You are on page 1of 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya ikan yang begitu banyak di perairan Indonesia merupakan


modal dasar pembangunan nasional yang sangat penting. Dalam mencapai
tujuan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara itu maka
bidang perikanan harus mampu ikut serta mewujudkan kekuatan ekonomi
sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional.

Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang
lingkungannya berbeda-beda menimbulkan cara penangkapan dan
penggunaan alat penangkapan yang berbeda pula. Selanjutnya juga
dikatakan bahwa sudah merupakan sifat dari ikan pelagis yang umumnya
termasuk ikan perenang cepat itu selalu berpindah-pindah tempat, baik
terbatas hanya pada satu daerah maupun beruaya jarak jauh bahkan
melintasi perairan Negara (Subani dan H.R Barus,1988).

Dengan tersedianya potensi sumber daya perikanan di laut, maka


pengeksploitasiannya diperlukan berbagai cara yang akan berbeda sesuai
dengan tujuan usahanya. Hal ini berhubungan erat sekali dengan
pengetahuan dan keterampilan manusia terhadap alat-alat dan perlengkapan
penangkapannya.

Negara Indonesia memiliki banyak alat tangkap baik untuk ikan, udang
maupun biota laut lainya. Kehadiran alat tangkap tersebut untuk tiap-tiap
daerah perikanan tidak terjadi secara bersamaan, tetapi memakan waktu
yang lebih lama bahkan ratusan tahun dan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan usaha perikanan dan menurut komoditi yang
diperlukan, untuk mengekploitasi sumber daya perikanan digunakan
bermacam-macam alat tangkap yang besifat tradisional oleh nelayan

1
2

Indonesia, juga alat tangkap modern yang merupakan alat tangkap lebih
produktif dan efisien.

Alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang sangat dikenal di
kalangan nelayan Indonesia karena pengoperasianya sangat mudah dan hasil
tangkapannya banyak terutama untuk menangkap ikan-ikan pelagis (Farid
A,1989).

PT. Putra Ali Sentosa (PAS) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang penangkapan ikan dengan menggunakan alat
penangkapan purse seine yang dapat membantu perekonomian masyarakat
di Sibolga khususnya Desa Ujung Batu.

Penulis mengambil judul laporan ”Teknik Pengoperasian Purse Seine


Menggunakan Rumpon Laut Dalam Di Samudera Hindia Bagian Barat
Sumatera” karena dalam teknik pengoperasiannya alat tangkap ini sangat
mudah dan memenuhi standar kelayakan yang ditentukan. Sehingga
memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan pada masa sekarang dan
kedepannya.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu tugas akademik bagi
setiap mahasiswa Diploma IV Kerjasama antara Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kerja (PPPPTK) Pertanian Cianjur
dengan Politeknik Negeri Jember. Ini merupakan salah satu strategi yang
dilaksanakan untuk memenuhi dan mengantisipasi tuntutan ketersediaan
tenaga kerja yang berkopetensi dan profesional, khususnya di bidang
kelautan (penangkapan ikan), sehingga pemanfaatan sumber daya perikanan
(ikan) bisa lebih optimal. Salah satu sisi kebutuhan tersebut adalah untuk
memenuhi kebutuhan sesuai permintaan kebutuhan tenaga kerja yang
profesional. Tamatan yang berdaya saing tinggi merupakan suatu tuntutan
dunia profesi yang tidak dapat dihindari karena kompetensi tenaga kerja
selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara global.
3

1.2. Tujuan

Praktik Kerja Lapangan adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan


profesional yang memadukan secara sistematis antara program kampus dan
suatu bentuk penguasaan keahlian yang harus dimiliki/ diperoleh mahasiswa
untuk bekerja atau terjun langsung ke dunia kerja. Adapun tujuan dari
Praktik Kerja Lapangan ini sendiri adalah sebagai berikut:

1.2.1. Tujuan Umum

1. Sebagai persyaratan program akademik bagi setiap Mahasiswa


Diploma 4 Manajemen Agroindustri Politeknik VEDCA Cianjur.

2. Mengetahui cara kerja dan teknik pengoperasian purse seine


secara langsung.

3. Mengetahui komposisi hasil tangkapan purse seine khususnya di


perairan Jawa dan Kalimantan.

4. Mengetahui aspek-aspek penunjang usaha penangkapan ikan


seperti kapal, alat tangkap, fishing ground, serta administrasi
pelabuhan perikanan.

5. Membandingkan hasil yang diperoleh dari materi perkuliahan


dengan bekerja langsung di dunia industri.

6. Dapat menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian


profesional.

7. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman


kerja sebagai bagian dari proses pendidikan..

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mempersiapkan mahasiswa untuk bekerja secara mandiri, dalam


lingkungan dan mengembangkan potensi serta kreatifitas yang
sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa.

2. Meningkatkan kepribadian mahasiswa, sehingga memiliki


tanggung jawab dan disiplin yang tinggi.
4

3. Memperoleh Surat Keterangan Berlayar (SKB) sebagai


persyaratan mengikuti ujian Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan
1 (ANKAPIN 1).

4. Membuat laporan industri sebagai satu persyaratan akademik.

1.3 Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah
sebagai berikut:

¬ Memperoleh pengalaman yang nyata di bidang industri.

¬ Menyiapkan tenaga kerja profesional yang berpengalaman,


disiplin dan terampil di bidang penangkapan ikan.

¬ Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang


sudah diperoleh selama di kampus.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perairan Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.508


pulau dengan garis terpanjang di dunia yaitu sekitar 81.000 km2 sebagian
besar (62 %) wilayah kedalautan Indonesia berupa laut, yang meliputi 0,3
juta km2 laut Nusantara. Selain itu kita memiliki kewenangan untuk
memanfaatkan dan mengolah segenap sumberdaya alam yang terdapat
dalam laut Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km 2.
Potensi perairan wilayah Indonesia sekitar 6,4 juta ton/tahun, yang terdiri
dari potensi wilayah Indonesia sekitar 4,4 juta ton/tahun. Di ZEEI sekitar
1,86 juta ton/tahun, dimana baru dimanfaaatkan sekitar 57 %.

Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dilaut masih tergolong rendah


disebabkan faktor antara lain:

1. Penangkapan ikan merupakan usaha yang padat modal.

2. Tenaga ahli Profesional bidang penangkapan ikan belum memadai


jumlahnya.

