Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Frey,
1977
dalam
Rustiadi,
2004)
mengenai
tipologi
wilayah,
perekonomian
1).
pertama
fase
yaitu
mengklasifikasikan
wilayah
formal
region/wilayah
yang
menjadi
berkenaan
dengan
16
Universitas Sumatera Utara
keterkaitan;
(3)
keberimbangan;
(4)
kemandirian;
dan
(5)
17
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan
merupakan
upaya
yang
sistematik
dan
tujuan
pembangunan
wilayah
yang
mencakup
aspek-aspek
hidup,
dan
pembangunan
yang
berkelanjutan
(suistainable
development).
Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses
iteratif
yang
menggabungkan
dasar-dasar
pemahaman
teoritis
dengan
Akil
(2003),
dalam
sejarah
perkembangan
konsep
18
Universitas Sumatera Utara
19
Universitas Sumatera Utara
20
Universitas Sumatera Utara
berkelanjutan
melalui
penyebaran
penduduk
lebih
rasional,
21
Universitas Sumatera Utara
Dalam
pemetaan
strategic
development
region,
satu
wilayah
22
Universitas Sumatera Utara
23
Universitas Sumatera Utara
24
Universitas Sumatera Utara
25
Universitas Sumatera Utara
terutama
di
negara-negara
berkembang,
(Friedman
dan
Douglass, 1976).
Salah satu dimensi perencanaan regional dalam bidang perkotaan ialah
bagaimana menggerakkan pertumbuhan kota-kota kecil agar dapat mencapai
pertumbuhan spontan yang mampu menyangga sendiri pembangunan kota-kota
kecil (spontaneous self-sustained growth). Dengan demikian pembangunan
agropolis-agropolis itu diusahakan tersusun dalam suatu jaringan kota secara
regional yang disertai dengan pembangunan dan perbaikan fasilitas perhubungan
antar kawasan agropolitan ke kota-kota besar. Menetapkan kota agropolis menjadi
pusat jasa-jasa pelayanan tertentu dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
membutuhkan tenaga kerja yang lebih besar dari pada yang terdapat dalam suatu
kawasan (Fu Chen Lo, 1976).
Menurut Friedmann, kunci bagi pembangunan kawasan agropolitan
yang berhasil ialah memperlakukan tiap-tiap kawasan sebagai satuan tunggal dan
26
Universitas Sumatera Utara
27
Universitas Sumatera Utara
yang kemudian disebut dengan komuter karena berdomisili di kota sekitar namun
bekerja di kota inti.
28
Universitas Sumatera Utara
29
Universitas Sumatera Utara
ACTOR
Means 1
GOALS
Means 1
Means
1
SITUATIONAL
CONDITIONS
30
Universitas Sumatera Utara
31
Universitas Sumatera Utara
32
Universitas Sumatera Utara
33
Universitas Sumatera Utara
34
Universitas Sumatera Utara
mikro
klasik
yang
melihat
pilihan
rasional
sekedar
untuk
35
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
37
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada tolok ukur Pareto di atas. Konsep ataupun pengertian tentang
"menjadi lebih baik" dan "menjadi lebih jelek" berarti peningkatan atau penurunan
kepuasan yang dikaitkan dengan perubahan di dalam konsumsi barang-barang dan
jasa.
Pada posisi alokasi sumber/faktor produksi optimal tidak dimungkinkan
untuk mengadakan perubahan alokasi faktor produksi sedemikian rupa sehingga
membuat seseorang menjadi lebih baik tanpa membuat orang lain menjadi jelek.
Posisi optimal ini mempunyai arti bahwa kumpulan barang yang diproduksi
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada alteranatif kumpulan barang yang lain
yang dapat diproduksi dengan faktor produksi yang tersedia.
Anggapan-anggapan yang digunakan dalam mengukur efisiensi
penggunaan sumber faktor produksi adalah sebagai berikut:
1. Setiap individu bertujuan memaksimumkan kepuasannya dan fungsi
utilitinya (kepuasannya) independen dalam arti tidak dipengaruhi oleh
konsumsi barang-barang, jasa yang dilakukan oleh individu yang lain
dan juga oleh penyediaan faktor oleh individu yang lainnya.
