Professional Documents
Culture Documents
tidak
mampu
mengendalikan
pengeluaran urin.
2. apical-radial pulse deficit
sesak
nafas
berlebihan
setelah
berbagai
variasi
beraktivitas
4. densitometry
penentuan
30
kriteria
berdasarkan
laporan
untuk demensia
7. Captopril
seluruh
organ
tubuh
termasuk organ
berkemih
yang
kandung
kemih
melalui
persarafan
kolinergik
simpatis
menekan
berkemih.
kontraksi
Timbulnya
kemih
berkurang.
pusat penghambatan,
akan
Jika
kortek
merangsang
serebri
timbulnya
karena usia
kandung
kandung
dapat
kemih
mengganggu
koordinasi
kandung
kontraksi
kemih
akan
abnormal
menimbulkan
rangsangan
meninggalkan
sisa.
kontraksi
mana
gangguan
menimbulkan
pada
berkemih
Pengosongan
yang
antara
inkontinensia.
kandung
sebelum
kandung
kemih
yang
waktunya
dan
kemih
yang
tidak
3
sempurna menyebabkan
cukup
banyak
urine
di
sehingga dengan
dalam
kandung
pengisian
sedikit
kemih
yang
saja
sudah
estrogen
saat
menopause
menyebabkan
kelemahan
pengeluaran
urin
sebagai
efek
dari
norepinefrin,
dari
biasanya
jika
terjadi
kerusakan
pada
otot
yang
menunda
berkemih
setelah
sensasi
berkemih
adanya
gangguan
sirkuit
otak
yang
menggunakan
neurotransmiter spesifik yaitu serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5HT). Serotonin bekerja menghambat kontraksi kandung kemih. Saat
mengalami depresi, serotonin yang dihasilkan berkurang sehingga
kontraksi
kandung
kemih
kurang
dihambat.
Adapun
episode
adalah
perubahan
yang
normal
terjadi
pada
Selama
wanita
secara
perlahan
mengurangi
produksi
hormon
30 detik sampai
beberapa menit,
dan
kadang
diikuti
beberapa
kasus,
penyebabnya
adalah
faktor
emosi.
di
sekitar
kandung
kemih.
Hal
tersebut
dapat
testosteron
badan wanita
menghasilkan sedikit
dengan
proses
penuaan
yang
terjadi
pada
aksis
penurunan
produksi
hormone
estrogen
oleh
ovarium.
menyebabkan
pengontrol
proses
terjadinya
berkemih
kelemahan
Estrogen
dapat
pada
otot-otot
mempertahankan
sensitivitas
dan
dan
ureter
merupakan
kondisi
psikologis
yang
mengalami
stress
akan
memicu
interpretasi
dan
mekanisme
abnormal
dari
hasil
Obesitas II :
dengan bertambahnya usia, maka aktivitas tubuh akan menurun hal ini
mendorong tersimpannya cadangan lemak yang banyak. Selain itu, obesitas
juga merupakan faktor resiko inkontinensia urin, karena menyebabkan
tekanan pada kandung kemih.
Hipertensi sistolik
elastisitas pembuluh darah perifer karena prosesn penuaan resistensi
pembuluh darah perifer tekanan darah sistolik
Klasifikasi
Normal
Osteopenia
Osteoporosis
Osteoporosis berat
T-score
-1
Antara -1 dan -2,5
-2,5
-2,5 dan fraktur
fragilitas
Tabel : klasifikai diagnosis osteoporosis menurut WHO
Interpretasi : osteoporosis
Mekanisme abnormal :
Penyebab utama osteoporosis adalah gangguan dalam remodeling
tulang
sehingga
mengakibatkan
kerapuhan
tulang.
Terjadinya
aktivitas sel osteoklas melebihi dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas
(sel pembentukan tulang). Keadaan ini mengakibatkan penurunan
massa tulang.
Sitokin bertanggung jawab untuk komunikasi di antara osteoblas, selsel sumsum tulang lain, dan osteoklas telah diidentifikasi sebagai
RANK ligan (reseptor aktivator dari NF-kappa-B; RANKL). RANKL,
anggota dari keluarga TNF, disekresikan oleh oesteoblas dan sel-sel
tertentu dari sistem imun. Reseptor osteoklas untuk protein ini disebut
sebagai RANK. Aktivasi RANK oleh RANKL merupakan suatu jalur final
umum dalam perkembangan dan aktivasi osteoklas. Umpan humoral
untuk RANKL, juga disekresikan oleh osteoblas, disebut sebagai
osteoprotegerin.