3. Kehidupan di laut lebih berat dibandingkan kehidupan di darat.

4. Komposisi armada perikanan Indonesia masih didominasi oleh perahu


dan kapal yang berukuran kecil, sehingga kemampuan jelajahnya
rendah dan peralatan serta teknologi yang digunakan relatif sederhana.

2.2. Kapal

Kapal ikan adalah kapal yang berhubungan dengan aktivitas perikanan.


Biasanya kapal ikan ini digunakan khusus untuk menangkap ikan, kapal
ikan ini dibuat sesuai dengan alat tangkap yang digunakan. Kapal ikan ini
juga bisa digunakan sebagai aktivitas penyelidikan, bimbingan dan latihan
serta inspeksi.
6

Kapal pukat cincin biasanya disebut dengan purse seiner, sebagai faktor
pendukung biasanya panjang purse seine bergantung pada dimensi kapal,
waktu operasi dan jenis ikan yang akan ditangkap. Adapun untuk
menangkap ikan yang termasuk perenang cepat termasuk jenis tuna, purse
seine harus lebih panjang. Kapal purse seine atau kapal pukat cincin harus
mampu bergerak cepat terutama saat mengejar ikan dan juga pada saat
proses pelingkaran jaring dan tentunya harus memiliki mesin yang
mempunyai daya yang kuat. Kapal pukat cincin ini juga harus memiliki
stabilitas kapal yang tinggi, sehingga pada saat kapal menerima beban dari
bagian samping mampu menahan beban dengan baik.

2.3. Alat Tangkap

Purse Seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikan
pelagis yang membentuk gerombol (schoaling). Pukat cincin digolongkan
kepada alat tangkap “Jaring lingkar” dengan tali kerut (purse sine) yang
merupakan alat tangkap ikan pelagis yang hidupnya bergerombol dan
perenang cepat seperti ikan Tongkol, Layang, Kembung dan Cakalang.

Pukat cincin (purse seine) pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh


Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun 1970, yaitu dengan cara
melakukan kerja sama dengan pengusaha perikanan di Batang Jawa Tengah
yang selanjutnya diaplikasikan di Mutar Jawa Timur pada tahun 1973-1974.

Berdasarkan data statistik tahun 1962, perikanan purse seine menghasilkan


sebanyak 15,1% dari total hasil tangkapan berbagai alat tangkap di Jepang.
Dengan demikian, purse seine merupakan alat tangkap yang cukup epektif
untuk perikanan pantai maupun perikanan lepas pantai.

Prinsip penangkapan ikan dengan purse seine yaitu dengan cara melingkari
gerombolan ikan, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal,
dengan demikian gerakan ikan kearah horizontal dapat dihalangi. Setelah
itu, bagian bawah jaring dikerucutkan untuk mencegah ikan lari kearah
bawah jaring, karena semakin kecilnya ruang lingkup ikan maka akan
semakin dalam cakupan alat tersebut.
7

Pukat cincin merupakan alat tangkap yang berbentuk jaring yang


dilingkarkan dengan kapal yang berkecepatan tinggi, begitu pula dimensi
kapal maka kemampuan kapal tersebut untuk membawa jaring dan alat
bantu penangkapan ikan lainnya semakin besar, dengan demikian jarak
jangkau fishing ground-nya akan semakin luas.

Gambar 1. Jaring purse seine dan bagian-bagiannya

Keterangan Jaring Purse Seine :


1. Jaring Utama 7. Tali Ris Bawah
2. Badan Jaring 8. Pemberat
3. Sayap 9. Tali Kolor
4. Jaring Penguat 10. Cincin
5. Pelampung 11. Tali Kang
6. Tali ris atas
Jaring purse seine terdiri dari beberapa komponen diantaranya :

1. Jaring Utama

Pada pukat cincin (purse seine), ukuran mata jaring pada tiap-tiap
bagian berbeda-beda dan adapula yang sama. Bagian yang sama
biasanya terdapat pada bagian sayap dengan ukuran mata jaring yang
besar. Dan pada kantong ukuran mata jaringnya kecil. Karena kantong
tersebut tempat berkumpulnya ikan. Biasanya ukuran benangnya
semakin besar, demikian pula sebaliknya, biasanya besarnya mata
jaring ditentukan oleh ikan yang akan ditangkap.
8

2. Badan jaring

Bagian ini terletak ditengah jaring, diapit oleh dua sayap jaring. Selain
berfungsi sebagai dinding jaring, bagian ini juga berfungsi untuk
memperkuat bagian pinggiran jaring utama yang selalu mendapat
gesekan dan tarikan yang kuat. Besar mata jaring bagian ini lebih
besar dari pada bagian kantong, dan besar keseluruhan bagian badan ±
30% dari keseluruhan jaring.

Gambar 2. Jaring bagian atas

3. Sayap (wing)

Bagian ini terletak antara badan dan jaring penguat, terdiri atas
beberapa bagian yang banyak formasi dan jumlah kontruksinya.
Bagian ini selain berfungsi sebagai dinding sewaktu operasi
penangkapan juga berfungsi sebagai dinding untuk mencegah supaya
ikan tidak lolos dari bagian kantong. Besar bagian sayap ± 10% dari
keseluruhan bagian jaring.

4. Pelampung

Pelampung berfungsi untuk menahan supaya bagian atas dari purse


seine itu tetap dipermukaan air, juga harus mampu menahan ikan yang
tertangkap pada waktu itu. Dalam menggunakan pelampung sebaiknya
pelampung yang tidak berongga tetapi mempunyai lubang pada tali,
atau berbentuk silinder penuh dengan ujungnya berbentuk lengkung,
agar tidak menyangkut pada webbing dan mengurangi efek fiksi pada
power blok dan pada saat setting.
9

Gambar 3. Pelampung

5. Pemberat

Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan/memberi daya tenggelam


pada alat tangkap purse seine. Pemberat ini menggunakan semua
bahan yang terpasang pada alat penangkap ikan yang memiliki massa
jenis lebih besar dari 1,025 atau berlapis baja, kuningan dan
alumunium.

