You are on page 1of 66

PENDAHULUAN

Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak


puas terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Istilah
fisiografi digunakan di Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteorologi,
kelautan dan matematik geografi. Geomorfologi merupakan bagian utama
geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan Indonesia dianggap
sebagai geografi fisik.
Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih
banyak berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengembangan
wilayah, penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi memiliki
anggapan bahwa geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu geografi,
padahal teknologi satelit sumberdaya alam yang berkembang saat ini merekam
permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi setiap hari, sehingga ketika
harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar kembali
geomorfologi.
1.1 Pengertian geomorfologi
Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata,
yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata
geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan
bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang
mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung
terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang.
Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu
geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan
pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan mempelajari
geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE
PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu).
Pemahaman kata sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa
bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa lalu.
Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu
membantu menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak
terbentuknya bumi sampai sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang
tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat dilakukan dengan cepat
dan murah.
1.2 Konsep dasar geomorfologi

Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan


dan direnungkan oleh para akhli filsafat kuno dan tidak hanya membuat
pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses geomorfologi saat
ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika
evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tetapi berlangsung
sampai sekarang.
1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno
Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali
dengan pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas
pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang
perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal
perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak dilupakan,
namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi geomorfologi yang
dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus, Aristoteles, Starbo dan
Seneca.
Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak
melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung yang
diendapkan setiap tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah
mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula bahwa gempabumi
adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan fosil
kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus menarik
kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi
dataran Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran
perubahan muka air laut yang menjadi bahasan penting didalam geomorfologi.
Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang asal usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair disebabkan
oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang terbentuk karena
penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air yang terkondensasikan
di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui asal - usulnya. Seluruh air
merembes dari pegunungan menyerupai bunga karang yang sangat besar, sehingga
sebutan sungai hanya diterapkan pada bentuk aliran air yang berasal dari mataair.
Selanjutnya disebutkan pula bahwa hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga
aliran sungai menjadi tidak menentu.
Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikembangkan
oleh Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang
menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristoteles
percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang sama
dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap pencampuran udara
basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur laut yang
tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk tanah timbul
dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan ke laut adalah
aliran dan diendapkan sebagai alluvium.
Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah
meneliti secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang

menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of


Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gunungapi
dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi.
Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah
gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai dan
delta sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan luas daerah
aliran sungai alamiah, sehingga delta sungai yang sangat luas mencerminkan
daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan yang paling menonjol
pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak. Beberapa penelitian
delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta dihambat
oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.
Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya
gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran lainnya
menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang menyebabkan
aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat menggerus lembah,
sehingga melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang
menggerus lembah tersebut.
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan
proses (genetik) antara gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi.
Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan kejadian gempabumi
justru dipengaruhi oleh deformasi.
1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern
Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti pola
pemikiran Kekaisaran Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada pemikiran pemikiran lain di Eropa. Sekolah - sekolah yang ada pada saat itu adalah biara biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam. Beberapa tempat pendidikan di
Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemikiran - pemikiran
modern yang cemerlang.
Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan
dibedakan menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi,
seperti bagian dari gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai dengan
hembusan angin di suatu lembah yang bersusunan batuan lunak. Konsep
pegunungan menurut Ibnu Sina merupakan cerminan hasil dari perbedaan tingkat
erosi yang berlangsung secara perlahan - lahan dalam kurun waktu yang panjang.
Beberapa pandangannya telah telah ditetapkan sebagai awal dari pemikiran
modern, tetapi tidak diterapkan pada pemikiran Eropa Barat. Pembuktian yang
sangat luas tentang konsep Ibnu Sina telah dilakukan oleh sekelompok muridnya
yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan judul " DISCOURSES
OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara yang seiman) pada tahun
941 dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume buku yang disusun tersebut
diceritakan tentang erosi dan transportasi oleh arus dan angin, pelapukan serta
awal pemikiran peneplain.
1.2.3 Hutton sang pendahulu

Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat dari
suatu bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai landasan
dasar geomorfologi modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang perusakan
lahan oleh proses erosi, tidak memiliki pemikiran yang matang untuk dijadikan
suatu kesimpulan yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak memberikan
keleluasaan untuk membahas perkembangan jangka panjang dan jangka pendek
untuk membahas tentang pemikiran geologi agar menjadi suatu pekerjaan tentang
bumi (ground work) untuk bapak geomorfologi modern seperti James Hutton,
tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh beberapa orang.
Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok pertama
yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al, 1964) bahwa
pemikiran yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, sehingga
merupakan puncak kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo da Vinci
menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa material dari
salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada suatu tempat.
Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang mampu
menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan yang
memilki ketinggian yang sama dengan permukaan laut.
Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana erosi
oleh arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan dengan
batuan yang tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi yang
dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi dan struktur geologi.
Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi di
pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang
dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material
yang terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula bahwa
laut merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan, selanjutnya
arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap pantai curam di
Perancis sebagai bukti pernyataannya.
Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah
Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-ngan
tahap evolusi bentanglahan.
De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah Alpen
merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak pegunungan
dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan pula bahwa
glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya erosi.
James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seorang
akhli fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia dan
geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN yang
terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli dari
sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang memiliki
anggapan bahwa granit memiliki kandungan lapisan kimia. Selain membahas
granit, Hutton memperkenalkan pula batuan metamorf, tetapi pernyataannya yang
terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (saat ini
merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformitarian bertentangan
dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang mengandung konsep pengkajian

hukum komposisi,dissolusi dan restorasi lahan terhadap bumi telah diterbitkan


pada tahun 1795 menjadi dua volume buku dengan judul : THEORY OF THE
EARTH, WITH PROOFS AND ILLUSTRATIONS.
John Playfair (1748 - 1819), seorang profesor matematika dan filsafat di
Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James Hutton pada tahun 1802
menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTONIAN
THEORY OF THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang teliti dan
jelas, sehingga jarang ada persamaannya. Playfair menyimpulkan pemikiran pemikiran Hutton dengan jelas memiliki dampak yang sangat besar, terutama
terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi pelopor uniformitarian. Hasil penelitian
Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu sampai masa sekarang masih terus
berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses mekanik dan kimia, yang
sebelumnya telah diteliti namun salah, kecuali Desmarrest yang melihat gejala gejala yang dijelaskan oleh Hutton. Konsep sistem sungai dan geomorfologi yang
sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair lebih baik dari sebelumnya dan
pernyataannya sebagai berikut :
Setiap sungai yang muncul terdiri dari percabangan utama, merupakan induk dari
berbagai percabangan dan masing - masing mengalir pada lembah selaras dengan
ukurannya, membentuk sistem lembah yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya, sesuai dengan kemiringan lereng yang dialirinya dan
mustahil akan terjadi pengaliran jika masing - masing lembah tidak memiliki arus
yang mengalir pada lembah tersebut.
Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan, maka
aliran yang terjadi diperkirakan akan membentuk arus yang sangat deras atau
arus aliran akan memiliki tenaga penuh yang meluncur pada saluran tersebut
dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sungai terpecah menjadi beberapa
percabangan de-ngan jarak yang cukup besar antara cabang satu dengan yang
lainnya, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga
akan memberi kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa
pengikisan permukaan dan erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut berlangsung
secara sinambung bagaikan mengukir permukaan bumi.
1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969)
Pembahasan tentang konsep geomorfologi untuk bentanglahan jangan
hanya menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan lebih baik jika beberapa
konsep geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap bentanglahan
akan lebih baik.
Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki kecepatan yang berbeda
selaras dengan waktu geologi.
Dasar - dasar geologi modern yang dikenal sebagai uniformitarian telah
dikembangkan oleh Hutton pada tahun 1785, selanjutnya ditulis kembali oleh
Playfair pada tahun 1802 dan dikembangkan oleh Lyell sebagai maha karyanya
dengan judul Dasar - dasar Geologi ( Principles of Geology ). Hutton

mencetuskan : " saat ini adalah kunci masa lalu " telah diterapkan secara baku
sehingga menimbulkan perdebatan, karena pernyataan tersebut mengandung arti
bahwa proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi memiliki
kecepatan yang sama dengan saat sekarang. Konsep ini tentunya salah, karena
galasiasi (pencairan es) memiliki peran yang sangat penting sejak kala Plistosen
dan sepanjang waktu geologi dari pada sekarang.
Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah yang
memiliki iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi beriklim
kering (gurun) dan sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan kulit bumi
berlangsung pada periode pemekaran, sedangkan kulit bumi sekarang relatif
stabil. Salah satu contoh proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu
geologi yaitu pengikisan lembah oleh arus yang berlangsung sejak masa lalu
sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh pencairan es (glasiasi) pada kala
Plistosen memiliki perbedaan dengan proses glasiasi pada umumnya. Angin telah
mengendapkan batupasir Navajo sejak kala Yura dan memiliki perbedaan dengan
gerakan yang dipengaruhi oleh angin sekarang.
Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap evolusi
bentuklahan yang tampak sekarang.
Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses
geomorfologi dan tingkat pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi
meragukan terhadap tingkat pengaruh sebagai faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan, akan tetapi para akhli geologi setuju terhadap konsep
proses dan geologi struktur sebagai pengaruh utama. Pernyataan struktur geologi
tidak hanya diterapkan pada pandangan sempit, seperti struktur batuan, struktur
perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan, tetapi perhatian perlu ditekankan
pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan secara keseluruhan yang
memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pandangan struktur geologi
selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu fenomena geologi yang lebih
luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi, kekar, perlapisan batuan, sesar dan
perlipatan, kekerasan mineral tertentu, porositas batuan dan berbagai macam
perbedaan pada batuan penyusun kulit bumi. Pernyataan struktur geologi dapat
dimanfaatkan untuk memahami strtigrafi dan struktur susunan (sikuen) batuan
yang muncul sebagai singkapan pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal,
perlapisan yang memiliki kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan,
sehingga pemahaman struktur geologi yang sederhana menjadi penting.
Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap proses
geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digunakan
untuk pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk pandangan pengaruh
fisika atau kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika dan kimia.
Suatu batuan mungkin tahan terhadap salah satu proses geomorfologi, tetapi tidak
tahan terhadap proses geomorfologi lainnya dan dibawah kondisi iklim tertentu
menunjukkan perbedaan tingkat ketahanan batuan. Secara umum tampilan
struktur batuan harus lebih tua dari pada perkembangan bentuklahan. Kejadian

diatropisme perlipatan pada kala Plistosen sangat sulit disebut tidak tererosi,
sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah terbentuk sebelum
bentuklahan.
Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomorfologi berlangsung pada tingkat yang berbeda.
Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda karena
kerak bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang berbeda, sehingga
memiliki ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi yang berbeda pula.
Proses geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman sangat kecil, masih
memiliki arti yang sangat penting, kecuali pada daerah diatropisme sekarang
(Resen) dapat diperkirakan bahwa daerah yang memiliki posisi topografi yang
tinggi disusun oleh batuan yang keras, sedangkan daerah dengan posisi topografi
lebih rendah disusun oleh batuan yang lunak. Perbedaan komposisi batuan dan
struktur tercermin dari keaneka ragaman geomorfologi dan topografi lokal.
Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai mikrotopografi memiliki hubungan
yang erat dengan keaneka ragaman batuan, tetapi terlalu kecil untuk diamati.
Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama
yang mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses
geomorfologi tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan
tingkat yang berbeda proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat kecepatan
proses geomorfologi lokal memberi pengaruh terhadap perubahan permukaan
bumi, terutama pengaruh perbedaan temperatur, tingkat kelembaban, konfigurasi
kerapatan kontur dan vegetasi.
Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lembah
dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vegetasi akan
tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan tingkat
perubahan tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi
tingkat proses geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan, perombakan massa
batuan, erosi dan pengendapan yang memiliki pengaruh terhadap keaneka
ragaman geomorfologi.
Konsep 4 : Proses geomorfologi meninggalkan jejak pada bentukla lan dan proses geomorfologi yang berkembang mem bentuk ciri - ciri pada bentuklahan.
Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang
terjadi terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan
vulkanisma dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga oleh
Penck disebut sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain, seperti
pelapukan, perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh gaya
eksternal disebut sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endogenetik
bersifat membangun, sedangkan proses eksogenetik bersifat sebaliknya, yaitu
pengikisan terhadap permukaan bumi. Konsep proses geomorfologi yang
berlangsung terhadap permukaan bumi bukan sesuatu yang baru, tetapi pemikiran

