Professional Documents
Culture Documents
: a.
perlindungan
pada
masyarakat
perlu
Mengingat
: 1.
Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1959
tentang
tentang
Pembentukan
Kabupaten-kabupaten
Provinsi
Sumatera
Daerah
Otonom
dalam
Lingkungan
Daerah
Selatan
(Lembaran
Negara
Tahun
1956
Nomor
73,
Tambahan
2.
Undang-Undang
Nomor
29
Tahun
2004
tentang
Tahun
2004
Nomor
116,
Tambahan
Tahun
2004
Nomor
125
Tambahan
Nomor
59,
Tambahan
Lembaran
2009
Republik
Negara
tentang
Indonesia
6.
7.
Peraturan
2011
tentang
Perundang-Undangan
Kesehatan
Indonesia
Tahun
(Lembaran
1996
Nomor
Negara
49,
Republik
Tambahan
9.
10.
Tahun
1998
Nomor
138,
Tambahan
Pembinaan
dan
Pengawasan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4593);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124,
Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor
12.
5044) ;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 867 / MENKES /
PER / VIII / 2004 tentang Registrasi dan Praktik
13.
Terapis Wicara;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548 / Menkes /
Per / V / 2007 tentang Registrasi dan Izin Praktik
14.
Okupasi Terapis;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147 / Menkes /
15.
16.
148
/2010
tentang
Izin
dan
17.
18.
19.
20.
Praktik Bidan;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028 / Menkes /
P er / I / 2011 tentang Klinik;
21.
22.
23.
VIII
2011
tentang
Registrasi
Tenaga
Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 / Menkes /
Per / X / 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
24.
Praktik Kedokteran;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2012
25.
26.
27.
28.
Fisioterapi;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 544 / Menkes /
SK / VI / 2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja
29.
30.
31.
Apotek;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1424 /Menkes
/ SK / XI / 2002 tentang Penyelenggaraan Optikal;
4
32.
33.
34.
35.
36.
SK
VII
2003
tentang
Penyelanggaraan
Pengobatan Tradisional;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1267 / Menkes
/ SK / XII / 2004 tentang Standar Pelayanan
37.
38.
Radiografer;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370 / Menkes /
SK / II I/ 2007 tentang Standar Profesi Teknologi
39.
Laboratorium Kesehatan;
Keputusan Menteri kesehatan Nomor 922 / Menkes /
SK / X / 2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian
Urusan
Pemerintah
Pemerintah,
Bidang
Pemerintah
Kesehatan
Daerah
Antara
Propinsi,
dan
: PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PENYELENGGARAAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lampung Utara.
2. Bupati adalah Bupati Lampung Utara.
17. Izin operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan
standar.
18. Fasilitas penunjang medik adalah tempat yang digunakan membantu
penyelenggaraan upaya kesehatan.
19. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
20. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
21. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat.
22. Pedagang Eceran Obat adalah orang dan atau badan hukum Indonesia yang
memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas
terbatas (Daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu
sebagaimana tercantum dalam surat ijin, selanjutnya disebut dengan Toko
Obat.
23. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, implan, yang tidak
mengandung
obat
yang
digunakan
untuk
mencegah,
mendiagnosis,
manusia atau bahn bukan berasal dari amnusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
28. Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi
tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
29. Laboratorium kesehatan masyarakat adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia
dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat.
30. Optikal adalah fasilitas penunjang medik yang menyelenggarakan pelayanan
pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi serta pelayanan kacamata
koreksi dan/atau lensa kontak.
31. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan pungsi, komunikasi.
32. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
33. Standar
profesi
adalah
batasan
kemampuan
(knowledge,
skill,
and
35. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah tanda bukti tertulis
diberikan Pemerintah Daerah kepada dokter dan dokter gigi yang telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
36. Surat Izin Kerja yang selanjutnya disingkat SIK adalah tanda bukti tertulis
diberikan
Pemerintah
Daerah
kepada
tenaga
kesehatan
yang
telah
diberikan
menjalankan
oleh
praktik
Pemerintah
Daerah
keperawatan
secara
kepada
perawat
perorangan
untuk
dan/atau
berkelompok.
