Professional Documents
Culture Documents
Topik :
Vertigo
Tanggal (kasus) :
9 Desember 2015
Presenter :
Tanggal Presentasi :
30 Januari 2016
Pendamping :
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Os datang dengan keluhan pusing berputar sejak 6 jam SMRS disertai mua
Deskripsi :
muntah (-).
Tujuan :
Menegakkan diagnosis Vertigo
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data Pasien : Tn. Heri Kiswanto, , 25 tahun
No. Registrasi : 091002
Nama Klinik : RSUD Siti Aisyah
Telp : (0733) 451902
Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Diagnosis / Gambaran Klinis Penderita datang berobat ke IGD RSMH Palembang karen
keluhan pusing berputar ketika berpindah posisi yang terjadi secara tiba-tiba. Sejak 6 jam SMR
penderita mengalami pusing berputar, yang dipengaruhi oleh perubahan posisi. Pusing berputa
bertambah berat saat duduk. Mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-),
ganggua
pendengaran (-), kejang (-), kelemahan sesisi tubuh (-), mulut mengot (-), bicara pelo (-)..
Riwayat pusing berputar sebelumnya (+), riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-). Riwaya
sakit jantung (-), riwayat infeksi telinga (-), riwayat stroke (-).
Penyakit ini diderita untuk ketiga kalinya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
Atunes, MB. 2009. Causes of Vertigo. [online ]. Diunduh dari www.emedicine.medscape.com
Iskandar N, Editor. 2008. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Bal
Penerbit FKUI. Hal. 94-101
Joesoef AA .2000. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. p.341-590
Mumenthaler m, Mattle H. 2004. Neurology. New York: Thieme p. 691-712
Bashiruddin J. 2008. Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N, Editor. Telinga,
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal. 1049
Mardjono M, Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Perdossi. 2012. Pedoman Tatalaksana Vertigo.
Sura, DJ dan Newell, S. 2010. Vertigo: Diagnosis and Management in Primary Care, BJM
2010:3(4):a315.
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis Vertigo
Subjektif :
telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-), kejang (-), kelemahan sesisi tubuh (-),
mulut mengot (-), bicara pelo (-).
Riwayat DM (-),
: tampak sakit
Keadaan sakit
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 36,7 C
Berat badan
: 65 kg
Tinggi badan
: 170 cm
Keadaan spesifik
Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Dada :
Paru-paru : dalam batas normal
Jantung
Perut
I : Datar, venektasi (-)
P : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium
P : undulasi (-), nyeri ketok (-), shifting dullness (-)
A : Bising Usus (+) Normal
seperti mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena
adanya debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit
misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah melakukan manuver,
hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk
menghindari risiko jatuh. Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk
mengembalikan partikel ke posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus. Ada lima
manuver yang dapat dilakukan tergantung dari varian BPPV nya.
Konsultasi : spesialis penyakit dalam atau spesialis saraf untuk dilakukan pengobatan
lebih lanjut.
Kontrol :
Kegiatan
Memeriksa tensi
Periode
3-5
hari
Nasihat
pengobatan
Pasien
diminta
untuk
medikamentosa
maupun
DEFINISI
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar dan igo
yang berarti kondisi. Vertigo merupakan perasaan abnormal dan
mengganggu
bahwa
seseorang
seakan-akan
bergerak
terhadap
II. KLASIFIKASI
Tanda dan gejala
Tipe Vertigo
Vestibular Perifer
Ventibuler sentral
Nonvestibuler
ada
Ringan
Ringan
Intensitas vertigo
Berat
Ringan
Ringan
Nistagmus
Nistagmus
Nistagmus
Mual,muntah,
diaforesis
nonvestibuler
ke arah berlawanan
Gangguan
Umumnya ada
Umumnya
pendengaran,
ada
tinnitus
Tes Romberg,
Deviasi
ke
sisi Deviasi,
yang terganggu
Gangguan
Umumnya
neurologis lain
ada
sisi
Pemeriksaan
bisa
neurologis
normal
abnormal
a. VERTIGO VESTIBULAR
Rasa berputar yang timbul karena gangguan sistem vestibular. Berdasarkan
letak lesinya, vertigo vestibular berdasarkan lokasinya terbagi atas perifer
dan sentral.
-
PERIFER
Vertigo perifer melibatkan bagian akhir vestibula (kanalis semisirkularis)
atau neuron perifer termasuk nervus VIII pars vestibula. Beberapa jenis
vertigo perifer yang sering dialami, antara lain:
a) BBPV (Benign Paroxysmal Positioning Vertigo)
Merupakan penyebab utama vertigo yang lebih sering terjadi pada usia
raata-rata 51 tahun. BPPV disebabkan oleh pergerakan otolit dalam
kanalis semisirkularis telinga dalam. Otolit mengandung Kristal kecil
6
atau
III.