tentang proses geomorfologi akan meninggalkan jejak di atas permukaan bumi


adalah pemikiran yang lebih maju.
Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses
geomorfologi yang berpengaruh terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir,
kipas aluvial, dan delta merupakan hasil kegiatan arus sungai, sehingga ciri - ciri
yang berkembang pada bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk klasifikasi
genetika bentuklahan.
Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi bentuklahan tidak hanya
memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan, tetapi
termasuk juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan. Proses
geomorfologi yang rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi iklim tertentu
disebut sebagai sistem morfogenik (morphogenic system, Triccart dan Cailleux,
1955).
Konsep 5 : Media erosi yang berbeda pada permukaan bumi mem bentuk susunan bentuklahan tertentu.
Ciri - ciri proses bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan proses,
dan W.M Davis menyebutnya sebagai konsep siklus geomorfologi. tahap
perkembangan proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua. Pada tahap akhir
dari proses geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi berelief rendah
yang disebut sebagai peneplain (perataan). Beberapa akhli geomorfologi percaya
bahwa permukaan bumi memiliki keteraturan umur, tetapi tidak semua yakin
bahwa tahap muda, dewasa dan tua yang dikemukakan oleh W.M Davis
merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang digunakan pada tingkat dasar
memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada evolusi permukaan bumi
yang lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik perkembangan
bentuklahan yang khusus, sehingga menimbulkan keraguan, terutama terhadap
peneplain (perataan) yang dianggap sebagai akhir dari suatu siklus geomorfologi.
Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk menunjukkan suatu
perubahan bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep
pengganti sangat sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak
hanya menyatakan siklus alam yang mewakili tahap evolusi bentuk permukaan
bumi tetapi termasuk pula pemikiran bahwa perkembangan permukaan bumi
terjadi secara teratur dan berurutan dengan tidak menggunakan penamaan evolusi
permukaan bumi sebaai tahap muda, dewasa atau tua yang memiliki pengertian
bahwa topografi yang berada pada tahap yang sama memiliki ciri yang sama pula.
Kondisi geologi dan keragaman iklim membentuk ciri permukaan bumi yang
sangat beragam walaupun proses geomorfologi berkembang pada periode yang
sama.

Konsep 6 : Evolusi geomorfologi tidak sesederhana yang dibayang -

kan.
Perdebaan dan pertentangan didalam ilmu pengetahuan merupakan akibat
dari penjelasan yang sangat sederhana dan tidak jelas. Mempelajari bentuklahan
akan mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi merupakan hasil
dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya topografi rinci hasil dari
siklus erosi yang berlangsung .
Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa
kategori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3)
bentanglahan siklus tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan
hasil pembentukan kembali.
Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal,
artinya bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi hanya
satu kali dan umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru terbentuk,
seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik, dataran lava,
plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen. Bentanglahan
campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau hasil dua atau
lebih proses geomorfologi, sehingga timbul perdebatan karena pada semua
bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang bercampur, walaupun pada
beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses geomorfologi tunggal, tetapi
sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari kegiatan aliran air,
tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak hanya kegiatan aliran
air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, gerakan material karena
gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama terjadi pada bentanglahan
hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan air permukaan dan proses proses yang berlangsung terhadap pembentukkan bentanglahan. Bentanglahan
campuran tercermin sangat baik pada daerah yang dipengaruhi oleh glasiasi
Plistosen.
Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan
sebagai konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi
iklim yang beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi dan
sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya
bentanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan
sedimen karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada
masa praglasial yang muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal.
Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi yang lebih muda dari kala
Plistosen.
Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan tua
yang tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar topografi
sekarang lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya
bahwa
pahatan rupa bumi seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air terjun dan
tebing berumur lebih muda dari Miosen, serta terbentuk sejak munculnya manusia
dan sebagian kecil muka bumi sekarang memiliki hubungan yang jelas dengan

permukaan bumi pra Miosen. Diperkirakan pula bahwa permukaan bumi 90 %


terbentuk setelah Tersier dan mungkin 99 % terbentuk setelah Miosen Tengah.
Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi yang
terbentuk di atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma Plistosen
Awal dan Resen. Pegunungan Himalaya pertama terlipat pada kala Kapur,
kemudian kala Eosen dan Miosen, tetatpi lereng sekarang terbentuk pada kala
Plistosen dan air terjun yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif rinci yang
berumur Plistosen dan Resen.
Konsep 8 : Pemahaman terhadap bentanglahan sekarang diperlukan pemahaman kondisi
geologi dan iklim pada kala Plistosen.
Pemahaman topografi rupa bumi adalah untuk mengenal perubahan
kondisi geologi dan kondisi iklim kala Plistosen yang mempengaruhi topografi
sekarang. Glasiasi sangat berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung,
Material - material hasil pengikisan galsial dan tiupan angin menyebar luas
sampai ke daerah yang tidak mengalami glasiasi.
Daerah - daerah yang terletak pada lintang menengah, faktor iklim sangat
berpengaruh, sehingga daerah sekarang beriklim arid atau semi arid pada zaman
glasial beriklim basah. Kurang lebih 100 cekungan di pedalaman Amerika Serikat
bagian Barat yang saat ini berbentuk danau dengan iklim arid dan semi arid
menunjukkan sistem fluvial yang sama dengan di Asia, Afrika, Australia dan
Amerika Utara, sehingga dapat disimpulkan bahwa glasial sangat mempengaruhi
iklim dunia.
Daerah - daerah yang sekarang beriklim sedang, selama zaman glasial
pernah beriklim seperti di sub arktik Amerika Utara dan Eurasia yang
dicerminkan oleh tanah yang membeku secara permanen dan biasa disebut
sebagai permafrost. Rejim aliran yang dipengaruhi oleh perubahan iklim ditandai
dengan perselingan antara agradasi (pengendapan) dan gradasi (pe - ngikisan).
Perubahan muka air laut memiliki pengaruh terhadap topografi, karena
pembekuan samudera menyebabkan penurunan muka air laut dan kembali normal
pada zaman interglasial. Pencairan es terhadap lautan sangat berpengaruh
terhadap pembentukkan koral.
Hasil pengikisan akibat pencairan es atau endapan glasial yang tertiup
angin membentuk gumuk pasir (sand dunes) atau bercampur dengan lanau atau
lempung disebut sebagai loess. Glasiasi sangat berpengaruh terhadap
pembentukkan danau, seperti Great Lakes merupakan sistem aliran yang
dipengaruhi oleh glasial terbesar di dunia. Glasiasi kala Plistosen merupakan
peristiwa yang paling besar walaupun diatropisma yang berkembang sejak
Pliosen, Plistosen sampai Resen masih berperan sebagai faktor pe - ngaruh
pembentukkan bentanglahan.
Konsep 9 : Pengenalan iklim sangat penting untuk dapat memahami dengan baik perbedaan
proses geomorfologi yang berlangsung.

Faktor iklim, khususnya temperatur dan penguapan sangat berpengaruh


terhadap proses geomorfologi. Perubahan iklim dapat berpengaruh secara
langsung atau tidak langsung, sebagai contoh iklim yang berpengaruh tidak
langsung terhadap proses geomorfologi adalah sebaran, kerapatan dan jenis
vegetasi, sedangkan pengaruh langsung antara lain curah hujan, pe - nguapan
dan perubahan temperaturan harian.
Konsep 10 : Geomorfologi menekankan kondisi sekarang bermanfaat untuk mengungkap
sejarah perkembangan bumi.
Geomorfologi cenderung menekankan asal - usul (proses) bentanglahan
saat ini dan masa lalu selaras dengan waktu geologi. Akhli geomorfologi selalu
melakukan pendekatan dengan menggunakan hukum uniformitarianisme.
Paleogeomorfologi bentuklahan merupakan sejarah alam geomorfologi yang
diperkenalkan oleh Bryan (1940) dan menjelaskan bahwa bentuklahan merupakan
hasil dari suatu proses, sehingga tidak ada alasan untuk memisahkan antara studi
bentanglahan dengan geologi dinamik. Perbedaan antara bentuklahan dengan
geologi dinamik yang paling jelas adalah proses terjadinya bentuklahan atau sisa sisa bentuklahan yang relatif muda.

BAB 2
SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN
GEOMORFOLOGI

Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak


dikembangkanm selaras dengan tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih
banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman geomorfologi untuk tujuan
pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute for
Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda.
Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975) telah
mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di
seluruh dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin),
selanjutnya disebut dengan sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai
macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan untuk tujuan pemetaan geologi,
karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan legenda yang
sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geomorfologi yang
memiliki karakteristik yang jelas.
Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem
gemorfologi adalah sebagai berikut :

1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya legenda
pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek penelitian.
2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga
isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.
3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga
sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik dan
geomorfologi sintetik.
4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat menekan
biaya pembuatan peta.
2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta
Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu
daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi
informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai
petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base
map) dan peta bertema (thematic map).
2.1.1 Peta informasi
Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak,
dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat.
Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana, sesuai
dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi informasi. Contoh
- contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta
topografi.
Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau
ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang
daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai
yang terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi memilki
kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian
dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kondisi lereng dengan
melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta topografi dijadikan peta
kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema (thematic map) yang dapat
memberikan informasi tentang hubungan antara elemen - elemen pokok dan
satuan geomorfologi.
2.1.2 Peta dasar (base map)
Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih
didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki
hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak
memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang dipetakan
tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot) dan
dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya
digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta
topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan
biasanya terjadi karena penggunaan material dasar (peta topografi atau foto udara)
yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari peta topografi atau foto udara dapat
diandalkan, maka kandungan pokok pada peta tujuan akan sangat bermanfaat.

Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan langsung dengan
unsur - unsur geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan
dan sebagainya sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan
lokasi yang baik dan tepat merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar
yang baik, misalnya :
- Posisi titik kontrol geodetik
- Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)
- Posisi danau dan sungai
- Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukitbukit kecil, punggungan dan sebagainya).
- Faktor - faktor yang sering berubah, seperti :
Kondisi hidrografi
Batas pemukiman
Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan.
Nama - nama daerah.
Batas sungai dan pantai.
Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan
geomorfologi atau geologi antara lain :
1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.
2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.
3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik
dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan.
4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, tergantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok.
Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu
merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar
merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memudahkan
kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya.
Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah
peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum,
seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama daerah,
sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh
kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan sementara
terhadap lereng yang curam tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat
perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan yang memanjang dapat diduga
sebagai perlipatan.
Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan
penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan,
sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil
analisis peta topografi tersebut.
2.1.3 Peta bertema ( thematic map)
Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan
tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula.
Kandungan informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian

tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil keputusan dan


kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya.
Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan
secara lateral dengan batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil,
bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya. Penggunaan peta geologi yang
telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang berhubungan dengan
informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja yang sedang ditekuninya,
misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah dan
tataruang.
2.2 Pemahaman peta geomorfologi
Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan
memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang
digambarkan pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi yang
digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol warna dan pola hitam putih
disertai arsiran, tergantung pada kepentingan pembuatan peta didalam menetapkan
aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan.
Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis
peta, yaitu :
a. Peta geomorfologi analitik.
b. Peta geomorfologi sintetik.
c. Petaa geomorfologi pragmatik.
2.2.1 Peta geomorfologi analitik
Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik
cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah
yang cukup luas, sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau
(reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 : 500.000.
Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang
sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat
dimanfaatkan sebagai dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis
bentanglahan yang sangat luas dan komponen - komponen geomorfologi yang
besar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan
(landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen
(1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (volcanous)
dan sistem lahan ( land system) struktural, sehingga memerlukan penguraian yang
lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat berperan untuk digunakan sebagai
bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi, pulau atau negara.
Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan
memiliki arti penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam
pemetaan geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna.
Menurut Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan
eksogen masa lalu dan sekarang merupakan faktor - faktor perkembangan yang
paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus digambarkan dengan
jelas dan digunakan simbol warna.

Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol


satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :
KELAS GENETIK
Bentuklahan asal struktural
Bentuklahan asal gunungapi
Bentuklahan asal denudasional
Bentuklahan asal laut (marine)
Bentuklahan asal sungai (fluvial)
Bentuklahan asal glasial (es)
Bentuklahan asal aeolian (angin)
Bentuklahan asal karst (gamping)

SIMBOL WARNA
Ungu / violet
Merah
Coklat
Hijau
Biru tua
Biru muda
Kuning
Jingga (orange)

Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan


oleh lambang garis atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna
hitam atau abu - abu berupa bayangan. Lithologi digambarkan dalam bentuk
simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu, sehingga informasi
morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna
yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat memberikan informasi
yang lebih banyak dengan tidak mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh
satuan bentuklahan pada suatu daerah berdasarkan morfogenetik.
Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan
menggunakan warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat
dihilangkan. Verstappen (1970) menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk
morfokhronologi tidak perlu menggunakan simbol garis, karena biaya untuk
pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus diketahui
dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat
ditampilkan dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis berwarna
dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya
simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk banjir atau
sedimentasi.

Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik

ASPEK UTAMA

KRITERIA PEMETAAN

Bentuk permukaan
1. Morfografi

Aspek yang digambarkan dari


morfologi suatu daerah, seperti
dataran,
perbukitan
atau
pegunungan.

2. Morfometri

Nilai aspek geomorfologi daerah,


seperti kemiringan lereng, titik
ketinggian, panjang lereng dan
kekasaran relief.

3. Morfogenesis (asal - usul


bentuklahan dan proses
terjadinya bentuklahan).
3.1. Morfostruktur pasif.

Lithologi / jenis batuan dan struktur


batuan dihubungkan dengan proses
pengikisan, seperti cuesta, hogback
dan kubah.

3.2. Morfostruktur aktif.

Aktivitas proses endogen seperti


vulaknisma, patahan dan lipatan,
seperti gunungapi, pegunungan
antiklin, lereng patahan.

3.3. Morfodinamik

Proses eksogen yang berhubungan


dengan gerakan angin, air atau es,
seperti gumuk pasir, dataran fluvial,
sedimentasi atau gurun.

4. Morfokhronologi
dan absolut).

(nisbi Waktu proses terjadinya suatu


bentuklahan,
misalnya
"
Villafranchian" untuk umur glasial
tua dan "Monasterian" untuk
dataran pantai muda.

5.Morfo aransemen

Hubungan
antara
perubahan
bentuklahan dengan proses yang
sedang berlangsung.

Sumber : Van Zuidam (1985)


2.2.2 Peta geomorfologi sintetik
Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi
geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada
suatu tujuan tertentu. Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 :
50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi geomorfologi semi rinci dapat
ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur - unsur
morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun.
Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4
tingkat yang mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu bentangan
lahan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling besar sebagai
berikut :
1. Komponen lahan (land component)
2. Satuan lahan (land unit)
3. Bentuklahan (landform)
4. Sistem lahan (land system)
5. Bentanglahan (landscape)
Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang
menekankan kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan
berdasarkan bentuk permukaan lahan sebagai kriteria pengelompokkan. Satuan satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan memiliki
kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi dan proses.
Skala peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100,
biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan khusus seperti keteknikan atau
manajemen.
Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpulan
komponen lahan yang homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus suatu
lahan atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan menggambarkan ciri
eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan satuan
lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief), proses dan
lithologi merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang
digunakan untuk menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000,
biasanya digunakan untuk pekerjaan konsultan atau proyek pembangunan.
Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen
atau heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus.
Suatu bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti bentuk
permukaan lahan (morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai dari
bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan pola

pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala peta yang


digunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 :
100.000, biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangunan
yang bersifat sangat luas.
Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkembangan
bentuk permukaan lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek
lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan proses, batuan (lithologi) dan iklim.
Suatu sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan pola bentuklahan
yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem lahan disekitarnya
pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan untuk menampilkan
sistem lahan biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan digunakan untuk
kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan.
Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan,
bentuklahan, satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan
yang sangat luas dengan ciri memiliki keseragaman relief dan lithologi secara
umum. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan bentang lahan adalah 1 :
250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai peta tinjau untuk
identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan suatu proyek atau
dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.
Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban - dung
berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan rangkaian
gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi
Tangkuban Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjutnya
bentuklahan gunungapi diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land units) , yaitu
puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng tengah gunungapai dan lereng
kaki gunungapi.
Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungannya
dengan kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai
peta dasar didalam pemetaan geologi.
2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik
Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan
informasi geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta
geomorfologi pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala
peta geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur
lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci, seperti
alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah lelehan
lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.
Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen tingan suatu kegiatan yang bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian
teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan kesesuaian lahan, sehingga
penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan pemetaan yang
bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi
(hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan
peta kesesuaian lahan (land suitability map). Contoh peta geomorfologi pragmatik
antara lain peta morfokonservasi dan peta hidrogeomorfologi.

Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu


kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk
menghitung dan mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungkinan
gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut. Verstappen dan Van Zuidam
(1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng menjadi 6 kelas lereng, yaitu : (1)
kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150,
(4) kelas 150 - 300, (5)
0
0
0
kelas 30 - 55 dan (6) kelas diatas 55 .
Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas lereng, proses yang menjadi ciri
lahan, kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang disarankan. Kelas lereng
yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses pada
lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan
terhadap satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau
nilai kelas konservasi. Jika batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal,
maka nama singkatan dari bentuklahan perlu dicantumkan dengan huruf kapital.
Simbol - simbol lain yang digambar denga garis hitam dapat diberikan untuk
proses geomorfologi yang sudah tidak aktif tapi masih baru, garis merah untuk
erosi yang aktif dan biru gelap untuk gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami,
semi alami dan pertanian sangat mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah,
sehingga simbol - simbol vegetasi digambar dengan warna hijau. Sama dengan
peta analitik, garis kontur dan lithologi (batuan) digambar dengan warna abu - abu
sebagai bayangan.
Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan
satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa
digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi
didasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah,
potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.
Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk
membedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas
aliran air permukaan, mata air dan gerakan material yang diberi simbol de ngan garis arsir, simbol gambar, angka dan huruf dengan warna yang berbeda.
Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami, perkebunan dan
pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan lithologi
yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat.
Tabel 2. Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan
kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan.
(sumber : Van Zuidam, 1985).
Simbol
warna
dan yang disarankan.

Kelas Lereng

Proses,
Karakteristik
Kondisi lahan

00 - 20
(0 - 2 %)

Datar atau hampi datar, tidak


ada erosi yang besar, dapat Hijau tua

diolah dengan mudah dalam


kondisi kering.

20 - 40
(2 - 7 %)

40 - 80
(7 - 15 %)

Lahan memiliki kemiringan


lereng landai, bila terjadi
longsor
bergerak
dengan Hijau Muda
kecepatan rendah, pengikisan
dan erosi akan meninggalkan
bekas yang sangat dalam.
Lahan memiliki kemiringan
lereng landai sampai curam, Kuning Muda
bila terjadi longsor bergerak
dengan
kecepatan rendah,
sangat rawan terhadap erosi.

80 - 160
(15 - 30 %)

Lahan memiliki kemiringan


lereng yang curam, rawan Kuning Tua
terhadap bahaya longsor, erosi
permukaan dan erosi alur.

160 - 350
(30 - 70 %)

Lahan memiliki kemiringan


lereng yang curam sampai
terjal, sering terjadi erosi dan Merah Muda
gerakan
tanah
dengan
kecepatan yang perlahan lahan. Daerah rawan erosi dan
longsor

350 - 550
(70 - 140 %)

Lahan memiliki kemiringan


lereng yang terjal, sering Merah Tua
ditemukan singkapan batuan,
rawan terhadap erosi.

> 550
( > 140% )

Lahan memiliki kemiringan


lereng yang terjal, singkapan Ungu Tua
batuan muncul di permukaan,
rawan tergadap longsor batuan.

Tabel 3. Sifat - sifat daerah aliran sungai untuk memperkirakan


kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode
Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985).

Relief

Batuan

Daya
serap
(infiltra
si)
tanah.

(100)
Sangat
Tinggi

(75)
Tinggi

(50)
Normal

(25)
Rendah

(25)
Curam,kemi
ringan lereng
lebih dari 30
%.

(20)
Berbukit,ke
mi-ringan
lereng 15 30%

(12)
Bergelomba
ng
kemiringan
le reng 7 - 15
%

(5)
Datar,
kemiringan
lereng
0-7%

(15)
Endapan
berbutir halus
dan
dan betuan
keras.

(10)
Endapan
berbutir sedang
dan batuan
mudah
lapuk

(8)
Endapan
berbutir
sedang,
batuan
lapuk
dan
memiliki
rekahan

(5)
Endapa
n berbutir
sedang
sampai
kasar,
rekahan
tampak jelas

(20)
Lapisan
tanah
penutup
tidak
efektif,lapisa
n
tanah tipis,
sehingga
kapasitas
resap
tanah
sangat
rendah.

(15)
Daya serap
tanah
lambat
Lempung
atau
tanah memi
liki
kapasitas
daya serap
rendah.

(10)
Daya serap
normal,
ketebalan geluh
dengan ke mampuan
daya
serap
baik.

(5)
Daya
serap
tinggi,
ketebalan
pasir
atau
tanah
mampu
me nyerap
dengan
cepat

(20)
Tutupan
tanamTutupan an
tidak
vegetasi efektif,
jarang atau
gundul.

(15)
Jarang sam pai sedang,
tidak ada tutupan alami,
kurang dari
10 % aliran
dibawah tu tupan baik.

(10)
Jarang sam
pai baik, 50
%
daerah
aliran
tertutup
rumput dan ta naman
kayu.

(5)
Baik
sampai
sempurn
a,
hampir
90 %
daerah
aliran
tertutup
rumput dan
ta naman
kayu.

(20)
Tidak ada,
tampak
cekungan
dangkal,
daerah
aliran
curam
dan sempit,
tidak
ada
kolam
atau rawa.

(15)
Daya tam pung kecil,
Pemboran
diperlukan,
daerah aliran
kecil, tidak ada
kolam atau
rawa.

(10)
Daya
tampung
normal,
depresi cekungan
permukaan,
danau,
kolam
dan rawa,
kurang dari 2
%
daerah
aliran

(5)
Daya
tam pung
tinggi,
berbent
uk cekungan,
tidak
tampak
jelas
daerah
aliran.