Modulasi
perekrutan
dan
aktivitas
osteoklas
mengikat
dan
osteoklastogenesis
dan
menetralisir
RANKL,
menurunkan
memicu
survival
hambatan
osteoklas
yang
Penurunan
penyembuhan
fraktur,
sisntesis
kolagen
dan
meningkatkan
mineralisasi tulang)
2. Osteoporosis Senilis
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru
menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat
dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular
karena
proses
penurunan
penuaan,
produksi
penyerapan
vitamin
D)
kalsium
dan
fungsi
menurun
hormon
(akibat
paratiroid
meningkat.
Penurunan level growth hormone serum dan insulin-like growth factor
(IGF-1), bersamaan dengan peningkatan ikatan dari RANK-L dan
penurunan OPG pada lanjut usia mempengaruhi kerja osteoblast dan
osteoklas, dan menyebabkan osteoporosis.
Skor MMSE 26 menunjukkan ketiadaan masalah kognitif pada pasien,
yaitu masih dalam interval skor 24-30.
Interpretasi dari GDS dengan jumlah 30 item adalah 0 - 9 normal, 10 19 depresi ringan, dan 20 - 30 depresi berat. Namun, karena
membutuhkan waktu yang lama dan sulit maka dibentuk GDS dengan
versi 15 item. Interpretasi dari GDS dengan 15 item adalah skor > 5
poin mengarah ke depresi dan perlu follow-up, skor> 10 bermakna
depresi. Skor GDS pasien 6 menunjukkan pasien mengarah ke depresi
12
untuk
rontgen
dada).
Namun
demikian,
menurut
kepadatan
tulang
di
klinik-klinik
dan
pameran
hasil
pemindaian
digunakan
untuk
menghitung
13
dengan
kepadatan
tulang
pada
kelompok
pembanding:
Nilai T
Nilai T (T-score) merupakan unit angka (standar deviasi) di
mana kepadatan massa tulang di atas atau di bawah kepadatan
mineral
tulang
orang
dewasa
muda
yang
sehat,
tanpa
14
mendiagnosis
osteoporosis.
Pemindaian
dilakukan
menghitung
kepadatan
mineral
tulang,
yang
15
Ya
TIDAK
Anda
YA
Tidak
telah
meninggalkan
banyak
YA
Tidak
YA
Tidak
Ya
TIDAK
YA
Tidak
Ya
TIDAK
saat?
6
YA
Tidak
YA
Tidak
YA
Tidak
sekarang
Ya
TIDAK
YA
Tidak
Anda
merasa
mempunyai
banyak
masalah
Anda
pikir
bahwa
anda
menyenangkan?
12
Ya
TIDAK
14
YA
Tidak
YA
Tidak
harapan?
15
Anda
pikir
bahwa
orang
lain
lebih
baik
16
Skor: hitung jumlah jawaban yang tercetak tebal dan huruf besar
-
3. MMSE
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah metode pemeriksaan
untuk melihat fungsi kognitif yang telah digunakan secara luas oleh
para klinisi untuk praktek klinik maupun penelitian. Terdiri dari 11
item, terdiri dari:
-
Tes Orientasi: Untuk menilai kesadaran dan daya ingat. Ada dua
pertanyaan, dengan skor masing-masingnya 5.
Tes Atensi dan Kalkulasi: Bila ada gangguan pada tes ini berarti
ada penurunan konsentrasi dan ini terdapat pada degenerasi
difus atau gangguan metabolic. Skor 5.
disfungsi
lobus
temporal
posterior
kiri
atau
korteks
dalam
membuat
penilaian
fungsi
kognitif
harus
5. Ny. Minah sedang menggunakan obat captopril 12,5 mg, 2 kali sehari
a) Bagaimana aspek farmakologi dari captopril?
A.Farmakodinamik
Captopril adalah D-3 mercaptomethyl-propionyl-L-proline. Captopril
mempunyai efek yang menguntungkan pada hipertensi dan gagal
18
jantung,
yaitu
penekanan
sistem
renin-angiotensin-aldosterone.
19
penggunaan
kemungkinan
dosis
menurunnya
awal
fungsi
yang
ginjal
rendah,
atau
organ
mengingat
lain
pada
titrasi dosis dilakukan dalam periode yang lama atau secara bertahap.
Batuk dapat meningkatkan intraabdominal yang bisa menyebabkan
terjadinya inkontinensia pada geriatri
c) Bagaimana hubungan konsumsi captopril dengan keluhan pada
pasien?
