You are on page 1of 67

Presentasi Kasus

GE DENGAN DEHIDRASI
BERAT
Nama : Dian Sri Utami
NIM : 406148088
Pembimbing : dr. Ava L. Kawilarang,
Sp.A

IDENTITAS PASIEN

Nama
: An. A S R
Umur
: 1 tahun 9 bulan
Alamat
: Kp. Ciherang - Depok
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama
: Islam
Tanggal Masuk RS : 16 Juli 2015

ANAMNESIS
Alloanamnesa didapat dari ibu pasien
pada hari kamis, 16 Juli 2015
Keluhan Utama : Mencret > 10x
sejak 2 hari SMRS
Keluhan Tambahan : Demam sejak
2 hari SMRS. Kejang dan muntah
sejak 1 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 2
hari SMRS (rabu malam). Per hari nya pasien
BAB cair > 10x disertai ampas, lendir (+),
darah (-), warna hijau.
Keluhan tersebut disertai dengan demam sejak
2 hari SMRS. Panas dirasakan sepanjang hari.
Pasien tidak menggigil. Saat demam orang tua
pasien memberikan obat penurun panas
sebanyak 1x (Sanmol sirup), demam turun
kemudian naik kembali setelah beberapa jam
kemudian.

Pada hari kamis (1 hari SMRS) pasien muntah 1x isi


makanan. Tidak ada batuk pilek. Orang tua pasien
mengatakan, kamis malam tubuh pasien sempat
kaku disertai mata melotot dengan durasi 5 menit
sebanyak 1 kali.
Pada saat di IGD pasien mengalami kejang berulang
5 menit dengan mata terbelalak dan tubuh
melengkung kaku sebanyak dua kali. Setelah kejang
pasien tertidur.
Orang tua pasien mengatakan napsu makan anaknya
menurun selama mencret dan sedikit minum susu.
BAK berkurang, dua kali dengan volume urin sedikit.
Sebelum mencret pasien mempunyai kebiasaan jajan
sembarangan di warung-warung dekat rumah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat

trauma kepala
kejang
Disangk
alergi obat
al
alergi makanan

Riwayat Penyakit Keluarga


Flek Paru
Ibu pasien saat mengandung usia 24
minggu. Pengobatan tuntas 6 bulan.
Saat lahir pasien diberi terapi (puyer
warna putih) selama 2 bulan.

Riwayat Kehamilan dan


Kelahiran
Kehamilan :
Perawatan Antenatal : teratur di RS dan bidan
Penyakit Kehamilan : Saal hamil usia 24 minggu, ibu pasien
terkena penyakit TB dan di terapi selama 6 bulan. Saat lahir
pasien di beri terapi INH selama 2 bulan. Hasil tes Mantoux (-)

Kelahiran :
Tempat Kelahiran : RS
Penolong Kelahiran : dokter kandungan
Cara Persalinan : Sectio Caesaria
Masa Gestasi : 38 minggu
BB Lahir : 2500 gram
PB Lahir : 47 cm
Kelainan Bawaan : tidak ada

Riwayat Pertumbuhan dan


Perkembangan

Mengangkat kepala : 3 bulan


Tengkurap
: 5 bulan
Duduk
: 7 bulan
Merangkak
: 8 bulan
Berdiri
: 13 bulan
Berjalan
: 14 bulan
Berbicara : belum bisa banyak kata.
Hanya bisa iya/tidak/mama/papa

Riwayat Imunisasi Dasar

Hepatitis B : 3 kali
BCG : 1 kali
DPT : 4 kali
Polio
: 4 kali
Campak
: 1 kali

Riwayat Makanan
Pasien mendapat ASI sampai usia 1
tahun.
Bubur susu sejak 5 bulan.
ASI berhenti susu formula
Lactogen-3.
Napsu makan baik sebelum sakit

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada hari
kamis, 16 juli 2015. dengan hasil
sebagai berikut :
Keadaan umum : OS tampak sakit
berat
Kesadaran : Apatis
Tanda vital
Frekuensi nadi : 190x/menit
Frekuensi napas : 38x/menit
Suhu
: 40 oC

