Professional Documents
Culture Documents
Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat dari
suatu bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai landasan
dasar geomorfologi modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang perusakan
lahan oleh proses erosi, tidak memiliki pemikiran yang matang untuk dijadikan
suatu kesimpulan yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak memberikan
keleluasaan untuk membahas perkembangan jangka panjang dan jangka pendek
untuk membahas tentang pemikiran geologi agar menjadi suatu pekerjaan tentang
bumi (ground work) untuk bapak geomorfologi modern seperti James Hutton,
tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh beberapa orang.
Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok pertama
yang menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al, 1964) bahwa
pemikiran yang cemerlang telah berkembang pada zamannya, sehingga
merupakan puncak kecemerlangan para pemikir terdahulu. Leonardo da Vinci
menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa material dari
salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada suatu tempat.
Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang mampu
menggerus dan merusak lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan yang
memilki ketinggian yang sama dengan permukaan laut.
Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana erosi
oleh arus dan pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan dengan
batuan yang tertoreh serta mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi yang
dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi dan struktur geologi.
Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi di
pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang
dipindahkan oleh arus diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material
yang terangkut oleh arus tersebut mencapai dataran pantai. Diyakini pula bahwa
laut merupakan tenaga penghancur yang sangat besar terhadap lahan, selanjutnya
arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat terhadap pantai curam di
Perancis sebagai bukti pernyataannya.
Desmarest (7125 - 1815) menyuarakan pemikirannya tentang lembah
Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan menelusuri perkemba-ngan
tahap evolusi bentanglahan.
De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss menyebutkan bahwa lembah Alpen
merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari puncak pegunungan
dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan pula bahwa
glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya erosi.
James Hutton (1726 - 1797) yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seorang
akhli fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu pengetahuan, khususnya kimia dan
geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor PLUTONIAN yang
terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli dari
sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang memiliki
anggapan bahwa granit memiliki kandungan lapisan kimia. Selain membahas
granit, Hutton memperkenalkan pula batuan metamorf, tetapi pernyataannya yang
terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (saat ini
merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformitarian bertentangan
dengan konsep katastropisma. Teori bumi yang mengandung konsep pengkajian
mencetuskan : " saat ini adalah kunci masa lalu " telah diterapkan secara baku
sehingga menimbulkan perdebatan, karena pernyataan tersebut mengandung arti
bahwa proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi memiliki
kecepatan yang sama dengan saat sekarang. Konsep ini tentunya salah, karena
galasiasi (pencairan es) memiliki peran yang sangat penting sejak kala Plistosen
dan sepanjang waktu geologi dari pada sekarang.
Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah yang
memiliki iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi beriklim
kering (gurun) dan sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan kulit bumi
berlangsung pada periode pemekaran, sedangkan kulit bumi sekarang relatif
stabil. Salah satu contoh proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu
geologi yaitu pengikisan lembah oleh arus yang berlangsung sejak masa lalu
sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh pencairan es (glasiasi) pada kala
Plistosen memiliki perbedaan dengan proses glasiasi pada umumnya. Angin telah
mengendapkan batupasir Navajo sejak kala Yura dan memiliki perbedaan dengan
gerakan yang dipengaruhi oleh angin sekarang.
Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap evolusi
bentuklahan yang tampak sekarang.
Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses
geomorfologi dan tingkat pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi
meragukan terhadap tingkat pengaruh sebagai faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan bentuklahan, akan tetapi para akhli geologi setuju terhadap konsep
proses dan geologi struktur sebagai pengaruh utama. Pernyataan struktur geologi
tidak hanya diterapkan pada pandangan sempit, seperti struktur batuan, struktur
perlipatan, struktur sesar dan ketidak selarasan, tetapi perhatian perlu ditekankan
pula terhadap material bumi penyusun bentuklahan secara keseluruhan yang
memiliki perbedaan pengaruh fisika dan kimia. Pandangan struktur geologi
selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu fenomena geologi yang lebih
luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi, kekar, perlapisan batuan, sesar dan
perlipatan, kekerasan mineral tertentu, porositas batuan dan berbagai macam
perbedaan pada batuan penyusun kulit bumi. Pernyataan struktur geologi dapat
dimanfaatkan untuk memahami strtigrafi dan struktur susunan (sikuen) batuan
yang muncul sebagai singkapan pada suatu daerah, seperti perlapisan horisontal,
perlapisan yang memiliki kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau tersesarkan,
sehingga pemahaman struktur geologi yang sederhana menjadi penting.
