You are on page 1of 23

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAKARTA

REFERRAT
DEMAM BERDARAH VIRUS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Soroy Lardo, Sp. PD
Disusun Oleh :
Ega Adawiyah Palestine

1320221139

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Periode 11 Agustus 18 Oktober 2014

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
Referat dengan judul :

DEMAM BERDARAH VIRUS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Disusun Oleh:
Ega Adawiyah P

1320221139

Telah disetujui oleh Pembimbing:


Nama pembimbing

dr. Soroy Lardo, Sp. PD.

Tanda Tangan

.......................

Tanggal

.............................

Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam

dr. Dwi Edi Wahono, Sp. PD

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan referat yang berjudul Demam Berdarah Virus
Dalam pembuatan referat ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada : dr. Soroy Lardo,Sp.PD yang telah memberikan kesempatan dan memberi
fasilitas sehingga referat ini dapat selesai dengan lancar.
Akhir kata semoga referat ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih
jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang...................................................................

I.2. Tujuan.................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Demam Berdarah Virus......................................................

II.2 Insiden Dan Epidemiologi..................................................

II.3 Pathogenesis......................................................................

II.4 Manifestasi Klinis................................................................

II.5 Diagnosis............................................................................

II.6 Diagnosis Banding.............................................................

12

II.7 Penatalaksanaan ...............................................................

14

II.8 Pencegahan.......................................................................

16

BAB III PENUTUP


III.1 Kesimpulan........................................................................

17

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Masih belum banyak yang mengenal keberadaannya penyakit virus demam

berdarah secara lengkap. Penyakit ini cukup banyak berkembang di masyarakat dan
menimbulkan permasalahan kesehatan diberbagai negara. Beberapa masalah terkait
virus demam berdarah ini termasuk: virus penyebab, pathogenesis, diagnosis, terapi,
dan pengendalian. Penyakit demam berdarah akibat virus ini sebenrnya sudah lama
dikenal, yaitu sejak 1930 ketika terjadi kejadian luar biasa di trio negara ManchurianRusia-Korea di Asia Timur yang waktu itu diduga akibat virus Hanta 1.
Secara keseluruhan, virus yang menyebabkan demam berdarah terdistribusi di
seluruh dunia. Namun, karena setiap virus telah dikaitkan dengan satu atau lebih
spesies hospes tertentu, virus dan penyakit yang diebabkannya terlihat hanya di
spesies inang

yang hidup. Beberapa hospes, seperti spesies hewan pengerat

membawa beberapa arenaviruses, tardapat di daerah geografis terbatas. Oleh karena


itu, risiko terkena demam berdarah disebabkan oleh virus ini terbatas untuk daerahdaerah tertentu. Hospes lain, seperti tikus yang membawa virus yang menyebabkan
berbagai bentuk sindrom hantavirus pulmonary (HPS) di Amerika Utara dan Selatan,
atau tikus yang berbeda membawa virus yang menyebabkan demam berdarah dengan
sindrom renal (HFRS) di Eropa dan Asia. Beberapa host didistribusikan hampir di
seluruh dunia, seperti tikus pada umunya yang dapat membawa virus Seoul, penyebab
HFRS; Oleh karena itu, manusia bisa terkena HFRS dimana saja 2.