Penggunaan captopril dapat menyebabkan efek samping batuk. Batuk
dapat meningkatkan tekanan intraabdominal. Pada keadaan normal,
tekanan pada vesika urinaria lebih tinggi daripada tekanan di uretra,
sehingga urin akan tertinggal di dalam vesika urinaria. Uretra
proksimal dan vesika urinaria, terdapat dalam pelvis. Pada keadaan di
mana terjadinya peningkatan tekanan intra-abdominal (saat batuk
dan bersin), maka akan diteruskan ke vesika urinaria dan uretra
secara merata sehingga tidak menyebabkan terjadinya perbedaan
tekanan antara vesika urinaria dan uretra. Hal ini menyebabkan
terjadinya inkontinensia. Urin bisa keluar dengan tekanan yang lebih
rendah
dari
biasanya
jika
terjadi
kerusakan
pada
otot
yang
Diabetes
mellitus
(menyebabkan
timbulnya
diuresis
Insufisiensi
vaskuler
(menyebabkan
timbulnya
Hipertensi.
Riwayat
pernah
menjalani
operasi
yang
dapat
Riwayat
obstetrik
seperti
jumlah
paritas,
riwayat
Riwayat
penggunaan
obat-obatan
yang
dapat
Pemeriksaan Fisik
21
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urodinamik sebagai suatu pengujian faktor
normal
dan
pengosongan
abnormal
urin
pada
pada
proses
kandung
pengisian,
kemih
dan
transpor
uretra
dan
dengan
menyebabkan inkontinensia.
Cystography
Diagnosis
Diagnosis Banding
Kesulitan menahan
Inkontinensia urin
Inkontinensia stres
Inkontinensia overflow
campuran
Inkontinensia urgensi
anamnesis/pemeri
ksaan
rasa
ingin
buang
air kecil
Densitometri
lumbal -3.0
Inkontinensia fungsional
Osteoprosis primer
Osteoporosis sekunder
Osteopenia
22
Densitometri
Osteomalasia
femoral -2.7
Riwayat
menopause
TD 150/80
Hipertensi
IU
timbul
(postpartum)maka
lebih
dari
ini
dapat
tiga
bulan
dipandang
pasca
persalinan
sebagai
indikator
Perempuan
dengan
Indeks
Massa
Tubuh
lebih
tinggi
akan
Menopause
cenderung
bertindak
sebagai
kontributor
(turut
23
Mengandung
arti
produksi
yang
berlebihan
(excessive
urin
production)
R
Inkontinensia fungsional
Merupakan Inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah
yang utuh tetapi faktor lain, seperti gangguan kognitif berat yang
membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi ( misal,
demensia alzheimer ) atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien
sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi.
Bentuk bentuk Inkontinensia urin campuran
Mencakup ciri ciri inkontinensia seperti yang baru disebutkan.
g) Bagaimana tatalaksana pada kasus?
Inkontinensia urin
Non farmakologis
Terapi suportif non spesifik
Edukasi
Manipulasi lingkungan
Intervensi behavioral
Memiliki risiko yang rendah dan sedikit efek samping
Bladder training
Habit training
sendiri.
Sebaiknya
digunakan
pada
inkontinensia
tipe
Prompted voiding
Merupakan terapi yang efektif untuk inkontinensia urin tipe stres atau
campuran dan tipe urgensi. Latihan dilakukan dengan membuat
kontraksi berulang-ulang pada otot dasar panggul yang diharapkan
dapat meningkatkan kekuatan uretra untuk menutup secara sempurna
Stimulasi elektrik
Biofeedback
Neuromodulasi
Obat
Dosis
Tipe
Efek samping
inkontinensia
Hyoscamin
3x0.125 mg
Urgen
campuran
atau Mulut
kering,
mata
kabur,
glaukoma,
delirium,
konstipasi
Tolterodin
Imipramin
2 x 4 mg
3 x 25-50 mg
Urgensi
dan Mulut
kering,
OAB
konstipasi
Urgensi
Delirium,
hipotensi
27
ortostatik
Pseudoephedrin 3 x 30-60 mg
Stres
Sakit
kepala,
takikardi,
hipertensi
Topikal
Urgensi
estrogen
stres
Doxazosin
4 x 1-4 mg
BPH
Tamsulosin
1 x .4-0.8 mg
urgensi
Terazosin
4 x 1-5 mg
dengan Hipotensi
postural
Operasi
Yang paling sering dilakukan adalah ileosistoplasti dan miektomi
detrusor.