Gambar 4. Pemberat

6. Cincin/ Ring

Cincin-cincin itu dipasang pada tali ris bawah dengan tali khusus
disebut tali cincin/bordle line. Cincin-cincin itu dilalui/dimasuki tali
kolor yang dipergunakan untuk menutup bagian bawah dari purse
seine itu. Untuk membuat ring pilihlah bahan yang kuat dan tahan
terhadap karat, mudah didapat serta harganya murah. Bahan yang
biasanya dipakai adalah kuningan, baja putih dan besi yang
digalvanisir.
10

7. Tali Ris

Tali ris ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu tali ris atas dan tali ris
bawah, yang mana tali ris atas untuk pelampung sedangkan tali ris
bawah untuk pemberat. Untuk tali ris purse seine sebaiknya
menggunakan bahan yang sifatnya sama dengan sifat jaring yang
digunakan, terutama sifat-sifat dalam airnya. Ris atas dan tali
pelampung baiknya menggunakan arah pintalan yang berlawanan, ris
bawah dan tali pemberat.

Gambar 5. Tali ris atas

Gambar 6. Tali ris bawah

8. Tali Ring

Tali ring adalah tali penghubung antara cincin dengan tali ris bawah,
tali ring biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan tali ris atas
atau tali ris bawah.

Gambar 7. Tali ring


11

9. Tali Kerut

Tali kerut gunanya untuk menutup bagian bawah jaring pada saat
dioperasikannya alat tangkap, digunakan tali kolor untuk dilewatkan
pada cincin. Untuk membentuk sebuah kantong maka tali kerut
tersebut ditarik supaya ring dapat berkumpul.

Gambar 8. Tali kerut

10. Selvedge

Bagian ini terdapat pada tali ris atas dan tali ris bawah. Selvedge
merupakan mata jaring penguat yang dipasang untuk melindungi
bagian pinggir dari jaring utama agar jaring tidak mudah robek. Pada
saat pengoperasian alat tangkap ini ukuran mata jaring pada selvedge
ini dua kali lebih besar dibandingkan pada jaring utama, sedangkan
ukuran pada mata benang tiga sampai lima kali lebih besar dari ukuran
mata jaring utama. Adapun bahan yang digunakan membuat selvedge
adalah Polyethyline (PE) atau Nylon (PA).

2.4. Metode dan Teknik Penangkapan

Metode penangkapan dengan alat tangkap pukat cincin adalah dengan cara
melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu bagian bawah
jaring dikerutkan supaya ikan-ikan tersebut akan berkumpul di bagian
kantong. Tujuan dari mempersempit ruang lingkup gerak ikan tersebut maka
ikan-ikan tersebut tidak dapat melarikan diri. Fungsi dari mata jaring dan
lembaran jaring hanyalah sebagai dinding penghadang bukan sebagai
penjerat ikan yang akan di tangkap (Ayodhyoa,1988).
12

Pada saat pembuangan jaring dilakukan dengan melingkari ke kiri dan ke


kanan, hal ini ditentukan oleh beberapa faktor seperti :

a) Arah putaran baling-baling (propeller)

b) Tatanan peralatan diatas deck

c) Kebiasaan nelayan setempat

Sebelum dilakukan pelingkaran jaring maka perlu diperhatikan beberapa


faktor yang mempengaruhi operasi penangkapan yaitu : arah angin dan arah
arus.

Gambar 9. Propeler putaran kiri Gambar 10. Propeler putaran kanan

1 1. Dewi-dewi
6
2. Winch
2
3. Power block
5 4. Tempat menyusun jaring
5. Rumah kemudi
3
6. Palkah
8 7 7. Pelampung
4 8. Cincin

Gambar 11. Tatanan peralatan diatas deck

Adapun gambar dibawah ini adalah faktor yang mempengaruhi


penangkapan yaitu arah angin dan arah arus :

Gambar 12. Arah Angin Gambar 13. Arah Arus


13

Biasanya pada gerombolan ikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Air laut berubah warna, karena ikan-ikan tersebut sedang berkumpul


dipermukaan air.

b) Dipermukaan air banyak ditemukan burung-burung yang menukik-


nukik dan menyambar-nyambar ke permukaan air.

c) Adanya buih-buih di permukaan air akibat udara yang dikeluarkan oleh


ikan.

d) Gerombolan ikan biasanya melompat-lompat diatas permukaan air.

Apabila ciri-ciri ikan tersebut sudah diketahui, maka langkah selanjutnya


adalah gerombolan ikan dilingkari dengan alat tangkap, sehingga terkurung
oleh kantong jaring dengan menarik tali kolor dan tali ris atas, akhirnya
jaring akan membentuk sebuah kantong. Selanjutnya penarikan tali kolor
dan tali ris dalam rangka pembentukan kantong adalah sangat menentukan
berhasil tidaknya gerombolan ikan dapat tertangkap. Sebaiknya penarikan
tali kolor tidak memakan waktu terlalu lama (+ 30 menit) dengan kecepatan
sedang agar tali kolor tidak terlalu cepat tertarik masuk kedalam lingkaran
jaring sehingga dapat menyebabkan jaring masuk pada propeller (baling-
baling).

2.5. Perlengkapan Penangkapan

2.5.1. Rumpon

Rumpon atau yang biasa disebut Fish Aggregating Divice (FAD),


telah banyak digunakan untuk memikat ikan pelagis supaya
bergerombol di dekat permukaan sehingga mudah dilingkari dengan
alat tangkap purse seine. Dengan alat ini dapat mempermudah untuk
menentukan daerah penangkapan, sehingga waktu yang terbuang pada
saat mencari kawanan ikan relatif pendek.

Rumpon dapat dibagi menjadi rumpon laut dangkal dan rumpon laut
dalam. Rumpon laut dangkal biasanya dipasang pada kedalaman laut
14

kurang dari 100 m, sedangkan rumpon laut dalam dipasang pada


kedalaman laut lebih dalam dari 100 m.

Tujuan dari pemasangan rumpon tersebut adalah untuk menghemat


waktu sehingga memudahkan bagi para nelayan untuk mendapatkan
gerombolan ikan dan menangkapnya. Dengan demikian, maka
penangkapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta
menghemat biaya operasi penangkapan.

2.5.2. Purse Line Winch

Purse Line Winch digunakan untuk menarik tali kerut dan


menggulungnya pada purse line drum. Kekuatan tarik winch roller
terhadap purse line umumnya berkapasitas 6 ton dan digerakkan
dengan hidrolik. Sehingga ukuran kecepatan menggulung dan
kekuatan tarik purse line winch harus disesuaikan dengan bentuk dan
besarnya winch roller yang digunakan.

