Professional Documents
Culture Documents
Kom
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
persalinan spontan
teknik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metoda lamaze.
teknik lainnya adalah metoda leboyer, yang terdiri dari melahirkan di ruang gelap dan merendam bayi dalam air hangat
segera setelah dilahirkan.
pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama persalinan digunakan teknik relaksasi dan pernafasan.
untuk mempelajari teknik ini, calon ibu dan suaminya bisa mengikuti latihan di rumah sakit maupun klinik bersalin.
pada teknik relaksasi, ibu secara sadar menegangkan sebagian tubuhnya kemudian mengendurkannya. teknik ini
membantu ibu mengendurkan seluruh tubuhnya ketika rahim berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi.
beberapa jenis pernafasan bisa membantu ibu dalam menghadapi persalinan tahap i (sebelum diperbolehkan
mengedan): menarik nafas dalam (untuk membantu ibu relaks), dilakukan pada awal dan akhir kontraksi menarik
nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat kontraksi mencapai puncaknya menarik nafas
pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nafas melalui mulut, dilakukan untuk menahan keinginan untuk
mengedan (sebelum terjadi pembukaan lengkap).
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
pada stadium ii, ibu mulai boleh mengedan dan diselingi dengan menarik nafas cepat dan pendek.
selama hamil, calon ibu dan pasangannya sebaiknya melakukan latihan teknik relaksasi dan pernafasan secara rutin.
selama persalinan berlangsung, sang suami bisa membantu calon ibu dengan mengingatkan apa yang seharusnya
dilakukan pada setiap tahapan persalinan dan menenangkannya jika terlihat tegang. pemijatan bisa membantu
mengurangi ketegangan pada calon ibu.
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
persalinan
persalinan adalah keluarnya/lahirnya janin dan plasenta dari rahim.
di ruang bersalin, ibu dibaringkan pada posisi setengah duduk agar gaya gravitasi bisa digunakan semaksimal mungkin.
tekanan janin membantu peregangan jalan lahir dan perineum secara bertahap sehingga resiko robekan semakin kecil.
posisi ini juga menyebabkan berkurangnya tegangan pada punggung dan panggul ibu.
sebagian ibu lebih menyukai posisi berbaring terlentang meskipuni posisi ini bisa menyebabkan persalinan berlangsung
lebih lama dan memerlukan bantuan.
setiap rahim berkontraksi, ibu harus mengedan untuk membantu turunnya janin ke jalan lahir dan untuk memperlebar
lubang vagina sehingga bagian kepala janin yang tampak semakin besar.
forseps adalah sebuah alat yang bentuknya menyerupai tang dan terbuat dari logam, yang digunakan untuk menarik
bayi keluar dari jalan lahir.
forseps digunakan jika ibu tidak kuat mengedan karena telah menerima suntikan epidural atau jika bayi berada dalam
keadaan gawat.
jika lubang vagina tidak cukup teregang sehingga bayi tidak dapat melewatinya dan jika kemungkinan akan terjadi
robekan, maka dilakukan episiotomi (pemotongan dinding vagina danperineum).
episiotomi dilakukan untuk mempermudah proses persalinan dan untuk mencegah robekan yang lebih tidak beraturan
dan lebih sulit diperbaiki.
setelah kepala bayi lahir, tubuh bayi akan berputar miring sehingga bahu bisa dilahirkan dengan mudah. selanjutnya,
bagian tubuh bayi yang lainnya biasanya akan segera lahir.
lendir dan cairan dari hidung, mulut dan tenggorokan bayi dihisap melalui selang kecil. tali ari-ari dijepit dan dipotong
untuk mencegah perdarahan.
bayi lalu dibungkus dengan selimut dan diberikan kepada ibu.
setelah bayi lahir, perut ibu ditekan dengan lembut untuk merangsang kontraksi rahim. pada kontraksi pertama atau
kedua setelah persalinan, biasanya plasenta akan lepas dari rahim dan dikeluarkan.
