Professional Documents
Culture Documents
A06 Esu
A06 Esu
Oleh
EKO SULARTO
A24101096
ABSTRACK
RINGKASAN
ii
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Program Studi Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
EKO SULARTO
A24101096
Judul
Nama Mahasiswa
: Eko Sularto
Nomor Pokok
: A241 01 096
Menyetujui :
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian IPB
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
dan
Ibu
Slamet
Werdhosuharjo.
Penulis
menyelesaikan
organisasi Himpunan
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Teks
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
11
11
11
12
13
16
16
17
21
27
27
28
29
29
30
30
31
32
33
33
35
36
37
37
5.5.
38
5.6.
Kalibrasi Model...........................................................................
41
41
43
54
54
54
56
LAMPIRAN ....................................................................................................
59
5.7.
DAFTAR TABEL
TEKS
No
Halaman
1.
19
2.
25
3.
4.
5.
29
33
34
6.
36
7.
37
8.
37
9.
39
10.
40
11.
44
12.
46
13.
Nilai hasil simulasi untuk volume total aliran dalam persen .................
46
14.
15.
50
51
LAMPIRAN
No
1. Peta lokasi penelitian berdasarkan batas administrasi dan
Halaman
60
2.
Hasil perbandingan debit pada kondisi awal dan kondisi simulasi ..........
62
3.
64
4.
64
5.
65
6.
65
DAFTAR GAMBAR
TEKS
No
Halaman
1.
16
2.
22
3.
26
4.
31
5.
32
6.
40
7.
41
8.
42
9.
42
10.
45
47
LAMPIRAN
No
1. Peta lokasi penelitian berdasarkan batas administrasi dan
Halaman
60
2.
Hasil perbandingan debit pada kondisi awal dan kondisi simulasi ..........
62
3.
64
4.
64
5.
65
6.
65
I. PENDAHULUAN
(hypothetical future time) (3) Sebagai alat deteksi dalam masalah pengendalian,
dengan sistem yang telah pasti dan keluaran yang diketahui maka masukan dapat
dikontrol dan diatur (4) Sebagai alat pengenal (identification tool) dalam masalah
perencanaan, misalnya untuk melihat pengaruh urbanisasi, pengelolaan tanah
dengan membandingkan masukan dan keluaran dalam sistem tertentu, (5)
Ekstrapolasi data atau informasi (6) Perkiraan lingkungan akibat tingkat perilaku
manusia yang berubah atau meningkat dan, (7) Penelitian dasar dalam proses
hidrologi.
permukaan juga dipengaruhi aliran bawah permukaan dan air tanah (Seyhan,
1990).
kepada aliran permukaan sebelum curah hujan berkurang. Hal ini juga
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran DAS.
Distribusi curah hujan, dengan volume curah hujan tertentu secara seragam
terdistribusi diseluruh DAS akan mempunyai intensitas yang lebih rendah dan
kurang menghasilkan aliran permukaan dari pada dengan volume curah hujan
yang sama jatuh di daerah yang kecil pada suatu lokasi tertentu dari DAS
tersebut.
b. Faktor DAS
Faktor DAS yang dapat meningkatkan aliran permukaan diantaranya:
Topografi dan relief, daerah aliran yang mempengaruhi limpasan dari segi
intensitas banjir dan waktu perjalanan rata-rata dari mulai tempat terjadinya
hujan sampai keluar dari aliran utama.
Geologi dan batuan induk dari penyusun tanahnya. Dalam suatu area dengan
bahan induknya batu kapur akan lebih meresapkan air, tetapi tidak mampu
mempertahankan kondisinya dibandingkan dengan area berbahan induk batuan
sedimen.
Vegetasi, semakin rapat vegetasi yang ada maka aliran permukaan dapat
dikurangi atau dihilangkan karena air yang jatuh terlebih dulu terserap oleh
penutupan vegetasi.
c. Faktor Manusia
Struktur hidrolik, dalam hal pembuatan dam dan reservoir dari aliran sungai
besar.
Teknologi pertanian, dalam hal aplikasi teknik pertanian. Manusia sering tidak
memperhatikan bahaya yang akan terjadi dalam hal pemakaian alat-alat berat
untuk pengolahan area pertaniannya.
Tindakan penyebab banjir, seperti pembukaan dan pembakaran hutan
Faktor yang mempengaruhi total aliran langsung adalah:
a. Faktor iklim, yaitu keseimbangan antara besarnya presipitasi dan
evapotranspirasi
b. Faktor DAS, luasan daerah yang mengalami hujan.
Banjir
Banjir adalah luapan air sungai ke daerah alirannya akibat ketidak
mampuan sungai menampung air hujan karena adanya pendangkalan sungai
ataupun pendangkalan saluran drainase. Curah hujan merupakan faktor utama,
disamping faktor tanah dan tanaman atau faktor manusia. Banjir akan terjadi pada
wilayah tersebut jika pada daerah tersebut turun hujan dalam jumlah, intensitas,
dan waktu yang cukup lama. Menurut Isnugroho, (dalam Rouw, 2004) sedikitnya
ada lima faktor penting penyebab banjir antara lain: (i) Curah hujan (ii)
Karakteristik daerah aliran sungai (DAS) (iii) Kemampuan alur sungai
mengalirkan air banjir (iv) Perubahan tata guna lahan dan (v) Pengelolaan sungai
meliputi tata wilayah, pembangunan sarana dan prasarananya hingga tata
pengaturanya.
Curah hujan yang melebihi kemampuan tanah dalam menyerap dan
menyimpan air, akan dialirkan sebagai aliran permukaan yang dapat menimbulkan
banjir. Banjir tidak akan terjadi jika permukaan tanah yang terkena hujan mampu
meresapkan air dengan baik, sehingga menurunkan jumlah air hujan yang
langsung mengalir melalui permukaan.
Terjadinya banjir atau tidak juga tergantung pada karakteristik suatu DAS.
Luas, bentuk dan kemiringan lereng adalah parameter-parameter DAS yang
menentukan aliran banjir disuatu wilayah sungai (aliran). Konsentrasi maupun
durasi banjir dipengaruhi oleh susunan maupun letak sungai utama beserta anakanak sungainya. DAS dengan pola aliran kipas akan mempunyai puncak banjir
yang tinggi dengan durasi yang pendek karena aliran terkonsentrasi pada satu
titik. Sedangkan untuk DAS dengan pola aliran tipe cabang pohon, mempunyai
sifat banjir yang datar dengan durasi yang lama.
Pendangkalan dan penyempitan sungai akan menurunkan kemampuan
sungai dalam mengalirkan air. Hal ini disebabkan oleh proses pengendapan
(sedimentasi) terus-menerus dibagian hilir. Sedangkan penyempitan alur sungai
terutama terjadi pada wilayah pemukiman.
10
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa merusak kelestarian dari DAS itu
sendiri. Pengelolan DAS yang tidak tepat dapat berakibat banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau karena tidak tersedianya air tanah,
erosi dan sedimen dapat mempengaruhi daerah di bagian hilir sungai. Batasan ini
bermakna bahwa dalam pengelolaan daerah aliran sungai, tidak saja berhubungan
dengan masalah teknis semata-mata tetapi juga masalah sosial ekonomi yang
sifatnya sangat kompleks (Arsyad, 1989).
