You are on page 1of 25

Peran Dokter Dalam Kepolisian

Pendahuluan
Latar Belakang
Pada dasarnya suatu profesi memiliki 3 syarat utama, yaitu: diperoleh melalui pelatihan
yang ekstensif, memiliki komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya,
dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat. Selain itu juga memiliki 3
syarat umum, yaitu: sertifikasi, organisasi profesi, otonomi dalam bekerja. Pemberian
sertifikasi dilakukan. Otonomi mengakibatkan kelompok profesi ini menjadi eksklusif dan
memerlukan self regulation dalam rangka menjaga tanggung jawab moral dan tanggung
jawab profesinya kepada masyarakat. Mereka umumnya memiliki etika profesi dan standar
profesi serta berbagai tatanan yang menunjang adanya upaya self regulation tersebut.
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak asasi manusia yang melekat
pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang, Maha Esa. Hak-hak ini tidak
dapat diingkari. Pengingkaran terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat
kemanusiaan. Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau organisasi apapun mengemban
kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap manusia tanpa
kecuali. Ini berarti bahwa hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak, dan tujuan
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pengatahuan lebih lanjut mengenai hak
dan kewajiban dokter dan publik, dalam hal ini juga menyangkut hak asasi manusia dan
peran dokter dalam masalah peradilan.
*Albert, NIM 102008070, Kelompok C-3
**Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta
Email: albertz_coolz@yahoo.co

Isi

Skenario:
Anda kebetulan menjadi dokter polisi yang ditempatkan di daerah yang rawan
terorisme. Pada suatu hari anda dipanggil oleh Kasat serse untuk menemani dia memeriksa
seorang tersangaka. Tersangka adalah seorang laki-laki muda yang diduga telah meletakkan
sebuah bom di pasar. Bom diduga akan diletakkan pada siang hari pada saat pasar sedang
ramai-ramainya, tetapi saat ini polisi belum mengetahui dimana diletakkannya bom tersebut.
Oleh karena itu polisi akan melakukan interogasi si tersangka dengan cara agak keras agar
dapat memperoleh pengakuan tentang letak bom tersebut. Pada acara tersebut anda diminta
menjadi penasehat petugas reserse yang akan menjaga kesehatan tersangaka.

Interogasi dan Penyiksaan


Interogasi adalah sebuah fungsi penyidikan. Tujuan interogasi adalah untuk
mendapatkan dan mengumpulkan semua informasi tentang kejadian yang diselidiki serta
tentang pelaku kejahatannya dan

membuat si terdakwa mengakui kejahatannya. Semua

kategori orang yang dapat diinterogasi adalah korban, saksi, majikan, rekan kerja, teman,
kerabat, dan lain-lain. Interogasi bukanlah pengganti penyidikan melainkan sebagai alat bantu
penyidikan. Ada persyaratan legal yang melingkupi interogasi yang harus dipahami oleh
penyidik. Kegagalan memahami persyaratan ini akan menyia-nyiakan penggunaan informasi
yang didapat sebagai barang bukti.1
Pengaturan mengenai alat bukti pada Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tersebut
terlihat dalam Pasal 27, yaitu sebagai berikut, alat bukti pemeriksaan tindak pidana terorisme
meliputi:1
1. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana;
2. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan
3. Data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yang dapat
dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda
fisik apapun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada : tulisan, suara, atau gambar; peta, rancangan, foto, atau sejenisnya; huruf, tanda, angka,
simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
membaca atau memahaminya.
Kasat Reserse
2

Terdapat satuan reserse dan kriminal yang disingkat menjadi satuan Reskrim.
Pelaksana utama satuan Reskrim ini adalah polres yang berada di bawah naungan Kapolres.
Satuan Reskrim bertugas membina fungsi dan menyelengarakan kegiatan-kegiatan
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana termasuk fungsi Identifikasi dalam rangka
penegakan hukum, koordinasi dan operasional dan adminitrasi penyidikan sesuai ketentuanketentuan dan peraturan yang berlaku. 2,3
Tugas pokok Reserse Polri adalah melaksanakan penyelidikan, penyidikan, dan
koordinasi serta pengawasan terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) berdasarkan
Undang-undang no. 8 tahun 1981 dan peraturan perudangan lainnya.4
Fungsi Reserse adalah menyelengarakan segala usaha, kegiatan, dan pekerjaan yang
berkenaan dengan pelaksanaan fungsi Reserse Kepolisian dalam rangka penyidikan tindak
pidana sesuaidengan Undang-undang yang berlaku dan sebagai Korwas PPNS serta
pengelolaan Pudat Informasi Kriminal (PIK).4
Ada beberapa pasal yang mengatur mengenai penyidik dan penyelidik dalam KUHAP,
yakni:5

Pasal 4 KUHAP
Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia.