Reservoir untuk Lassa demam virus adalah hewan pengerat seperti tikus
multimammate dari genus Mastomys spp. (ideas) Reservoir untuk Crimean-Kongo
demam berdarah yaitu kelinci, burung dan Hyalomma spp. dari kutu, domba, kambing
dan sapi sedangkan Reservoir alami dari virus Ebola masih belum diketahui. Bukti saat
ini menunjukkan bahwa virus ini zoonosis dan biasanya hidup pada hewan asli benua
Afrika. Menurut Barbara dan Pierre reservoir untuk virus Ebola adalah kalelawar, selain
itu virus Marburg juga memiliki reservoir yang sama dengan Ebola 3,4.
Sementara orang-orang biasanya terinfeksi hanya di daerah di mana hospes
hidup, kadang-kadang orang menjadi terinfeksi oleh hospes yang telah diekspor dari
habitat aslinya. Misalnya, wabah pertama demam berdarah Marburg, di Marburg dan
Frankfurt, Jerman, dan di Yugoslavia, terjadi ketika pekerja laboratorium menangani
monyet impor yang terinfeksi virus Marburg. Virus dapat ditularkan melalui kontak keorang, sehingga wisatawan bisa menulari orang lain. Misalnya, pada tahun 1996, yang
merawat pasien Ebola (Ebola HF) di Gabon menjadi terinfeksi, kemudian melakukan
perjalanan ke Afrika Selatan dan dirawat karena Ebola HF di rumah sakit, virus itu
ditularkan kepada perawat dan menjadi sakit dan meninggal 2.
I.2

Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah :

Memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam


Memahami tentang salah satu kasus yaitu virus pemicu demam berdarah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1

Demam Berdarah Virus


Demam berdarah virus adalah istilah umum untuk penyakit yang parah, kadang-

kadang dikaitkan dengan perdarahan, yang mungkin disebabkan oleh sejumlah virus.
Istilah ini biasanya diterapkan untuk penyakit yang disebabkan oleh Arenaviridae
(demam Lassa, Junin dan Machupo), (demam berdarah Krimea-Kongo, Rift Valley
Fever, Hantaan demam berdarah) Bunyaviridae, Filoviridae (Ebola dan Marburg) dan
Flaviviridae (demam kuning, demam berdarah, Omsk haemorrhagic fever, penyakit
hutan Kyasanur)5.
Terdapat berbagai kelompok penyakit diakibatkan satu dari beberapa virus
untaian tunggal RNA (family Arenaviridae, Bunyaviridae, Filoviridae, dan Flaviviridae).
Termasuk family virus Flaviviridae: West Nile, dengue dan demam kuning. Gejala klinis
pada fase awal demam berdarah virus semuanya sama, yaitu sindrom semacam flu
disertai diare akut. Nyeri kepala, mialgia, keluhan gastrointestinal dan gejala infeksi
saluran nafas atas merupakan gejala yang sangat menonjol, hepatitis juga tidak jarang
ditemukan. Gambaran laboratorium sering menunjukkan trombositopenia, leucopenia
(kecuali demam Lassa malah leukositosis)1.
Gambaran laboratorium lainnya: anemia, peningkatan kadar transminase, pada
tes faal hati, dan koagulasi intravaskuler diseminata (kecuali demam Lassa).
Pada fase lanjut keluhan dan gejala lebih spesifik, disertai kegagalan multiorgan,
leucopenia menetap, gangguan status mental dan tanda-tanda perdarahan. Rentang
angka kematian sekitar 5-30% dan bahkan bisa mencapai 90% bila penyebabnya
demam Ebola1.