2. Semua manfaat (benefits) dan biaya (cost) di ukur dengan harga pasar.
3. Tidak ada masalah dalam hal keutuhan.
4. Informasi yang lengkap.
5. Teknologi tertentu.
6. Perekonomian tertutup.
7. Full employment
38
Universitas Sumatera Utara
.
Gambar 2.2. Kurva amplop menunjukkan batas kesejahteraan.
Sumber : Varian (2000)
disimpulkan
bahwa
untuk
mencapai
efisiensi
ekonomi
39
Universitas Sumatera Utara
berada pada posisi Pareto Optimal, distribusi kepuasan harus berada pada
beberapa titik di batas kesejahteraan.
Pergerakan
sepanjang
batas
kesejahteraan
menunjukkan
bahwa
40
Universitas Sumatera Utara
41
Universitas Sumatera Utara
kurva tersebut dari titik pusat akan menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih
tinggi. Dengan demikian adanya kekuatan yang mampu mendorong kurva
kesejahteraan masyarakat tersebut ke atas dapat diartikan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Tetapi tolok ukur inipun mempunyai kelemahan yang
antara lain sangat sukar untuk mengetahui adanya dari bentuk kurva kesejahteraan
masyarakat tersebut.
komuter. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari
masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam
dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya,
tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas
hidupnya.
Menurut Calman yang dikutip oleh Hermann (1993) mengungkapkan
bahwa konsep dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan
yang ada dibandingkan perasaan yang ada sekarang. Jika perbedaan antara kedua
keadaan ini lebar, ketidak cocokan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup
seseorang tersebut rendah. Sedangkan kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang
ada antara keduanya kecil.
42
Universitas Sumatera Utara
43
Universitas Sumatera Utara
1. Kesehatan fisik : penyakit dan kegelisah, tidur dan beristirahat, energi dan
kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat dan
bantuan medis, kapasitas pekerjaan.
2. Psikologis : perasaan positif, berfikir; belajar; mengingat; dan konsentrasi,
self-esteem, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif,
kepercayaan individu.
3. Hubungan sosial : hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual.
4. Lingkungan : kebebasan; keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan
rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang untuk
memperoleh keterampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan peluang
untuk berekreasi, aktivitas di lingkungan, transportasi.
Menurut Vanderslice dan Rice (1992) kepuasan menjadi ukuran kualitas
hidup para pelaku komuter mulai dari kepuasan kehidupan pekerjaan, kehidupan
berkeluarga, kepuasan waktu pribadi, kepuasan bersosialisasi dengan masyarakat
dan kepuasan secara keseluruhan hidupnya. Para komuter menunjukkan memiliki
kepuasan yang lebih rendah dalam kehidupan berkeluarga, memiliki kepuasan
yang lebih rendah dalam hubungan rumah tangga, tidak memiliki waktu pribadi
yang banyak, tidak memiliki waktu yang banyak untuk bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar tetapi memiliki kepuasan yang lebih dalam dunia pekerjaan.
Namun secara keseluruhan kepuasan para pelaku komuter diakui lebih rendah
dibandingkan dengan pekerja lainnya yang tidak melakukan komuter.
Selain itu, Vanderslice dan Rice (1992) berpendapat bahwa para
komuter memiliki banyak kesulitan dalam hidupnya. Hubungan prilaku
berkomuter dengan stress sudah sangat jelas sekali karena para komuter tersebut
44
Universitas Sumatera Utara
45
Universitas Sumatera Utara
46
Universitas Sumatera Utara
47
Universitas Sumatera Utara
48
Universitas Sumatera Utara
karenanya akan sama dengan bidang persegi empat OW FL1. Kelebihan output
yang diperlihatkan oleh bidang W D1F akan menjadi total keuntungan yang
diperoleh para kapitalis. Karena diasumsikan bahwa semua keuntungan ini
diinvestasikan kembali, jumlah stok kapital pada sektor modern akan naik dari K1
ke K2. Stok kapital yang lebih besar ini mengakibatkan naiknya kurva produk
total sektor modern. Kemudian menyebabkan kenaikan dalam kurva permintaan
atau produk marginal tenaga kerja. Pergeseran keluar dari kurva permintaan ini
ditunjukkan dengan garis D2(K2) dalam gambar tersebut. Tingkat keseimbangan
baru pada peluang kerja di kota terjadi pada titik G dengan tenaga kerja yang
dipekerjakan menjadi sebanyak OL2. Output total menjadi OD2 GL2, sementara
upah total dan keuntungan secara berturut-turut naik masing-masing menjadi OW
GL2 dan W D2G. Sekali lagi, keuntungan W D2G yang lebih besar tersebut
diinvesasikan kembali, sehingga meningkatkan seluruh stok kapital menjadi K3,
dan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke D3(K3) dan menaikkan tingkat
peluang kerja sektor modern menjadi L3.
