Professional Documents
Culture Documents
A. Identitas Klien
Nama
: Tn Iko............................ No. RM
Usia
:55........ tahun
Tgl. Masuk
Jenis kelamin
:Laki-laki
Tgl. Operasi
Alamat
No. telepon
:Pasien
Status pernikahan..................................: Nama klg. dekat yg bisa dihubungi:
Agama
:
Lihat rekam medis Status
:
Suku
:
& Pastikan dg klien Alamat
:
Lihat askep prepost
Pendidikan
Pekerjaan
:....................................... Pendidikan
Lama berkerja........................................: Pekerjaan
:
:
& Pastikan dg
klien
disertai
Umumnya nyeri perut pada bekas insisi, terjadinya ....konstipasi, tidak ada nafsu makan,
pasien sesak dan ansietas. (Darma ..Adji, 1993). Keluhan sekarang dikaji menggunakan
PQRST (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi, severity scale dan
timing). Klien yang telah menjalani operasi apendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri
pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya
berkurang setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk tusuk
dengan skala nyeri > lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di area operasi dapat pula
menyebar di seluruh abdomen&paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari.
Nyeri mungkin dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi klien.
2. Lama keluhan
3. Kualitas keluhan
4. Faktor pencetus
5. Faktor pemberat
: -.................................................................................
c. Penyakit:
: Nyeri pada perut kanan bawah sejak 1 tahun lalu, hilang timbul
dan dapat mempengaruh apendik dan tidak menular baik pada keluarga maupun pada
orang lain. (Sueparman, 1990)
F. Riwayat Lingkungan
Kaji Kondisi Lingkungan di rumah dan pekerjaan untuk persiapan Pemulangan dan
Perawatan di Rumah. Kondisi Lingkungan mempengaruhi penyembuhan/penutupan luka
post operatif
Kaji Kebersihan, Bahaya Kecelakaan, Polusi, Ventilasi dan Pencahayaan di Rumah dan
lingkungan kerja
G. Pola Aktifitas-Latihan
Kaji Pola Makan/minum , Mandi, Berpakaian, Toileting, Mobilitas di tempat tidur,
Berpindah, Berjalan
Pada umumnya pola istirahat pasien mengalami gangguan disebabkan nyeri pada luka
insisi. (Robert Priharjo, 1993)
Umumnya pada pasien operasi apendiktomy pola aktivitas mengalami gangguan karena
disebabkan nyeri pada daerah bekas insisi dan kelemahan. (Linda Juall Carpenito, 1996)
H. Pola Nutrisi Metabolik
Kaji jenis diit/makanan post operasi, frekuensi/pola, jumlah porsi makanan yang
dihabiskan, BB, jenis minuman, frekuensi minum
Biasanya pasien tidak ada nafsu makan karena dipengaruhi oleh adanya nyeri di daerah
abdomen yang disertai pengaruh anastesi. (Cameron, 1997)
Biasanya pola minum pasien tidak mengalami gangguan (Barbara C. Long, 1996)
I. Pola Eliminasi
Kaji pola BAB dan BAK (Frekuensi, konsistensi,warna & bau), kesulitan, dan upaya
mengatasi kesulitan
Biasanya pada pasien post apendiktomy pola BAB dan BAK mengalami gangguan karena
pengaruh anastesi. (Cameron, 1997)
Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi pencernaan kembali ke
dalam rentang normalnya. Kemungkinan klien akan mengalami mual muntah dan
konstipasi pada periode awal post operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat
mulai diberikan setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien
juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena adanya pembatasan masukan
oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah peningkatan masukan oral.
