Professional Documents
Culture Documents
TANATOLOGI
DISUSUN OLEH :
Ayu Rizkyah
030.09.039
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda tanda kematian dan
perubahan
yang
terjadi
setelah
seseorang
mati
serta
faktor
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tanda tanda kematian dan
perubahan yang terjadi setelah seseorang mati serta faktor yang
mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling
penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan
jenazah (visum et repertum).
2.2 Jenis-Jenis Kematian
Jenis kematian ada 3 yaitu :
a.
b.
paru-paru.
Organ organ belum tentu mati, masih bisa dimanfaatkan untuk
transplantasi.
- Definisi ini yang sering dianut oleh orang awam.
Mati seluler / molekuler
- Proses kematian sel/ jaringan setelah mati klinis.
- Waktu kematian tiap jaringan / organ berbeda. Otak merupakan
organ yang paling sensitif yaitu sekitar 3-5 menit. Jaringan otot
akan mengalami mati seluler setelah 4 jam dan kornea masih dapat
diambil dalam jangka waktu 6 jam setelah seseorang dinyatakan
-
c.
mati somatis.
Penentuan mati seluler ini terutama penting dalam hal transplantasi
organ.
Mati cerebral
- Yaitu proses kematian yang ditandai dengan tidak berfungsinya
otak dan susunan saraf pusat. Definisi ini adalah definisi yang
-
menjadi merah.
Diaphonos test.
Caranya dengan menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan
3.
4.
darah.
Tes lilin.
Bagian tubuh korban ditetesi lilin cair maka tidak akan terjadi
vasodilatasi (hiperemi) sebagai reaksi terhadap rangsang panas
Tidak tampak uap air ketika kaca diletakkan di depan hidung atau
2.
mulut korban.
Bulu-bulu halus.
Tidak terdapat reaksi bersin/ geli ketika bulu-bulu halus diletakkan
3.
4.
Stetoskop.
c. Tes Saraf
1. Memeriksa reflex : reflex kornea
2. EEG
lividity).
Lebam mayat.
cepat terjadi).
Faktor faktor penyebab kematian lainnya seperti :
Apoplaxia (perdarahan karena hipertensi) akan tampak kornea
kematian.
Kadar kalium yang tinggi karena cairan bola mata keluar (jumlah kalium
kematian.
Elastisitas (turgor) kulit menurun sampai menghilang.
Sehingga bisa menetapkan apakah luka pada tubuh korban didapat
intravital atau post mortem, yaitu :
Luka pada intravital akan berbekas dengan ukuran lebih kecil
daripada ukuran senjata, dermis berwarna merah, antara epidermis
mudah mengelupas.
Pada kasus tenggelam, kulit tangan keriput (washer woman hand).
Jika terjadi pada ujung jari saja maka kematian 4 jam yang lalu.
Jika terjadi pada telapak tangan dan seluruh jari maka kematian 24
saat tubuh ditinggalkan berada di dekat api atau saat tubuh berada dalam
bak mandi hangat, maka temperatur akan meningkat. Sebaliknya penyakit
degenerasi seperti cholera, gagal jantung kongestif, paparan terhadap suhu
dingin, perdarahan banyak, maka temperatur akan menurun.
- Perbedaan temperatur tubuh dan lingkungan.
Pada daerah dingin, penurunan suhu paling sedikit 1,5 derajat Fahrenheit
per jam dan pada daerah tropis, penurunan suhu paling sedikit 0,75 derajat
Fahrenheit per jam. Selain itu, didalam air, kehilangan suhu melalui
konduksi dan konveksi. Pada kasus udara, kehilangan suhu dapat melalui
konduksi (saat bagian dari badan bersentuhan dengan tanah atau suatu
material), konveksi (evaporasi dari cairan tubuh) dan sebagian radiasi.
Pada kasus yang dikubur, penurunan hanya melalui konduksi. Disamping
itu, penguburan pada tanah berbatu kering akan mempertahankan panas
tubuh lebih lama dibanding terkena udara dan tubuh yang dilempar ke
timbunan sampah atau comberan, suhunya akan lebih cepat turun sedikit
dibanding dibiarkan di udara terbuka. Flora normal atau belatung dapat
meningkatkan temperatur tubuh.
- Keadaan fisik tubuh serta adanya pakaian atau penutup mayat.