49
Universitas Sumatera Utara
50
Universitas Sumatera Utara
51
Universitas Sumatera Utara
terjadinya arus migrasi dari desa ke kota. Titik ekuilibrium baru berada di titik Z,
dimana selisih pendapatan aktual antara desa dan kota sama dengan M - WA.
Jumlah tenaga kerja yang masih ada di sektor pertanian adalah OALA,
sedangkan tenaga kerja di sektor industri sebanyak OMLM dengan tingkat upah
M. Sisanya, yaitu LUS = OMLA OMLM, akan menganggur atau masuk di
sektor informal yang berpendapatan rendah. Hal ini menjelaskan adanya
pengangguran di daerah perkotaan dan rasionalitas ekonomi atas terus
berlangsungnya migrasi dari desa ke kota, meskipun angka pengangguran di
perkotaan cukup tinggi.
Jadi singkatnya, model migrasi Todaro (2003) memiliki empat
pemikiran dasar sebagai berikut :
1. Migrasi
desa-kota
dirangsang,
terutama
sekali,
oleh
berbagai
52
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara
54
Universitas Sumatera Utara
perpindahan penduduk yang melewati batas administratif tingkat II, namun tidak
berniat menetap di daerah yang baru, sedangkan migrasi didefinisikan sebagai
perpindahan penduduk yang melewati batas administratif tingkat II dan sekaligus
berniat menetap di daerah yang baru tersebut.
Mantra (2000) menjelaskan bahwa mobilitas penduduk dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pertama, mobilitas penduduk vertikal, yang sering disebut
dengan perubahan status. Contohnya adalah perubahan status pekerjaan, dimana
seseorang semula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam sektor
non-pertanian. Kedua, mobilitas penduduk horisontal, yaitu mobilitas penduduk
geografis, yang merupakan gerak (movement) penduduk yang melewati batas
wilayah menuju wilayah lain dalam periode waktu tertentu.
Selanjutnya Mantra (2000) menjelaskan bila dilihat dari ada tidaknya
niat untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas penduduk dapat pula dibagi
menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen atau migrasi; dan mobilitas
penduduk non-permanen. Jadi, menurut Mantra (2000) migrasi adalah gerak
penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah tujuan dengan
niatan menetap. Sebaliknya, mobilitas penduduk non-permanen adalah gerak
penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di
daerah tujuan. Sedangkan menurut Steele (1983), seperti dikutip Mantra (2000),
bila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak
menetap di daerah tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai pelaku mobilitas
non-permanen walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu
lama.
55
Universitas Sumatera Utara
Lebih
lanjut
menurut
Mantra
(2000),
gerak
penduduk
yang
nonpermanent (circulation) ini juga dibagi menjadi dua, yaitu ulang-alik (Jawa =
nglaju; Inggris = commuting) dan menginap atau mondok di daerah tujuan.
Mobilitas ulang-alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah
tujuan dalam batas waktu tertentu dengan kembali ke daerah asal pada hari itu
juga. Sedangkan mobilitas penduduk mondok atau menginap merupakan gerak
penduduk yang meninggalkan daerah asal menuju ke daerah tujuan dengan batas
waktu lebih dari satu hari, namun kurang dari enam bulan. Secara ringkas bentukbentuk mobilitas penduduk di atas diringkas dalam Tabel berikut :
Tabel 2.1. Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk
Bentuk Mobilitas
Ulang-alik (commuting)
Batas Wilayah
Dukuh (dusun)
Menginap/mondok di daerah
tujuan
Permanen/menetap di daerah
tujuan
Dukuh (dusun)
Dukuh (dusun)
Batas Waktu
6 jam atau lebih dan kembali pada
hari yang sama
Lebih dari satu hari tapi kurang dari 6
bulan
6 bulan atau lebih menetap di daerah
tujuan
56
Universitas Sumatera Utara
57
Universitas Sumatera Utara
migran
potensial
agar
dalam
pengambilan
keputusan
bermigrasi
58
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan salah satu dari sekian banyak lapangan kerja yang ada di kota, (2)
seseorang masih berharap untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di
tempat tujuan dibandingkan dengan daerah asal. Besarnya harapan diukur dari :
(1) perbedaan upah riil antara desa dan kota dan (2) kemungkinan seseorang
mendapatkan salah satu jenis pekerjaan yang ada di kota (Sukirno, 1978). Asumsi
Todaro adalah bahwa, dalam jangka waktu tertentu, harapan pendapatan di kota
tetap lebih tinggi di bandingkan dengan di desa, walaupun dengan
memperhitungkan biaya migrasi.