Daya
tampung
per mukaan
.

Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners


Upper Mississippi Valley Region III United States
Soil Conservation Services, 1953.

BAB 3
UNSUR - UNSUR
PEMETAAN GEOMORFOLOGI

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan
Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di
Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi
kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk
(morfometri) dan material penyusun.
3.1 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan
bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat
dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau
gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan
geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan
bentuk lereng.
3.1.1 Bentuklahan dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0%
sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut),
fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.

Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :


- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms)
- Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain
landforms)
- Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms)
- Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms)
- Bentuklahan dataran pantai (beach)
Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :
- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms)
- Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms)

- Bentuklahan undak sungai (teracce landforms)

Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari :


- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta)
- Bentuklahan delta membulat (lobate delta0
- Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta)
- Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0
Bentuklahan plato.
Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal
marin dan fluvial adalah :
a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang
yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka
karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan
ombak, bercampur dengan lempung dan lanau.
b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Material penyusun dataran fluvial biasa disebut endap an aluvium dan jika telah termampatkan disebut
konglomerat.
c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus
sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara.
d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert
breksi dan tuf.
3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan
Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50
meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng
antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan (mountaineous
landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih
dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi
(dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral
(karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural.
Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang
memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %,
biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi atau
akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya (di
India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa Barat).
Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan
dan pegunungan tersebut antara lain :
a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi
yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah),
biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh
sesar dan tersebar tidak beraturan.

b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri
khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk
karena kegiatan erupsi gunungapai.
c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan
binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk
perbukitan yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba tiba menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah
perbukitan karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai
50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst
tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan
(tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang
terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen,
seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen
tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran
paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari
perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak sebagai batas
pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk
akibat dari kegiatan tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk
perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh
gerakan dari sesar geser.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti
rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat rangkaian
pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di Utara
Tanjungsari, kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain
rangkaian pegunungan yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian
pegunungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan
Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu
(Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran (Ciamis).
3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 %
sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut
kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak
merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian
tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan
rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari
perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun
waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai
ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan
puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih
berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi
di Jawa Tengah - Yogyakarta.

3.1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan
membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa
erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi
parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung
aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu
membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya
sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan pada daerah (cekungan)
tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar jenis - jenis lembah
dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar,
erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah
vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti,
karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan
dengan batuan yang berada di tepi sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi
vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung
dari lereng - lereng lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng
landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih
kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari
bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan
(sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris
disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi
lembah.
Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng
curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh
tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan
jenis lembah V tajam.
BENTUK SIMETRIS

BENTUK TAK SIMETRIS

ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA

LEKUKAN DALAM

TERBUKA/
LEBAR

MENYEMPIT /
CURAM

MENYEMPIT /
CURAM

TERBUKA /
LEBAR
Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah
(sumber : Van Zuidam, 1985)
3.1.5 Bentuk lereng
Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau
endogen yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi :
- Bentuk lereng cembung.
- Bentuk lereng lurus
- Bentuk lereng cekung
Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang
disusun oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir
sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi
atasnya.
Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng vulkanik
yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang longsoran
(llandslide).
Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun
oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).
3.1.6 Pola punggungan
Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola
punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola
punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang

mengakibatkan terbentuknya pola punggungan. Kekuatan (tenaga) tersebut


berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai tenaga endogen, dapat berupa
kegiatan pengangkatan atau pensesaran (tektonik).
Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu perbukitan
yang terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau terpisah dapat
diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola - pola punggungan
yang terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang, sedangkan jika
pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn garis kontur yang
cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik.
3.1.7 Pola aliran
Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah
sebagai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu
yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan jenis
batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem pengaliran
yang berkembang pada permukaan bumi secara regional dikontrol oleh
kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi, jenis dan
kerapatan vegetasi serta kondisi iklim.
Pola pengaliran sangat mudah dikenal dari peta topografi atau foto udara,
terutama pada skala yang besar. Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil
pada permukaan bumi akan tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah
akan menunjukkan pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur
geologi dan erosi. Pola pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung
pada jenis, sebaran, ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur
seperti sesar, kekar, arah dan bentuk perlipatan.
Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran
dasar dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola pengaliran yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah
yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap
pengali. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran
permanen (tetap).
2. Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola
dasar lainnya.
3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan yang dibuat dari
pola dasar setempat.
Hubungan pola dasar dan pola perubahan (modifikasi) dengan jenis batuan
dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat
ditambah atau dikurangi.Van der Weg (1968) membuat klasifikasi pola pengaliran
menjadi pola erosional, pola pengendapan dan pola khusus. Pola dendritik (sub
dendritik), radial, angular (sub angular), tralis dan rektangular termasuk pola
erosional, sedangkan pola - pola lurus (elongate) , menga nyam ( braided),
berkelok (meandering), yazoo, rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola
pengendapan. Klasifikasi pola khusus dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal
seperti pola "sinkhole" pada bentuklahan karst (gamping) dan pola "palimpset"
atau "berbed" untuk daerah yang dianggap khusus.

Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)


POLA
PENGALIRAN
DASAR

DENDRITIK

PARALEL

KARAKTERISTIK

Perlapisan batuan sedimen relatif datar


atau paket batuan kristalin yang tidak
seragam dan memiliki ketahanan terhadap
pelapukan. Secara regional daerah aliran
memiliki kemiringan landai, jenis pola
pengaliran
membentuk
percabangan
menyebar seperti pohon rindang.
Pada umumnya menunjukkan daerah yang
berlereng sedang sampai agak curam dan
dapat ditemukan pula pada daerah
bentuklahan perbukitan yang memanjang.
Sering terjadi pola peralihan antara pola
dendritik dengan pola paralel atau tralis.
Bentuklahan perbukitan yang memanjang
dengan
pola
pengaliran
paralel
mencerminkan
perbukitan
tersebut
dipengaruhi oleh perlipatan.

TRALLIS

Baruan sedimen yang memiliki kemiringan


perlapisan (dip) atau terlipat, batuan
vulkanik atau batuan metasedimen derajat
rendah dengan perbedaan pelapukan yang
jelas. Jenis pola pengaliran biasanya
berhadapan pada sisi sepanjang aliran
subsekuen.

REKTANGULAR

Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut


kemiringan, tidak memiliki perulangan
lapisan batuan dan sering memperlihatkan
pola pengaliran yang tidak menerus.

RADIAL

Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi


dan sisa - sisa erosi. Pola pengaliran radial

pada daerah vulkanik disebut sebagai pola


pengaliran multi radial.
Catatan : pola pengaliran radial memiliki
dua sistem yaitu sistem sentrifugal
(menyebar ke luar dari titik pusat), berarti
bahwa daerah tersebut berbentuk kubah
atau kerucut, sedangkan sistem sentripetal
(menyebar kearah titik pusat) memiliki arti
bahwa
daerah
tersebut
berbentuk
cekungan.
ANULAR

Struktur kubah / kerucut, cekungan dan


kemungkinan retas (stocks)

MULTIBASINAL

Endapan berupa gumuk hasil longsoran


dengan perbedaan penggerusan atau
perataan batuan dasar, merupakan daerah
gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan
gamping dan lelehan salju (permafrost)

POLA
PENGALIRAN
MODIFIKASI
SUB DENDRITIK

Umumnya struktural

PINNATE

Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMATIK

Dataran banjir, delta atau rawa

MENGANYAM
(DIKHOTOMIK)

Kipas aluvium dan delta

SUB PARALEL

Lereng memanjang atau dikontrol oleh


bentuklahan perbukitan memanjang.

KOLINIER

Kelurusan bentuklahan bermaterial halus


dan beting pasir.

SUB TRALLIS

Bentuklahan memanjang dan sejajar

DIREKSIONAL
TRALLIS

Homoklin landai seperti beting gisik

TRALLIS
BERBELOK

Perlipatan memanjang.

TRALLIS SESAR

Percabangan menyatu atau berpencar ,


sesar paralel

ANGULATE

Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST

Batugamping

Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk


sungai dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu tektonik
aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur
diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik
yang dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif
mempengaruhi arah dari sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif.
Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan
topologi yang memudahkan terja- dinya pelapukan dan ketahanan batuan
terhadap erosi.

Tabel 4. Kontrol struktur terhadap bentuk sungai


(sumber : Morisawa, 1985)
KONTROL
STRUKTUR

BENTUK SUNGAI

A. DINAMIK
1.

SESAR Teras

Lembah

gelas

AKTIF

anggur
Lembah memanjang
Sungai terputus
Saluran
"OFFSET"
Saluran
menyebar
Sungai subsekuen
Membentu genangan
Lembah terjal

2.
PERLIPATAN
AKTIF

Sungai anteseden
secara
Sungai konsekuen

3. KEGIATAN
VULKANIK

Pola aliran radial


curam

Pembelokkan sungai
tajam.
Dasar sungai

B. PASIF.
1.
TERAS Teras
SESAR
anggur
Lembah memanjang
Sungai subsekuen
Lembah
terjal
genangan
Saluran "OFFSET'
2.
KEMIRINGAN

Lembah

gelas

Sungai terputus
Saluran menyebar
Membentuk

Aliran paralel
Aliran sepanjang lereng kemiringan.
Aliran konsekuen
pendek

Sungai subsekuen
Pola tralis

3. KUBAH

Pola radial
Sungai konsekuen

Pola anular
Sungai subsekuen

4. ANTIKLIN
SINKLIN

Pola
tralis
sungai

Aliran pada tebing

Pembelokkan
Sungai subsekuen.

5.
KELURUSAN
SUNGAI

Lembah asimetri
Sungai subsekuen

Kelurusan saluran

6. KEKAR

Pola rektangular

Sungai subsekuen

3.2 Morfogenetik

Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi,


seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan, bentuklahan lembah atau
bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan
permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen.
3.2.1 Proses eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari
luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses yang dipengaruhi oleh iklim
dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan ptoses yang
dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi, seperti
hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih banyak
disebabkan oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi untuk
kepentingan kehidupannya.
Tahap perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen
diawali dengan permukaan bumi yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan,
perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah mineral - mineral penyusun
batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan selanjutnya
menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh hujan
selanjutnya material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan
pada suatu cekungan pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis
besar proses eksogen diawali dengan pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan
batuan menjadi tanah dan tanah terkikis (degradasional), terhanyutkan dan pada
akhirnya diendapkan (agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan
oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola aliran menunjukkan
bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau dapat pula
diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak
dengan porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang,
maka dapat diartikan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif
kecil atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan
yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup baik serta memiliki
ketahanan terhadap erosi.
3.2.2 Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga
dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari
dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan
patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses
kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk
permukaan bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi.
Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung di suatu daerah pada peta
topografi atau foto udara adalah sebagai berikut :
Bentuklahan perbukitan intrusi :
- Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter).
- Pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat).
- Bentuk lereng relatif cembung.

- Garis kontur pada peta topografi relatif rapat.


