You are on page 1of 45

HOMEOSTASIS CAIRAN TUBUH

DAN ELEKTROLIT

Keseimbangan Cairan Tubuh


Hidup tak akan ada tanpa air. Air merupakan awal dan produk akhir dari
reaksi biokimia yang tak terhingga jumlahnya. Air berfungsi sebagai pelarut, alat
transportasi, peyangga panas, dan masih banyak fungsi yang bervariasi. Air
terdapat di dalam sel sebagai cairan intraseluler dan terdapat disekitar sel
sebagai cairan ekstraseluler.

Volume dari cairan dalam tubuh relatif akan konstan ketika keseimbangan
air teregulasi dengan baik. Pemasukan cairan rata-rata dari sayuran, makanan
padat dan oksidasi metabolik adalah 25 L/hari. Pemasukan cairan harus cukup
tinggi agar kehilangan air dari sekresi urine, proses pernafasan, keringat, dan
defekasi dapat teratasi.

Fraksi total air dalam tubuh terhadap berat badan adalah antara 46% -
75% tergantung pada umur dan jenis kelamin seseorang. Fraksi total air dalam
tubuh pada bayi adalah 75%. Pada wanita muda fraksi total air dalam tubuhnya
sebesar 53%, sedang pada wanita tua hanya mencapai 46%. Pada pria muda
fraksi total air dalam tubuhnya mencapai 64%, sedang pada pria tua fraksi total
air dalam tubuhnya mencapai 53%. Fraksi rata-rata air pada kebanyakan
jaringan tubuh (pada orang dewasa) adalah 73% dibandingkan dengan fraksi air
pada lemak yang hanya 20%.

Defisit air

Osmoralitas ekstraseluler >>

Sekresi ADH >>

ADH plasma >>

Permeabilitas H2O
Tubulus ginjal, ductus
koligentes >>

Reabsorpsi air >>

Ekskresi H2O <<

Urine pekat
Osmoregulasi adalah proses dimana tubuh menjaga agar konsentrasi
sejumlah air dan elektrolit dalam darah tetap seimbang. Tubuh kita
membutuhkan cairan yang konstan dalam bernafas, berkeringat, urine, dan feses
seperti sel-sel tubuh kita yang tidak dapat bekerja tanpa air. Jika terlalu banyak
air, tubuh akan memindahkannya melalui mekanisme osmosis ke dalam sel.
Keseimbangan sangat diperlukan, dan keseimbangn air ini diatur oleh
hipotalamus.
Osmolaritas dari kebanyakan cairan tubuh adalah 290 mOsm/kg H2O.
Peningkatan osmolaritas cairan ekstraseluler contohnya terjadi pada penyerapan
NaCl atau saat kehilangan air. Osmolaritas cairan ekstraseluler sangat diatur
sedemikian rupa sehingga tetap konstan, untuk melindungi sel dari jumlah cairan
yang selalu berubah-ubah yang masuk dalam tubuh kita. Osmoregulasi diatur
oleh osmoreseptor, ditemukan terutama di hipotalamus, hormon(contohnya
ADH=antidiuretic hormone), dan ginjal yang merupakan organ target dari ADH.
Kehilangan air (hipovolemia) contohnya pada saat berkeringat, respirasi,
dan pengeluaran urine, membuat cairan ekstraseluler hipertonik. Osmolaritas
akan meningkat 1-2 % atau lebih. Hal ini akan membuat hipotalamus
mensekresikan ADH dari kelenjar pituitari posterior. ADH disekresikan untuk
menurunkan kadar ekskresi H2O dalam urine. Karena kandungan air dalam urine
sedikit, maka urine yang disekresikan menjadi pekat. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari diagram diatas.
Pada saat kelebihan air, absorpsi dari cairan hipotonik akan menurunkan
tingkat osmolaritas cairan ekstraseluler. Hal ini akan menghambat sekresi dari
ADH, sehingga menyebabkan diuresis air dan normalisasi dari osmolaritas
plasma dalam waktu kurang dari 1 jam. Pada keadaan kelebihan air juga dapat
terjadi mabuk air. Mabuk air ini terjadi ketika kelebihan volume air diabsorpsi
terlalu cepat, menyebabkan simtom nausea, muntah, dan shock. Kondisi ini
disebabkan oleh penurunan dari osmolaritas plasma sebelum inhibisi yang
adekuat dari sekresi ADH terjadi.
Dalam regulasi garam, sekitar 8-15 gr. NaCl diserap tiap harinya. Ginjal
mengekskresikan jumlah yang sama dari ion Na dan menjaga homeostasis dari
cairan ekstraseluler. Karena ion Na+ merupakan ion yang dominan dalam cairan
ekstraseluler, maka ion Na+ diubah dari Na+ dari total tubuh menjadi volume
cairan ekstraseluler. Hal ini diatur oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Renin-angiotensin system (RAS) yang merupakan promoter
aktivasi penyimpanan dari ion Na+ via Angiotensin II, aldosteron, dan ADH.
2. Atriopeptin (atrial natriuretic peptide; ANP) adalah hormon peptida
yang disekresikan oleh sel spesifik dari atrium jantung untuk merespon
peningkatan volume cairan ekstraseluler dan tekanan atrium. ANP
mempromoter ekskresi ginjal terhadap Na+ dengan meningkatkan fraksi
filtrasi dan menghambat reabsorpsi Na+ dari ductus kolekticus.
3. Sekresi ADH yang distimulasi oleh :
• Peningkatan osmolaritas plasma dan cairan serebrospinal.
Pada penurunan volume darah yang berat, refleks-refleks kardiovaskular
memainkan peranan penting dalam menstimulasi ADH. Akan tetapi
pengaturan sekresi ADH sehari-hari selama dehidrasi ringan terutama
diefektifkan oleh perubahan osmolaritas plasma.
• Gauer-Henry refleks, yang terjadi ketika reseptor di atrium
memberi sinyal kepada hipotalamus untuk menurunkan volume cairan
ekstraseluler
• Angiotensin II
4. Tekanan diuretis yang disebabkan oleh elevasi tekanan darah
arterial, contohnya pada elevasi volume cairan ekstraseluler yang akhirnya
meningkatkan ekskresi Na+ dan air. Hal inilah yang menyebabkan turunnya
volume cairan ekstraseluler dan tekanan darah. Kontrol inilah yang menjadi
mekanisme mayor untuk regulasi tekanan darah.

Pengaturan osmolaritas cairan ekstraseluler berhubungan erat dengan


konsentrasi natrium, karena ion natrium paling banyak jumlahnya di ruang
ekstraseluler. Ion natrium dan anion lain yang berhubungan dengannya (HCO 3
dan cl-) mewakili sekitar 94 % dari osmolaritas ekstraseluler, dengan glukosa dan
ureum sekitar 3-5 % dari osmolaritas total.
Sistem yang terlibat khusus dalam pengaturan konsentrasi Na dan
osmolaritas cairan ekstraseluler adalah :
1. Sistem osmoreseptor ADH
2. Mekanisme rasa haus
Rasa haus distimulasi oleh dehidrasi melalui tiga cara:
1. Dehidrasi mengurangi produksi air liur, sehingga menyebabkan mulut dan
esofagus kering. Tactile receptors in the mucosa relay nerve impulses to the
thirst center of the hypothalamus, giving rise to a thirst sensation.
2. Dehidrasi meningkatkan tekanan osmotic darah, menstimulasi
osmoreseptor di hipotalamus yang memberi sinyal kepada pusat rasa haus.
3. Dehidrasi menyebabkan penurunan volume darah dan tekanan darah juga
ikut menurun, sehingga menyebabkan ginjal mengaktivasi system rennin-
angiotensin. Angiotensin II secara langsung menstimulasi pusat rasa haus di
hipotalamus. Sebagai hasil dari stimulasi tersebut sensasi rasa haus dan
keinginan untuk minum menjadi bertambah.
Tanda-tanda dehidrasi :
1. Menangis tanpa air mata
2. Mulut dan bibir kering
3. Selalu merasa haus
4. Air seni keluar sedikit dan berwarna gelap, adakalanya tidak keluar sama
sekali
5. Mata cekung atau terbenam
6. Pada bayi tanda dehidrasi bisa dilihat lewat ubun-ubun yang menjadi
cekung.
7. Anak mengantuk
8. Kulit pucat, dingin, dan kekenyalan tubuh berkurangan
9. Bekas cubitan tidak cepat kembali normal
10. Terjadi perubahan derajat kesadaran
11. Terlihat mengantuk/tertidur terus-menerus
12. Peningkatan konsentrasi hematokrit -proporsi volume sampel darah
dengan sel darah merah, diukur dalam ml- secara tiba-tiba
13. Tekanan darah menurun hingga kurang dari 20 mmHg
14. Takikardia (denyut jantung meningkat)
15. Denyut nadi cepat
Peningkatan ADH dapat dipengaruhi oleh obat-obatan seperti morfin,
nikotin siklofosfamid dan selain itu juga peningkatannya ADH dipengaruhi oleh
terjadinya hipoksia sehungga menyebabkan osmolaritas plasma meningkat dan
volume serta tekanan darah menurun.

