You are on page 1of 13

PERTIMBANGAN

LIMBAH

GEOLOGI OALAM PEMILIHAN TAPAK PENYIMPANAN


RAOIOAKTIF 01 KAWASAN PPTN SERPONG

Sucipta
Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

ABSTRAK
PERTIMBANGAN GEOLOGI OALAM PEMILIHAN TAPAK PENYIMPANAN LlMBAH
RAOIOAKTIF 01 KAWASAN PPTN SERPONG. Pertimbangan geologi merupakan salah satu
hal utama dalam eksplorasi atau pemilihan tapak repositori limbah radioaktif. Hal tersebut
didukung oleh kenyataan bahwa tapak repositori pasti berada dalam suatu sistem geologi
(geosfer). Tujuan dari pemilihan tapak tersebut ialah untuk mendapatkan tapak yang secara
geologi mampu menghalangi lepasnya pencemaran oleh limbah dari repositori ke biosfer. Selain
itu juga perlu persyaratan tapak yang bebas dari pengaruh proses-proses geologi yang
mengancam kestabilan jangka: panjangnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah
analisis deskriptif digabung dengan evaluasi secara scoring. Daerah PPTN Serpong yang
secara morfologis berupa dataran bergelombang (elevasi 80-100 m dpal), batuannya tersusun
oleh aluvial, tuf kuarter, tuf pumisan, tuf lempungan, tuf pasiran dan batugamping. Struktur
geologi yang ada diduga berupa graben yang telah terkubur sedalam > 15 m sejak zaman
Plistosen. Kondisi hidrologi dengan run-off sedang dan jarak dari sungai 160 m. Air tanah
dengan kedalaman 8,3 m dan pola aliran sejajar. Sumberdaya alam geologi yang ada meliputi
lahan dan air tanah. Potensi bencana alam geologi yang paling tinggi adalah gerakan tanah.
Dari evaluasi lahan didapat kesimpulan bahwa daerah PPTN Serpong berkesesuaian sedang
untuk tapak NSD.

ABSTRACT
GEOLOGICAL CONSIDERA TION FOR THE SITE SELECTION OF RADIOACTIVE
WASTE A T THE PPTN SERPONG AREA. Geological consideration is a main aspect in the
exploration or selection of site for radioactive waste repository, because, really that repository
site must be surrounded by geological system (geosphere). The objective of the site selection is
to obtain a site which geologically capable to prevent the escape of waste pollution from
repository to biosphere. Beside that the site must be free from geological processes which
harmfull to longterm stability of the site. Descriptive analysis method was applied in this research
and combined with evaluation by scoring methods. NTRC Serpong morphologically consist of
undulatory plains (elevation 80-100 m above msl), the lithology are alluvial deposits, Quarternary
tuffs, pumiceous tuffs, clayey tuffs, sandy tuffs and limestone. The geological structure was
supposed a graben which burried more than 15 m since Pleistocene. Hydrological condition are
moderately run-off; and the distance to the river is about 160 m. The depth of groundwater is 8,3
m, with paralel drainage system. Geological resources found in the site are land and
groundwater. The most potential of geological hazard is a rock mass movement. By the land
evaluation could be concluded that PPTN Serpong area have moderate suitability for NSD site.

PENDAHULUAN
Tujuan dari penyimpanan lestari limbah radioaktif adalah untuk
mengungkung limbah sehingga tidak menimbulkan paparan radiasi yang berarti
terhadap manusia dan lingkungan. Tingkat pengungkungan yang diharapkan
dapat diperoleh dengan mengimplementasikan
berbagai metode disposal,
antara lain dengan model dekat permukaan (near sulface disposa/=NSD)
sebagai pilihan yang telah umum digunakan di beberapa negara[1]. Oi dalam
sistem NSO, fasilitas disposal ditempatkan pada atau di bawah permukaan
tanah dengan ketebalan penutup beberapa meter. Oalam kasus-kasus tertentu,
Hasil Penelitian Tahun 2000

penutup tersebut bisa mencapai beberapa puluh meter untuk tipe Qua batuan
(rock cavern). Fasilitas tersebut diperuntukkan bagi limbah aktivitas rendah dan
menengah tanpa radionuklida berumur panjang.
NSD telah diaplikasikan dalam beberapa dekade, dengan variasi yang
sangat beragam dalam hal tapak, tipe dan jumlah limbah, serta desain
repositori. Pengalaman menunjukkan bahwa pengungkungan yang efektif dan
aman terhadap limbah tergantung pada unjuk kerja sistem disposal secara
keseluruhan , yang terdiri dari tiga komponen atau barrier utama yaitu : tapak,
fasilitas disposal dan bentuk kemasan limbah. NSD juga memerlukan kendali
institusional secara aktif seperti monitoring (pemantauan) dan maintenance
(pemeliharaan).
Kesesuaian tapak akan sangat tergantung pada kondisi geologinya. Tata
geologi suatu tapak harus memiliki kemampuan untuk mengungkung limbah
dan membatasi pelepasan radionuklida ke biosfer. Selain itu juga harus
berkemampuan menjamin stabilitas jangka panjang sistem disposal dan cukup
memadai untuk menampung volume limbah serta fasilitas engineered barrier-

nya.