Untuk tipe stres: injectable intraurethral bulking agents, suspensi
leher kandung kemih, urethral slings, dan artificial urinary sphincter
Untuk tipe urgensi: augmentation cystoplasty dan stimulasi elektrik
Pemakaian kateter
o Kateter eksternal
Hanya dipakai pada inkontinensia intractable tanpa retensi urin yang
secara fisik dependen/bedridden. Bahaya pemakaian: risiko infeksi
dan iritasi kulit
o Kateterisasi intermitten
Dipakai untuk mengatasi retensi urin dan inkontinensia tipe overflow
akibat kandung kemih yang akontraktil atau Detrussor hyperactivity
with impaired contractility (DHIC). Dapat dilakukan 2-4 kali per hari
oleh pasien atau tenaga kesehatan.
o Kateterisasi kronik atau menetap
Harus dilakukan secara selektif oleh kareena risiko bakteriuria kronik,
batu kandung kemih, abses periuretral, dan bahkan kanker kandung
kemih. Induksi pemakaian kateter kronik adalah retensi urin akibat
inkontinensia overflow persisten, tak layak operasi, tidak efektif
dilakukan kateterisasi intermiten, ada dalam perawatan dekubitus dan
28
tipe
ini
dapat
diperbaiki
dengan
Cap
device
menutupi
meatus
uretra/kateter
kondom/penile clamps
Farmakologis
(phenylpropanolamine,
pseudoephedrine, estrogen)
29
Hipertensi Sistolik
Lebih dari 10 tahun yang lalu masih terjadi perdebatan tentang perlu
tidaknya pengobatan hipertensi pada usia lanjut. Golongan yang
kontra menyatakan bahwa penurunan tekanan darah pada hipertensi
lansia justru akan menyebabkan kemungkinan terjadinya trombosis
koroner, hipotensi postural dan penurunan kualitas hidup. Dengan
penelitian-penelitian yang diadakan dalam 10 tahun terakhir ini jelas
dibuktikan bahwa menurunkan tekanan darah pada hipertensi lansia
jelas akan menurunkan komplikasi akibat hipertensi secara bermakna.
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan
mortalitas yang berkaitan dengan sistem kardiovaskuler dan ginjal.
Karena kebanyakan penderita hipertensi, khususnya yang berusia >
50 tahun akan mencapai target tekanan diastol saat target tekanan
sistol sudah dicapai, sehingga fokus utamanya
adalah mencapai
target tekanan sistol. Penurunan tekanan sistol dan diastol < 140 / 90
mmHg berhubungan dengan penurunan terjadinya komplikasi stroke,
dan pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus, target tekanan
darah ialah < 130 / 80 mmHg.
Penalaksanaan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip, yaitu :
1.
Pengobatan
hipertensi
sekunder
lebih
mendahulukan
pengobatan kausal.
2. Pengobatan
tekanan
darah
hipertensi
esensial
dengan
harapan
ditujukan
untuk
memperpanjang
menurunkan
umur
dan
c. Interaksi obat
d. Efek samping obat.
e. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya
melalui ginjal.
Pada pengobatan hipertensi ada tiga hal evaluasi menyeluruh
terhadap kondisi penderita adalah :
a. Pola
hidup
dan
indentifikasi
ada
tidaknya
faktor
resiko
kardiovaskuler.
b. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer.
c. Organ yang rusak karena hipertensi.
Beberapa rekomendasi terbaru JNC VIII antara lain :
1. Pada pasien berusia 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis
pada tekanan darah sistolik 150mmHg atau diastolik 90mmHg
dengan target terapi untuk sistolik < 150mmHg dan diastolik <
90mmHg . (Rekomendasi Kuat-grade A)
2. Pada pasien berusia < 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis
pada tekanan darah diastolik 90mmHg dengan target < 90mmHg . (
Untuk usia 30-59 tahun , Rekomendasi kuat -Grade A; Untuk usia 1829 tahun , Opini Ahli - kelas E )
3. Pada pasien berusia < 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis
pada tekanan darah sistolik 140mmHg dengan target terapi <
140mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
4. Pada pasien berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis ,
mulai pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik
140mmHg atau diastolik 90mmHg dengan target terapi sistolik <
140mmHg dan diastolik < 90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
5. Pada pasien berusia 18 tahun dengan diabetes , mulai
pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik 140mmHg
atau diastolik BP 90mmHg dengan target terapi untuk sistolik gol BP
< 140mmHg dan diastolik gol BP < 90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
6. Pada populasi umum bukan kulit hitam, termasuk orang-orang
dengan diabetes , pengobatan antihipertensi awal harus mencakup
31
obat , tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia.
Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada pasien yang
sama . Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai hanya dengan
menggunakan
obat-obatan
dalam
Rekomendasi
karena
kalsium
cukup.
Mempertahankan
atau
meningkatkan
34
terhadap
obat
pad
usia
lanjut
sangat
sensitivitas
reseptor,
mekanisme
homeostatik
akan
yang
digunakan
pada
penyembuhan
b) Psikoterapi
Menurut Marasmis (2005), cara-cara psikoterapi dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu psikoterapi suportif dan
psiloterapi genetic dinamik.
1. Psikoterapi suportif
Tujuan psikoterapi jenis ini adalah menguatkan daya tahan
mental yang ada, mengembangkan mekanisme yang baru dan lebih
baik untuk mempertahankan control diri, dan dapat mengembalikan
keseimbangan
adaptif
(dapat
menyesuaikan
diri).
Cara-cara
bujukan,
sugesti
penjaminan
kembali,
bimbingan
dan
pergaulan
pasien
akan
sangat
membantu
yang
sehat
serta
memperbaiki
sistem
komunikasi
yang
optimal
dan
seringkali
diperlukan
mmanipulasi
usia
lanjut
dianggap
apatis
terhadap
keadaan
dan pasien sendiri untuk mengatasi hal ini. Dengan program yang
terencana, pendidikan dan latihan, serta dukungan ahli urologi/bedah
maka sebagian besar kasus dapat ditangani. Di Negara yang telah
maju
banyak
organisasi
yang
mengkhususkan
pada
masalah
Gangguan tidur
kemih, karena air kemih yang terlalu pekat bisa mengiritasi kandung
kemih.
-
atau
meningkatkan
kepadatan
tulang
dapat
pada
wanita
setengah
baya
yang
sebelumya
tidak
membantu tubuh
menghasilkan
jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh
menghasilkan vitamin
yang
dibutuhkan oleh
tubuh dalam
tangga.
Olahraga
yang
teratur
merupakan
upaya
beban
yang
ringan,
kemudian
tingkatkan
benar.
osteoporosis
Latihan
berbeda
fisik
atau
dengan
olahraga
olahraga
untuk
untuk
penderita
mencegah
38
i.
patah tulang
punggung
membungkuk
berbahaya
kedepn
karena
dengan
dapat
punggung
mengakibatkan
mengharuskan
melengkung.
cedera
Hal
ruas
ini
tulang
belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan
lain-lain.
iii.
ini
latihan
olahraga
yang
boleh
dilakukan
oleh
penderita osteoporosis:
i.
diperlukan
untuk
mempertahankan kekuatan
tulang.
Jalan
kesigapan.
iv.
Latihan
untuk
melengkungkan
punggung
ke
Hal
ini dapat
menahan
urin
mempunyai
kemungkinan
besar
untuk
40
geriatri
(depresi,
hipertensi,
osteoporosis,
menopause,
obesitas)
Sintesis
1. Geriatri dan perubahan fisiologis pada geriatri
a. Definisi Usia Lanjut
Usia lanjut adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk
yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi
penduduk berumur 60 tahun atau lebih.
Menurut Bustan ( 2007 ) WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga
kelompok :
1) Kelompok middle age ( 45-59 )
2) Kelompok elderly age ( 60-74 )
3) Kelompok old age ( 75-90 )
b. Perubahan Fisiologis Pada Usia Lanjut
1. Perubahan pada Sistem Sensoris
41
baru,
berespon
terhadap
bahaya,
dan
menginterprestasikan
untuk
bersosialisasi
karena
kemunduran
dari
fungsi-fungsi
Terjadinya
awitan
presbiopi
dengan
kehilangan
kemampuan
menjadi
kabur
yang
mengakibatkan
kesukaran
dalam
42
membaca
dan
memfokuskan
penglihatan,
peningkatan
sensitivitas
terdapat
gangguan
pada
penglihatan
dan
pendengaran.
Perubahan kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah
43
keniknatan
dalam
kehidupan.
Perubahan
yang
terjadi
pada
terhadap
sinar
ultraviolet
berkurang
dan
terjadinya
Penurunan
jumlah
sel
langerhans
sehingga
menyebabkan
penurunan konpetensi imun. Implikasi dari hal ini adalah respon terhadap
pemeriksaan kulit terhadap alergen berkurang.