Penurunan sekresi ADH dipengaruhi oleh Alkohol, klonidin(antihipertensi),


haloperidrol(penghambat dopamin) yang mengakibatkan osmolaritas plasma
menurun dan volume serta tekanan darah meningkat.

Kekurangan garam: ketika hiponatermia terjadi saat volume air dalam


tubuh normal, osmolaritas darah dan oleh karena sekresi ADH menurun, yang
meningkatkan ekskresi dari H2O oleh ginjal. Volume cairan ekstraseluler, plasma,
dan tekanan darah akan menurun. Hal ini mengaktivasi Renin-Angiotensin II
sistem (RAS) yang merupakan pemicu dari hipovolemia (rangsang haus) oleh
sekresi Angiotensin II dan menyebabkan penurunan Na+ dengan sekresi
aldosteron. Na+ yang keluar menyebabkan osmolaritas plasma meningkat dan
mensekresi ADH, dan akhirnya reabsorpsi air ditingkatkan. Pengambilan cairan
tambahan yang merespon rasa haus juga membantu dalam menormalisasi
volume cairan ekstraseluler.

Kelebihan Garam: Garam dalam kadar tinggi yang abnormal di dalam


tubuh membuat tubuh bekerja untuk membuat kadar H2O kembali normal
dengan meningkatkan osmolaritas plasma (respon rasa haus) dan sekresi ADH.
Peningkatan volume cairan ekstraseluler dan aktivitas RS ditahan. Sekresi
tambahan dari ANP, mungkin juga bersama hormon natriuretik yang memiliki
masa hidup ½ kali lebih panjang dari ANP, terutama meningkatkan ekskresi
NaCl dan H2O dan menyebabkan normalisasi volume cairan ekstraseluler.

DIURESIS dan DIURETIK


Peningkatan ekskresi urine diatas 1 ml/min. (diuresis) bisa menyebabkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Diuresis Air : Peningkatan osmolaritas plasma dan/atau meningkatkan
vlume darah yang mengakibatkan reduksi dari ADH , kemudian hal ini
menyebabkan ekskresi “free water”.
2. Diuresis osmotik : Berakibat dari ketidakmampuan reabsorpsi, substansi
untuk aktivasi osmotik (manitol) di tubulus renalis. Substansi ini menahan
H2O di lumen tubulus, yang kemudian diekskresikan. Osmotik diuresis bisa
juga terjadi ketika konsentrasi dari substansi yang dapat direabsorpsi
melebihi kapasitas reabsorpsi oleh tubular, contohnya pada keadaan
hiperglikemia. Glikosuria terjadi pada diabetes melitus yang oleh karena itu
diikuti oleh diuresis dan pada keadaan sekunder peningkatan rasa
haus(thirst).
3. Tekanan diuresis, terjadi ketika osmolaritas di tubulus renalis medula
menurun untuk menunjukkan peningkatan aliran darah di mendula renalis
terjadi pada kebanyakan kasus misalnya hipertensi.
4. Diuretik adalah obat untuk menurunkan diuresis. Sebagian besar dari
mereka bekerja terutama dengan inhibisi reabsorpsi NaCl dan sekundernya
dengan menurunkan reabsorpsi air. Tujuan utama dari terapi diuresis ini
(misalnya pada edema dan hipertensi) adalah untuk menurunkan volume
cairan ekstraseluler. Walaupun diuretik pada dasarnya menginhibisi NaCl
transpor ke seluruh tubuh, mereka memiliki derajat karena faal mereka dari
lumen tubular, dimana konsentrasinya bisa lebih tinggi untuk sekresi tubular
dan reabsorpsi air oleh tubular.
PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-
BASA

Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom
hydrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hydrogen yang dapat
melepaskan ion-ion hydrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh
adalah asam hidroklorida (HCl), yang berionisasi dalam air membentuk ion-ion
hydrogen (H+) dan ion klorida (Cl-).
Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima hydrogen. Sebagai
contoh, ion bikarbonat HCO3-, adalah suatu basa karena ia dapat bergabung
dengan satu atom hydrogen untuk membentuk H2CO3. protein hemoglobin dalam
sel darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa
tubuh yang paling penting.

PERTAHANAN TERHADAP PERUBAHAN KONSENTRASI ION HIDROGEN:


SISTEM PENYANGGA, PARU, DAN GINJAL
Ada tiga system utama yang mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam
cairan tubyh untuk mencegah asidosis dan alkalosis ; (1) sistem penyangga
asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung dengan
asam atau basa untuk mencegah perubahan konsemtrasi ion hydrogen yang
berlebihan; (2) pusat pernapasan, yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan
ekstraseluler menuju normal selama asidosis dan alkalosis.

Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen, system


penyangga cairan tubuh bekerja dalam waktu yang singkat untuk meminimalkan
perubahan-perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasikan ion-ion
hydrogen dari tubuh atau menambahnya ke dalam tubuh tetapi hanya menjaga
agar mereka tetap terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Garis
pertahanan kedua, sistem pernapasan, juga bekerja dalam beberapa menit
untuk mengeliminasikan CO2 dan H2CO3 dari tubuh. Kedua garis pertahanan
pertama ini menjaga konsentrasi ion hydrogen dari perubahan yang terlalu
banyak sampai garis pertahanan ketiga yang bereaksi lebih lambat, ginjal, dapat
mengrliminasikan kelebihan asam dan basa dari tubuh. Ginjal juga merupakan
system pengaturan asam basa yang paling kuat selama beberapa jam sampai
beberapa hari.

SISTEM PENYANGGA BIKARBONAT

Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung


dua zat: (1) asam lemah H2CO3; dan (2) garam bikarbonat, seperti NaHCO3.
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O dengan bantuan nzim
karbonat anhidrase yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Enzim ini
terutama banyak terdapat pada dinding alveoli paru-paru, dimana CO2
dilepaskan; karbonik anhidarse juag banyak ditemukan di sel-sel epitel tubulus
ginjal, dimana CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3.
Komponen kedua dari system, yaitu garam bikarbonat, terbentuk secara
dominan sebagai natrium bikarbonat (NaHCO3) dalam cairan ekstraseluler.
System penyangga bikarbonat merupakan penyangga ekstraseluler yang paling
kuat dalam tubuh. Sebagai hasil pengaturan ini, pH dari cairan ekstraseluler
dapat diatur dengan tepat oleh kecepatan relatif pemindahan dan penambahan
HCO3- oleh ginjal dan kecepatan pemindahan CO2 oleh paru-paru.