Penilaian menggenai keberhasilan pengelolaan DAS secara praktis dapat
ditinjau dari segi tata airnya yaitu: (1) Stabilitas debit, air sungai pada musim
kemarau dan musim penghujan seimbang (2) Fluktuasi debitnya setiap tahun
semakin menurun (3) Kadar lumpurnya semakin berkurang dan (4) Kadar unsur
hara terpelihara.
Menurut Sinukaban (1995) cara pengelolaan DAS akan mempengaruhi
produktifitas dan fungsi DAS secara keseluruhan. Oleh karena itu yang menjadi
target di dalam sistem pengelolaan DAS adalah untuk menciptakan ciri-ciri
sebagai berikut: (1) Mampu memberikan produktifitas lahan yang tinggi (2)
Mampu menjamin kelestarian DAS, yaitu menjamin produktifitas yang tinggi,
erosi dan sediment serendah mungkin dan fungsi hidrologi DAS yang baik
memberikan water yield yang tinggi dan cukup merata sepanjang tahun (3)
Mampu membina DAS yang lentur terhadap goncangan perubahan yang terjadi
(resilient) dan (4) Tetap menjamin terlaksananya unsur-unsur pemerataan pada
petani.
11
yang
mensimulasikan
hubungan
hujan-limpasan
dan
juga
memberikan dugaan dari hasil sediment. Model ini pertama kali dikembangkan
oleh Beasley (1977) untuk mensimulasikan pengaruh tataguna lahan dan
pengelolaan lahan terhadap kualitas air limpasan.
Hipotesis yang dikembangkan dalam model ini adalah, bahwa setiap
bagian dalam DAS terjadi hubungan antara laju aliran dan parameter-parameter
hidrologi, serta tipe tanah, topografi, infiltrasi, penggunaan lahan, dan, sifat hujan.
Laju aliran yang terjadi dapat digunakan untuk mengkaji hubungan antara
komponen hidrologi yang menjadi dasar dalam permodelan fenomena transport,
seperti erosi tanah dan pengangkutan serta pergerakan bahan kimia tanah. Dalam
model ini suatu DAS yang akan dianalisis responnya dibagi menjadi satuan
elemen yang berukuran bujur sangkar dan setiap elemen tersebut memiliki
parameter hidrologi yang sama.(Beasley dan Huggins, 1991)
12
13
14
15
17
18
untuk jenis tanah mineral. Nilai Bulk density tergantung pada jenis tanah masingmasing pada lokasi penelitian.
IP
Dimana :
A adalah Selisih laju infiltrasi maksimum dan konstan, FC adalah Infiltrasi konstan, Fmaks
adalah Infiltrasi maksimum, Pmin adalah Permeabilitas minimum, Pmaks adalah
Permeabilitas maksimum, IP adalah Interval permeabilitas.
Eksponen Infiltrasi
Eksponen infiltrasi (P) menunjukan hubungan laju penurunan dari
kapasitas infiltrasi terhadap meningkatnya kelembaban tanah. Penetapan eksponen
19
infiltrasi adalah berdasarkan nilai tekstur pada masing-masing jenis tanah. Nilai
eksponen infiltrasi (P) untuk beberapa tekstur tanah seperti tertera pada Tabel 1.
Liat
0.75 0.80
Liat berdebu
0.65 0.75
Lempung berliat
0.60 0.70
Lempung
0.55 0.65
Lempung berpasir
0.50 0 .60
Pasir
0.35 0.50
Erodibilitas Tanah
Penetapan nilai erodibilitas tanah (K), dihitung dengan menggunakan
rumusan yang dikemukan dalam Arsyad (1989) sebagai berikut :
100K = 1.292 [ 2.1M1.14(10-4)(12 - a) + 3.25 (b - 2) + 2.5 (c - 3)] .......... (6)
Dimana:
K adalah Erodibilitas Tanah, M adalah {% debu + % pasir sangat halus}{100 - %liat}, a
adalah Persen bahan organik, b adalah Kode struktur tanah yang digunakan dalam
klasifikasi tanah, c adalah Kelas permeabilitas tanah.
Data parameter tanah yang lain sebagai masukan dalam model ANSWERS
di ambil dari literatur kemudian di sesuaikan dengan parameter dalam manual
ANSWERS. Seluruh penetapan parameter masukan jenis tanah dilakukan dengan
uji literatur (pemilihan data yang dapat digunakan dalam model, tidak semua
parameter fisik tanah hasil analisis laboratorium dapat digunakan dalam model)
20
untuk jenis tanah yang sama kemudian dilakukan penghitungan secara manual
yang meliputi persamaan 1 sampai dengan persamaan 6.
21
Persen penutupan tanah (PER), Kekasaran permukaan yang terdiri dari N, RC,
dan HU serta nilai faktor pengelolaan tanaman (C).
Metode Analisis
Perlakuan Terhadap Peta Kerja
Pembuatan peta kerja, dengan mengoverlay peta topografi dan peta tanah.
Peta kerja DAS dibagi menjadi grid-grid kecil, setiap grid dibuat dengan ukuran
luas 500 x 500 m. Berdasarkan luasan grid tersebut maka interpretasi peta elemen
data individu yang diperlukan seperti kemiringan lereng, kelas lereng, jenis tanah,
arah aliran, jenis penggunaan lahan, tipe saluran dan elevasi masing-masing
elemen (optional) dengan mudah dapat diukur.
22
kelas lereng bukan nilai kelas lereng sesuai yang dikelaskan, melainkan harus
dilipatgandakan sebanyak 10 kali (misal kemiringannya 4%, maka penulisannya
kedalam model adalah 40).
Arah aliran. Arah aliran merupakan suatu perkiraan kemana air akan
mengalir dari elemen ke elemen berikutnya. Arah aliran ini ditentukan
berdasarkan topografi dari sungai. Dalam penulisan ke dalam model digunakan
besaran nilai sudut.
Saluran. Data elemen untuk saluran hanya diisi jika elemen tersebut
terlewati sungai atau saluran. Kemudian elemen yang dilewati sungai diberi tanda
atau nilai sesuai nomor sungai yang dilewati. Penulisannya pada model berupa
nilai puluhan.
Arah lereng. Arah lereng pada setiap elemen ditetapkan berdasarkan garis
tegak lurus kontur atau menuju titik berat pada setiap elemen yang besarnya
disesuaikan dengan Manual ANSWERS. Lebih rincinya terlihat pada Gambar 2.
23
Data Sekunder
Curah hujan
Data curah hujan untuk masukan model terdiri dari satu Stasiun
pengamatan (Stasiun Citeko). Dari data curah hujan maka dicari nilai intensitas
dari setiap kejadian hujan. Model ANSWERS dalam sekali running dapat
menerima satu data intensitas hujan dari penakar hujan yang mewakili daerah
aliran sungai.
Dimana:
Q adalah debit sungai (m3/det) dan H adalah tinggi muka air (cm)
24
Kalibrasi Model
Uji yang digunakan adalah uji nilai tengah yaitu nilai tengah prediksi
model (x) dengan nilai tengah (o) dari data lapang. Hasil prediksi model yang
dibandingkan dengan pengukuran lapang adalah hidrograf debit aliran (m3/dtk).