Pasal 5 KUHAP
(1) Penyidik sebagaimana dimaksudkan pasal 4:
a. Karena kewajibanya mempunyai wewenang:
1. Menerima laopran atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri;
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, pengeledahan dan penyitssn.
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.
(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan
sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.

Pasal 7 KUHAP
3

(1) Penyidik adalah:


a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia
b. Pejabat pegwai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undangundang.
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimanan dimaksudkan dalam ayat (1) akan diatur
lebih lanjur dalam peraturan pemerintah

Pasal 10 KUHAP
(1) Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian Republik Indonesia yang diangkat
oleh Kepala Kepolisian negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan
dalam ayat (2) pasal ini.
(2) Syarat kepangkatan sbagaimana tersebut pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Pasal 2 PP no 27/1983
(1) Penyidik adalah:
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat Pembantu letnan Dua Polisi
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat
Pengatur Muda Tingkat 1 (golongan II/B) atau yang disamakan dengan itu.
(2) Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandasn Kepolisian yang berpangkat
bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatanya adalah penyidik.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, ditunjuk oleh Kepala
Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(4) Wewenang penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpahkan
kepada Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, diangkat oeleh menteri
atas usul dari Departemen yang membawahkan pegawai negeri tersebut. Menteri
sebelum melaksanakan pengangkatan terlebih dahulu mendengan pertimbangan
Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
(6) Wewenang pengangkatan sebagimanan dimaksud dalam ayat (5) dapat dilimpahkan
kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
4

Upaya paksa adalah bentuk upaya dalam mencari dan mengumpulkan bukti untuk membuat
terang suatu tindak pidana yang terjadi sekaligus menemukan siapa tersangkanya dan
terkadang mengurangi kemerdekaan seseorang serta mengganggu kebebasan seseorang.
Upaya paksa ini dapat berupa penangkapan dan penahan.
Penggunaan kekerasan pada suatu interogasi hanya boleh dilakukan apabila:4
Hanya boleh dilakukan setelah upaya persuasif tidak berhasil
Hanya untuk tujuan-tujuan perlindungan dan penegakan HAM secara proposional
dengan tujuan yang sah.
Diarahkan untuk memperkecil terjadinya kerusakan dan luka baik bagi petugas maupun
bagi masyarakat.
Digunakan hanya apabila diperlukan dan untuk penegakan hukum
Penggunaan kekerasan harus sebanding dengan pelangaran dan tujuan yang hendak
dicapai.
Harus meminilasasi kerusakan dan cedera serta memelihara kehidupan manusia
Harus memastikan bahwa bantuan medisdan penunjangnya diberikan kepada orangorang yang terluka atau terkena dampak pada waktu sesegera mungkin.
Harus memastikan bahwa sanak keluarga atau teman terdekat yang terlukaatau terkena
dampak diberitahu sesegera mungkin.
Penangkapan
Berdasarkan Pasal 1 butir 20 KUHAP, dijelaskan: 3
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan atau peradilan dalam hal serta cara yang diatur dalam undangundang ini.
Karakter utama dari penangkapan adalah pengekangan sementara waktu, guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan, hal ini yang membedakan penangkapan dengan pemidanaan
meskipun keduanya memiliki sifat yang sama yaitu adanya pengekangan kebebasan
seseorang. Seseorang ditangkap apabila seseorang tersangka diduga keras melakukan
tindakan pidana, kemudian ada dugaan kuat didasarkan pada permulaan bukti yang cukup.3
Untuk menghormati hak asasi tersangka, maka dalam suatu penangkapan kepolisian Republik
Indonesia juga memebrikan berbagai peraturan mengenai tatacara penangkapan. Hal ini
5

