Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. W
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 43 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Pendidikan Terakhir
: SD
Status Pernikahan
: Menikah
Pekerjaan
Alamat
, Lakbok
Tanggal Datang ke RS
II.
: 31 Desember 2015
RIWAYAT PERAWATAN
a. Rawat Jalan
Poli Penyakit Dalam RSU Banjar sejak 22-9-2015 dengan diagnosa
Hipertensi
Poli THT RSU Banjar pada tanggal 13-10-2015 dengan diagnosa
Tonsillitis Akut
b. Rawat Inap
III.
: Belum pernah
RIWAYAT PSIKIATRI
Tanggal
: 31 Desember 2015
Keluhan Utama
Sulit tidur
Riwayat Penyakit Sekarang
sejak 6 bulan SMRS, pasien memikirkan tentang anak
perempuannya yang naik kelas 3 SMK dan makin banyak kebutuhan. Hal
ini yang kadang-kadang dikhawatirkan pasien. Sejak saat itu, pasien
mudah kaget, gemetar, free floating feeling, nyeri ulu hati, jantung
berdebar-debar, sakit kepala, gelisah, keluar keringat dingin, nafsu makan
berkurang, sedih,dan malas beraktivitas.
Dalam 2 bulan SMRS, pasien merasa keluhan yang dirasakan
semakin sering serta jadi sulit tidur. Pasien mencoba berobat ke dokter
spesialis penyakit dalam, THT, maupun syaraf, namun tidak ditemukan
kelainan dan dikonsultasikan ke psikiater.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Gangguan psikiatrik
Pasien belum pernah mengalami gangguan yang sama
sebelumnya
b. Gangguan Medik
Dalam batas normal
c. Gangguan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif, alkohol
dan merokok.
d.
f.
Riwayat Keluarga
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang
keseharian mengurusi suami dan anaknya. Suami pasien berinisial
S, berusia 39 tahun bekerja di pabrik sepatu dan menjadi tukang
ojek pada malam hari. Anak pertama (, 17 tahun) saat ini
menjalani pendidikan kelas 3 SMK di Wanareja. Pasien mengaku
dekat dengan suami dan anak.
Pasien (43 tahun) adalah anak pertama dari 2 bersaudara.
Adik pasien (40 tahun) berjenis kelamin laki-laki dengan jarak
umur 3 tahun yang sekarang bekerja sebagai Pedagang dan
tinggal di Pekan Baru, Riau. Adik pasien sudah menikah dan
I.
STATUS MENTAL
A.
Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien seorang perempuan, dengan tinggi 155 cm dan berat badan
58 Kg. Pasien berkulit sawo matang, berpakaian bersih dan cukup
rapih. Menggunakan baju terusan selutut berwarna hitam, celana
panjang berwarna coklat tua, dan kerudung berwarna Coklat. Kuku
terpotong rapi dan tidak kotor. Cara berjalan pasien tampak biasa
saja.
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak khawatir. Perhatian pasien kurang, konsentrasi
pasien cukup.
Pembicaraan (speech)
Cara berbicara
: spontan, relevan
Volume berbicara
: sedang
Alam Perasaan
Mood
: khawatir
Afek
: depresif
Kesesuaian
: sesuai
C.
Gangguan Persepsi
Halusinasi
o Auditorik
Visual
Taktil
Gustatorik
: TidakAda
: Tidak ada
: Tidak ada
Ilusi
: Tidak ada
D.
Bentuk
o
o
: Tidak ada
Gangguan Pikir
: Realistik, koheren, preokupasi keluhan fisik
Proses Pikir
o Produktivitas
: Baik
o Kontinuitas
Blocking
Word salad
: Tidak ada.
Neologisme
: Tidak ada.
Sirkumstansial
o
o
: Tidak ada.
: Tidak ada.
Isi pikir
Gangguan isi pikiran
Waham
Bizarre
: Tidak ada
Persekutorik/paranoid
: TidakAda
Curiga
TidakAda
Kejar
ada
: Tidak
Referensi
: Tidak ada
Kebesaran
: Tidak ada
Thought of insertion
: Tidak ada
Delution of influence
: Tidakada
: Tidakada
Obsesi
: Tidak
ada
Kompulsi
: Tidakada
Preokupasi pikiran
: Ada
E.
Kesadaran
: Compos mentis
Orientasi
: Baik
o Waktu
(pasien
mampu
menyatakan
sekarang
ini
siang/sore/malam)
o Tempat (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang
berada di RS)
o Orang (pasien tahu bahwa ia ke RSUD Banjar berobat
dengan dokter Psikiatri)
o
F.
Daya Nilai
H.
RTA
: tidak terganggu
Mood
: khawatir
Afek
: depresif, sesuai
Gangguan persepsi
: realistik, koheren
: tidak ada
Tilikan
: preokupasi
: tilikan derajat III
memikirkan
tentang
anak
keluar
keringat
dingin,
nafsu
makan
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :
AKSIS I
anxietas
maupun
depresi,
dimana
: Diagnosis tertunda
AKSIS III
AKSIS IV
AKSIS V
VII.
EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I
AKSIS II
: Diagnosis tertunda
AKSIS III
AKSIS IV
AKSIS V
80-71
VIII. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
b. Psikologi
c. Sosial
IX.
PROGNOSIS
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
X. PENATALAKSANAAN
Rawat jalan
Pengobatan:
1.
Farmakoterapi
Amitriptilin
12,5 mg
Aprazolam
0,25 mg
25 mg
Clobazam
7,5 mg
2.