Akan diuji:
Ho = o = 0
H1 = o 0
Wilayah Kritiknya t/2 < t-hitung < t/2, dengan menggunakan taraf nyata
= 0.05 (selang kepercayaan 95%). Rumusan yang digunakan adalah
1
................................ .................. (9)
n(n 1)
t = n (x )
1
, v = n 1 ....................................... .................. (11)
s
Keputusan :
1. Ho akan diterima jika nilai thitung pada selang t/2 < t-hitung < t/2 berarti
hasil prediksi model tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran lapang.
2. Ho ditolak jika nilai thitung tidak pada selang tersebut (terima H1) (Asdak,
Walpole, 1995 )
25
Keterangan
24
Nomor baris
57
Nomor kolom
9 12
Kemiringan lereng
14 16
Arah lereng
17 18
Kategori saluran
19 20
Jenis tanah
23
27 29
35 37
Kemiringan saluran
65 70
26
MULAI
PERSIAPAN
HIDROGRAF
ALIRAN HASIL
PENGUKURAN
PENGUMPULAN
DATA FISIK
Tolak
Kalibrasi
Uji Kalibrasi
()
INPUT DATA
ANSWERS
SIMULASI
SELESAI
Terima
28
29
4.3. Iklim
Berdasarkan pada klasifikasi iklim SchmidtFerguson, daerah Ciliwung
termasuk dalam iklim A (daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan
tropika). Data curah hujan bulanan selama 5 tahun periode 2000 2004 untuk
Stasiun Gunung Mas, Stasiun Citeko, dan Stasiun Katulampa hasil pengukuran
dari Badan Meteorologi dan Geofisika Bogor, tersaji dalam Tabel Lampiran 4.
Rata-rata bulanan minimum dari tiga Stasiun (curah hujan rata-rata terkecil yang
turun pada lokasi penelitian dari tiga Stasiun Penakar Hujan) curah hujannya
adalah dari 61,6 120 mm/bulan, sedangkan curah hujan rata-rata bulanan
maksimum (curah hujan rata-rata yang turun terbesar pada lokasi penelitian dari
tiga Stasiun Penakar Hujan) curah hujannya adalah dari 496 584,4 mm/bulan.
Penggunaan Lahan
Hutan
Kebun
Pemukiman
Sawah
Semak / alang-alang
Tegalan
Teh
Jumlah
Luas
Ha
5475
1575
3200
1425
225
2700
1775
16375
(%)
33.4
9.6
19.5
8.7
1.4
16.5
10.8
100
31
700
600
500
400
300
200
100
0
1
Jan
2
Feb
3
Maret
2000
4
April
5
Mei
2001
6
Juni
2002
7
Juli
2003
8
Agust
9
Sept
10
Okt
11 Des12
Nov
2004
32
1,600
Debit (L/det)
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
0
Jan
1
Feb2
Maret
3
2000
April
4
2001
Mei
5
2002
Juni
6
Juli
7
2003
Agust
8
Sept
9
Okt
10
Nov
11
Des
12
2004
33
Andosol dengan luasan 1775 ha (10,8% dari total luasan DAS). Penggunaan lahan
yang lain berupa sawah (irigasi dan tadah hujan), kebun (tanaman hortikultur)
dengan luasan masing-masing adalah 1425 ha (8,7% dari total luas DAS) dan
1575 ha (9,6% dari total luas DAS). Semak maupun alang-alang hanya menempati
luasan paling kecil yaitu, 225 ha (1,4% dari luasan total DAS). Secara terinci
penggunaan lahan daerah Ciliwung hulu (Katulampa) hasil gridisasi dengan
luasan 25 ha tertera pada Tabel 4.
No
Land Use
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah
Hutan
Kebun
Pemukiman
Sawah
Semak
Tegalan
Teh
Jumlah
Grid
219
63
128
57
9
108
71
655
Luasan
Ha
5475
1575
3200
1425
225
2700
1775
16375
%
33.4
9.6
19.5
8.7
1.4
16.5
10.8
100
34
kemudian dianalisis dengan data tinggi muka air dari Balai Pendayagunaan
Sumberdaya Air wilayah Ciliwung-Cisadane Bogor. Analisis data tinggi muka air
ditekankan pada tinggi muka air yang dapat menyebabkan banjir pada daerah hilir
DAS Ciliwung, kemudian disesuaikan dengan intensitas hujan yang ada tiap
kejadian hujan. Data kejadian hujan dan debit yang ditimbulkannya pada tanggal
05 - 06 November 2004 secara rinci tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Besarnya Debit yang Terjadi pada Bendung Katulampa pada
Tanggal 05 06 November 2004
Tanggal
5 Nov
6 Nov
Jam
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
24:00:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
10:00
Intensitas Hujan
mm/jam
0
6
10
2
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TMA
cm
39
40
52
53
50
72
70
46
100
96
90
80
78
70
47
46
45
44
Debit
m3/dtk
5.9132
6.3681
10.0069
10.4618
9.5521
17.2847
16.8299
8.1875
30.9306
28.6562
25.4722
20.9236
20.0139
16.8299
8.6424
8.1875
7.7326
7.2778
Aliran Permukaan
m3/dtk
0.0000
0.4549
4.0937
4.5486
3.6389
11.3715
10.9167
2.2743
25.0174
22.7431
19.5590
15.0104
14.1007
10.9167
2.7292
2.2743
1.8194
1.3646
Pada tabel diatas terlihat bahwa besarnya aliran dasar (Base Flow) adalah
sebesar 5,9 m3/dtk dan intensitas hujan maksimum terjadi pada jam 19:00, tetapi
tinggi muka air (TMA) tertinggi terjadi pada jam 01:00. Hal itu terjadi karena
adanya perjalanan air (Travel time) hujan dari Stasiun penakar hujan Citeko (
920m dpl) ke Stasiun pengukuran AWLR di Katulampa ( 347m dpl).