SISTEM PENYANGGA FOSFAT DAN KEPENTINGANNYA SEBAGAI


PENYANGGA CAIRAN INTRASELULER DAN TUBULUS GINJAL

Elemen-elemen utama dalam sistem penyangga fosfat adalah H2PO4- dan


HPO4-. Bila suatu asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam campuran kedua
zat ini, hydrogen diterima oleh basa HPO4- dan dikonversikan menjadi H2PO4-
Hasil dari reaksi ini adalah bahwa asam kuat, yaitu HCl, digantikan oleh
sejumlah asam lemah tambahan, NaH2PO4 dan penurunan pH menjadi minimal.
Jadi, kekuatan penyangga total dari system fosfat dalam cairan
ekstraseluler lebih kecil daripada kekuatan system penyangga bikarbonat.
Berlawanan dengan peranannya yang tidak begitu penting sebagai
penyangga ekstraseluler, penyangga fosfat sangat penting dalam cairan tubulus
ginjal untuk dua alasan berikut: (1) fosfat biasanya menjadi sangat pekat dalam
tubulus sehingga meningkatkan tenaga penyangga system fosfat; (2) cairan
tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih rendah daripada cairan
ekstraseluler. Juga, pH cairan intraseluler lebih rendah daripada cairan
ekstraseluler dan oleh karena itu biasanya lebih mnedekati pK system
penyangga fosfat, dibandingkan dengan pK cairan ekstraselular.

PROTEIN SEBAGAI PENYANGGA INTRASELULER YANG PENTING

Protein berada di antara banyak penyangga yang paling kuat dalam tubuh
karena konsentrasinya yang tinggi, terutama di dalam sel.
pH sel, walaupun lebih rendah daripada pH dalam cairan ekstraselular,
perubahannya kira-kira sesuai dengan perubahan pH cairan ekstraselular. Ada
sedikit ion hydrogen dan ion bikarbonat yang berdifusi melalui membrane sel,
walaupun ino-ion ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi seimbang
dengan cairan ekstraselular, kecuali keseimbangan cepat yang terjadi di dalam
sel-sel darah merah. Akan tetapi, CO2 dapat dengan cepat beridfusi melalui
semua membrane sel. Difusi elemen-elemen system penyangga bikarbonat ini
menyebabkan pH dalam cairan intraseluler berubah ketika terjadi perubahan pH
cairan ekstraseluler. Karena alas an ini, sistempenyangga di dalam sel
membantu mencegah perubahan pH cairan ekstraseluler tetapi mungkin
membuuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal.
60-70% penyangga kimia total dalam cairan tubuh berada di dalam sel-sel dan
kebanyakan dihasilakan dari cairan ekstraselular.

PENGATURAN PERNAPASAN TERHADAP KESEIMBANGAN ASAM BASA

Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam basa adalah


pengaturan konsentrasi CO2 cairan ektraselular oleh paru-paru. Peningkatan
Pco2 cairan ekstraselular kan menurunkan pH, sedangkan penurunan Pco 2 akan
menigkatkan pH. Oleh karena itu dengan menyesuaikan Pco2 menigkat atau
menurun, paru-paru secaa efektif dapat mengatur konsentrasi ion hydrogen
cairan ekstraselular. Peningkatan ventilasi CO2 dari cairan ekstraselular, yang
melalui kerja massa, akan mengurangi konsentrasi ion hydrogen. Sebaliknya,
penurunan ventilasi akan meningkatkan CO2, jadi juga meningkatkan konsentrasi
ion hydrogen dalam cairan ekstraselular.
Bila pembentukan CO2 metabolik tetap konstan, satu-satunya faktor lain
yang memperngaruhi Pco2 dalam cairan ektraselular adalah kecepatan ventilasi
alveolus. Semakin tinggi ventilasi alveolus, semakin rendah Pco2 dan sebaliknya,
semakin rendah kecepatan ventilasi alveolus, semakin tinggi Pco 2. Bila
konsentrasi CO2 menigkat, konsentrasi H2CO3 dan konsentrasi ion hydrogen juga
meningkat sehingga menurunkan pH cairan ekstraselular.

KONTROL KESEIMBANGAN ASAM-BASA OLEH GINJAL

Ginjal mengontrol keseimbangan asam basa dengan mengeluarkan urin


yang asam atau yang basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah
asam dalam cairan ekstraselular, sedangkan pengeluaran urin basa berari
menghilangkan basa dari cairan ekstraselular.
Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus-menerus ke dalam
tubulus dan bila ion bikarbonat disekresikan ke dalam urin, keadaan ini
menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga
disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi
menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang
disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan
asam dari cairan ekstraselular. Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang
disaring daripada hidrogen yang disekresikan , akan terdapat kehilangan basa.
Bila terdapat pengurangan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraselular
(alkalosis), ginjal gagal mereabsorpsi semua bikarbonat yang disaring sehingga
maningkatkan ekskresi bikarbonat. Karenaion vikarbonat normalnya menyangga
hydrogen dalam cairan ekstraselular, kehilsngan ion bikarbonat ini sama dengan
penambahan satu ion hydrogen ke dalam cairan ekstraselular. Oleh karena itu,
pada alkalosis, pengeluaran ion bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi ion
hydrogen cairan ekstraselular kembali normal.
Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat ke dalam urin
tetapiu mereabsorpsi semua bikarbonat yang disaring dan menghasilkan
bikarbonat yang baru, yang ditambahkan kembali ke dalam cairan ekstraselular.
Hal ini mengurangi konsentrasi ion hydrogen cairan ektraselular kembali ke
normal.
Bila ion hidrogen dititrasi dalam cairan tubulus dengan bikarbonat, hal ini
menmghasilkan reabsorpsi ion bikarbonat untuk setiap ion hidrogen yang
disekresikan. Tetapi, bila terdapat kelebihan ion hidrogen dalam urin, ion
hidrogen akan bergabung dengan penyangga selain bikarbonat dan hal ini
menghasilakn pemebentukan ion bikarbonat baru yang juga dapat masuk ke
dalam darah. Jadi, bila terdapat kelebihan ion hidrogen dalam cairan
ekstraselular, ginjal tidak hanya mereabsorpsi semua bikarbonat yang disaring
tetapi juga menghasilkan bikarbonat baru, dengan demikian membantu
mengganti bikarbonat yang hilang dari cairan ektarselular pada keadan asidosis.
Jadi, ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular dengan
tiga mekanisme dasar :
1. Sekresi ion-ion hidrogen
2. Reabsorsi ion bikarbonat yang disaring
3. Produkasi ion-ion bikarbonat yang baru.

KOREKSI ASIDOSIS OLEH GINJAL (PENINGKATAN ION HIDROGEN DAN


PENAMBAHAN ION BIKARBONAT DALAM CAIRAN EKTRASELULAR)

Asidosis terjadi ketika rasio HCO3- dan CO2 dalam cairan ektraselular
menurun sehingga menyebabkan penurunan pH. Bila rasio ini menurun akibat
penurunan HCO3- , asidosis disebut asidosis metabolik. Bila pH menurun karena
peningkatan Pco2, asidosis disebut asidosis respiratorik.
Kedua kondisi ini menyebabkan penurunan rasio ion bikarbonat terhadap
ion hidrogen dalam cairan tubulug\s ginjal. Akibatnya, terdapat kelebihan ion
hidrogen dalam tubulus ginjal, menyebabkan reabsorpsi ion bikarbonat yang
menyeluruh dan masih menyisakan ion hidrogen tambahan yang tersedia untuk
bergabung dengan penyangga urin, NH4+ dan HPO4-. Jadi, pada asidosis, ginbajl
mereabsorpsi semua bikarbonat yang disaring dan menyumbangkan bikarbonat
baru melalui pembentukan asam NH4+ dan asam tertitrasi.
Pada asidosis metabolik, kelebihan ion hidrogen melebihi ion bikarbonat
yang terjadi dalam cairan tubulus secara primer adalah akbat penurunan filtrasi
ion bikarbonat. Penurunan filtrasi ion bikarbonat terutama disebabkan oleh
penurunan konsentrasi bikarbonat cairan ekstraselular.
Pada asidosis respiratorik, kelebihan ion hidrogen di dalam cairan tubulus
terutama diakibatkan oleh peningkatan Pco2 cairan ektraselular yang
merangsang sekrsi ion hidrogen.