tercantum dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia no 8 tahun 2009
dalam pasal 15 sampai 21.6
Dalam 19 ayat (1) KUHAP batas waktu penangkapan adalah satu hari, sedangkan dalam
Pasal 28 dijelaskan Penyidik dapat melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang
diduga keras melakukan tindak pidana terorisme berdasarkan bukti permulaan yang cukup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) untuk paling lama 7 x 24 (tujuh kali dua
puluh empat) jam. 3
Dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 dijelaskan sebagai berikut. 3
(1) Untuk memperoleh bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat menggunakan setiap
laporan intelijen.
(2) Penetapan bahwa sudah dapat atau diperoleh bukti permulaan yang cukup sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan proses pemeriksaan oleh Ketua atau Wakil Ketua
Pengadilan Negeri.
(3) Proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan secara
tertutup dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari.
(4) Jika dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan adanya bukti
permulaan yang cukup, maka Ketua Pengadilan Negeri segera memerintahkan
dilaksanakan penyidikan.
Penahanan
Pasal 1 butir 21 KUHAP menjelaskan: 3
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik
atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.
Berdasarkan definisi tersebut terlihat semua instansi penegak hukum memiliki wewenang
dalam hal penahanan, tergantung dari tujuan penahanannya. Sebagai contoh, untuk
kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik berwenang
melakukan penahanan. 3
Tidak semua pelaku kejahatan dapat dikenakan penahanan. Ditahannya seorang pelaku
kejahatan atau tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu syarat subjektif dan syarat objektif.144
Syarat subjektif adalah alasan terkait dengan pribadi tersangka, sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan penahanan dilakukan terhadap seseorang
tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang

cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa
akan melakukan: 3
- melarikan diri;
- merusak atau menghilangkan barang bukti; dan/atau
- mengulangi tindak pidana.
Adapun syarat materil seorang tersangka atau terdakwa ditahan adalah apabila memenuhi
ketentuan dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP, yaitu melakukan tindak pidana yang diancam
pidana penjara lima tahun atau lebih atau melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam
Pasal 21 ayat (4) huruf b KUHAP. Walaupun syarat objektif sudah dipenuhi namun kalau
syarat subjektif belum terpenuhi, maka tidak bisa dilakukan penahanan. 3
Ketentuan mengenai batas waktu penahanan dalam KUHAP dibagi berdasarkan instansi
mana yang melakukan penahanan. Jika penahanan tersebut diberikan oleh penyidik, maka
batas waktu penahanannya paling lama dua puluh hari, dan dapat diperpanjang paling lama
empat puluh hari. Sehingga, maksimal penahanan atas perintah penyidikan adalah selama
enam puluh hari atau sekitar dua bulan. 3
Dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003, pengaturan tentang penahanan hanya terdapat
dalam satu pasal, yaitu Pasal 25 ayat (2) yang menjelaskan sebagai berikut Untuk
kepentingan penyidikan dan penuntutan, penyidik diberi wewenang untuk melakukan
penahanan terhadap tersangka paling lama 6 (enam) bulan..3
Dalam suatu penahan, setiap polisi juga wajib menghormati setiap hak asasi manusia
termasuk tersangka dan terdakwa. Hal ini tercantum dalam Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia no 8 tahun 2009 dalam pasal 15 sampai 21.6

Hak dan Kewajiban Dokter


Setiap profesi ahli memiliki kode etik masing-masing yang menyatakan kesamaan nilai,
mengakui kewajibankewajiban, serta mengatur standart standart moral yang diharapkan akan
7

dipenuhi. Standart-standart etika umumnya dibentuk dengan 2 cara: melalui perangkat


internasional yang dibuat oleh badan-badan seperti PBB dan prinsip-prinsip yang dirancang
oleh para ahli sendiri, melalui perwakilan nasional maupun internasionalnya. Keyakinan atau
dalil utamanya selalu sama dan menekankan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi si
ahli kepada klien atau pasien perorangan, masyarakat dan sesama kolega demi
mempertahankan kehormatan profesinya. Kewajiban-kewajiban ini mencerminkan dan
menyeimbangkan hak-hak yang dimiliki setiap orang.7
Hak dan kewajiban dokter secara umum diatur dalam undang-undang praktik kedokteran no
29 tahun 2004, pasal 50 dan 51.13
Hak dokter diatur dalam Pasal 50 yakni:13,14
1. Hak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar
profesi dan standar prosedur operasional
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi, standar prosedur operasional
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
4. Menerima imbalan jasa
Kewajiban dokter diatur dalam pasal 51 yakni: 13,14
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien
2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang leih baik, apabila tidak mampu melakukan sesuatu pemeriksaan ata
pengobatan.
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien (menjaga kerahasiaan
pasien) bahkan setelah pasien meninggal dunia
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali ia yakin ada orang
lain yang bertugas dan mampu melaksanakan
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi

Kode etik Kedokteran yang berkaitan dengan hak dan kewajiban seorang dokter antara lain:15
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
8

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal 7d

Setiap dokten harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 10
Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk
pasien kepada dokten yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dan teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
10

Pasal 17
1.