Tebalnya jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang
menutupi tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu.
Konduksi dan konveksi secara signifikan diturunkan oleh adanya pakaian.
Pakaian yang terbuat dari sutera, wol, atau serat sintetik berperan dalam
menurunkan suhu. Pakaian basah akan mempercepat pendinginan karena
terdapat uptake panas untuk evaporasi.
- Ukuran tubuh.
Anak anak dan orang dewasa dengan badan kecil akan mengalami
pendinginan yang lebih cepat daripada orang dewasa yang berukuran lebih
besar. Jumlah dari lemak subkutan dan lemak preperitoneal berperan
dalam menentukan cepat lambatnya proses pendinginan. Tubuh seorang
yang kurus akan lebih cepat mendingin karena luas permukaan tubuhnya
yang kecil dan kurangnya lemak.
- Aliran udara dan kelembapan.
Udara disekitar tubuh bertindak sebagai medium pemindah suhu. Dalam
beberapa kondisi, udara hangat biasanya menyelimuti permukaan tubuh
keunguan terhadap area tersebut. Darah tetap cair karena adanya aktivitas
fibrinolisin yang berasal endotel pembuluh darah.
Timbulnya livor mortis mulai terlihat dalam 30 menit setelah kematian
somatis atau segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak keunguan.
Bercak kecil ini akan semakin bertambah intens dan secara berangsur
angsur akan bergabung selama beberapa jam kedepan untuk membentuk area
yang lebih besar dengan perubahan warna merah keunguan. Kejadian ini akan
lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah melewati waktu tersebut, tidak
akan memberikan hilangnya lebam mayat pada penekanan. Sebaliknya,
pembentukan livor mortis ini akan menjadi lambat jika terdapat anemia,
kehilangan darah akut, dan lain lain.
Besarnya lebam mayat bergantung pada jumlah dan keenceran dari darah.
Darah akan mengalami koagulasi spontan pada semua kasus sudden death
dimana otopsi dilakukan antara 1 jam. Koagulasi spontan ini mungkin akan
hilang paling cepat 1,5 jam setelah mati. Tidak adanya fibrinogen pada darah
post mortem akan menyebabkan tidak terjadinya koagulasi spontan.
Fibrinolisin didapatkan dari darah post mortem hanya bertindak pada fibrin,
bukan pada fibrinogen. Fibrinolisin bertindak dengan mengikatkan dirinya
pada bekuan yang baru dibentuk dan kemudian akan lepas menjadi cairan
bersama bekuan yang hancur. Fibrinolisin dibentuk oleh sel endotel dalam
pembuluh darah.
Distribusi lebam mayat bergantung pada posisi mayat setelah kematian.
Dengan posisi berbaring terlentang, maka lebam akan jelas pada bagian
posterior bergantung pada areanya seperti daerah lumbal, posterior abdomen,
bagian belakang leher, permukaan ekstensor dari anggota tubuh atas, dan
permukaan fleksor dari anggota tubuh bawah. Area area ini disebut juga
areas of contact flattening. Dalam kasus gantung diri, lebam akan terjadi pada
daerah tungkai bawah, genitalia, bagian distal tangan dan lengan. Jika
penggantungan ini lama, akumulasi dari darah akan membentuk tekanan yang
cukup untuk menyebabkan ruptur kapiler subkutan dan membentuk
perdarahan petekiae pada kulit. Dalam kasus tenggelam, lebam biasa
ditemukan pada wajah, bagian atas dada, tangan, lengan bawah, kaki dan
10
tungkai bawah karena pada saat tubuh mengambang, bagian perut lebih
ringan karena akumulasi gas yang cukup banyak kuat dibanding melawan
kepala atau bahu yang lebih berat. Ekstremitas badan akan menggantung
secara pasif. Jika tubuh mengalami perubahan posisi karena adanya
perubahan aliran air, maka lebam tidak akan terbentuk.
Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku mayat.
Pertama tama karena ketidakmampuan darah untuk mengalir pada
pembuluh darah menyebabkan darah berada dalam posisi tubuh terendah
dalam beberapa jam setelah kematian. Kemudian saat darah sudah mulai
terkumpul pada bagian bagian tubuh, seiring terjadi kaku mayat. Sehingga
hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh darahnya karena
terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah. Selain
itu dikarenakan bertimbunnya sel sel darah dalam jumlah cukupbanyak
sehingga sulit berpindah lagi.
Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan. Warna ini bergantung pada
tingkat oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan warna
lainnya dapat mencakup:
- Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh
carbonmonoksida atau hydrocyanic acid.
- Coklat kebiruan atau coklat kehitaman terdapat pada keracunan kalium
chlorate, potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain lain.
- Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.
- Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan
berada didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak
pink muda kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin
pada jaringan.
- Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena
kadar oksi hemoglobin (HbO2) yang tinggi.
11
Lebam Mayat
Bagian tubuh terbawah
Tidak menimbul
Tegas
Kebiru biruan atau
Lokasi
Permukaan
Batas
Warna
Memar
Dimana saja
Bisa menimbul
Tidak tegas
Diawali dengan
lama
merah
kelamaan
seiring
Penyebab
bertambahnya waktu
Ekstravasasi darah dari
Efek penekanan
Bila
Bila dipotong
memucat
Akan terlihat darah yang Terlihat perdarahan pada
kapiler
akan Tidak ada efek penekanan
ditekan
tetesan
perlahan lahan
Mikroskopis
Enzimatik
yang
berasal
dari
pembuluh
darah
dan
tampak
bukti
tidak
terdapat dan
peradangan
Tidak ada perubahan
peradangan
Perubahan
level
dari
Kepentingan
Memperkirakan
cedera,
medicolegal
12
Karena lebam terjadi pada daerah yang mengandung pembuluh darah, maka
akan berpengaruh pada organ organ dalam yang mengandung pembuluh
darah juga.
Lebam mayat
Kongesti
Hanya pada organ organ Bisa seluruh atau beberapa
Lokasi
tertentu
Penyebab
penyakitnya
Tidak ada
Dapat bermakna
Darah mengalir pelan pelan Keluar
cairan,
Hollow viscus
akan
dengan
tampak direntangkan
perubahan perubahan
usus
saat
akan
tampak
warna
yang
tercampur
13
24 jam, dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan
urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot otot wajah, leher, lengan, dada,
perut, dan tungkai.
Kekakuan pertama ditemukan pada otot otot kecil, bukan karena itu terjadi
pertama kali disana, melainkan karena adanya sendi yang tidak luas, seperti
contohnya tulang rahang yang lebih mudah diimobilisasi.
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang
menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk memecah ADP menjadi
ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur.
Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Faktor faktor yang
mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktifitas fisik sebelum mati, suhu
tubuh yang tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot otot kecil dan suhu
lingkungan yang tinggi. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa
persendian. Kaku mayat mulai tampak kira kira 2 jam setelah mati klinis,
dimulai dari bagian luar tubuh (otot otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).
Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal.
Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan
selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku
mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat
terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Proses terjadinya kaku mayat dapat melalui beberapa fase :
- Fase pertama
Sesudah kematian somatik, otot masih dalam bentuk yang normal. Tubuh
yang mati akan mampu menggunakan ATP yang sudah tersedia dan ATP
tersebut diresintesa dari cadangan glikogen. Terbentuknya kaku mayat
yang cepat adalah saat dimana cadangan glikogen dihabiskan oleh latihan
yang kuat sebelum mati, seperti mati saat terjadi serangan epilepsi atau
spasme akibat tetanus, tersengat listrik, atau keracunan strychnine.
- Fase kedua
14
Saat ATP dalam otot berada dibawah ambang normal, kaku akan dibentuk
saat konsentrasi ATP turun menjadi 85%, dan kaku mayat akan lengkap
jika berada dibawah 15%.
- Fase ketiga
Kekakuan menjadi lengkap dan irreversible.
- Fase keempat
Disebut juga fase resolusi. Saat dimana kekakuan hilang dan otot menjadi
lemas. Salah satu pendapat terjadinya hal ini dikarenakan proses denaturasi
dari enzim pada otot.
Metode yang sering digunakan untuk mengetahui ada tidaknya rigor mortis
adalah dengan melakukan fleksi atau ekstensi pada persendian tersebut.
Beberapa subyek, biasanya bayi, orang sakit, atau orang tua, dapat
memberikan kekakuan yang kurang dapat dinilai, kebanyakan dikarenakan
lemahnya otot mereka.
