You are on page 1of 23

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 166

BAB VIII
Analisa AC Pada Transistor
Analisa AC atau seringkali disebut analisa sinyal kecil pada penguat
adalah analisa penguat sinyal AC, dengan memblok sinyal DC yaitu
dengan memberikan kapasitor coupling pada sinyal input dan sinyal
output.
Pendekatan yang dilakukan untuk analisa AC untuk frekuensi
midband/passband adalah semua kapasitor coupling dan by-pass
dapat dianggap sebagai hubung singkat, selanjutnya semua sumber
tegangan DC dapat dianggap seolah-olah berhubungan dengan
ground.
Kapasitor untuk analisa AC dianggap sebagai hubung singkat, hal ini
impedansi kapasitif didekati dengan X C < 0,1R . Sehingga untuk
1
rangkaian RC seri, impedansinya adalah Z = R +
= R j X C atau
jC
Z = R 2 + X C2 = R 2 + (0,1R) 2 R . Jadi pada saat analisa AC
kapasitor bisa didekati sebagai hubung singkat, sedang untuk analisa
DC kapasitor didekati sebagai rangkaian terbuka, seperti gambar
berikut.
DC

AC

Untuk rangkaian RC seri, jika hambatannya R = 1k digunakan


untuk beroperasi dalam rentang frekuensi pendengaran manusia (20
Hz 20 kHz). Dengan menganggap bahwa impedansi kapasitif dari
kapasitor kopling sebesar X C < 0,1R pada frekuensi minimum,

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 167

sehingga X C < 100 pada 20 Hz. Akibatnya C =


C=

1
atau
2 f X C

1
= 79,6F
(2 )(20 Hz)(100 )

Model-h
Untuk menganalisa sinyal kecil pada transistor, seringkali transistor
digantikan dengan model linear parameter-h. Model-h ini cukup
akurat jika transistor di bias untuk operasi linear dan sinyal-sinyal
pada frekuensi tinggi dapat diabaikan. Transistor dengan konfigurasi
emiter bersama dengan model-h berlaku : (dengan Vbe dan IC sebagai
variabel dependen)
vbe = hie ib + hre vce
iC = hfe ib + hoe vce
Persamaan itu dalam bentuk matriks:
vbe hie
i = h
C fe

hre ib
hoe vce

Secara skematik persamaan tsb digambarkan sebagai berikut :


Ib

hie

Ic

B
Vbe

hfe Ib

hre Vce

C
hoe

Vce

Gambar 1, Model linear dari transistor


Definisi

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 168

hie : hambatan input basis-emiter ~ 500 - 5 k hie =


hre : transfer ratio tegangan mundur ~ 10-4 - 10-3

h fe =

hfe : transfer ratio arus maju 50 ~ 500


hoe : konduktansi output C-E ~ 1 S - 100 S
VCE

iB(?A)

iB(?A)

10

hre =

hoe =

vbe
ib

vce =0

vbe
vce

ib =0

ic
ib

vce =0

ic
vce
0

ib =0

VCE
10

20

20

80
?iB

?vBE

?vBE
0.75 0,85

Sastra Kusuma Wijaya

vBE

FISIKA FMIPA UI

vBE

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 169

iB(?A)
iC(mA)

120
100
90
80
?iB

?iC

70
60
40
20

10

VCE
iB(?A)

iC(mA)

120
100
90

8,4
8,6

80
70
60
40
20
5

15

VCE

Catatan

Dalam menganalisa sinyal AC dilakukan sbb:


1. sumber tegangan DC dihubung-singkatkan dalam sinyal AC.
2. semua kapasitor dihubung singkat dalam sinyal AC.
3. gambarkan parameter h, untuk pin B, C dan E.
4. tambahkan komponen-komponen lainnya.

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 170

Model Ebers-Moll

Untuk Dioda
I

Gambar 2, Simbul dan karakterist dioda


I = I S (e

VT

1)

dengan VT = kT/q ~ 25 mV (tegangan termal untuk T ~ 300 K).


~1-2

IS arus saturasi
Untuk Trasnsitor
Pendekatan bahwa transistor sebagai penguat arus dengan IC = hFE IB,
cukup baik untuk banyak aplikasi, namun kurang memadai untuk
menjelaskan penguat diferensial, konverter logaritmik, kompensasi
temperatur dan banyak aplikasi lainnya. Sebagai gantinya Ebers-Moll
menganggap bahwa transistor sebagai devais transkonduktansi. Arus
kolektor bergantung pada basis-emiter, yaitu:

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 171

IC
C

B E

VBE

Gambar 3, Struktur fisis dan karakteristik VBE -IC


VBE

I C = I S (e

dengan

VT

1)

VT = KT/q ~ 25 mV (untuk suhu kamar)


IS : arus bocor reverse.