PATOFISIOLOGI
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-organ vestibuler, visual,
ataupun sistem propioseptif. Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan
kejadian tersebut :
1. Teori konflik sensorik
Vertigo timbul bila ada ketidaksesuaian/ketidakharmonisan antara
masukan sensoris dari kedua sisi (kanan-kiri) dan atau antara masukan dari
ketiga jenis (vestibulum, visus, proprioseptif) reseptor AKT (alat
keseimbangan tubuh). Keadaan ini bisa sebagai akibat rangsangan
berlebihan, lesi sistem vestibuler sentral atau perifer, sehingga pusat
pengolah data di otak mengalami kebingungan dan pemrosesan masukan
sensoris menempuh jalur tidak normal. Proses tidak normal ini akan
menimbulkan perintah (keluaran) dari pusat AKT menjadi tidak sesuai
dengan keadaan yang sedang dihadapai dan membangkitkan tanda
kegawatan. Perintah//keluaran yang tidak sesuai akan menimbulkan refleks
antisipatif
yang
salah
dari
otot-otot
ekstremitas
(deviasi
jalan,
Hipotesis Kupulolitiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat (otokonia) berasal dari
fragmen otokonia yang terlepas dari macula utikulus yang berdenegrasi,
menempel pada permukaan kupula kanalis semisirkularis posterior yang
letaknya paling bawah.Penyebab lepasnya debris ini dikaitkan dengan
pasca trauma, infeksi, atau osteopenia dan osteoporosis pada usia tua. Bila
pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala tergantung
seperti tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi dari inferior ke
superior, kupula bergerak secara centrifugal dan menimbulkan nistagmus
dan keluhan vertigo. Pergeseran masa otokonia tersebut memerlukan
waktu, ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya
nistagmus atau vertigo. Gerakan posisi kepala yang berulang akan
menyebabkan otokonia terlepas dan masuk ke dalam endolimfa, hal ini
yang
menyebabkan
timbulnya
fatigue,
yaitu
berkurangnya
atau
menghilangnya nistagmus/vertigo.
-
Hipotesis Kanalitiasis
Kristal kalsium karbonat bergerak di dalam kanalis semisirkularis
(kanalitiasis) menyebabkan endolimfa bergerak dan menstimulasi ampula
dalam kanan sehingga menyebabkan vertigo. Nistagmus dibangkitkan oleh
saraf ampulatis yang tereksitasi di dalam kanal yang berhubungan lansung
dengan muskulus ekstraokuler.
c. Diagnosis
a) Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari
10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah
10
berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur,
melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Terdapat jeda waktu
antara perubahan posisi kepala dengan timbulnya perasaan pusing
berputar. Pada umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat
pada awalnya dan menghilang setelah 30 detik sedangkan serangan
berulang sifatnya menjadi lebih ringan. Gejala ini dirasakan berhari-hari
hingga berbulan-bulan.
Pada banyak kasus, BPPV dapat mereda sendiri namun berulang di
kemudian hari. Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien
dapat mengalami mual, muntah dan keringat dingin. Sensasi ini dapat
timbul lagi bila kepala dikembalikan ke posisi semula, namun arah
nistagmus yang timbul adalah sebaliknya. Keluhan ini membuat pasien
akan memodifikasi atau membatasi gerakan untuk menghindari episode
vertigo.
Anamnesis BBPV dikonfirmasi dengan melakukan manuver
provokasi untuk memastikan adanya keterlibatan kanalis semikularis.
Sebelum melakukan provokasi haruslah diinformasikan kepada pasien
bahwa tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memprovokasi
serangan vertigo.
b) Pemeriksaan fisis
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus
spontan, dan pada evaluasi neurologis normal. Diagnosis BPPV pada
kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan memprovokasi
dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo
dari kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih
perasat Dix-Hallpike atau perasat Sidelying.
Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike. Dix dan
Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut: ada
masa laten, lamanya kurang dari 30 detik, vertigo lamanya sama dengan
nistagmus, vertigo makin berkurang setiap maneuver diulang.
11
c) Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan,
mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan
pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa
penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan
bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler
hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan
penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
12
13
14
detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada
periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila
diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal paresis
menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.
V. PENATALAKSANAAN
Non-Farmakologi
Pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/Particle Repositioning
Maneuver (PRM) dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV,
meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien.
Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%.
Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti mual, muntah,
vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya debris
otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit misalnya
saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah melakukan manuver,
hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk
menghindari risiko jatuh. Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk
15
dekubitus
dan
dipertahan
30-60
detik.
Setelah
itu
pasien
b. Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan
posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala
16
dimiringkan 450 sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring
dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat
diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang
berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.
c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral.
Pasien berguling 3600, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien
menolehkan kepala 900 ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh
ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh
mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90 0 dan
tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi.
Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat
dari partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi. 1,6,7
17
Brandt-Daroff exercise
Farmakologi
18
mungkin
juga mempunyai
dan
Betahistin
Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek vasodilatasi,
perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan
19
sistem vestibuler Efek samping adalah gangguan di lambung, rasa enek, dan
sesekali rash di kulit.
a) Betahistin Mesylate (Merislon)
Dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per oral
b) Betahistin di HCL (Betasere)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet) 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi
beberapa dosis.
-
Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini adalah 4-6 jam. Dapat diberi oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25
mg-50 mg (1 tablet) 4 kali sehari. Efek samping adalah mengantuk.
c. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik merupakan
neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti,
tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1) berpengaruh
pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4
sampai 12 jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik,
seperti domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini
terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang
berhubungan
dengan
gejala
ekstrapiramidal,
seperti
diskinesia
tardif,
kompensasi
vestibuler.
Efek
farmakologis
utama
dari
20
PROGNOSIS
Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure)
biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Atunes,
MB.
2009.
Causes
of
Vertigo.
[online
].
Diunduh
dari
www.emedicine.medscape.com
Iskandar N, Editor. 2008. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal. 94-101
Joesoef AA .2000. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. p.341-590
Mumenthaler m, Mattle H. 2004. Neurology. New York: Thieme p. 691-712
Bashiruddin J. 2008. Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N,
Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI. Hal. 104-9
Mardjono M, Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Perdossi. 2012. Pedoman Tatalaksana Vertigo.
Sura, DJ dan Newell, S. 2010. Vertigo: Diagnosis and Management in Primary
Care, BJMP 2010:3(4):a315.
23