42. Surat Izin Kerja Perawat yang selanjutnya disingkat SIKP adalah bukti
tertulis diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada perawat yang memenuhi
persyaratan untuk bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
43. Perawat gigi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan perawat ggi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
44. Surat Izin Perawat Gigi yang selanjutnya disingkat dengan SIPG adalah
bukti
tertulis
pemberian
kewenangan
untuk
menjalankan
pekerjaan
45. Perawat Anastesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan Perawat
Anastesi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
46. Surat Izin Kerja Perawat Anastesi yang selanjutnya disingkat SIKPA adalah
bukti
tertulis
pemberian
kewenangan
untuk
menjalankan
pekerjaan
oleh
Pemerintah
Daerah
kepada
bidan
yang
memenuhi
Teknis
Kefarmasian
untuk
dapat
melaksanakan
pekerjaan
tertulis
pemberian
kewenangan
untuk
menjalankan
pekerjaan
11
66. Surat Izin Kerja Radiografer yang selanjutnya disingkat SIKR adalah bukti
tertulis diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada radiografer untuk
menjalankan pekerjaan radiografi di fasilitas pelayanan kesehatan.
67. Pemilik izin adalah orang pribadi atau badan hukum yang telah memiliki
izin di bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
68. Masa Bakti adalah masa pengabdian profesi tenaga kesehatan daam rangka
menjalankan tugas yang diberikan oleh pemerintah pada suatu sarana
kesehatan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk mengoptimalkan
aktivitas dibidang kesehatan, memberikan perlindungan bagi masyarakat
dan memberikan kepastian hukum
(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk mewujudkan
penyelenggaraan kesehatan yang baik kepada masyarakat.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup peraturan daerah ini meliputi :
a. Penentuan atau penetapan kriteria dan klasifikasi setiap jenis usaha dan
sarana pelayanan kesehatan
b. Pembinaan, pengaturan, pengendaliaan, dan pengawasan terhadap usaha
usaha sarana pelayanan kesehatan
c. Pemberian, penangguhan, penolakan dan pencabutan perizinan
d. Evaluasi dan perbaikan pelayanan kesehatan
e. Pemberian sanksi atas pelanggaran yang terjadi
12
BAB IV
SUBJEK DAN OBJEK
Pasal 4
(1) Subjek Peraturan Daerah ini adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan jasa pelayanan perizinan dibidang kesehatan
(2) Objek
Peraturan
Daerah
ini
adalah
setiap
tempat
usaha
yang
b. rumah sakit.
Bagian Kedua
Izin Penyelenggaraan Klinik
Pasal 8
(1)
(2)
(3)
(4)
Klinik Paratama atau Klinik Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit
tertentu.
Pasal 9
(1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
(2) Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.
(3) Pimpinan klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
merupakan penanggung jawab klinik dan merangkap sebagai pelaksana
pelayanan.
Pasal 10
(1) Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat
Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
14
(2) Setiap tenaga lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin
sebagai tanda registrasi/STR dan SIK atau SIPA sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Untuk mendirikan klinik harus mendapat izin dari pemerintah daerah
setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas.
(2) Untuk menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari Pemerintah
Daerah setelah mendapat rekomendasi dari Dinas.
(3) Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
klinik
yang
akan
didirikan
meliputi
struktur
organisasi
administrasi
lan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
(4) Izin klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk jangka
waktu
(lima)
tahun
dan
dapat
diperpanjang
dengan
mengajukan
15
diterima
harus
menetapkan
menerima
atau
menolak
Pemerintah
Daerah,
dan
swasta
yang
mendirikan
dan
16
(1) Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 ayat (1) harus berbentuk unit pelaksana teknis dari instansi yang
bertugas di bidang kesehatan dan instansi tertentu dengan pengelolaan
badan layanan umum.
(2) Rumah sakit yang didirikan oleh Pemerintah Daerah harus berbentuk
lembaga teknis daerah dengan pengelolaan badan layanan umum daerah.
(3) Rumah sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum
yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumah sakitan.
Pasal 15
(1) Jangka waktu izin mendirikan rumah sakit berlaku selama 2 (dua) tahun,
dan dapat diperbaharui untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
atau tidak dilaksanakannya pembangunan rumah sakit, maka mengajukan
izin baru.
(3) Jangka waktu operasional sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan
diperbaharui paling banyak 3 (tiga) kali.