setelah seluruh plasenta keluar, diberikan suntikan oksitosin dan perut ibu dipijat secara periodik untuk merangsang
kontraksi rahim. kontraksi ini penting untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
luka robekan karena episiotomi lalu dijahit. kemudian ibu dipindahkan ke ruang pemulihan.
jika tidak memerlukan perawatan khusus, bayi bisa dibiarkan bersama ibu (rooming in). dengan metoda rooming in, ibu
bisa menyusui bayinya sesuai dengan kebutuhan bayi dan ibu juga belajar merawat bayinya sendiri.
komplikasi (terutama perdarahan) sering terjadi dalam 4 jam pertama setelah persalinan. karena itu pada saat ini
dilakukan pemantauan ketat terhadap ibu-ibu yang baru melahirkan anaknya.
nilai apgar
nilai apgar adalah suatu cara praktis untuk menilai keadaan bayi baru lahir.
nilai apgar merupakan alat penyaring untuk menentukan pertolongan yang perlu segera diberikan kepada bayi baru lahir.
nilai apgar ditentukan dengan menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna kulit dan respon terhadap
rangsangan (refleks); masing-masing diberi nilai 0, 1 atau 2: denyut jantung : dinilai dengan menggunakan stetoskop dan
merupakan penilaian yang paling penting.
- jika tidak terdengar denyut jantung : 0
- jika jantung berdenyut kurang dari 100 kali/menit :1
- jika jantung berdenyut lebih dari 100 kali/menit : 2 usaha untuk bernafas
- jika tidak bernafas : 0
- jika pernafasan lambat atau tidak teratur : 1
- jika bayi menangis : 2 ketegangan otot
- jika otot lembek : 0
- jika lengan atau tungkainya terlipat : 1
- jika bayi bergerak aktif : 2 refleks : dinilai dengan cara mencubit secara lembut dan perlahan
- jika tidak timbul refleks : 0
- jika wajahnya menyeringai : 1
- jika bayi menyeringai dan terbatuk, bersin atau menangis keras : 2 warna kulit
- jika kulit bayi berwarna biru pucat : 0
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
Informasi Penyebab,Gejala, Pengobatan, Diagnosis, Pencegahan dan lain lain hanya ada di medicastore.com ABSTRAK
TROMBOLITIK BARU UNTUK STROKE Para peneliti di Genentech melapor- kan bahwa suatu zat baru - TNK - dapat
merupakan trombolifik yang dapat digunakan pada stroke embolik tanpa memperbesar risiko perdarahan. Pada
percobaan menggunakan ke-linci, zat ini dibandingkan dengan alteplase; ternyata hanya 13% yang mengalami
perdarahan, dibandingkan dengan 33% di kelompok alteplase dan 50% di kelompok plasebo. Manfaatnya pada manusia
masih harus menunggu percobaan lanjutan. Inpharma 1994; 962: 11 brw MERAMALKAN GAWAT JANIN Pemantauan
denyut jantung janin se-lama persalinan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Para peneliti di Harare, Zimbabwe
membandingkan sensiti vitas pemantau-an cara elektronik, cara ultrasonik Doppler, cara biasa dengan stetoskop Pinard
oleh bidan khusus, dan cara biasa secara rutin oleh bidan. Ternyata abnormalitas denyut jan-tung janin dapat dideteksi
pada 54% (172 di antara 318) melalui cara elek-tronik, 32% (100/312) dengan cara Doppler, 15% (47/310) dengan cara
Pinanrd dan hanya 9% melalui cara rutin. Bedah caesar dilakukan pada 28% (89), 24% (76), 10% (32) dan 15% (46)
kasus, berturut-turut pada masing-masing cara. Kesejahteraan janin juga terbaik di ke-lompok ultrasonografi;
ensefalopati hipoksik-iskemik diderita oleh masing-masing 2, 1, 7 dan 10 bayi pada masing-masing cara di atas,
sedangkan kejang neonatal hanya ditemukan di kelompok cara Pinard (6 kasus) dan di kelompok cara rutin (9 kasus).