35
36
No
1
2
3
4
Jenis Tanah
Podsolik
Latosol
Andosol
Andosol-Latosol *
TP
%Vol
0.62
0.64
0.72
0.66
FP
%sat
0.9
0.66
0.2
0.35
FC
mm/jam
2.75
0.84
14.6
10.7
A
mm/jam
1.87
1.26
5.19
3.80
P
0.70
0.77
0.70
0.70
DF**
mm
75
75
75
75
ASM**
%sat
0.80
0.80
0.80
0.80
K
0.20
0.12
0.08
0.08
Keterangan:
* = dari Barus Kuhrian ; ** = nilainya tergantung kondisi ; TP adalah Total porositas ; FP adalah
Kapasitas lapang ; FC adalah Laju infiltrasi konstan ; A adalah Selisih infiltrasi maksimum dengan
laju infiltrasi konstan ; P adalah Koefisien infiiltrasi ; ASM adalah Antesedent Soil Moisture,
nilainya tergantung pada saat pengambilan contoh tanah (pada saat basah/hujan akan bernilai
tinggi dan sebaliknya); DF adalah Kedalaman zone infiltrasi ; K adalah Nilai erodibilitas tanah
dari USLE. Sifat fisik tanah latosol dari Rai, 1993 [Tesis], tanah andosol dari Banuwa, 1994
[Tesis], tanah podsolik dari Eliza, 1995 [Skripsi]
37
Land Use
Pemukiman
Sawah
Kebun
Tegalan
The
Hutan
Semak
Luas total
Luas
ha
3200
1425
1575
2700
1775
5475
225
16375
PIT
mm
0.5
0.8
1.5
0.6
1.8
2.5
0.6
PER
%
0.85
0.82
0.60
0.30
0.70
0.80
0.50
RC
0.41
0.31
0.35
0.43
0.42
0.45
0.35
HU
mm
100
70
130
60
70
110
110
n
0.15
0.30
0.42
0.16
0.40
0.50
0.20
C
0.010
0.010
0.030
0.700
0.010
0.001
0.030
Keterangan:
PER adalah Persentase penutupan lahan ; PIT adalah Volume intersepsi potensial ; RC adalah
Koefisien kekasaran ; HU adalah Tinggi kekasaran maksimum ; N adalah Koeffisien Mannings ;
C adalah Faktor tanaman dan penggelolaannya,
Lebar (m)
30
22.5
15
7.5
n*
0.04
0.05
0.06
0.07
Keterangan
Bersih, berkelok
Berkelok, terdapat genangan
Berkelok, Banyak gulma
Gulma alami, Berkelok
Keterangan :
* : nilai kekasaran Mannings untuk saluran alami (Schwab, et.al. 1981 dalam Arsyad, 1989).
38
39
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
JML
TMA
cm
39
40
52
53
50
72
70
46
100
96
90
80
78
70
936
WAKTU
menit
60
120
180
240
300
360
420
480
540
600
660
720
780
840
840
Debit Obs
m3/dtk
5.91
6.37
10.01
10.46
9.55
17.28
16.83
8.19
30.93
28.66
25.47
20.92
20.01
16.83
Debit.Mdl
m3/dtk
0.02
0.77
5.46
15.61
17.63
14.66
19.52
29.78
33.68
25.49
18.99
15.78
14.09
12.07
Vol.Air.Obs
m3
21287.5
22925.0
36025.0
37662.5
34387.5
62225.0
60587.5
29475.0
111350.0
103162.5
91700.0
75325.0
72050.0
60587.5
818750.0
Vol.Air.Mdl
m3
65.0
2783.7
19650.0
56199.0
63469.5
52760.2
70265.1
107223.5
121240.5
91765.5
68365.6
56821.2
50713.4
45735.4
807058.2
40
CATCHMENT:
CILIWUNG HULU
WATERSHED CHARACTERISTICS
===========================
NUMBER OF 25.00 HA OVERLAND FLOW ELEMENTS = 655
NUMBER OF CHANNEL SEGMENTS = 118
AREA OF CATCHMENT = 16375.0 HA
CATCHMENT SLOPE: MIN = 1.00 AVE = 15.35 MAX = 55.00 PERCENT
CHANNEL SLOPE: MIN = 2.00 AVE = 19.58 MAX = 27.00 PERCENT
PERCENT OF AREA TILED = 0.0 WITH A D.C. OF30.00 MM/24H
MEAN ANTECEDENT SOIL MOISTURE = 80., FIELD CAPACITY = 63. PERCENT SATURATION
GROUNDWATER RELEASE FRACTION = 0.0030
OUTLET IS ELEMENT 646 AT ROW 32 COL 1
-------------------------------------------------------------------------------OUTLET HYDROGRAPHS--VER 4.880215
RUNOFF VOLUME PREDICTED FROM 36.00 MMOF RAINFALL = 10.952 MM
AVERAGE SOIL LOSS = 920. KG/HA
MAX EROSION RATE =138225. KG/HA MAX DEPOSITION RATE = 56173. KG/HA
41
42
berbeda nyata dengan hasil pengukuran lapang. Secara rinci tertera pada Tabel
Lampiran 11.
Nilai koefisien korelasi (r) 0,63 menunjukkan debit dan volume aliran
model dapat menerangkan debit dan volume aliran pengukuran lapang serta
terdapat hubungan yang cukup kuat antara debit dan volume aliran model dengan
pengukuran lapang. Maka hasil model cukup baik untuk menduga debit dan
volume aliran rata-rata sebagaimana terlihat pada Gambar 8 dan 9.
r = 0.63
t-hitung = -0.11
s = 7.83
Observasi
DebitD
(m3/dtk)
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
Model
Gambar 8. Persamaan Regresi Garis Lurus antara Debit Model (Model) dengan
Debit Pengukuran (Observasi)
debit m3/dtk
40.00
30.00
m3/dtk
20.00
10.00
0.00
1
lap
mod
9 10 11 12 13 14
Jam ke-
43
44
15%, 25%, dan 35% lebih tinggi maupun lebih rendah. Rancangan simulasi untuk
penggunaan lahan dan parameter infiltrasi tanah secara lengkap tersaji pada Tabel
11 dan Gambar 10.
Tabel 11. Rancangan Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan pada DAS Ciliwung
Hulu (Katulampa)
Simulasi 3
Simulasi 4
(%)
Awal
Grid
(%)
Grid
(%)
Grid
(%)
Grid
(%)
Grid
Hutan
33.4
219
35
229
35
229
40
262
40
262
Kebun
9.6
63
9.6
63
9.6
63
9.6
63
9.6
19.5
128
18
98
19.5
128
13
85
Sawah
8.7
57
8.7
57
8.7
57
8.7
Semak
1.4
1.4
1.4
1.4
Tegalan
16.5
108
16.5
108
15
118
16.5
Teh
10.8
71
10.8
71
10.8
71
Jumlah
100
655
100
655
100
655
Land use
Pemukiman
Simulasi 1
Simulasi 2
Simulasi 5
(%)
Simulasi 6
Grid
(%)
Grid
28
183
33.4
219
63
9.6
63
9.6
63
19.5
128
25
164
25
164
57
8.7
57
8.7
57
8.7
57
1.4
1.4
1.4
108
10
65
16.5
108
11
72
10.8
71
10.8
71
10.8
71
10.8
71
100
655
100
655
100
655
100
655
45
yang dinamis dan akan selalu bertambah searah dengan pertambahan penduduk di
kawasan hulu.
Infiltrasi Tanah
0.78
25
cm/jam
0.74
15
0.72
10
0.7
5
Par.Infiltrasi
0.76
20
0.68
0.66
1 2
2 33 44 15 26 37 48 1910
21112
3 4 13
1 14
215
316
41718
1 2 19
3 20
4 21
1 2223
2 3 24
4 25
1 26
2 27
3 28
4
1
Aw
fc
10
11
12
Simulasi
Keterangan:
1) Latosol, 2) Podsolik, 3) Andosol, 4) Asosiasi, Aw adalah kondisi Awal, 7 adalah Simulasi 15%,
8 adalah Simulasi 25%, 9 adalah Simulasi 35%, 10 adalah Simulasi -15%, 11 adalah Simulasi 25%, 12 adalah Simulasi -35%, FC adalah Infiltrasi konstan, A adalah Selisih laju infiltrasi
maksimum dan infiltrasi konstan, P adalah Eksponen Infiltrasi.