VBE

Namun untuk VBE >> VT, sehingga I C = I S e


VBE = VT ln

atau

VT

IC
IS

Untuk dua kondisi yang berbeda, yaitu


I C1
I S

IC 2
= VT ln
I S

VBE1 = VT ln
VBE 2

I
I
I
VBE 2 VBE1 = VT ln C 2 ln C1 =VT ln C 2
IS
I C1
IS

Jika ada perbedaan VBE maka berarti ada hambatan dalam hambatan
antara basis-emitter, yaitu
re =

Sastra Kusuma Wijaya

VBE
I E

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 172

VT
I C , sehingga diperoleh
IC
V
25 mV
= T
IC
IC

Dengan mengambil pendekatan VBE =


hambatan dalam basis-emiter re =

VBE
I C

Dengan pendekatan model Ebers-Moll transistor npn dimodelkan


sebagai:
?R iCR

?F??EF
iE

iE
iEF

iCR
iB

index R : reverse
F : forward

Gambar 4, Model Ebers-Moll pada transistor


Dari model Ebers-Moll tsb di atas terlihat bahwa :
iE = iEF iER = iEF R iCR
iC = iCF iCR = F iEF iCR

iB = iBF + iBR
VBE

dengan :

VT

iEF = I EO (e

1)

VBC

VT

iCR = I CO (e

1)

R I CO = F I EO

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 173

Persamaan Ebers-Moll cukup akurat untuk selang arus IC yang cukup


lebar, dari orde nanoampere hingga miliampere. Besaran-besaran
penting yang diperoleh dari model Ebers-Moll adalah :
o Kecuraman kurva IC vs. VBE
o Adanya hambatan dalam basis-emiter, re
Penguat Emiter Bersama

Berikut ini adalah rangkaian dasar dari penguat emiter bersama.


VCC

RC

R1

Vout

Vin

R2

RE

Gambar 5, Konfigurasi emiter bersama

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 174

Dari gambar rangkaian di atas diubah menjadi: (dengan mengabaikan


hre, hoe dan hie) .
Ingat pada saat menganalisa AC:
Kapasitor seolah hubung singkat,
Sumber tegangan DC dianggap dihubungkan ke ground.

vin

R1

R2

(1+hfe)RE

hfe ib

AC

ib

iin

RC

= ie

Rin = R1 // R2 // (1+hfe)RE
vin
ib =
(1 + h fe ) RE
h v
vin
v
= fe in in
(1 + h fe ) RE 1 + h fe RE RE
R
vout = vC = ic RC = C vin
RE
v
R
Av = out = C tanda minus menunjukkan ada pembalikan fasa,
vin
RE
yaitu ada beda fasa sebesar 180o, seperti ditunjukkan dalam ilustrasi
berikut ini.
ic = h feib = h fe

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 175

vb

Ve

Vc

Jika rangkaian di atas diubah sedikit, yaitu dengan memasang


kapasitor secara paralel dengan RE sehingga rangkaiannya menjadi:

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 176

VCC

RC

R1

Vout

Vin

R2

RE

Untuk analisa AC, rangkaian ini dapat dianggap bahwa hambatan RE


akan short, karena paralel dengan kapasitor. Namun ingat bahwa
antara basis-emiter ada hambatan dalam sebesar re , akibatnya untuk
menganalisa dapat digantikan menjadi:

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

R1

R2

hfe ib

(1+hfe)re

AC

ib

iin

vin

Hal 177

RC

= ie

Dengan cara yang sama, penguatan tegangannya menjadi: Av =

RC
re

Contoh:
Analisalah rangkaian penguat berikut ini dengan menggunakan
model-h, jika diketahui hie = 1,5 k, hfe = 70, hoe = 25 S, dan hre = 0.
Komponen lainnya adalah RB = 220 k, RC = 4,7 k dan kapasitor
masing-masing 1 F.
VCC

RB

RC

vo

vs

Rangkaian ini diubah dengan menerapkan model-h, sehingga menjadi:

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 178

B
Ib

Ii
vs

C
hfeIb
hoe

hie

RB

Ic

Io
RC

Dari gambar di atas terlihat bahwa:


Ib =

vs
hie

Io =

1 RC
v
1
h fe I b =
h fe s
1 RC + hoe
1 + hoe RC
hie

Vo = Io RC
Penguatan tegangan: Av =

h fe
vo
RC
219
=
=
= 186
1 + 0,118
vs
hie 1 + hoe RC

Penguatan daya: AP (dB) = 20 log 186 = 45,3 dB.