Kematian terjadi pada masing-ma-sing 8, 2, 5 dan 9 kasus pada masing-masing cara di atas. Penggunaan alat bantu
deteksi de-nyut jantung janin dapat meramalkan potensi gawat janin secara Ibih baik. BMJ 1994; 308: 497-500 hk
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
DIKLOFENAK RESINAT Suatu percobaan multisenter, acak, buta ganda dilakukan untuk memban-dingkan manfaat
diklofenak resinat - suatu bentuk baru diklofenak - dengan piroksikam pada pasien nyeri pinggang bawah akut. Masingmasing 66 pasien menerima 75 mg. diklofenak resinat dua kali sehari, atau piroksikam 40 mg. se-kali sehari selama dua
hari, dilanjutkan dengan 20 mg. sekali sehari selama 14 hari. Evaluasi yang dilakukan oleh tera-pis dan pasien
menunjukkan positive response rate sebesar masing-masing 78,8% dan 81,8% di kelompok diklo-fenak resinatdan
masing-masing 83,3% dan 87,7% di kelompok piroksikam. Efek samping umumnya berupa ke-luhan gastrointestinal,
dijumpai pada 19,2% pasien kelompok diklofenak dan pada 18,2% di kelompok piroksikam. Drug Invest. 1994; 8(5)
288-93 brw SKLEROSIS AKIBAT ASAM LE-MAK TAK JENUH ? Pada orang-orang yang dietnya banyak mengandung
asam lemak tak jenuh (omega-3 dan omega-6) ternyata ditemukan plaque (lesi) aorta yang juga mengandung asamasam lemak terse-but. Terdapat hubungan positif antara kadar dalam serum dengan kadar dalam plaque (r = 0,75 untuk
omega-6, r=0,93 untuk omega-3, r = 0,70 untuk mono-unsaturated), juga antara kadar dalam jaringan adiposa dengan
kadar dalam plaque (r = 0,89 untuk omega-6). Hasil penelitian ini mengarahkan adanya hubungan antara diet tinggi
asam lemak tak jenuh dengan pemben-tukan plaque sehingga anjuran diet ter-sebut mungkin harus ditinjau kembali.
Lancet 1994; 344: 1195-96 hk KADAR LIPID DENGAN STENO-SIS KORONER Studi atas 79 orang yang kadar
kolesterol serumnya normal - terdiri dari 40 orang yang mendapat obat dan 39 orang mendapat plasebo - menun-jukkan
bahwa pemberian obat penurun kadar lipid darah dapat memperbaiki profil lipid darah berupa penurunan ka-dar
kolesterol sebesar 28%, penurunan kadar LDL-kolesterol sebesar 41%, penurunan kadar trigliserid sebesar 26%,
penurunan kadar apolipoprotein B se-besar 31% dan penijigkatan kadar HDL kolesterol sebesar 13%; semuanya se-cara
statistik bermakna (p 0,001). Tetapi perubahan profil lipid terse-but tidak mempengaruhi derajat steno-sis koroner yang
terjadi di dua kelom-pok tersebut; terdapat penyempitan sebesar rata-rata 0,14 mm di kelompok obat dan rata-rata 0,15
mm di kelompok plasebo. Lancet 1994; 344: 1182-86 hk PENGOBATAN LEPRA Peneliti di Jerman dan AS melapor-kan
bahwa pengobatan lepra dengan dapson, kombinasi dapson + rifampisin, dan kombinasi dapson + rifampisin +
protionamid + isoniazid sama efektif, masing-masing memberikan kesem-buhan 88%, 93% dan 95%. Pengobatan
dilakukan selama 3 tahun dan tidak ada yang relaps sampai 5 tahun kemudian. Inpharma /994; 962: 17 brw
63 ABSTRAK KOLESTEROL DAN RISIKO PE-NYAKIT JANTUNG ISKEMIK Besarnya pengaruh penurunan kadar