Teori pengambilan keputusan bermigrasi di tingkat individu dari
perspektif geografi yang berpengaruh kuat dalam analisis-analisis migrasi pada
era 1970-an hingga menjelang awal tahun 1990-an adalah teori yang diajukan
oleh Lee (1970). Menurut Lee (1970), keputusan bermigrasi di tingkat individu,
dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu; (1) faktor-faktor yang ada di daerah asal
migran; (2) faktor yang terdapat di daerah tujuan migrasi; (3) faktor penghalang
migrasi dan (4) faktor individu pelaku migrasi.
Model lain, yang juga banyak dipakai adalah pendekatan Economic
Human Capital. Ini adalah pendekatan mikro ekonomi yang berasumsi bahwa,
seseorang memutuskan untuk berpindah ke tempat lain adalah untuk memperoleh
penghasilan yang lebih besar di tempat tujuan. Tindakan seperti ini dianalogikan
sebagai tindakan melakukan investasi sumber daya manusia. Prinsip dasar model
ini menyatakan bahwa investasi sumber daya manusia sama artinya dengan
investasi di bidang usaha yang lain. Menurut teori ini, seseorang yang
memutuskan untuk berpindah tempat, berarti mengorbankan pendapatan yang
seharusnya ia terima selama hidupnya di tempat asal (sebut saja =Yv), merupakan
59
Universitas Sumatera Utara
60
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
1 = CBD = Central Business District
2 = Transition Zone . = Major roads
3 = Low income housing = Railways
4 = Middle income housing
61
Universitas Sumatera Utara
62
Universitas Sumatera Utara
yang
akhirnya
memerlukan
penyediaan
prasarana
transportasi.
4. Pengadaan prasarana transportasi akan meningkatkan daya hubung
parsial
5. Selanjutnya akan menentukan pemilihan lokasi yang akhirnya
menghasilkan perubahan sistem guna lahan.
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari perencaaan kota. Pertimbangan yang matang sangat diperlukan agar rencana
kota tidak menghasilkan dampak kesemrawutan lalu lintas di masa yang akan
datang. Menurut Tamin (1997), perencanaan transportasi adalah suatu proses yang
tujuannya mengembangkan sistem yang memungkinkan manusia dan barang
bergerak atau berpindah tempat dengan aman, murah dan cepat. Dengan
perencanaan transportasi diharapkan mampu mengurangi dampak pertumbuhan
penduduk, kondisi lalu lintas dan perluasan kota yang menyebabkan terjadinya
perubahan guna lahan.
63
Universitas Sumatera Utara
64
Universitas Sumatera Utara
Sistem ini merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang terdiri sistem
pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang timbul
dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan
yang perlu dilakukan setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tata guna lahan
tersebut. Besarnya pergerakan sangat berkaitan erat dengan jenis dan intensitas
kegiatan yang dilakukan.
Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan/atau barang tersebut
membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda
transportasi bergerak yang dikenal dengan sistem jaringan. Sistem mikro kedua
ini meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bis dan kereta api,
bandara, dan pelabuhan laut.
Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan
pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau
orang (pejalan kaki). Jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan
manajemen lalu lintas yang baik akan tercipta suatu Sistem pergerakan yang
optimal. Secara keruangan, menurut Morlok (1995) pergerakan pada suatu kota
dikelompokkan menjadi:
1. Pergerakan internal yaitu pergerakan yang berlangsung di dalam batasbatas suatu wilayah tertentu.
2. Pergerakan eksternal yaitu pergerakan dari luar wilayah menuju wilayah
tertentu.
3. Pergerakan menerus yaitu pergerakan yang hanya melewati suatu wilayah
tanpa berhenti pada wilayah tersebut.