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi kedokteran/kesehatan.

Kewajiban Moral Seorang Dokter


Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik-buruk atau benar-salahnya suatu
sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian
baik-buruk dan benar-salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang
cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang adalah
teori deontologi dan teleologi. Deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu
perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri (I Kant), sedangkan teleologi
mengajarkan untuk melihat hasilnya atau akibatnya (D Hume, J Bentham, JS Mills).
Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teleologi
lebih ke arah penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat (aliran
utilitarian).16
Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai suatu keputusan
etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa rules dibawahnya. Ke 4 kaidah dasar
moral tersebut adalah:16
1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama
hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang
kemudian melahirkan doktrin informed consent.
2. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan
untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih
besar daripada sisi buruknya (mudharat).
3. Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere
atau above all do no harm.
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice)
Sedangkan

rules

derivatnya

adalah veracity (berbicara

benar,

jujur

dan

terbuka), privacy (menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan


pasien) dan fidelity (loyalitas dan promise keeping).16

11

Selain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus dijadikan pedoman dalam
mengambil keputusan klinis, profesional kedokteran juga mengenal etika profesi sebagai
panduan dalam bersikap dan berperilaku (code of ethical conduct). Sebagaimana diuraikan
pada pendahuluan, nilai-nilai dalam etika profesi tercermin di dalam sumpah dokter dan kode
etik kedokteran. Sumpah dokter berisikan suatu kontrak moral antara dokter dengan Tuhan
sang penciptanya, sedangkan kode etik kedokteran berisikan kontrak kewajiban moral
antara dokter dengan peer-groupnya, yaitu masyarakat profesinya.16
Baik sumpah dokter maupun kode etik kedokteran berisikan sejumlah kewajiban
moral yang melekat kepada para dokter. Meskipun kewajiban tersebut bukanlah kewajiban
hukum sehingga tidak dapat dipaksakan, namun kewajiban moral tersebut haruslah menjadi
pemimpin dari kewajiban dalam hukum kedokteran. Hukum kedokteran yang baik haruslah
hukum yang etis.16
Peran Dokter Dalam Kepolisian
Kedokteran Kepolisian atau lebih dikenal sebagai DOKPOL adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk kepentingan tugas kepolisian. Banyak yang mengira
bahwa DOKPOL identik dengan Kedokteran Forensik, namun sebenarnya berbeda, oleh karena
Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang diterapkan di dalam DOKPOL,
sehingga Kedokteran Forensik merupakan bagian dari penerapan DOKPOL. Ilmu-ilmu lain yang juga
merupakan bagian terapan dari DOKPOL selain Kedokteran Forensik adalah Forensik Klinik,
Psikiatri Forensik, Kedokteran Gigi Forensik, Biomolekuler Forensik, Medikolegal, Toksikologi
Kedokteran Forensik, Kedokteran Gawat Darurat, Kesehatan Lapangan, Kedokteran Lalu Lintas dan
sebagainya.17
Adapun dasar hukum bahwa DOKPOL berperan dalam tugas kepolisian adalah tercantum
dalam Bab III Pasal 14 ayat 1 butir (h) UU No. 2 tahun 2002 yang berbunyi menyelenggarakan
identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk
kepentingan tugas kepolisian. Disini berarti mengungkapkan bahwa DOKPOL merupakan salah satu
pengemban tugas atau fungsi teknis kepolisian harus dapat berperan dalam penyelenggaraan tugastugas pokok Kepolisian sebagaimana yang diamanatkan pada UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia tersebut.17

