Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesens. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema local dan
sesaatstroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah
beregenerasi.1
Ulkus kornea atau keratitis ulseratif, merupakan inflamasi atau
keadaan infeksi berat dari kornea yang menyebabkan rusaknya lapisan epitel
hingga bagian stroma kornea. Ini merupakan keadaan yang sering terjadi
pada sebagian besar orang di daerah tropis dan pertanian. Di negara
berkembang, ulkus kornea penyebab tersering tingginya morbiditas.
Mengenai anak-anak yang kekurangan vitamin A beresiko tinggi terjadinya
ulkus kornea dan bisa menyebabkan kebutaan pada kedua mata.
Ulkus kornea adalah defek epitel kornea dengan inflamasi yang
mendasarinya (merupakan akibat segera dari nekrosis jaringan kornea)
akibat invasi oleh bakteri, jamur, virus atau acanthamoeba. Ini dapat diawali
oleh mekanisme trauma atau defisiensi nutrisi.Gejalanya berupa mata merah
tiba-tiba, terasa seperti ada benda asing, nyeri, fotofobia, dan lakrinasi.
Diagnosa dengan pemeriksaan slit-lamp, pewarnaan fluorescin, dan uji
mikroba. Pengobatan dengan antimikroba topical dan sering dengan tetes
mata untuk melebarkan pupil digunakan oleh dokter ahli dalam keadaan
yang darurat.8
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa
descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000
penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea
antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadangkadang tidak diketahui penyebabnya.
. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun
1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak
laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan
peningkatan
penggunaan
kortikosteroid
topikal,
penggunaan
obat
BAB II
PEMBAHASAN
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea adalah lapisan transparan yang merupakan bagian lapisan luar
dari mata. Kornea ini membiaskan cahaya dan melindungi isi bola mata.
Ketebalan kornea berkisar dari 450 hingga 610 mikrometer dan rata-rata
550m. nervus trigeminal mempersarafi kornea melalui nervus cilier yang
panjang. Ini merupakan reseptor nyeri pada lapisan luar dan reseptor tekanan
berada lebih dalam.1
Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya
sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan
yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan
lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43
dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak
sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan
melihat halo.1,2
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju
kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel
basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui
desmosom dan macula
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane
basalnya.
5
DEFINISI
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang
dapat terjadi dari epitel sampai stroma.5,7
2.4. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a.
Ulkus marginal
b.
c.
10
kelainannya. Sumbu
memanjang
daerah
12
13
14
yang terdapat
15
sindrom
Sjorgen
salah
satunya
ditandai
16
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis2,6,7
2.6. PATOFISIOLOGI
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa
bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.
Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera
kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal
sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air
mata menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktorfaktor
yang
menarik
air
dari
stroma
kornea
superfisial
untuk
17
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
18
Gejala Objektif
Kekeruhan berwarna putih pada kornea
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Injeksi siliar
Hipopion
2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan
laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat
penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus
herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes
simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti
diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada
kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
19
20
dianjurkan graft konjungtiva atau flap konjungtiva, soft lensa kontak, atau
transplantasi kornea. Nutrisi yang cukup, termasuk asupan protein dan
vitamin C biasanya disarankan. Pada kasus keratomalasia, dimana ulkus
kornea disebabkan defisiensi vitamin A, suplemen vitamin A diberikan
secara oral atau intramuscular. Obat-obatan yang biasanya kontraindikasi
pada ulkus kornea berupa kortikosteroid topical dan anestesiini tidak
dapat digunakan pada ulkus kornea karena mencegah penyembuhan, dapat
menyebabkan terinfeksi
dengan jamur
atau bakteri
lainnya yang
21
2.10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
o
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder9
2.11. PENCEGAHAN
Pemantauan dini yang tepat waktu oleh ahli mata terhadap adanya
infeksi mata dapat mencegah perburukan keadaan dari ulserasi yang
kecil.
Jika bekerja pada tempat dimana benda asing dapat masuk kedalam
mata, pastikan menggunakan kacamata selama bekerja.
22
2.12. PROGNOSIS
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan
ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan
waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular.
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan
serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan
obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada
penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel
epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh
darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan
cepat melalui metode yang pertama. Namun, pada ulkus yang lebih luas dan
dalam perlu adanya pembuluh darah untuk mensuplai sel-sel inflamasi. Sel
darah putih dan fibroblas membentuk jaringan granulasi dan kemudian
jaringan parut, yang secara efektif menyembuhkan kornea. Ulkus sembuh
dalam empat hari.1-9
23
BAB III
KESIMPULAN
Kornea ( latin cornum = seperti tanduk ) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan.
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea atau merupakan suatu defek pada
epitel dan telah mencapai bagian stroma. Dikenal dua bentuk tukak
pada kornea yaitu central dan marginal atau perifer.
Umumnya ulkus kornea yang disebabkan bakteri adalah ulkus kornea
sentral, sedang ulkus kornea marginal disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas, reaksi toksik, alergi dan infeksi.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan
pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan ulkus kornea berdasarkan penyebabnya
Prognosis pada ulkus kornea umumnya baik tergantung pada ukuran
dan dalamnya ulkus, pengobatan dan faktor-faktor pencetus.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.wikipedia.org
2. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta,
2000
3. Daniel Garibaldi, Dr. Corneal Ulcer: Patient Education. Dikutip dari
www.MDConsult.com. 2008.
4. Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.St.LukesEye. com. 2008
5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989
7. Anonimous. Pedoman Pengobatan Penyakit. Dikutip dari PEDOMAN
PENGOBATAN PENYAKIT Ulkus Kornea.htm. 2008.