Garis Beban

Perhatikan rangkaian emitter bersama berikut ini.

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 179

Dengan analisa garis beban DC, untuk hambatan R2


dalam keadaan saturasi sehingga diperoleh:
I C ( sat ) =

Sedangkan untuk hambatan R2


sehingga diperoleh:

, transistor

VCC
RC + RE

, transistor dalam keadaan cut-off

VCE ( cut off ) = VCC

Untuk analisa AC, rangkaian di atas dapat disederhanakan sbb:

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 180

Pada loop tegangan kolektor, berlaku: vce + ic rc = 0 . Sehingga


v
diperoleh ic = ce
rc
dengan

rc = RC // RL hambatan AC yang dilihat oleh kolektor,


ic = I C = I C I CQ arus AC kolektor,
vce = VCE = VCE VCEQ tegangan AC pada terminal C-E

Dengan memanfaatkan persamaan ini diperoleh I C = I CQ +

VCEQ
rc

VCE
rc

pers garis beban AC

Pada saat transistor saturasi, terjadi pada saat VCE = 0 , diperoleh:


ic ( sat ) = I CQ +

VCEQ
rc

Sedangkan transistor dalam keadaan cut-off terjadi pada saat I C = 0 ,


atau dari persamaan I C di atas berubah menjadi:
VCE = I CQ rc + VCEQ .

Dari tegangan C-E:


vce = VCE = VCE VCEQ

yang juga berarti bahwa VCE = ( I C )( rc ) . Sehingga diperoleh:


vce ( cut off ) = VCEQ + I CQ rc

Secara skematik ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

ic ( sat ) = I CQ +

I C ( sat ) =

Hal 181

VCEQ
rc

VCC
RC + RE

vce ( cut off ) = VCEQ + I CQ rc

Untuk rancangan penguat yang baik, diusahakan agar titik Q berada


di-tengah-tengah garis beban AC. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari clipping, yaitu clipping saturasi jika titik Q ke arah kiri,
sedang clipping cut-off jika Q ke arah kanan, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut.

Gambar 1, (a) Clipping cut-off, (b) clipping saturasi, (c) penempatan


titik Q yang optimum
Contoh:

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 182

Dari rangkaian berikut ini diketahui R1 = 68 k, R2 = 10 k, RC = 3,9


k, RE = 220 , RS = 600 , RL = 2 k, dan semua kapasitor dapat
diabaikan (~ 0,1 F). Data dari BJT transistor adalah sbb: hfe = 150,
hoe = 50 S, hie = 3 k dan hre = 0. Hitunglah penguatan arus dan
penguatan tegangan dari rangkaian tsb.

VCC
RC
R1

C2

C1
RS

RL
R2

vs

Io

C3

RE

Dari rangkaian tsb di atas diubah dengan menggantikan BJT transistor


dengan model-h sinyal kecil, diperoleh gambar sbb:

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Ii

Ib

Hal 183

hfeIb

Io

RS
R2

hie

hoe

AC

R1

RC

RL

vs

Dari rangkaian pengganti tsb dapat dihitung :


Hambatan dalam input Ri = R1//R2//hie
= 68k // 10k // 3k = 2,23 k
Ii =

Arus input

vs
vs
=
RS + Ri 2,83 103

Tegangan antara Basis - Emiter Vbe =


Arus basis I b =

Ri
vs = 0,79 vs
RS + Ri

Vbe 0,79 vs
=
3000
hie

Konduktansi

total antara terminal


1
1
Gce = hoe +
+
= 806 S
RC RL

Tegangan output

Vo =

Hambatan dalam output

Sastra Kusuma Wijaya

h fe I b
Gce

kolektor

dan

emiter

150 0,79 vs
= 49 vs
806 106 3 103

Ro = RC // hoe

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Av =

Penguatan tegangan
Io =

Arus output

Hal 184

Vo
= 49
vs

Vo
Vo
=
RL 2 103

Io
Vo / 2 103
Vo 2,83
Penguatan arus AI = =
=
= 69
3
I i vs / 2,83 10
vs 2
Penguatan daya = AP = Av AI

Contoh:
Andaikan rangkaian penguat tsb (konfigurasi emiter bersama) pada
model-h untuk BJT tidak diabaikan hre, misalnya hre = 2 x 10-4, maka
rangkaian penggantinnya menjadi :(anggap RL = )
Ib

