Professional Documents
Culture Documents
Stage 1: Kidney damage with normal or increased GFR (>90 mL/min/1.73 m2)
Stage 2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
Stage 3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
Stage 4: Severe reduction in GFR (15-29 mL/min/1.73 m2)
Stage 5: Kidney failure (GFR <15 mL/min/1.73 m2 or dialysis)
Penyakit ginjal obstruktif seperti pembesaran prostat, batu saluran kemih, dan refluks
ureter.
Pada sebagian besar kasus penyebab utama GGK adalah diabetes dan tekanan darah
yang tinggi. Diabetes terjadi apabila kadar gula darah melebihi batas normal, menyebabkan
kerusakan organ-organ vital tubuh seperti jantung dan ginjal, serta pembuluh darah, syaraf
dan mata. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi, terjadi apabila tekanan darah pada
pembuluh darah meningkat dan jika tidak dikawal, hipertensi bisa menjadi punca utama
kepada serangan jantung, strok dan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik juga bisa
menyebabkan hipertensi (NKF, 2010).
Glomerulonefritis
kronik dari infeksi ginjal yang berulang berlangsung selama beberapa tahun. Pada
pielonefritis kronik, tanda yang terus menerus muncul adalah bakteriuria sampai pada saat
ketika jaringan ginjal sudah mengalami pemarutan (skar) yang berat dan atrofi sehingga
pasien mengalami insufisiensi ginjal yang ditandai dengan hipertensi, BUN (Blood Urea
Nitrogen) meningkat dan klirens kreatinin menurun.
Nefrosklerosis Hipertensif
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multipel, bilateral dan berekspansi
yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat
penekanan. Ginjal dapat membesar dan terisi oleh kelompok kista-kista yang menyerupai
anggur. Waktu perjalanan gagal ginjal kronik bervariasi, walaupun banyak anak yang dapat
mempertahankan fungsi ginjal yang adekuat selama bertahun-tahun. Pada anak-anak yang
dapat bertahan selama bulan pertama kehidupan,78% akan bertahan hingga melebihi 15
tahun.
Nefropati diabetika
Nefropati diabetika merupakan salah satu penyebab kematian terpenting pada diabetes
melitus yang lama. Sekitar 35% hingga 40% penderita diabetes tipe 1 akan berkembang
menjadi gagal ginjal kronik dalam waktu 15-25 tahun setelah awitan diabetes. Penderita
diabetes tipe 2 lebih sedikit yang berkembang menjadi gagal ginjal kronik. Diabetes melitus
menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati diabetika adalah
istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada diabetes melitus.
Nefropati Analgetik
Penyalahgunaan analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan cedera ginjal. Obat
yang pertama kali diduga menyebabkan nefropati adalah fenasetin (pereda nyeri). Namun
bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa yang menyebabkan kerusakan ginjal adalah
kombinasi dari aspirin dan fenasetin. The National Kidney Foundation telah
merekomendasikan pada keputusannya yang baru bahwa campuran analgetik hanya boleh
diberikan melalui resep.
Stadium II
Stadium kedua dinamakan insufisiensi ginjal.
Pada stadium ini, dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak
GFR besarnya 25% dari normal.
Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal.
Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari sampai 700 ml dan
poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan) mulai timbul.
Stadium III
Stadium ketiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000
nefron saja yang masih utuh.
Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal.
Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok.
Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu: oliguri karena kegagalan
glomerulus, sindrom uremik.
Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik
Gejala-gejala akibat gagal ginjal kronik dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Manifestasi klinis gagal ginjal kronik:
Umum
Kulit
Kepala dan leher
Mata
Kardiovaskular
Pernafasan
jantung,
Gastrointestinal
Kemih
Reproduksi
Saraf
Tulang
Sendi
Hematologi
Endokrin
Farmakologi
Anemia,
defisiensi
perdarahan
imun,
mudah
Multipel
Obat-obat yang diekskresi oleh ginjal
mengalami
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) akan menimbulkan gangguan pada berbagai sistem
atau organ tubuh, antara lain :
Gangguan pada Sistem Gastrointestinal
Restless leg syndrome. Penderita merasa pegal di tungkai bawah dan selalu
menggerakkan kakinya.
Burning feat syndrome. Rasa semutan dan seperti terbakar, terutama di telapak kaki.