Tapak SP-4 di dalam kawasan PPTN Serpong telah diteliti oleh


beberapa peneliti terdahulu[2-6]. SYAFALNI (1991) [2] telah mengkaji sistem
geohidrologi secara numerik, dengan kesimpulan bahwa tapak SP-4 memiliki
kondisi terbaik untuk tapak penyimpanan limbah aktivitas rendah. THAMZIL
LAS dkk. (1995)[3] telah melakukan pengkajian keselamatan rancang bangun
tempat penyimpanan limbah radioaktif model tanah dangkal di PPTN Serpong
(tapak SP-4) dengan Program Pathrae-EPA. ERWANSYAH LUBIS dkk.
(1996)[4] telah melakukan penelitian migrasi 60COdan 137Cs dalam tanah jenuh

dan tak jenuh di PPTA Serpong. SYAHRIR (1996)[5] telah melakukan


pemilihan model komputasi untuk pengkajian keselamatan penyimpanan
limbah tanah dangkal di PPTA Serpong, antara lain dengan computer code
VS2DT, PAGAN dan GENII. Menurut ERWANSYAH LUBIS dkk. (2000)[6],
lapisan tanah laterit di PPTN Serpong mempunyai peranan penting dalam
retardasi dan dispersi migrasi radionuklida tertentu menuju tubuh air tanah.
Dari penelitian ini diharapkan
dapat diketahui kesesuaian
dan
kemampuan lahan PPTN Serpong khususnya SP-4 untuk tapak penyimpanan
lestari limbah radioaktif aktivitas rendah dan sedang. Pertimbangan kriteria
yang digunakan dalam evaluasi ini adalah aspek geologi lingkungan. Hal ini
perlu dilakukan karena penelitian-penelitian terdahulu belum mengkaji aspek
tersebut.

TATA KERJA
Oaerah Penelitian
Oaerah penelitian berada dalam kawasan Pusat Penelitian Tenaga
Nuklir -BATAN,
Kompleks PUSPIPTEK Serpong (selanjutnya disebut dengan
PPTNS), dengan posisi lokasi sekitar 621'40" LS dan 10639'57" BT. Secara
topografis daerah PPTNS terletak pada ketinggian antara 85 m hingga 95 m di
atas permukaan air laut rata-rata. Secara administrasi pemerintahan daerah

HasH Penelitian

Tahun 2000

173

penelitian termasuk dalam wilayah Desa Setu, Kecamatan Cisauk, Kabupaten


Tangerang, Propinsi Banten.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa peta
geomorfologi/peta topografi, peta geologi, penampang geologi, log litologi hasil
pemboran, peta hidrogeologi, peta penggunaan lahan, dan peta tala letak
fasilitas PPTN Serpong.
Metode
Metode yang diterapkan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif
yang dikombinasikan dengan metode scoring untuk evaluasi lahan yang
merupakan modifikasi dari metode evaluasi lahan menurut HOWARD &
REMSON (1978)[7], sehingga dapat ditentukan kesesuaian atau kemampuan
lahan tersebut digunakan sebagai tapak NSD. Evaluasi lahan dilakukan dengan
membandingkan kondisi geologi daerah penelitian terhadap kriteria geologi
lahan untuk tapak penyimpanan lestari limbah radioaktif aktivitas rendah dan
sedang (Tabel 1 dan 2). Aspek yang dievaluasi untuk keperluan ini meliputi
geomorfologi, litologi, stratigrafi, struktur geologi, hidrologi, hidrogeologi, potensi
sumberdaya alam geologi dan potensi bencana alam geologi.
Dari hasil penilaian tersebut akan diperoleh kisaran nilai dari terendah
hingga tertinggi sebesar 88 sampai 264. Dari kisaran nilai tersebut dapat
ditentukan kesesuaian atau kemampuannya dengan mengelompokkannya
menjadi tiga kelas, yaitu : kurang dari 147 (tidak/kurang sesuai), antara 147 sid
206 (kesesuaian sedang), dan lebih dari 206 (sangat sesuai).

Tabel 1. Kriteria

tapak

penyimpanan

I 1). Bentuk lahan tldak berbukit dan bukan

Litologi

Air permukaan

Air tanah

lingkungan

limbah

---

Geomorfologi

rafi
r geolQqi

geologi

I 2).
3
1.
I 2).
3).
I 4).

lembah
Kelerengan kecil 5)
I kecil
OSISI os roc
ang a
Permeabilitas rendah
Sifat adsorbsi baik
Kom~ak, keras dan
oomoqen
isan
rqeoloqi
relatif relatif
sederhana
sederhana

1). Aliran permukaan kecil


2). Jauh dari tubuh air permukaan

1). Muka air tanah >4 m


2). Pola aliran air tanah sederhana
alam Itidak~ada sumberdaya alam geologi (mineral, air dan
Sumberdaya
lahan an bernilai tin i
Qeolooi
Bencana alam geologi
1). Tidak ada (kecil) ancaman bahaya gempa bumi,
j 2). Tidak ada aktivitas dan ancaman bahaya gunungapi,
3). Tidakada ancaman gerakan tanah,
4). Tidak ada ancaman baniir.

