You are on page 1of 54

SMF ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK

RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.
Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the college of Medicine:
University of the Philippines. 1998.

Tonsil terdiri dari jaringan

limfoid yang dilapisi oleh


epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan
jaringan limfoid yang
membentuk lingkaran di
faring yang terdiri dari
tonsil palatina, tonsil
faringeal (adenoid), tonsil
lingual, dan tonsil tuba
Eustachius

Sumber : Robertson, J.S. 2004


Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakitpenyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004

Tonsil palatina adalah

suatu massa jaringan


limfoid yang terletak di
dalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring, dan
dibatasi oleh pilar anterior
(otot palatoglosus) dan
pilar posterior (otot
palatofaringeus).

Tonsil tidak selalu mengisi

Robertson, J.S. 2004

seluruh fosa tonsilaris,


daerah yang kosong
diatasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilar

Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakitpenyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004

Arteri maksilaris eksterna

(arteri fasialis) dengan


cabangnya arteri
tonsilaris dan arteri
palatina asenden

Arteri maksilaris interna

dengan cabangnya arteri


palatina desenden

Arteri lingualis dengan

cabangnya arteri
lingualis dorsal

Sumber : Robertson, 2004

Arteri faringeal asenden.

Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakitpenyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang

mengandung sel limfosit.


Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari
limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada
tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel
plasma yang matang. Limfosit B
berproliferasi di pusat germinal.
Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD),
komponen komplemen, interferon, lisozim
dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit
Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004

Tonsil merupakan organ limfatik

sekunder yang diperlukan untuk


diferensiasi dan proliferasi limfosit yang
sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu
Menangkap dan mengumpulkan bahan asing

dengan efektif
Sebagai organ utama produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakitpenyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004

Tonsilitis adalah peradangan tonsil yang

merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Dapat


terjadi pada semua umur, terutama pada anak.

Rusmajono dan Efiaty membagi tonsillitis dalam

3 bagian, yaitu :

Tonsillitis akut
Tonsilitis membranasea
Tonsillitis kronik

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Penyebab tonsilitis bermacam macam,

diantaranya adalah yang tersebut


dibawah ini yaitu :1,2
Streptokokus beta hemolitikus
Streptokokus viridans
Streptokokus piogenes
Virus influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari

sekret hidung dan ludah ( droplet


infections )

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Tonsil terdiri dari banyak jaringan limfoid yang

disebut folikel.

Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang

ujungnya bermuara pada permukaan tonsil.


Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang
yang disebut kripta.

Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan

membengkak dan membentuk eksudat yang


akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar
dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran
putih atau bercak kuning.

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri

terdiri atas kumpulan leukosit


polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel
tonsil yang terlepas.

Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas

disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut


dengan detritus yang menyatu lalu membentuk
kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Detritus dapat melebar dan membentuk

membran semu (pseudomembran) yang


menutupi tonsil. Adanya
pseudomembran ini menjadi alasan
utama tonsilitis akut didiagnosa banding
dengan angina Plaut Vincent, angina
agranulositosis, tonsilitis difteri, dan
scarlet fever

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Anamnesis
Nyeri di tenggorok
Rasa nyeri saat menelan.
Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke

sendi-sendi dan telinga


Demam
Nyeri kepala
Malaise
Suara seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan
panas (plummy voice)
Mulut berbau
Ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang
hebat (ptialismus)

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Pemeriksaan Fisik
Tonsil yang membesar
Hiperemis
Terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik

berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran.

Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga

tampak udem dan hiperemis.

Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus

mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

T1 : Batas medial tonsil melewati

pilar anterior sampai jarak


pilar anterior uvula
T2 : Batas medial tonsil melewati

jarak pilar anterior-uvula


sampai jarak pilar anterioruvula
T3 : Batas medial tonsil melewati

jarak pilar anterior-uvula


sampai jarak pilar
anterioruvula
T4 : Batas medial tonsil melewati

jarak pilar anterior-uvula atau


lebih.

Sumber : Brodsky, 2004


Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari

sediaan apus tonsil


Biakan swab sering menghasilkan beberapa
macam kuman dengan derajat keganasan
yang rendah, seperti Streptococcus
haemolitikus, Streptokokus viridans,
Stafilokokus, atau Pneumokokus
Darah rutin
Peningkatan leukosit

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Komplikasi sekitar tonsil


Abses Peritonsilar
Abses Parafaringeal
Abses retrofaring
Komplikasi ke organ jauh
Demam rematik dan penyakit jantung rematik
Glomerulonefritis
Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Medikamentosa :
Analgesik
Antibiotik

Tonsilektomi

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Indikasi tonsilektomi menurut American

Academy of Otolaryngology Head and Neck


Surgery Clinical Indicators Compendium
Indikasi Absolut
Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran

napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi


kardiopulmoner
Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan
medis dan drainase
Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan
patologi anatomi

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Indikasi Relatif
Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan

terapi antibiotik adekuat


Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis
Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik -laktamase
resisten
Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu
keganasan

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Tonsilitis akut biasanya sembuh dalam

beberapa hari dengan beristirahat dan


pengobatan suportif. Menangani gejala gejala
yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis
lebih nyaman.

