.perusahaan pesaing bisa lebih mudah
Simpulan
dengan yang diprediksikan yaitu bahwa rasio
mengetahui strategi perusahaan sehingga
umur perusahaan berpengaruh terhadap
dapat melemahkan posisi perusahaan dalam
kelengkapan
pengungkapan
laporan
persaingan.
keuangan.
Ukuran perusahaan berpengaruh
Umur perusahaan tidak dipandang
secara statistik signifikan dengan arah positif
sebagai penentu kelengkapan pengungkapan
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan, karena belum tentu
laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa
perusahaan yang sudah lama berdiri akan
semakin besar ukuran perusahaan maka akan
mengungkapkan laporan keuangan yang
semakin tinggi kelengkapan pengungkapan
lebih lengkap. sebaliknya perusahaan
laporan keuangannya.
berumur muda cenderung mengungkapkan
informasi lebih lengkap dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih dahulu
terdaftar di BEI. Hal ini mungkin
dikarenakan oleh adanya peraturan yang
ditetapkan oleh Bapepam-LK mengenai
ketentuan pengungkapan laporan keuangan,
serta kemungkinan lain adalah untuk
menarik perhatian investor.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian dari Simanjuntak dan Widiastuti
(2000), Wallace et al. (1994). Namun hasil
penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian Marwata (2001) dan Fitriani (2001)
yang menyatakan bahwa umur perusahaan
memiliki hubungan positif dengan kualitas
pengungkapan.

disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh


secara statistik signifikan dengan arah positif
terhadap
kelengkapan
pengungkapan

Status
perusahaan
berpengaruh
negatif terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa
perusahaan dengan status asing maka indeks
kelengkapan pengungkapan wajibnya lebih
rendah
jika
dibandingkan
dengan
perusahaan yang berstatus domestik.
Porsi saham publik berpengaruh
secara statistik signifikan dengan arah positif
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan. semakin banyak pihak
yang membutuhkan informasi tentang
perusahaan, semakin banyak pula detaildetail butir yang dituntut untuk dibuka dan
dengan demikian pengungkapan perusahaan
akan semakin lengkap.
Umur perusahaan tidak berpengaruh
terhadap
kelengkapan
pengungkapan
laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa
umur perusahaan tidak dipandang sebagai
penentu kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
6.2.
Implikasi Hasil Penelitian
1) Hasil
penelitian
ini
telah
membuktikan bahwa terdapat faktorfaktor (likuiditas perusahaan, leverage
perusahaan. Ukuran perusahaan,
status perusahaan, dan porsi saham
publik)
yang
mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan
pada
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
Dengan demikian, pengungkapan
item
informasi
dalam
laporan
keuangan adalah keputusan pihak
manajemen
perusahaan
setelah
mempertimbangkan antara manfaat
dan biaya pengungkapan. Pihak
manajemen akan mengungkapkan

informasi jika manfaat yang diperoleh


lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan
berkaitan
dengan
pengungkapan tersebut. Faktorfaktor
tersebut juga dapat digunakan sebagai
alat analisa oleh pihak investor yang
akan menanamkan investasinya pada
perusahaan
yang
melakukan
pengungkapan laporan keuangan,
sehingga
pihak
investor
bisa
mendapatkan
keuntungan
sesuai
dengan yang diharapkan.
2)
Hasil
penelitian
ini
mendukung kebijakan dan peraturan
Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
yang
mewajibkan
perusahaan
manufaktur
untuk
melakukan
pengungkapan laporan keuangan
sesuai dengan SK Bapepam No.SE02/PM/2002 tanggal 27 Desember
2002.
6.3.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan, diantaranya adalah
sebagai berikut : 1) Keterbatasan
utama penelitian ini adalah
unsur subyektivitas dalam
mengukur kelengkapan
pengungkapan laporan
keuangan perusahaan. 2) Dalam
penelitian ini sampel yang
digunakan merupakan laporan
keuangan perusahaan
manufaktur saja, sehingga
kesimpulan yang dihasilkan dari
penelitian ini tidakdapat
digeneralisasi industri yang lain.