Kaku menyebar ke seluruh otot dalam beberapa kondisi dapat mencapai nilai
maksimum antara 6 12 jam. Kondisi ini tidak berubah sampai massa otot
mulai menjalani autolisis, dimana akan melemas berangsur angsur kembali
seperti periode perubahan awal post mortem. Kekakuan mayat lengkap
dapat terjadi antara 18 36 jam.
15
dan prostat menyebabkan terjadinya ekstrusi semen dari uretra eksterna pada
post mortem.
Kekakuan pada muskulus erector pili yang menempel pada folikel rambut
dapat mengakibatkan gambaran dengan elevasi dari folikel rambut (goose
flesh appearence).
Proses Biokimiawi yang Terjadi Pada Rigor Mortis
Szent Gyorgi (1947) menemukan bahwa substansi kontraktil essensial pada
otot adalah protein actin dan miosin. Energi ini didapat dengan membagi
kompleks fosfat dari ADP menjadi ATP (Erdos, 1943). Gugus fosfat yang
bebas akan membentuk reaksi fosforilasi yang mengubah glikogen menjadi
asam laktat. ADP dibentuk kembali dengan meresintesa ATP dengan
tambahan kreatin fosfat.
Sebagai tambahan untuk persediaan energi, ATP bertanggung jawab terhadap
kekenyalan otot. Asam laktat disaring kembali masuk kedalam peredaran
darah dan kembali ke hati untuk dikonversikan kembali menjadi glikogen.
Semua reaksi ini anaerob dan dapat berlanjut setelah kematian.
Saat hidup, terdapat konsentrasi ATP yang konstan pada jaringan otot,
terdapat keseimbangan antara penggunaan dan resintesis ATP. Saat mati,
bagaimanapun reaksi perubahan ADP menjadi ATP berhenti dan kadar
trifosfat berangsur angsur berkurang dengan akumulasi asam laktat.
Sesudah beberapa waktu, bergantung pada temperatur dan jumlah ATP yang
tersisa, aktin dan miosin berikatan, mengakibatkan otot menjadi kaku sebagai
akibat timbulnya kekakuan pada otot (Bate Smith and Bendall, 1947)
Resintesis ATP bergantung pada ketersediaan glikogen, dimana akan
dikurangi dengan adanya aktifitas berat sebelum mati. Secara normal, hal ini
muncul pada periode awal setelah kematian dimana tingkat ATP
dipertahankan atau bahkan meningkat sebagai hasil dari pembebasan fosfat
oleh proses glikogenolisis.
Kekakuan dimulai saat konsentrasi ATP turun menjadi 85% dari normal, dan
kekakuan otot akan maksimal saat kadar turun menjadi 15%.
Saat sudah sempurna, kekakuan dipatahkan dengan gerakan memaksa dari
anggota badan atau leher, lalu jika tidak kembali, maka hal ini memudahkan
dilakukannya pekerjaan dalam kamar mayat atau memasukkan ke dalam peti
16
mati. Namun jika kekakuan tetap terbentuk, maka kekakuan tersebut akan
berlanjut pada posisi yang baru sesuai gerakan terakhir.
Kadang, kekakuan dapat membantu memperlihatkan bahwa tubuh telah
dipindahkan antara saat mati dan saat ditemukan.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan terjadinya rigor mortis
Sebagai suatu proses kimia, kecepatan dan durasi dari kekakuan dipengaruhi
oleh temperatur. Semakin tinggi suhu lingkungan, akan memperlambat proses
ini. Mayat yang terdapat pada daerah dingin / salju tidak akan mengalami
kekakuan bahkan sampai 1 minggu setelah kematian, namun saat mayat
tersebut dipindahkan ke tempat yang hangat, maka dengan cepat akan
mengalami
kekakuan.
Sebaliknya,
cuaca
panas
atau
tropis
dapat
negara dingin atau cuaca dingin sedangkan onsetnya cepat dan durasi cepat
pada cuaca panas. Hal ini dikarenakan perusakan ATP lebih cepat pada
cuaca panas.
- Kondisi fisiologis sebelum mati
Berdasarkan observasi, tubuh seseorang yang kurus atau mati karena
penyakit akan melalui proses yang cepat menuju kekakuan, dimana
biasanya dengan durasi yang cepat. Pada kasus orang yang meninggal
karena septicemia, kaku mayat terlihat lebih dini sejak 3 setengah menit
pertama dan hilang pada 15 menit sampai 1 jam, saat pembusukan dimulai.