Ungkapan batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap proses
geomorfologi merupakan pemakaian ungkapan yang biasa selama digunakan
untuk pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk pandangan pengaruh
fisika atau kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika dan kimia.
Suatu batuan mungkin tahan terhadap salah satu proses geomorfologi, tetapi tidak
tahan terhadap proses geomorfologi lainnya dan dibawah kondisi iklim tertentu
menunjukkan perbedaan tingkat ketahanan batuan. Secara umum tampilan
struktur batuan harus lebih tua dari pada perkembangan bentuklahan. Kejadian
diatropisme perlipatan pada kala Plistosen sangat sulit disebut tidak tererosi,
sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah terbentuk sebelum
bentuklahan.
Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomorfologi berlangsung pada tingkat yang berbeda.
Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda karena
kerak bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang berbeda, sehingga
memiliki ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi yang berbeda pula.
Proses geomorfologi yang memiliki keaneka ragaman sangat kecil, masih
memiliki arti yang sangat penting, kecuali pada daerah diatropisme sekarang
(Resen) dapat diperkirakan bahwa daerah yang memiliki posisi topografi yang
tinggi disusun oleh batuan yang keras, sedangkan daerah dengan posisi topografi
lebih rendah disusun oleh batuan yang lunak. Perbedaan komposisi batuan dan
struktur tercermin dari keaneka ragaman geomorfologi dan topografi lokal.
Topografi minor dan rinci atau disebut sebagai mikrotopografi memiliki hubungan
yang erat dengan keaneka ragaman batuan, tetapi terlalu kecil untuk diamati.
Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama
yang mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses
geomorfologi tidak memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan
tingkat yang berbeda proses geomorfologi masih berlangsung. Tingkat kecepatan
proses geomorfologi lokal memberi pengaruh terhadap perubahan permukaan
bumi, terutama pengaruh perbedaan temperatur, tingkat kelembaban, konfigurasi
kerapatan kontur dan vegetasi.
Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat menonjol antara dasar lembah
dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan tertutup vegetasi akan
tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan tingkat
perubahan tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi
tingkat proses geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan, perombakan massa
batuan, erosi dan pengendapan yang memiliki pengaruh terhadap keaneka
ragaman geomorfologi.
Konsep 4 : Proses geomorfologi meninggalkan jejak pada bentukla lan dan proses geomorfologi yang berkembang mem bentuk ciri - ciri pada bentuklahan.
Penggunaan istilah proses yang dipakai untuk semua perubahan yang
terjadi terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses diatropisma dan
vulkanisma dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga oleh
Penck disebut sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain, seperti
pelapukan, perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh gaya
eksternal disebut sebagai proses eksogenetik. Secara umum proses endogenetik
bersifat membangun, sedangkan proses eksogenetik bersifat sebaliknya, yaitu
pengikisan terhadap permukaan bumi. Konsep proses geomorfologi yang
berlangsung terhadap permukaan bumi bukan sesuatu yang baru, tetapi pemikiran
kan.
Perdebaan dan pertentangan didalam ilmu pengetahuan merupakan akibat
dari penjelasan yang sangat sederhana dan tidak jelas. Mempelajari bentuklahan
akan mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi merupakan hasil
dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya topografi rinci hasil dari
siklus erosi yang berlangsung .
Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa
kategori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3)
bentanglahan siklus tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan
hasil pembentukan kembali.
Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal,
artinya bentanglahan tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi hanya
satu kali dan umumnya terbatas pada permukaan bumi yang baru terbentuk,
seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut vulkanik, dataran lava,
plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen. Bentanglahan
campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau hasil dua atau
lebih proses geomorfologi, sehingga timbul perdebatan karena pada semua
bentanglahan telah terjadi proses geomorfologi yang bercampur, walaupun pada
beberapa bentanglahan dapat ditemukan proses geomorfologi tunggal, tetapi
sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari kegiatan aliran air,
tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak hanya kegiatan aliran
air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, gerakan material karena
gravitasi, dan perpindahan material oleh angin sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bentuk rupa bumi. Kondisi yang sama terjadi pada bentanglahan
hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan air permukaan dan proses proses yang berlangsung terhadap pembentukkan bentanglahan. Bentanglahan
campuran tercermin sangat baik pada daerah yang dipengaruhi oleh glasiasi
Plistosen.
Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan
sebagai konsep bentanglahan yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi
iklim yang beragam sebagai faktor yang mempengaruhi proses geomorfologi dan
sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen. Munculnya
bentanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan
sedimen karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada
masa praglasial yang muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal.
Konsep 7 : Topografi bumi yang paling menonjol adalah topografi yang lebih muda dari kala
Plistosen.
Ciri - ciri topografi tua jarang ditemukan, kecuali berupa bentuklahan tua
yang tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional. Sebagian besar topografi
sekarang lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya
bahwa
pahatan rupa bumi seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air terjun dan
tebing berumur lebih muda dari Miosen, serta terbentuk sejak munculnya manusia
dan sebagian kecil muka bumi sekarang memiliki hubungan yang jelas dengan
BAB 2
SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN
GEOMORFOLOGI
1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya legenda
pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek penelitian.
2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga
isi peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.
3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga
sistem mampu dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik dan
geomorfologi sintetik.
4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat menekan
biaya pembuatan peta.
2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta
Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu
daerah atau lokasi, sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi
informasi rupa bumi dan lokasi suatu daerah. Beberapa jenis peta sebagai
petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi, peta dasar (base
map) dan peta bertema (thematic map).
2.1.1 Peta informasi
Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak,
dengan tujuan agar pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat.
Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang sangat sederhana, sesuai
dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi informasi. Contoh
- contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta
topografi.
Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau
ciri khas tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang
daerah propinsi atau kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai
yang terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi memilki
kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian
dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kondisi lereng dengan
melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta topografi dijadikan peta
kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema (thematic map) yang dapat
memberikan informasi tentang hubungan antara elemen - elemen pokok dan
satuan geomorfologi.
2.1.2 Peta dasar (base map)
Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih
didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki
hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak
memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang dipetakan
tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot) dan
dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya
digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta
topografi yang terbaru merupakan kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan
biasanya terjadi karena penggunaan material dasar (peta topografi atau foto udara)
yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari peta topografi atau foto udara dapat
diandalkan, maka kandungan pokok pada peta tujuan akan sangat bermanfaat.
Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan langsung dengan
unsur - unsur geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan
dan sebagainya sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan
lokasi yang baik dan tepat merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar
yang baik, misalnya :
- Posisi titik kontrol geodetik
- Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)
- Posisi danau dan sungai
- Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukitbukit kecil, punggungan dan sebagainya).
- Faktor - faktor yang sering berubah, seperti :
Kondisi hidrografi
Batas pemukiman
Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan.
Nama - nama daerah.
Batas sungai dan pantai.
Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan
geomorfologi atau geologi antara lain :
1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.
2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.
3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik
dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan.
4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, tergantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok.
Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu
merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar
merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk memudahkan
kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya.
Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah
peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum,
seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama daerah,
sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh
kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan sementara
terhadap lereng yang curam tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat
perbedaan kekerasan batuan atau pola punggungan yang memanjang dapat diduga
sebagai perlipatan.
Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan
penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan,
sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil
analisis peta topografi tersebut.
2.1.3 Peta bertema ( thematic map)
Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan
tertentu untuk maksud tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula.