kolesterol darah terhadap penurunan risiko penyakit jantung iskemik diper-kirakan melalui analisis atas 10 studi kohort
prospektif, 3 studi internasional dan 28 studi acak terkontrol. Data para pria yang ikut dalam studi kohort menunjukkan
bahwa penurun-an kadar kolesterol serum sebesar 0,6 mmol/1 ( 10%) berkaitan dengan penurunan kejadian penyakit
jantung iskemik sebesar 54% pada usia 40 ta-hun, 39% pada usia 50 tahun, 27% pada usia 60 tahun, 20% pada usia 70
tahun dan 19% pada usia 80 tahun; sedangkan berdasarkan studi internasional (usia 55-64 tahun) terlihatpenurunan
sebesar 38% (95%CI: 33-42%). Kejadian penyakit jantung iskemik pada studi acak terkontrol atas pria menunjukkan
penurunan sebesar 7% (90-14%) pada 2 tahun pertama, 22% (15-28% pada 2-5 tahun dan 25% (15-35%) setelah 5
tahun. BMJ 1994; 308: 367-73 hk Di lain pihak, penurunan kadar kolesterol darah dikaitkan dengan pe-ningkatan risiko
stroke hemoragik. Studi yang sama di atas menunjuk-kan bahwa pada kadar kolesterol darah kurang dari 5 mmol/1
terdapat pening-katan relative risk sebesar 1,9 (95%CI: 1,4-2,5). BMJ 1994; 308: 373-79 hk ASAP ROKOK DAN
PENYAKIT JANTUNG Suatu case control study dilakukan atas 59 wanita dengan penyakit jantung koroner dan 126
wanita kontrol; semua-nya bekerja dan tidak pernah merokok, di Xian, Cina. Perhitungan crude odds ratio untukperokok
pasif yang suaminya merokok ialah sebesar 2,12 (95%CI: 1,06-2,45) dan untuk perokok pasif di tempat kerja sebesar
2,45 (95%CI: 1,23-4,88); bila data tersebut dikoreksi terhadap usia, riwayat hipertensi, kepribadian tipe A, kadar
kolesterol total dan HDL, maka angka-angka tersebut menjadi masing-masing sebesar 1,24 (95%CI: 0,56-2,72) untuk
wanita yang suaminya merokok dan sebesar 1,85 (95%CI: 0,86-4,00) untuk wanita yang bekerja di lingkung-an asap
rokok. BMJ 1994; 308: 380-4 hk INDIKASI BEDAH CAESAR Data statistik menunjukkan bahwa satu dari empt wanita
hamil di Florida akan menjalani bedah caesar; angka ini berkisar dari 44% di Hialeah Hospital, Miami sampai hanya
10% di Univer-sity Medical Center, Jacksonville. Data nasional di AS ialah sebesar 23,6% - naik dari hanya 5% di tahun
1964. Frekuensi bedah caesar cenderung lebih tinggi di kalangan berpenghasilan. tinggi, yang dilindungi asuransi dan
lebih rendah di rumahsakit pendidikan dibandingkan dengan di rumahsakit 'komersil'. Biaya rata-rata bedah caesar
(1992) sebesar $ 6981, lebih dari dua kali lipat biaya rata-rata kelahiran hiasa. BMJ 1994; 308: 432 hk ANTIPIKUN
Perusahaan farmasi Cortex mulai mencoba Ampalex - obat yang dapat meningkatkan fungsi resepforAMPA di otak untuk mengatasi gangguan me-mori dan kognisi. Zat ini mempunyai mula kerja yang cepat dan dapat me-nembus sawar
darah-otak. Percobaan pendahuluan atas binatang telah menunjukkan hasil yang positif. Drug News 1994; 3(43): 6
brwTEKANAN DARAH DAN DEPRESI Sejumlah 549 pria berusia 60-89 ta-hun di Rancho Bernardo, California yang
tidak menggunakan antihipertensi di-teliti untuk mengetahui hubungan an-tara tekanan darah rendah dan depresi.