J. Pola Tidur-Istirahat
Kaji Pola Tidur dan Istirahat (Tidur siang dan Tidur Malam Jumlah jam dan kenyamanan
tidur)
Pada umumnya pola istirahat pasien mengalami gangguan disebabkan nyeri pada luka
insisi. (Robert Priharjo, 1993)
Umumnya pada pasien operasi apendiktomy pola aktivitas mengalami gangguan karena
disebabkan nyeri pada daerah bekas insisi. (Linda Juall Carpenito, 1996)
Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu tidak terganggu, tergantung toleransi klien
terhadap nyeri yang dirasakan
K. Pola Kebersihan Diri
Kaji Apakah klien mandi dan membasahi luka post operatif
Kaji Frekuensi mandi,keramas, Gosok gigi, ganti baju
Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri ( mandi, gosok gigi, keramas dan
gunting kuku ), karena adaanya toleransi aktivitas yang mengalami gangguan
L. Pola Toleransi-Koping Stres
dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan social klien antara
sebelum dan setelah menjalani operasi.
N. Pola Komunikasi
1. Bicara: Normal dan mampu mengerti pembicaraan orang lain
2. Kaji Bahasa utama
3. Kaji Bahasa daerah
4. Kaji Adat istiadat yg dianut
O. Pola Seksualitas : Perlu dikaji karena seksualitas merupakan salah satu kebutuhan biologis
1. Kaji Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (ada/tidak)
2. Kaji Upaya yang dilakukan pasangan: (perhatian,sentuhan,dll)
pasien)
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi):
- Dikaji apakah klien akibat merasa sakit pasca operasi tidak mau beribadah atau justru
rajin beribadah demi kesembuhan
- Mengapa mau / tidak beribadah
- Jenis apa beribadahnya dan frekensinya berapa setiap hari
- Kenyamanan beribadah dan apakah ada masalah dalam beribadah di rumah sakit
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: Kaji jenis dan alasannya
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: Kaji harapan beribadah
klien
5. Perlu dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk kesembuhannya.
6. Umumnya pada pasien apendiktomy keadaan spiritualnya mengalami gangguan karena
Keadaan Umum klien post apendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa
jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai
berat tergantung pada periode akut rasa nyeri. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali
akan mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi apendiks.
2. Tanda Tanda Vital
- Sistem Kardiovaskuler : TD klien naik setelah post operasi namun masih dalam
rentang normal. Pada umumnya klien lainnya biasanya mengalami takikardi ( sebagai
respon terhadap stres dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon
terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya
normal. Jadi dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan,dan auskultasi
bunyi jantung.
- Sistem Pencernaan : Klien mengeluh nyeri pada area operasi di abdomen kanan
bawah saat dipalpasi. Ketika balutan dengan darah merembes dibuka, luka sayatan
operasi pun juga tampak terbuka berwarna kemerahan. Biasanya pada kasus post
apendiktomi terdapat keluhan mual muntah, konstipasi pada awal post operasi dan
penurunan bising usus, jadi kaji lebih lanjut.
- Sistem Perkemihan : awal post operasi pada umumnya akan mengalami penurunan
jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama
periode awal post apendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan
peningkatan intake oral. Kaji dan catat input, output,dan gangguan eliminasi.
- Sistem Muskuloskeletal : Secara umum, dapat mengalami kelemahan karena tirah
baring post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan
peningkatan toleransi aktifitas, namun tetap kaji lebih lanjut kemampuan otot klien
- Sistem Integumen : tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena
insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal), darah merembes ke
balutan. Kaji luka lebih lanjyt. Biasanya turgor kulit akan membaik seiring dengan
peningkatan intake oral.
- Sistem Persarafan : umumnya klien dengan post apendiktomi tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan meliputi : tingkat
kesadaran, saraf kranial dan refleks.
- Sistem Pendengaran : pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan
telinga, ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
- Sistem Endokrin : umumnya klien post apendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi
endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain
lain).