Cara transmisi dari berbagai virus tersebut bervariasi. Penyakit demam dengue
dan demam kuning akibat flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit demam
berdarah Omsk dan penyakit Forest Kyasanur ditularkan melalui gigitan serangga.
Penyakit demam Lassa terkait binatang pengerat, demam berdarah Junin dan penyakit
lain sejenis disebabkan oleh anggota Arenaviridae. Penyakit demam Ebola dan demam
Mamburg disebabkan filovirus dengan vector yang tidak diketahui. Virus Bunya
termasuk demam berdarah Congo Crimean ditularkan melalui gigitan serangga dan
demam Rift Valley melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pernah terjadi kejadian luar
biasa di Saudi Arabia tahun 2000-2001 menyerang 18 orang. Virus Hanta ditularkan
melalui paparan serangga. Virus Nipah di Malaysia merupakan paramyxovirus zoonotik
tidak menyebabkan demam berdarah tetapi dapat memicu infeksi ensefalitis primer.
Kebanyakan kasus terkait kontak dengan babi 1.
Individu yang menunjukkan gejala sesuai dengan demam berdarah, dari
anamnesis diketahui baru saja melakukan perjalanan dari daerah endemic, maka
dicurigai akibat infeksi virus demam berdarah. Sehubungan dengan berbagai gejala
tersebut perlu dilakukan isolasi virus untuk kepentingan diagnosis dan terapi. Diagnosis
ditegakan melalui isolasi dengan mengamati pertumbuhan virus dari sampel darah yang
diambil pada saat awal fase penyakit. Pemeriksaan dilakukan menggunakan PCR
reverse transcriptase. Pemeriksaan juga dapat dilakukan melalui pengukuran titer
antibody, bila ada kenaikan titer 4 kali sangat menyokong diagnosis. Isolasi penting
dilakukan karena penyakit ini terutama akibat virus Ebola, sangat cepat transmisinya
dan mortalitasnya tinggi, yaitu 50-90%1.

Patofisiologi infeksi ini sangat luas variasinya tergantung tipe sel, terutama
jaringan limfoid, keterlibatan kaskade koagulasi, dan system imun. Manifestasi klinis
dipengaruhi sitokin proinflamatori dan khemokin. Disfungsi adrenal sering terjadi
berbagai dampak infeksi virus demam berdarah. Pada fase lanjut dari penyakit infeksi
akibat virus demam berdarah sering disertai syok 1

II.2

Insiden Dan Epidemiologi


Secara keseluruhan, virus yang menyebabkan demam berdarah terdistribusi di

seluruh dunia. Namun, karena setiap virus telah dikaitkan dengan satu atau lebih
spesies hospes tertentu4.
Penyakit demam berdarah akibat virus terbagi dalam 4 kelompok family virus.
Arenaviridae, Filoviridae, Bunyaviridae, dan Flaviviridae. Manifestasi klinis dari 4 famili
virus tersebut pada hakikatnya hampir sama. Perbedaan terdapat pada siklus hidup,
distribusi demografi, geografis, dan potensi transmisi infeksi nosokomial 1.
Virus pemicu demam berdarah kebanyakan memiliki siklus hidup yang
melibatkan siklus enzootic (binatang). Manusia terinfeksi virus koinsiden pada siklus
enzootic tersebut. Virus ditularkan ke manusia melalui gigitan insekta atau melalui urin
dan kotoran binatang. Penyakit virus demam bedarah terjadi dengan cara ditularkan
melalui gigitan insekta, misalnya demam berdarah dengue, demam kuning (yellow
fever), demam berdarah Crimean-Congo (CCHF), dan demam Rift Valley (RVF). Cara
lain infeksi virus yang ditularkan melalui ekskreta insekta adalah penyakit Lassa,
penyakit Hanataan yang menyebabkan demam berdarah disertai sindrom renal
(HFRS)1.
Sebanyak enam dari demam berdarah virus disebabkan oleh virus yang dibawa
arthropoda (arbo) dan emapat yang lainnya adalah togavirus dan kelompok flavivirus
(PKF, DMO, DBD, dan DK) serta tiga lainnya adalah bunyavirus (Congo, Hantaan,
9

DRV), Junin (DBA, Machupo (DBB) dan Lassa (DL) adalah arena virus, kelompok virus
morfologis dan ekologis. Ebola (DBE) dan virus Marburg adalah virus RNA filamentosa,
terbungkus, yang kadang-kadang bercabang, tidak seperti suatu virus lain yang
diketahui dan sering disebut filovirus6.
DL dan demam berdarah Argentina serta demam berdarah Bolivilia dilaporkan
lebih ringan pada anak daripada orang dewasa. Demam berdarah dengue dan demam
kuning merupakan masalah pediatric yang ditegakkan dengan baik 6.
Angka kematian kasus bervariasi Demam Lassa virus memiliki tingkat kematian
kasus 1% kasus terinfeksi 25% kasus di rumah sakit, Krimea-Kongo demam berdarah
virus memiliki tingkat kematian kasus 2-50%, Virus Marburg memiliki tingkat kematian
kasus 25% dan virus Ebola adalah 50-90%3.