Pemantauan depresi dilakukan dengan Beck Depression Inventory. Ternyata pria dengan tekanan dias-tolik < 75 mmHg
mempunyai angka rata-rata yang lebih tinggi (6,35vs.4,96; p < 0,001) dan juga lebih banyak yang angkanya ? 13
(categorical depression) (7,6% vs. 1,8%; p < 0,01) bila diban-dingkan dengan pria yang tekanan diastoliknya 75-85
mmHg. Pria dengan tekanan diastolik > 85 mmHg mem-punyai angka rata-rata yang juga lebih tinggi (5,85 vs. 4,96; p <
0,05). Kaitan ini tidak tergantung dari usia maupun penurunan berat badan. BMJ 1994; 308: 446-9 hk EFEK SAMPING
ACE INHIBITOR Catatan efek samping obat di Swedia selama tahun 1981-1991 menunjukkan bahwa terdapat 424
laporan gangguan respiratorik yang dikaitkan dengan penggunaan obat ACE inhibitors; se-bagian besar (374) berupa
batuk, 36 kasus mengalami asma, bronkospasme dan dispnoe. Gejala-gejala tersebut muncul dalam dua minggu
pertama penggunaan obat pada50% kasus, dan kira-kira sepertiga kasus memerlukan perawatan di rumahsakit. Dalam
database WHO, dari tahun 1981 sampai dengan Agustus 1992 ter-catat 7260 kasus batuk, 318 kasus asma/
bronkospasme dan 516 kasus dispnoe yang berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitors. BMJ 1994; 308: 18-21 hk
64
TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengelolaan Persalinan Prematur Jefferson Rompas Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/ Rumah Sakit Umum Pusat Manado PENDAHULUAN Pada
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
haid yang teratur, persalinan preterm dapat di-definisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG,1995). Di negara berkembang insidennya sekitar 7% dari seluruh
persalinan Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian perinatal
sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran
preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak
hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi
keluarga dan bangsa secara keseluruhan.1,2,3,4,5 Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak
diketahui. Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm, seperti: solusio plasenta,
kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab
persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan
menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang
menginisiasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus
persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian Lettieri dkk. (1993), didapati 38%
persalinan preterm disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah menge-tahui hubungan antara
infeksi jalan lahir dengan kelahiran prematur. Bobbitt dan Ledger (1977) membuktikan infeksi amnion subklinis sebagai
penyebab kelahiran preterm. Dengan amniosentesis didapati bakteri patogen pada + 20% ibu yang mengalami
persalinan preterm dengan ketuban utuh dan tanpa gejala klinis infeksi (Cox dkk.,1996 ; Watts dkk., 1992). 6,7,8,9 Cara
masuknya kuman penyebab infeksi amnion, dapat sebagai berikut :1) Melalui jalur transervikal masuk ke dalam selaput
amniokorion dan cairan amnion. E. coli dapat menembus membran korioamnion. (Gyr dkk ,1994) 2) Melalui jalur
transervikal ke desidua/chorionic junction pada segmen bawah rahim. 3) Penetrasi langsung ke dalam jaringan serviks.
4) Secara hematogen ke plasenta dan selaputnya. 5) Secara hematogen ke miometrium Selain itu endotoksin dapat
masuk ke dalam rongga amnion se-cara difusi tanpa kolonisasi bakteri dalam cairan amnion.10,11,12 Infeksi dan proses
inflamasi amnion merupakan salah satu faktor yang dapat memulai kontraksi uterus dan persalinan preterm. Menurut
Schwarz (1976), partus aterm diinisiasi oleh aktivasi enzim phospholipase A2yang dapat melepaskan asam arakidonat
dari membran janin sehingga terbentuk asam arakidonat bebas yang merupakan bahan dasar sintesis prostaglandin.