(4) Jangka waktu izin operasional tetap berlaku selama 5 (lima) tahun, dan
dapat diperbaharui selama memenuhi persyaratan operasional rumah sakit.
Bagian Keempat
Hak, Kewajiban, dan Larangan
Paragraf 1
Hak dan Kewajiban
Pasal 16
(1) Setiap pemilik izin berhak :
a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan izin;
b. mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Daerah;
c. mendapatkan jaminan penyelenggaraan terhadap kegiatan sesuai dengan
izin yang dimiliki.
(2) Setiap pemilik izin diwajibkan:
17
BAB VII
IZIN PENYELENGGARAAN FASILITAS PENUNJANG MEDIK
Bagian Kesatu
Jenis Izin
Pasal 18
18
(1) Setiap orang atau badan hukum yang menyelenggarakan fasilitas penunjang
medik di daerah wajib memiliki izin penyelenggaraan fasilitas penunjang
medik.
(2) Izin penyelenggaraan fasilitas penunjang medik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari:
a. izin apotek;
b. izin toko obat;
c. izin toko alat kesehatan;
d. izin klinik kecantikan;
e. izin pengobat tradisional;
f. izin optikal;
g. izin laboratorium optikal;
h. izin laboratorium kesehatan;
i. izin fasilitas pelayanan radiologi; dan
j. izin fasilitas pelayanan fisioterapi;
Bagian Kedua
Izin Apotek
Pasal 19
(1)
(2)
b.
(4)
Izin apotek berlaku selama apotek berdiri dan dapat dicabut apabila :
a.
b.
c.
d.
e.
(5)
b.
(1) Setiap orang atau badan usaha yang melakukan penjualan obat bebas dan
obat bebas terbatas serta perbekalan kesehatan (bahan habis pakai untuk
tindakan medis) secara eceran wajib memiliki Izin Toko Obat.
(2) Untuk mendapatkan izin toko obat sebagamana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi persyaratan sebagaimana berikut :
a. wajib mempekerjakan seorang Asisten Apoteker sebagai penanggung
jawab teknis farmasi;
b. pedagang eceran obat (toko obat) harus menjaga agar obat-obat yang
dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau
pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan;
20
c. pedagang eceran obat (toko obat) harus memasang papan identitas yang
jelas; dan
d. pedagang eceran obat dilarang menerima atau melayani resep dokter;
(3) Izin Toko Obat berlaku selama toko obat aktif beroperasi dan dapat dicabut
jika terjadi pelanggaran dan atau tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
Bagian Keempat
Izin Toko Alat Kesehatan
Pasal 21
Alat kesehatan yang dijual merupakan alat kesehatan yang tidak dapat
menimbulkan
bahaya
dalam
penggunaan
dan
penggunaannya
tidak
(2)
Pendirian
toko
alat
kesehatan
harus
memperhatikan
ketentuan-
ketentuan berikut :
a. perbekalan kesehatan berupa bahan habis pakai atau alat kesehatan
harus memenuhi standar yang ditentukan;
b. perbekalan kesehatan yang dimaksud pada huruf a, dan alat kesehatan
yang dijual harus memiliki izin edar;
c. penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
memenuhi
persyaratan
obyektiffitas
dan
kelengkapan,
serta
tidak
menyesatkan;
d. toko alat kesehatan harus memasang papan identitas yang jelas;
e. pada iklan dan barang-barang cetakan toko alat kesehatan tidak boleh
memasang nama yang sama atau menyamai nama apotek, pabrik obat
atau pedagang besar farmasi, yang dapat menimbulkan kesan seakanakan toko alat kesehatan tersebut adalah sebuah apotek atau ada
hubungannya dengan apotek, pabrik farmasi atau pedagang besar
farmasi;
21
Bagian Kelima
Izin Pengobat Tradisional
Pasal 24
(1) Surat tanda daftar terdiri dari surat terdaftar pengobat tradisional (STPT)
dan surat izin pengobat tradisional (SIPT).
(2) STPT diberikan kepada pengobat tradisional yang menjalankan pekerjaan
pengobatan tradisional.
(3) SIPT
diberikan
kepada
pengobat
tradisional
yang
metodenya
sudah
b.