Hasil Penelitian Tahun 2000

174

-I

T~e~.

Skala penilaian dan oembobotan kri~ria_qeolQai untuk taDak_~SD


Parameter
Bentuk
lahan

Skala
Nilai
1-3

1-3

1-3

Bobot

(landform)

Geomorfologi

Kelerengan
(slope)
Proses

Keterangan

Pegunungan
2, Perbukitan
3 Dataran/bergelombang
1 Kelerengan >140
2 Kelerengan antara 50_140
3 _Kelerenqan <50
1.

geomorfik

3
Kedalaman

1-3

hostrock

Permeabilit

1
2
3

as

1-3

1.
2.

Proses geomorfik intensif


Proses geomorfik sedang
TanDa ada Droses
aeomorfik
Kedalaman host rock >3 m
Kedalaman host rock 1 <d<3 m
Kedalaman host rock < 1 m
Permeabilitas tinggl >10-0"m/s
Permeabilitas sedang 10-6s/d 10-3

m/s

3. Permeabilitas rendah <10-6 m/s


2

Utologi

Adsorbsi

1-3

thd

radionuklida

Kekompaka
n,
Kekerasan

1-3

Buruk

Sedang

3
1
2

&

homogenita

Baik
Tidak kompak, tidak keras 3),
tidak homogen
Agak kompak, agak keras (3-6),
kurang homogen
Kompak, keras (>6), homogen

Kondisi
perlapisan

Struktur
geologi

Kondisi
struktur

Air
permukaan

Aliran
limpasan
permukaan
Jarak dari
tubuh
air
permukaan
Kedalaman

Stratigrafi

1-3

1
2.

--

1-3

1
2
3

5.

1-3

1
23-

1-3

1
2
3

1-3

2
6. Air tanah

Para aliran

Hasil Penelitian Tahun 2000

1-3

175

Perlapisan tidak teratur


Perlapisan mendatar hingga miring
Perlapisan homoaen
.
Struktur kompleks
Terdapat lipatan, kekar dan atau
sesar
Tidak
ada struktur
Air limpasan relatif besar
Air limpasan relatif sedang
Air-- limpasan relatif k~cil
Jarak dekat 500m)
Jarak sedang (500m<d<1000m)
Jarak iauh (>1000
m)
--Muka air tanah dangkal 6m)
Muka air tanah sedang (6m<d<16m)
Muka air tanabdalam (>16m)

3
1. Pola aliran kompleks (ke segala
arah)
2. Pola aliran ke dua arah
3. Pola aliran sederhana (~rah)

Tabel 2. Skala penilaian


NSD (Janjutan)
Parameter

dan pembobotan

Bobot

Mineral

Air tanah

kriteria

Skala
Nilai

1T

1-3

Sumber-daya
alam geologi

geologi

untuk

tapak

Keterangan

Bernilai tinggi (bahan tambang vital


dan strategis)
2. Bernilai sedang (bahan galian gal.
C>33% dari luas daerah)
3 Bernilai rendah (bahan galian gal.
C<33% dari luas daerah)
1 Potensi tinggi (memenuhi kebutuhan
~ 3000 orang)
2 Potensi
sedang
(memenuhi
kebutuhan antara ~1 000 sId <3000

orang)
3

lahan

1-3

Bencana
alam geologi

1-3

Gunungapi

1-3

Gerakan
tanah

1-3

Banjir

1-3

rendah

(memenuhi

kebutuhan~1000oranq)
1
2

Gempa
bumi

Potensi
Bernilai

tinggi

(ada

rencana

peruntukan)

8ernilai
sedang
(ad a
rencana
peruntukan, tetapi bisa berubah)
3 Bernilai rendah (kosong, tidak ada
rencana oeruntukan)
1 Potensi ancaman gempa tinggi
2. Potensi ancaman gempa sedang
3 Poten~ncaman
qempa rendah
1 Ancaman awan panas, lava, lahar
2. Ancaman hujan abu, pasir, batu
3 Bebas ancaman bahava letusan
1.

Ada

gerakan

2.

Ada

potensi

3.

Bebas ~nca~an gerakan !anah

1.
2.

Ada
Pernah/sering
potensi

i 3.

tanah
terjadi

(pengalaman)
gerakan

tanah
1

Bebas

terjadi
terjadi banjir
banjir

baniir

Keterangan :
Skala bobot kepentingan : 1. Tidak penting, 2. Kurang Penting, 3. Agak penting, 4. Penting, dan
5. Sangat penting.

Untuk mempermudah
dalam penilaian dan pengingatan, nilai tersebut
ditransfer ke sistem penilaian skala 1s/d 10 (seperti rata-rata nilai raport atau
NEM sekolah) dengan kisaran berikut:
88,0 = 1;
107,5 = 2;
127,0 = 3;
146,5 = 4;
166,0 = 5;
185,5 = 6;
205,0 = 7;
224,5 = 8;
244,0 = 9;
264,0 = 10.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Geologi Regional
Lokasi penelitian PPTN Serpong, secara fisiografis terletak di cekungan
Jawa bagian utara yang merupakan daerah peralihan antara Zona Bogor
dengan dataran rendah Jakarta (Gambar 1)[1 0]. Struktur geologi daerah ini
umumnya berarah jurus NW-SE.
HasiJ PeneJitian Tahun 2000

176

1. Sea~ !aut

Gambar 2.