Bejar dkk (1981) melaporkan sejumlah mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim
phospholipase A2sehingga dapat menginisiasi terjadinya persalinan preterm. Bennett dan Elder (1992), menunjukkan
bahwa mediator-mediator dapat merangsang timbulnya kontraksi uterus dan partus preterm melalui pengaruhnya
terhadap biosintesis prostaglandin.12,13,14 FAKTOR RISIKO PREMATURITAS Mayor 1. Kehamilan multipel 2.
Hidramnion 3. Anomali uterus 4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu 5. Serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu 6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali 7.
Riwayat persalinan preterm sebelumnya 8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm 9. Riwayat operasi konisasi 10.
Iritabilitas uterus Cermin Dunia Kedokteran No. 145, 2004 31 Minor 1. Penyakit yang disertai demam 2. Perdarahan
pervaginam setelah kehamilan 12 minggu 3. Riwayat pielonefritis 4. Merokok lebih dari 10 batang perhari 5. Riwayat
abortus pada trimester II 6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai
satu atau lebih faktor risiko mayor; atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya KRITERIA DIAGNOSIS 1. Usia
kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari 2. Kontraksi uterus (his) teratur, pastikan
dengan pemeriksaan inspekulo adanya pembukaan dan servisitis. 3. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks
telah mendatar 50-80%, atau sedikitnya 2 cm 4. Selaput ketuban seringkali telah pecah 5. Merasakan gejala seperti rasa
kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang 6. Mengeluarkan lendir
pervaginam, mungkin bercampur darah15,16,17DIAGNOSIS BANDING Kontraksi pada kehamilan preterm Persalinan
pada pertumbuhan janin terhambat PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) Laboratorium Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin Pemeriksaan darah tepi ibu: o Jumlah lekosit o C-reactive protein . CRP ada
pada serum penderita yang menderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi
fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai
reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.17,18,192) Amniosentesis Hitung lekosit Pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis
Kultur Kadar IL-1, IL-6 () Kadar glukosa cairan amnion,() 3) Pemeriksaan ultrasonografi Oligohidramnion : Goulk
dkk. (1985) mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan korioamnionitis klinis antepartum. Vintzileos dkk.
(1986) mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion. Penipisan serviks: Iams dkk.
(1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm (USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi
serviks transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus-kasus KPD
dan plasenta previa.3,4,16Hasil Produk BakteriDesidua dan/atau AmnionManositSitokin: IL-1,6 dan 8TNFCairan Amnion
:PAFAsam ArakidonatProstaglandin E2 dan F2aMiometrium:Kontraksi Uterus Kardiotokografi : kesejahteraan janin,
frekuensi dan kekuatan kontraksi PENATALAKSANAAN Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm
akibat amnionitis dan yang mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keluaran neonatal. Pada kasus-kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani ekspektatif, harus
dilakukan intervensi, yaitu dengan: 1) Akselerasi pematangan fungsi paru Terapi glukokortikoid, misalnya dengan
betamethasone 12 mg im. 2 x selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.1,5,9
Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi
surfaktan.1 Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan dalam
pembentukan surfaktan.12) Pemberian antibiotika Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan bahwa pemberian antibiotika
yang tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum. Diberikan 2 gram ampicillin (iv)
tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG). Peneliti lain memberikan antibiotika kombinasi untuk kuman aerob
maupun anaerob. Yang terbaik bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas1,5,7 Setelah itu dilakukan deteksi dan
penanganan terhadap faktor risiko persalinan preterm, bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik. 3) Pemberian
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
tokolitik a. Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya diperlukan 20 mg dan dosis
perawatan 3 x 10 mg. 5b. Golongan beta-mimetik - Salbutamol Per infus: 20-50 g/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau : Cermin Dunia Kedokteran No. 145, 2004 32 - Terbutalin Per infus: 10-15 g/menit Subkutan: 250 g
setiap 6 jam Per oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance) - Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru c. Magnesium sulfat - Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30
menit infus 2-4gr/jam (maintenance) - Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu dan
bayi) KONTRAINDIKASI PENUNDAAN PERSALINAN Mutlak Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum
yang banyak Relatif Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat, pembukaan serviks lebih
dari 4 cm CARA PERSALINAN Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan perlindungan
forseps terutama pada bayi < 35 minggu Indikasi seksio sesarea : a. Janin sungsang b. Taksiran berat badan janin
kurang dari 1500 gram (masih kontroversial) c. Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi d. Infeksi intrapartum
dengan takikardi janin, gerakan janin melemah, ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam
tidak terpenuhi e. Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan sebagainya). Lindungi bayi
dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37oC ( rawat intensif di bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian
anak. Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan ( minum, nafas, tanpa cacat) maka perawatan cara kangguru dapat
diberikan agar lama perawatan di rumah sakit berkurang. PENYULIT 1. Sindroma gawat nafas (RDS) 2. Perdarahan
intrakranial 3. Trauma persalinan 4. Paten duktus arteriosus 5. Sepsis 6. Gangguan neurologi KOMPLIKASIPada ibu,
setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan
luka episiotomi. Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987) menyatakan bahwa bayi
yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan,
sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar. KEPUSTAKAAN 1.