65
Universitas Sumatera Utara
66
Universitas Sumatera Utara
fondasi
utama
untuk
mendorong
peningkatan
laju
pertumbuhan ekonomi hanya akan terjadi jika ada peningkatan stok dan
perbaikan kualitas infrastruktur. Dampak pembangunan dan perbaikan
infrastruktur diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi penduduk
setempat dan pendatang untuk meningkatkan aktivitas ekonominya,
sehingga dapat memperluas dan membuka kesempatan kerja.
67
Universitas Sumatera Utara
3. Suku
Bunga.
Suku
bunga
merupakan
variabel
penting
yang
2.2.
Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian sebelumnya yang telah meneliti tentang fenomena
komuter ini baik dengan menggunakan data primer langsung kepada pelaku
komuter maupun menggunakan data sekunder yang menggunakan data yang
tersedia di lembaga statistik yang ada disebuah wilayah baik Negara, provinsi
maupun kota.
Penelitian ini akan menggunakan data primer sehingga peneliti
mencoba menelusuri penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, yang
menggunakan data primer, kemudian ditabulasi dan dipetakan sehingga peneliti
dapat melihat ruang baru dalam penelitian komuter.
Selain itu penelitian-penelitian yang ditampilkan disini adalah
penelitian-penelitian spesifik yang pernah ada sebelumnya. Variabelnya relevan
dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu faktor pendorong, faktor
penarik, Alokasi pendapatan ke daerah asal komuter, dan kualitas hidup (quality
of life).
68
Universitas Sumatera Utara
Penulis/ Judul
Arun R. Kuppam, Ram M.
Pendyala (2001)/ A
structural equations analysis
of commuters : activity and
travel patterns,
Atik Nuraini (2006)/
Analisis faktorfaktor yang
mempengaruhi
minat migrasi
sirkuler
menginap/mond
ok/ Study kasus
Kabupaten
Boyolali
Sumber
Journal of
Transportation;
2001; 28, 1;
ABI/INFORM
Global pg. 33.
Skripsi, Fakultas
Ekonomi
UNDIP, 2006.
Tidak
dipublikasikan.
Masalah/Hipotesis
Penelitian ini ingin melihatpengaruh
Durasi aktifitas, Durasi perjalanan dan
Jumlah trips terhadap keputusan
melakukan komuter
Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan
(EDU), Usia (AGE), upah (WAGE), lama
tinggal (TIME), kepemilikan lahan
(LAND), Status perkawinan (MAR),
pekerjaan di desa (JOBVLG), jenis
kelamin (SEX) terhadap minat
melakukan migrasi
Pendapatan
Kepemilikan lahan
Umur
Status
perkawinan
Jenis pekerjaan asal
Jenis kelamin
Tingkat pendidikan
Lama tinggal
Bibary Logistic
Regression
Bambang Eko
Afiatno (1999)/ Niat
bermigrasi
Penduduk dari
Daerah terpencil
di Jawa
Timur/Prov.
Jawa Timur
Majalah
Ekonomi, No 1,
tahun IX, 1999,
BPFE UNAIR,
Surabaya.
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Status pernikahan
Pekerjaan didesa
Kepemilikan lahan
Lama tinggal ditujuan
Upah
Migrasi kab.sendiri
Migrasi prov.Lain
Migrasi luar negeri
Jarak
Jenis pekerjaan
Kepuasan migran ditempat tujuan
Kesukaan ditempat migrasi
Econometrics
melalui Model
Logit
Journal of
Marriage and the
Family; May
1992; 54, 2;
ProQuest
Sociology p.399.
Variabel Bebas
Durasi aktifitas
Durasi perjalanan
Jumlah trips
Kualitas Hidup
Satisfaction :
Work life
Relationship
Performance as partner
Personal time
Family life
Teknik Analisis
Regresi
Statistik
Deskriptif dan
Korelasi
Kesimpulan
Ada pengaruh Durasi aktifitas, Durasi
perjalanan dan
Jumlah trips terhadap keputusan
melakukan komuter
Dua varibel dikeluarkan dari
model yi : tingkat pendidikan
(EDU) dan Usia (AGE)
Variabel yang signifikan upah
(WAGE) dan lama tinggal (TIME)
Kemudian variabel dianggap tidak
signifikan yaitu variabel
kepemilikan lahan (LAND), Status
perkawinan (MAR), pekerjaan di
desa (JOBVLG), jenis kelamin
(SEX)
7 variabel bebas diterima uji t.
yaitu : usia, pendidikan luas
lahan,lama tinggal.
upah,kepuasan migran di tempat
tujuan, dan kesukaan tinggal di
tempat migrasi.