Pada kematian karena asfiksia, perdarahan hebat, apoplexy, pneumonia,
dan penyakit saraf dengan paralisis otot, maka onset akan lebih lama.
- Kondisi otot sebelum mati
Onset akan berjalan lambat dan durasi berjalan lama pada kasus dimana
otot dalam kondisi sehat sebelum kondisi mati. Onset akan berjalan cepat
jika otot berada dalam kondisi kelelahan. Pada orang yang mati saat lari,
kaku akan terbentuk dengan cepat pada daerah kaki sebelum menuju ke
daerah lainnya.
- Pengaruh sistem saraf pusat
Pada saat stres, kaku mayat terjadi karena perubahan kimia yang terjadi
pada otot setelah kematian sebagai bentuk dari aktifitas selular dan
enzimatik.
- Umur
Kaku biasanya tidak terjadi pada janin yang tidak lebih dari 7 bulan, tapi
masih bisa ditemukan pada bayi yang cukup bulan. Kaku bisa timbul dan
menghilang dengan sangat dini.
Heat Stiffening
Protein pada otot akan terkoagulasi pada temperatur diatas 149 derajat
Fahrenheit atau 65 derajat celcius. Paparan panas yang kuat seperti
terbakar, terekspos listrik tegangan tinggi, terendam air panas, kekakuan
terbentuk lebih kuat dibanding rigor mortis biasa. Pada otopsi, otot dapat
tampak menciut dan tampak karbonisasi ke permukaan. Dibawahnya
terdapat daerah pink kecoklatan (cooked meat), dan jika proses tidak
berlanjut sampai bagian bawahnya, tampak otot merah normal. Pugilistic
attitude pada tubuh yang terbakar, disebabkan karena besarnya daerah
otot fleksor dibanding otot ekstensor, yang mana terjadi pemaksaan
daerah anggota badan ke dalam posisi fleksi dan tulang belakang ke
dalam posisi opisthotonus.Heat stiffening ini tidak dapat dipatahkan
dengan menggerakan ke arah sikap ekstensi seperti halnya pada rigor
mortis, dan akan menetap sampai timbulnya pembusukan.
Cold Stiffening
Penurunan temperatur pada mayat dibawah 3,5 derajat celcius atau 40
derajat Fahrenheit akan menghasilkan memadatnya lemak subkutan dan
otot. Saat tubuh dibawa untuk dihangatkan, akan timbul true rigor mortis.
Pada lingkungan bersuhu dingin ekstrim, cairan tubuh juga akan
membeku termasuk persendian, sehingga bila sendi ditekuk akan
terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi. Pada temperatur yang
ekstrim, otot akan mengalami kekakuan yang palsu. Pada udara yang
sangat dingin, saat panas tubuh hilang, otot dapat mengeras karena cairan
tubuh menjadi beku dan memadat, seperti pada daging yang disimpan
pada freezer.
Membedakan orang mati karena kedinginan dengan orang yang telah
mati sebelum kedinginan :
mayat akan lemas dan kemudian terjadi rigor mortis (kaku mayat).
Bila orang yang mati duluan, kemudian dibuang ditempat yang
dingin -> tubuh mayat yang dibuang akan tetap kaku karena udara
19
Onset
Rigor Mortis
Dikarenakan perubahan
Cadaveric Spasm
Keadaan lanjut dari
primary flaccidity
Semua otot dalam tubuh
Intensity
Durasi
Moderate
12 24 jam
mati
Sangat kuat
Beberapa jam, sampai
digantikan posisinya oleh
rigor mortis
20
Faktor predisposisi
Rangsangan, ketakutan,
Mekanisme pembentukan
kelelahan
Tidak diketahui
Hubungan medikolegal
level kritis
Mengetahui waktu
Mengetahui cara
kematian
atau pembunuhan
Tabel 3. Perbedaan antara rigor mortis dengan cadaveric spasm
2.11 Pembusukan (Decomposition, Putrefaction)
Merupakan tahap akhir pemutusan jaringan tubuh mengakibatkan hancurnya
komponen tubuh organik kompleks menjadi sederhana. Pembusukan
merupakan perubahan lebih lanjut dari mati seluler. Kedua proses ini
mengakibatkan dekomposisi seperti di bawah ini :
a.