12

Rekomendasi dalam

Peraturan Standar

Minimum bagi

Perlakuan

terhadap Narapidana

(ECOSOC, 1977) pada layanan medis menetapkan antara lain sebagai berikut:18
a. "Pada setiap institusi harus tersedia pelayanan medis minimal 1 (satu)

petugas

medis yang harus bekompetensi memiliki


beberapa pengetahuan psikiatri. Layanan medis harus diatur dalam kaitannya dekat
dengan administrasi kesehatan umum negara. Mereka harus
mencakup sendee psikiatris untuk diagnosis dan, dalam kasus-kasus yang tepat,
pengobatan kelainan mental yang menyatakan ".
b. "Tahanan yang sakit dan membutuhkan pengobatan spesialis akan di rujuk untuk
mendapat perawatan khusus khusus institusi atau rumah sakit sipil. Dimana fasilitas
rumah sakit yang disediakan dalam suatu institusi, peralatan mereka, perabot
dan perlengkapan farmasi harus tepat

untuk

medis perawatan

dan

pengobatan terhadap tahanan sakit, dan juga akan ada staf sesuai untuk melakukan
perawatan yang tepat ".
c. "Pelayanan dari petugas gigi yang berkualitas harus tersedia untuk setiap tahanan".
Oleh karena itu penting untuk membaca dalam hubungannya dengan UU No. 5, "Prinsip
Medis yang Relevan dengan Peranan Petugas Kesehatan, terutama Dokter etika,
dalam Perlindungan terhadap Narapidana dan Tahanan terhadap Penyiksaan dan Kekejaman
Lain, PerlakuanTidak Manusiawi atau Merendahkan
atau Hukuman ".
Prinsip-prinsip etika medis, antara lain, menetapkan sebagai berikut:18
a. "Tenaga kesehatan, khususnya dokter, dibebankan dengan perawatan medis dari tahanan
dan tahanan, memiliki kewajiban untuk menyediakan mereka dengan perlindungan fisik dan
kesehatan mental dan pengobatan penyakit kualitas yang sama dan standar
sebagaimana diberikan
untuk mereka yang tidak dipenjara atau ditahan ".
b. "Hal ini bertentangan dengan etika medis, bagi tenaga kesehatan, khususnya dokter,
untuk terlibat, secara aktif maupun pasif, dalam tindakan yang merupakan partisipasi dalam,
penyiksaan atau kekejaman lainnya pengobatan .. "
c. "Ini adalah bertentangan dengan etika medis, ... untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka
membantu dalam interogasi tahanan dan tahanan dengan cara yang buruk dapat
mempengaruhi kesehatan fisik atau mental ... tahanan atau tersangka kejahatan ...

Hak dan Kewajiban Tersangka


13

Sehubungan dengan pemeriksaan tersangka, undang-undang telah memnerikan beberapa hak


perlindungan terhadap hak asasinya. Hak tersangka dan terdakwa selama pemeriksaan di
muka penyidik dan di muka hakim tersebar dalam beberapa bab dan Pasal-pasal, antara lain
dalam Bab VI Pasal 50 sampai dengan Pasal 68 KUHAP, kemudian Pasal 144, 163, 213
KUHAP. Hak- hak tersangka ini harus dihargai dan dihormati.
Perlindungan HAM bagi tersangka menrut undang-undang kepolisian no 8 tahun 2009:10
Prinsip Praduga Tak Bersalah

Pasal 35
(1) Setiap orang yang diduga melakukan kejahatan memiliki hak untuk dianggap tidak
bersalah sampai terbukti bersalah sesuai dengan putusan pengadilan dan telah
memperoleh semua jaminan yang diperlukan untuk melakukan pembelaan.
(2) Setiap anggota Polri wajib menghargai prinsip penting dalam asas praduga tak
bersalah dengan pemahaman bahwa:
a. penilaian bersalah atau tidak bersalah, hanya dapat diputuskan oleh pengadilan
yang berwenang, melalui proses pengadilan yang dilakukan secara benar dan
tersangka telah mendapatkan seluruh jaminan pembelaannya; dan
b. hak praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah oleh pengadilan adalah
hak mendasar, untuk menjamin adanya pengadilan yang adil.
(3) Setiap anggota Polri wajib menerapkan asas praduga tak bersalah dalam proses
investigasi dengan memperlakukan setiap orang yang telah ditangkap atau ditahan,
ataupun orang yang tidak ditahan selama masa investigasi, sebagai orang yang tidak
bersalah.