2.2.4. Kerusakan struktur nukleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah
perubahan kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa.
45
2.3. Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses
menua:
2.3.1.
Volume
dermal
mengalami
penurunan
yang
menyebabkan
penipisan dermal dan jumlah sel berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
lansia
rentan
terhadap
penurunan
termoregulasi,
penutupan
dan
terjadi
karena
Tulang-tulang
trabekulae
menjadi
lebih
berongga,
mikro-arsitektur
berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.3
3.1. Sistem Skeletal
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh mengalami
penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem
skeletal akibat proses menua:
3.1.1. Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan
didkus intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi
dari hal ini adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan
barrel-chest.
3.1.2. Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi
sebagai perlindungan terhadap beban geralkan rotasi dan lengkungan.
Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur
3.2. Sistem Muskular
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular
47
berangsur-angsur
tonjolan
dendrit
di
neuron
hilang
disusul
48
arteri.
Implikasi
dari
hal
ini
adalah
penumpulan
respon
Kalsifikasi
kartilago
kosta,
kekakuan
tulang
iga
pada
kondisi
51
Perubahan yang terjadi pada sistem urinaria akibat proses menua, yaitu
penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan
volume residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang
tidak di sadari, dan atopi pada otot kandung kemih secara umum.
Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko inkotinensia.2,5
9. Perubahan pada Sistem Gasrointestinal
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan
dengan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik
degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan
otot-otot pencernaan.3
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal
akibat proses menua:
9.1. Rongga Mulut
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat
proses menua:
9.1.1. Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusustan dan
fibrosis pada akar halus, pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur
gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam
mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas
9.1.2. Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan
sensasi rasa dan peningkatan penggunaan garam atau gula untuk
mendapatkan rasa yang sama kualitasnya.
9.1.3. Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut
tampak lebih merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena
penyusutan epitelium dan mengandung keratin.
9.1.4. Air liur/ saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang
yang telah dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme
sebagai berikut: penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan
lunak, remineralisasi pada gigi, pengaontrol flora pada mulut, dan
penyiapan makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah
mengalami penurunan.1,2
53
motilitas
lambung.
Implikasi
dari hal
ini adalah
j. Faktor
psikologis
seperti
stress
dapat
menyebabkan
terjadinya
56
Inkontinensia Persisten
Inkontinensia persisten merujuk pada kondisi uri kontinensia yang tidak
berkaitan dengan kondisi akut/iatrogenik dan berlangsung lama. Terdapat
empat tipe inkontinensia urin persisten, yaitu: Fungsional Inkontinensia Urin,
Overflow Inkontinensia Urin (OIU), Stress Inkontinensia Urin (SIU), Urge
Inkontinensia Urin (UIU).
Jenis-jenis Inkontinensia Urin
-
apabila
urin
secara
tidak
terkontrol
keluar
akibat
tidak
Urge incontinence
Keluarnya
urin
secara
tidak
terkendali
dikaitkan
dengan
sensasi
berulang
kali,
kencing
malam
hari,
dan
inkontinensia.
kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti
pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis
multiple, yang menyebabkan berkurang atau tidak berkontraksinya kandung
kemih, dan faktor-faktor obat-obatan. Gejalanya berupa rasa tidak puas
setelah kencing (merasa urin masih tersisa di dalam kandung kencing), urin
yang keluar sedikit dan pancarannya lemah.
-
identifikasi
semua
komponen
tidak
terkendalinya
ureum,
creatinin,
glukosa,
dan
kalsium
serum
dikaji
untuk
dengan
mengoreksi
penyebab
yang
mendasari
timbulnya
geriatri
(depresi,
hipertensi,
osteoporosis,
menopause,
obesitas)
1.
Menopause
Definisi
Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi secara teratur akibat
turunnya produksi estrogen oleh ovarium.
