Professional Documents
Culture Documents
SKIZOFRENIA RESIDUAL
Oleh:
Miftahul Jannah, S. Ked
NIM: 70 2010 005
Pembimbing :
dr. Latifah, Sp. KJ, M. Kes
I.
IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Suku / Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. L
58 tahun
Perempuan
Menikah
Palembang / Indonesia
SMP
Ibu Rumah Tangga
Katolik
Jl. Kapt. A. Rivai Taman Mandiri Blok. 2 No. 3
Palembang
Datang ke RS
: Senin, 30 Desember 2014
Cara ke RS
: Diantar Keluarga
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat
RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang
II.
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada Senin, 30 Desember 2014
2. Alloanamnesis dengan Kakak kandung penderita pada Senin, 30
Desember 2014
A. Keluhan Utama
Penderita gelisah 2 hari yang lalu.
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak tahun 2000 pasien sering di rawat di RS dr. Ernaldi Bahar.
Awalnya pasien sering mengoceh-ngoceh sendiri, susah tidur dan
mendengar bisikan-bisikan. Keluarga pasien tidak tahu stressor apa yang
menyebabkan perubahan perilaku pasien saat itu.
Pada tahun 2013 dan 2014 pasien dirawat di RS dr. Ernaldi Bahar
sebanyak 7 kali. Terakhir pasien dirawat dengan keluhan gelisah, mondar
mandir di dalam rumah dan menutup diri serta diam. Setelah pulang
penderita kontrol teratur tetapi malas minum obat.
Menurut kakak pasien, os dibawa ke RS dr. Ernaldi Bahar dengan
keluhan gelisah semenjak 2 hari SMRS, keluhan ini disertai bingung,
diam, pandangan kosong, mondar-mandir di dalam rumah, selalu berhias
di depan kaca, tidak bisa tidur, tidak mandi dan makan minum dipaksa.
Sebelumnya pasien tidak mau minum obat karena menurut pasien obat
adalah racun. Pasien sering berganti celana karena merasa terdapat banyak
darah di celana.
Saat ini pasien menyangkal adanya bisikan-bisikan yang tidak jelas
dan percobaan bunuh diri.
III.
IV.
sangat berkecukupan.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.
: Penderita, 58 tahun
D. Riwayat pendidikan
Penderita sekolah sampai tamat Sekolah Menengah Pertama.
E. Riwayat pekerjaan
Wiraswasta (buka toko), namun penderita sudah tidak bekerja lagi
sejak 5 tahun yang lalu.
F. Riwayat pernikahan
Penderita sudah menikah dan bercerai serta tidak mempunyai anak.
G. Agama
Penderita beragama Katolik
H. Riwayat pelanggaran hukum
Penderita tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum
maupun berurusan dengan pihak berwajib.
I. Persepsi Tentang Diri dan Kehidupan
Penderita merasa sakit pada kedua lutut.
V.
2. Isi pikiran :
- Preokupasi
: (-)
- Gangguan pikiran : Waham (-)
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Tingkat kesadaran dan kesigapan : compos mentis
2. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : baik
3. Daya ingat
-
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
6. Kemampuan visuospasial
: Penderitadapat menjelaskan
cara perjalanan dari rumahnya sampai tiba ke RS. dr. Ernaldi Bahar
Palembang
7. Kemampuan menolong diri sendiri : terganggu, pasien tidak mau
mandi, makan dan minum dipaksa.
G. Pengendalian Impuls
Impulsivitas masih terkendali
H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : baik
2. Uji daya nilai
: baik
3. Penilaian realita : RTA terganggu dalam hal pikiran, perasaan,
perbuatan, dan perilaku.
4. Tilikan : Derajat 4 : sadar dirinya sakit akibat sesuatu yang tak
diketahui dalam dirinya
I. Taraf Dapat Dipercaya
Penjelasan yang diberikan penderita dapat dipercaya.
VI.
A. Status Internus
- Keadaan umum : cukup stabil
- Kesadaran
: compos mentis
- Tanda vital
: TD : 110/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 22 x/menit
Temp : 36,0 0C
- Kepala
: normosefali, conj. palpebra tidak anemis,
sklera ikterik (-)
- Thorax
: Jantung : SI-SII normal, suara tambahan (-)
Paru : vesikuler normal (+)
- Abdomen
: datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-)
- Ekstremitas
: hangat, edema (-), sianosis (-)
B. Status Neurologikus
GCS: 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
Fungsi sensorik : tidak terganggu
Fungsi motorik : kekuatan otot
tonus otot
5
5
Ekstrapiramidal sindrom
:
Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal seperti tremor (-), bradikinesia (-),
N
N
N5
N5
pasien
mengalami gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan dengan adanya
gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya disfungsi dan distres
(penderitaan). Dengan demikian walaupun tidak ditemukan faktor pencetus
tetap dapat disimpulkan penderita mengalami suatu gangguan kejiwaan.
Pada pemeriksaan status internus tidak ditemukan adanya kelainan.
Tidak ditemukan adanya riwayat kejang, riwayat demam tinggi dan riwayat
trauma kapitis. Selain itu, penderita tidak ditemukan riwayat hipertensi dan
diabetes melitus. Status neurologi juga tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologi dapat
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan kejiwaan yang
diderita selama ini. Dengan demikian, gangguan mental oganik (F00 F09)
dapat disingkirkan.
Pada wawancara psikiatri tidak ditemukan penderita memiliki riwayat
minum-minuman beralkohol serta penderita tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan terlarang sehingga kemungkinan gangguan mental akibat zat
psikoaktif (F10 F19) juga dapat disingkirkan.