4. Data post operasi
- Inspeksi : Pada pasien apendisitis biasanya keadaan umum lemah, disebabkan nyeri
pada luka operasi dan juga terlihat perut kembung. (Oswari E., 1993)
- Palpasi : Pada pasien apendisitis terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah
dimulai dari sisi yang tidak sakit untuk menyesuaikan tangan pemeriksa pada perut
penderita. (Cameron, 1997)
- Perkusi : Pada pasien apendisitis terdapat nyeri ketok, pekak hati (jika terjadi
peritonitas, pekak ini hilang oleh karena bocoran usus, maka udara bocor)
- Auskultasi : Pada pasien apendisitis biasanya bising usus tidak ada, (oleh karena
peritonitis) sedangkan jika nyeri ketok tersebut di satu tempat (titik Mc. Burney) maka
tidak ada peritonitis lokal, jika nyeri di seluruh abdomen, maka terjadi peritonitis umum
(bila terjadi perforasi apendik). (Jones DJ., 1997)
pemeriksaan fisik Head to toe
1. Kepala
Inspeksi : Kaji warna rambut, penyebaran, kebersihan rambut, mudah rontok
Palpasi: Kaji ada/tidaknya benjolan dan nyeri tekan
Wajah
- Inspeksi : Kaji bentuk kesimetrisan wajah kanan dan kiri,bentuk wajah, warna wajah,
pergerakan abnormal, ekspresi wajah, oedema
- Palpasi: Kaji ada/tidaknya nyeri tekan
3. Mata
- Inspeksi : Kaji Kesimetrisan mata kanan dan kiri, oedema/tidak, sclera ikterik/tidak,
Conjungtiva anemis/tidak,Refleks pupil terhadap cahaya kanan ( + ) / Kiri ( + ),
Penglihatan kabur/tidak.
Palpasi : Kaji ada/tidaknya nyeri tekan pada bola mata.
Hidung
Inspeksi : Kaji keadaan septum tepat berada ditengah/tidak, ada/tidaknya polip,
4.
-
Inspeksi
-
Palpasi
- Tidak ada kaku kuduk.
- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe .
8. Thoraks dan pernapasan
Inspeksi
-
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Suara napas normal vesikuler.
Biasnya tidak ada suara tambahan weezhing / rongki.
9. Jantung
Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan
kelainan bunyi jantung. Takikardi dapat ditemukan pada pasien yang dilakukan
appendiktomi karena sirkulasi darah yang tidak teratur.
Palpasi
-
Perkusi
-
Aukultasi
10.
belakang
Abdomen
11.
Inspeksi: tampak luka sayatan operasi terbuka, basah, berwarna kemerahan, masih
terlihat benang yang belum terlepas
Palpasi: terasa nyeri , kaji lokasi hepar,limpa apakah juga terasa nyeri tekan
Auskultasi:bising usus biasanya menurun/tidak ada karena pasien dalam efek anastesi
sehingga aliran vena dan gerakan peristaltik usus menjadi menurun.
Dehidrasi disebabkan karena pembatasan pemberian cairan dalam hal ini pasien
dalam keadaan puasa, pasien mendapatkan cairan hanya melalui pemasangan infus.
Mual dan muntah terjadi karena mucus yang diproduksi mukosa terus menerus dan
meningkatkan tekanan gastrointesnital sehingga terjadi distensi abdomen yang
menimbulkan rasa mual.
Ekstermitas
Atas: terpasang selang drain dihubungkan pada botol NaCl tidak hampa udara.
12.
Bawah: Kaji kekuatan otot, pergerakan abnormal, ada tidaknya nyeri tekan,
adanya
komplikasi
pasca
pembedahan.
Pemeriksaan darah (HB) : Sel darah putih total meningkat di atas 10000/m 2 pada
85% pasien dan tiga perempat mempunyai hitung deferensial sel darah putih yang
abnormal.(Jones DJ., 1997)
14.