Bentuklahan perbukitan struktural :
Perlipatan :
- Bentuk perbukitan memanjang.
- Pola aliran paralel dan rektangular.
- Bentuk lereng hampir lurus dan simetris pada sisi yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi relatif renggang.
Patahan (sesar normal dan sesar naik) :
- Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris.
- Pola aliran paralel atau rektangular.
- Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng
yang berlawanan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat.
Patahan (sesar geser) :
- Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus).
- Pola aliran rektangular.
- Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan.
- Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) :
- Bentuk pegunungan kerucut.
- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada lereng
tengah sampai lereng bawah lurus (elongate).
- Memiliki kawah dan lubang kepundan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat,
dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang
sampai renggang
3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi
Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur
geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan,
pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu
bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian, karst, glasial /
preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses endogen), sedangkan
unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material penyusun merupakan unsur
penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga
penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk
(morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik).
Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL
Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfografi)
dan STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya perbukitan tersebut.
Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat dipetakan,
maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau
kekar. Unsur - unsur pendukung seperti morfometri dan material penyusun
diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut, seperti pola alir

an, kerapatan pola aliran, pola punggungan, bentuk lereng, kemiringan


lereng, kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun bentuklahan, sehingga
penamaan satuan bentuklahan secara lengkap menjadi :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) - pola
aliran rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola punggungan paralel - bentuk
lereng lurus dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur cukup
renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen. Tata nama
satuan geomorfologi tersebut sangat membantu untuk pemetaan geologi, karena
analisis morofografi dapat dilakukan terhadap peta topografi atau foto udara,
sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan dengan baik dan terarah.
3.3 Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan
merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap
morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan
memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu
terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan
lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.
3.3.1 Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan
informasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan,
sehingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik
kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran
penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng,
sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan
tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan
wilayah dapat dikaji lebih lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu
bentuklahan adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)
KEMIRIN
GAN
LERENG

KETERANGA
N

KLASIFIKAS KLASIFIKAS
I
I
USSSM* (%) USLE** (%)

0-2

Datar - Hampir 0 - 2
datar

1-2

3-7

Lereng sangat 2 - 6
landai

2-7

8 - 13

Lereng landai

7 - 12

6 - 13

14 - 20

Lereng
curam

agak 13 - 25

21 - 55

Lereng curam

25 - 55

12 - 18
18 - 24

56 - 140

Lereng sangat > 55


> 24
curam
* USSSM = United state soil System Management
**USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967).
Tabel 6. Ukuran panjang lereng
PANJANG LERENG KLASIFIKASI
(M)
< 15

Lereng sangat pendek

15 - 50

Lereng pendek

50 - 250

Lereng sedang

250 - 500

Lereng panjang

> 500

Lereng sangat panjang

3.3.2 Perbedaan ketinggian


Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut,
karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ketinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah
untuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu
bentuklahan, seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan
perbedaan ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi
(sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN
ABSOLUT

UNSUR MORFOGRAFI

< 50 meter

Dataran rendah

50 meter - 100 meter

Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter

Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter

Perbukitan

500 meter
meter

1.500

Perbukitan tinggi

1.500 meter
meter

3.000

Pegunungan

> 3.000 meter

Pegunungan tinggi

Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan


perbedaan ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)
KELAS RELIEF

KEMIRINGA
PERBEDAAN
N
LERENG KETINGGIAN
(%)
(m)

Datar - Hampir datar 0 - 2

<5

Berombak

5 - 50

Berombak
Bergelombang

3 - 7
- 8 - 13

25 - 75

Bergelombang
Berbukit

- 14 - 20

75 - 200

Berbukit
Pegunungan

- 21 - 55

200 - 500

Pegunungan curam
pegunungan
curam

55 - 140

sangat > 140

500 - 1.000
> 1.000

Tabel 9. Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan


Ordo pertama aliran, Van Zuidam, 1985)
JENIS
KERAPATAN

PADA SKALA 1: KARAKTERISTIK


25.000
MEMILIKI
KERAPATAN

HALUS

Kurang dari 0,5 cm

Tingkat limpasan air


permukaan
tinggi,
batuan
memiliki
porositas buruk

SEDANG

0,5 cm - 5 cm

Tingkat limpasan air


permukaan
sedang,
batuan
memiliki
porositas sedang

KASAR

Tingkat limpasan air


Lebih besar dari 5 permukaan
rendah,
cm
batuan
memiliki
porositas baik dan tahan
terhadap erosi.

BAB 4
SISTIMATIKA
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan
gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan material
penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam
bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat
beik dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan
menjadi peta tujuan umum dan peta tujuan khusus.
Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan dari
dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi
dan hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika
yang mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi
analitik, khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi monodisiplin
dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan, sebagian proses
eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan
mungkin morfokhronologi.
Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian
elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape
ecology) dan hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik).
Peta - peta sintetik (holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data
geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi bentuklahan ditambah
dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air
permukaan dan air bawah tanah.
Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, sehingga
penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan pemetaan
geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik
menghasilkan informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek
terapan, seperti informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan
bentanglahan (landscape). Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat
berdasarkan peta geomorfologi analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi
sintetik menampilkan informasi - informasi klasifikasi bentuklahan untuk tujuan
tertentu.
Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang dengan
data yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang bersifat
lebih khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada dasarnya
merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik.
4.1 Pemahaman bentuklahan

Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah


gambaran umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi,
seperti morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun dapat
ditafsirkan melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit yang saat ini telah
berkembang dengan pesat. Selaras dengan karakteristik gambaran umum fisik
rupa bumi, maka secara garis besar bentuklahan berdaarkan morfografi dan
morfogenetik dapat dibedakan menjadi bentuklahan asal denudasional, fluvial,
marin, struktural, gunungapi (vulkanik), aeolian, karst dan glasial.
4.1.1 Bentuklahan asal denudasional
Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia
merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuklahan
denudasional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh
terhadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas
manusia sangat membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan
bentuklahan terjadi sangat cepat.
Ciri - ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola
punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola
dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif
terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah lapuk,
seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri bentuklahan
denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit.
Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuklahan asal denudasional
dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran (degradasional)
dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional).
4.1.1.1 Erosi
Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan
hujan, sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh
aliran air atau sungai. Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan yang
rendah, maka perpindahan partikel - partikel hasil pengikisan tersebut tidak
menunjukkan telah terjadi erosi, sedangkan jika kecepatan aliran meningkat, maka
erosi berlangsung dengan cepat. Selaras dengan kondisi aliran tersebut, maka jenis
erosi dapat dibedakan menjadi :
- Erosi permukaan (sheet erosion)
- Erosi alur (riil erosion)
- Erosi parit (gully erosion).
Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air permukaan yang
tidak terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai
berlangsung, sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai mengalir.
Kondisi erosi permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi dan sangat
sulit diinterpretasi melalui foto udara, namun sebagai ciri suatu daerah mengalami
erosi permukaan pada foto udara akan menunjukkan tutupan vegetasi yang jarang.
Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan mulai bergabung
membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur dan

pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan
torehan terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir
sama dengan erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala yang besar
akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang terbuka, sehingga erosi alur
dapat dipetakan pada skala peta yang besar.
Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk,
maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin besar
dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, sehingga pada
peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai
aliran air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air.
Kenampakan pada foto udara sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan
dengan skala peta sedang sampai besar.

Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)
MEDIA
PENGARUH

PROSES
TERJADI

YANG PROSES
MUATAN
MATERIAL

AIR
PERMUKAAN
Kegiatan hidrolik
Arus
permukaan dan
arus
bawah
permukaan;
aliran
permukaan.
AIR TANAH
Tanpa
arus Pencucian ; korosi
bawah tanah.
OMBAK,
ARUS
PASANG
NAIK.
ANGIN

Traksi, saltasi, suspensi,


larutan dan apungan.

Larutan

Kegiatan hidrolik

Traksi, saltasi, suspensi,


larutan dan apungan.

Abrasi dan deflasi

Traksi,
saltasi
suspensi.

dan

dan

GLASIAL

Penggerusan
saluran.

dan Traksi dan suspensi

GRAVITASI

Gerakan massa
Traksi dan suspensi.
Aliran,
luncuran
dan penurunan.

Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of Geomorphology


R.W. Fairbridge, ed.

Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka faktor


ketahanan batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah
satu faktor yang berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe ngikisan atau penggerusan pada peta topografi dan foto udara akan
ditunjukkan oleh kerapatan pengaliran. Semakin rapat pola aliran, maka
batuan mudah mengalami pengikisan atau penggerusan, sedangkan semakin
renggang pola aliran berarti batuan semakin tahan terhadap pengikisan atau
penggerusan.
Tabel 11. Ketahanan relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan
(sumber : Van zuidam, 1985).
JENIS BATUAN

KETAHANAN

BENTUKLAHA
N

Biasanya tahan
Biasanya tahan
Biasanya tahan

Gawir dan aliran


Tidak menyebar
Tebing terjal

Biasanya sangat
tahan
Biasanya tahan
Biasanya tahan
Kecuali di wilayah
arid

Gawir dan kubah


Pengangkatan
Kubah
dan
pengangkatan..

BATUAN BEKUAN
Tekstur halus
Hitam (basa)
Basalt
Menengah
Andesit
Cerah
Rhiolite
Tekstur kasar
Hitam (basa)
Gabro
Menengah

Sienite
Cerah
Granit
BATUAN ENDAPAN
Butiran halus
Lepas
Lempung

Lunak,
membentuk dinding tegak.
Biasanya lunak

Lahan terbuka

Lunak
Lunak
sangat tahan

Dataran rendah
Dataran rendah
Punggungan,
gumuk,
dan monadnok.

Dataran rendah
Padat
sam Batulempung
pai landai
Sangat lunak
Dasar lembah.
Karbonat lepas Lanau Lunak di daerah Daerah gamping.
Karbonat
padat
basah
Gamping
tahan di daerah
arid.
Dataran rendah
Butiran kasar
Tebing terjal dan
Lepas
Pasir
Biasanya lunak
plato
Padat
Tahan
jika
Batupasir
tersemen
kuat.
Sebagai batuan
Butiran sangat kasar
penuLepas
Memiliki
tup perlipatan.
Kerakal
ketahanan sePunggungan dan
dang,
pePadat
Sangat tahan.
gunungan.
Konglomerat
BATUAN MALIHAN
(METAMORF)
Asal batuan endapan
Serpih
Slate
Batugamping
Marble
Batupasir
Kuarsit
Asal batuan bekuan atau
endapan
Banded
Gneis
Schistose

Sangat tahan
Sangat tahan

Pengangkatan
Pengangkatan
dan
punggungan.