STATUS GIZI
(menurut Wellcome Trust/WHO)

Berat badan
: 11 kg
Tinggi badan : 78 cm
Edema
: (-)
Status Gizi
:
11 x 100% = 102% (Normal >
80%)
10.7

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala :
Normocephal, tidak dijumpai adanya benjolan,
rambut hitam terdistribusi merata, dan tidak mudah
patah dan tidak mudah dicabut, ubun-ubun cekung.
Mata :
Bentuk bola mata normal, kedudukan bola mata
simetris, mata cekung, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3 mm, reflex
cahaya (+/+).
Hidung :
Bentuk normal, hiperemis (-/-), sekret (-/-).

Mulut :
Bentuk normal, bibir kering dan tidak sianosis, tonsil
T1-T1 hiperemis (-/-) dan faring hiperemis (-/-).
Telinga :
Bentuk normal, sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-),
nyeri tarik aurikuler (-/-)
Leher :
KGB servikal tidak teraba membesar. Tidak ada
benjolan.
KGB :
KGB preaurikular, retroaurikular, submandibular,
servikal anterior, supraklavikula tidak teraba
membesar.

Thorax :
Paru
Inspeksi :Bentuk dan gerak simetris saat statis dan
dinamis, tidak ada retraksi otot otot pernapasan
Perkusi :Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi :Suara
(-/-), wheezing (-/-)

napas

bronkovesikuler,

ronkhi

Jantung
Inspeksi

: tidak tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V MCL


Sinistra
Auskultasi: BJ I dan II (+), murmur (-), gallop
(-)

Abdomen
Inspeksi

: datar, simetris

Auskultasi

: Bising Usus (+)

Palpasi

: Supel, turgor kulit sangat lambat,

hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri


tekan (-).
Perkusi
perut

: Timpani pada seluruh kuadran

Genitalia Eksterna :
Normal. Tidak ada kelainan.
Ekstremitas :
Akral dingin -/-, akral sianosis -/- , spastis -/-,
refleks

patologis -/-, CRT < 2 detik

Kulit :
Turgor kulit sangat lambat, teraba kering, sianosis
(-), ikterus (-), pucat (-), petekie (-), hematom(-),
purpura (-), makula (-)

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran : Apatis
Kaku Kuduk
: (-)
Refleks patologis : babinski -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan H2TL
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Hb

13 g/dL

11,7 15,5 g/dL

Ht

35 %

35- 47 %

Trombosit

402.000 / uL

150.000 450.000 / uL

Leukosit

7.110

3.600 11.000 / uL

Pemeriksaan Faeces
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Warna

Hijau

Konsistensi

Cair

Lendir

Positif

Negatif

Darah

Negatif

Negatif

Darah samar

Positif

Negatif

Telur Cacing

Negatif

Negatif

Amoeba

Negatif

Leukosit

Penuh

<4

Eritrosit

2-3 /LPB

<2

Lemak

Negatif

Serat Tumbuhan

Positif

Amylum

Positif

Jamur

Negatif

Pemeriksaan Elektrolit
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Natrium

132 mmol/L

134-146 mmol/L

Kalium

3.30 mmol/L

3.40-4.50 mmol/L

Chlorida

101 mmol/L

96-108 mmol/L

Pemeriksaan Gas Darah


Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

pH

7.4

7.37 7.45

pCO2

23.9 mmHg

33 34 mmHg

pO2

106 mmHg

71 104 mmHg

HCO3

16.9 mmol/L

22 29 mmol/L

ABE

-6.8

-2.4 ~ +2.4

SBE

-4.6

-1.5 ~ +3.0

Saturasi

98.3 %

Pemeriksaan Rontgen Thorax


Kesan : Normal

RESUME
Pada hari Kamis, 16 Juli 2015 telah
diperiksa seorang anak laki-laki usia 1
tahun 9 bulan dengan keluhan utama
mencret dengan keluhan tambahan
demam, kejang, dan muntah.
Penderita mengalami BAB cair > 10 kali
sejak 2 hari SMRS. Keluhan mencret juga
disertai kejang berulang dan muntah 1
kali sejak 1 hari SMRS.. BAK 2 kali dengan
volume sedikit, napsu makan berkurang.