Autolisis.
Merupakan proses melunaknya jaringan bahkan pada keadaan steril yang
diakibatkan oleh kerja enzim digestif yang dikeluarkan sel setelah
kematian dan dapat dihindari dengan membekukan jaringan. Perubahan
autolisis awal dapat diketahui pada organ parenkim dan kelenjar.
Pelunakan dan ruptur perut dan ujung akhir esofagus dapat terjadi karena
adanya asam lambung pada bayi baru lahir setelah kematian. Pada
21
dimana
daerah
tersebut
merupakan
daerah
colon
yang
22
lunak.
Skeletonisasi.
23
waktu yang singkat dan dalam waktu 24 jam akan terjadi skeletonisasi.
Pembusukan Organ Dalam.
Perubahan warna muncul pada jaringan dan organ dalam tubuh walaupun
prosesnya lebih lama dari yang dipermukaan. Jika organ lebih lunak dan
banyak vascular maka akan membusuk lebih cepat. Warna merah
kecoklatan pada bagian dalam aorta dan pembuluh darah lain muncul
pada perubahan awal. Adanya hemolisis dan difusi darah akan mewarnai
sekeliling jaringan atau organ dan merubah warna organ tersebut menjadi
hitam. Organ menjadi lunak ,berminyak, empuk dan kemudian menjadi
masa semiliquid.
Awal
Akhir
Laring dan trakhea
Paru paru
Lambung dan usus
Jantung
Limpa
Ginjal
Omentum dan mesenterium
Oesofagus dan diafragma
Hati
Kandung kencing
Otak
Pembuluh darah
Uterus gravid
Prostat dan uterus
Tabel 4. Susunan perubahan pembusukan pada organ dalam
24
oleh
logam
akan
memperlambat
pembusukan
karena
Tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang
sangat lama sekali sampai ratusan tahun.
28
lama.
Tempat untuk pembuangan tubuh dapat diketahui.
Tanda tanda positif dari kematian dapat diketahui dari kematian sampai
beberapa minggu atau mungkin beberapa bulan.
Lemak tubuh pada waktu meninggal mengandung hanya sekitar 0,5% dari
asam lemak bebas namun sekitar empat minggu setelah kematian dapat
meningkat sampai 20% dan setelah 12 minggu dapat meningkat menjadi 70%
bahkan lebih. Pada saat ini adiposera dapat terlihat dengan jelas berwarna
putih keabuan menggantikan jaringan lunak. Pada awal saponifikasi, dimana
belum terlalu jelas terlihat pemeriksaan dapat dengan menggunakan analisa
asam palmitat.
Adiposera dapat diketemukan bercampur dengan dekomposisi yang lain
tergantung dari letak tubuh dan lingkungan yang bervarias, maka salah satu
tubuh dapat menjadi saponifikasi di bagian tubuh yang lain dapat menjadi
mumifikasi atau pembusukan.
2.13 Mumifikasi
Perubahan perubahan yang terjadi pada tubuh akibat dekomposisi dapat
dihambat dan digantikan dengan mumifkasi. Mumifikasi secara harafiah
menggambarkan proses pembentukan mumi, sebuah kata yang diambil dari
bahasa Persia mum yang berarti lilin. Kata ini diambil dari catatan sejarah
Yunan kuni yang menggambarkan bangsa Persia, dalam penghormatan
terhadap bangsawannya, mengawetkan mereka dengan lilin. Mayat yang
mengalami mumifikasi akan tampak kering, berwarna coklat, kadang disertai
bercak warna putih, hijau atau hitam, dengan kulit yang tampak tertarik
terutama pada tonjolan tulang, seperti pada pipi, dagu, tepi iga, dan panggul.
Organ dalam umumnya mengalami dekomposisi menjadi jaringan padat
berwarna coklat kehitaman. Sekali mayat mengalami proses mumifikasi,
maka kondisinya tidak akan berubah, kecuali bila diserang oleh serangga.
29
Mumifikasi pada orang dewasa umumnya tidak terjadi pada seluruh bagian
tubuh. Pada umumnya mumifikasi terjadi pada sebagian tubuh, dan pada
bagian tubuh lain proses pembusukan terus berjalan. Menurut Knight,
mumifikasi dan adiposera kadang terjadi bersamaan karena hidrolisa lemak
membantu proses pengeringan mayat.