Schist
Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York

4.1.1.2 Longsor
Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang
cukup besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng
dan disebabkan oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan
tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang rendah.
Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide), aliran
(flow) dan jatuhan (heave).
Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau batuan
secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian kaki lereng.
Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki kecepatan yang
cukup tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada lereng yang dilalui.
Faktor pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh lereng yang curam dan
sedikit pengaruh air.
Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak
menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran
biasanya terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian
yang tidak bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.
Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang sangat
terjal (hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki
kecepatan relatif lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.
Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan, karena
faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar 9),
menunjukkan klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor yang
mempengaruhinya, seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandungan jenuh
ketika terjadi gerakan.
4.1.2 Bentuklahan asal struktural
Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan
bentuklahan disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh struktur.
Pengaruh struktur geologi yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan
secara keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung
bersamaan dengan proses geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada
geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : (1) struktur
aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak bentanglahan modern, (2)
struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentanglahan modern berupa
pelapukan dan erosi.
Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur
geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan
peta topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan

bentuk massa batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara lain : (a)
ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi, (b) perubahan kristal dan
pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan (d)
tampilan bentuk lainnya. Batuan dan iklim memiliki peran penting pada tampilan
geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi
geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergambar pada peta
topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya batuan memiliki
perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga sangat mendorong
terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya lereng yang terputus.
Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang relatif tahan
terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang cekung
cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa
ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung
atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau
proses erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga
batuan tampak seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak
pada tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika
dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan interpretasi foto udara dan peta
topografi ditambah dengan pengetahuan geologi umum akan memberikan hasil
lebih baik didalam menentukan batas - batas batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan
dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti tampilan gawir sesar dan erosi.
Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan peta topografi akan
mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu daerah, walaupun
tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali struktur
geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith
(1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu
daerah melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1)
kenampakkan topografi, (2) warna tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4)
struktur primer dan sekunder.
Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan
kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan
terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di bawah
kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara
interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis
geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi akan
memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan
gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah daerah tektonik muda.
Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan
tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu
pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi
yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan
endapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan
terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir datar
dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur topografi menunjukkan pola -

pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang datar seolah - olah
tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar pada bidang
lapisan batuan tersebut.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan
dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh
perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan
batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai
menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi.
Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap
pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena
keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal
akan mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika pengaruh kekar dan
rekahan tidak ada.
Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis
kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan
pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang
tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan
batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi,
sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan
batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan
relief arah jurus lapisan batuan lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk
permukaan lapisan batuan tersebut. Permukaan topografi yang datar menyebabkan
pola permukaan lapisan batuan mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya.
Jika permukaan topografi tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan
menjadi fungsi arah jurus (strike), kemiringan lapisan (dip) merupakan
kemiringan (gradient) topografi. Pola - pola permukaan lapisan batuan tidak
mengikuti sepanjang arah jurus lapisan batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah
jurus lapisan batuan semu.
Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan arah
jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada topografi,
kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat terhadap
kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan arah jurus
lapisan batuan sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan topografi dan bidang
lapisan batuan membentuk arah jurus punggungan membentuk hogback serta arah
kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada lipatan monoklinal yang baik
menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai sub paralel dan trelis, setempat setempat pola aliran dendritik. sungai atau lembah pada topografi yang memotong
arah jurus lapisan batuan de -ngan membentuk sudut, maka pada lembah V
tersebut akan tercermin suatu lapisan dan kemiringan batuan yang jelas.
Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah Vs
yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan sudut
kemiringan yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar suatu
lembah atau punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya kemiringan
lapisan batuan. Jika suatu lembah memotong tegak terhadap arah jurus lapisan
batuan, maka lembah Vs akan membentuk tebing yang simetri, sedangkan jika

lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan membentuk sudut, maka
perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lembah Vs sejajar
(paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah tidak akan berkembang,
tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah lembah Vs. Bidang lapisan
batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material permukaan, maka arah jurus
lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri pola aliran pada daerah
tersebut.
Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -ngai
yang panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan, tetapi
apabila percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng (Lattman dan
Ray, 1965). Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal dan sesar naik dapat
diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan kemiringan lapisan batuan
yang berlawanan, kecuali pada lipatan isoklin. Jika sumbu lipatan mendatar
(horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (paralel). Kedua sayap lipatan
yang membentuk kurva (melengkung) dengan puncak sinklinal atau antiklinal
akan membentuk lembah V atau U. Kedua sayap lipatan akan membentuk jalur
permukaan lurus atau melengkung ada sisi - sisi yang berlawanan. Pada suatu
daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan yang terletak pada puncak atau
lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut dapat ditentukan dengan cara
perhitungan atau perkiraan arah jurus dan kemiringan lapisan batuan serta
hubungan tiga dimensionalnya.
Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik,
arah kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah
V sangat membantu menentukan sayap yang berlawanan.
Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada
suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah
yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh
bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi
atau menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit
ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan
penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan struktur.
Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus
lapisan batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap
pelapukan dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah
kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran
yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran
utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola
tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang berbentuk kubah atau
lipatan (antiklin) sungkup.
Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai,
kelokan tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar
tanggul sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali) pada sungai
merupakan ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.
Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang
permukaan lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan

celah dan biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar
merupakan suatu bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai sesar
normal dan sudut sesar kurang dari 450 biasanya disebut sebagai sesar naik. Sesar
normal pada foto udara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti
kelurusan ( lineament ) yang membentang sangat jelas. Tampilan yang
memanjang mencerminkan atau memberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi
oleh kelurusan morfologi, aliran su -ngai ( misalnya penggalan sungai lurus, air
terjun, danau, genangan air dan mata air) atau kumpulan vegetasi yang
dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone ) foto udara yang
tajam.
Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan
membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau
kekar akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. perubahan
pola atau arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu kelurusan
merupakan ciri sesar yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering
menahan air disekitarnya, sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan
garis hitan karena sangat jenuh oleh kan - dungan air dan kemungkinan lebatnya
vegetasi. Mintakat sesar yang memiliki kelulusan air (permebility) rendah akan
mempengaruhi kondisi air tanah dan menyebabkan perubahan kumpulan vegetasi,
sehingga sesar dicirikan oleh mata air.
Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan
yang mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan membentuk morfologi
"mesa" atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe ngikisan (erosi) yang
berlangsung pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan membentuk
alur erosi yang sejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari
kegiatan erosi mata air atau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul.
Jika diameter batuan penutup ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit
disekitarnya, maka digunakan istilah "butte". Kemiringan lapisan batuan yang
memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring (contoh : lereng cekungan
pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka bentanglahan yang
berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yang disusun oleh
batuan keras yang miring. Bentuklahan yang simetris atau asimetris tergantung
pada kemiringan lapisan batuan dan proses yang berlangsung pada bentuklahan
tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta", "hogback"
dan pegunungan "dike".
"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang
panjang, umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan
lereng landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng
yang terjal, sedangkan pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.
" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk oleh
lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan yang
terjal. Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak
simetri.
Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang
memiliki kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir
simetris. Lapisan atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring merupakan

bagian dari lipatan tunggal (single fold ) atau bagian dari sistem lipatan
(kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin. Antiklin
adalah lipatan ke atas yang telah mengalami perkembangan beberapa tahap.
Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan dari arah sumbu antiklin
ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah lipatan lapisan
batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju sumbu
sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan
menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian
bukit menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin. Jika
daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang
dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal sebagai
sayap, sedangkan pada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang
memotong lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang
sumbu tegak sejajar sumbu lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan
simetri.
Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan,
sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau
mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan.
Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih
kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur
kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan.
Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara dan peta
topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi yang
berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.
Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang
panjang dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan
suatu gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara
atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan
tergantung pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan.
Perbedaan erosi sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar
dengan permukaan) jarang sekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung
dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang
tampak adalah jejak sesar berupa garis dan biasanya disebut sebagai garis gawir
sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen adalah kenampakan gawir sesar, kecuali
pada daerah bertopografi rendah tampak blok yang naik dan turun.
Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk
menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :
(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan hanya
pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan kesan goresan
belum tentu sebagai gawir sesar.
(2). Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -

goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan


tersebut jarang ditemukan.
(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,
atau miring.
(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujung atas
yang meruncing.
Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat
dengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang. Biasanya lereng
permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 300, sedangkan bidang sesar
normal lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang meruncing dari permukaan
segitiga (triangular facet) mengalami perombakan oleh pelapukan dan erosi,
sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan sesar.
(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahal kenyataannya
melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yang memiliki gawir yang
lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis gawir sesar.
(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.
(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang jeram
dan disebut sebagai lembah "gelas anggur" ("wineglass" valley), sehingga
dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen).
(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik biasanya
terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi di sepanjang garis gawir
sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan regangan pada kedua sisi blok sesar.
(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjang sesar
tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.
(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi sesar,
tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagai mintakat lemah.
Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti
sebagai sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi
sesar saat sekarang atau masa lalu antara lain :
- sering terjadi longsoran.
- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan.
- pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.
- kelokan tajam aliran sungai.
4.1.3 Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi terbentuk dari hasil endapan gunungapi berupa
endapan lava yang membeku dan fragmen - fragmen gunungap, sehingga dapat
dibedakan dengan bentuklahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada foto
udara.
Letusan (erupsi) gunungapi dapat dibedakan berdasarkan material yang
keluar dari saluran magma gunungapi atau " vent " , yaitu jika material yang
dikeluarkan dari saluran magma melalui pusat saluran magama gu - nungapi /
vent disebut sebagai pusat letusan. Material yang keluar melalui celah / rekahan
saluran magam disebut sebagai letusan celah / rekahan dan material yang keluar
melalui beberapa saluran magma yang tersebar luas pada suatu daerah disebut
sebagai daerah letusan.

Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan, karena
sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), sehingga pusat
letusan besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (parasit cone) yang
terapat disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunungapi. Perbedaan pusat
letusan dengan letusan yang terjadi melalui rekahan umumnya tergantung pada
skala dan tahap pertumbuhan gu nungapi, sehingga perbedaan itu akan
sangat menonjol. Daerah gunungapi disebut juga "polyrifice" dicirikan oleh tidak
pernah terdapat pusat letusan, karena letusan akan terjadi pada titik - titik tertentu
dalam kurun waktu yang panjang (Karapetian, 1964).
Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang mencapai
ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan hamparan
lava adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol, sedangkan
gunungapi strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gunungapi pada
umumnya tidak beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan sebaran gunungapi
tersebut berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut berdasarkan beberapa
penelitian menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk bersamaan dengan tumbukan
dan pemekaran lempeng, sehingga gunungapi biasanya terbentuk pada sabuk
pegunungan Alpen dan sabuk Pasific (gambar ). Komposisi petrografi batuan
penyusun gunungapi pada suatu daerah yang luas akan memiliki kesamaan,
sehingga berdasarkan sebaran yang luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis
gunungapi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran
kerucut serta hubungan bentuk kubah dan (2) plato dan dataran. Beberapa
gunungapai ada yang membentuk sebagian kubah lava dan sebagian lagi
membentuk plato vulkanik. Selanjutnya tampilan negatif hasil letusan berupa
kaldera yang sa- ngat luas, sehingga terbentuk danau hasil dari letusan tersebut
atau akibat penurunan (depresi) yang terbendung oleh lava yang mengeras.
Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan yang
diajukan oleh Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah
sebagai berikut :
Tabel

Jenis gunungapi berdasarkan letusannya.

JENIS GUNUNGAPI KARAKTERISTIK

1. ICELANDIC

2. HAWAIIAN

Letusan melalui rekahan, mengeluarkan aliran


magma basalt bebas, tenang, gas sedikit,
menghasilkan volume lava yang besar, lava
mengalir seperti lapisan pada daerah yang luas,
sehingga membentuk plato.
Letusan berasal dari rekahan, kaldera dan
lubang kawah, lelehan lava diikuti dengan gas,
letusan aktif tenang sampai sedang, lava dan

gas
mengalir
dengan
menyemburkan api, debu
membentuk kubah lava.

3. STROMBOLIAN

4. VULCANIAN

5. VESUVIAN

cepat
sangat

sambil
sedikit,

Kerucut berlapis ((stratocones) sekitar kawah,


letusan sedang, berlanjut, melepaskan gas tidak
teratur, me - nyemburkan gumpalan lava,
menghasilkan bomb dan terak (scoria) lava,
kegiatan letusan berulang - ulang, dengan
semburan lava dan awan panas (seperti uap air)
yang naik sampai pada ketinggian tertentu..
Kerucut berlapis pada bagian tengah saluran
magma, kumpulan lava lebih kental, lapisan
lava tertumpuk diantara letusan, gas terkumpul
di bawah permukaan, letusan bertambah hebat
dengan waktu yang cukup lama, sampai terak
(scoria) lava hancur, lubang saluran magma
bersih. Semburan bomb, batuapung dan debu,
lava mengalir dari puncak menuruni lereng
setelah letusan utama, awan bercampur debu
yang pekat tersembur ke udara membentuk
seperti cendawan, debu berlapis sekitar lereng
puncak gunungapi. (catatan : letusan pseudo
vulkanik memiliki ciri yang sama, tetapi
hasilnya menjadi lain (contoh: Hawaiian), yaitu
menjadi phreatic dan meng- hasilkan kabut uap
yang sangat luas, membawa fragmen - fragmen
lain).