Pasal 26
Persyaratan administrasi Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) meliputi :
a. Biodata pengobat tradisional ;
b. Surat keterangan Kepala Desa/Lurah tempat melakukan pekerjaan sebagai
pengobat tradisional ;
c. Peta lokasi usaha dan denah ruangan ;
d. Rekomendasi
dari
asosiasi/organisasi
profesi
di
bidang
pengobatan
Pengobat
tradisional
sebagaimana
dimaksud
pasal
21
berkewajiban
menyediakan :
a. ruang kerja dengan ukuran minimal 2 X 2,5 m2;
24
b. ruang tunggu;
c. papan
nama
pengobat
tradisional
dengan
mencantumkan
surat
Bagian Keenam
Izin Klinik Kecantikan dan Perawatan Kulit
Pasal 29
(1)
(2)
Penyelenggaraan pelayanan
kecantikan
b. bahan yang digunakan atau diedarkan harus memiliki izin edar dari Balai
POM;
c. tersedia tenaga terlatih;
d. memenuhi syarat hygiene baik tempat maupun alat yang digunakan.
Pasal 30
(1) Surat izin klinik kecantikan dan atau perawatan kulit wajah maupun tubuh
berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipindahtangankan.
Bagian Ketujuh
Izin Laboratorium Kesehatan
Paragraf Kesatu
Jeniz Laboratorium Kesehatan
Pasal 31
Jenis laboratorium kesehatan berdasarkan pelayanan terdiri dari:
a. laboratorium klinik; dan
b. laboratorium kesehatan masyarakat.
Paragraf Kedua
Izin Laboratorium Klinik
Pasal 32
(1) Pemerintah,
Pemerintah
Daerah,
dan
swasta
yang
mendirikan
dan
merupakan
laboratorium
yang
melaksanakan
pelayanan
26
(4) Laboratorium klinik umum madya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan tingkat laboratorium
klinik umum pratama dan pemeriksaan imunologi dengan teknik sederhana.
Pasal 33
(1) Sarana Laboratorium Klinik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. gedung permanen;
b. tersedia ruang tunggu, ruang ganti, ruang pengambilan spesimen, ruang
administrasi,
ruang
pemeriksaan,
ruang
sterilisasi,
dan
ruang
makan/minum;
c. tersedia WC yang terpisah antara petugas dengan pasien;
d. penerangan lampu minimal 5 Watt/m2;
e. ventilasi minimal 1/3 X luas lantai;
f. tersedia air mengalir;
g. tersedia tempat penampungan dan pengolahan sederhana limbah cair;
h. tersedia tempat penampungan dan pengolahan sederhana limbah padat;
i. ruangan mudah dibersihkan;
j. permukaan meja pemeriksaan tidak tembus air, tahan asam, alkali dan
larutan organik;
k. tersedia perlalatan teknis meliputi peralatan dasar dan peralatan khusus;
l. tersedia peralatan/perlengkapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja);
dan
m. reagen yang digunakan harus memiliki kualitas baik, harus sudah
terdaftar pada Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alkes Depkes RI, telah
dievaluasi oleh WHO collaborating centre dan atau telah diijinkan di
negara asal.
(2) Izin Laboratorium Klinik berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang sepanjang memenuhi persyaratan.
Pasal 34
(1) Laboratorium klinik terdiri dari laboratorium klinik umum pratama dan
laboratorium klinik umum madya
27
(2) Laboratorium klinik umum pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi ketenagaan meliputi :
a. penanggung jawab teknis sekurang-kurangnya seorang dokter dengan
sertifikat pelatihan teknis dan manajemen laboratorium kesehatan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan, yang dilaksanakan oleh organisasi
profesi patologi klinik dan institusi pendidikan kesehatan bekerjasama
dengan kementerian kesehatan; dan
b. tenaga teknis dan administrasi, sekurang-kurangnya 2 (dua) orang analis
kesehatan serta 1 (satu) orang tenaga administrasi.
(3) Laboratorium klinik umum madya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi ketenagaan meliputi :
a. penanggung jawab teknis sekurang-kurangnya seorang dokter spesialis
patologi klinik; dan
b. tenaga teknis dan administrasi, sekurang-kurangnya 4 (empat) orang
analis kesehatan dan 1 (satu) orang perawat serta 2 (dua) orang tenaga
administrasi.