2.5.3. Power Blok

Power blok berfungsi untuk mengangkat jaring pukat cincin dari


dalam air ke atas kapal, power blok dipasang sedemikian rupa
sehingga pada saat operasi penangkapan tidak mengalami kesulitan.
Power blok bentuknya hampir sama dengan katrol, hanya yang
membedakannya adalah mesin bentuk power blok karena dilengkapi
dengan instrument elektronis yang mampu memutar rol dengan
menggunakan power blok ini maka tenaga manusia tidak terlalu
terkuras sehingga menguntungkan bagi nelayan.

2.6. Daerah Penangkapan

Menurut Ayodhyoa (1988), bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan


dengan pukat cincin ialah ikan-ikan “Pelagic Schoaling Species” artinya
ikan tersebut haruslah membentuk suatu gerombolan (schoal), berada dekat
dengan permukaan air (sea surface).
15

Sangat diharapkan pula agar densitas scoal itu tinggi, yang berarti jarak
antara ikan dengan ikan lainnya harus sedekat mungkin.

Kriteria daerah penangkapan yang cocok untuk pukat cincin adalah sebagai
berikut :

1) Daerah penangkapan pukat cincin tersebut kaya dengan jenis-jenis ikan


pelagis yang sedang hidup berkumpul (Schoaling) dipermukaan dalam
jumlah yang cukup besar.

2) Arus perairan tersebut harus teratur arahnya serta tidak terlalu deras
kecepatannya.

3) Kedalaman perairan sebaiknya lebih dalam dari pada lebar jaring


tersebut.

4) Perairan tersebut tidak berbatu karang agar tidak merusak jaring.

5) Jenis-jenis ikan tersebut harus mudah dibantu pengumpulannya dengan


menggunakan alat-alat bantu penangkapan seperti rumpon, fish finder
dan cahaya lampu.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu operasi penangkapan,


penentuan akan suatu daerah penangkapan sangat penting yang dimaksud
dengan daerah penangkapan adalah dimana daerah tersebut terdapat
kumpulan gerombolan ikan yang menjadi sasaran tangkap, alat tangkap
dapat dioperasikan dengan baik, biaya operasi tidak terlalu tinggi.
Penangkapan dapat dilakukan secara ekonomis dan sedapat mungkin dekat
dengan daerah pemasaran.

2.7. Hasil Tangkapan

Menurut Ayodhyoa (1988), pukat cincin pada umumnya digunakan untuk


menangkap ikan-ikan yang lingkungan hidupnya atau daerah geraknya
dekat dengan permukaan air. Jenis-jenis ikan tersebut pada umumnya
disebut sebagai ikan pelagis yang hidupnya selalu berkelompok, oleh karena
itu pukat cincin mempunyai dimensi besar baik panjang maupun dalam agar
16

mampu melingkari dan mengurung kawanan ikan tersebut secara mendatar


atau tegak.

2.8. Penanganan Ikan Pasca Tangkap

Setelah ikan di tangkap, hal yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan
ikan selama berada di atas kapal. Dengan kandungan protein dan kadar air
yang cukup tinggi, ikan merupakan komoditi yang mudah mengalami
pembusukan (higly perishable). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang selalu mengharapkan ikan segar, penanganan ikan perlu di
lakukan agar bisa sampai ke tangan konsumen atau pabrik pengelolaan
dalam keadaan segar atau mendekati segar (Affriato.E,dan
Liviawaty.E,1989).

2.8.1. Penggunaan Suhu Rendah (Es Batu)

Es batu merupakan medium pendingin yang paling baik bila


dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat
menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas
ikan dan biaya yang diperlukan juga relatif lebih murah. Oleh karena
itu, ikan yang belum mengalami proses apapun (kecuali hanya diberi
proses pendingin) masih dapat dianggap sebagai ikan segar. Dengan
demikian harga jual ikan ini akan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan ikan yang kurang segar.

Proses pendinginan ikan lebih efektif bila dilaksanakan sebelum fase


rigomortis berakhir. Apabila di lakukan setelah fase autolisis,
biasanya proses pendingin tidak bermanfaat. Oleh karena itu
sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan secepat mungkin
(Affriato.E, dan Liviawaty. E, 1989).

2.8.2. Penggunaan Garam (Penggaraman)

Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak


dilakukan di berbagai Negara termasuk Indonesia. Proses ini
menggunakan garam sebagai media pengawet. Ikan yang telah
17

mengalami proses penggaraman sesuai dengan prinsip yang berlaku,


akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat
berfungsi menghambat atau menghentikan reaksi autolysis dan
membunuh bakteri yang terdapat didalam tubuh ikan (Affriato.E,dan
Liviawaty.E,1989).
18

BAB III
METODE PELAKSANAAN PKL

3.1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan PKL

Kegiatan PKL dilaksanakkan mulai tanggal 15 September 2008 sampai


dengan 13 Febuari 2009, yang dilaksanakan di KM. Karya Maju PT. Putra
Ali Sentosa (PAS), Sibolga, Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan PKL dilakukan hanya satu tempat saja yaitu di Sibolga,
Sumatera Utara dengan pelaksanaan kerja penangkapan ikan dalam
pengoperasian alat tangkap purse seine yang dilaksanakan selama 6 bulan
dari bulan September 2008 sampai dengan bulan Januari 2009 dengan
menghasilkan beberapa jenis ikan pelagis.
Adapun jadwal PKL akan diterangkan pada tabel berikut :

Waktu pelaksanaan PKL


No Kegiatan
Tahun 2008 Tahun 2009
Bulan 9 10 11 12 01 02
Pelaporan ke industri,
1
Persiapan berlayar
Berlayar trip pertama &
2
kedua
Berlayar trip ke dua &
3
ketiga
4 Berlayar trip ke lima
Pengurusan SKB, pelepasan
5 dengan pihak perusahaan,
Penyusunan Laporan.

Tabel 1. Waktu pelaksanaan PKL

3.2. Metode PKL

3.2.1. Orientasi
19

Kegitan ini dilaksanakan untuk lebih mengenal lebih dahulu lokasi


yang akan dijadikan tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL), yang
meliputi kegiatan pengarahan-pengarahan dari para pembimbing,
pencarian informasi melalui surat kabar, dan pencarian data atau
survey serta hal-hal lain yang menunjang pelaksanaan PKL.