11M

IlL

Breksi

Stratigrafi
daerah
PPTN Serpong
BRETH and ROMBERG (1982)[12]

menurut

Daerah perlelitian terpengaruh oleh kondisi tektonik Jawa bagian barat,


yang dicirikan oleh pembelokan arah dari NW-SE menjadi Ilampir N-S. Litologi
daerah penelitian terutama dipengaruhi oleh aktivitas gunung api di selatannya
serta oleh proses-proses eksogen terhadap batuan volkanis yang sangat
intensif.
Keadaan geologi daerah penelitian telah banyak diselidiki oleh
parageolog terdahulu, antara lain MUSPER dan VAN ES (1937), HANDOKO
(1962)[11] dan BRETH & ROMBERG (1982)[12]. Menurut BRETH dan
ROMBERG (1982)[12], stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah
sebagai berikut (Gambar 2) :
1. Lempung tersier, napal dan gamping (umur Miosen-Pliosen);
2. Endapan Pleistosen tengah dan Pleistosen bawah;
3. Endapan volkanik yang tertransport pada zaman Pleistosen terlgah;
4. Lapisan penutup.

Geologi Daerah PPTN Serpong dan Sekitarnya


Geomorfologi
Secara genesa geomorfologi daerah penelitian merupakan produk
aktivitas gunungapi Salak yang terjadi pada kala Pleistosen tengah[11].
Menurut klasifikasi bentuklahan yang disusun oleh ZUIDAM & ZUIDAMCANCELADO[13] daerah penelitian termasuk dalam satuan dataran kaki
gunung api bergelornbang (undulatory volcanic foot slope plains unit). Secara
Hasi! Penelitian Tahun 2000

177

morfometri daerah penelitian memiliki kemiringan lereng antara 0 sId 13%


(0 sId 7,41). Kemir:ngan lereng secara umum ke arah barat-baratlaut menuju
ke lembah K. Cisalak. Daerah penelitian berada pada ketinggian antara 80 m
sId 100 m, secara morfologi daerah PPTN Serpong termasuk dalam sub-DAS
Cisalak (Gambar 3).
Proses-proses geomorfik yang potensial terjadi adalah pelapukan dan
erosi, baik erosi alur (rill erosion) maupun erosi lembaran (sheet erosion),
terutama pada tempat-tempat yang tak tertutup vegetasi. Tanah di daerah
PPTN Serpong yang merupakan tanah berlempung tebal yang berasal dari
endapan volkan ditafsirkan memiliki laju erosi antara ~,3 -1,5 (HUDSON, 1971,
:Jide SETA, 1991)[14].
Litologi dan Stratigrafi
Oari hasil penelitian yang dilakukan oleh FTM-ITB (1987)[11], litologi
daerah penelitian dapat dikelompokkan dari tua ke muda menjadi :. 1)
Batugamping; 2) Pasir tufaan; 3) Lempung tufaan; 4) Tufa pumis; 5) Tufa
kuarter (material G. Salak); dan 6) Aluvial sungai (Gambar 1).
.
Secara umum perlapisan batuan di daerah penelitian berkedudukan
horizontal dengan variasi ketebalan perlapisan antara 1,5 m hingga 30,0 m.
Oari hasil pemboran inti pada sumur 8-00 yang terletak ::!:100 m sebelah utara
reaktor, di dalam kompleks PPTN Serpong, stratigrafi daerah penyelidikan
dapat diuraikan dari atas ke bawah adalah sebagai berikut [11] :
a. Tanah laterit, berwarna merah berbutir halus sampai kasar, dengan
ketebalan 2,2 m.
b. Lempung laterit, berwarna merah berbutir halus sampai kasar (pasiran).
Pada bagian bawah terdapat fragmen-fragmen sisa tufa bahan volkanis,
porositas buruk sampai sedang. Lapisan ini tebalnya :t 8,3 m, mulai dari
kedalaman 2,2 m hingga 10,5 m.
c. Lapisan tufa pasiran, berwarna coklat keputihan, berukuran butir halus
sampai kasar, dengan porositas sedang. Lapisan ini terdapat pada
kedalaman 10,5 m dengan ketebalan 1,5 m.
d. Lapisan pasir tufaan, warna coklat keputihan berbutir halus sampai kasar,
porositas sedang, terdapat mulai kedalaman 12,0 m dengan tebal6,5 m.
e. Pada kedalaman 17 m terdapat lapisan lempung berwarna hitam-abu-abu,
berbutir sangat halus terdapat juga fragmen tufa. Lapisan tersebut
mempunyai ketebalan 0,5 m.
f. Lapisan lempung pasiran, dengan warrla coklat keputihan, berbutir halus
sampai kasar, terdapat fragmen-fragmen gravel volkanis, dengan porositas
buruk. Lapisan ini mulai terdapat pada kedalaman 19 m sId 20,1 m.
g. Lapisan napal pasiran, warna putih kecoklatan, ukuran butiran halus sId
kasar, dengan porositas buruk. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 20,1 m
dengan tebal 3,9 m.
h. Lapisan pasir tufaan, berwarna coklat kehitam,an, berbutir halus sampai
kasar, dengan porositas sedang, pad a kedaiaman 24,0 m dengan tebal ::!:

0,6 m.
i.