6.4.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya


Berdasarkan hasil penelitian di
atas, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut: 1) Untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya
mempertimbangkan perbaikan
dalam penilaian kelengkapan
pengungkapan dengan memberi
bobot pada tingkat perincian
suatu item informasi yang
diungkapkan oleh perusahaan,
sehingga indeks pengungkapan
menjadi lebih teliti. 2) Untuk
memperoleh hasil penelitian
yang lebih baik, sebaiknya
penelitian berikutnya
memperluas sampel penelitian
sehingga dapat menggambarkan
kelompok sampel lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Alford, A.,J. Jones, dan R. Leftwitch .
1993. The Relative
Informativeness of Accounting
Disclosure in Different Countries.
Journal of Acounting Research.
Vol.31. pp 188213 Almilia,
Luciana Spica dan Ikka
Retrinasari. 2003. Analisis
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap
Kelengkapan Pengungkapan
dalam Laporan Tahunan
Perusahaan yang Terdaftar di
BEJ. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.
Vol.5, No.2, Agustus 2003:61-70
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal
Indonesia. Media Soft Indonesia. Jakarta
Accounting Principles Board. 1971. Basic
Concepts and Accounting Principles

Underlying Financial Statements of


Business Enterprises. AICPA. 22
BAPEPAM, Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten
atau
Perusahaan
Publik
Industri
Manufaktur
(online,
www.bapepam.go.id)
Belkaoui, A.R., Kahl A. dan Peyrard J.,
1979. information Needs of Financial
Analysts : An International Comparison.
The International Journal Acounting
Education and Research. Vol.13. Fall,
pp.19-27
Brigham, Eugene F dan Houston, F.
Joel. 1993. Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jilid 2. Edisi Indonesia ke 9.
Penerbit Erlangga.
Buzby, S. L. 1975. Company Size, Listed
versus Unlisted Stocks, and Extent of
Financial
Disclosure.
Journal
of
Accounting Research, Spring, hlm. 16 -37.
Chariri, Anis dan Iman Ghozali. 2003.
Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Universitas
Diponegoro. Semarang
Cooke, T. E. 1992. The Impact of Size,
Stock Market Listing and Industry Type
on Disclosure in the Annual Reports of
Japanese
Listed
Corporations.
Accounting and Business Research, 22,
Summer, hlm. 229-237.
Courtis, J.K. 1976. Relationship Between
Timeliness of Corporate Reporting and
Corporate Attributes . Journal of
Accounting Research. Autumn pp204-219
Darrough, Masako N., 2000. Disclosure
Policy and Competition: Cournot vs
Bertrand. The Accounting Review, Vol. 66
No.3, Juli, 534-561
Djarwanto P, 2001. Mengenai Beberapa Uji
Statistik Dalam Penelitian. Liberty.
Yogjakarta
Evans, Thomas G. 2002. Accounting
Theory: Contemporary Accounting

Issues. Thomson, South-Western.


Australia
Fitriyani. 2001. Signifikansi Perbedaan
Tingkat
Kelengkapan
Wajib
dan
Sukarela pada Laporan Keuangan
Perusahaan Publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi IV. Hlm 133-154
Gujarati, Damodar. 2001. Ekonometrika Dasar,
diterjemahkan
oleh
Sumarno
Zein.
Erlangga. Jakarta
Gunawan,
Yuniati.
2003.
Analisis
Pengungkapan
Informasi
Laporan
Tahunan
Pada
Perusahaan
Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi VI. Hlm
80-92
Hadi, Noor, dan Arifin Sabeni. 2002.

Laporan Tahunan Go Publik di


BEJ. Jurnal Maksi, Vol. 1, hal. 90
105
Hanafi, Mahmud. dan Abdul Halim. 2000.
Analis
Analisa FaktorLaporanyaKeuangan. UPP AMP
a Faktor
ng
YKPN.
Yokyakarta
Mempeng
Lu 2007. Teori Akuntansi
Harahap, Sofyan Safri.