Keadaan umum : Tampak sakit berat


Kesadaran : Apatis
Frekuensi Nadi : 190 x / menit
Suhu : 40o C
Frekuensi Nafas : 38 x / menit
Berat badan :11 kg
Tinggi badan : 78 cm
Mata cekung, tidak ada retraksi, akral
hangat, tidak ada petekie, ubun-ubun
cekung, bibir kering, turgor kulit sangat
lambat, CRT < 2 detik. Kaku kuduk negatif.
Refleks patologis negatif

Pemeriksaan laboratorium didapatkan;


Hb: normal (13 g/dL) ; Leukosit: normal
(7.110 /uL) ; Ht:normal (35 %) ;
Trombosit : normal (402.000 / uL);
Natrium turun (132 mmol/L) ; Kalium
turun (3.30 mmol/L) ; Chlorida normal
(103 mmol/L). GDS : 144
Pemeriksaan faeces : warna hijau,
konsistensi cair, lendir (+), darah samar
(+), leukosit penuh, amylum (+)
Pemeriksaan radiologis normal.

Diagnosis Kerja
Gastroenteritis dengan dehidrasi berat ec susp
bakteri (shigella)
Kejang demam kompleks

Diagnosis Banding
Gastroenteritis dengan dehidrasi berat ec virus
(salmonella)
Kejang demam susp. Gangguan elektrolit

Anjuran pemeriksaan penunjang


Kultur faeces
Uji resistensi antibiotik
EEG

TATALAKSANA AWAL
O2 2L/menit
IVFD RL 350 cc jam
IVFD RL 770 cc 3 jam
Kaen 3B 1500 cc 20 jam
Stesolid supp 10 mg
Phenitoin 200 mg dalam 100cc NaCl jam
Propiretic supp 80 mg dianjutkan PCT 3-4 x
1cth
Cefotaxim 2x500 mg drip NaCl 100 ml 1
jam

FOLLOW UP
17 Juli
2015

18 Juli
2015

19 Juli
2015

20 Juli
2015

21 Juli
2015

S: Demam (+). kejang


(-). BAK (+). BAB 10x
konsistensi cair, warna
hijau, lendir (+), darah
(-).
O: KU lemah.
Kesadaran somnolent
apatis. Mata cekung
(-). Ubun-ubun cekung
(-). Turgor normal. CRT
< 2 detik.
Suhu : 38.1 oC
Tensi : 110/60
Nadi : 129 x/mnt
RR
: 22 x/menit
Diuresis :
5.6cc/KgBB/jam
A: GE dengan
dehidrasi berat
perbaikan + kejang
demam
P: O2 1 2 L
IVFD Kaen 3B
1500cc /20.5 jam 20
tpm
Cefotaxime 2x500 mg
drip Nacl 100 mL
Phenitoin 2x30 mg IV
PCT drip 120 mg /6
jam

S: Demam (-). kejang


(-). BAB 8x konsistensi
cair, warna hijau,
lendir (+), darah (-).
Kembung (-). Muntah
(-). BAK (+). Minum
(via NGT 6x30 cc).
O: KU lemah.
Kesadaran compos
mentis. OS menangis.
Akral hangat. Nadi
teraba. Bibir lembab.
Mata cekung (-). Ubunubun cekung (-). Turgor
normal. CRT < 2 detik.
LED : 33
Suhu : 37.1 oC
Tensi : 110/60
Nadi : 100x/menit
RR
: 22 x/menit
Diuresis : 5
cc/KgBB/jam
A: GE dengan
dehidrasi berat
perbaikan + kejang
demam
P: IVFD Kaen 3B
1000cc /24 jam
Cefotaxime 2x500 mg
(drip Nacl 100 mL)