3.2.2. Observasi

Agar dalam pelaksanaan magang industri lebih teratur, maka penulis


harus menyususun program kerja yang berlaku selama pelaksanaan
magang dari mulai bulan September 2008 sampai dengan Februari
2009. Rencana program yang disusun oleh mahasiswa tersebut harus
disetujui dari Dosen pembimbing agar mempermudah dalam
pemantaun dan penentuan jadwal kerja selanjutnya serta sebagai
acuan agar tercapainya tujuan pelaksanaan magang. Penyususunan
program kerja magang ini harus disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan
yang dilaksnakan di industri.

3.2.3. Adaptasi

Agar Praktik Kerja Lapangan berjalan lancar, penulis dituntut untuk


bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, baik itu di
daerah tempat tinggal ataupun kapal tempat praktek. Banyak hal yang
penulis lakukan dalam proses ini, seperti bersilaturahmi dan
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, bersosialisasi dengan para
ABK, mengetahui kondisi serta peraturan setempat dan lain-lain.
Salah satu kendala yang penulis rasakan dalam pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan ini adalah faktor perbedaan bahasa, selain itu
sebagian besar dari awak kapal tidak bisa berbahasa Indonesia,
sehingga menimbulkan kesulitan dalam melakukan wawancara.

3.2.4. Pelaksanaan PKL


20

Selama melaksanakan PKL penulis bertugas sebagai ABK kapal dan


melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh para ABK kapal tetap
seperti pekerjaan yang dilakukan di atas kapal. Pekerjaan yang
dilakukan di atas kapal dikerjakan secara bersama-sama agar cepat
selesai.

Selama berlayar ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan penulis


selama melakukan magang diantaranya:

• Mengemudikan kapal tersebut berjalan menuju tempat fishing


ground, dan selama perjalanan sesuai dengan tugas jaga kapal.

• Tugas jaga kapal sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

• Mengisi perbekalan sebelum berangkat.

• Memperbaiki alat tangkap sebelum disusun di atas kapal.

• Menyusun alat tangkap purse seine diatas kapal.

• Membantu memasukan daun nyiur yang akan dijadikan rumpon.

• Membantu mengisi pembekalan.

• Memasang rumpon di daerah fishing ground yang bertujuan untuk


mengumpul ikan-ikan.

• Ikut serta dalampenurunan alat tangkap (setting).

• Menarik jaring (hauling).

• Menyortir ikan menurut jenisnya yang telah dinaikan diatas kapal.

• Memperbaiki jaring selesai penarikan jaring apabila ada yang


rusak.

• Menyusun ring setelah selesai pembalikan jaring.


21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Praktik

Kota madya Sibolga merupakan salah satu pusat usaha perikanan yang ada
di Sumatera Utara, sebab kota ini berlokasi di tepi pantai dan sebagian besar
penduduknya berkerja sebagai nelayan. Hasil tangkapan ikan di kota ini ada
yang di impor keberbagai Negara tetangga, selain itu juga di kota ini banyak
terdapat berbagai perusahaan perikanan dimana sampai saat ini perusahaan-
perusahaan tersebut semakin maju.

Berikut adalah batas-batas wilayah Kota Madya Sibolga:

¬ Sebelah utara berbatasan dengan Tapanuli Tengah

¬ Sebelah selatan berbatasan dengan Tapanuli Selatan

¬ Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia

¬ Sebelah timur berbatasan dengan Tapanuli Utara

PT.
PAS

Gambar 14. Peta Sibolga


22

4.1.1. Identitas Industri

Nama Perusahaan : PT. PUTRA ALI SENTOSA (PAS)

Alamat : Jl. Letjend. Gatot Subroto, Ujung batu, Sarudik,


Sibolga-Tapanuli Tengah Sumatera Utara

No. Telp : (0263) 22772 – 21797, Fax. (0263) 23368

Nama Pemimpin : H. MS. Effendi

4.1.2. Surat-Surat Kapal

1. IUP No.: 01.04.02.0292.4706

2. Surat Ukur Internasional.

3. Daftar Anak Buah Kapal.

4. Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkapan Ikan No.


PK. 650.b/ 12/ 11/ Ad-sbg. 08.

5. Surat Penangkapan Ikan (SPI) No. 26.07.0028.06.18814

6. Surat Izin Berlayar (Port Clearance) No. : 649/27.X/B/2008

4.1.3. Kapal Penangkapan

Kapal penangkap ikan yang penulis ikuti selama praktik adalah KM.
Karya Maju. Dengan data kapal sebagai berikut:

Nama Kapal : KM. KARYA MAJU

Tempat Pendaftaran : Sibolga

Asal Kapal : Buatan Dalam Negeri

Tanda Selar : SIBOLGA/GT. 90. No. 1096/SSd

Bentuk Badan Kapal : V dan Round Botton

Material : Kayu

Alat Tangkap : Purse Seine


23

4.1.4. Ukuran Pokok Kapal

Panjang : 23,80 meter

Lebar : 9,96 meter

Dalam (depth) : 2,20 meter

Isi kotor : 90 GT

Isi bersih : 54 ton

4.1.5. Spesifikasi Mesin

Jumlah mesin induk : 1 buah

Jenis : Motor Diesel

Merk : Nissan RE.10.Cyl.No.025522

Kecepatan : 380 PK

Daya : 8 knot

Jumlah mesin genset : 1 buah

Merk : Mitsubhisi 6 silinder

Jumlah mesin Jet Pump : 1 buah

Merk : Dompeng 20 PK

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kapal Penangkapan Ikan

Sebuah kapal penangkapan harus juga memenuhi ketentuan tentang


peralatan yang harus dipenuhi agar laik laut dan kapal penangkap ikan
jika tidak sedang menangkap ikan termasuk kapal tenaga sehingga
harus memenuhi ketentuan yang berlaku dalam kapal tenaga seperti
peralatan yang tersedia pada kapal tenaga sebagai persyaratan harus
memiliki peralatan navigasi, peralatan keselamatan dan peralatan
kebakaran. Pada kapal penangkapan ikan seperti kapal pukat cincin ini
harus mempunyai kecepatan yang cukup tinggi, mempunyai
24

kemampuan untuk diolah gerak dan berputar dalam waktu yang


singkat, stabilitas kapal harus baik, dek harus dekat dengan garis air
agar mudah menaikkan hasil tangkapan.