Terapi Psikoterapi
a. Memotivasi pasien agar minum obat teratur dan kontrol rutin
Dengan cara memberi tahu akibat yang terjadi apabila tidak rutin
minum obat Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien
ataupun
harus
dicegah,
karena
3.
Terapi Kognitif
Menjelaskan pada pasien tentang penyakit dan gejala-gejalanya,
menerangkan tentang gejala penyakit yang timbul akibat cara berfikir,
perasaan dan sikap terhadap masalah yang dihadapi.
Apabila tedapat beban pikiran yang berlebihan pada pasien akan
menimbulkan kekambuhan gejala lagi, walaupun pasien diterapi obat.
Hal ini pentingnya pengetahuan pasien tentang keadaan pasien
tersebut.
Terapi Sosial
Melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok di lingkungan rumah agar ia dapat beraktivitas dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
Proses terapi aktivitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks
dari pada terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinya
terapis
akan
kehilangan
sebagian
otoritasnya
dan
maka
terapis
memperkenalkannya.
Terapis
kemudian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Gangguan campuran ansietas dan depresi merupakan gejala
kecemasan dan depresi yang bermakna secara klinis tetapi tidak memenuhi
kriteria untuk gangguan mood spesifik atau gangguan kecemasan spesifik.
(2)
2.2 EPIDEMIOLOGI
Keberadaan ganggguan depresif berat dan gangguan panik secara
bersamaan lazim ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif
mengadakan
adaptasi
atau
penyesuaian
diri
untuk
Perkawinan
Terjadinya ketidaksetiaan berupa perselingkuhan.
Orang Tua
Masalah orang tua yakni kondisi tatanan sosial dan ekonomi,
masalah anak yakni kenakalan remaja, pergaulan bebas, kehamilan di
luar nikah, aborsi, atau penyalahgunaan NAZA (Narkotika, Alkohol,
dan Zat Adiktif)
Pekerjaan
Kehilangan pekerjaan pada pengangguran akan berdampak pada
gangguan kesehatan bahkan bisa sampai pada kematian. Sebaliknya
dengan pengangguran, maka terlalu banyak beban pekerjaan sementara
waktu yang tersedia sangat sempit dapat menyebabkan stres pula.
Tekanan dalam pekerjaan yang banyak dan persaingan yang ketat
juga dapat menyebabkan stres.
Keuangan
Masalah
keuangan
dalam
kehidupan
sehari-hari
ternyata
Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan
sumber stres. Misalnya, tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain
sebagainya.
Perkembangan
Yang dimaksudkan disini adalah tahapan perkembangan fisik
maupun mental seseorang. Misalnya masalah remaja, masa dewasa,
menopause, usia lanjut dan lain sebagainya.
Penyakit Fisik
Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cidera yang
mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri
seseorang.
Faktor Keluarga
Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebabkan
karena kondisi keluarga yang tidak harmonis. Sikap orang tua terhadap
anak yang dapat menimbulkan stres antara lain:
Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk
bersama dengan anak-anak
10 Trauma
Seseorang yang mengalami bencana alam, kecelakaan transportasi,
kebakaran, kerusuhan, peperangan, kekerasan, penculikan, perampokan,
perkosaan dan lain sebagainya, merupakan pengalaman yang traumatis
yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat mengalami stres (stres
pasca trauma).
Gejala Psikologik
Rasa takut
Sulit konsentrasi
Ketegangan otot
Hypervigilance/siaga berlebih
Insomnia
Mudah lelah
Libido turun
Sering kaget
Hiperaktivitas autonomik:
Takikardia, palpitasi
Berpeluh
Diare
Mulut kering
Sering kencing
Afek depresi
Tidur terganggu
DIAGNOSIS
Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom
ansietas dan depresi serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor,
palpitasi, mulut kering, dan rasa perut yang bergejolak. Sejumlah studi
pendahuluan menunjukkan bahwa sensitivitas dokter umum untuk sindrom
gangguan campuran ansietas - depresi masih rendah walaupun kurangnya
pengenalan ini dapat mencerminkan kurangnya label diagnostik yang
sesuai bagi pasien.(2)
Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau
gelisah, tidur tidak puas)
Iritabilitas
Khawatir
Mudah nangis
Hipervigilance
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan
anxietas fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan.
Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka
gangguan depresif harus diutamakan.
2.7 PROGNOSIS
Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar
kemungkinannya untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala
depresif yang menonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang
sama saat awitan. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas
dan depresif dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui.(5)
2.8 PENATALAKSANAAN
Karena penelitian yang adekuat yang membandingkan cara
pengobatan untuk gangguan kecemasan-depresif campuran sekarang ini
belum tersedia, klinisi kemungkinan besar mengobati pasien atas dasar
gejala yang tampak, keparahannya dan tingkat kesenangan dan
pengalaman klinisi sendir terhadap berbagai modalitas pengobatan. (2)
Pendekatan psikoterapeutik mungkin melibatkan pendekatan yang
terbatas waktu, seperti terapi kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun
beberapa klinisi menggunakan pendekatan psikoterapeutik yang kurang
terstruktur, seperti psikoterapi berorientasi-tilikan.(2)
Farmakoterapi untuk gangguan kecemasan-depresif campuran
mungkin termasuk obat antiansietas atau obat antidepresan atau keduanya.
Di antara obat ansiolitik, beberapa data menyatakan bahwa penggunaan
triazolobenzodiazepines
(seperti
contoh
alprazolam)
mungkin
tipe-1A
(5-HT1A),
seperti
buspirone,
mungkin
juga
gangguan
kecemasan
dan
gangguan
depresif,
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, Harold I., Sadock, Benyamin J. 1998. Anxietas dan Depresi dalam
Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika. Hal. 145-154 dan
227-232.
26