Namun untuk tonsillitis yang sudah berulang

sebaiknya dilakukan tonsilektomi.

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Definisi
Abses peritonsil merupakan kumpulan pus yang

terlokalisir pada jaringan peritonsillar yang terbentuk


sebagai hasil dari supuratif tonsillitis
Etiologi
Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi

tonsilitis akut.
Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman
penyebab tonsilitis.
Biasanya unilateral dan lebih sering pada anak anak
yang lebih tua dan dewasa muda
Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Tonsillitis eksudatif menjadi peritonsillitis dan

kemudian terjadi pembentukan abses

Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris

merupakan jaringan ikat longgar, infiltrasi


supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering
menempati daerah ini, sehingga tampak
palatum mole membengkak

Pada stadium permulaan, (stadium infiltrat),

selain pembengkakan tampak juga permukaan


yang hiperemis.

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih

lunak dan berwarna kekuning-kuningan.


Tonsil terdorong ke tengah, depan, dan
bawah, uvula bengkak dan terdorong ke sisi
kontra lateral
Bila proses terus berlanjut, peradangan
jaringan di sekitarnya akan menyebabkan
iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga
timbul trismus. Abses dapat pecah spontan,
sehingga dapat terjadi aspirasi ke paru
Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Gejala dan tanda tonsilitis

akut

Odinofagia yang hebat


Nyeri telinga
Mulut berbau
Banyak ludah
Suara sengau
Sukar membuka mulut
Pembesaran kelenjar

submandibula dengan nyeri


tekan

Sumber : Jackson, 2000

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Hitung darah rutin


Kultur bakteri diperlukan untuk identifikasi organisme

yang infeksius. Hasilnya dapat digunakan untuk


pemilihan antibiotik yang tepat dan efektif, untuk
mencegah timbulnya resistensi antibiotik

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Abses pecah spontan, mengakibatkan

perdarahan aspirasi paru, atau piema.


Penjalaran infeksi dan abses ke daerah
parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. Kemudian dapat terjadi
penjalaran ke mediastinum menimbulkan
mediastinitis.
Bila terjadi penjalaran ke daerah
intracranial, dapat mengakibatkan
meningitis, dan abses otak.
Robertson, J.S. 2004. Journal of Tonsilitis. Available at: http://www.emedicine.com. Diakses pada 16 Januari
2016
Lee, K.J. MD. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 2003. McGraw-Hill.

Non-medikamentosa
Kumur-kumur air hangat
Kompres dingin

Medikamentosa
Antibiotik
Analgesik

Pembedahan
Insisi abses
Tonsilektomi
Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Abses peritonsil mempunyai kecenderungan

besar untuk kambuh bila tidak dilakukan


tonsilektomi. Tonsilektomi merupakan indikasi
absolut pada orang yang menderita abses
peritonsilaris berulang atau abses yang meluas
pada ruang jaringan sekitarnya

Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan
Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.

Keterangan Umum
Nama

: An. M

Usia

: 13 tahun
: Jl. Kom. Yos. Soedarso, Asrama Polisi,

Alamat

Jeruju
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Marital
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Tanggal Pemeriksaan
: 14 Januari 2016
Anamnesa
: Autoanamnesis dan alloanamnesis

Keluhan utama
Nyeri Tenggorokan

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tenggorokan

hilang timbul sejak 3 hari SMRS, selain itu pasien


juga mengeluhkan nyeri saat menelan makanan, pilek
disertai hidung tersumbat, dan nyeri pada kedua
telinga tetapi tidak dikeluhkan adanya keluar cairan
dari telinga. Demam (-), sakit kepala (-), batuk (-),
sesak nafas (-), telinga berdengung (-).

Pasien mengaku cukup sering mengalami

keluhan tersebut sebelumnya, tetapi tidak


separah saat ini. Pasien mengaku sering
mengalami hidung terasa gatal dan bersin
dipagi hari serta saat terkena debu. Pasien juga
mengaku sering mengkonsumsi es dan
gorengan saat jajan disekolah.

Menurut ayah pasien, anaknya memang sering

mengalami keluhan tersebut sebelumnya, dan


dalam waktu 3 tahun terakhir anaknya
terdengar mengorok saat tidur, namun menurut
ayah pasien sejauh ini tidak tampak tidur
anaknya terganggu karena sesak dan mengaku
tidak ada gangguan pada anaknya dalam
sekolah dan kesehariannya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien cukup sering mengalami keluhan ini
sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien diketahui memiliki riwayat asma
Riwayat Sosial Ekonomi
Menurut ayah pasien rumah sering dibersihkan dan
tidak ada memelihara binatang peliharaan dirumah.
Pasien mengaku sering mengkonsumsi es dan
gorengan saat jajan disekolah.

Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis (GCS15)
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36,8 oC

Kepala

: (I) Bentuk simetris, jejas pada wajah (-), benjolan (-)

(P) Teraba pulsasi a. temporalis, nyeri tekan wajah (-)


Leher : (I) Bentuk simetris, jejas (-), benjolan (-)

(P) Pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-), (A) Stridor (-)
Thorax

tidak terliat

: (I) Bentuk simetris, jejas (-), retraksi (-), ictus

(P) Nyeri tekan (-) teraba ictus cordis ICS IV


midclavicula
(P) Sonor pada kedua hemithorax
(A) Suara napas normal, rhonki (-) wheezing (-) S1/S2
+/+

Abdomen

: (I) Bentuk simetris, jejas (-), kelainan


pigmentasi (-)

(A) Bising usus dalam frekuensi normal (8


kali per menit)
(P) Nyeri tekan (-)
(P) Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Ekstremitas

: Akral hangat, CRT < 2 detik, ruam (-), jejas (-)

Neurologis :
(N.V)

wajah

: m. masseter dan temporalis baik, sensorik

V1/V2/V3 baik
(N. VII)
: Wajah simetris, ekspresi wajah termasuk
mengangkat
alis, menutup mata baik
(N. IX, X, XII)
: Lidah dan uvula di tengah pada cavum
oris, deviasi () gerakan lidah dan uvula baik,
deviasi saat gerakan
(-)

Berat Badan

: 45 kg

Kesan : Fungsi pendengaran dalam


batas normal

Rhinoskopi Posterior : Tidak diperiksa

Laring : Tidak diperiksa

Bentuk

: Simestris
Parase N. Kranialis : -

Anamnesa
Seorang anak laki-laki 13 tahun, datang ke poliklinik

THT RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie dengan


nyeri tenggorokan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
disertai odinofagia (+), pilek (+), dan otalgia (+). Febris
(-), discharge telinga (-), headache (-).
Pasien cukup sering mengalami kejadian tersebut,
alergi terhadap cuaca dingin dan debu serta suka
mengkonsumi es dan gorengan. Selain itu pasien juga
mengorok saat tidur.
Terdapat riwayat asma pada ibu pasien

Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Kesadaran
Tanda Vital :

:
: Compos Mentis (GCS15)

Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu

: 36,8 oC

Status Lokalis
:
ADS
: Fungsi ADS dalam batas normal,
serumen (+)
CN
: Mukosa hiperemis, sekret (+), hipertrofi
konka
(+)
NPOP
: Mukosa hiperemis, tonsil T4/T4, kripta (+),
detritus (+)
MF
: Tidak ditemukan kelainan
Leher
: Tidak ditemukan kelainan

Tonsilitis kronik eksaserbasi akut


Faringitis
Ca tonsil

Diagnosis Kerja
Tonsilitis Kronik eksaserbasi akut + Rhinitis
Alergi + Otalgia
Usulan Pemeriksaan
Kultur bakteri
Tes Alergi
Hitung eosinofil

Non-medikamentosa
Tidak boleh mengkonsumsi es, gorengan, dan makanan yang

pedas
Menjaga kebersihan mulut
Mengobati saat batuk dan pilek
Medikamentosa
Cetirizine tab 2 x 10 mg p.o

Paracetamol tab 3 x 500 mg p.o


Amoxicillin tab 3 x 500 mg p.o
Metilprednisolon tab 2 x 16 mg p.o

Saran
Tonsilektomi

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

tersebut pasien didiagnosa mengalami


tonsillitis kronik eksaserbasi akut disertai
rhinitis alergi dan otalgia.

Adapun diagnosis banding pada pasien ini

adalah faringitis kronis dan ca tonsil.

Faringitis kronis dimana keluhannya hampir

sama dengan pasien tonsillitis, tetapi pada


faringitis tidak didapatkan adanya pembesaran
tonsil.

Ca tonsil biasanya dimulai dengan pembesaran

KGB regional, pembesaran tonsil asimetri, dan


didapatkan gejala sistemik seperti demam,
keringat malam hari, penurunan berat badan
selain itu bisa disertai dengan gangguan fungsi
hati dan gajala lain jika sudah bermetastasis.

Adapun untuk penatalaksanaan dilakukan pemberian

saran dan pengobatan. Untuk pengobatan diberikan


Cetirizine 2 x 10 mg
Paracetamol 3 x 500 mg
Amoxicillin 3 x 500 mg
Metilprednisolon 2 x 16 mg

Pada pasien ini juga disarankan untuk dilakukan

tonsilektomi, karena sudah didapatkan adanya OSAS


berupa mengorok saat tidur dan kejadian yang berulang,
serta gangguan dalam makan

Seorang anak laki-laki, usia 13 tahun dibawa

oleh ayahnya ke poli THT-KL RS Sultan Syarif


Muhamad Alkadrie dengan keluhan nyeri
tenggorokan sejak 3 hari yang lalu.
Didiagnosis tonsillitis kronik eksaserbasi akut
disertai rhinitis alergi dan otalgia

Pasien diberikan terapi non-medikamentosa

berupa saran untuk menjaga kebersihan mulut


dan menghindari faktor resiko, serta terapi
medikamentosa berupa antibiotic, analgesik,
kortikosteroid dan antihistamin serta disarankan
untuk dilakukan tindakan tonsilektomi

You might also like