KM. Karya Maju, juga memiliki deck kerja pada bagian depan kapal,
anjungan kapal terletak pada bagian tengah kapal, yang mana bagian
anjungan kapal tersebut bisa digunakan oleh ABK sebagai tempat
tinggal/ istirahat, ruang akomodasi serta ruang kamar mesin, pada
bagian buritan kapal terdapat takal dan bagian dek kerja kapal
ditempatkan alat bantu penangkapan seperti purse winch, purse davit,
dan cargo boom.

Gambar 15. konstruksi KM. Karya Maju

Keterangan gambar :

A,B,C,D, dan E palkah I. Air tawar

F1. Mesin penggerak utama J. Kompor J. kompor

F2. Generator K. Lampu galaksi

G. Gardan L. Daun kemudi

H. Tempat menyiapkan jaring M. Propeller


25

4.2.2. Alat Tangkap

KM. Karya Maju mempergunakan alat tangkap Pukat Cincin yang


mempunyai ukuran panjang tali ris 700 meter dan dalam jaring 70
meter yang mana tali ris atasnya terbuat dari bahan PE atau kuralon.

4.2.3. Perlengkapan Penangkapan Di Kapal

4.2.3.1. Serok

Serok adalah alat yang berbentuk kantong dan terbuat dari jaring
dengan kerangka besi berbentuk lingkaran sebagai pembuka
mulutnya. Ujung dari kantong tersebut dilengkapi dengan ring
dan tali kerut sehingga dapat di buka dan di tutup untuk
mempermudah proses pemindahan ikan dari kantong jaring
geladak kapal.

Gambar 16. Serok


4.2.3.2. Cargo Boom

Fungsi dari Cargo boom adalah untuk menaikkan ikan hasil


tangkapan yang ada di dalam kantong jaring untuk dipindahkan
ke atas kapal.
26

Gambar 17. Cargo boom

4.2.3.3. Purse Davit

Purse Davit memiliki kegunaan yaitu sebagai tempat untuk di


lalui tali kolor sehingga tidak merusak lambung kapal dan wire
lebih mudah untuk ditarik dengan purse winch pada KM. Karya
Maju. Purse Davit memiliki 2 buah blok yang berfungsi sebagai
blok penghantar tali kolor dan satunya sebagai penghantar tali
penarik.

4.2.3.4. Gardan (Purse Winch)

Fungsi dari purse winch/ gardan ini untuk menghibob atau


menggulung tali kolor dan tali pelampung. Purse winch/ gardan
digerakkan dengan menggunakan tenaga hidrolik.

Gambar 18. Gardan


27

4.2.4. Perlengkapan Penangkapan Di Luar Kapal

4.2.4.1. Rumpon

Rumpon/ twasan (bahasa Sibolga) disini berfungsi untuk


menarik dan mengumpulkan ikan pada daerah tertentu. Rumpon
yang digunakan bisa dari pelepah kelapa dan daun nyiur yang
akan menjadi tempat ikan-ikan kecil berlindung dan mencari
makan disekitar rumpon tersebut. Rumpon biasa di pasang pada
kedalaman lebih dari 100 meter. Adapun ciri-ciri daerah yang
pemasangan rumpon:

- Daerah migrasi ikan.

- Tidak pada alur pelayaran atau daerah yang dilarang


memasang rumpon

- Tidak terlalu jauh dari pangkalan pendaratan ikan.

- Dasar perairan relatif datar

- Mudah untuk mencari dan mencapainya

Gambar 19. Rumpon


28

4.2.4.2. Lampu Galaksi

Berfungsi untuk mengumpulkan ikan karena ikan lebih suka


pada suatu titik terang tertentu sehingga memancing ikan untuk
berkumpul pada sorotan lampu tersebut. KM. Karya Maju
menggunakan lampu listrik di atas air dengan skala besar
dengan jumlah lampu 43 unit yang masing-masingnya
mempunyai kapasitas 400 watt.

Gambar 20. Lampu galaksi

4.2.4.3. Sampan (Skip Boat)

Berfungsi untuk membantu pada saat pengoperasian alat


penangkapan. Pada skip boat juga di lengkapi lampu petromak
dengan menggunakan Aki sebagai pembangkit listrik, lampu ini
dihidupkan setelah lampu di kapal induk dimatikan. Selain itu
skipboat juga digunakan untuk menarik kapal saat proses
hauling, ini bertujuan untuk mencegah terbelitnya jaring di
propeler dan kapal masuk ke dalam jaring.
29

Gambar 21. skipboat/ sampan

4.2.4.4. Jangkar Arus/ Parasut

Jangkar arus atau parasut adalah alat bantu yang digunakan pada
saat terjadi cuaca buruk agar kapal tidak terbawa angin terlalu
jauh.

Gambar 22. Jangkar Arus/ Parasut

4.2.5. Peralatan Navigasi Dan Komunikasi

Penggunaan alat-alat Navigasi di kapal penangkapan ikan merupakan


suatu hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses perasi
penangkapan ikan di laut, adapun alat-alat Navigasi yang digunakan di
KM Karya Maju diantaranya :

4.2.5.1. Kompas
30

Kompas merupakan salah satu alat navigasi yang berfungsi


untuk menetapkan arah haluan kapal dan juga untuk membaring
suatu target sasaran.

Dokumen Hasil PKL, 2009

Gambar 23. Kompas

4.2.5.2. Radio Komunikasi

Dalam operasi penangkapan ikan pengguanan sarana untuk


berkomunikasi sangat diperlukan, karena dengan adanya alat
komunikasi kita dapat berbagi berita dengan kapal lain dan juga
pangkalan (perusahaan). Radio yang digunakan di KM Karya
Maju merupakan jenis radio telephon, SSB model 132 icom.

Dokumen Hasil PKL, 2009

Gambar 24. Radio komunikasi SSB

4.2.5.3. Peta Laut

Penggunaan Peta laut dikapal penangkapan ikan sebagai sarana


untuk menentukan posisi kapal pada saat berlayar dan juga
31

dalam menentukan posisi suatu area penangkapan ikan (fishing


ground).

Gambar 25. Peta laut

4.2.5.4. Echosounder

Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan sistem


gema yang dipasang pada dasar kapal, berfungsi untuk
mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu
perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah
kapal secara vertikal.

Dokumen Hasil PKL, 2009

Gambar 26. Echosounder


4.2.6. Daerah Operasi Penangkapan

Daerah penangkapan yang digunakan oleh KM. Karya Maju adalah


sebagai berikut :
32

- Perairan Tapanuli Selatan

- Nias

- Aceh selatan

- Aceh Barat dan

- Simeulu

Cara kerja operasi penangkapan yang dilakukan dengan menggunakan


alat bantu rumpon, alat bantu rumpon diletakkan pada daerah
penangkapan yang telah ditentukan sesuai dengan panjang tali utama
rumpon dan merupakan perairan lintasan migrasi ikan-ikan pelagis.