Ensefalopati metabolik. Badan lemas, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor
dan kejang-kejang. d. Miopati. Kelemahan dan hipotropi otot-otot
Gangguan pada sistem ini berupa gangguan seksual seperti libido, fertilitas dan
ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun, sedangkan pada wanita timbul gangguan menstruasi dan gangguan ovulasi.
Gangguan lain dapat berupa gangguan toleransi glukosa, metabolisme lemak dan
metabolisme vitamin D.
Gangguan Cairan dan Natrium
Kekurangan air (dehidrasi) dan kekurangan garam (penurunan volume cairan
ekstraseluler) adalah dua kelainan utama dan sering terjadi pada GGK. Kelainan ini bersifat
reversible dan apabila koreksi tidak segera dilaksanakan akan merupakan tahap pertama
dari rangkaian kelainan yang akan menurunkan faal ginjal. Hidrasi dapat dipertahankan
dengan pemberian 3 liter air, sehingga urin yang terbentuk sekitar 2 - 2,5 liter. Natrium perlu
dibatasi, karena natrium dipertahankan dalam tubuh walaupun faal ginjal sudah menurun.
Foto polos abdomen dilakukan untuk menilai bentuk dan besar ginjal serta apakah
ada batu atau obstruksi lain. Sebaiknya dilakukan tanpa puasa karena dehidrasi akan
memperburuk fungsi ginjal.
Renogram Pemeriksaan
Renogram dilakukan untuk menilai fungsi ginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan
(vaskuler, parenkim dan ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
yaitu rekombinan eritopoeitin. Terapi sebaiknya lebih dini lagi pada pasien yang
diketahui mengidap penyakit kardiovasikular.
Asidosis metabolik Penurunan kemampuan ekskresi beban asam pada gagal ginjal
kronik menyebakan terjadinya asidosis metabolik. Umumnya manifestasi timbul
apabila LFG < 2ml/menit. Diet rendah protein 0.3 gram/hari dapat mengurangi
kejadian asidosis.
Pengobatan hiperurisemia Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia adalah
dengan pemberian alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan
menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh.
Pengobatan Pengganti
Pengobatan pengganti diberikan apabila faal ginjal yang masih tersisa sudah minimal
sehingga pengobatan konservatif tidak memberi pertolongan yang diharapkan lagi, keadaan
ini terjadi pada gagal ginjal terminal.
Dialisis
Hemodialisis Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui
dialiser (tabung ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian
darah kembali lagi kedalam tubuh pasien. Dialiser terdiri dari dua kompartemen yang
terpisah yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh
selaput semipermiabel buatan.
Dialisis peritoneal Dialisis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis yang
menggunakan membran peritoneum yang bersifat semipermeabel. Melalui membran
tersebut darah dapat difiltrasi. Sekitar 2 L dialisat steril dihangatkan sesuai suhu
tubuh kemudian disambungkan dengan kateter peritoneal melalui slang dan
dibiarkan mengalir secepat mungkin ke dalam rongga peritoneum. Klem slang
ditutup dan terjadi osmosis cairan yang maksimal selama 20-30 menit. Kemudian
klem slang dibuka dan cairan dibiarkan mengalir karena gravitasi dari rongga
peritoneum ke luar. Setelah cairan selesai keluar, siklus berikutnya dapat berjalan
kembali.
Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan pilihan ideal untuk pengobatan gagal ginjal tahap
akhir (end-stage renal failure). Indikasi transplantasi ginjal adalah pasien gagal ginjal
tahap akhir dengan gagal tumbuh berat atau mengalami kemunduran klinis setelah
mendapat pengobatan yang optimal. Organ ginjal yang akan ditransplantasi dapat
berasal dari cadaver (jenazah) atau donor hidup-keluarga.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang mempunyai
risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik. Orang yang berisiko tinggi untuk mengalami
kerusakan ginjal adalah penderita diabetes, hipertensi, pasien dengan proteinuria.
Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah orang yang
telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan menghindarkan
komplikasi. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit
secara dini dan pengobatan secara cepat dan tepat.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dilakukan pada penderita GGK adalah untuk mencegah
kecacatan/kematian, mencegah proses penyakit lanjut dan rehabilitasi. Rehabilitasi yang
dapat dilakukan dapat berupa rehabilitasi fisik, sosial dan psikologi. Pencegahan tersier
terus diupayakan selama penderita GGK belum meninggal dunia.
Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder:
volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah.
Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi
melalui alkalosis respiratorik.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.