Pada diagnosis multiaksial aksis I ditemukan adanya halusinasi visual
yaitu merasa terdapat banyak darah di celana serta gejala negatif yaitu
aktivitas menurun, afek yang tumpul, sikap pasif dan tidak ada inisiatif,
jarang berbicara dan komunikasi non verbal yang buruk. Pada kasus ini
gelisah, bingung, diam, pandangan kosong, mondar-mandir di dalam rumah,
tidak tidur, tidak mandi dan makan minum harus dipaksa. Pada pasien ini
sudah berulang kali di rawat di RSJ Dr. Ernaldi Bahar karena keluhan
6
berulang sejak tahun 2000. Menurut kakak pasien, pasien dirawat pada
tahun 2013 dan 2014 sebanyak 7 kali, terakhir pada tanggal 2 Desember
2014 dengan diagnosa skizofrenia paranoid. Maka, diagnosis pada penderita
ini termasuk dalam F.20.5 Skizofrenia Residual.
Pada diagnosis multiaksial aksis II tidak ada diagnosis.
Pada aksis III tidak terdapat diagnosis gangguan medik.
Pada aksis IV tidak terdapat masalah dalam kehidupannya
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF)
Scale 60-51.
Diagnosis Banding Episode depresif.
Berdasarkan PPDGJ-III untuk menegakkan diagnosa skizofrenia
paranoid harus memenuhi persyaratan berikut ini:
(a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka,
kontak makan, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan
kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa
lampauyang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dan
skizonfrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,
depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.
IX.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.5 Skizofrenia Residual
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF Scale 60-51
X.
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
7
PROGNOSIS
A. Quo ad vitam
: Dubia ad malam
B. Quo ad functionam : Dubia ad malam
C. Quo ad sanasionam : Dubia ad malam
Lodomer 2 x 5 mg IM (Haloperidol)
Risperidon 2 x 3 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg
Chlorpromazine 2 x 100 mg (jika perlu)
B. Psikoterapi
1. Terhadap penderita
a. Memberikan edukasi terhadap penderita agar minum obat teratur
dan memberitatu kalau obat tersebut bukan racun.
b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa
percaya diri individu, dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
c. Memotivasi penderita agar semangat dalam menjalani hidup.
2. Terhadap keluarga
a. Menggunakan metode psiko-edukasi dengan menyampaikan
informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang
dapat dilakukan sehingga keluarga dapat memahami dan
menerima kondisi penderita serta membantu penderita dalam
hal minum obat serta kontrol secara teratur dan mengenali
gejala-gejala kekambuhan untuk segera dikonsultasikan kepada
dokter.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit dan proses penyembuhan
penyakit pada penderita.
BAB II
DISKUSI
Pada kondisi penderita ditemukan halusinasi visual. Selama wawancara
psikiatri, terdapat kontak yang kurang dari penderita, sikap penderita kooperatif,
ekspresi wajah datar, artikulasi jelas, dan volume suara datar dan terkadang,
penderita menghadap ke arah lain.
Pada penderita dipilih terapi lodomer 2 x 5 mg IM dengan zat aktif
haloperidol sebagai terapi pada pasien yang putus obat dengan injeksi yang
bersifat long acting. Chlorpromazine 2 x 100 mg sebagai anti psikotik dan juga
mempunyai efek sedatif. Chlorpromazine dipakai jika perlu apabila pasien sulit
tidur karena efek sedatif yang tinggi. Haloperidol dan Chlorpromazine termasuk
ke dalam anti psikotik golongan tipikal. Mekanisme kerja anti psikotik golongan
tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor
antagonists), sehingga efektif untuk gejala positif. Penderita juga diberikan obat
anti psikotik golongan atipikal berupa Risperidon 2 x 3 mg dengan mekanisme
kerja berafinitas terhadap (Dopamine D2 receptor antagonists) dan juga serotonin
5 HT2 Receptors (Serotonin dopamin antagonists) sehingga efektif juga untuk
gejala negatif. Penderita diberikan Trihexyphenidyl 2 x 2mg untuk mengurangi
efek ekstra piramidal yang ditimbulkan oleh penggunaan obat antipsikotik.
Pada penderita ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam
perspektif dalam bahasa kata psikoterapi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa
dan hati. Sedangkan dalam bahasa Inggris bermakna pengobatan dan
penyembuhan.
Dalam hal ini diberikan edukasi terhadap penderita agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek samping
yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum
obat. Penderita memahami edukasi yang diberikan namun terkadang tidak mau
menuruti apa yang sudah disampaikan karena merasa sudah sehat.
Keluarga penderita juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi dengan menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai
kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang dapat
9
TABEL FOLLOW UP
30 Desember
2014
IGD
perlu)
31 Desember
2014
Bangsal
Cempaka Kelas
I
1 Januari 2015
Bangsal
Cempaka I
2 Januari 2014
Bangsal
Cempaka I
11
3 Januari 2014
Bangsal
Cempaka I
4 Januari 2014
Bangsal
Cempaka I
5 Januari 2014
Bangsal
Cempaka I
6 Januari 2014
Bangsal
Cempaka VIP
12
8 Januari 2014
Bangsal
Cempaka VIP
9 Januari 2014
Bangsal
Cempaka VIP
13
10 Januari 2014
Bangsal
Cempaka VIP
11 Januari 2014
Bangsal
Cempaka VIP
12 Januari 2014
Bangsal
Cempaka VIP
14