You are on page 1of 8

I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Berkembangnya

suatu

bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa tersebut. Oleh karena
itu, untuk menyelenggarakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga
pendidik dan fasilitas pendidikan sampai pada usaha meningkatkan mutu pendidik.
Sesuai dengan pernyataan Dasim dkk. (2008:68) bahwa Untuk meningkatkan
mutu pembelajaran, mutu pendidik (guru) dan kependidikan menjadi kunci
utamanya.
Di Indonesia khususnya guru, idealnya selalu tampil secara profesional dengan
tugas utamanya yaitu mendidik, membimbing, melatih, dan mengembangkan
kurikulum (perangkat pembelajaran) mengingat dari waktu ke waktu kurikulum
pendidikan selalu terjadi perubahan menyangkut pentingnya generasi anak bangsa
di masa depan, sebagaimana berbunyi prinsip ing ngarso sung tulodho, ing
madyo mangun karso, tut wuri handayani artinya seorang guru bila didepan
memberikan suri tauladan (contoh), ditengah memberikan prakarsa dan dibelakang
memberikan motivasi (Rusman, 2010:15). Guru di era teknologi informasi dan

komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar mengajar (transwer of knowledge)


melainkan harus menjadi manajer belajar. Hal ini mengandung arti bahwa setiap
guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menambah aktivitas
dan kreativitas siswa, memotivasi siswa dan menggunakan multi metode agar
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu tujuan akhir
pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak dimasyarakat.
Oleh sebab itu, hendaknya seorang guru dapat menyesuaikan dengan cara
penyampaian materi ajar. Hal ini karena tugas pendidik di sekolah khususnya
sekolah menengah pertama atau SMP adalah membantu siswa mendapatkan
informasi dan keterampilan sebagai peningkatan atau perluasan dari matematika
sekolah dasar agar dapat digunakan dalam kehidupan seharihari baik dimasa kini
maupun dimasa yang akan datang.
Tujuan belajar matematika secara umum yaitu membentuk pola pikir secara logis,
kritis, sistematis dan konsisten. Terbentuknya pola pikir seperti itu akan
memudahkan siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang sering timbul
dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya matematika itu terdiri dari konsep,
prinsip dan operasi hitung yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Seperti yang diungkapkan Herman Hudoyo (2005:37) mengatakan bahwa
matematika bersifat sangat abstrak, yaitu berkenaan dengan konsep-konsep
abstrak dan penalaran deduktif.

Proses pembelajaran di dalam kelas pada kenyataannya kurang mendapatkan


perhatian sebagaimana mestinya. Pada saat pembelajaran berlangsung ternyata
guru masih belum mengunakan metode dan strategi pembelajaran yang bermakna
bagi siswa. Guru terus bergulat dengan rutinitas dan paradigma pembelajaran lama
yakni chalk and talk atau kapur dan tutur. Proses pembelajaran di ruang kelas yang
dilakukan oleh para pendidik kurang memberikan pengalaman belajar kepada
siswa. Peran guru lebih kepada menyampaikan informasi. Proses pembelajarannya
masih berpusat pada guru (teachers-centered), belum berpusat kepada siswa
(students-centered).
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di MTs Al-Hidayat Gerning,
diperoleh data bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada materi pokok Mencari Luas
Permukaan dan Volume Kubus dan Balok belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 65. Untuk lebih jelasnya, perolehan hasil belajar siswa
disajikan pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.
Hasil tes formatif kelas VIII MTs Al-Hidayat Gerning Tahun
Pelajaran 2013 2014 pada materi pokok Mencari Luas Permukaan dan Volume
Kubus dan Balok

Nilai
0 x < 65

Jumlah siswa
185

Persentase (%)
66,31 %

65 x 100
94
33,69 %
JUMLAH
279
100 %
Sumber : Dokumentasi Guru Matematika Kelas VIII MTs Al-Hidayat Gerning.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang memiliki nilai mencapai
standar KKM hanya sebesar 33,69, dan siswa yang mendapat nilai kurang dari

standar KKM sebesar 66,31%. Hal ini berarti hasil belajar matematika siswa
khususnya pada materi pokok Mencari Luas Permukaan dan Volume Kubus dan
Balok di MTs Al-Hidayat Gerning belum optimal karena penyampaian ilmu
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi masih kurang dan juga
pembelajaran masih didominasi oleh guru. Peneliti menduga hasil belajar siswa
rendah dikarenakan siswa pasif dan tidak dapat berfikir secara kreatif serta dalam
proses menuangkan pikiran kurang efektif sehingga berdampak pada kreatifitas
dan ide-ide tidak muncul pada diri siswa sendiri yang mengakibatkan hasil belajar
siswa rata-rata kurang dari standar KKM.
Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa
maka diperlukan metode dengan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa. Pembenahan metode dengan strategi pembelajaran aktif oleh guru harus
disesuaikan dengan materi ajar. Mengingat adanya partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran, maka peran guru menjadi lebih banyak yakni guru bukan hanya
mengajar, tetapi juga sebagai pengelola belajar; pengaruh belajar; faslitator dan
nara sumber pembimbing. Menurut Rusman (2010:51):
Ada sepuluh Komponen Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh
seorang guru, meliputi: menguasai materi pembelajaran; mengelola
program pembelajaran; mengelola kelas; menggunakan media dan sumber
pembelajaran; menilai prestasi belajar siswa; mengenal fungsi dan layanan
bimbingan penyuluhan; mengenal fungsi gerakan administrasi sekolah; dan
memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, guru harus bisa menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi para peserta
4