Letusan lebih hebat daripada jenis strombolian


atau vulcanian, letusan hebat terjadi dengan
melepaskan gas dari lubang saluran magma
yang berbentuk kerucut berlapis (Stratocones),
terjadinya letusan setelah gunungapi istirahat
cukup lama, saluran magma cenderung menjadi
kosong dan cukup dalam, pada suatu letusan
lelehan lava menyebar (pada bagian atas
mengkilat) disertai dengan semburan asap
seperti cendawan yang terus menerus
membentuk lapisan debu pada ketinggian
tertentu.

6. PLINIAN.

Letusan lebih hebat daripada letusan vesuvian,


pada fase utama yang terakhir menyemburkan
gas dengan cepat membentuk awan seperti
cendawan tegak lurus setinggi beberapa
kilometer, menyempit pada bagian bawahnya
dan di bagian atasnya menyebar sambil
menyebarkan debu.

7. PELE'AN

Menghasilkan lava kental bertekanan tinggi,


letusan jarang terjadi, saluran magma
gunungapi jenis strato terhalang oleh kubah
lava atau lava penyumbat, gas keluar rekahan rekahan lateral (lereng gunungapi) atau dari
saluran yang telah mengalami penghancuran
penyumbatnya; debu dan fragmen - fragmen
bergerak menuruni lereng dalam satu atau lebih
letusan sebagai "nue'es ardentes" atau luncuran
awan panas, langsung mengendapkan hasillnya.

Sumber : Van Zuidam (1985 dari Holmes,1975 dan Bullard,1962)


Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunungapi dan kawah merupakan hasil
endapan lava kental derajat tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan
magma (kaya Mg, Fe dan Ca) menguapkan H 2O (uap), SO2 dan CO2 serta
mengurangi potensi letusan. Magma yang bertemperatur tinggi mengalir keluar
secara perlahan - lahan melalui celah - celah / rekahan - rekahan yang terdapat
pada gunungapi, seperti rekahan yang disebabkan oleh "horst volcano tectonic"
atau lahan yang tergali (R.W. Fairbridge, 1968). Magma kental (banyak
mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan melekat, menyimpan lebih banyak
gas.
Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan temperatur naik, tekanan
gas menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
letusan dan penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava.Letusan biasanya
terjadi dari lubang kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat letusan
gunungapi. Terjadinya letusan gunungapi dapat dibedakan menjadi dua macam,
antara lain (1) monogenetik, yaitu letusan terjadi sekali, berupa letusan kecil, dan
(2) poligenetik, yaitu letusan terjadi beberapa kali, sering menyemburkan lava
secara berulang - ulang.
Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur rekahan gunungapi,
sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava membeku
dan muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubungan dengan
pusat gunungapi. Pada awalnya letusan terjadi dari kawah - kawah kecil kemudian

kawah tersebut terkubur oleh limpahan / curahan kawah lainnya (sehingga kawah
tumpang tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan kaldera. Ketika letusan
terhenti, endapan lava dan piroklastik membentuk strato vulkanik, lapisan lava
dapat dilihat pada dinding - dinding kawah atau lereng - lereng kawah yang
tererosi.
Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat
menyebar dengan mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membedakan
perisai lava , kubah lava, kerucut lava, gundukan lava dan lava datar (gambar 28).
Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh semburan lava basaltik dan dapat
membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai (kurang dari 7 0) dan
cembung. Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan rekahan biasanya
berhubungan dengan gunungapi perisai (gunungapi perisai merupakan pernyataan
yang kurang tepat, karena merujuk kepada lava perisai, tetapi digunakan untuk
gunungapi strato yang besar atau pada suatu lingkungan gunungapi).
Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan
kubah cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava
vulkanik. Perbedaan ukuran yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis
kadang - kadang mnggunakan perisai atau kubah. Pusat letusan pada skala kecil
menyebabkan sisi kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki kemiringan
lereng yang landai (kurang dari 7 0) , tetapi ada juga beberapa contoh yang relatif
curam. Gunungapi basaltik tidak dicirikan oleh kawah, tetapi memiliki ciri berupa
gundukan lava yang berlereng landai. gundukan lava tersebut sebagian
menunjukkan bentuk yang tajam, mencerminkan telah mengalami erosi yang kuat.
Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan
lava yang keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi dibedakan
kerucutnya oleh rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat dinyatakan
sebagai gundukan lava ("lava mounds") yang memiliki kesamaan dengan
gundukan terak ("scoria mounds"). Di Victoria (Australia) ada beberapa kelainan
gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi tersebut membentuk lava yang
mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan keluar melalui rekahan rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada di atas dan sisinya
(Ollier, 1970).
Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat pekat
dan apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan
gunungapi, maka magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan membentuk
sejumlah bentuklahan ( gambar 30).
Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan
membentuk gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo
dome") dan ini tidak berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada
endapan piroklastik.
Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cotton
(1944) menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang terbentuk
oleh letusan dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama seperti
kubah kumulus yaitu tidak memiliki kawah,

"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal dari
dalam kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu - ribu meter
yang tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang menyimpang
menjadi kasar dan tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid " pada kawah tidak
mencirikan akhir dari suatu aktifitas gunungapi karena terbentuk dan hancurnya "
tholoid " berlangsung selama pertumbuhan gu -nungapi.
Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku dan
bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang
membulat dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah
penyumbat berkembang dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh letusan
dan pecah karena tidak seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan pecahan dari
letusan punggungan karena beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh tumpukan
batuan rombakan yang membentuk seperti endapan longsor sekitar lereng dengan
batuan berbentuk pilar membentuk sudut hampir datar.
Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran
pegunungan merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat
kaku, selanjutnya rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah kumulus
muncul membentuk punggungan.
Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan pecahan (fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan,
pecahan - pecahan lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng
sesuai dengan sudut pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - partikel
halus diendapkan pada lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel - partikel
kasar, sehingga pecahan - pecahan kasar terkumpul dekat lubang kepundan.
Bentuk lereng yang indah seperti di Fujiyama (Jepang) dan Mt. Egmont (New
Zealand).
Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi
kerucut terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan
kerucut terak ("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan maar.
Kerucut terak yang ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng lurus atau
sisi - sisinya cembung melandaidan kawah di bagian puncaknya. Bibir kawah
yang datar memperlihatkan seakan - akan kerucut terak memiliki puncak yang
datar jika dilihat dari jarak jauh. Kerucut terak terbentuk sangat cepat, karena pada
tahap akhir letusan gunungapi yang memiliki magma basaltik cenderung
membentuk kerucut terak.
Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan biasanya
dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah dari kerucut
terak normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan dari akhir suatu
letusan gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak di tengah kawah
atau kepundan yang sangat besar, maka disebut sebagai kumpulan kerucut terak
("nested scoria cones"), penampang melintang antara kerucut bagian dalam
dengan dinding kawah disebut "fosse".
Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan dan
semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk tumpukan
pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones") dengan
ketinggian 100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering ditemukan satu

atau dua bukit yang terbentuk pada sisi aliran lava


( Wentworth dab
Macdonald, 1953). "Maars" atau kawah bekas letusan adalah bentuklahan yang
disebabkan oleh letusan gunungapi, terdiri dari kawah sampai bagian yang paling
bawah, luas dan dalam. Disekitar bibir kawah dibentuk oleh semburan material material piroklastik, batuan bekuan atau batuan dasar dan sering dicirikan oleh
bentuk endapan besar asimetris yang searah dengan arah angin pada kawah
tersebut. Pada penampang akan tampak bagian sisi yang curam mengarah ke
kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan lereng curam memiliki
kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang) membentuk lapisan piroklastik
yang relatif sejajar dari arah kawah. Kawah sering memeiliki diameter 1 kilometer
dan ketinggian bibir antara 50 sampai 100 meter. "Maar" biasanya terdapat
bersama dengan endapan batuan bekuan basal dan kawah bagian bawah ditutupi
oleh air membentuk danau.
Letusan gunungapi campuran. Pada beberapa gunungapi sering ditemukan
endapan campuran antara lava dengan fragmen dan gunungapinya disebut sebagai
gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi besar di dunia seperti
Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya merupakan gunungapi
jenis strato. Seperti umumnya gu nungapai, maka gunungapi jenis strato
juga memiliki periode letusan yang panjang selaras dengan aktifitas gunungapi
tersebut. Kerucut - kerucut yang tertoreh kemudian membentuk parit erosi dan
menjadi alur mengalirnya lava. kerucut - kerucut terak ("scoria cones") terbentuk
disekeliling puncak gu - nungapi dan aliran piroklastik serta endapan jatuhan
tersebar secara luas disekitar lereng - lereng gunungapi.
Gunungapi gabungan. Campuran gunungapi yang tampak sempurna
adalah gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak ("scoria"), tetapi
tidak sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran secara
genetik memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri, kemudian
karena tumpang tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak memiliki
hubungan antara satu letusan dengan letusan lainnya dengan umur yang berbeda
mengakibatkan bukit - bukit tersebut menjadi satu, (Ollier, 1970).
Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adventive"
dan kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki tekananyang
sangat besar agar dapat mengeluarkan lava mengalir melalui rekahan - rekahan
yang mudah dicapai ke permukaan dan meletus pada lereng - lereng utama
gunungapi. Sekali letusan gunungapi terjadi, maka endapan lava yang bertindak
sebagai penyumbat lubang kawah hancur, sehingga memberi peluang keluarnya
lava dan letusan selanjutnya akan menjadi mudah.
Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada sayap - sayap gunungapi,
sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat letusan dari
rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah membentuk
percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur keluarnya lelehan
lava atau kegiatan letusan. Pada suatu kawah yang luas dapat terdiri dari satu atau
lebih gundukan kerucut atau kawah. Pada beberapa daerah terbentuk sejumlah
kerucut terak ("scoria cones") secara bersamaan dengan mekanisme terbentuknya
kerucut parasit ("parasit cones") ; sebagai contoh : jika kerucut yang pertama
menutupi saluran magma ("vent"), maka akan terbentuk saluran magma ("vent")

baru. Perbedaanya adalah tidak terjadi pertumbuhan kerucut yang berukuran


besar, misalnya : tidak tampak gunungapi utama, tetapi yang tampak adalah
rangkaian gunungapi, sehingga disebut sebagai rangkaian kerucut ("multiple
cones").
"Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang kawah atau bibir
kawah yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gunungapi
yang tebal, tidak ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang dibentuk
oleh pelepasan gas tau tampilan permukaan saluran magma ("vent") tidak sampai
ke permukaan.
Kawah meteorit memiliki bentuk permukaan yang sama dengan
gunungapi, tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh gunungapi, melainkan
oleh jatuhan meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan letusannya
memberi dampak seperti bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit yang jatuh
membentuk kawah jarang ditemukan disekitar bibir kawah, karena pecahannya
menyebar jauh dari bibir kawah. Ciri lain dari meteor yang jatuh ke permukaan
bumi adalah kenampakan fragmen batuan dasar pada bibir kawah menjadi miring
akibat benturan meteor yang jatuh tersebut.
Kaldera adalah depresi (cekungan) gunungapi yang sangat luas
berdiameter mencapai 5 kilometer. tiga jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu
kaldera runtuhan, kaldera letusan dan kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjutnya
dibagi menjadi jenis Karakatau atau kaldera runtuh karena suatu letusan dan jenis
kaldera Glencoe taua kalderayang mengalami penurunan ("subsidence") (ganbar
32). Pada jenis kaldera glencoe, penurunan tidak diikuti dengan letusan abu, tetapi
rekahan yang mengisolasi bagian tengah yang melingkar menyebabkan terjadinya
terobosan ( intrusi) lateral atau jalan keluarnya lelehan lava.
Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan gunungapi yang
membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan kaldera dengan garis
tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang berdiameter besar
merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis ketiga adalah kaldera
erosi, yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap dinding kawah.
Kaldera erosi akan hilang selaras dengan pemebntukkan kaldera baru oleh proses
yang berbeda (bukan erosi), seperti runtuhan atau penurunana (subsidence).
4.1.3.1 Aliran lava dan tampilan lava minor
Jenis lava. hasil utama gunungapi adalah lava, debu atau tufa, semburan
gas dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus atau
"coulees" atau letusan material piroklastik, sedangkan lava yang lebih cair
membeku membentuk seperti lapisan meninggalkan jejeak seperti aliran lava
(Ollier, 1970). Selaras dengan kenampakan permukaan lava, maka aliran lava
diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a a, lava blok dan lava bantal (gambar 33).
Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada
lapisan permukaannya yang tipis mendingin membentuk lipatan akibat gerakan
lava yang meleleh pada bagian bawahnya, hasilnya adalah lava seperti kulit hiu
dan lilitan sejajar yang pijar, seperti melilit pilar
Lava a a (dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan
bergerak secara perlahan. lapisan lava cukup tebal, pecah membentuk blok - blok