Kandungan informasi tersebut merupakan hasil dari suatu kegiatan penelitian
SIMBOL WARNA
Ungu / violet
Merah
Coklat
Hijau
Biru tua
Biru muda
Kuning
Jingga (orange)
ASPEK UTAMA
KRITERIA PEMETAAN
Bentuk permukaan
1. Morfografi
2. Morfometri
3.3. Morfodinamik
4. Morfokhronologi
dan absolut).
5.Morfo aransemen
Hubungan
antara
perubahan
bentuklahan dengan proses yang
sedang berlangsung.
Kelas Lereng
Proses,
Karakteristik
Kondisi lahan
00 - 20
(0 - 2 %)
20 - 40
(2 - 7 %)
40 - 80
(7 - 15 %)
80 - 160
(15 - 30 %)
160 - 350
(30 - 70 %)
350 - 550
(70 - 140 %)
> 550
( > 140% )
Relief
Batuan
Daya
serap
(infiltra
si)
tanah.
(100)
Sangat
Tinggi
(75)
Tinggi
(50)
Normal
(25)
Rendah
(25)
Curam,kemi
ringan lereng
lebih dari 30
%.
(20)
Berbukit,ke
mi-ringan
lereng 15 30%
(12)
Bergelomba
ng
kemiringan
le reng 7 - 15
%
(5)
Datar,
kemiringan
lereng
0-7%
(15)
Endapan
berbutir halus
dan
dan betuan
keras.
(10)
Endapan
berbutir sedang
dan batuan
mudah
lapuk
(8)
Endapan
berbutir
sedang,
batuan
lapuk
dan
memiliki
rekahan
(5)
Endapa
n berbutir
sedang
sampai
kasar,
rekahan
tampak jelas
(20)
Lapisan
tanah
penutup
tidak
efektif,lapisa
n
tanah tipis,
sehingga
kapasitas
resap
tanah
sangat
rendah.
(15)
Daya serap
tanah
lambat
Lempung
atau
tanah memi
liki
kapasitas
daya serap
rendah.
(10)
Daya serap
normal,
ketebalan geluh
dengan ke mampuan
daya
serap
baik.
(5)
Daya
serap
tinggi,
ketebalan
pasir
atau
tanah
mampu
me nyerap
dengan
cepat
(20)
Tutupan
tanamTutupan an
tidak
vegetasi efektif,
jarang atau
gundul.
(15)
Jarang sam pai sedang,
tidak ada tutupan alami,
kurang dari
10 % aliran
dibawah tu tupan baik.
(10)
Jarang sam
pai baik, 50
%
daerah
aliran
tertutup
rumput dan ta naman
kayu.
(5)
Baik
sampai
sempurn
a,
hampir
90 %
daerah
aliran
tertutup
rumput dan
ta naman
kayu.
(20)
Tidak ada,
tampak
cekungan
dangkal,
daerah
aliran
curam
dan sempit,
tidak
ada
kolam
atau rawa.
(15)
Daya tam pung kecil,
Pemboran
diperlukan,
daerah aliran
kecil, tidak ada
kolam atau
rawa.
(10)
Daya
tampung
normal,
depresi cekungan
permukaan,
danau,
kolam
dan rawa,
kurang dari 2
%
daerah
aliran
(5)
Daya
tam pung
tinggi,
berbent
uk cekungan,
tidak
tampak
jelas
daerah
aliran.
Daya
tampung
per mukaan
.
BAB 3
UNSUR - UNSUR
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan
Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di
Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi
kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk
(morfometri) dan material penyusun.
3.1 Morfografi
Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan
bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat
dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau
gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan
geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan
bentuk lereng.
3.1.1 Bentuklahan dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0%
sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut),
fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.
b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri
khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk
karena kegiatan erupsi gunungapai.
c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan
binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk
perbukitan yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba tiba menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah
perbukitan karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai
50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst
tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan
(tektonik).
d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang
terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen,
seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen
tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran
paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari
perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak sebagai batas
pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk
akibat dari kegiatan tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk
perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh
gerakan dari sesar geser.
e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti
rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat rangkaian
pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di Utara
Tanjungsari, kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain
rangkaian pegunungan yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian
pegunungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan
Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu
(Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran (Ciamis).