46
Tabel 12. Hasil Simulasi (kontribusi) untuk Debit Puncak Aliran dalam Persen
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Simulasi
32.3543
32.7364
28.2287
30.1982
34.3966
39.0908
28.8291
25.8634
23.6255
39.2227
43.1982
47.4693
%
4.09
2.88
19.30
11.52
-2.09
-13.85
16.82
30.21
42.55
-14.14
-22.04
-29.05
Keterangan
Hutan 35% dari Pemukiman
Hutan 35% dari Tegalan
Hutan 40% dari Pemukiman
Hutan 40% dari Tegalan
Pemukiman 25% dari Hutan
Pemukiman 25% dari Tegalan
Peningkatan Infiltrasi 15%
Peningkatan Infiltrasi 25%
Peningkatan Infiltrasi 35%
Penurunan Infiltrasi 15%
Penurunan Infiltrasi 25%
Penurunan Infiltrasi 35%
Tabel 13. Hasil Simulasi (kontribusi) untuk Volume Total Aliran dalam Persen
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
%
4.09
2.92
16.64
12.03
-2.40
-14.65
16.43
27.69
36.96
-14.77
-23.09
-30.66
Keterangan
Hutan 35% dari Pemukiman
Hutan 35% dari Tegalan
Hutan 40% dari Pemukiman
Hutan 40% dari Tegalan
Pemukiman 25% dari Hutan
Pemukiman 25% dari Tegalan
Peningkatan Infiltrasi 15%
Peningkatan Infiltrasi 25%
Peningkatan Infiltrasi 35%
Penurunan Infiltrasi 15%
Penurunan Infiltrasi 25%
Penurunan Infiltrasi 35%
47
200000
50.00
40.00
150000
30.00
100000
20.00
50000
10.00
0.00
1 2
11 12
Aw
1 23 34 45 56 76 8
7 89 10
9 10
11 13
12
Debit
Volume Aliran
Simulasi
Keterangan
(Aw) adalah Kondisi awal ; (1 12) adalah Kondisi simulasi
Gambar 11. Debit Puncak (m3/dtk) dan Volume Puncak Aliran (m3) Hasil
Simulasi
48
debit puncak dan volume aliran air tetapi belum mampu menurunkan debit banjir.
Debit puncak aliran turun dari 33,677% menjadi 32,736 m3/dtk volume aliran
turun dari 807058,2 menjadi 7841496,6 m3. Penurunan sebesar 2,88% tidak nyata
menurunkan debit banjir, sehingga bila ada kejadian banjir yang jauh di atas
ambang misalnya kejadian banjir tanggal 17 februari 2004 dengan besar debit
puncak 130,674 m3/dtk akan turun menjadi 126,910 m3/dtk nilai itu masih jauh
diatas ambang banjir.
Simulasi ini menunjukkan bahwa, hutan yang dijadikan 35% dari luasan
total DAS belum mampu menurunkan debit banjir pada Bendung Katulampa.
Kontribusi simulasi 1 dan 2 hanya mampu menurunkan debit dan volume aliran
yang tertampung pada Bendung Katulampa. Jika diekstrapolasikan dengan
kejadian banjir yang menghasilkan debit puncak yang tinggi misalnya, tanggal 17
februari masih menghasilkan debit diatas ambang banjir.
Jika diterapkan simulasi 3, penambahan luasan hutan menjadi 40% dengan
mengkonversi dari lahan pemukiman, akan berakibat menurunkan nilai debit
puncak sebesar 19,30% sehingga debit yang terjadi menjadi 28,228 m3/dtk dari
kondisi awal. Volume aliran akan turun sebesar 16,64% sehingga menjadi
691909,2 m3 dari kondisi awal. Penurunan 19,30% pada nilai debit jika
diekstrapolasikan dengan kejadian banjir tanggal 10 januari 2004 yang debit
puncaknya 106,698 m3/dtk turun menjadi 86,105 m3/dtk nilai tersebut dibawah
ambang banjir, tetapi jika debit yang dihasilkan semakin besar akan tetap
menyebabkan banjir (tanggal 18 januari).
Hasil dari simulasi 4, yaitu peningkatan luasan hutan menjadi 40% yang
dikonversi dari lahan tegalan mampu menurunan debit puncak maupun volume
49
aliran yang terjadi pada DAS. Jika simulasi ini diterapkan akan mengakibatkan
penurunan 11,52% pada nilai debit puncak (33,6779 m3/dtk menjadi 30,1982
m3/dtk) sedangkan untuk volume total aliran akan turun sebesar 12,03%
(807058,2 m3 menjadi 720401,7 m3). Penurunan 11,52% pada nilai debit jika
diekstrapolasikan dengan kejadian banjir tanggal 10 januari 2004 yang debit
puncaknya 106,698 m3/dtk turun menjadi 94,40 m3/dtk nilai tersebut dibawah
ambang banjir, tetapi jika debit yang dihasilkan semakin besar akan tetap
menyebabkan banjir (tanggal 18 januari).
Jika ingin mengurangi banjir, luasan hutan yang ideal adalah lebih dari
35% dimana luasan hutan saat ini adalah 33,4%. Luasan hutan harus lebih dari
35% karena pada luasan yang sama dengan 35% masih diprediksi akan terjadi
banjir. Secara rinci nilai kontribusi masing-masing simulasi terhadap banjir tersaji
pada Tabel 14.
Hasil simulasi lain dimana luasan pemukiman yang ditingkatkan dengan
mengkonversi dari lahan hutan maupun tegalan sama-sama berpengaruh terhadap
peningkatan debit puncak dan volume aliran maupun debit banjir. Penambahan
luasan pemukiman menjadi 25% dengan mengkonversi dari lahan hutan pada
simulasi 5 ternyata memberikan dampak meningkatkan debit puncak aliran
sebesar 2,09% (33,6779 m3/dtk menjadi 34,2966 m3/dtk). Sedangkan untuk
volume aliran naik menjadi 2,40% (807058,2 m3 menjadi 826937,5 m3).
Penurunan 2,09% jika diekstrapolasikan dengan kejadian banjir tanggal 10 januari
debit banjir yang terjadi meningkat dari 106,69 m3/dtk menjadi 128,99 m3/dtk.
Nilai itu diatas nilai ambang batas besarnya debit banjir.
50
Tabel 14. Debit Hasil Simulasi Parameter Penggunaan Lahan pada Kondisi Debit
Puncak Banjir Tahun 2004
Tanggal
TMA
cm
90
130
100
120
Debit*
(m3/dtk)
106.698
274.725
130.674
244.200
10-Jan
18-Jan
17-Peb
27-Des
Keterangan:
* = Hasil pengukuran dari Balai PSDA Ciliwung-Cisadane dan kapasitas Bendung menampung
debit air adalah 100 m3/dtk, jika debit air lebih besar dari kapasitas Bendung akan terjadi banjir ;
Sim adalah Simulasi ; Simulasi 1, 2, 3 dan 4 mengalami penurunan debit ; Simulasi 5 dan 6
mengalami peningkatan debit ;** = Tidak terjadi banjir, karena debit lebih kecil dari 100m3/dtk
51
selisih antara infiltrasi konstan dan maksimum (A) serta eksponen infiltrasi (P).