II.3

Pathogenesis
Virus yang menyebabkan demam berdarah pada awalnya ditularkan kepada

manusia ketika hospes reservoir yang terinfeksi atau vektor dan manusia kontak
langsung. Virus dibawa dalam reservoir tikus ditransmisikan ketika manusia kontak
dengan urine, tinja, air liur, atau ekskresi tubuh lainnya dari hewan pengerat yang
terinfeksi. Virus terkait dengan vektor arthropoda tersebar paling sering ketika nyamuk
vektor atau kutu menggigit manusia, atau ketika manusia menghancurkan kutu. Namun,
beberapa vektor ini dapat menyebarkan virus ke hewan, ternak, kemudian menjadi
terinfeksi ketika mereka merawat atau menyembelih hewan 1.
Beberapa virus yang menyebabkan demam berdarah dapat menyebar dari satu
orang ke orang lain, setelah orang awal telah terinfeksi. Ebola, Marburg, Lassa dan

10

Krimea-Kongo merupakan contoh virus demam berdarah. Transmisi virus dapat terjadi
secara langsung, melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau cairan tubuh
mereka. Hal ini juga dapat terjadi secara tidak langsung, melalui kontak dengan benda
yang terkontaminasi dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Misalnya, jarum suntik dan
jarum yang terkontaminasi berperan penting dalam menyebarkan infeksi pada wabah
Ebola hemorrhagic fever dan demam Lassa1.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penularan demam berdarah virus
tergantung pada agen infektif3

Demam Lassa virus menular dari orang yang terinfeksi ke orang lain selama fase
demam akut. Virus diekskresikan dalam urin sampai 3-9 minggu dari onset

penyakit.
Krimea-Kongo virus demam berdarah penularannya tidak diketahui. Virus ini

sangat menular di rumah sakit


Marburg dan virus Ebola yang menular melalui darah dan cairan hasil sekresi
yang mengandung virus.

Meskipun patofisiologi penyakit virus demam berdarah berbeda, tetapi pada umumnya
berlangsung melalui berbagai rangkaian dan menimbulkan kelainan sebagai berikut 1:

Kerusakan pembuluh darah, disebabkan oleh invasi langsung virus ke endotel,

pengaruh aktivitas komplemen, aktivasi sitokin, dan deposisi kompleks imun.


Gangguan koagulasi, diakibatkan oleh trombositopenia akibat supresi susmsum
tulang oleh intervensi virus dan peningkatan kebutuhan. Penyebab lain adalah
gangguan fungsi trombosit, gangguan produksi faktor pembekuan oleh sel

hepatosit, dan koaulasi intravascular diseminata.


Gangguan system imun, system imun bekerja kurang efektif memiicu virus
mengalami replikasi tak terkendali
11

Kerusakan target organ, akibat efek sitopatologi (kerusakan liver pada demam
kuning), pada beberapa kasus akibat respon system inflamasi (nefritis pada
haemorrahgic fever renal syndrome=HFRS)
Masa inkubasi bervariasi sesuai dengan agen penyebab Lassa virus demam

biasanya 6-21 hari, Krimea-Kongo demam berdarah virus biasanya 1-3 hari (kisaran 112 hari), Virus Marburg biasanya 3-9 hari, Virus Ebola biasanya 2-21 hari 3.