didik sehinggga menciptakan situasi yang merangsang siswa untuk belajar dengan
melibatkan

berbagai komponen

pembelajaran.

Hal ini bertujuan untuk

memecahkan permasalahan-permasalahan siswa dalam proses pembelajaran.


Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
sehingga siswa dapat memahami masalah adalah pembelajaran problem solving.
Model pembelajaran problem solving lebih mudah siswa untuk memecahkan
masalah, menurut Sanjaya (2010:214) :
Metode Pemecahan Masalah (Problem solving) merupakan cara dalam
proses pembelajaran menekankan kepada setiap peserta didik untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi secara ilmiah, lalu peserta didik
diharapkan dapat aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkan. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
yaitu melalui tahapan-tahapan tertentu dan empiris yaitu pemecahan masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Pembelajaran problem solving dapat di padukan dengan strategi pembelajaran lain
Salah satunya strategi peninjau ulang berupa permainan bola guling (college ball)
yang berkaitan dengan cara membantu peserta didik mengingat ulang apa yang
telah mereka pelajari, mengetes pengetahuan dan kemampuan sekarang. Dalam
Silberman (2005:251):
Strategi Peninjauan Ulang tipe College Ball atau Permainan Bola Guling
adalah satu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran. Ia
memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang telah
dikuasai peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan kembali,
mengklarifikasi, dan meringkas poin-poin kunci.
Implementasi metode pembelajaran Problem solving dengan strategi College Ball,
diharapkan siswa menjadi lebih aktif berfikir, berkomunikasi, dapat mencari dan
5

mengolah data. Selain itu siswa dapat menyelesaikan masalah secara ilmiah, dan
menjadikan materi dapat diingat lebih lama setelah pembelajaran berakhir, serta
hasil belajar matematika dapat meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan ratarata hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan metode pembelajaran Problem solving dengan

strategi

College Ball dengan ratarata hasil belajar matematika siswa yang


menggunakan metode pembelajaran Ceramah?
2. Apakah ratarata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode
pembelajaran Problem solving dengan

strategi College Ball lebih baik

daripada ratarata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan


metode pembelajaran Ceramah?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan, maka penulis membatasi
ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran Problem solving atau disebut juga pemecahan masalah
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara menyajikan bahan pelajaran
dengan memberikan persoalan untuk dipecahkan oleh siswa dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.

2. Strategi College Ball atau Permainan Bola Guling yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah strategi

pengulangan yang standar terhadap materi

pelajaran. Strategi ini memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan


materi yang telah dikuasai peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan
kembali, mengklarifikasi, dan meringkas poin-poin kunci.
3. Metode Ceramah, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
4. Hasil Belajar adalah kemampuan menguasai materi pokok mencari luas
permukaan dan volume kubus dan balok yang telah dipelajari yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar dalam bentuk skor berdasarkan hasil tes
belajar matematika.
5. Materi yang diberikan pada penelitian ini adalah Mencari Luas Permukaan dan
Volume Kubus dan Balok.
6. Penelitian dilakukan di MTs Al-Hidayat Gerning kelas VIII semester genap
Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
D Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui perbedaan ratarata hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan metode pembelajaran Problem solving dengan

strategi

College Ball dengan ratarata hasil belajar matematika siswa yang


menggunakan metode pembelajaran Ceramah.
b. Untuk mengetahui ratarata hasil belajar matematika siswa

yang

menggunakan metode pembelajaran Problem solving dengan strategi


College Ball lebih baik daripada ratarata hasil belajar matematika siswa
yang menggunakan metode pembelajaran Ceramah.
2. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannnya penelitian ini diharapkan:
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru bidang studi matematika di
MTs Al-Hidayat Gerning pada khususnya dan calon guru pada umumnya,
agar dapat mengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran serta
siswa dapat terlibat secara aktif dan kreatif yang pada akhirnya mendapatkan
hasil belajar matematika siswa secara maksimal
b. Bagi para peneliti, khususnya mereka yang tertarik dalam penggunaan
metode dan strategi ini dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

You might also like