KONDISI pH H+ Pco2 HCO3-


Normal 7,4 40 nEq/L 40 mmHg 24 mEq/L
Asidosis respiatorik
↓ ↑ ↑↑ ↑
Alkalosis respiatorik
↑ ↓ ↓↓ ↓
Asidosis metabolik
↓ ↑ ↓ ↓↓
Alkalosis metabolik
↑ ↓ ↑ ↑↑
* peristiwa utama ditunjukkan dengan tanda panah berganda

KONSENTRASI ALKALOSIS OLEH GINJAL (PENURUNAN SEKRESI ION


HIDROGEN TUBULUS DAN PENINGKATAN EKSKRESI ION BIKARBONAT)

Pada alkalosis, rasio HCO3- terhadap CO2 di dalam cairan ektraselular


meningkat menyebabkan peningkatan pH (penurunan konsentrasi ion hidrogen).
Pada alkalosis terdapat peningkatan rasio ion bikarbonat terhadap ion hidrogen
di dalam cairan tubulus ginjal. Efek akhir dari mekanisme kompensasi ini adalah
kelebihan ion bikarbonat yang tidak dapat direabsorpsi dari tubulus dan oleh
karena tiu, diekskresikan ke dalam urin. Jadi pada alkalosis, bikarbonat
dikeluarkan dari cairan ektraselular melalui ekskresi ginjal, yang mempunyai efek
yang sama seperti dengan penambahan ion hidrogen terhadap cairan
ekstraselular. Ini membantu mengembalikan konsentrasi ion hidrogen dan pH
kembali normal.
Pada alkalosis respiratorik terdapat peningkatan pada pH cairan
ekstraselular dan dan penurunan pada konsentrasi ion hidrogen. Penyebab dari
alkalosis adalah penurunan Pco2 plasma, yang disebabkan oleh hiperventilasi.
Pengurangan Pco2 kemudian menimbulkan penurunan kecepatan sekesi ion
hidrogen oleh tubulus ginjal. Akibatnya, tidak ada cukup hidrogen untuk bereaksi
dengan semua HCO3- yang disaring. Oleh karena HCO3- yang tidak dapat
bereaksi dengan ion hidrogen tidak direabsorpsi dan diekskresikan ke dalam urin
sehingga menghasilkan penurunan konsentrasi HCO3- plasma dan terjadii
alkalosis.
Pada alkalosis metabolik, terdapat juga penignkata pH plasma dan
penurunan konsentrasi ion hidrogen. Tetapi, penyebab alkalosis metabolik
adalah peningkatan konsentrasi ion bikarbonat cairan ekstraselular. Keadaan ini
dikompensasi sebagian oleh pengurangan kecepatan pernapasan yang
meningkatkan Pco2 dan membantu mengembalikan pH cairan ekstraselular
menuju normal. Pada alkalosis metabolik, kompensasi utama adalah penurunan
ventilasi yang meningkatkan Pco2 dan peningkatan sekresi ion bikarbonat ginjal
yang membantu mengompensasi peningkatan awal konsentrasi ion bikarbonat
cairan ekstraselular.

Enzim
Sifat-sifat enzim :

Enzim merupakan senyawa organik bermolekul besar yang berfungsi untuk


mempercepat jalannya reaksi metabolisme di dalam tubuh tumbuhan tanpa
mempengaruhi keseimbangan reaksi
Enzim tidak ikut bereaksi, bekerja secara bolak-balik, dan struktur enzim tidak
berubah baik sebelum maupun sesudah reaksi
Enzim sebagai biokatalisator
Enzim tersusun atas struktur protein dan non-protein
Bersifat spesifik, hanya bereaksi terhadap substrat tertentu saja. Satu enzim
bekerja hanya untuk satu substrat
Bagian enzim yang aktif adalah sisi aktif dari enzim
1. Enzim yang membantu dalam proses pencernaan dihasilkan oleh kelenjar
kelenjar-kelenjar yang terdapat dalam mulut, lambung, pankreas dan
usus. Enzim yang belum aktif disebut pro enzim atau zimogen.
2. Dipengaruhi oleh suhu, pH, konsenrasi (substrat dan enzim), dan inhibitor.

Tata nama enzim :


• Enzim diberi nama sesuai dengan nama substrat dan reaksi yang
dikatalisis
• Biasanya ditambah akhiran ase
• Enzim dibagi ke dalam 7 golongan besar

Protein Enzim p
sederh

Kelas Tipe reaksi


Oksidoreduktase Memisahkan dan menambahkan elektron atau
Enzim
Enzim
(nitrat reduktase) hidrogen
Konjugasi
Transferase (Kinase) Memindahkan gugus senyawa kimia

Hidrolase Memutuskan ikatan kimia dengan penambahan


(protease,lipase, amilase)
Liase
air
Protein +
Membentuk ikatan rangkap dengan melepaskan
(fumarase) Bukan
satu gugus kimia Protein
Isomerase
(epimerase) mengkatalisir perubahan isomer
Ligase/sintetase menggabungkan dua molekul yang disertai
(tiokinase) dengan hidrolisis ATP Bukan protein =
Polimerase menggabungkan monomer-monomer sehingga
Protein = apoenzim terbentuk polimer
(tiokinase)
Gugus prostetik
Contoh koenzim :

Organik = Koenzim Anorganik = kofakt


1. NAD (koenzim 1)
2. NADP (koenzim 2)
3. FMN dan FAD
4. Cytokrom: cytokrom a, a3, b, b6, c, dan f
5. Plastoquinon, plastosianin, feredoksin
6. ATP: senyawa organik berenergi tinggi, mengandung 3 gugus P dan
adenin ribose

Protein Enzim protein


sederhana

Enzim Enzim Konjugasi

Protein +
Bukan Protein

Protein Bukan protein =


=apoenzim Gugus prostetik

Anorganik =
Organik =Koenzim
kofaktor

Karakteristik enzim :

• Enzim dibentuk dalam protoplasma sel


• Enzim beraktifitas di dalam sel tempat sintesisnya (disebut endoenzim)
maupun di tempat yang lain diluar tempat sintesisnya (disebut eksoenzim)
• Sebagian besar enzim bersifat endoenzim
• Enzim bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat hidrofil
• Dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun
anion
• Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi
protein misalnya suhu, pH dll
• Enzim dapat dipacu maupun dihambat aktifitasnya
• Enzim merupakan biokatalisator yang dalam jumlah sedikit memacu laju
reaksi tanpa merubah keseimbangan reaksi
• Enzim tidak ikut terlibat dalam reaksi, struktur enzim tetap baik sebelum
maupun setelah reaksi berlangsung
• Enzim bermolekul besar
• Enzim bersifat khas/spesifik
• Suhu: optimum 300C, minimum 0 0C, maksimum 400C
• Logam, memacu aktifitas enzim: Mg, Mn, Co, Fe
• Logam berat, menghambat aktivitas enzim: Pb, Cu, Zn, Cd, Ag
• pH, tergantung pada jenis enzimnya (pepsin aktif kondisi masam, amilase
kondisi netral, tripsin kondisi basa)
• Konsentrasi substrat, substrat yang banyak mula-mula memacu aktifitas
enzim, tetapi kemudian menghambat karena: penumpukan produk (feed
back effect)
• Konsentrasi enzim, peningkatan konsentrasi enzim memacu aktifitasnya
• Air, memacu aktifitas enzim
• Vitamin, memacu aktifitas enzim

Mulut
Di dalam mulut dihasilkan saliva yang mengandung enzim ptialin yang berfungsi
memecah zat tepung (amilum) menjadi zat gula (glukosa).
Perut
Sel-sel mukosa dalam perut menghasilkan cairan lambung sama dengan cairan
pencernaan sama dengan gastric juice. Bagian-bagian perut yang terkait dengan
enzim pencernaan adalah:
• Cardiac: menghasilkan kelenjar lendir
• Fundus: sel utama menghasilkan pepsinogen, sel pariental
menghasilkan HCl, serta sel epithel menjadi mucin/lendir.
Pepsin (endopeptidase) merupakan enzim pemecah rangkaian asam amino di
bagian dalam/tengah. Enzim ini bekerja optimum pada pH 2.0 (1.5-4.6).