S: Demam (-). kejang


(-). BAK (+). BAB 7x
konsistensi cair, warna
hijau, lendir (+), darah
(-). Kembung (-).
Muntah (-).
O: KU lemah.
Kesadaran compos
mentis. OS menangis.
Akral hangat. Nadi
teraba. Ubun-ubun
cekung (-). Mata
cekung (-). Turgor
normal. CRT < 2 detik.
Bibir lembab.
Suhu : 36.6 oC
Tensi : 110/60
Nadi : 110x/menit
RR
: 20 x/menit
Diuresis : 4.6
cc/KgBB/jam
A: GE dengan
dehidrasi berat
perbaikan + kejang
demam
P: Cefotaxime 2x500
mg drip Nacl 100 mL
Depaken 2x1.8 mL
PCT 120 mg p.r.n
Omeprazole 1x15 mg

S: Demam (-). kejang


(-). BAK (+). BAB 2x
konsistensi cair, warna
hijau, lendir (+), darah
(-). Kembung (-).
Muntah (-). Sudah mau
makan per oral, 5
sendok makan.
O: KU baik. Kesadaran
compos mentis. OS
menangis. Akral
hangat. Nadi teraba
kuat. Ubun-ubun
cekung (-). Mata
cekung (-). Turgor
normal. CRT < 2 detik.
Bibir lembab.
Suhu : 36.5 oC
Tensi : 110/60
Nadi : 108x/menit
RR
: 22 x/menit
Diuresis : 6
cc/KgBB/jam
A: GE dengan
dehidrasi berat
perbaikan + kejang
demam
P: Cefotaxime 2x500
mg drip Nacl 100 mL
Depaken 2x1.8 mL

S:Demam (-). kejang


(-). BAK (+). BAB 2x
konsistensi cair, warna
hijau, lendir (+), darah
(-). Kembung (-).
Muntah (-). Intake
membaik
O: KU baik. Kesadaran
compos mentis. OS
menangis. Akral
hangat. Nadi teraba
kuat. Ubun-ubun
cekung (-). Mata
cekung (-). Turgor
normal. CRT < 2 detik.
Bibir lembab. Ikterik
(-). Sianosis (-). Refleks
patologis (-)
Suhu : 36.7 oC
Tensi : 110/60
Nadi : 108x/menit
RR
: 22 x/menit
A: GE dengan
dehidrasi berat
perbaikan + kejang
demam
P: Cefixime 2x500 mg
Depaken 2x1.8 mL
Zinc care 1x1 tab

PROGNOSIS
Ad Vitam
: Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang
air besarnya lebih dari 3 4 kali per hari, keadaan
ini tidak dapat disebut diare tetapi masih bersifat
fisiologis. Selama berat badan bayi meningkat
normal, hal tersebut tidak tergolong diare. Tetapi
tergolong intoleransi laktosa sementara akibat
belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna.1,5

Epidemiologi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), insidensi
diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per
1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5
episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita.
Cause Specific Death Rate (CSDR) diare golongan umur
balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Kejadian diare
pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral
melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di
negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi
dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber
air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.

Etiologi (infeksi)
GOLONGAN

GOLONGAN VIRUS

GOLONGAN

Astrovirus
Calcivirus
Enteric adenovirus

PARASIT
Balantidium coli
Blastocytis homonis
Cryptosporidium

Clostridium

Coronavirus

parvum
Entamoeba histolitica

perfringens
Clostridium defficile
E.coli
Plesiomas shigeloides

Rotavirus
Norwalk virus
HSV

Giardia lambia
Isospora belli
Strongyloides

CMV

stercoralis
Trichuris trichuria

BAKTERI
Aeromonas
Bacillus cereus
Campylobacter jejuni

Salmonella
Shigella
Staph. Aureus
Vibrio cholera
Vibrio
parahaemoliticus

Etiologi (non-infeksi)

Kesulitan makan
Defek anatomis
Malabsorpsi
Neoplasma
Endokrinopati
Keracunan makanan