Hak Tersangka
Hak tersangka tercantum dalam KUHAP dan undang-undang kepolisian no. 8 tahun 2009
yang anatara lain10,11

Pasal 36
Tersangka mempunyai hak-hak sebagai berikut:
a. segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada
penuntut umum (terdapat juga di KUHAP pasal 50 ayat 1 dan 2).
b. untuk mempersiapkan pembelaan, tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas
dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya pada
waktu pemeriksaan dimulai (terdapat juga di KUHAP pasal 51).
14

c. dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan, tersangka berhak memberikan


keterangan secara bebas kepada penyidik; mendapat bantuan juru bahasa, dalam hal
tersangka bisu dan/atau tuli diberlakukan ketentuan Pasal 178 KUHAP;
d. guna kepentingan pembelaan, tersangka berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang (terdapat juga
di KUHAP pasal 54).
e. untuk mendapatkan penasihat hukum tersangka berhak memilih sendiri penasehat
hukumnya (terdapat juga di KUHAP pasal 55).
f. dalam hal tersangka disangka melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak
mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai
penasihat hukum yang ditunjuk sendiri, pejabat yang bersangkutan wajib menunjuk
penasihat hukum bagi mereka dan setiap penasihat hukum yang ditunjuk tersebut
memberikan bantuannya dengan cuma-cuma;
g. tersangka yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang (terdapat juga di KUHAP pasal 57).
h. tersangka yang berkebangsaan asing yang dikenakan penahanan berhak menghubungi
dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya;
i. tersangka yang dikenakan penahanan berhak menghubungi dan menerima kunjungan
dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan
proses perkara maupun tidak (terdapat juga di KUHAP pasal 58).
j. tersangka yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas
dirinya oleh pejabat yang berwenang, kepada keluarganya atau orang lain yang
serumah dengan tersangka ataupun orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh
tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya
(terdapat juga di KUHAP pasal 59).
k. tersangka berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang mempunyai
hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka guna mendapatkan jaminan
bagi penangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum
(terdapat juga di KUHAP pasal 60).
l. tersangka berhak secara langsung atau dengan perantaraan penasihat hukumnya
menghubungi dan menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada

15

hubungannya dengan perkara tersangka untuk kepentingan pekerjaan atau untuk


kepentingan kekeluargaan;
m. tersangka berhak mengirim surat kepada penasihat hukumnya, dan menerima surat
dari penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya,
untuk keperluan itu bagi tersangka disediakan alat tulis menulis; surat menyurat antara
tersangka dengan penasehat hukumnya atau sanak keluarganya tidak diperiksa oleh
penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan negara, kecuali jika
terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat itu disalahgunakan;
n. tersangka berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniwan (terdapat
juga di KUHAP pasal 63).
o. tersangka berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang
memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi
dirinya;
p. tersangka tidak dibebani kewajiban pembuktian (terdapat juga di KUHAP pasal 66).
q. tersangka berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
r. hak untuk diadili secara adil. Hak ini tercantum juga dalam Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia no 8 tahun 2009 pasal 37 dan 38. Hak tersebut
seperti:
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam sidang pengadilan terbuka yang
adil oleh pengadilan yang independen dan tidak memihak, dalam penetapan hakhaknya dan kewajiban-kewajibannya serta tuduhan-tuduhan kejahatan terhadapnya.
Kewajiban-kewajiban tersangka atau terdakwa
Selain mempunyai hak-hak yang diatur oleh KUHAP, seorang tersangka atau terdakwa juga
mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakannya sesuai dengan
undang-undang yakni:9
1. Kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor diri pada waktu yang ditentukan dalam
hal yang bersangkutan menjalani penahanan kota (Pasal 22 ayat 3 KUHAP).
2. Kewajiban meminta izin keluar rumah atau kota dari penyidik, penuntut umum atau hakim
yang memberi perintah penahanan, bagi tersangka atau terdakwa yang menjalani penahanan
rumah atau penahanan kota (Pasal 22 ayat 2 dan 3 KUHAP)