Lapisan napal tufaan, berwarna putih sampai putih keabua-abuan, ukuran


butir halus sampai kasar, terdapat gamping terumbu, dengan porositas
buruk. Ketebalan lapisan tersebut 13,0 m mulai dari kedalaman 24,6 m.

Hasil Peneli!ian

Tahun 2000

178

j.

Lapisan lempung napalan, dengan warna abu-abu sampai putih keabuaabuan,


ukuran
butir halus,
terdapat fragmen
sisa-sisa
binatang
karang/cangkang, porositas buruk. Lapisan ini terdapat pad a kedalaman
37,6 m-42,8 m.
k. Lempung (napal), warna abu-abu sampai hitam, berbutir halus, terdapat
fragmen-fragmen sisa binatang karang/cangkang, dengan porositas buruk
sampai sedang, ketebalan lapisan :t 11,2 m, mulai dari kedalaman 42,8 m.
I. Lapisan lempung (kadang-kadang pasiran), warna abu-abu sampai hitam,
ukuran
butir
halus
terdapat
fragmen-fragmen
sisa-sisa
binatang
karang/cangkang, pada bagian bawah terdapat gelas dan bahan volkanis,
dengan porositas buruk sampai sedang. Lapisan ini mulai dari 54,0 m
hingga 60,10 m.
Sifat adsorbsi batuan terhadap radionuklida 60CO dan 137Cs di daerah
penelitian, pada zona jenuh dan tak jenuh pernah dilakukan oleh LUBIS dan
UNTARA (1996) [4] dengan Kd untuk 60COdan 137CSmasing-masing 1,6-8,9
dan 3,2-7,7. Kekerasan batuan pada umumnya kurang, kekompakan kurang
hingga sedang, serta homogenitas yang relatif rendah. Oari kondisi litologi
tersebut dapat ditafsirkan kekuatan batuannya kurang. Permeabilitas batuan
sampai dengan kedalaman :I: 20 m, sebesar 1,01.10-7 m/s (pad a lempung
laterit) sId 1,79.10-5 m/s (pada pasir tufaan)[11].
Struktur Geologi
Menurut BRETH dan ROMBERG (1982)[12] lapisan-lapisan batuan di
bawah lapisan pumis terbagi dalam 2 blok geologi dengan orientasi sesar NWSE (Gambar 2 dan 4). Pada bagian selatan, sedimen laut terletak di bawah
pumis, sedangkan di bagian utara yang terletak di bawah pumis adalah tufa
atau breksi volkanik.
Lapisan napal dan lempung di bagian selatan miring sebesar :t 40 ke
arah sesar. Batuan ini tidak tersesarkan, seperti terlihat pada kedalaman 45 m
dan merupakan "horizon kunci"[12]. Sebaliknya daerah volkanik berupa horst
and graben dengan orientasi r~E-SW. Graben tersebut terisi oleh breksi dan
bagian horst-nya tertutup oleh tufa. Sesar utama daerah ini mempunyai
pergeseran vertikal :t 80 m dan pergeseran sesar sekunder secara lateral
:t40 m.
Hidrologi
Oaerah PPTN Serpong termasuk dalam OAS Cisadane, dan secara
khusus termasuk dalam sub-OAS Cisalak. Air hujan yang turun di dalam subOAS tersebut sebagian akan mengalir sebagai run-off (Iimpasan permukaan),
sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian akan teruapkan ke
atmosfer
(evaporasi).
Oalam
penelitian
ini
belum
dilakukan
perhitungan/pengukuran
kesetimbangan hidrologi tersebut. Oari kenampakan
fisik di lapangan, air hujan yang mengalir sebagai run-offcukup besar.
Oi PPTN Serpong tidak ada tubuh air permukaan seperti sungai, danau,
rawa dan lain-lain. Surlgai kecil terdekat dijumpai pad a jarak 150 m sebelah
barat PPTN Serpong. Sungai besar terdekat, yakni S. Cisadane, berada pada
jarak :t 800 m, sebelah barat PPTNS. Kali Cisalak mengalir ke arah utaraHasil Penelitian Tahun 2000