Terapi ( Kaji penatalaksanaan medis, Rehabmedik, dan pola nutrisi post operasi)
0,5%
Kaji pola/jenis penjahitan luka operasi dijahit lapis demi lapis
Siapa penanggung jawab operasi
KRITERIA PEMULIHAN PASCA OPERASI
(Aldered Score)
POIN
SAAT
NILAI
PENERIMAA
AREA PENGKAJIAN
SETELAH
1
jam
jam
3 jam
3 hari
Pernafasan :
Mampu bernafas dalam dan
batuk
1
0
1
0
pra anesthetik
Tingkat kesadaran :
Respon secara verbal terhadap
pertanyaan/terorientasi
terhadap tempat
Terbangun ketika dipanggil
namanya
Tidak memberikan respon
terhadap perintah
1
0
normal
Warna kulit berubah : pucat,
agak kehitaman, keputihan,
ikterik
Sianosis jelas
Aktivitas otot :
2
1
0
Waktu keluar :
Tanda tangan
perawat :
Jumlah point :
Kabur, Tidak Jelas = Tepi luka tidak dapat dibedakan dengan jelas
Berdekatan
= Menyatu dengan tepi luka, tidak terdapat sisi atau pembatas, datar
Tidak Berdekatan = Terdapat sisi atau dinding yang jelas, dasar luka lebih dalam dari
tepi luka
Berlekuk, menebal = lembut sampai agak kenyal dan fleksibel bila disentuh
Hiperkeratosis
Fibrotik, parut
4. Terowongan
masukkan lidi sejauh terowongan dan jangan memberikan tekanan, angkat lidi sehingga
dapat teramati atau dirasakan pada permukaan kulit, beri tanda dengan pena, ukur
antara tanda dengan tepi luka; lanjutkan
tranparan untuk mengukur jumlah terowongan dengan lingkaran dibagi dalam 4 kuadran
(25%) untuk membantu menentukan prosentase luka yang terbentuk terowongan.
5. Jenis jaringan Nekrotik
jumlah
jaringan nekrotik dengan lingkaran dibagi dalam 4 kuadran (25%) untuk membantu
menentukan prosentase jaringan nekrotik.
7. Tipe Eksudat : beberapa balutan bereaksi dengan drainase membentuk gel atau
menyerap liquid. Sebelum mengkaji jenis exudates, bersihkan luka dengan normal
saline. Tentukan jenis exudates yang paling dominan pada luka sesuai dengan
konsistensi dan warna, dengan menggunakan petunjuk dibawah ini :
Berdarah = encer, merah terang
Serosanguineous = encer, merah pucat sampai merah muda
Serosa = encer, seperti air, jernih
Purulen = encer atau kental, kecoklatan sampai kuning
Purulen kotor = kental, kekuningan sampai kehijauan dengan bau yang menyebar
8. Jumlah Eksudat : Gunakan metrik tranparan untuk mengukur jumlah eksudat dengan
lingkaran dibagi dalam 4 kuadran (25%) untuk membantu menentukan prosentase
jumlah exudat, dengan menggunakan petunjuk di bawah ini :
Tidak ada = jaringan luka kering
Sangat sedikit = jaringan luka lembab, exudate tidak dapat diukur
Sedikit = jaringan luka basah, seluruh bagian luka lembab, drainase mengenai 25%
balutan.
Moderat = jaringan luka basah kuyub; drainase tersebar seluruh atau sebagian luka;
drainase mengenai > 25% samapai < 75% balutan
Banyak = luka terendam cairan exudates; drainase keluar lancer; drainase tersebar di
seluruh atau sebagian luka; drainase mengenai > 75 % balutan.
9. Warna Kulit Sekitar Luka : kaji jaringan 4 cm dari tepi luka. Orang yang berkulit hitam
memperlihatkan warna merah terang dan merah gelap sesuai warna kulit pada setiap
etnis. Sebagaimana penyembuhan pada orang kulit gelap , kulit baru berwarna pink dan
bisa tidak akan berwarna.