Getah Pankreas
Kelenjar pankreas terletak pada lipatan doudenum, getah pankreas keluar
melalui doctus.
Enzim-enzim mukosa duodenum menjadi enterokinase
• Tripsinogen menjadi Tripsin, endopeptidase, memecah ikatan pepsida
pada AA Lys dan Arg.
• Chymotripsinogen menjadi chimotripsin; endopeptidase memecah
peptidase khas pada AA aromatik
• Procarboxy peptidase A dan B menjadi Carboxy peptidase A dan B
eksopeptidase sama dengan memecah AA yang berada di luar/di ujung.
o Carboxy peptidase A: memecah C ujung pada gugus umino dan
karboksil khusus untuk AA aromatik dan AA netral.
o Carboxy peptidase B : pada AA leu, Arg dan Lys yang berada di
ujung.
• α -amilase: memecah pati (amilum) dan glikogen
Enzim pencerna KH: sukrase, maltase, isomaltese, laktase
Enzim pemecah lemak: lipase
Gelatinase sama dengan Parapepsin I
• Stabil pada pH 7.0
• In aktif terhadap albumin darah
• Lebih khas untuk perencanaan gelatin
• Tidak mengandung fosfat serin
• Berbeda gugus AA ujungnya.
Gastricsin sama dengan parapepsin II sama dengan parapepsin I, pH optimum
sama dengan 3.0 Renin dihasilkan dalam lambung anak ternak yang minum
susu, renin berfungsi untuk menggumpalkan (koagulasi) kasein (protein) susu
menjadi parakasein. Parakasein ditambah Ca2+ menjadi kalsium parakaseinat
(menggumpal-mengendap). Renin kalsium parakaseinat dicerna oleh pepsin dan
disempurnakan pencernaannya di usus.

THERMAL BALANCE DAN


THERMOREGULATION

Tubuh mempertahankan suhunya tetap seimbang dengan


mekanisme thermoregulation. Mekanisme ini terdiri atas heat loss
dan heat produce.

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5˚C – 37,5˚C . Suhu yang lebih
tinggi dari 40˚C dikatakan mengalami hipertermia dan beresiko
mendapat heat stroke, sedang suhu yang lebih rendah dari 35˚C
disebut hipotermia.

Suhu pada tubuh manusia dibedakan atas core themperature, yakni


suhu organ dalam manusia yang umumnya nilainya lebih tinggi
dibanding skin themperature, dan skin themperature, yakni suhu
yang teraba pada daerah kulit.
PENGATURAN SUHU TUBUH
Suhu tubuh diatur sepenuhnya oleh mekanisme umpan balik saraf.
Mekanisme ini bekerja dipusat pengaturan suhu yang terletak
dihipotalamus. Agar mekanisme ini bekerja dengan baik, diperlukan
detector suhu untuk mengetahuai apakah suhu terlalu panas atau
terlalu dingin. Reseptor tersebut antara lain :

• Reseptor suhu berupa neuro peka-panas khusus yang terletak


pada daerah preoptika hipotalamus. Neuron ini akan
meningkatkan impuls jika suhu meningkat dan sebaliknya, impuls
akan berkurang jika suhu lingkungan dingin.

• Reseptor suhu dikulit termasuk reseptor panas dan dingin yang


menghantarkan impuls saraf kemedula spinalis dan kemudian
kedaerah hipotalamus otak.

• Reseptor suhu pada daerah medulla spinalis, abdomen dan


struktur dalam lainnya pada tubuh yang juda menghantarkan
isyarat.
Berdasarkan percobaan, ditemukan bahwa reseptor preoptika
sangat berperan dalam mengatur suhu tubuh ketika suhu tubuh
meningkat diatas normal. Tapi saat suhu turun, reseptor saraf perifer
mungkin lebih penting.

Isyarat dari reseptor perifer dan area preoptika akan diintegrasikan


didaerah hipotalamus untuk menghasilkan isyarat eferen untuk
mengatur heatloss dan heatproduce. Mekanisme pengaturan suhu
hipotalamus secara keseluruhan disebuh thermostat hipotalamus.

HEAT PRODUCE
Produksi panas tubuh berasal dari hasil samping metabolisme.
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kecapatan metabolisme
secara tidak langsung juga mempengaruhi kecepatan heat produce.
Hal ini karena saat berlangsung pembentukan ATP, tidak semua
energi dapat diubah menjadi energi yang fungsional. Lebih dari 50%
energi dalam makanan diubah menjadi panas saat pembentukan
ATP. Selanjutnya lebih banyak panas dihasilkan saat pemindahan
ATP kedaerah fungsional sel, sehingga hanya sekitar 25% energi
makanan yang sampai didaerah fungsional sel. Energi inipun, banyak
yang kembali menjadi panas, seperti dalam mekanisme perombakan
dan pembentukan protein yang terjadi terus-menerus. Protein yang
telah dirombak akan melepas energi dalam bentuk panas. Selain itu,
gaya gesek yang terjadi baik saat aktivitas otot (gaya gesek antara
serabut otot) ataupun pada pembuluh darah (darah dengan dinding
kapiler) juga melepas energi berbentuk panas.

Hal-hal yang mempengaruhi laju metabolisme, antara lain:

• Basal rate of metabolism : yakni laju pembentukan energi yang


diperlukan tubuh untuk mempertahankan hidup. Basal
metabolisme rate dipengaruhi oleh berat badan dan jenis kelamin
seseorang.

• Extra rate of metabolism by muscle activity : yakni panas tambahan


yang dihasilkandari kerja otot termasuk adptasi tubuh menghadapi
suhu lingkungan yang rendah dengan menggigil.

• Extra metabolism caused by the effect of thyroxine :

• Extra metabolism caused by the effect of hormone

• Extra metabolism caused by increased chemical activity in the cells


• Extra metabolism needed for digestion, absorption, and storage of
food

Adapun saat tubuh terpapar udara yang dingin, tubuh akan


beradaptasi dengan mengurangi pelepasan panas ke lingkungan
dengan peningkatan pembentukan panas tubuh. Mekanisme
adaptasi terhadap lingkungan dingin, antara lain :

• Konservasi panas yakni pengurangan pelepasan panas


kelingkungan, dapat dilakukan dengan :

Mengurangi pelepasan panas kelingkungan, adapun caranya ialah


dengan vasokontriksi pada kulit. Hipotalamus posterior akan
mengaktivasi isyarat saraf simpatik kepembuluh darah kulit dan
timbul vasokontriksi hebat diseluruh tubuh.

Piloereksi (rambut berdiri) adalah mekanisme pengurangan


pelepasan panas kedua. Tegaknya rambut pada iklim dingin
membentuk lapisan isolator udara yang dekat dengan kulit
sehingga pemindahan panas kelingkungan sangat dikurangi.