179

baratlaut yang kemudian bermuara ke S. Cisadane yang mengalir relatif ke


utara. Air hujan yang mengalir sebagai run-off akan mengalir mengikuti arah
kemiringan topografi yaitu ke barat-baratlaut, dan akhirnya menuju lembah K.
Cisalak.
Hidrogeologi
Peta muka air tanah dangkal di daerah pen~litian dapat dilihat pada
Gambar 5. Kedalaman muka air tanah yang diukur pada sumur pantau 1-10 di
bulan 2 tahun 1987 berkisar antara 6,45 m sId 10,56 m (di SP-4 8,3 m)[11].
Pola aliran air tanah di PPTNS adalah paralel menuju barat-baratlaut ke arah
lembah K. Cisalak.Pola arah aliran akan tetap sarna selama tidak ada
pemompaan/penyadapan
air tanah dangkal secara besar-besaran sehingga
mengganggu keseimbangan distribusi air tanah dangkal[11]. Dari gambaran
bidang ekuipotensial dan arah aliran ternyata bahwa distribusi air tanah
dangkal di daerah penelitian dikontrol oleh penyebaran litologi dan keadaan
morfologinya. Oaerah distribusi air tanah dangkal di daerah ini terpisah dari
daerah air tanah yang lain karena dibatasi oleh lembah-lembah kecil dan
dangkal K. Cisalak dan K. Cipelang, yang mempunyai beda tinggi dengan
daerah sekitarnya antara 8 m -15 m. Meskipun keadaan air tanah dangkalnya
terpisah, di bagian yang lebih dalam akuifer air tanah dangkal ini tetap menjadi
satu.
Sumberdaya alam geologi
Sumberdaya alam geologi di daerah penelitian meliputi sumberdaya
.lahan dan air. Tidak ditemukan sumberdaya mineral. Lahan yang ada telah
banyak dimanfaatkan untuk tapak beberapa fasilitas nuklir (Gambar 6).
Beberapa bagian lahan di kawasan PPTN Serpong yang masih belum
digunakan adalah :t 1600 m2 berada pada bagian baratlaut daerah penelitian
yang juga dicadangkan sebagai tapak Interim Storage (IS).
Sumberdaya air di daerah PPTN Serpong berlJpa air tanah dangkal yang
permukaannya berada pada kedalaman 6,45 m sid 10,56 m (,Januari-Pebruari
1987). Potensi air tanah dangkal tersebut adalah antara 0,1 I/detik sid 0,62
I/detik (rata-rata 0,22 I/detik)[11]. Harga rata-rata potensi air tanah tersebut
sebanding dengan 19.008 lid, yang berarti mampu mencukupi kebutuhan 760
orang bila diasumsikan kebutuhan air 25 I/hari/orang.
Potensi bencana alam geologi
Daerah PPTN Serpong yang berada dalam Kawasan Puspiptek
termasuk
dalam daerah kegempaan dengan intensitas rendah yang
mempunyai harga intensitas 5 pada skala Mercalli (berdasarkan skala DPU).
Data kegempaan selama 50 tahun terakhir pada daerah antara garis bujur
timur 1050 -1080 dan garis lintang selatan 60 -80 dimana daerah PPTN
Serpong berada,
menunjukkan
bahwa pada umumnya gempa yang
berkekuatan relatif besar (>6 skala Richter) merupakan gempa berkedalaman
menengah-dalam, dan sebaliknya gempa berkekuatan rendah kedalamannya
dangkal.
Ditinjau dari aspek kegunung-apian, daerah penelitian berada dalam
daerah bebas ancaman bahaya gunungapi. Gunungapi terdekat adalah G.
Hasil Penelitian Tahun 2000

180

Salak (status tak berbahaya) yang berada pada jarak :t


km ke arah selatan
dari tapak. Potensi ancaman bahaya gunungapi yang paling mungkin terjadi
adalah hujan abu atau lapili.
Proses gerakan tanah terjadi pada lereng/tebing yang slope-nya relatif
terjal yaitu di bagian barat daerah penelitian yang menghadap ke lembah S.
Cisalak. Pad a tahun 1990 pernah terjadi gerakan tanah tipe rayapan (creep)
dan longsoran pad a bagian lereng tersebut bahkan menimpa jalan di sebelah
barat IPLR.Gerakan tanah tersebut kemungkinan masih bisa terjadi karena
faktor lereng, sifat tanah, kejenuhan, beban bangunan, dan aktivitas man usia.
Perlu diteliti lebih lanjut tentang stabilitas lerengnya lebih-lebih bila daerah
tersebut akan digunakan sebagai tapak repositori.
Banjir tidak pernah terjadi, dan secara klimatologi, topografi dan hidrologi
daerah penelitian tidak berpotensi terjadi banjir. Berdasarkan data curah hujan
rata-rata tahunan sebesar 2041,3 mm (data dari stasiun meteo Budiarto Curug
tahun 1993-1995), daerah penelitian termasuk tipe iklim A (Klasifikasi Schmidth
dan Ferguson) atau normal seperti daerah umumnya di Indonesia. Berdasarkan
kondisi topografi dan pengamatan di lapangan, air hujan yang jatuih di daerah
PPTN Serpong sebagian akan mengalir secara gravitasi ke kali Cisalak dan
Cipelang, sehingga potensi terjadinya banjir sangat kecil.
PEMBAHASAN
Berdasarkan
data karakteristik
lahan di daerah penelitian dan
dibandingkan dengan kriteria geologi lingkungan untuk NSD maka dilakukan
evaluasi dengan metode scoring seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Dari evaluasi lahan secara scoring diperoleh hasil bahwa kawasan
PPTN Serpong, khususnya daerah sumur pantau 4 (SP-4) dan sekitarnya
memiliki nilai total 168. Menurut kisaran nilai yang telah ditentukan dalam
metode ini, maka daerah penelitian termasuk kelas kesesuaian/kemampuan
sedang, karena nilai 168 berada dalam kisaran antara 147-206. Bila nilai 168
tersebut dikonversikan ke sistem nilai 1 sId 10 (seperti nilai raport atau NEM),
maka akan didapat nilai 5,10.
Beberapa keunggulan tapak yang terlihat dari parameter yang memiliki
nilai tinggi adalah bentuklahan, pola aliran air tanah, kecilnya potensi
sumberdaya mineral dan air, serta lokasinya yang bebas banjir. Na:mun
disamping itu lebih banyak parameter geologi yang bernilai sedang den rendah.
Parameter geologi yang bernilai sedang meliputi lereng, permeabilitas den
adsorbsi batuan, kondisi perlapisan batuan (stratigrafi) , kondisi struktur geologi,
aliran limpasan permukaan, kedalaman muka air tanah, potensi bahaya gempa
den gunungapi. Enam parameter yang melemahkan kesesuaian/kemampuan
tapak dengan ni!ai yang rendah adalah kondisi proses-proses geomorfik,
kedalaman batuan segar, kekuatan batuan, jarak dari tubuh air permukaan
(sungai), sumberdaya lahan den potensi bencana gerakan masse batuan.