RB

hre Voe

Vi

hfe Ib

hie
hoe

RC

RB = R1//R2= 8,7 k
Vo = - hfe Ib RCE , dengan RCE = hoe // RC = 3,3 k.
Dengan menggunakan KVL pada loop input, didapat :
Vi = hie I b + hreVce
= hie I b hre Rce I b
= (3k 2 104 2,3k)I b 3kI b

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 185

Penguatan tegangan:
Av =

h fe I b RCE
h fe RCE
Vo
=
=
= 170,6
(hie h fe hre RCE ) I b
(hie h fe hre RCE )
Vi

Jika parameter hre diabaikan, maka penguatan tegangan menjadi:


Av =

h fe
hie

RCE = - 165

Terlihat bahwa dengan mengabaikan hre hanya ada perbedaan sekitar


3%, sehingga seringkali faktor hre dapat diabaikan.

Rangkaian banyak tingkat (Kaskade)


Untuk memperbesar penguatan dilakukan dengan membuat amplifier
banyak tingkat. Pada contoh berikut diperlihatkan penguat dengan 2
(dua) tingkat. Kapasitor C2 dipergunakan untuk memisahkan kondisi
DC dari masing-masing tingkat, sehingga Vc1 dan Vb2 saling bebas.
Semua kapasitor dapat dianggap hubung singkat untuk daerah
frekuensi operasi (midband) dari penguat. Kopling ini dikenal sebagai
kopling RC. Dengan kopling ini berakibat :
Vc1 = Vb2
(tegangan di kolektor transistor 1 sama dengan tegangan di basis
transistor 2).
Penguatan total dari rangkaian kaskade, merupakan hasil kali dari
masing-masing penguat, sehingga
Av = Av1 Av 2

Namun jika efek pembebanan harus diperhatikan, maka akan


berakibat
Av Av1 Av 2

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 186

Untuk itu cara menghitungnya dilakukan dengan mengunakan


rangkaian ekivalen dari transistor, seperti yang ditunjukkan berikut
ini.
VCC
RC1

R1
C1

RC2

R3
C2

C5

RB
R2
C3

vs

RL

R4

RE1

RE2

C4

Gambar , Rangkaian kopling RC.


Rangkaian tsb di atas menggunakan komponen-komponen sbb: R1 =
47 k, R2 = 10 k, RC1 = 3,9 k, R3 = 33 k, R4 = 6,8 k, RC2 = 1,8
k dan RL = 600 dan dengan sinyal input vs = 1 mV dan RS = 1
k. Sedangkan transistor Q1 dan Q2 memiliki paramete-h sbb : hie1 =
hie2 = 2 k, hfe1 = hfe2 = 100, hoe1 = hoe2 = 50 S, hre1 = hre2 = 0.
Untuk analisa AC dari rangkaian tsb dipergunakan model-h, sehingga
rangkaian ignal kecilnya adalah sbb:
Ii

hfe1Ib1 C1

B1

h fe2Ib2 C2

B2

Ib1

Ib2

RS
R1

R2

hie1

hoe1

RC1

R3

R4

hie2

hoe2

RC2

RL

E2

E1

Dari rangkaian ekivalen tsb diperoleh :

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

Hal 187

Ri = R1 // R2 // hie1 = 47 k // 10 k // 2 k
Ii =

vs
1mV
= 0,38 A
=
RS + Ri 2,6 k

Pi = Ii2 Ri = 0,23 x 10-9 W


Ii =

vs
1mV
= 0,62 mA
=
RS + Ri 2,6 k

I b1 =

Vbe
hie

I b1 =

Vbe
= 0,31 A
hie

Total konduktansi di antara pin C-E pada transistor 1:


GCE1 = hoe1 +

1
1
1
1
+ +
+
= 0,86 mS
RC1 R3 R4 hie 2

Diperoleh Vbe 2 =

h fe1 I b1
GEC1

= - 36 mV

Vbe 2 3,6 103


=
= 18 A
Ib 2 =
2 103
hie
RCE 2 =

1
// RC 2 // RL = 450
hoe 2

Dengan demikian

Vo = - hfe2 Ib2 RCE2 = 0,81 V


Vo 2
Po =
= 1,1mW
RL

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

Bab V, Analisa AC pada Transistot

AP =

Hal 188

Po
1,1mW
=
= 4,8 106
9
Pi 0, 23 10 W

Ap (dB) = 67 dB

Sastra Kusuma Wijaya

FISIKA FMIPA UI

Diktat Elektronika I

You might also like