5 Variabel dianggap tidak
berpengaruh pada keingan migran.
Yaitu : status pernikahan, jenis
pekerjaan, pekerjaan di
desa,tempat tujuan masih
dalamkabupaten, tempat tujuan
migrasi dalam
propinsi,tempat tujuan luar
negeri,dan jarak
Penelitian ini untuk mengeksplorasi
biaya dan manfaat dari gaya hidup
commuting. Dengan membandingkan
kepuasan dan tekanan dari komuter
yang berbeda dari komuter yang
memiliki dua tempat bekerja dengan
satu tempat bekerja. Para Komuter
memberikan kesempatan untuk
69
Universitas Sumatera Utara
Stress :
Personal stress
Overload
Chotib, 2000,
Pengangguran Dan
Mobilitas Pekerjaan Di
Indonesia : Kajian Data
SUPAS 1995
Media Ekonomi,
Vol. 6 No.1,
2000, FE UI,
Jakarta
Pengangguran
Kesempatan kerja di sektor industri
Mobilitas pekerja
Analisis logit
regresi
Chotib (2002)/Krisis
Ekonomi dan
Mobilitas
Penduduk
Indonesia
Media Ekonomi,
Vol. 6 No.2,
2002 FE UI,
Jakarta
Krisis ekonomi
Kenaikan harga barang
Pertumbuhan ekonomi
Kesempatan kerja
Pengangguran di pedesaan
Pendidikan
Jenis kelamin
OLS
Ferida
Mulia (2004)/Analisis
faktor-faktor yang
Mempengaruhi minat tenaga
kerja desa untuk bekerja di
kota/4 desa di kab.
Mranggen
Skripsi, 2004,
Fakultas
Ekonomi
UNDIP. Tidak
dipublikasikan.
Upah
Jarak
Luas penguasaan lahan
Pendidikan
Status perkawinan
Jenis kelamin
Usia
Sarana transportasi
Metode logit
regrasi
Dan Metode
binary
Logistic
regression
The International
Migration
Review; Summer
2002; 36, 2;
ProQuest
Sociology, pg.
355
Statistik
deskriptif
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Tempat lahir
Status pekerjaan
Jenis pekerjaan
Trip menuju lokasi kerja
Pertama kali ke kota tempat
sekarang bekerja
Adakah yang dikenal dikota tempat
bekerja sebelumnya
Apakah objek menggunakan bahasa
inggris di lingkungannya
Varibel signifikan
: Pendidikan, kesempatan kerja,
jenis kelamin dan
tingkat pengangguran
Variabel tidak berpengaruh : Krisis
ekonomi, kenaikan harga barang,
pertumbuhan ekonomi lamban
70
Universitas Sumatera Utara
OECD 2001
10
Journal of
Transportation;
May 2003; 30, 2;
ABI/INFORM
Global, pg. 203
Usia
Jenis kelamin
OLS
Statistik
Deskriptif
71
Universitas Sumatera Utara
11
12
GeoJournal
(2008) 71:233
247
Journal of House
and the Built
Environtmental
(2007) 22:339
358
Umur
Memiliki anak atau tidak
Dengan siapa anak ditinggal (ayah
atau ibu)
Negara tempat komuter tinggal
Partner Komuter
Interval komuter (tiap hari, tiap
minggu, dsb)
Pekerjaan
Jam kerja perminggu
Jam kerja pasangan perminggu
Tipe keluarga
Jumlah anak
Pendapatan rumah tangga
Umur
Pendidikan
Status komuter
Statur partner komuter
Jumlah jam kerja perminggu
Jumlah jam kerja partner perminggu
Tempat tinggal
Statistik
Deskriptif
Regressi linear,
Multinomial
logistic regression
dan Binary
logistic regression
72
Universitas Sumatera Utara
13
Journal of Urban
Economics, 65
(2009) 3847
Upah harian
Upah harian
Pendidikan
Jam kerja perminggu
Jenis kelamin
Umur
Jumlah anak
Status
Apakah pasangan bekerja
Upah pasangan
Regresi Probit
14
Journal of
Transportation
(2007) 34:589
609
Jenis kelamin
Usia