4.2.7. Operasi Penangkapan

4.2.7.1. Persiapan Operasi Penangkapan

Sebelum kapal menuju daerah penangkapan pada umumnya


melakukan persiapan terhadap segala kelengkapan selama
berlayar atau melakukan operasi penangkapan. Hal ini bertujuan
agar kebutuhan operasional kapal dan awak kapal dapat
terpenuhi, sehingga dapat membantu kelancaran dalam operasi
penangkapan nantinya. Adapun persiapan-persiapan yang harus
dilakukan adalah:

4.2.7.1.1. Persiapan Di Darat

Persiapan yang perlu diperhatikan sekali adalah


mempersiapkan alat tangkap sebelum meninggalkan
pelabuhan, pengisian perbekalan seperti : BBM, pelumas,
air tawar, makanan, suku cadang, dan lain-lain. Persiapan
surat-surat kapal atau dokumen kapal seperti : Surat izin
berlayar, surat penangkapan ikan, sijik awak kapal, surat
izin usaha perikanan, surat laut/pas tahunan, sertifikat
kelaikan dan pengawakan kapal.
33

Nahkoda juga mengadakan pemeriksaan peralatan


navigasi, alat-alat komunikasi, alat-alat keselamatan, dan
keadaan keseluruhan serta semua perbekalan yang telah
disiapkan dirinci kembali termasuk kelengkapan awak
kapal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum berangkat adalah


sebagai berikut:

- Keadaan daerah penangkapan ikan (musim).

- Laporan kapal lain yang sedang beroperasi


penangkapan.

- Data hasil tangkapan tahun yang sudah lewat.

Ketiga hal tersebut perlu diketahui sebelumnya agar


operasi penangkapan memperoleh hasil yang maksimal.

4.2.7.1.2. Persiapan Di Laut

Persiapan di laut merupakan persiapan awal operasi


penangkapan. Persiapan pada saat berada di laut adalah
mempersiapkan peralatan-peralatan yang akan dipakai
pada saat operasi penangkapan seperti: power blok, purse
winch, purse davit dan takal-takal yang ada supaya pada
operasi penangkapan berjalan dengan lancar dan
mempersiapkan berbagai cara alat bantu seperti: rumpon.
Untuk memudahkan saat menurunkan rumpon, segala
sesuatunya agar dipersiapkan sebelum sampai di fishing
ground. Untuk kelancaran pada saat operasi penangkapan
berlangsung.
34

Gambar 27. Persiapan operasi penangkapan

Setelah kapal tiba di fishing ground, maka yang pertama


dilakukan adalah menurunkan rumpon (payaos). Apabila
gerombolan ikan pada rumpon sudah diketahui berdasarkan buih
atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air,
warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau
banyaknya ikan-ikan kecil yang bergerak di sekitar rumpon.
Maka yang kedua dilakukan adalah menurunkan lampu bantu itu
sudah siap untuk melingkari gerombolan ikan, maka nahkoda
segera menurunkan alat tangkap. Setelah jaring bagian bawah
telah tertutup maka rumpon tadi dikeluarkan dari jaring dan
dikembalikan ke tali pelampung seperti semula.

4.2.7.2. Teknik Pengoperasian Alat Penangkapan

4.2.7.2.1 Penurunan Jaring/ Setting

Pada umumnya jaring diturunkan (towing) dari bagian


belakang kapal (buritan) dan ada juga dari samping atau
dari lambung kapal tergantung dari kontruksi kapal
tersebut. Dalam pengoperasian purse sine ini di lakukan
pada malam hari, yaitu 1 kali penurunan alat tangkap
purse seine dengan menunggu gerombolan ikan
berkumpul pada rumpon.

Apabila gerombolan ikan sudah diketahui keberadaannya


maka langkah selanjutnya yaitu mengetahui arah renang
ikan, kepadatan, dan kedalaman perairan dari gerombolan
35

ikan. Setelah hal tersebut diketahui, barulah dilakukan


pelingkaran jaring dengan menghadang arah renang ikan.
Agar ikan-ikan tersebut cepat terkepung maka kapal harus
melaju dengan kecepatan maksimal.

Gambar 28. Penurunan jaring (setting)

4.2.7.2.2. Penarikan Jaring/ Hauling

Penarikan tali kolor setelah kedua tepi jaring bertemu


dilakukan penarikan kolor dengan tujuan agar ikan tidak
lari kebawah, jaring di tarik dengan menggunakan roller.
Antara kedua tepi jaring sering tidak tertutup rapat
sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk
melarikan diri. Supaya ikan tidak melarikan diri, maka
digunakan pemberat atau dengan menggerak-gerakan
jaring sehingga ikan takut dan lari ke arah bagian jaring
yang lain. Selanjutnya penarikan tubuh jaring, di tarik jika
bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian
semua pemberat telah berada di atas kapal. Sebaiknya
penarikan tali kolor tidak menghabiskan waktu terlalu
lama (+ 30 menit). Disamping itu kalau penarikan tali
kolor terlalu cepat kapal akan cepat tertarik masuk
36

kedalam jaring, sehingga dapat menyebabkan jaring


masuk propeler (baling-baling). Selanjutnya pengambilan
hasil tangkapan ikan yang terkumpul pada bagian kantong,
segera di angkat ke atas kapal menggunakan alat yang
disebut serok.

Gambar 29. Penarikan jaring (hauling)

Dalam operasi penangkapan perlu diketahui faktor-faktor


sebagai berikut :

a). Penurunan jaring dilakukan dengan melingkari ke kiri


atau ke kanan sebagai berikut :

- Arah putaran baling-baling.

- Tatanan peralatan di atas deck.

- Arah gerak gerombolan ikan

b). Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap


pelingkaran alat tangkap adalah :

- Arah arus.

- Arah angin.

- Arah gerak gerombolan ikan.