II.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis inveksi virus demam berdarah adalah 1,3:

Manifestasi akibat dampak viremia berupa demam, nyeri kepala, nyeri sendi,

nyeri otot, anorekia, mual, muntah, dan gangguan faal hati


Manifestasi akibat peningkatan permeabilitas vascular diikuti perpindahan
plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan. Hal ini ditandai oleh manifestasi
akibat penurunan tekanan darah, dan penurunan perfusi jaringan. Secara klinis
ditandai oleh: akral dingin, banyak berkeringat, penurunan kesadaran, pebedaan
tekanan darah sistol dan diastole kurang dari 20 mmHg. Bila tidak segera
dikoreksi, akan disusul komplikasi sekunder seperti syok hipovolemik, asidosis,
gagal ginjal, dan penyulit metabolic lain. Edema paru, efusi pleura, edema pada
muka dan leher akibat kegagalan pernafasan. Efusi pericardial, efusi

retroperitoneal.
Manifestasi perdarahan, mulai perdarahan minor (petekie, bengkak, dan
kebiruan pada daerah bekas pungsi vena, perdarahan hidung, perdarahan gusi) .
sering juga terjadi perdarahan yang lebih serius termasuk perdarahan otak,

perdarahan saluran cerna seperti hematemesis, melena atau keduanya.


Peningkatan fragilitas kapiler, ditandai dengan pemeriksaan uji bending positif.
12

Kkegagalan hati, termasuk hepatitis ringan disertai dengan ikterus hingga

hepatitis fulminan.
Manifestasi akibat kegagalan fungsi ginjal. Manifestasi pada ginjal merupakan
dampak lanjut hipovolemi, penurunan aliran darah ke ginjal, manifestasi
perdarahan pada ginjal. Pada haemorrahic fever with renal syndrome (HFRS),

manifestasi pada ginjal sebagai dampak langung dari intervensi virus


Manifestasi pada otak. Ensefalopati, sekunder akibat gangguan metabolic yang
berat atau viral haemorrahagic fevers(VHFs) disebabkan invasi virus pada
system saraf pusat, perdarah otak.

II.5 Diagnosis
Diagnosis tergantung pada indeks kecurigaan tinggi pada daerah endemic. Pada
daerah nonendemik riwayat baru berwisata, pemajanan laboratorium baru, atau
pemajanan pada kasus yang lebih awal akan menimbulkan kecurigaan demam
berdarah virus6.
Selain itu diagnosis ditegaakan berdasarkan temuan klinis dan didukung
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan mengambil
bahan dari serum, apusan tenggorok, urin, cairan serebrospinal, untuk dikirim ke
fasilitas laboratorium biosafety (BSL-4). Pemeriksaan dapat dilakukan: isolasi virus, RTPCR, atau diteksi antigen pada infeksi dini serta pemeriksaan antibody pada fase lanjut.
Pemeriksaan antibody dapat dengan cara penentuan antibody IgM dan IgG.
Pemeriksaan PCR dan pemeriksaan antigen ELISAs lebih unggul 1,3.
Pada semua demam berdarah virus agen virus bersirkulasi dalam darah
sekurang-kurangnya sementara selama fase demam awal. Dasar-dasar untuk

13

diagnosis etiologi DBA dan DBD serupa; darah fase akut atau pulasan tenggorok
penderita dapat ditanamkan intraserebral kedalam marmot, bayi tupai atau bayi tikus.
Virus Lassa dapat diisolasi dari specimen yang sama dengan inokulsi pada biakan
jaringan. Pada infeksi arenavirus, antibody komplemen fiksasi grup reaktif dan antibody
netralisasi spesifik tampak pada kovalesen serum 3-4 minggu sesudah mulai sakit.
Untuk penyakit Marburg dan DBE, pulasan tenggorok, darah, dan urin fase akut dapat
ditanamkan pada biakan jaringan marmot atau kera. Virus dengan mudah ditampakkan
dengan mikroskop electron, struktur filamentosanya membedakannya dari semua agen
lain yang diketahui. Antibody komplemen fiksasi spesifik dan imunofluoresen muncul
selama kovalesen. Virus DBSG, ditemukan dari serum atau urin fase akut dengan
inokulsi biakan jaringan dan mengenali virus dengan menggunakan antibody fluoresen,
immunoassay enzim, atau uji netralisasi. Berbagai uji antibody dengan menggunakan
subunit virus tersedia. Virus ini dapat juga terdeteksi dalam darah atau jaringan dengan
menggunakan probe DNA atau mula-mula memperbesar DNA virus dengan RPP 6
Pasien