16

3. Kewajiban menaati syarat yang ditentukan bagi tersangka atau terdakwa yang menjalani
massa penangguhan misalnya wajib lapor tidak keluar rumah atau kota (penjelasan Pasal 31
KUHAP)
4. Wajib menyimpan isi berita acara (turunan berita acara pemeriksaan) untuk kepentingan
pembelaannya (pasal 72 KUHAP dan penjelasannya).
5. Lewajiban menyebut alasan-alasan apabila mengajukan permintaan tentang sah atau
tidaknya suatu penangkapan atau penahanan serta permintaan ganti kerugian dan atau
rehabilitas (Pasal 79 dan 81 KUHAP).
6. Apabila dipanggil dengan sah dan menyebut alasan yang jelas, maka wajib datang kepada
penyidik kecuali memberi alasan yang patut dan wajar (Pasal 112 dan 113 KUHAP).
7. Wajib hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan. Kehadiran terdakwa di sidang
merupakan kewajiban bukan merupakan haknya, kadi terdakwa harus hadir di sidang
pengadilan (penjelasan Pasal 154 ayat 4 KUHAP). Bahkan apabila terdakwa setelah
diupayakan dengan sungguh-sungguh tidak dapat dihadirkan dengan baik, maka terdakwa
dapat dihadirkan paksa (Pasal 154 ayat 6 KUHAP).
8. Meskipun tidak secara tegas disebut sebagai kewajiban, tetapi pembelaan terdakwa atau
penasehat hukum tentu merupakan suatu keharusan (Pasal 182).
9. Kewajiban menghormati dan menaati tata tertib persidangan.
10. Kewajiban membayar biaya perkara yang telah diputus pidana (Pasal 22 ayat 1)
11. Meskipun tidak secara tegas merupakan keharusan, sangat logis jika memori banding
perlu dibuat terdakwa yang mengajukan permintaan banding. Pasal 237 KUHAP mengatakan
selama pengadilan tinggi, belum memeriksa suatu perkara dalam tingkat banding, baik
terdakwa atau kuasanya maupun penuntut umum dapat menyerahkan memori banding atau
kontra memori banding kepada pengadilan tinggi.
12. Apabila sebagai pemohon kasasi maka terdakwa wajib mengajukan memori kasasinya,
dan dalam waktu 14 hari setelah mengajukan permohonan tersebut, harus sudah menyerahkan
kepada panitera (Pasal 248 ayat 1 KUHAP)
13. Apabila terdakwa mengajukan permintaan peninjauan kembali (PK) maka harus
menyebutkan secara jelas alasannya (Pasal 264 ayat 1 KUHAP).

17

Hak dan Kewajiban Publik


Bahwa manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani yang
memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk yang
akan membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku dalam menjalani kehidupannya.
Dengan akal budi dan nuraninya itu, maka manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan
sendiri perilaku atau perbuatannya.
Di sampaing itu, untuk mengimbangi kebebasan tersebut manusia memiliki
kemampuan untuk bertanggungjawab atas semua tindakan yang dilakukannya. Kebebasan
dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak asasi manusia yang melekat pada manusia
secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang, Maha Esa. Hak-hak ini tidak dapat diingkari.
Pengingkaran terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat kemanusiaan.
Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau organisasi apapun mengemban kewajiban
untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap manusia tanpa kecuali. Ini
berarti bahwa hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak, dan tujuan dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara.10
Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia,yakni:10

Undang Undang Dasar 1945

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia:10

Hak asasi pribadi / Personal Right


Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat
Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan
yang diyakini masing-masing

Hak asasi politik / Political Right


Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya
Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

Hak azasi hukum / Legal Equality Right


18

Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan


Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

Hak asasi Ekonomi / Property Rigths


Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights


Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.

Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right


Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
Hak mendapatkan pengajaran
Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

Berdasarkan undang-undang no 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia, maka hak seorang
individu dalam bidang hukum meliputi:3

Pasal 3
(1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan
sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam semangat persaudaraan.
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum
yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum.
(3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia,
tanpa diskriminasi.

Pasal 4
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
19

surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh
siapapun.

Pasal 5
(1) Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh
perlakuan serta perlindungan yang samasesuai dengan martabat kemanusiaanya di depan
hukum.
(2)

Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan

yang objektif dan tidak berpihak.


(3) Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.
Pasal 9
(1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
(2) Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
(3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Pasal 17
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun
administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai
dengan hukum acara yang menjamin pemerikasaan yang objektif oleh hakim yang jujur
dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.

Pasal 18
(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan
sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya
secara sah dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang
diperlakukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan.
(2) Setiap orang tidak boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi pidana, kecuali
berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum tindak pidana
itu dilakukannya.
(3) Setiap ada perubahan dalam peraturan perudang-undangan maka beralaku ketentuan
yang paling menguntungkan bagi tersangka.

20

(4) Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan
sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(5) Setiap orang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama atas
suatu perbutan yang telah memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 29
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan hak miliknya.
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi dimana
saja ia berada.