Pasal 35
(1) Dokter penanggung jawab teknis laboratorium klinik umum pratama hanya
diperbolehkan menjadi penanggung jawab teknis pada 1 (satu) laboratorium
klinik.
(2) Dokter spesialis penanggung jawab teknis laboratorium klinik diperbolehkan
menjadi penanggung jawab teknis paling banyak 3 (tiga) laboratorium klinik.
(3) Penanggung jawab teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dapat
merangkap
sebagai
tenaga
teknis
pada
laboratorium
yang
dipimpinnnya.
Pasal 36
Laboratorium klinik yang pindah lokasi, perubahan nama laboratorium,
dan/atau perubahan kepemilikan harus mengajukan permohonan izin yang
baru.
Bagian Kedelapan
Izin Optikal
Pasal 37
28
(1)
(2)
Izin
berikut:
a. tersedia ruang kerja/pemeriksaan bagi refraksionis optisien yang
memenuhi syarat kesehatan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter x 3 (tiga)
meter atau 9 (sembilan) meter persegi;
b. tersedia
ruang
pemeriksaan/penyetelan
kacamata
dengan
luas
(1)
(2)
Izin
sebagai berikut :
29
lembaran
patron
(pattern
sheet)
pembuat
mal
bingkai
secukupnya;
i. memiliki satu unit alat sentrasi penggenggam lensa (lens blocker);
j. memiliki satu buah mesin faset lensa;
k. memiliki satu set peralatan (obeng dan tang) untuk memasang lensa,
menyetel dan mereparasi bingkai kacamata;
l. memiliki satu buah alat pemanas bingkai kacamata;
m. memiliki satu unit lensometer; dan
n. Memiliki satu buah lemari penyimpanan peralat dan stok bahan lensa.
(3)
(1)
(2)
(3)
30
perlengkapan
administrasi
termasuk
catatan
tindakan
(5)
Fisioterapis
dalam
menjalankan
praktik
harus
membantu
program
pelayanan
kesehatan
yang
tidak
sesuai
dengan
Bagian Kesatu
Jenis Izin
Pasal 44
(1)
(2)
Izin tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. dokter;
b. perawat;
c. perawat gigi;
d. perawat anastesi;
e. bidan;
f.
tenaga kefarmasian;
(2)
SIP sebagaimana dimaksud pada 44 ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) tempat
praktik.
(3)
(1) Untuk memperoleh SIP dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi yang
bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Bupati melalui
Kepala Dinas dengan melampirkan :
.a
.b foto copy surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter
gigi yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang masih
berlaku dan dilegalisir oleh pejabat berwenang;
.c surat pernyataan mempunyai tempat praktik atau surat keterangan dari
sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;
.d surat rekomendasi dari organisasi profesi IDI;
.e
.f
foto copy surat keputusan penempatan dalam rangka masa bakti atau
surat bukti telah selesai menjalankan masa bakti atau surat keterangan
menunda masa bakti yang dilegalisir oleh pejabat berwenang;
.g
kesehatan
yang
ditunuk
pemerintah
selama
tidak
mengganggu tugas);
.h
.i
.j
(2) SIP berlaku sepanjang STR belum habis masa berlakunya dan selanjutnya
dapat diperbaharui kembali.
34
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipindahtangankan.
Pasal 48
(1) Dokter warga negara asing dapat diberikan SIP sepanjang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1).
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga harus :
a. memiliki surat izin kerja dan izin tinggal sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku; dan
b. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia.
Pasal 49
(1)
Dokter
yang
telah
memiliki
SIP
dan
menyelenggarakan
praktik
SIP harus dipajang pada ruang periksa dan nomor SIP harus
dicantumkan pada setiap kertas resep.
(3)
(1)
Pelaksanaan
praktik
kedokteran
harus
sesuai
dengan
ketentuan
35
(2)
(3)
(4)
(1) SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (4) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Kepala Dinas.
(2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan kompetensi
lebih tinggi.