Peniadaan keringat. Ini dimungkinkan karena keringat sama sekali


tidak terbentuk dengan pendinginan thermostat preoptik dengan
suhu kira-kira di bawah 37˚C. hal ini menyebabkan pendinginan
kerena penguapan terhenti, kecuali pendinginan secara insensibel.

• Peningkatan pembentukan panas : pe,bentukan panas meningkat


melalui tiga jalan bila suhu thermostat tubuh turun dibawah 37˚C,
yakni :

Perangsangan menggigil oleh Hipotalamus, area yang dinamakan


pusat motorik primer untuk menggigil pada bagian dorsomedial
hipotalamus posterior dekat dinding ventrikel ketiga aktif akibat
rangsang dingin lalu mengantarkan rangsang implus melalui
traktus bilateral menuruni batang otak masuk kolumna lateralis
medulla spinalis dan akhirnya keneuron motorik anterior. Impuls ini
hanya tidak menyebabkan menggigil yang sebenarnya tapi hanya
meningkatkan tonus otot. Bila tonus otot meningkat diatas nilai
kritis tertentu akan timbul menggigil. Pada keadaan normal area
pusat motorik primer untuk menggigil ini nonaktif karena kendali
isyarat dari kulit dan medulla spinalis.

Eksitasi ”kimia” simpatis pembentukan panas: rangsangan pada


epinefrin dan norepinefrin dapat mengakibatkan peningkatan
segera pada kecepatan metabolisme sel, ini disebut termogenesis
kimia.

Peningkatan pengeluaran hormon tiroksin sebagai penyebab


peningkatan pembentukan panas : pendinginan area hipotalamus
dapat meningkatkan pembentukan hormon neurosekresi hormon
pelepasan tirotropin oleh hipotalamus. Hormon ini diangkut menuju
adenohipofisis untuk merangsang sekresi tirotropin, yang
selanjutnya akan merangsang pelepasan tiroksin yang akan
meningkatkan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh.

HEAT LOSS
Selain terus menerus menghsilkan panasw, tubuh juga terus-
menerus melepas panas kelingkungan sebagai bagian dari
mekanisme termoregulation. Kecepatan pelepasan panas
kelingkungan dipengaruhi oleh :

• Kecepatan konduksi panas dari bagian profunda tubuh tempat

penghasilan panas, menuju ke bagian superficial (skin).

Pelepasan panas terjadi dalam dua tahap. Pertama-tama, dari


daerah tempat panas dihasilkan (tempat metabolisme seluler)
yang terletak pada bagian inti tubuh (profunda), panas akan
ditransfer menuju kedaerah superficial dengan mekanisme
konduksi. Kecepatan transver panas dari daerah profunda
kedaerah superficial ini memiliki kecepatan yang sangat tinggi,
sehingga efisiensi transfer panas pun tinggi. Saat sampai dikulit,
panas tidak serta merta dapat dilepaskan kelingkungan. Ini karena
adanya mekanisme isolator yang dimiliki tubuh. Kulit, jaringan
subkutis, dan lemak jaringan subkutis merupakan isolator panas
bagi tubuh. Lemak sangat penting peranannya untuk
mempertahankan panas tubuh karena lemak hanya
menghantarkan panas sebesar 2/3 kemampuan hantaran panas
jaringan lain.

• Kecepatan panas yang ditransfer dari kulit kelingkungan.

Karena adanya mekanisme isolator tubuh, tubuh dapat mengatur


jumlam panas yang dapat dilepaskan kelingkungan. Adapun
mekanisme pelepasan kalor kelingkungan dapat dilakukan dengan
:

Radiasi, adalah salah satu mekanisme pelepasan kalor dalam


bentuk radiasi sinar infrared yang dipapar tubuh kelingkungan
yang suhunya lebih rendah. Mekanisme radiasi ini akan meningkat
ada suhu yang semakin rendah.

Konduksi, dapat dilakukan dengan dua jalan, konduksi udara dan


konduksi denda padat. Konduksi dari tubuh kebenda padat lain
umumnya tidak menunjukkan nilai yang berarti. Tapi, konduksi
udara dapat menunjukkan nilai yang cukup berarti. Hal ini karena
tubuh senantiasa mengkondukskan panas keudara disekitarnya.
Panas sebenarnya adalah energi kinetik pergerakan molekul, dan
molekul-molekul penyusun kulit akan terus dilepaskan keudara
diatasnya, hingga suhu tubuh mencapai nilai yang sama dengan
lingkungan sekitarnya.

Konveksi, adalah lanjutan dari konduksi. Molekul panas yang naik


keatas kulit akan digerakkan menjauhi kulit oleh aliran konveksi
udara, sehingga pelepasan panas secara konduksi dapat terus
terjadi karena suhu udara disekitar kulit akan selalu diganti
dengan udara lain.

Evaporasi, adalah pelepasan panas melalui perantara penguapan


air. Untuk setiap gram air yang dilepaskan tubuh, kita kehilangan
0,58 K panas. Penguapan air kelingkungan terjadi secara
insensible. Dinama air langsung menguap melalui paru=paru dan
kulit, dan kecepatan penguapan air ini tidak dapat dikontrol untuk
tujuan mengontrol suhu tubuh, sebab difusi air terjadi terus-
menerus tanpa mengindahkan suhu tubuh. Penguapan secara
insensible ini sangat penting artinya saat tubuh terpapar panas
lingkungan yang tinggi sehingga semua jalur heat loss akan
tertutup kecuali evaporasi insensible ini. Sehingga evaporasi
insensible dapat menjadi satu-satunya mekanisme heatlos yang
tersisa disaat udara terlalu panas.

Saat tubuh terpapar panas berlebihan, mekanisme penurunan suhu


akan bekerja. Adapun mekanisme ini menyangkut :

• Penurunan nilai/kecepatan heat produce.

• Saat panas lingkungan berlebih mekanisme pelepasan panas yang


dominan adalah mekanisme heat loss evaporatif. Sehingga saat
lingkungan panas sekresi keringat akan meningkat pula. Adapun
rangsang saraf untuk menghasilkan keringat dimulai dari
perangsangan daerah preoptika pada bagian anterior hipotalamus.
Impuls ini kemudian dihantarkan dalam lintasan otonom kemedula
spinalis kemudian melalui lintasan simpatis kekulit manapun pada
tubuh.

• Penghambatan pusat-pusat simpatis di hpotalamus posterior dapat


menghilangkan tonus vsokontriksinormal pada pembuluh darah
kulit dan menyebabkan vasodilatasi, sehingga kehilangan banyak
panas dari kulit.

BERBAGAI KETIDAKNORMALAN SUHU TUBUH

 Fever (endogen and exogen) berarti suhu tubuh berada diatas


batas normal biasa. Dapat disebabkan oleh kelainan dalam
otak atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu, infeksi bakteri, tumor otak, atau dehidrasi.
Banyak protein atau hasil pemecahan protein atau zat toksik
tertentu dapat menyababkan penyatelan ulang titik thermostat
hipotalamus yang lebih tinggi dari normal. Zat-zat ini disebut
pirogen. Bila titik setel panas pada hipotalamus meningkat
maka mekanisme peningkatan suhu tubuh meningkat, baik
konservasi panas ataupun pembentukan panas. Hal ini untuk
menyesuaikan suhu tubuh dengan standard suhu tubuh yang
telah disetel hipotalamus, hingga tubuh akan mencapai suhu
yang sesuai. Jika penyetelan suhu hipotalamus diturunkan lagi,
maka makanisme penurunan suhu pun akan bekerja untuk
menyesuaikan suhu tubuh dengan standard hipotalamus.