Cuningham FG et al. Preterm Birth. William Obstetrics. 20 th ed. Connecticutt: Appleton & Lange, 1997; 797-820 2. Iams
JD. Prematurity: Prevention and Treatment. In: Quenan JT ed. Management of High-Risk Pregnancy. Boston: Blackwell
Scient Publ, 1994; 464-75. 3. Quilligan EJ. Pathological causes of preterm labor. In: Elder MG, Hendricks CH eds.
Preterm Labor. London: Butterworths International Medical Reviews, 1981; 61-74. 4. Stubblefield PG. Causes and
Prevention of Premature Birth: An Overview. In: Fuchs AR, Fuchs F, Stubblefield PG eds. Preterm Birth Causes,
Prevention, and Management. 2 nd ed. McGraw-Hill Inc, 1993; 3-40. 5. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S.
Prematuritas. Dalam: Standard Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta 2003; 49-51 6. Wiknjosastro H.
Kelainan dalam lamanya kehamilan .Dalam: Wiknjosastro H eds. Ilmu Kebidanan edisi ke tiga. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka, 1991. 7. Seo K, McGregor JA, French JI. Infection in premature rupture of the membranes. In: Quenan JT eds.
Management of High-Risk Pregnancy. Boston: Blackwell Scient Publ, 1994; 476-82. 8. Romeo R,Avila C, Sepulveda W.
The Role of Systemic and Intrauterine Infection in Preterm Labor. In: Fuchs AR, Fuchs F, Stubblefield PG (eds). Preterm
Birth Causes, Prevention, and Management. 2nd ed. McGraw-Hill Inc, 1993; 97-136. 9. Huszar G,Hayashi R. Physiologic
Aspects of Myometrial Contractility and Cervical Dilatation. In: Fuchs AR, Fuchs F, Stubblefield PG (eds). Preterm Birth
Causes, Prevention, and Management. 2 nd ed. McGraw-Hill Inc, 1993; 41-58. 10. El-Bastawissi AY,Williams MA, Riley
DE, et al. Amniotic fluid Interleukin-6 and preterm delivery: A Review. Obstet Gynecol 2000; 95: 1056-64. 11. Menon R,
Swan KF, Leyden TW, Rote NS, Fortunato SJ. Expression of inflammatory cytokines (IL-1 beta and IL-6) in
amniochorion. Am J Obstet Gynecol 1995; 172: 493-500. 12. Gibbs RS, Blanco JD. Premature rupture of the
membranes. Obstet Gynecol 1982; 60: 671-9. 13. Osmer RGW, Blaser J, Kuhn W, et al. Interleukin-8 synthesis and the
onset of labor. Obstet Gynecol 1995; 86 : 223-9. 14. Besinger RE. The Diagnosis and Treatment of Preterm Labor. In:
Witter FR, Keith LG eds. Textbook of Prematurity Antecedents, Treatment, and Outcome. Boston: Little, Brown and Co;
1993; 65-114. 15. Goldenberg RL, Andrews WW, Mercer BM, et al. The Preterm Prediction Study: Granulocyte colonystimulating factor and spontaneous preterm birth. Am J Obstet Gynecol. 2000; 182: 625-30. 16. Goldenberg RL,
Andrews WW, Mercer BM, et al. The Preterm Prediction Study: Cervical lactoferrin concentration, other marker of lower
genital tract infection, and preterm birth. Am J Obstet Gynecol. 2000; 182: 631-5. 17. Bittar RE, Yamasaki AA, Sasaki S,
et al. Cervical fetal fibronectin in patients at increase risk for preterm delivery. Am J Obstet Gynecol. 1996; 175: 178-81.