8. Melvin I. Roat, MD. Corneal Ulcer. Dikutip dari Text Book The
MERCK MANUAL of PATIENT SYMTOMS. 2009
9. Anonimous. Corneal Ulcer and Infections. Dikutip dari www.Medline
Plus. 2009.
25
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
PRESENTASI KASUS
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn H
Umur
: 48 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Ds Alue Leuhop Kec. Sp. Mamplam, Bireun
Tanggal Pemeriksaan: 12 Oktober 2010
II. ANAMNESA
Keluhan Utama
: Mata kanan nyeri
Keluhan Tambahan
: Mata kanan tidak bisa melihat
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan nyeri, merah dan tidak
bisa melihat. Awalnya, pasien mengeluhkan mata kanannya merah dan
perih, serta pandangannya mulai terganggu (kabur) sejak 3 bulan yang
lalu setelah pasien membakar sampah lalu merasa ada sesuatu yang
masuk ke mata kanannya. Menurut pasien, sejak 3 minggu yang lalu ia
tidak bisa melihat dengan mata kanannya. Sebelumnya, pasien berobat
ke Puskesmas di daerah Bireun dan mendapat obat-obat. Nyeri pada
mata kanan berkurang dengan obat-obatan tersebut. Pasien juga
mengeluhkan mata kanannya terus menerus berair dan mengeluarkan
kotoran. Pandangan silau (+). Pasien bekerja sebagai petani.
Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes Mellitus
26
27
OD
OS
Visus
Pergerakan
Palpebra
1/~
Terbatas
Edema (+)
Hiperemis (-)
Superior
Krusta(-)
Skuama(-)
Palpebra Inferior Edema (+)
Hiperemis (+)
Konj. Bulbi
Chemosis (+)
Hiperemis (+)
Injeksi siliar (+)
Injeksi konjungtiva (-)
Kornea
Bulat, putih keruh dan
COA
Pupil
Iris
Lensa
V.
6/60
Bebas
Edema (-)
Hiperemis (-)
Krusta (-)
Skuama (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Chemosis (-)
Hiperemis (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjunktiva (-)
Bulat, jernih
Kedalaman cukup
Bulat (+), RC (+),
3mm
Kripta jelas (+)
Jernih
DIAGNOSA
Ulkus Kornea OD
VI. PENATALAKSANAAN
- Diet 1900 kkal
- Novomix 20-0-12
- Analgetik (Asam Mefenamat 3x500 mg)
- KSR 2 x 1
- Diamox 3 x 1
28
OS
Visus
Pergerakan
Palpebra
1/~
Terbatas
Edema (+)
Hiperemis (-)
Superior
Krusta(-)
Skuama(-)
Palpebra Inferior Edema (+)
Hiperemis (+)
Konj. Bulbi
Kemosis (+)
Hiperemis (+)
Injeksi siliar (+)
Injeksi konjungtiva
Kornea
6/60
Bebas
Edema (-)
Hiperemis (-)
Krusta (-)
Skuama (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Kemosis (-)
Hiperemis (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjunktiva
(-)
(-)
Bulat, putih keruh Bulat, jernih
dan bintik hitam
COA
Pupil
(+)
Dangkal
Sdn, RC
Iris
3mm
3mm
Kripta tidak jelas Kripta jelas (+)
Lensa
(+)
Sdn
(-)
Kedalaman cukup
, Bulat (+), RC (+),
Jernih
29
OS
1/~
Terbatas
Edema (+)
Hiperemis (-)
Krusta(-)
Skuama(-)
Edema (+)
Hiperemis (+)
6/60
Bebas
Edema (-)
Hiperemis (-)
Krusta (-)
Skuama (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Chemosis (+)
Hiperemis (+)
Injeksi siliar (+)
Injeksi konjungtiva
Chemosis (-)
Hiperemis (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjunktiva (-)
Kornea
(-)
Bulat, putih keruh Bulat, jernih
COA
Pupil
Iris
3mm
3mm
Kripta tidak jelas Kripta jelas (+)
Lensa
(+)
Sdn
Jernih
OS
1/~
Terbatas
Edema (+)
Hiperemis (-)
6/60
Bebas
Edema (-)
Hiperemis (-)
30
(+),
Palpebra
Inferior
Konj. Bulbi
Krusta(-)
Skuama(-)
Edema (+)
Hiperemis (+)
Krusta (-)
Skuama (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Chemosis (+)
Hiperemis (+)
Injeksi siliar (+)
Injeksi konjungtiva (-)
Chemosis (-)
Hiperemis (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjunktiva
Kornea
(-)
Bulat, putih keruh dan bintik Bulat, jernih
COA
Pupil
hitam (+)
Dangkal
Sdn, RC (-) , 3mm
Kedalaman cukup
Bulat (+), RC (+),
3mm
Kripta jelas (+)
Jernih
Iris
Lensa
Palpebra Inferior
Konj. Bulbi
Kornea
OD
OS
1/~
Terbatas
Edema (+)
Hiperemis (-)
Krusta(-)
Skuama(-)
Edema (+)
Hiperemis (+)
Kemosis (+)
Hiperemis (+)
Injeksi siliar (+)
Injeksi konjungtiva (-)
6/60
Bebas
Edema (-)
Hiperemis (-)
Krusta (-)
Skuama (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Kemosis (-)
Hiperemis (-)
Injeksi siliar (-)
Injeksi konjunktiva
(-)
Bulat, putih keruh dan Bulat, jernih
bintik hitam (+)
31
COA
Pupil
Iris
Lensa
Dangkal
Sdn, RC (-) , 3mm
Kedalaman cukup
Bulat (+), RC (+),
3mm
Kripta jelas (+)
Jernih
32