10. Edema Perifer Jaringan dan indurasi : Kaji jaringan 4 cm dari tepi luka. Tidak ada
edema bila kulit tampak mengkilat dan tegang. Mengidentifikasi pitting edema dengan
menggunakan jari tekan kuat jaringan dan tunggu kembalinya cekungan sampai 5 detik,
jaringan yang edema tidak kembali normal dan terdapat lekukan. Indurasi adalah
jaringan teraba keras abnormal dengan batas yang tegas. Kaji dengan mencubit dengan
pelan pada jaringan. Indurasi terjadi bila jaringan tidak dapat dicubit. Gunakan
transparan metrik untuk mengukur sejauh mana edema atau indurasi berkembang di
sekitar luka
11. Granulasi Jaringan : granulasi jaringan adalah tumbuhnya pembuluh darah kecil dan
jaringan ikat untuk mengisi luka yang dalam. Jaringan sehat terlihat terang, merah
seperti daging, mengkilat dan bergranul dan tampak seperti beludru. Vaskularisasi yang
buruk tampak seperti merah pink pucat atau putih pucat sampai putih, warna merah
kehitaman.
12. Epitelisasi : adalah proses pembentukan permukaan epidermis dan kulit tampak pink
atau merah. Pada luka yang dangkal epitelisasi terjadi melalui permukaan luka mulai
dari tepi luka. Pada luka yang dalam epitelisasi berlangsung dari tepi luka saja.
Gunakan metric tranparan untuk mengukur luas epitelisasi dengan lingkaran dibagi
dalam 4 kuadran (25%) untuk membantu menentukan prosentase epitelisasi yang
terbentuk dan mengukur sejauh mana jaringan epitel meluas pada luka.
Lengkapi Lembar isian untuk mengkaji status luka. Evaluasi setiap item dengan memilih reson
yang paling sesuai dengan luka dan masukkan skor pada kolom skor pada tanggal yang
sesuai.
Lokasi : bagian tubuh yang mengalami luka, Identifikasi (R) pada bagian tubuh kanan atau (L)
pada bagian tubuh kiri dan gunakan Tanda (X) untuk memberi tanda pada gambar tubuh.
------------------Sakrum dan koksigis
------------------Paha
------------------Ischial tuberosity
-------------------Lurus/ memanjang
-------------------Membentuk
seperti
perahu
------------------kotak/ seperti kupu-kupu
mangkuk/
Pengkajian
1 = Panjang X Lebar < 4cm
2 = Panjang X Lebar 4 s.d <16 cm
3 hari post op
Sekitar p=8 & l=
3
pxl =24
Nekrotik
6. Jumlah
Jaringan
Nekrotik
Exudate
2 = berdarah
3 = serosangueneous, encer, berair, merah
Exudate
sekitar luka
disentuh
3 = putih atau abu-abu pucat atau
hipopigmentasi
4 = merah gelap atau ungu dan atau tidak
pucat
5 = hitam atau hiperpigmentasi
10. Edema
Perifer /tepi
Jaringan
cm sekitar luka
3 = tidak ada pitting edema sepanjang 4
cm sekitar luka
Jaringan
Perifer
luka
4 = indurasi 2-4 cm seluas 50% sekitar
luka
5 = indurasi > 4cm di mana saja pada luka
12. Jaringan
Granulasi
38
10
13 15
20
25
30
35
40
45
50
Jaringan Sehat
Regenarasi Luka
55
60
65
Degenerasi Luka
Plot multiple scores with their dates to see-at-a-glance regeneration or degeneration of the
wound.