Simulasi akan mengkaji dampak yang diberikan terhadap nilai pada debit maupun
volume aliran yang terjadi dalam DAS. Nilai-nilai parameter akan ditingkatkan
sebesar 15%, 25%, 35% dan diturunkan sebesar 15%, 25% serta 35%. Hasil
kontribusi
setiap
parameter
infiltrasi
yang
dapat
mengurangi
maupun
meningkatkan nilai debit puncak banjir yang terjadi pada Tahun 2004 tersaji pada
Tabel 15.
Tabel 15. Debit Hasil Simulasi Parameter Infiltrasi Tanah pada Kondisi Debit
Puncak Kejadian Banjir Tahun 2004
Tanggal
TMA
cm
90
130
100
120
Debit*
(m3/dtk)
106.698
274.725
130.674
244.200
10-Jan
18-Jan
17-Peb
27-Des
Keterangan:
* = Hasil pengukuran dari Balai PSDA Ciliwung-Cisadane dan kapasitas Bendung menampung
debit air adalah 100 m3/dtk, jika debit air lebih besar dari kapasitas Bendung akan terjadi banjir ;
Sim adalah Simulasi ; Simulasi 7, 8 dan 9 mengalami penurunan debit ; Simulasi 10, 11 dan 12
mengalami peningkatan debit ; ** = Tidak terjadi banjir, karena debit lebih kecil dari 100 m3/dtk
52
hujan yang sama pada tanggal 18 Januari penurunan 42,55% belum mampu
menurunkan debit banjir.
Peningkatan parameter infiltrasi pada taraf 35% (simulasi 9) mampu
menurunkan puncak debit aliran yang tertampung pada Bendung Katulampa
menjadi 61,298 m3/dtk pada curah hujan 24 mm (pada kejadian banjir tanggal 10
januari). Pada kondisi infiltrasi ini dapat diprediksi jika seluruh volume aliran
yang terjadi pada DAS Ciliwung akan tertampung pada Bendung Katulampa. Hal
itu dikarenakan daya tampung Bendung Katulampa sebesar 100 m3/dtk, jika air
yang tertampung lebih besar dari itu akan terjadi banjir pada Wilayah Ciliwung
bagian hilir. Debit puncak banjir dapat dikurangi sampai kondisi tidak terjadi
banjir jika, infiltrasi tanahnya diperbaiki dengan taraf 15%. Asumsinya semakin
besar infiltrasi tanah akan semakin kecil aliran permukaan yang dapat
menyebabkan banjir.
Penurunan nilai infiltrasi sebesar 15-35% memberikan pengaruh nyata
meningkatkan debit dan volume aliran. Parameter infiltrasi yang diturunkan pada
taraf terkecil yaitu, sebesar 15% (simulasi 10) memberikan peningkatan nilai debit
total dan volume aliran sebesar 14,14% dibandingkan pada kondisi awal.
Penurunan infiltrasi tanah pada taraf 35% (simulasi 12) memberikan kontribusi
peningkatan 29,05% terhadap debit puncak maupun volume aliran.
Penurunan infiltrasi pada taraf 15% memberikan kontribusi peningkatan
debit total maupun volume aliran lebih kecil dibandingkan pada taraf 35%, jika
diekstrapolasikan
dengan
kejadian
banjir
tanggal
10
januari,
mampu
53
Katulampa yaitu 106,698 m3/dtk menjadi 212,785 m3/dtk (pada debit banjir) dan
807058,2 m3 menjadi 1163951 m3 (volume aliran).
Hal tersebut di atas dapat menjelaskan, sangat pentingnya pengelolaan
infiltrasi tanah terhadap besarnya aliran permukaan pada daerah DAS Ciliwung
khususnya bagian Hulu. Jika infiltrasi tanahnya buruk atau terjadi kesalahan
pengelolaan tanah maka akan mungkin selalu banjir di Wilayah hilir DAS
Ciliwung. Kesalahan pengelolaan tanah dapat berupa pemanfaatan lahan tanpa
memperhatikan aspek kemampuan dan kesesuaiannya, selain itu dapat terjadi
karena pemakaian alat-alat berat dalam pengolahannya.
Fungsi sungai sebagai saluran dapat menampung setiap air yang turun
secara maksimal jika mampu meminimalkan sedimen yang tertampung pada
saluran, memperlebar saluran maupun meningkatkan infiltrasi tanah. Peningkatan
itu dapat menggunakan cara mekanik maupun cara vegetatif. Cara vegetatif dapat
dilakukan dengan penambahan mulsa maupun bahan organik pada lahan kosong
atau bera. Cara mekanik dengan mengolah tanah, yaitu merubah sifat-sifat tanah
yang padat menjadi lebih sarang tanpa mengakibatkan kerusakan tanah
selanjutnya.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil simulasi peningkatan luasan hutan menjadi 35% (kondisi saat ini
33,4%) yang dikonversi dari pemukiman maupun tegalan tidak nyata
menurunkan debit banjir, melainkan hanya menurunkan debit dan volume aliran
pada curah hujan 24 mm.
serta kejadian banjir dapat diminimalkan setelah luasan hutan menjadi 40% dari
luasan total DAS yang dikonversi dari luasan pemukiman maupun tegalan pada
curah hujan yang sama. Pada curah hujan yang sama penambahan luasan
pemukiman menjadi 25% (awal 19,5%) dari luasan DAS yang dikonversi dari
luasan hutan maupun tegalan dapat meningkatkan debit banjir maupun debit
aliran.
2. Peningkatan infiltrasi tanah berpengaruh nyata terhadap penurunan debit dan
volume aliran serta kejadian banjir pada curah hujan 24 mm. Pada curah hujan
yang sama penurunan infiltrasi tanah memberikan pengaruh yang sama (nyata)
terhadap peningkatan debit dan volume aliran serta kejadian banjir.
6.2. Saran
Hasil simulasi perubahan hutan menjadi 35% dari total luasan DAS tetap
memperlihatkan limpasan banjir, dengan mengurangi sedimen pada aliran sungai
serta memperbesar kapasitas infiltrasinya maka akan dapat memperbesar jumlah
55
air yang tertampung pada bendungan dan jumlah air yang terserap ke dalam tanah.
Pertahankan luasan pemukiman dengan meningkatkan luasan hutan hingga
mencapai lebih dari 35% dari total luasan DAS.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta
[Bakosurtanal], Badan Koordinasi Surve dan Pemetaan Nasional. 2000. Peta
Rupa Bumi, Lembar 1209-141 Ciawi, Lembar 1290-142 Cisarua,
Lembar 1209-124 Salabintana, Cibinong. Bogor
Banuwa, S.I. 1994. Dinamika Aliran Permukaan dan Erosi Akibat Tindakan
Konservasi Tanah pada Tanah Andosol Pengalengan Jawa Barat. [Tesis].
IPB, Bogor
Barus, B., Gandasasmita, K., Wiradisatra, U.S., Raimadoya, M.A. 1995. Penuntun
Praktikum Kartografi. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi.