4.2.8. Hasil Tangkapan


37

Ikan-ikan hasil tangkapan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

No Nama Ikan Nama latin Nama umum


1 Madidihang Thunnus albacores Yellowfin tuna
2 Cakalang Katsuwonus pelamis Skipjack
3 Tongkol Euthynnus affinis Eastern little tuna

Tabel 2. Ikan hasil tangkapan

4.2.9. Penanganan Hasil Tangkapan

Ikan hasil tangkapan tersebut mempunyai sifat lebih cepat membusuk,


karenanya ikan tercurah di deck segera di pindah dan di susun secara
baik dan betul. Ikan yang sudah terkurung di kantong jaring di ambil
dengan menggunakan serok, biasanya ikan yang terangkat + 500 kg,
supaya ikan yang diangkat tidak rusak, lembaran jaring yang
dipergunakan untuk caduk matanya harus kecil.

Setelah ikan yang di serok terlebih dahulu ikan dibersihkan dengan


disemprot air untuk membuang darah dan kotoran-kotoran yang masih
melekat, agar tidak menyebabkan timbulnya mikroorganisme yang
dapat merusak ikan. Langkah selanjutnya ikan diturunkan dengan
keranjang kedalam palkah kemudian ikan diberi es. Pemberian es
disesuaikan dengan banyaknya ikan yang tertangkap, tujuan dari
pengesan adalah mencegah berkembangnya mikroorganisme dan
bakteri-bakteri lain yang menyebabkan ikan menjadi rusak/busuk.
Pengecekan ikan dilakukan setiap 5 jam sekali, bertujuan untuk
membuang es yang telah cair dan penambahan es baru, agar mutu ikan
tetap terjaga.

Adapun cara pengesan adalah sebagai berikut :

- Pada dasar palkah di lapisi es batang

- Dimasukakan ikan atas es batas

- Kemudian dimasukkan es curah di atas ikan, begitu juga seterusnya

- Setelah palkah penuh, maka di siram dengan air laut secukupnya.


38

Gambar 30. Penanganan hasil tangkapan di atas kapal

4.2.10. Pembongkaran Hasil Tangkapan

Pusat pendaratan ikan-ikan hasil tangkapan adalah di Pelabuhan


khusus PT. Putra Ali Sentosa. Kegiatan pembongkaran hasil
tangkapan ini dilakukan oleh orang-orang pangkalan yang tugasnya
khusus untuk membongkar hasil tangkapan dari armada-armada yang
ada di Perusahaan. Pelaksanaan bongkar ini umunya memerlukan
waktu antara 4-5 jam. Dalam melaksanakan kegiatan pembongkaran
faktor keselamatan sangat diutamakan, bagi petugas yang bekerja
harus dilengkapi dengan pakaian dan perlengkapan kerja lain seperti
baju hangat, sepatu bot, sarung tangan karet dan helm. Sistem kerja di
dalam palkah biasanya dilakukan secara bergiliran.

4.2.11. Pemeliharaan Alat Tangkap

Pemeliharaan alat tangkap bertujuan agar jaring yang telah dipakai


bisa dipelihara dengan baik agar jaring bisa tahan lama dan dapat
dipakai kembali pada penangkapan berikutnya dan pastinya bisa
menghemat biaya apabila ada jaring yang rusak.
39

- Setelah dipakai operasi maka alat tangkap dibersihkan dari


kotoran-kotoran misalnya: ubur-ubur, sisa-sisa ikan yang
membusuk dan lain-lain.

- Bagian-bagian jaring yang rusak segera diperbaiki dengan cara


dirajut atau ditambal.

- Tumpukan jaring sebaiknya dihindarkan dari terik sinar


matahari langsung, maka jaring harus ditutup dengan terpal.

- Sebaiknya jaring dijauhkan dari bahaya api, sumber api dan


minyak.

- Apabila jaring tidak digunakan di darat, sebaiknya jaring


digantung dan direntangkan di tempat yang teduh.

Gambar 31. Perbaikan alat tangkap

4.2.12. Analisa Usaha

Permodalan yang dikeluarkan untuk satu trip operasi penangkapan


adalah sebagai berikut :

No Permodalan Jumal harga (Rp)

1 Belanja 5.000.000,00
2 Bahan bakar (solar) 35.000.000,00
40

3 Oli 1.500.000,00
4 Minyak tanah 790.000,00
5 Es 3.570.000,00
6 Air 210.000,00
7 Obat-obatan 300.000,00
8 Lain-lain 3.550.000,00
Jumlah 51.920.000,00

Tabel 3. Analisa usaha KM.Karya Maju

Jumlah permodalan yang dikeluarkan adalah Rp. 51. 920.000,00

Sedangkan hasil penjualan selama satu trip adalah Rp. 93.240.000,00

Jadi keuntungan satu trip = hasil penjualan - jumlah permodalan

= Rp. 93.240.000,00 – Rp. 51. 920.000,00

= Rp. 41.320.000,00
41

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

o Prinsip dasar tertangkapnya ikan dengan alat penangkap purse seine


adalah mengurung gerombolan ikan dengan menarik tali kerut yang
melewati ring sehingga ring dan jaring bagian bawah terkumpul di
deck.

o Faktor yang mempengaruhi berhasilnya pengoperasian penangkapan


dengan purse seine adalah arah angin, arah arus, besar gerombolan
ikan, arah dan kecepatan renang ikan serta cahaya.

5.2. Saran

o Diharapkan kapal purse seine dilengkapi alat-alat navigasi yang lebih


canggih lagi.

o Memiliki alat bantu penangkapan yang maksimal.

o Memiliki dokumen kapal yang lengkap.

o Harus memiliki alat penolong dan pemadam kebakaran yang lengkap.

o Diharapkan keseriusan ABK, baik dalam penurunan jaring (setting)


maupun penarikan jaring (hauling).

o Kapal juga harus di lengkapi dengan mesin pendingin.


42

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto.E. Liviawaty.E.1989. Pengawetan dan Pengelolahan Ikan. Kanisius.

Ayodhyoa 1988. Fishing Metode. Diklat Kuliah Teknik penangkapan Ikan.


Proyek peningkatan / pengembangan perguruan tinggi.IPB.

Farid,A, Fauzi.,N.Bandung, Fachrudin, Sugino.1989. Teknologi Penagkapan


Ikan.Jaringan Informasi Perikanan I Indonesia(Indonesia Fisheries
Information System). Direktorat Jendral Perikanan Bekerja Sama
dengan International Development Research Centre. INFIS Manual
Seri N0. 5.
Subani, W.1988. Pengunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan Ikan. LPPL.
No.27 Jakarta.

www.Google.com

You might also like