yang dicurigai VHF harus dikonsultasikan terlebih dahulu sebelum

dilakukan pengumpulan dan pengiriman spesimen

ke Departemen Health and the

Victorian Infectious Diseases Reference Laboratory (VIDRL) untuk tes diagnostik 3.


Semua spesimen klinis diduga VHF diuji di bawah tingkat biosekuriti tertinggi
(BSL-4) di laboratorium. Diagnosis biasanya dibuat dengan menggunakan tes PCR
spesifik yang didukung oleh isolasi dan serologi virus. Spesimen yang tepat adalah 3:

darah tidak membeku, jaringan atau swab hidung dan tenggorokan untuk PCR

virus
darah, urin, jaringan atau swab hidung dan tenggorokan membeku dan untuk
isolasi virus
14

darah beku untuk serologi (ideas)

15

II.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding penyakit demam berdarah akibat virus meliputi 1:
Penyakit

demam Demam

berdarah

akibat Rash

virus
Demam

dengan Demam
akibat dengan

Arbovirus
Berdarah Alfavirus:

Dengue

berdarah Demam

Hutan barmah

dengan

rash rash akibat virus

akibat

tanpa

melalui

bakteri/parasit
Parasit :

gigitan insekta
Enterovirus:

Malaria

Coxsackievirus

Chikungunya

Echovirus Echo

Onyong nyong

Enterovirus

Mayaro
Ross River
Demam

Sindbis
Berdarah Bunyavirus:

disertai

dengan Oropuche

Sindrom Renal

Bakteri:

Paramyxovirus:

Menngokokus

Campak

Coltivirus

Tifoid

Demam Colorado

Plaque septikemik
Shigella
Sepsis

Demam kuning

berat

disertai KID
Rickettsia:
Tick

dan

epidemic
Demam

Virus Herpes
tifus Virus Herpes Zoster
Human

Herpes

Rocky Virus6 dan 7

Mountain
16

Demam

Berdarah

Spirokhaeta:

Orthomyxovirus:

Crimean Congo
Demam Berdarah

Leptospirosis

Influenza A dan B
Rubivirus:

Argentine,

Borelia

Bolivia,

Rubella

Venezuela
Demam Rift Valley
Demam Berdarah
dan Penyakit Hutan
Kyasanur
Demam Berdarah
Ebola dan Marburg
Lain-lain
Gagal hati fulminan
Virus hepatitis A-E
Parasetamol dan obat lain
Sindrom Reyes
Alkohol
Reaksi obat
Toksin
Pembedahan darurat (perdarahan saluran cerna atas)
II.7 Penatalaksanaan
Meskipun prinsip tata laksana secara umum sama, tetapi secara praktis berbeda
pada daerah endemic maupun untuk para pelancong. Penatalaksanaan pada individu
yang dicurigai mengidap terinfeksi virus demam berdarah akibat virus adalah sebagai
berikut1:

Identifikasi, diagnosis, dan terapi pada kasus dicurigai demam berdarah akibat

virus
Membatasi penyebarluasan transmisi infeksi demam berdarah akibat virus
17

Identifikasi atau pemeriksaan pada orang sekitarnya yang potensial kontak


dengan risiko tinggi maupun kontak dengan penderita

Pemberian antiviral, ribavirin (suatu analog guanosine) cukup efektif untuk demam
Lassa dan Crimean-Congo haemorrhagic fever (CCHF). Karena terbatasnya fasilitas
laboratorium serta terbatasnya data klinis, maka obat tersebut juga digunakan pada
kasus Demam Rift Valley dan demam disertai sindrom renal. Pemberian obat antivirus
secara intravena, dosis 30 mg/kg, dilanjutkan dengan dosis 16 mg setiap 6 jam, selama
4 hari pemberian dilanjutkan 8 mg/kg setiap 8 jam selama 6 hari. Pasien dengan infeksi
virus demam berdarah perlu diberikan oksigen, antinyeri, dan sedasi. Bila terdapat
komplikasi dapat ditambahkan terapi suportif termasuk resusitasi hingga penggunaan
alat bantu pernapasan1,2,3.
Terapi suportif diberikan pada situasi berikut1:

Syok hipovolemik; keadaan ini terjadi sebagai akibat peningkatan vascular


hebat. Pasien memerlukan rehidrasi intravena dengan menggunakan cairan
kristaloid dan atau koloid. Cairan kristaloid diberikan sebelum penggunaan
cairan koloid, tetapi pemberian kristaloid perlu hati-hati untuk menghindari
edema paru akibat pemberian berlebihan atau dampak kembalinya cairan ke
intravaskuler. Akhir-akir ini pemberian cairan koloid dini juga menguntungkan
pada kasus demam berdarah virus terutama pada syok berat. Pada kasus
demam berdarah akibat virus termasuk demam Ebola dan Marburg, terapi cairan
dapat dimulai dengan pemberian peroral sebelum memutuskan pemberian

intravena selama pemberian peroral memungkinkan


Kelebihan cairan; keadaan ini terjadi karena pemberian cairan tergesa-gesa dan
berlebih. Dapat juga dengan dosis pemberian yang sama tetapi kurang
18

memperhitungkan fase kembalinya cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler.


Pemberian cairan senantiasa disertai pemantauan tanda vital, hematokrit, dan
produksi urin. Paling ideal disertai pemasangan CVP monitor atau pemantauan
tekanan kapiler paru menggunakan paru menggunakan kateter Swan-Ganz.
Pemberian diuretic dan pemasangan alat ventilator diperlukan pada situasi

genting tersebut.
Gagal napas; gagal napas sekunder terjadi akibat pembengkakan leher dan

laring akibat inflamasi hebat, edema pilmoner atau efusi pleura


Perdarahan, perdarahan minor tidak memerlukan transfuse. Plasma darah segar
diberikan atas indikasi termasuk bila didapatkan gangguan faal pembekuan
darah berat. Meskipun sering terdapat trombositopenia tetapi tidak diindikasikan
transfuse trombosit, kecuali ada perdarahan yang mengancam jiwa. Injeksi
intramuskuler harus dihindari agar tidak memicu terjadi perdarahan, demikian
juga pemeberian obat aspirinyng mempunyi efek antitrombolit, dan potensial

memberikan efek pada liver serta sindrom semacam Reyes.


Gangguan, keseimbangan asam basa, gagal ginjal, gagal liver, dan ensefalopati
diperlukan korekasi sesuai temuan yang ada.

II.8 Pencegahan
Upaya

pencegahan harus menghindari kontak dengan hospes perantara.

Beberapa virus memiliki reservoir yaitu binatang

pengerat sehingga upaya

pencegahan penyakit meliputi2,3:

mengendalikan populasi hewan pengerat


Untuk virus demam berdarah yang disebarkan oleh vektor arthropoda, upaya
pencegahan sering terfokus pada serangga sehingga dianjurkan untuk
19

menggunakan obat anti serangga, pakaian yang tertutup, kelambu, kawat


nyamuk,
Menghindari kontak fisik dan cairan tubuh orang yang terinfeksi adalah cara
yang

paling

penting

untuk

mengendalikan

penyebaran

penyakit.