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Beasley, D.B. dan L.F. Huggins. 1991. ANSWERS, Users Manual. Indiana
Eliza, Y. 1995. Pengaruh Pemberian terra cottem, Cara Penempatan dan
Ketersediaan Air Terhadap Pertumbuhan, Produksi Efisiensi
Penggunaan Air pada Tanaman Kedelai Varietas Wilis pada Tanah
Podsolik. [Skripsi], FAPERTA. IPB, Bogor
Hamilton, L.S. dan King, P. N. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jurusan Geofisika Dan Meteorologi. FMIPA.
IPB, Pustaka Jaya, Jakarta
Haridjaja, O., Murtilaksono, K., Sudarmo, dan L. M. Rahman. 1991. Hidrologi
Pertanian. Jurusan Tanah. FAPERTA. IPB. Bogor
Kuhriani, B. 1999. Pendugaan Kehilangan Tanah Akibat Erosi Menggunakan
Model Answers Di DAS Ciliwung Hulu. [Skripsi]. Jurusan Teknologi
Pertanian, FATETA, IPB, Bogor
Kusumadewi, F. 2002. Aplikasi Model Answers Dalam Memprediksi Laju Aliran
Permukaan Dan Erosi Pada Berbagai Tipe Penunutupan Lahan Di Sub
DAS Cipeureu Gunung Walat Sukabumi. [Skripsi]. Jurusan Manajemen
Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor
Lee, R. 1988. Hidrologi Hutan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
57
58
60
60
Lampiran 2
Tabel 1. Kode Struktur Tanah
Kelas Struktur Tanah (ukuran diameter)
Granuler sangat halus
Granuler halus
Granuler sedang sampai kasar
Berbentuk blok, bloky, plat, massif
Kode
1
2
3
4
Kecepatan (cm/jam)
<0.5
0.5-2.0
2.0-6.3
6.3-12.7
12.7-25.4
>25.4
Kode
6
5
4
3
2
1
PIT (mm/jam)
0.5-1.0
0.3-1.3
0.5-1.0
0.5-1.5
1.0-2.5
61
Tanaman
PER
0.80
0.65
0.60
0.50
0.82
0.40
0.30
0.00
0.87
Hutan lebat
Hutan jarang
Kebun campuran
Semak belukar
Sawah irigasi
Sawah non irigasi
Padang rumput
Lahan terbuka
Pemukiman
Tabel 5. Nilai Kekasaran Permukaan (RC), Tinggi Kekasaran (HU), Manning (n)
Kondisi Permukaan
Tanah diolah dalam bongkah halus
Tanah diolah dalam bongkah sedang
Tanah diolah dalam bongkah kasar
Tanah diolah sedang bongkah halus
Tanah diolah sedang bongkah sedang
Tanah diolah sedang bongkah kasar
Tanah tidak diolah bekas ladang
HU (mm)
100
130
130
60
70
130
110
RC
0.53
0.48
0.59
0.37
0.33
0.45
0.59
n
0.01-0.05
0.10-0.20
0.25-0.50
0.03-0.07
0.10-0.20
0.20-0.40
0.10-0.14
62
110
110
110
110
110
110
110
0.45
0.35
0.25
0.15
0.09
0.02
0.10
0.40-0.50
0.20-0.30
0.20-0.30
0.30-0.40
0.05-0.10
0.01-0.03
0.05-0.15
Lampiran 3
Debit Puncak
40.000
33.678
30.000
28.829
25.863
23.625
3
25%
4
35%
20.000
10.000
0.000
1
Awal
15%2
Simulasi
Debit
Debit Puncak
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
33.678
1
Debit
39.223
43.198
3
Simulasi
47.469
63
Gambar 2. Hasil Perbandingan Debit pada Kondisi Awal dan Kondisi Simulasi
Awal
-15%
-25%
-35%
64
Jan
648
815
566
146
339
502,8
0
919
Peb
357
919
543
550
553
584,4
Maret
503
570
223
337
212
369
Rataan
April
440
495
283
239
361
363,6
61,6
Mei
254
272
247
113
303
237,8
Sampai
Juni
86
163
98
90
53
98
584,4
Juli
134
124
148
0
87
98,6
Agus
46
51
79
123
9
61,6
Sept
50
193
18
146
205
122,4
Okt
210
431
57
434
90
244,4
Nov
444
475
174
153
212
291,6
Des
242
70
507
530
413
352,4
Jan
Peb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
2000
2001
2002
2003
2004
Rataan
CH.min
CH.mak
450
578
634
137
290
417.8
1
699
338
699
659
582
511
557.8
293
499
338
245
269
328.8
Rataan
379
368
340
263
355
341
84,4
246
282
28
166
242
192.8
Sampai
116
134
151
21
40
92.4
557,8
220
70
186
1
72
109.8
77
51
81
207
8
84.8
85
117
23
247
155
125.4
219
374
47
290
135
213
338
439
217
254
188
287.2
119
76
275
372
466
261.6
Mei
Juni
Jan
Peb
Maret
April
Juli
Ags
Sept
Okt
Nov
Des
65
2000
2001
2002
2003
2004
Rataan
CH.min
CH.mak
481
475
628
162
732
496
0
782
249
573
398
618
553
478
217
293
423
459
415
361
Rataan
234
428
277
537
467
389
170
341
312
320
275
506
351
Sampai
115
327
203
129
109
177
496
260
363
420
4
133
236
285
189
45
308
25
170
248
410
130
291
408
297
351
446
355
475
290
383
408
362
574
255
782
476
159
0
457
362
501
296
Juni
164
227
110
86
130
143
884
Juli
157
188
138
51
103
128
Agst
86
91
93
70
61
80
Sept
87
126
64
151
77
101
Okt
215
310
4
205
103
167
Nov
364
370
111
145
145
227
Des
120
177
163
213
336
202
Jan
608
555
878
107
492
528
1,410
4
Peb
666
1,065
1,410
498
779
884
Maret
292
387
378
362
606
405
Rataan
April
336
411
514
278
465
401
80
Mei
338
269
292
311
521
346
Sampai
66
67
68
69
70
Lampiran 5
Tabel 10. Data Masukan Model ANSWERS
GENERAL PREDATA FILE FOR USE IN ANSWERS
METRIC UNITS ARE USED ON INPUT/OUTPUT CILIWUNG HULU PRINT
RAINFALL DATA FOR 1 RAINGAUGES FOR EVENT OF 05-11-04
GAUGE NUMBER R1
0
0
0.00
0
60
0.00
0 120
6.00
0 180 10.00
0 240
2.00
0 300
0.00
0 480
6.00