Hasil Penelitian Tahun 2000

181

Tabel 3.

No

4
5

Evaluasi tapak
linqkunaan

Lubang bor
Aspek
qeoloqj

Parameter

Bentuk
lahan
Geomotfologi I Slope
Proses

Litologi

Stratigrafi
Struktur
geolog!

Serpong

Kondisi di
lapangan
Dataran
ber elomban
0 sId 7,410

Pelapukan,
erosi intensif

berdasarkan

kriteria

Nilai

Bobot X

12

4
4

8
4

~dang

12

5
10

I Rend~h
I Sedang

S6dan
Rendah

Sedang

Perlapisan

Beriapis-lapis

10
5
10

mendatar
Sesar
graben

10

55

2
1

10
5

10

5
2
2
2

3
3
3

I Mineral
Sumberdaya 'Airtanahslam geologi
I Lahan

Tidak ada
0,22 lIs
Nilai tinggi,

Ket.Nilai

Nilai

"10,5 m
1,01.10. m/s1,79.10.5 m/s
Sedan
Rendah

tertimbun
Sedan
160 m

geologi

Babat

Kedalaman
Permeabilitag
Adsorbsi
Kekuatan

Kondisi
struktur
Urn asan
Jarak

Hidrologi

PPTN

Tinggi

I Rendah

Sedang

Rendah
edan

Sedana

:1:1600 m2

Bencana
alam geologi

Gem a
Gunun a i

Rendah

Gerakan

Longsor,
rayapan di sisi
barat
Tidak ada

tanat)

, Baniir

Hu'an abu/lapi!i

JUMLAH

5
5

2
2
1

10
10
5

-1

I Sedang
ISedanq
Rendah

I Tirlggi
168

Idealnya tapak NSD memiliki kesempurnaan karakteristik geologi, dan


bila ada kelemahan atau kekurangan dalam aspek-aspek tertentu dapat
dikompensasi
dengan masukan teknologi (engineered barrier). Dalam
kaitannya dengan kawasan PPTN Serpong yang memiliki kelemahan penting
seperti tersebut di atas, tentunya memerlukan kompensasi teknologi yang
mahal.
Proses-proses geomorfik seperti pelapukan sulit dicegah terjadinya.
Erosi hanya bisa dikurangi dengan sistem drainase yang baik dan dengan
membuat tutu pan lahan yang tahan erosi. Batuan segar yang diharapkan
sebagai host rock (batuan pengungkung) kedudukannya cukup dalam (10,5 m)
yang berarti berada 2,2 m di bawah muka air tanah yang kedalamannya 8,3 m.
Hal tersebut merupakan kendala serius yang harus dipertimbangkan dan perlu
biaya sangat mahal untuk merekayasanya. Kendala lain yang berkaitan dengan
batuan adalah kekuatan batuan yang relatif rendah yang dicerminkan oleh
kondisi yang kurang homogen, kurang keras dan kurang kompak.