Beberapa mekanisme demam, antara lain :

Menggigil. Bila pengaturan thermostat dengan mendadak


diubah dari tingkat normal kenilai yang lebih tinggi sebagai
akibat kerusakan jaringan, zat pirogen, atau dehidrasi tubuh
membutuhkan waktu beberapa jam untuk mencapai suhu tubuh
yang baru. Karena suhu tubuh lebih rendah daripada setelan
suhu hipotalamus, tubuh merasa kedinginan meski suhunya
telah melebihi normal. Rasa dingin ini terus berlangsung hingga
suhu standard hipotalamus dicapai, sehingga kita jadi
menggigil. Selain itu, kulit juga mengalami vasokontriksi untuk
mencegah pelepasan panas. Rasa dingin danmenggigil ini
akan terus berlanjut hingga suhu hipotalamus dicapai.

Krisis atau ”flush”. Bila faktor yang menyebabkan penyetelan


hipotalamus menjadi tinggi itu dihilangkan, sehingga termostat
hipotalamus mendadak memiliki nilai rendah, maka tubuh akan
menyesuaikan diri lagi untuk mencapai suhu yang baru. Pada
keadaan ini suhu darah yang tinggi akan menyesuaikan
stndard hipotalamus yang rendah, sehingga terjadi gejala yang
analog dengan bila terjadi pemanasan berlebihan pada area
preoptika yang menyebabkan berkeringat dan meningkatnya
mekanisme penurunan suhu.

 Heatstroke (sengatan panas), terjadi bila suhu meningkat


diatas suhu kritis. Hal ini karena tubuh memiliki batas ektrem
panas yang dapat ditahan dengan mekanisme thermostat
hipotalamus. Tapi jika hipotalamus dipanaskan berlebihan,
kemampuan pengaturan panas akan tertekan dan
pembentukan keringat berkurang. Sehingga suhu tubuh yang
tinggi cenderung menetap kecuali dilakukan tindakan khusus
untuk menurunkan suhu, seperti berada ditempat dingin
(berendam air es) atau dengan kompres dingin.

Heat stroke memiliki gejala berupa dizziness, distress


abdomen, kadang-kadang delirium hingga kehilangan
kesadaran. Banyak gejala-gejala ini lebih dikarenakan syok
sirkulasi ringan akibat dehidrasi cairan dan elektrolit.

 Frosbite

Apabila tubuh terpapar pada temperatur yang sangat rendah,


daerah permukaan dapat membeku, kebekuan ini disebut
frossbite. Hal ini terutama terjadi pada telinga, jari-jari tangan
dan kaki. Bila kebekuan tersebut cukup untuk menyebabkan
terbentuknya kristal es di dalam sel, akan terjadi kerusakan
permanen, seperti kerusakan sirkulasi yang permanen,
demikian juga dengan kerusakan jaringan setempat.

 Artificial hypothermia. Bila suhu tubuh turun dibawah 94˚C


(suhu tubuh <35˚C) maka kemampuan hipotalamus untuk
mengatur suhu akan sangat terganggu. Dan akan hilang sama
sekali pada paparan suhu dibawah 84˚C. Hal ini dikarenakan
pengaturan pembentukan panas akan sangat tertekan akibat
suhu yang rendah. Tidur dan koma juga sering muncul, yang
dapat menekan mekanisme pengaturan suhu susunan saraf
pusat dan mencegah menggigil. Kehilangan pengaturan suhu
ini jelas mempercepat penurunan suhu tubuh dan cepat
membawa ke kematian. Bahkan seseorang yang terpapar air
es selama 20 sampai 30 menit biasanya mati karena henti
jantung atau fibrilasi jantung.

 Subfebris

Merupakan tahapan sebelum demam, dimana, suhu tubuh


penderita tidak sama dengan penderita demam, artinya kurang
dari 38ºC. Suhunya hampir seperti normal dan subfebris tidak
disertai dengan gejala mengigigl.

 Amplifikasi

Proses menjadikan lebih besar, seperti peningkatan stimulus


auditoris atau visual dengan maksud memperbaiki persepsi.
PEMERIKSAAN VITAL SIGNS

TEKANAN DARAH
Tekanan darah, seperti juga sifat-sifat yang lain pada manusia
tidak mempunyai nilai “normal”. Ia bervariasi dari orang ke
orang dan dari waktu ke waktu. Akan tetapi menurut Badan
Kesehatan Dunia, WHO, batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan
bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Namun buat orang Indonesia, banyak dokter berpendapat
tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg.
Batasan ini berlaku bagi orang dewasa diatas 18 tahun. Saat ini
WHO telah menetapkan tiga klasifikasi tekanan darah yang
tidak berhubungan dengan usia.

Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)

Normal dibawah dibawah 90mmHg


140mmHg

Ambang batas 140-160mmHg 90 - 95mmHg

Hipertensi Diatas 160mmHg diatas 95mmHg

 Sumber : Departemen Kesejahteraan Masyarakat "; Studi


Dasar Penyakit pada Orang Dewasa 1993";

 Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka.


Angka yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu
tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah
mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung.
Angka yang kedua disebut tekanan diastolik, adalah angka
yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke
dalam jantung.

PENGUKURAN TEKANAN DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MANOMETER


AIR RAKSA.

Tekanan darah hampir selalu diukur dalam millimeter air raksa


(mmhg) krena manometer air raksa telah digunakan sebagi
referensi standar untuk mengukur tekanan darah di sepanjang
sejarah fisiologi. Sebenarnya, tekanan darah berarti tenaga yang
digunakan oleh drah terhadap setiap satuan daerah dinding
pembuluh tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan dalam
suatu pembuluh darah adalah 50 mm hg, ini berarti bahwa tenaga
yang digunakan tersebut akan cukup untuk mendorong suatu kolo
air raksa ke atas setinggi 50 mm. Jika tekanannya 100 mm hg, ia
akan mendorong kolom air raksa tersebut sampai setinggi 100
mm.

Adapun pengukuran tekanan darah dengan menggunakan


manometer air raksa yaitu, sebuah kanula atau kateter
dimasukkan kedlam suatu arteri, suatu vena, atau bahkan
kedalam jantung , dan tekanan dari kanula atau kateter diteruskan
ke sisi kiri manometer tempat ia mendorong air raksa ke bwah
sementara menaikkan kolom air raksa di sisi kanan. Perbedaan
diantara kedua permukaan air raksa kira-kira sama dengan
tekanan di dalam sirkulasi dinyatakan dalam milimeter air raksa.

PENGUKURAN TEKANAN DARAH DENGAN MENGGUNKAN


SPHYGMOMANOMETER

Tekanan darah
dapat diukur
dengan
menggunakan alat
yang dipanggil
sphygmanometer.
Terdapat dua
bacaan dalam
pengukuran
tekanan darah yaitu BP 140/90 mmHg. Nilai tinggi (140)
dipanggil tekanan darah sistolik dan nilai rendah (90) pula ialah
tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik ialah tekanan
darah dalam arteri (salur darah) bila jantung mengepam darah.
Manakala tekanan darah diastolik pula ialah tekanan darah
dalam arteri bila jantung berhenti mengepam di antara dua
denyutan.

Adapun cara pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan


sphygmomanometer adalah sebagai berikut:

Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, responden


sebaiknya menghindarI kegiatan aktivitas fisik seperti olah raga,
merokok, dan makan,minimal 30 menit sebelum pengukuran. Dan
juga duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum
pengukuran.

Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres.


Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang
dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk.

Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang


tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan
lengan kanan responden di atas meja sehinga mancet yang
sudah terpasang sejajar dengan jantung responden.

Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden


dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan tidak
berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden
menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan baju
ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat sehingga
tidak menghambat aliran darah di lengan.

Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuff)


pada lengan atas.

Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.

Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara


memompakan udara ke dalamnya. Kantong karet yang
membesar akan menekan pembuluh darah lengan (brachial
artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.

Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar


sumbat udara.

Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua


hal yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk
tekanan, kedua bunyi denyut pembuluh darah lengan yang
dihantarkan lewat stetoskop. Saat terdengat denyut untuk
pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum penunjuk tekanan
adalah nilai tekanan sistolik.

Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut


yang terdengar lewat stetoskop akan menghilang. Nilai yang
ditunjukkan oleh jarum penunjuk tekanan saat bunyi denyut
menghilang disebut tekanan diastolik.

Pengukuran dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran


sebaiknya antara 2 menit dengan melepaskan mancet pada
lengan.
Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih > 10
mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama 10
menit dengan melepaskan mancet pada lengan.

Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat


dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi tersebut di
lembar catatan.

DENYUT NADI

Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolak ukur kondisi jantung. Denyut
nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat
dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu.
Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi
denyut jantung/detak jantung. Denyut nadi normal 60-80 /menit. Jika
lebih dari seratus, berarti beban kerja jantung tinggi. Banyaknya
denyut nadi sangat tergantung pada usia seseorang. Namun, tidak
boleh kurang dari 60 persen dikalikan 220 dikurangi umur, dan tidak
boleh melebihi 80 persennya. Jadi, seseorang yang berumur 60
tahun denyut nadi yang diperbolehkan adalah 96 sampai 128 kali
dalam semenit.

1. Tempat meraba denyut nadi


a. Dipergelangan tangan
b. dileher sebelah kiri/kanan
c. di dada sebelah kiri, tepat
di apex jantung
d. Dipelipis

2. Hal-hal yang perlu


diperiksa :
a. frekuensinya
b. isinya
c. iramanya teratur apa tidak

 frekuensi nadi akan meningkat bila kerja jantung


meningkat

 bila kita berlatih frekuensi denyut nadi dengan sendirinya


akan meningkat sesuai dengan beratnya latihan
yang dilakukan

 setelah latihan selesai frekuensi denyut nadi akan


menurun

 orang yang terlatih denyut nadi istirahat lebih lambat


dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih.

3. Caranya:

• temukan titik nadi, yaitu daerah yang berdenyut paling keras.


Biasanya pada pergelangan tangan dan urat leher.

• tekan perlahan dengan dua jari,kemudian hitung denyutannya


selama 15 detik, setelah itu kalikan 4; ini merupakan denyut
nadi(dn) dalam 1 menit.
RESPIRASI
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia
mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara
pernapasan manusia.

Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam


proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan
sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi
bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital
adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang
setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.

Respirasi sangat penting untuk aktifitas aerobik yakni proses di


dalam sel ketika nutrisi dan oksigen digunakan untuk membangun
molekul energi ATP (adenosine triphosphate). Dalam respirasi
aerobik, sel tubuh menggunakan oksigen untuk melakukan
metabolisme glukosa dan menghasilkan limbah berupa karbon
dioksida yang dibuang melalui pengeluaran nafas.
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau
menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya
menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas
tidal = ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar
masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar
biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500
cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory
reserve volume = 1500 cc). Lihat skema udara pernapasan berikut
ini.

Skema udara pernapasan


Udara cadangan inspirasi1500
Udara pernapasan biasa
500
kapasitas total← Udara cadangan ekspirasi → kapasitas vital
1500
Udara sisa (residu)
1000
Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan
memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc.
Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc
udara yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran
pernapasan.

Pada saat seseorang beristirahat atau berbaring, setiap menit dihirup


udara sebanyak 16 kali @ 500 cc. Yang masuk hanya 2/3 sedangkan
1/3 lagi memenuhi batang tenggorokan tidak sampai masuk ke paru-
paru. Sedikit sekali yang mencapai pembuluh-pembuluh kecil dari 2/3
bagian udara yang masuk ke dalam paru-paru ini.

Karena sel tubuh terus menerus menggunakan oksigen dan


menghasilkan karbon dioksida maka paru-paru pun bekerja terus
menerus tiada henti. Seorang pria dewasa bernafas 14-16 kali setiap
menit sedangkan wanita dewasa 18-20 kali setiap menit. Dalam
sehari manusia secara normal melakukan pernafasan sebanyak
25.000 kali.

Bila sedang melakukan latihan olahraga keras maka manusia bisa


bernafas 80 kali dalam satu menit. Irama bernafas anak-anak yang
beristirahat jauh lebih cepat dibandingkan manusia dewasa yang
sedang beristirahat. Demikian pula bayi yang baru saja dilahirkan
melakukan pernafasan sebanyak 40 kali per menit.

Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang


disebut spirometer.

Yang dimaksud dengan spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan


untuk mengetahui fungsi/faal paru, di mana pasien diminta untuk
meniup sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan
mesin spirometer yang secara otomatis akan menghitung kekuatan,
kecepatan dan volume udara yang dikeluarkan, sehingga dengan
demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien.

Dengan menggunakan spirometer, pasien diminta untuk mengambil


nafas dalam dan mengeluarkannya melalui spirometer sampai paru-
paru benar-benar kosong. Jika hasilnya kurang dari 10-20 ml/kg
maka hal tersebut merupakan tanda ke arah gagal nafas.

SUHU TUBUH

Suhu oral

Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita.

Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk


dibawah 35,5°C

Masukkan termometer di bawah lidah penderita, mintalah


penderita untuk menutup mulut. Tunggu 3-5 menit.
Baca termometer tersebut, pasangkan lagi selama satu menit
dan baca kembali. Kalau suhu masih naik, ulangi prosedur diatas
sampai suhu tetap (tidak naik lagi).

Pada penderita yang baru saja minum dingin atau panas,


pemeriksaan ditunda 10-15 menit agar suhu minuman tidak
mempengaruhi hasil pengukuran.

Suhu rektal

Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada penderita.


Pemeriksaan ini dilakukan terhadap bayi, penderita di kamar
operasi dan ruang perawatan intensif.

Penderita berada pada posisi lateral dekubitus, dengan paha


atas yang dilipatkan pada abdomen sedangkan paha bawah
diluruskan, dan pinggul ditekukkan ke arah meja periksa. Posisi
ini mempermudah visualisasi anus. Kemudian pemeriksa yang
telah memakai sarung tangan, menarik kedua bokong menjauh
dari anus

Kibaskan termometer hingga permukaan air raksa berada


dibawah 35,5°C
Pilihlah termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas dan
masukkan dalam anus sedalam 3-4 cm, dengan arah menuju
umbilikus.

Tunggu 3 menit dan lakukan pembacaan.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton and hall, 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.9. Jakarta:
EGC.
Despopoulos and silbernagl, 2003. Color atlas of physiology chapter 9,
avalaible in server.fk-unram.edu/document/fisiologi
Dorland, W. A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta:
EGC
Saladin, 2003. Anatomy and Physiology: The form and function, 3rd
edition, avalaible in server.fk-unram.edu/document/fisiologi
Gartner, L and Hiatt. 2001. Color Textbook of Histology 3rd edition. WB
Saunders Company: New York. Available in server.fk-
unram.edu/document/histology
Siargian, Minarma. 2004. Homeostasis : Keseimbangan yang halus dan
dinamis. Jakarta: Departemen Ilmu Faal FK UI.
Seeley’s Anatomy & Physiology 6th edition.Chapter 24
http://www.bc.edu/histology/m/schema06.htm
Auburn University College of Veterinary Medicine

http://131.204.172.59/VETMED/VetmedVol8/Muscle27.tif
http://www.siumed.edu/~dking2/erg/GI169b.htm
Guyton, Arthur C :Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit (human
physoilogy and mechanisms of disease); alih bahasa, Petrus
Andrianto.-ed.3.- Jakarta :EGC, 1990
Harahap, Ikhsanuddin Ahmad :terapi oksigen dalam asuhan
keperawatan: diakses 24 Desember 2007. http://library.usu.ac.id/
Anonim.:pedoman pengukuran dan pemeriksaan: jakarta :Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
RI, 2007. diakses 26 Desember 2007. http://depkes.org/

Pakar : dr. Hidayat

You might also like