yang saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang tindih.
Aliran lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan seperti
bongkah - bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras.
Lava a a dan lava blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald
(1953) membedakan antara a a karena bentuknya seperti kerak besi yang melintir
dengan blok lava yang memiliki bentuk blok - blok yang menyudut. Jika aliran
lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi di bawah permukaan air,
maka biasanya terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai lava bantal ("pillow
lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava yang mengkilat
seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi lava yang cair
bergulung seperti kantung plastik yang diisi penuh oleh larutan. Kantung kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus merupakan bantal dan
biasanya saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak
berbentuk membulat, tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam
membentuk lapisan. Tampilan ini tampak sama dengan kilapan kaca, kulit
tachylitic dan rekaha radial (gambar 34), membentuk bantal yang mudah
dibedakan dari bentukkebundaran bongkah karrena pelapukan mengelupas
bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada juga yang terbentuk
pada air tawar (danau).
Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan,
sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini
tidak pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri
yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan
(kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan oleh garis - garis
kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan (kontraksi)
memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk
pecahan heksagonal. Pola - pola kekar yang tegak membagi lava menjadi kolom kolom tegak heksagonal dan pecah membentuk blok - blok karena rekahan yang
melintang.
Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal
seperti bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam
satu kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal
dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada
bagian dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan
mengkerut dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung
ujung aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok blok lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava
tersebut, sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk
bongkah - bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin
secara tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus membentuk ujung ujung aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan aliran yang baru. Pada
bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging perlahan - lahan masih
bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak setiap saat, sehingga

dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu aliran lava yang tampak
dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga
aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya
aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai,
sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air terjun.
Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan penghalang - penghalang di
jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh lambatnya
aliran lava kental yang bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk bentuk aliran lava sangat rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam
tampilan seperti lava yang berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah
(gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran
lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk
cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.
4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi
Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang
dikembangkan oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan
1975), dengan pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli
tersebut mudah dipahami dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun
secara sederhana untuk keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang
digunakan sebagai dasar pemetaan geologi dan penelitian geologi.
Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :
- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi.
- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.
- Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.
- Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.
Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap
interpretasi peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap
pemeriksaan lapangan. Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan
geomorfologi antara lain :
- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
- Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.
- Kerta kalkir dan plastik OHP.
- Kompas geologi.
- Palu geologi.
- Pita ukur.
- Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.
-Alat - alat tulis.
4.3 Langkah - langkah pemetaan
Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio
pemetaan dengan kegiatan yang dilakukan antara lain :

- Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran
(water devided area) .
- Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap lekukan
garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.
- Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak
punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir
pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan seperti pada
gambar 7 dan 8
- Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut.
- Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan
suatu bentuklahan.
- Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang
tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi pola
aliran yang menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan
geomorfologi.
- Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan
kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan menerus
dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkembang di daerah tersebut, sedangkan
perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan untuk membedakan jenis
batuan.
- Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan mencerminkan
janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi., sehingga dapat
disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan jnis batuan yang
lunak, sedangkan batuan yang tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang
keras.
- Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka
kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.
4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai)
- Bentuklahan asal fluvial (sungai)
a. Satuan bentuklahan dataran banjir.
b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam
c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai.
d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik.
e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai.
4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut)
a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal)
b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial.
c. Satuan bentuklahan beting gisik.
d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach).
e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)
4.3.4 Bentuklahan asal struktural
a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat.
b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar.

c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar.


4.3.5 Bentuklahan asal vulkanik.
a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi.
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng atas vulkanik.
c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah.
d. Satuan perbukitan lereng vulkanik bawah.
4.3.6 Bentuklahan asal aeolian
4.3.7 Bentuklahan asal karst.
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst.
b. Satuan bentuklahan kubah karst.
c. " sinkhole" / 'dolina'
4.3.8 Bentuklahan asal glasial (es)
Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi peta
topografi dan / atau foto udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta
geomorfologi sementara (sebagai peta dasar geomorfologi dan geologi) sebagai
acuan. Tahap kegiatan lapangan meliputi :
1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek - aspek bentanglahan
(landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang telah dibuat di studio.
2. Penelusuran batas - batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras dengan
kegiatan penelitian geologi.
3. Jadikan aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang sedang diteliti.
4. Tentukan (plot) dan catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data untuk
pembuktian kondisi geologi yang sedang diteliti.
5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi,
maka aspek tersebut dijadikan panduan untuk menelusuri aspek geologi yang
sedang diteliti.
6. Satuan bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kondisi geologi
yang sedang diteliti, sehingga didalam penarikan batas satuan geomorfologi harus
dilakukan dengan hati - hati.
7. Batas satuan bentuklahan dan simbol - simbol yang digunakan harus memberikan
cerminan kondisi geologi daerah yang diteliti.
8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar pemetaan
geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memudahkan pelaksanaan
pemetaan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi.
4.4 Simbol yang digunakan
Simbol - simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari
simbol warna, simbol gambar, dan simbol huruf. Simbol warna digunakan untuk
satuan bentuklahan adalah sebagai berikut :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
- warna ungu (violet)
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
- warna merah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat

4. Satuan bentuklahan marin (laut) (M)


- warna hijau.
5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua
6. Satuan bentuklahan gleitser (es) (G)
- warna biru muda.
7. satuan bentuklahan aeolian (angin) (A) - warna kuning.
8. Satuan bentuklahan karst (K)
- warna jingga (orange)
Simbol huruf :
1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat
- S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar
- S.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar - S.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4
2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik
- V.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.2
vulkanik atas.
c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.3
vulkanik tengah.
d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.4
vulkanik bawah.
3. Satuan bentuklahan denudasional (D)
a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat - D.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi ringan - D.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4
4. Satuan bentuklahan marin (M)
a. Satuan bentuklahan dataran gisik
- M.1
b. Satuan bentuklahan dataran beting gisik - M.2
c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3
d. Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4
5. Satuan bentuklahan fluvial (F).
a. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam
- F.1
b. Satuan bentuklahan dataran banjir
- F.2
c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai
- F.3
6. Satuan bentuklahan Karst (K)
a. Satuan bentuklahan perbukitan karst
- K.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst - K.2
Simbol gambar :
Bentuklahan struktural.
Batas pemisah aliran (water devide ).
Gawie sesar geser / blok sesar.

Sesar geser / blok sesar geser.


Perlipatan
Sesar naik.
Bentuklahan vulkanik
Kawah / kepundan
Arah lelehan lava
Bentuklahan denudasional
Arah erosional
Tingkat erosi kuat
Tingkat erosi sedang
Tingkat erosi lemah.
Erosi tebing sungai
Erosi garis pantai
Gerakan tanah (Mass wasting)
Longsor jatuhan (rock fall)
Longsor geseran ( landslide)

Longsor geser rotasional (slump)


Bentuklahan marin (M)
Beting gisik ( beach ridge )
Gumuk pasir (sand dunes )
Bentuklahan Fluvial /sungai ( F)
Alur sungai berupa garis tipis
Tanggul alam
Datraran banjir
Undak sungai.
Bentuklahan karst (K)
Kerucut karst
Kubah karst
Sinkhole
Dolina
Gua karst dengan stalagtit/stalagmit

BAB 5
PENULISAN LAPORAN

Peta geomorfologi yang bertindak sebagai peta dasar pada pemetaan


geologi di dalam laporan pemetaan pada Jurusan Geologi FMIPA - UNPAD
merupakan bahasan tersendiri (sub bab), maka penjelasan geomorfologi harus
mencerminkan aspek - aspek geologi yang terkandung di dalam peta
geomorfologi, sehingga memiliki suatu hubungan yang jelas antara satuan
bentuklahan pada peta geomorfologi dengan aspek geologi pada peta geologi.
Bahasan geomorfologi yang perlu ditonjolkan untuk kepentingan geologi
terutama pendekatan morfografi, morfogenetik dan morfometri yang
mempengaruhi bentuklahan untuk dijadikan landasan menerangkan kondisi kondisi geologi. Penjelasan morfografi, morfogenetik dan morfometri merupakan
arahan dari ciri - ciri kondisi geologi yang sedang dipetakan, sehingga
pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap hasil interpretasi peta topografi
dan / atau foto udara yang dilakukan di studio menjadi kegiatan awal pemetaan
geologi.
Jika penelitian geologi mengarah pada penelitian yang lebih khusus perlu
menggunakan peta geomorfologi sebagai landasan penelitian, sebagai contoh
penelitian perencanaan wilayah, geologi teknik, geologi linkungan, proses - proses
sedimentasi dan geologi kuater, sehingga peta geomorfologi yang digunakan
untuk kepentingan penelitian yang lebih khusus tersebut harus menggunakan peta
geomorfologi pragmatik.
Kandungan peta geomorfologi pragmatik akan menampilkan aspek - aspek
morfografi, morfogenetik, morfometri secara rinci dan material penyusun yang
jelas seperti batuan atau tanah, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan akan
lebih terarah. Sebagai contoh peta geomorfologi untuk pengembangan wilayah
perkotaan, selain menampilkan kondisi morfografi seperti perbukitan atau
pedatataran yang diikuti dengan morfogenetik, maka morfometri dan material
penyusun harus dikemukakan dengan jelas, karena wilayah perkotaan selain
memerlukan bentuklahan yang layak (landsuitability yang mencakup perbukitan
dan pedataran) sebagai dasar untuk menyusun rencana tapak (site plan) juga
dibutuhkan daya dukung keteknikan seperti kestabilan lereng yang berhubungan
erat dengan batuan dan jenis tanah sebagai dasar perkotaan, kemiringan lereng
yang berhubungan dengan saluran pengaliran (drainage) kota, pola pengaliran
untuk mencegah banjir dan kemampuan lahan (land capability) untuk daya
dukung menampung aktifitas perkotaan.
5. KESIMPULAN
Peta geomorfologi akan sangat membantu didalam melaksanakan
pemetaan geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena
waktu yang diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan
penajaman terhadap aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal
(kegiatan di studio).
Pemahaman geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa - ngat
membantu didalam penelitan - penelitian geologi, terutama penelitian geologi

yang bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang cukup
tajam dan dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.
Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan
simbol - simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli
geomorfologi), sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan.
Penulisan laporan tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan
yang mencerminkan kondisi geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.

You might also like