Mumi secara alami jarang terbentuk karena dibutuhkannya suatu kondisi yang
spesifik, namun proses ini menghasilkan mumi mumi tertua yang dikenal
manusia. Mumi alami yang tertua, diperkirakan berasal dari tahun 7400SM.
Mumifikasi umumnya terjadi pada daerah dengan kelembapan yang rendah,
sirkulasi udara yang baik dan suhu yang hangat, namun dapat pula terjadi di
daerah dingin dengan kelembapan rendah. Ditempat yang bersuhu panas,
mumifikasi lebih mudah terjadi, bahkan hanya dengan mengubur dangkal
mayat dalam tanah berpasir. Faktor dalam tubuh mayat yang mendukung
terjadinya mumifikasi antara lain adalah dehidrasi premortal, habitus yang
kurus dan umur yang muda, dalam hal ini neonatus.
Kasus mumifikasi dengan preservasi anatomi dan topografi yang cukup baik
di Indonesia ditemukan pada Januari 1988 di desa Cibitung kabupaten Bekasi,
Jawa Barat. Kasus ini adalah temuan kedua di Indonesia, mayat ditemukan
dalam sebuat kamar tertutup dengan suhu kamar 32 34 derajat Celcius
dengan kelembapan 62 67%. Mayat nenek ini ditemukan setelah sang nenek
menurut keluarga menghilang tujuh bulan sebelumnya. Saat ditemukan, mata,
hidung, dan mulut sudah tidak ada. Sebagian pipi dan bibir tersisa kulit kering
berwarna kelabu. Leher kiri dan kanan terdapat kulit dan jaringan otot yang
mengering. Bagian depan masih utuh seluruhnya, berupa kulit dan otot yang
mengering, kaku dan keras. Pada bagian belakang hanya tulang iga saja yang
masih utuh. Rongga dada perut telah kosong seluruhnya. Lengan kanan
berupa kulit berwarna kelabu, telapak dan punggung tangan masih utuh dan
mengering. Lengan kiri mengering warna kuning kelabu dengan tangan kiri
tinggal tulang tulang saja. Tungkai kanan dan kiri tampak sebagai kulit dan
otot yang telah kering berwarna kuning coklat dengan bercak kelabu. Secara
mikroskopis kulit masih menunjukkan gambarang yang dapat dikenali
30
31
beberapa kekhususan pada tubuh seperti tato dapat bertahan sampai bertahun
tahun. Terperliharanya sebagian dari anatomi dan topografi jenasah pada
proses mumifikasi memungkinkan pemeriksaan radiologi yang lebih teliti.
Dengan pemeriksaan radiologi, jejas- jejas yang mungkin terlewatkan dalam
pemeriksaan mayat dan bedah mayat dapat ditunjukkan dengan jelas dan
dieksplorasi kembali lewat pemeriksaan bedah jenasah. Pemeriksaan CT scan
pada mumi juga dapat mengungkapkan jejas pada lokasi yang sulit dijangkau,
bahkan dengan pemeriksaan bedah mayat.
Proses mumifikasi juga memungkinkan dilakukannya pemeriksaan DNA,
baha pada jenasah yang berusia ratusan atau ribuan tahun. Laposan kulit luar
yang miskin akan inti sel mungkin tidak cukup baik diambil sebagai sampel,
namun tulang, akar rambut, organ dalam dan sisa cairan tubuh yang
mengering pada mumi dapat digunakan untuk pemeriksaan DNA. Yang harus
diingat dalam pemanfaatan mumi untuk kepentingan forensik bahwa pada
mumifikasi terjadi pengerutan kulit yang dapat menimbulkan artefak pada
kulit yang menyerupai luka / jejas terutama pada daerah pubis, daerah
disekiter leber, dan axilla.
DAFTAR PUSTAKA
32
Abdul Munim Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama.
Binarupa Aksara. Hal. 54-77
Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knights Forensic
Pathology. 3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90
Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpsons Forensic Medicine. 12 th
edition. Arnold. Page 37-48
Vij,K . 2008. Death and Its Medicolegal Aspects (Forensic Thanatology) in
Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4 th editon.
Elsivier. Page 101-133
Vass AA. Decomposition. Microbiology Today 2001 Nov (28):190-2. Available
from : http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf.
33