18. Hsu CD, Hong SH, Harirah H, et al. Amniotic fluid soluble fat levels in intra-amniotic infection. Obstet Gynecol 2000;
95: 667-70. 19. Nakatsuka M, Habara T, Kamada Y et al. Elevation of total nitrite and nitrate concentration in vaginal
secretions as a predictor of premature delivery. Am J Obstet Gynecol. 2000; 182: 644-5. Cermin Dunia Kedokteran No.
145, 2004 33
Sindroma Aspirasi Mekonium
DEFINISI
Sindroma Aspirasi Mekoniuim terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika
bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan.
Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan bahan yang kental, lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai
bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu.
Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban, sindroma ini sangat parah. Mekonium yang terhirup lebih
kental sehingga penyumbatan saluran udara lebih berat.
PENYEBAB
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama proses persalinan berlangsung. Bayi seringkali merupakan
bayi post-matur (lebih dari 40 minggu).
Selama persalinan berlangsung, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya
gerakan usus dan pengenduran otot anus, sehingga mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang mengelilingi
bayi di dalam rahim. Cairan ketuban dan mekoniuim becampur membentuk cairan berwarna hijau dengan kekentalan
yang bervariasi.
Jika selama masih berada di dalam rahim janin bernafas atau jika bayi menghirup nafasnya yang pertama, maka
campuran air ketuban dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-paru.
Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga
terjadi gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru.
Selain itu, mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia
kimiawi.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan terhirupnya cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran.
Sekitar sepertiga bayi yang menderita sindroma ini memerlukan bantuan alat pernafasan.
Aspirasi mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit yang berat dan kematian pada bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium:
# Kehamilan post-matur
# Pre-eklamsi
# Ibu yang menderita diabetes
# Ibu yang menderita hipertensi
# Persalinan yang sulit
# Gawat janin
# Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam rahim).
GEJALA
Gejalanya berupa:
- Cairan ketuban yang berwarna kehijauan atau jelas terlihat adanya mekonium di dalam cairan ketuban
- Kulit bayi tampak kehijauan (terjadi jika mekonium telah dikeluarkan lama sebelum persalinan)
- Ketika lahir, bayi tampak lemas/lemah
- Kulit bayi tampak kebiruan (sianosis)
- Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
- Apneu (henti nafas)
- Tampak tanda-tanda post-maturitas (berat badannya kurang, kulitnya mengelupas).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keadaan berikut:
# Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bardikardia (denyut jantung yang lambat)
# Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium (berwarna kehijauan)
# Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.
Dengan bantuan laringoskopi, pita suara tampak berwana kehijauan.
Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki kasar).
Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan:
- Analisa gas darah (menunjukkan kadar pH yang rendah, penurunan pO2 dan peningkatan pCO2)
- Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru).
PENGOBATAN
Segera setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari mulut bayi.
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang ke dalam trakea bayi dan dilakukan
pengisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium.
Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan
untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam untuk mencuci saluran udara.
Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat.
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!
AbdulKadirSalam.Com - Freedom eLearning Of Open Source - Situs Pribadi Abdul Kadir Salam,S.Kom
http://www.abdulkadirsalam.com
Powered by Joomla!