Patofisiologis
Diare osmotik
Diare sekretorik
Osmotik

Sekretorik

Volume tinja

<200 ml/hari

>200 ml/hari

Puasa

Diare berhenti

Diare berlanjut

Na+ tinja

<70 mEq/L

>70 mEq/L

Reduksi

(+)

(-)

pH tinja

<5

>6

Manifestasi Klinis

Gejala klinik

Rotavirus

Shigela

Salmonela

ETEC

EIEC

Kolera

Masa Tunas

17-72 jam

24-48 jam

24-48 jam

6-72jam

6-72 jam

48-72 jam

Panas

++

++

Mual Muntah

Sering

Jarang

Sering

Nyeri perut

Tenesmus

Tenesmus

Nyeri kepala

Lamanya sakit

Variasi

Volume

Sedang

Frekuensi

7 hari

Sering
-

Sering

Tenesmus

Tenesmus

Kram

3-7 hari

2-3 hari

Variasi

3 hari

Sedikit

Sedikit

Banyak

Sedikit

Banyak

5-10x/hr

>10x/hr

Sering

Sering

Sering

Terus

Konsistensi

Cair

Kadang

Lembek

Cair

Darah

Sering

Kadang

Bau

Langu

Busuk

Tidak

Tidak khas

Warna

Kuning hijau

Merah hijau

Kehijauan

Tidak

Merah hijau

Cucian beras

Inf. sistemik

Leukosit

berwarna
-

Lain-lain

Anorexia

Kejang

Sepsis

Meteorismus

Klasifikasi Diare
Diare akut > 14 hari. Tinja lunak atau cair yang sering
dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas.
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan sedang
Dehidrasi berat

Diare persisten dengan atau tanpa darah dan berlanjut


sampai 14 hari atau lebih (kelanjutan diare akut)
Persisten tidak berat
Persisten berat

Diare Kronik intermitten (hilang-timbul) / berlangsung


lama dengan penyebab non-infeksi.
Disentri Diare yang disertai darah dalam tinja. Akibatnya
: anoreksia, penurunan berat badan denga cepat, dan
kerusakan usus karena bakeri invasif.

Diagnosis
Anamnesis
lama diare, frekuensi, volume, konsistensi
tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah,
muntah (volume dan frekuensinya)
Kencing dalam 6-8jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare
Panas atau penyakit lain yang menyertai
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama
anak diare
riwayat imunisasi

Pemeriksaan fisik
Vital sign
Berat badan
Cari tanda-tanda dehidrasi
Pernapasan yang cepat dan dalam
indikasi adanya asidosis metabolic.
Bising usus lemah / (-) hipokalemia.
Pemeriksaan ekstremitas CRT
Penilaian derajat dehidrasi :
objektif bandingkan berat badan sebelum
dan sesudah diare.
Subjektif criteria WHO dan MMWR.

Kriteria MMWR 2003

Kriteria WHO

Menurut tonisistas
Dehidrasi isotonic kadar Na+
dalam plasma antara 131-150 mEq/L
Dehidrasi
hipotonik

kadar
Na+<131 mEq/L
Dehidrasi
hipertonik

kadar
Na+>150 mEq/L

Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
Serum elektrolit
Analisa gas darah
Glukosa darah
kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika
tinja (faeces lengkap)

5 Pilar Tatalaksana
1.
2.
3.
4.

Rehidrasi
Suplemen Zinc
Mencegah kekurangan nutrisi
Penggunaan Antibiotik selektif
sesuai indikasi dan etiologi.
5. Edukasi kepada orang tua tentang
higien

Tatalaksana Diet
ASI diteruskan selama anak mau
Bayi tidak ASI beri sufor tiap 3 jam
Bila diare memberat ganti susu
rendah / tanpa laktosa

Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare
Mengembalikan nafsu makan anak
Meningkatkan absorbsi air dan elektrolit
oleh usus halus
Meningkatkan kecepatan regenerasi
epitel usus
Meningkatkan jumlah brush border apical
meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen di
usus.