36
(2)
Perawat
hanya
dapat
melaksanakan
tindakan
medik
berdasarkan
berwenang
kewenangan
untuk
sebagaimana
melakukan
dimaksud
pelayanan
pada
ayat
(2)
kesehatan
diluar
untuk
tujuan
praktik
sesuai
dengan
kewenangan
yang
diberikan,
Setiap orang yang telah lulus pendidikan perawat gigi sesuai dengan
peraturan yang berlaku harus memiliki STR Perawat Gigi yang dikeluarkan
oleh Dinas Kesehatan Propinsi tempat dilaksanakannya pendidikan perawat
gigi.
(2)
STR Perawat Gigi berlaku 5 (lima) tahun dan merupakan dasar untuk
memperoleh SIK perawat gigi.
(3)
(1) SIK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Kepala Dinas.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan :
a. foto copy ijazah pendidikan keperawatan;
b. foto copy STR Perawat Gigi yang masih berlaku;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e. surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang
menyatakan tanggal mulai bekerja; dan
f. rekomendasi dari organisasi profesi (PPGI).
(3) SIK berlaku hanya pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
(4) Permohonan SIK selambat-lambatnya diajukan dalam waktu 1 (satu) bulan
setelah diterima bekerja.
38
(5) SIK berlaku sepanjang STR Perawat Gigi belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui.
Pasal 60
(1) Perawat gigi sebagai salah satu jenis tenaga kesehatan dalam kelompok
keperawatan dalam menjalankan tugas profesinya harus sesuai dengan
pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut, meliputi upaya peningkatan
kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi, tindakan penyembuhan
penyakit gigi, dan pelayanan hygiene kesehatan gigi.
(2) Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus berdasarkan standar profesi.
(3) Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang sebagaima dimaksud pada
ayat (2) dapat dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan gigi dalam upaya
promotif dan preventif.
(4) Perawat gigi dalam melakukan tindakan medis terbatas di bidang kedokteran
gigi harus berdasarkan dan sesuai permintaan tertulis dari dokter gigi dan
dilaksanakan sesuai standar profesi.
(5) Perawat gigi dapat menolak permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
apabila bertentangan dengan standar profesinya.
Pasal 61
Perawat gigi memiliki kewajiban :
a. melaksanakan
praktik
sesuai
dengan
kewenangan
yang
diberikan,
39
Bagian Kelima
Izin Perawat Anastesi
Pasal 62
(1) Tindakan Anastesi merupakan tindakan medis yang dapat dilakukan secara
tim oleh tenaga kesehatan yang memenuhi keahlian dan kewenangan untuk
itu.
(2) Tindakan anastesi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. Tindakan Pra anastesi;
b. Tindakan intra anastesi;
c. Tindakan pasca anastesi.
(3) Perawat anastesi untuk dapat melakukan pekerjaannya harus memiliki
Surat Tanda Registrasi Perawat Anastesi (STRPA)
(4) Untuk dapat memperoleh STRPA sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3),
perawat anastesi harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
(5) STRPA sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) dikeluarkan oleh Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dengan masa berlaku 5 (lima) tahun
(6) STRPA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperoleh sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
(7) STRPA yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Pasal 63
(1) Perawat anastesi yang melakukan pekerjaan Perawat Anastesi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Wajib memiliki SIKPA
(2) SIKPA diberikan kepada Perawat Anastesi yang telah memiliki STRPA
(3) SIKPA sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk 1(satu)
tempat
40
(2)
(4) Perawat
anastesi
dapat
menjalankan
pelayanan
anastesi
senantiasa
Bagian Keenam
Izin Bidan
Pasal 65
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku
untuk 1 (satu) tempat.
Pasal 67
Untuk memperoleh SIKB / SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1)
dan ayat (2), bidan harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah
dengan melampirkan :
a. fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi;
42
b. surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
(SIP);
c. surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan atau
d.
e.
f.
g.
tempat praktik;
pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
rekomendasi dari Kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk;
rekomendasi dari organisasi profesi; dan
Fotocopy KTP yang masih berlaku.
Pasal 68
hal
SIKB/SIPB
dikeluarkan
oleh
Dinas
maka
persyaratan
Pasal 69
(1) SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui
kembali jika habis masa berlakunya.
(2) Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Kepala dinas Kesehatan dengan melampirkan :
a. fotocopi SIKB/SIPB yang lama;
b. fotocopi STR;
c. surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
(SIP);
d. pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
e. rekomendasi dari organisasi profesi.
f. photocopy KTP yang masih berlaku.