Hasil Penelitian Tahun 2000

182

Jarak tapak dari lembah sungai Cisalak yang hanya 160 m memberikan
kontribusi kekurang-sesuaian tapak dari segi keselamatan lingkungan. Hal
tersebut disebabkan
relatif pendeknya jarak bila ada potensi migrasi
radionuklida dari sistem NSD ke biosfer, baik dengan jalur air permukaan
maupun air tanah. Potensi bencana alam geologi yang paling besar adalah
terjadinya gerakan tanah, terutama pada bagian tepi barat daerah penelitian
karena faktor lereng yang relatif terjal, tipe batuan, kemungkinan penjenuhan
air, beban bang un an dan faktor aktivitas manusia. Rekayasa geologi yang bisa
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi potensi bencana tersebut adalah
dengan pembangunan talud penahan longsor.
Daerah SP-4 dan sekitarnya merupakan lahan kosong yang akan
diperuntukkan sebagai tapak penyimpanan sementara limbah radioaktif atau
Interim Storage (IS), dengan demikian potensi sebagai tapak NSD bersaing
dengan potensi sebagai tapak IS.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari evaluasi lahan secara scoring adalah bahwa kawasan
PPTN Serpong, khususnya daerah sumur pantau 4 (SP-4) dan sekitarnya
memiliki kesesuaian ata'J kemampuan sedang. Keunggulan-keunggulan tapak
yang ada melipuu bentuklahan, pola aliran air tanah, kecilnya potensi
sumberdaya mineral dan air, serta lokasinya yang bebas banjir.
Parameter geologi yang bernilai sedang meliputi kondisi lereng,
permeabilitas dan sifat adsorbsi batuan, kondisi stratigrafi dan struktur geologi,
aliran limpasan permukaan, kedalaman muka air tanah, potensi bahaya gempa
dan gunungapi.
Parameter-parameter
yang memperlemah kesesuaian tapak adalah
kondisi proses-proses geomorfik, kedalaman batuan segar, kekuatan batuan,
jarak dari tubuh air permukaan (sungai), tingginya nilai sumberdaya lahan, serta
potensi bencana gerakan tanah.
Daerah pene:itian PPTN Serpong yang memiliki enam kelemahan
penting seperti tersebut di atas, tentunya memerlukan kompensasi teknologi
yang mahal. Daerah SP-4 dan sekitarnya yang rencana penggunaan lahannya
sebagai tapak Interim Storage (IS), akan mengurangi kesesuaiannya sebagai
Galan tapak NSD.

SARAN
Perlu ketetapan yang jelas tentang status rencana penggunaan lahan
daerah penelitian, sehingga bisa ditentukan langkah-langkah kegiatan lanjutan
dengan karakterisasi, konfirmasi dan verifikasi tapak untuk NSD. Namun bila
lahan akan diperuntukkan sebagai tapak IS, maka perlu dilakukan prosedur
seleksi tapak secara sistematis untuk mendapatkan tapak di daerah lain.

Hasil Penelitian Tahun 2000

183

DAFTAR PUSTAKA
1. IAEA, Siting of Near Surface Disposal Facilities, Safety Series No.
111-G-3.1, Safety Guides, IAEA, Vienna (1994).
2. SYAFALNI, "Solusi Analitik untuk Evaluasi ~J1igrasi Radionuklida dalam
Sistem Geohidrologi di PPTA Serpong", BATAN (1991).
3. THAMZIL LAS, SUCIPTA & ERIENDI, "Evaluasi Keselamatan Rancang
Bangun Penyimpanan Limbah Tanah Dangkal di PPTA Serpong", Hasil
Penelitian PTPLR 1994/1995, PTPLR-BATAN Serpong (1995).
4. LUBIS, E. dan UNTARA, "Migrasi 60COdan 137CSdalam Tanah Jenuh dan
Tak Jenuh di PPTA Serpong", Hasil Penelitian PTPLR 1995/1996, PTPLRBATAN, Serpong (1996).
5. SYAHRIR, "Pemilihan Model Komputasi untuk Pengkajian Keselamatan
Penyimpanan Limbah Tanah Dangkal di PPTA Serpong", Hasil Penelitian
PTPLR 1995/1996, PTPLR-BATAN, Serpong (1996).
6. LUBIS, E., MALLANTS, D. & VALCKAERT, G., A Preliminary Safety
Assessment of Hypothetical Near Surface Disposal at Serpong Site: Near
Field Modelling, Atom Indonesia, Vol. 26, No.2,
July 2000, BATAN,
Serpong (2000).
7. HOWARD, A.D. & REMSON I., Geology in Environmental Planning,
McGraw-Hili Inc., New York (1978).
8. IAEA, Site Investigation for Repositories for Solid Radioactive Wastes in
Shallow Ground, Technical Reports Series No. 216, IAEA, Vienna (1982).
9. S'OUIRES, D.J., Siting for Shallow Land Repositories, RTC on National
Infrastructure for Radioactive Waste Management, Jakarta, Indonesia
(1991).
10.BEMMELEN, R.W. VAN, The Geology of Indonesia, Government Printing
Office, The Hague (1949).
11. FACULTY OF MINERAL TECHNOLOGY -ITB,
Shallow Groundwater
Survey and Construction of Monitoring Wells in the Surrounding Area of
RSG-LP Puspiptek Serpong Tangerang West Java, National Atomic Energy
Agency, Republic of Indonesia (1987).
12. BRETH, H. and ROMBERG, W., Feasibility Study Geology and Foundation
Condition, Jakarta (1982).
13.ZUIDAM, VAN R.A. and ZUIDAM -CANCELADO, F.I., Terrain Analysis and
Classification Using Aerial Photograph: A Geomorphological Approachs,
lTC, Netherland (1979).
14. SETA, A.K., Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air, Kalam Mulia, Jakarta

(1991).

Hasil Penelitian Tahun 2000

184

You might also like