60
Obesitas
61
Y,
dengan
cara
meningkatkan
asupan
makanan,
individu
yang
inaktif,
termasuk
mereka
yang
jarang
Kategori
< 18,5
Underweight
18,5 22,9
Normal
23- 24,9
Overweight
25-29,9
Obese I
> 30
Obese II
Tabel klasifikasi BMI menurut WHO
wanita
antara
usia
55-60
tingkat
metabolisme
basal
dan
wanita
antara
usia
55-60
tingkat
metabolisme
basal
dan
kalsium
dan
kolagen
pada
arteri
yang
menyebabkan
(cushing
syndrome,
hipertiroid,
aldosteronisme
primer),
hipertensi
primer
atau
pemicu
progresivitas
Pengunaan
obat-obatan
seprti
NSAID,
COX-2
inhibitor,
Perubahan
pada
pembuluh
darah
(krn
proses
menua)yang
bisa
aorta
akan
mengakibatkan
meningkatnya
TDS
dan
adrenergik
alfa
kecenderungan
vasokontriksi
(cardiac
output),
penurunan
denyut
jantung,
penurunan
Sistolik
Diastolik
Normal
Prehipertensi
(mmHg)
<120
120-139
(mmHg)
<80
80-89
65
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
Hipertensi sistolik
140-159
160
140
90-99
100
<90
terisolasi
Hubungan dengan obese pada kasus : Framingham Studi
telah
menemukan
menyebabkan
bahwa
peningkatan
peningkatan
tekanan
15%
darah
berat
sistolik
badan
dapat
sebesar
18%.
Atrial fibrilasi
Dinilai dengan membandingkan pulse pada apex jantung terhadap
arteri radialis pada waktu yang sama selama 1 menit. Denyut pada a.
Radialis jauh lebih lemah dibandingkan pada apex jantung. Merupakan
salah satu tanda terjadinya fibrilasi atrial. Akan tetapi masih belum
terdapat gejala pemberat berupa lemah, sesak napas terutama saat
aktivitas, pusing, gejala yang menunjukan adanya iskemia atau gagal
jantung kongestif.
Epidemiologi
a) Pada populasi umum prevalensi FA terdapat 1-2% dan meningkat
dengan bertambahnya umur.
b) Umur < 50 tahun prevalensi FA < 1% , Umur 80 tahun meningkat
menjadi >9%
c) Laki2 > wanita
Penyebab :
atrium
yang
berdilatasi
merupakan
kondisi
ideal
untuk
palpitations,
dyspnea,
fatigue,
dizziness,
angina,
Klasifikasi
Klasifikasi FA berdasarkan waktu timbul & kemungkinan keberhasilan
konversi ke irama sinus :
1. Paroksismal, bila FA berlangsung kurang dari 7 hari, berhenti dengan
sendirinya dan kembali ke irama sinus tanpa intervensi pengobatan
atau tindakan apapun.
2. Persisten, bila FA menetap lebih dari 48 jam, hanya dapat berhenti
dengan intervensi pengobatan atau tindakan.
3. Permanen, bila FA berlangsung lebih dari 7 hari, dengan intervensi
pengobatan FA tetap tidak berubah (sulit untuk mengembalikan ke
irama sinus).
Pemeriksaan Penunjang:
EKG mengetahui irama (verifikasi FA), hipertrofi ventrikel kiri, iskemia
EKG :
o absen gelombang P; rapid oscilation (gelombang fibrilatory [f]) yang
bervariasi dalam amplitude, frekuensi, dan bentuk;
o Respon ventricular yang ireguler
Foto rontgen toraks
67
Osteoporosis
Definisi : penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya
menimbulkan kerapuhan tulang.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan
mineral tulang adalah sebagai berikut (Nissl, 2004):
i. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua
sinar-X berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan
tulang
belakang
dan
pangkal
paha.
Sejumlah
sinar-X
dengan
bagian
yang
lain.
Tulang
yang
paling
akurat
untuk
mengukur
kepadatan
mineral
dual-energy
X-ray
absorptiometry
(P-DEXA),
yang
sangat
kecil,
dan
hasilnya
lebih
dengan
cepat
dan
Dual
zat
photon
radioaktif
absorptiometry
(DPA),
menggunakan
pada
umumnya
digunakan
untuk
tes
mineral
tulang,
biasanya
pada
telapak
kaki.
sebagian
lagi
melalui
Salah
satu
kelemahan
Ultrasounds tidak
computed
tomography
(QTC),
adalah
suatu
pergelangan
QCT jarang
tangan.