Dosis Zinc
anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2
tablet) per hari
anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet)
per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturutturut.
Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air
matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih
besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit

Antibiotik
Penyebab
Kolera

Shigella Disentri

Antibiotik pilihan

Alternatif

Tetracycline 12,5 mg/kgBB

Erythromycin 12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 3 hari

Ciprofloxacin 15 mg/kgBB

Pivmecillinam 20 mg/kg BB

2x sehari selama 3 hari

4x sehari selama 3 hari


Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis

Metronidazole 10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10 hari
pada kasus berat)

Giadiasis

Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

Komplikasi

Gangguan elektrolit
Demam
Edema / overhidrasi
Asidosis metabolik
Ileus paralitik
Kejang
Muntah

Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman patogen
penyebab diare
Pemberian ASI yang benar
Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan
makanan pendamping ASI
Menggunakan air bersih yang cukup
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun sehabis buang air besar dan
sebelum makan
Penggunaan jamban yang bersih dan higienis
oleh seluruh anggota keluarga
Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu


Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping
ASI dan member makan dalam jumlah yang
cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian
diare berhunbungan dengan campak, dan diare
yang terjadi umunya lebih berat dan lebih lama
(susah diobati, cenderung menjadi kronis)
karena adanya kelainan pada epitel usus
Vaksin rotavirus. untuk meniru respon tubuh
seperti infeksi alamiah.

Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare
sesuai dengan 5 pilar diare, sebagian
besar (90%) kasus diare pada anak
akan sembuh dalam waktu kurang
dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang
dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
menjadi diare persisten.

KEJANG DEMAM

Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38,5o C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium. Kejang demam ini
terjadi pada 2% - 4 % anak berumur 6 bulan
5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali tidaktermasuk dalam kejang demam.
Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam. 8

Faktor Resiko
Demam
Riwayat kejang demam keluarga yang
kuat pada saudara kandung dan orang
Faktor perkembangan terlambat
Problem pada masa neonatus
Kadar natrium rendah
cepatnya anak mendapat kejang setelah
demam timbul temperatur yang
rendah saat kejang
Riwayat keluarga epilepsi.

Patofisiologis
Demam kenaikan suhu 1oC kenaikan
metabolisme basal 10% - 15 % dan kebutuhan
oksigen akan meningkat 20 % terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat difusi dari
ion kalium dan ion natrium lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh
sel maupun membran sel tetangganya
dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadilah kejang.

Klasifikasi
Kejang demam sederhana (simple febrile
seizure)
1.
2.
3.
4.

Berlangsung singkat. Kurang dari 15 menit


Kejang umum. Tonik dan atau klonik
Tidak berulang dalam waktu 24 jam
Suhu tinggi

Kejang demam kompleks (complex febrile


seizure)
1. Kejang lama lebih dari 15 menit.
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial.
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Manifestasi Klinis
Modifikasi kriteria Livingston:
1.
2.
3.
4.

Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 5 tahun.


Tidak lebih dari 15 menit.
Kejang bersifat umum.
Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya
demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah
suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari
ketujuh kriteria modifikasi Livingston di atas digolongkan pada
epilepsi yang diprovokasi oleh demam

Tatalaksana Kejang

Penanganan Kejang di
Rumah

Tetap tenang dan tidak panik.


Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar
leher.
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan
kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di
mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk
kejang.
Tetap bersama pasien selama kejang.
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila
kejang telah berhenti.
Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih.

TERIMAKASIH

Daftar Pustaka
1. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar GastroenterologiHepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK GastroenterologiHepatologi IDAI. 2010.
2. Nelson WE, ed. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih Bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: EGC, 2000.
3. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta:
WHO Indonesia.2009
4. WHO. Diarrhoeal Disease (Updated February 2009). In
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html.
5. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Jakarta: Sagung Seto. 2007.
6. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Buku Ajar Diare. Jakarta: 1999.
7. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007.
8. Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia, Jakarta. 2006.
9. Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF
Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006

You might also like