1 3000
0.00
SOIL INFILTRATION, DRAINAGE AND GROUNDWATER CONSTANTS FOLLOW
NUMBER OF SOILS = 4
S 1, TP =.72, FP = .2, FC = 14.6, A = 5.19, P = .7, DF = 75, ASM = .8, K =.08
S 2, TP =.64, FP =.66, FC = .84, A = 1.26, P =.77, DF = 75, ASM = .8, K =.12
S 3, TP =.62, FP = .9, FC = 2.75, A = 1.87, P =.77, DF = 75, ASM = .8, K =.20
S 4, TP =.66, FP =.35, FC = 10.7, A = 3.80, P = .7, DF = 75, ASM = .8, K =.08
DRAINAGE COEFFICIENT FOR TILE DRAINS =30.00 MM/24HR
GROUNDWATER RELEASE FRACTION = 0.003
SURFACE ROUGHNESS AND CROP CONSTANTS FOLLOW
NUMBER OF CROPS AND SURFACES = 7
C 1, CROP=PMUKIMAN,
PIT= .5, PER=.85, RC=.41, HU= 100, N= .15, C=.010
C 2, CROP=SAWAH ,
PIT= .8, PER=.82, RC=.31, HU= 70, N= .3, C=.010
C 3, CROP=KEBUN ,
PIT=1.5, PER= .6, RC=.35, HU= 130, N= .42, C=.030
C 4, CROP=TEGALAN ,
PIT= .6, PER= .3, RC=.43, HU= 60, N= .16, C=.700
C 5, CROP=TEH ,
PIT=1.8, PER= .7, RC=.42, HU= 70, N= .4, C=.010
71
C 6, CROP=HUTAN ,
PIT=2.5, PER=.65, RC=.45, HU= 110, N= .5, C=.001
C 7, CROP=SEMAK ,
PIT= .6, PER= .5, RC=.35, HU= 110, N= .2, C=.030
CHANNEL SPECIFICATIONS FOLLOW
NUMBER OF TYPES OF CHANNELS = 4
CHANNEL 1, WIDTH= 30 M., ROUGHNESS COEFF.(N) = .04
CHANNEL 2, WIDTH=22.5 M., ROUGHNESS COEFF.(N) = .05
CHANNEL 3, WIDTH= 15 M., ROUGHNESS COEFF.(N) = .06
CHANNEL 4, WIDTH= 7.5 M., ROUGHNESS COEFF.(N) = .07
ELEMENT SPECIFICATIONS FOR CILIWUNG HULU
EACH ELEMENT IS 500.0M SQUARE
OUTFLOW FROM ROW 32 COLUMN 1
1 31 250 270 4 6 R1
0
3000.0
2 30 250 270 4 6 R1
0
2500.0
2 31 250 270 4 6 R1
0
2700.0
2 32 250 270 4 6 R1
0
2700.0
3 27 250 270 4 6 R1
0
2600.0
3 28 250 270 4 6 R1
0
2600.0
3 29 250 225 4 6 R1
0
2500.0
3 30 250 270 4 6 R1
0
2300.0
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
32 25 250 180 1 6 R1
0
1400.0
32 26 250 90 1 6 R1
0
1400.0
33 25 9190 90 1 6 R1
0
1200.0
72
60.0
120.0
180.0
240.0
300.0
480.0
3000.0
0.00
6.00
10.00
2.00
0.00
6.00
0.00
CHANNEL PROPERTIES
TYPE WIDTH MANNING'S N
M
1
30.0
0.040
2
22.5
0.050
73
3
4
15.0
7.5
0.060
0.070
CILIWUNG HULU
WATERSHED CHARACTERISTICS
NUMBER OF 25.00 HA OVERLAND FLOW ELEMENTS = 655
NUMBER OF CHANNEL SEGMENTS = 118
AREA OF CATCHMENT = 16375.0 HA
CATCHMENT SLOPE: MIN = 1.00 AVE = 16.66 MAX = 55.00 PERCENT
CHANNEL SLOPE: MIN = 2.00 AVE = 19.58 MAX = 27.00 PERCENT
PERCENT OF AREA TILED = 0.0 WITH A D.C. OF30.00 MM/24H
MEAN ANTECEDENT SOIL MOISTURE = 80., FIELD CAPACITY = 63. PERCENT SATURATION
GROUNDWATER RELEASE FRACTION = 0.0030
OUTLET IS ELEMENT 646 AT ROW 32 COL 1
SURFACE COVER/MANAGEMENT CONDITIONS
SOIL ASSOCIATION PROPERTIES
CROP
PERCENT PERCENT N
C
NO. PERCENT FC INITIAL CONTROL K
PRESENT COVER
PRESENT MM/H MM/H DEPTH MM
PMUKIMAN 19.7
85.
0.150 0.010
1
13.9
0.8
1.2
7.5 0.12
SAWAH
8.5
82.
0.300 0.010
2
48.4
14.6
16.3
7.5 0.08
KEBUN
9.6
60.
0.420 0.030
3
13.4
2.8
3.3
7.5 0.20
TEGALAN 16.8
30.
0.160 0.700
4
24.3
10.7
15.2
7.5
0.07
TEH
10.7
70.
0.400 0.010
HUTAN
33.3
65.
0.500 0.001
SEMAK
1.4
50.
0.200 0.030
TIME
MIN.
0.0
30.0
60.0
90.0
120.0
150.0
180.0
210.0
74
240.0
270.0
300.0
330.0
360.0
390.0
420.0
450.0
480.0
510.0
540.0
570.0
600.0
630.0
660.0
690.0
720.0
750.0
780.0
810.0
840.0
870.0
2.00
0.00
0.00
6.00
6.00
6.00
6.00
6.00
6.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.3432
0.4315
0.3876
0.3359
0.3222
0.3435
0.4291
0.5482
0.6548
0.7365
0.7404
0.6581
0.5604
0.4776
0.4175
0.3751
0.3470
0.3271
0.3097
0.2929
0.2793
0.2682
180213.
422115.
727018.
1057923.
1400058.
1729369.
2087031.
2526794.
3051598.
3693814.
4464565.
5300255.
6120941.
6855160.
7487566.
8059267.
8605735.
9139046.
9652984.
10134193.
10577969.
11000272.
6255.
8089.
9939.
12263.
12569.
11604.
11159.
10508.
10613.
11608.
13316.
15337.
16903.
17080.
17137.
17748.
18682.
19229.
19348.
18912.
18451.
18645.
75
Debit
lapang
5.91
6.37
10.01
10.46
9.56
17.28
16.83
8.19
30.93
28.66
25.47
20.92
20.01
16.83
227.431
16.245
Debit
model
0.018
0.773
5.458
15.611
17.630
14.656
19.518
29.784
33.678
25.490
18.990
15.784
14.087
12.704
224.183
16.013
a
(Q.lpg-Q.mdl)
5.895
5.595
4.549
-5.149
-8.078
2.629
-2.688
-21.597
-2.747
3.166
6.482
5.140
5.927
4.126
3.248
0.232
nx2- (x)2/n(n-1)
14[(797.226) (3.248)2]/182
a2
34.751
31.302
20.690
26.512
65.259
6.912
7.227
466.422
7.548
10.023
42.013
26.419
35.127
17.020
797.226
56.945
b
(Q.lpg-Avr.lpg)
-10.332
-9.877
-6.238
-5.783
-6.693
1.040
0.585
-8.058
14.686
12.411
9.227
4.679
3.769
0.585
b2
106.747
97.555
38.914
33.446
44.796
1.081
0.342
64.924
215.664
154.038
85.141
21.889
14.204
0.342
879.083
62.792
76
7.8273
t hitung =
=
=
[n.(x- )]/s, v = n 1
{14[(16.013) (16.245)]}/7.8273
-0.11