Laporan Keuangan. BumiAksara. Jakarta


Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. 2001.
Perangkat dan Teknis Analisis Investasi di
Pasar Modal Indonesia. PT Bursa Efek
Indonesia. Jakarta
Hartono,Jogiyanto.2000.Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. BPFE. Yokyakarta
Hendriksen, Eldon S. 1994. Teori Akuntansi.
Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van
Breda. 2002.Teori Akuntansi. Buku 2.
Interaksara. Batam
Horne, James C.V dan John M.Wachowicz.
1997.
Prinsip-prinsip
Manajemen
Keuangan. Buku I. Salemba Empat.
Jakarta

Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori


Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
ketiga. Unit Penerbit dan Percetakan
(UPP) AMP YKPN. Yokyakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar
Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta
Imhoff Jr., E. A., 1992. The Relation
Between Perceived Accounting Quality
and Economic Characteristics of the
Firm. Journal of Accounting and Publik
Policy, Vol.11 Summer. hlm 97-118
Jensen, M. dan W. Meckling., 2004.
Theory of the Firm : Managerial
Behavior Agency Cost, and Ownership
Structure. Journal of Finance Econmics 3,
hlm. 305-360.
Lang, Mark H., dan Russel J. Lundholm.
1996. Corporate Disclosure Policy

Marwata. 2001. Hubungan Antara


Karakteristik Perusahaan Dan Kualitas
Ungkapan Sukarela Dalam Laporan
Tahunan
Perusahaan
Publik
Di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi
IV. hlm 155-173.
Anal Behav
T Management Discussion
McBride,
P., 1996.
and
he Australian Perspective,
ior. An
and ist
Analysis
N of CPAs, Melbourne
Australian
Society
Accoun
Revi Vol.
Australia
Meek, Gary K., Clare B. Robert, dan
Sidney J. Gray, 1995. Factors Influencing
Voluntary Annual Report Disclosures by
U. S., U. K., and Continental European
Multinational Corporations. Journal of
International Business Studies, Vol. 26,
Third Quarter, hlm. 555-572.
Munawir.
2001.
Analisa
Laporan
Keuangan. Liberty. Yokyakarta
Naaim/ Ainun dan Fuad Rahkman. 2000.
Analisis Hubungan antara

Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan dengan
Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Vol.15.No.1.hlm 70-82
Saidi.
2004.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada
Perusahaan Manufaktur Go Public di
BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi. Vol.11,No.1,Maret 2004, hlm
44-58.
Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis
Pengambilan Keputusan Bisnis. Jilid
II. Salemba Empat. Jakarta
Simanjuntak, Binsar H., dan Lusy Widiastuti,
2000,
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset
Akuntansi, Vol. 7, hlm 351-366.
Singhvi, Surendra S., dan Harsha B. Desai.
1971, An Empirical Analysis of the
Quality
of
Corporate
Financial
Disclosure. The Accounting Review, hlm
129-138
Subiyantoro, Edi. 1996. Hubungan antara
Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan
dengan
Karakteristik
Perusahaan
Publik
di
Indonesia.
Simposium
Nasional
Akuntansi
I.Yogyakarta
Sundjaja, Ridwan S dan Inge Barlian, 2003.
Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. PT.
Intan Sejati. Klaten
Suripto,
Bambang. 1999. Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap

Susanto, Djoko. 1992. An Imperical

Luas Pengun
gkapan
Dala
m
Tahunan.

Suka
rela
Lap
oran
Nasi

Investigation of The Extent of Corporate


Dislosure in Annual Report Companies Listed
on The Jakarta Stock Exchange. Ph.D
Dissertation. University of Arkansas. USA
Suta, I Putu Gede Ary. 2000.
Menuju Pasar Modal Modern.
Yayasan SAD Satria Bakti. Jakarta
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty.
2005. Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan terhadap
Tindakan Perataan Laba yang
dilakukan oleh Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Simposium Nasional Akuntansi VIII.
hlm 136-146
Wallace, R. S. Olusegun, Kamal Naser,
dan Aracelu Mora. 1994. The Relation
Between the Comprehensiveness of
Corporate Annual Report and Firm
Characteristics in Spain. Accounting and
Bussiness Research. Vol.25, Winter pp 4153
Weston, J.Fred dan Eugene F. Brigham.
1993. Manajemen Keuangan. Erlanggga.
Jakarta
Whittred, G.P., 1980, Audit Qualification
and the Timeliness of Corporate Annual
Reports, The Accounting Review, Vol. IV.
Zarzeski, M.T. 1996. Spontaneous
harmonization effects of culture and
market forces on accounting disclosure
practices. Accounting Horizons. Vol. 10:
18-37.
Zubaidah, Siti dan Zulfikar. 2005.
Pengaruh Faktor-Faktor Keuangan dan
Nonkeuangan terhadap Pengungkapan
Sukarela Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4, No. 1: 4883
http://www2.idx.co.id/
http://www.idx.co.id

You might also like