Teknik

pengendalian infeksi termasuk mengisolasi individu yang terinfeksi dan memakai


pakaian pelindung. Rekomendasi pengendalian infeksi lain termasuk penggunaan
yang tepat disinfeksi ( 0.5% hypochlorite atau 0.5% phenol dengan detergen), dan
pembuangan instrumen dan peralatan yang digunakan dalam mengobati atau
merawat pasien dengan VHF, seperti jarum dan termometer.

20

BAB III
PENUTUPAN
III.1

Kesimpulan

Demam berdarah virus adalah istilah umum untuk penyakit yang parah, kadangkadang dikaitkan dengan perdarahan, yang mungkin disebabkan oleh sejumlah virus.
Istilah ini biasanya diterapkan untuk penyakit yang disebabkan oleh Arenaviridae
(demam Lassa, Junin dan Machupo), (demam berdarah Krimea-Kongo, Rift Valley
Fever, Hantaan demam berdarah) Bunyaviridae, Filoviridae (Ebola dan Marburg) dan
Flaviviridae (demam kuning, demam berdarah, Omsk haemorrhagic fever, penyakit
hutan Kyasanur). Gejala klinis pada fase awal demam berdarah virus semuanya sama,
yaitu sindrom semacam flu disertai diare akut. Nyeri kepala, mialgia, keluhan
gastrointestinal dan gejala infeksi saluran nafas atas merupakan gejala yang sangat
menonjol, hepatitis juga tidak jarang ditemukan. Gambaran laboratorium sering
menunjukkan trombositopenia, leucopenia (kecuali demam Lassa malah leukositosis).
Cara transmisi dari berbagai virus tersebut bervariasi. Penyakit demam dengue dan
demam kuning akibat flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit demam
berdarah Omsk dan penyakit Forest Kyasanur ditularkan melalui gigitan serangga.
Penyakit demam Lassa terkait binatang pengerat, demam berdarah Junin dan penyakit
lain sejenis disebabkan oleh anggota Arenaviridae. Penyakit demam Ebola dan demam
Mamburg disebabkan filovirus dengan vector yang tidak diketahui. Virus Bunya
termasuk demam berdarah Congo Crimean ditularkan melalui gigitan serangga dan
demam Rift Valley melalui gigitan nyamuk. Pemberian antiviral, ribavirin (suatu analog
guanosine) cukup efektif untuk demam Lassa dan Crimean-Congo haemorrhagic fever
21

(CCHF). Karena terbatasnya fasilitas laboratorium serta terbatasnya data klinis, maka
obat tersebut juga digunakan pada kasus Demam Rift Valley dan demam disertai
sindrom renal. Pemberian obat antivirus secara intravena, dosis 30 mg/kg, dilanjutkan
dengan dosis 16 mg setiap 6 jam, selama 4 hari pemberian dilanjutkan 8 mg/kg setiap 8
jam selama 6 hari. Pasien dengan infeksi virus demam berdarah perlu diberikan
oksigen, antinyeri, dan sedasi1,2,3,4,5,6

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Nasronudin, et al., 2011. . In: Penyakit Infeksi di Indonesia dan Solusi
Kini Mendatang. Surabaya: Pusat Penerbit dan Percetakan Unair (AUP),
pp. 93-96.
2. Viral Hemorrhagic Fevers [online]. available from
http://www.cdc.gov/ncidod/dvrd/spb/mnpages/dispages/vhf.htm.
3. Viral Hemorrhagic Fevers [online]. Available from
http://ideas.health.vic.gov.au/bluebook/viral-haemorrhagic.asp .
4. Knust,Barbara dan E. Rollin, Pierre. Viral Hemorrhagic Fevers [online].
Available from http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2014/chapter-3infectious-diseases-related-to-travel/viral-hemorrhagic-fevers.
5. Haemorrhagic fevers, Viral [online]. Available from
http://www.who.int/topics/haemorrhagic_fevers_viral/en/.
6. Behrama, Kliegman & Arvin, 2000. In: A. S. Wahab, ed. Ilmu Kesehatan
Anak vol 2. Jakarta: EGC.

23

You might also like