Pasal 30
Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

Pasal 33
(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang
kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.

Pasal 34
Setiap orang tidak boleh ditangkap, dittahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang
secara sewenag-wenang.

Pasal 35
Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman,
dan tentram, yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Kewajiban
Kewajiban setiap individu menurut undang-undang no 39 tahun 1999 antara lain:11

Pasal 67
Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan
perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak asasi
manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.

Pasal 69
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
21

Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab
untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas
Pemerintah untuk menghormati, melindungi, meneggakan, dan memajukannya.

Pasal 70
Dalam menjalankan hak dan kewajiban, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adli
sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.

Hak dan Kewajiban Publik


Menurut undang-undang no 39 tahun 1999, hak publik antara lain:11

Pasal 8
Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi
tanggung jawab Pemerintah.

Pasal 32
Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-menyurat termasuk hubungan
komunikasi sarana elektronika tidak boleh diganggu, kecuali atas perintah hakim atau
kekuasaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.

Pasal 71
Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan
memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan
perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang
diterima oleh negara Republik Indonesia.

Pasal 72
Kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71,
meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain.

Pasal 73
Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan
berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban
umum, dan kepentingan bangsa.
22

Pasal 100
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

Pasal 101
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak menyampaikan laporan atas
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang
berwenang dalam rangka perlindungan, penegakkan dan pemajuan hak asasi manusia.

Pasal 103
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, perguruan tinggi, lembaga studi, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik
secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama dengan Komnas HAM dapat melakukan
penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.

Kewajiban publik
Menurut undang-undang no 39 tahun 1999, hak publik antara lain:11

Pasal 68
Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut UUD 1945, kewajiban publik terutama dalam bidang hukum antara lain:
Pasal 27 ayat (1)
Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya
Pasal 30
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.

23

Daftar Pustaka
1. Hizzal VR. Perlindungan hak asasi tersangka/terdakwa dalam pemberantasan
terorisme di Indonesia. Diunduh dari :
http://advokathandal.wordpress.com/perlindungan-hak-asasi-tersangkaterdakwadalam-pemberantasan-terorisme-di-indonesia/; 11 Januari 2012.
2. Panjaitan A. Reserse dan Kriminal. Diunduh dari :
http://sumut.polri.go.id.medanwebsite.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=23&Itemid=25; 11 Januari 2012.
3. Hardiman, Budi F. Terorisme, definisi, aksi dan regulasi. Jakarta: Imparsial; 2005.
4. Sunaryo E. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri di Lapangan. Jakarta: Kepolisian
Negara Republik Indonesia Markas Besar; 2006.h.60.

5. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Peraturan


perundang-undangan bidang kedokteran. Cetakan ke 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1994.
6. Undang-undang kepolisian. Diunduh dari http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU
%20KEPOLISIAN.pdf. 10 Januari 2012.
7. Protokol Istanbul. Diunduh dari www.irct.org/.../DWSDownload.aspx. 10 Januari
2012.
8. Undang-undang kepolisian. Diunduh dari http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU
%20KEPOLISIAN.pdf. 10 Januari 2012
9. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana no. 8 tahun 1981. Diunduh dari
http://www.wirantaprawira.de/law/criminal/kuhap/index.html#babVI. 10 Januari 2012
10. Prayitno HA, Rahardiansah T. Pendidikan kadeham kebangsaan, demokrasi, dan hak
asasi manusia. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti;2006.h.179-230.
11. Undang-undang Republik Indonesia no 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia.
Diunduh dari
12.
13. http://www.kejati-jakarta.go.id/useruploads/uu/1299571951.pdf. 10 Januari 2012.
14. Indries AM, Thiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyelidikan. Jakarta: Sagung Seto; 2008.h.342-3.
15. Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi ke 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.54-6.
24

16. Kode etik kedokteran Indonesia. Diunduh dari


http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf. 10 Januari 2012.
17. Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjeptjep Dwidja Siswaja. Bioetik dan hukum
kedokteran pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta: Pustaka
Dwipar; 2007.h.30-2.
18. Kedokteran kepolisian (dokpol). Diunduh dari
http://www.biddokpol.dokkes.polri.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1&Itemid=14. 10 Januari 2012
19. Semiloka Kesehatan dan Hak Asasi Manusia. Prisoners and Detainees Mardjono
Reksodiputro. Penerbit: IDI. 2005 hal. 63-7.)

25

You might also like