Plotkan total skor pada rentang status luka dan beri tanda X pada garis dan beri tanggal di
bawah garis. Plotkan
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa:
1. Resiko Infeksi
2. Nyeri Akut
3. Kerusakan Integritas Jaringan
ANALISA DATA
N
O
1
ANALISA DATA
ETIOLOGI
ASUHAN
DS : -
Post appendiktomi
KEPERAWATAN
Resiko Infeksi
DO :
Berhubungan dengan
Teputusnya kontinuitas
pertahanan tubuh
adequate (kerusakan
dan
organism
jaringan)
data
didapatkan
balutan
operasi
warna
luka
merembes,
merah,
didapatkan
Resiko infeksi
DS:
-
Post Appendiktomi
DO:
-
Teputusnya kontinuitas
jaringan akibat insisi
Klien batuk-batuk
disertai mengejan
warna merah
Nyeri Akut
Ds :
-
Do :
-
Nyeri akut
Post operasi
jaringan berhubungan
Teputusnya kontinuitas
operasi merembes,
warna merah
Gambaran luka
jahitan terbuka
Kerusakan integritas
mengedan
Luka robek
Kerusakan integritas
jaringan
INTERVENSI
(robekan)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam, resiko infeksi klien dapat diatasi
dengan
Criteria hasil (NOC):
Tissue Integrity : kulit dan mucous membrane
-
Temperatur kulit disekitar luka sama dengan di temperature di area yang perut
Pigmen warna kulit yang luka merah segar dan tak ada tanda-tanda necrosis
Intervensi (NIC)
a. Infection Control
Monitor status hemodynamic pasien (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
Kontrol lingkungan untuk mencegah infeksi
Perawatan dan pergantian peralatan atau protocol yang digunakan pasien
(pergantian balutan sesuai indikasi)
Lakukan teknik aseptic pada setiap prosedur tindakan invasive yang ditujukan pada
pasien (seperti saat penggantian balutan menggunakan sarung tangan steril)
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan pada pasien
Ajari pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi
Berikan antobiotik jika diperlukan
b. Infection Protection
Monitor tanda dan gejala sistemik yang berhubungan dengan infeksi
Observasi kulit, jaringan, dan mucous membrane pada luka dan sekitar luka
Tingkatkan intake nutrisi dan cairan untuk menunjang penyembuhan luka pasien
menjadi cepat
Anjurkan meningkatkan istirahat untuk mempercepat proses penyembuhan luka
Ajari pasien dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala infeksi serta bagaimana
cara untuk menghindari resiko infeksi (misalnya : modifikasi lingkungan untuk
mencegah timbulnya sarang kuman, bakteri atau virus)
Pain control
Kriteria
Reported Pain
Facial expression of pain
Uses analgesic as
recomended
Uses non-analgesic relief
measures
Reports pain Controled
Intervensi
NIC:
Pain Management
Kaji keluhan nyeri klien secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,
onset/durasi,frekuensi, kualitas, intensitas dan besarnya keluhan nyeri yang dirasakan
klien.
Observasi tanda non verbal klien akibat nyeri
Kaji pengaruh budaya terhadap persepsi nyeri klien
Kaji faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan persepsi nyeri klien, seperti lingkungan,
suhu, suara dan lain-lain
Jelaskan kondisi yang dialami klien saat ini
Kolaborasikan pemberian analgesik yang sesuai untuk kondisi klien
Anjurkan klien untuk istiharahat secara adequate untuk mempercepat penyembuhan.
Gunakan strategi komunikasi terapeutik dan teknik relaksasi (pemberian music, nafas
dalam, dll) untuk membantu klien untuk meringankan nyeri.
Monitor kepuasan pasien tehadap manajemen nyeri.
Intervensi (NIC) :
a. Wound care
Monitor karakteristik dari luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau
Bersihkan dengan normal salin dan nontoxic cleanser
Berikan salep yang cocok untuk lesi
Gunakan teknik steril dressing ketika melakukan perawatan luka
Jelaskan pada pasien untuk menghindari posisi yang dapat menyebabkan
ketegangan pada luka
Ajarkan pada pasien dan keluarga proses perawatan luka
Jelaskan pada pasien tentang tanda-tanda infeksi (rubor, calor, dolor, fungsiolesa)
DAFTAR PUSTAKA
1. Nanda Internasional.2010. Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:EGC
KeperawatanPejajaran:Bandung.
Cameron.1997. Ilmu Bedah Muthakhir.EGC:Jakarta
Darma Adji.1993. Ilmu Bedah Edisi 7.EGC:Jakarta
Jones DJ dan Irving, MH.1997. Petunjuk Penting Penyakit Kolorektal.EGC: Jakarta
Oswari E.1993.Bedah dan Perawatannya.Gramedi:Jakarta
Priharjo R.1993.Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. EGC: Jakarta
Soeparman.1990. Ilmu penyakit Dalam Jilid II.Balai Penerbit FKUI:Jakarta