Pasal 70
SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku karena;
a. tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKB/SIPB.
b. masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
c. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin.
Pasal 71
(1) Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang
diberikan
berdasarkan
pendidikan
dan
pengalaman,
serta
dalam
(2)
Bidan
dalam
menjalankan
praktek
berwenang
untuk memberikan
(4)
melakukan
pelayanan
kebidanan
selain
kewenangan
Pasal 73
(1) Setiap Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian pada sarana
kefarmasian baik pemerintah maupun swasta di daerah wajib memiliki SIPA
dan SIKA yang diterbitkan Kepala Dinas.
(2) Permohonan SIPA dan SIKA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan :
a.foto copy STR Apoteker yang dilegalisir oleh KFN (Komite Farmasi
Nasional);
b. foto copy ijazah Apoteker;
c.surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki
SIP;
d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
e.surat rekomendasi dari organisasi profesi.
f. Surat
pernyataan
mempunyai
tempat
praktik
profesi
atau
surat
secara
tegas
permintaan
SIPA
untuk
tempat
pekerjaan
45
(2) STR Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan
dasar untuk memperoleh SIKTTK.
Pasal 75
Setiap Asisten Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian
(1)
(2)
copy
ijazah
Asisten
Apoteker
yang
disahkan
oleh
pimpinan
(4)
(5)
(1)
46
Bagian Kedelapan
Izin Analis
Pasal 77
(1) Setiap analis yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki
SIK Analis.
(2) SIK Analis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu)
tempat.
Pasal 78
(1) Untuk memperoleh SIK Analis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat
(1) harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah dengan
melampirkan :
a.fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi;
b.
c.surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
(SIP);
d.
surat
pernyataan
memiliki
tempat
kerja
di
fasilitas
pelayanan
kesehatan;
e.surat rekomendasi dari organisasi profesi;
f. pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
g.fotokopy KTP.
(2) SIK Analis berlaku sepanjang STR Analis belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui
Bagian Kesembilan
Izin Tenaga Keterapian Fisik
Paragraf 1
Terapis Wicara
Pasal 80
(1)
(2)
STR Tuna Wicara berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali
serta merupakan dasar untuk memperoleh Terapis SIP Tuna Wicara ;
Pasal 81
(1) Terapis wicara dapat melaksanakan praktik terapis wicara pada sarana
pelayanan terapi wicara, praktik perorangan dan/atau berkelompok.
(2) Terapis wicara yang melakukan praktik pada sarana pelayanan terapi
wicara, praktik perorangan dan/atau berkelompok harus memiliki SIPTW.
(3) SIP Tuna Wicara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas dengan tembusan kepada
Ikatan Terapis Wicara terdekat dengan melampirkan :
h. Foto copy ijazah yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan
terapis wicara;
i. foto copy STR Tuna Wicara yang masih berlaku;
j. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;
k. surat keterangan dari pimpinan sarana yang menyatakan tanggal mulai
bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan terapi wicara;
l. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar; dan
m. Foto copy KTP
(4) SIP Tuna Wicara berlaku pada satu sarana pelayanan terapi wicara.
(5) SIP Tuna Wicara berlaku sepanjang STR Tuna Wicara belum habis masa
berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui kembali.
Pasal 82
(1)
(2)
(3)
Kewenangan
untuk
menerima
pasien/klien
tanpa
rujukan
hanya
48
a.
b.
c.
(4)
hanya
dapat
dilakukan
oleh
terapis
wicara
berdasarkan
berwenang
untuk
melakukan
pelayanan
diluar
kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4) dengan tujuan penyelamatan
jiwa.
Pasal 83
(1) Terapis wicara dalam menjalankan praktik perorangan sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan :
a.
b.
c.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh Ikatan Terapis Wicara.
Pasal 84
Terapis wicara memiliki kewajiban :
(1)
(2)
(1)
Terapis
wicara
yang
menjalankan
praktik
perorangan
dan/atau
(1)
(2)
(3)
(4)
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(5)
(6)
50
(1)
(2)
a.
b.
diagnosa fisioterapi;
c.
perencanaan fisioterapi;
d.
e.
evaluasi/re-evaluasi/re-asesmen.