Jumlah anak dibawah 12 tahun
Jumlah anggota keluarga
Pendapatan
Pendidikan
Kepemilikan kenderaan
Populasi
Kepadatan
Moda menuju lokasi pekerjaan
Jarak dari moda
Pilihan moda yang digunakan
Binomial logit,
Multinomial logit
dan Regressi
15
Demography;
Nov 1996; 33, 4;
Academic
Research
Library, pg. 429
Umur
Agama
Alasan bermigrasi
Status migrasi (lahir dan bertempat
tinggal di tempat tinggal, lahir dan
tempat tinggal dikota berbeda)
Statistik
deskriptif,
Discrete time
logit regression
dan Logit
regression models
16
Demography;
May 1996; 33, 2;
Academic
Research
Library, pg. 249
Karakteristik Individu
Regressi
73
Universitas Sumatera Utara
17
18
Social Science
Quarterly; Jun
2005; 86, 2;
Academic
Research Library
pg. 509
Karakteristik perjalanan
Karakteristik Ekonomi
Journal of Urban
Affairs; 2002;
24, 3; Academic
Research
Library, pg. 333
19
IZA DP No.
2999, August
2007
Umur
Ras
Waktu komuter
Anak dibawah 4 tahun
Pendidikan
Jumlah kenderaan
Income
Density employment
Kepemilikan SIM
Jenis kelamin
Lokasi rumah (jarak)
Jumlah usia produktif yang tidak
bekerja dalam keluarga (16-64
tahun)
Moda
Kepemilikan rumah (milik
sendiri/sewa)
Umur
Lama bermigrasi
Pendidikan
Kemampuan bahasa
Warganegara
Jenis kelamin
Status pernikahan
Anak dibawah 16 tahun
Regresi
Regressi
74
Universitas Sumatera Utara
20
21
GeoJournal
(2008) 71:233
247
Journal Popul
Res Policy Rev
(2007) 26:103
124
Umur
Memiliki anak atau tidak
Dengan siapa anak ditinggal (ayah
atau ibu)
Negara tempat komuter tinggal
Partner Komuter
Interval komuter (tiap hari, tiap
minggu, dsb)
Pekerjaan
Jam kerja perminggu
Faktor Demografi
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Ras
Tempat Lahir
Tempat Tinggal
Tersedianya Pekerjaan
Uang/Pendapatan
Faktor Komunitas/Keluarga
Keamanan
Statistik
Deskriptif
75
Universitas Sumatera Utara
22
Desertasi, 2012,
USU, Tidak
Dipublikasikan
1. Hipotesis Mayor I :
Biaya perumahan, rasio ketergantungan
dan Pendapatan Pasangan berpengaruh
terhadap pengembangan wilayah di Kota
Medan.
Hipotesis Minor untuk Hipotesis Mayor I
:
Apakah biaya perumahan, rasio
ketergantungan dan Pendapatan
Pasangan berpengaruh terhadap
Alokasi pendapatan ke daerah asal
komuter.
Apakah biaya perumahan, rasio
ketergantungan dan Pendapatan
Pasangan berpengaruh terhadap
terhadap kualitas hidup komuter.
2. Hiotesis Mayor II:
Apakah pendapatan, aksesibilitas daerah
tujuan dan kesempatan kerja berpengaruh
terhadap pengembangan wilayah di kota
Medan .
Hipotesis Minor untuk Hipotesis Mayor
II :
Apakah pendapatan, aksesibilitas
daerah tujuan dan kesempatan kerja
berpengaruh
terhadap
alokasi
pendapatan ke daerah asal komuter.
Apakah pendapatan, aksesibilitas
daerah tujuan dan kesempatan kerja
berpengaruh terhadap kualitas hidup
komuter.
Weather,Scenery, or location
Culture/people/ diversity
FAKTOR PENDORONG
Biaya perumahan
Rasio Ketergantungan
Pendapatan pasangan
FAKTOR PENARIK
Pendapatan
Aksesibilitas Daerah Tujuan
Kesempatan Kerja
PENGEMBANGAN WILAYAH
Alokasi pendapatan ke daerah asal
komuter
Kualitas Hidup
76
Universitas Sumatera Utara