Pada
dianjurkan
umumnya
karena
pengukuran
sangat
mahal,
69
Cushing's disease
Hyperthyroidism
Hyperparathyroidism
Hypogonadism
Kelainan hepar
Kurang gerak
Pemakai obat-obatan/corticosteroid
Kelebihan kafein
Merokok
Etiologi :
a. Osteoporosis postmenopausal :
Kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun,
tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak
semua
wanita
memiliki
resiko
yang
sama
untuk
menderita
merupakan
akibat
dari
kekurangan
kalsium
yang
Wanita
seringkali
menderita
osteoporosis
senilis
dan
postmenopausal.
c. Osteoporosis juvenil idiopatik :
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal
70
ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Gejala :
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan , sehingga awalnya
osteoporosis tidak menimbulkan gejala
Nyeri tulang dan kelainan bentuk (apbaila kepadatan tulang sudah
sangat berkurang)
Nyeri punggung menahun
Kolaps spontan karena cidera ringan
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk
kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk
Dowager)sehingga timbul ketegangan otot dan sakit
Mudah patah tulang
Regenerasi tulang sangat lamban
Patogenesis :
Ketidak seimbangan antara resporpsi tulang dan pembentukan tulang
+ kurangnya matrik konstan untuk remodeling tulang tulang diresorpsi
oleh sel osteoklas >> pengkeroposan dan perapuhan osteoporosis
Depresi pada Lansia
1. Pengertian
Depresi merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri antara lain:
semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri,
gangguan tidur, dan makan. Pada depresi terdapat gejala psikologik dan gejala
somatik. Gejala psikologik antara lain adalah: menjadi pendiam, rasa sedih,
pesimistik, putus asa, nafsu bekerja dan bergaul kurang, tidak dapat
mengambil keputusan, mudah lupa dan timbul pikiran-pikiran bunuh diri.
Gejala somatik antara lain: penderita kelihatan tidak senang, lelah, tidak
bersemangat, apatis, bicara dan gerak geriknya pelan, terdapat anoreksia,
isomnia, dan konstipasi (Maramis, 2005).
2. Faktor Predisposisi
a. Gangguan efektif riwayat keluarga atau keturunan (faktor genetik).
71
d. Konsep diri yang negatif dan harga diri rendah (teori organisasi
kepribadian).
e. Masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang
terhadap dunia seseorang dan terhadap stressor (teori kognitif)
f.
adanya
disregulasi
biogenic
amin,
serotonin,
dan
norepineprin
yang
Orang
yang
untuk
73
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan.
b) Depresi Sedang
-
lainnya.
-
minggu, akan tetapi jika gejalanya aman berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 minggu.
-
yang sangat
terbatas.
6. Penatalaksaan Depresi
Penatalaksaan depresi pada lansia meliputi beberapa aspek, antara lain:
a) Farmakoterapi
Respon terhadap obat pad usia lanjut sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor
antara
lain
farmakokinetik
dan
farmakodinamik.
Faktor-faktor
b) Psikoterapi
75
bimbingan
dan
penyuluhan,
terapi
kerja,
hipnoterapi
dan
antara
lain:
psikoanalisis
non-Freudian,
Psikoanalisa
dan
Freud,
psikoterapi
Psikoanalisis
yang
non-Frreu,
berorientasi
pada
pergaulan
pasien
akan
sangat
membantu
Kerangka Konsep
77
Kesimpulan
Ny. Imah (63 thn) mengalami inkontinensia urin tipe campuran disertai
hipertensi
sistolik
terisolasi,
osteoporosis,
obesitas,
menopause,
dan
78
Daftar Pustaka
1. Darmojo, Boedhi. 2011. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
2. Santoso, Iman Budi. 2008. Inkontinensia urin pada perempuan.Jakarta:
Majalah Kedokteran Indonesia.
3. Dadang Hawari D. 2008. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta :
Gaya Baru
4. Jusni 2007. Depresi, Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana,
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
5. Kusumanto, R. Iskandar, Y. 2010. Depresi, Suatu problema Diagnosa dan
Terapi pada praktek umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha
6. Fernandes, DN. 2010. Hubungan Antara Inkontinensia Urin dengan
Derajat Depresi pada Wanita Usia Lanjut. Skripsi tidak diterbitkan.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
7. Steers, WD. 2002. Pathophysiology of Overactive Bladder and Urge
Urinary Incontinence.
8. American Psychological Assosiation._. Geriatric Depression Scale (GDS).
[online](http://www.apa.org/pi/about/publications/caregivers/practicesettings/assessment/tools/geriatric-depression.aspx, diakses pada 14
April 2014)
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
10.
Menopause.
Manado.
(diunduh
dari:
indonesia.digitaljournals.org/index.php/IJOG/article)
12.
13.
Wells, Barbara G., Joseph T.D., Terry L.S., and Cecily V.D. 2009.
79
80