(3)
Kewenangan
untuk
menerima
pasien/klien
tanpa
rujukan
hanya
untuk
pemeliharaan
kebugaran,
memperbaiki
postur,
untuk
pemeliharaan.
(4)
yang
berkaitan
kesehatan
dengan
hanya
pengobatan,
dapat
penyembuhan
dilakukan
oleh
dan
fisioterapis
51
52
(2) Pembaharuan SIPOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melampirkan:
.f fotokopi SIOT yang masih berlaku;
.g fotokopi SIP Okupasi Terapis yang lama;
.h surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;
.i surat keterangan melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan
okupasi terapi, untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapi;
.j pas foto terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 4 (empat) lembar.
Pasal 93
Okupasi terapis yang menjalankan praktik perorangan dan/atau praktik
berkelompok harus mencantumkan SIP Okupasi Terapis di ruang praktiknya.
Pasal 94
(1) Okupasi
terapis
dengan
menjalankan
praktik
perorangan
sekurang-
Pasal 95
(1)
(2) STRRO berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta
merupakan dasar untuk memperoleh SIK.
Pasal 96
(1) Setiap Refraksionis Optisien untuk melakukan pekerjaan pada sarana
kesehatan wajib memiliki SIK.
(2) SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Dinas dengan melampirkan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
b.
c.
d.
menerima dan melayani resep kacamata dari dokter spesialis mata; dan
e.
(2)
Dalam
hal
tidak
ada
dokter
spesialis
mata
di
daerah
tertentu
Refraksionis Optisien
pada sebuah optikal wajib bekerja penuh dan dilarang bekerja di sarana
kesehatan lainnya.
(4)
Refraksionis
Optisien
yang
bekerja
sebagai
pelaksana
hanya
Refraksionis
Optisien
dalam
melaksanakan
pekerjaannya
Pasal 99
Setiap Refraksionis Optisien dalam menjalankan profesinya berkewajiban
mengikuti
pendidikan
berkelanjutan
untuk
meningkatkan
kemampuan
Setiap orang yang telah lulus Akademi Penata Rontgent, Diploma III
Radiologi,
Pendidikan
Radiodiagnostik
dan
Ahli
Madya/Akademi/Diploma
Radioterapi
yang telah
III
Teknik
diterbitkan
oleh
Dinas
Kesehatan
Provinsi
tempat
dimana
pelayanan kesehatan;
e. foto copy KTP; dan
f.
(3)
(4)
(5)
(6)
SIKR berlaku sepanjang STRR belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui.
Pasal 102
56
a.
melakukan
tindakan
teknik
pemeriksaan
rutin
radiologi
non
kontras;
b.
c.
d.
e.
f.
g.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tanpa pengawasan
dokter spesialis radiologi, radiografer berwenang :
a.
b.
c.
d.
merencanakan
penyelenggaraan
pelayanan
radiologi
dan
imejing.
Pasal 103
(1)
b.
menyimpan
rahasia
sesuai
dengan
perundang-undangan
yang
berlaku;
(2)
c.
d.
e.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 107
59
Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Nomor 14
Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Praktik Tenaga Kesehatan, Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Izin Penyelenggaraan Sarana Penunjang
Medik, Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Retribusi Izin
Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 108
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 109
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Utara.
Ditetapkan di Kotabumi
pada tanggal
2013
2013
60
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA
NOMOR
TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERIZINAN DI BIDANG KESEHATAN
I.
UMUM
Peraturan Daerah mempunyai peranan yang sangat strategis dibidang
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Sebagai
salah
satu
peraturan
Perundang-undangan
tertulis,
yang
Daerah
tentang
Penyelenggaraan
Perizinan
di
Bidang
PASAL-PASAL
61
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Yang dimaksud dengan tidak dapat dipindahtangankan adalah Izin
pelayanan kesehatan tidak dapat dipergunakan oleh orang lain
selain yang namanya tercantum dalam surat izin yang dikeluarkan
oleh Pejabat yang berwenang.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
62
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan berbentuk badan hukum adalah
Rumah Sakit Swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
atau Yayasan yang akta Pendiriannya disahkan oleh Pejabat
yang berwenang.
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
63
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
64
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
65
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
66
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
67
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
Pasal 101
Cukup jelas
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
68
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 77
69