3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 %
sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut
kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak
merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian
tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan
rempah - rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari
perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun
waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai
ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan
puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih
berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi
di Jawa Tengah - Yogyakarta.
3.1.4 Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan
membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa
erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi
parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung
aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu
membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya
sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan pada daerah (cekungan)
tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar jenis - jenis lembah
dapat dibedakan menjadi :
- Jenis lembah U tumpul
- Jenis lembah U tajam
- Jenis lembah V tumpul
- Jenis lembah V tajam.
Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar,
erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah
vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti,
karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan
dengan batuan yang berada di tepi sungai.
Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki
kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi
vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung
dari lereng - lereng lembah.
Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng
landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih
kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari
bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan
(sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris
disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi
lembah.
Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng
curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh
tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan
jenis lembah V tajam.
BENTUK SIMETRIS
LEKUKAN DALAM
TERBUKA/
LEBAR
MENYEMPIT /
CURAM
MENYEMPIT /
CURAM
TERBUKA /
LEBAR
Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah
(sumber : Van Zuidam, 1985)
3.1.5 Bentuk lereng
Bentuk lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau
endogen yang berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi :
- Bentuk lereng cembung.
- Bentuk lereng lurus
- Bentuk lereng cekung
Bentuk lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang
disusun oleh material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir
sesar atau bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi
atasnya.
Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng vulkanik
yang disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang longsoran
(llandslide).
Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun
oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).
3.1.6 Pola punggungan
Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan tampak pola - pola
punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau melingkar. Pola - pola
punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh kekuatan (tenaga) yang
DENDRITIK
PARALEL
KARAKTERISTIK
TRALLIS
REKTANGULAR
RADIAL
MULTIBASINAL
POLA
PENGALIRAN
MODIFIKASI
SUB DENDRITIK
Umumnya struktural
PINNATE
ANASTOMATIK
MENGANYAM
(DIKHOTOMIK)
SUB PARALEL
KOLINIER
SUB TRALLIS
DIREKSIONAL
TRALLIS
TRALLIS
BERBELOK
Perlipatan memanjang.
TRALLIS SESAR
ANGULATE
KARST
Batugamping
BENTUK SUNGAI
A. DINAMIK
1.
SESAR Teras
Lembah
gelas
AKTIF
anggur
Lembah memanjang
Sungai terputus
Saluran
"OFFSET"
Saluran
menyebar
Sungai subsekuen
Membentu genangan
Lembah terjal
2.
PERLIPATAN
AKTIF
Sungai anteseden
secara
Sungai konsekuen
3. KEGIATAN
VULKANIK
Pembelokkan sungai
tajam.
Dasar sungai
B. PASIF.
1.
TERAS Teras
SESAR
anggur
Lembah memanjang
Sungai subsekuen
Lembah
terjal
genangan
Saluran "OFFSET'
2.
KEMIRINGAN
Lembah
gelas
Sungai terputus
Saluran menyebar
Membentuk
Aliran paralel
Aliran sepanjang lereng kemiringan.
Aliran konsekuen
pendek
Sungai subsekuen
Pola tralis
3. KUBAH
Pola radial
Sungai konsekuen
Pola anular
Sungai subsekuen
4. ANTIKLIN
SINKLIN
Pola
tralis
sungai
Pembelokkan
Sungai subsekuen.
5.
KELURUSAN
SUNGAI
Lembah asimetri
Sungai subsekuen
Kelurusan saluran
6. KEKAR
Pola rektangular
Sungai subsekuen
3.2 Morfogenetik
KETERANGA
N
KLASIFIKAS KLASIFIKAS
I
I
USSSM* (%) USLE** (%)
0-2
Datar - Hampir 0 - 2
datar
1-2
3-7
Lereng sangat 2 - 6
landai
2-7
8 - 13
Lereng landai
7 - 12
6 - 13
14 - 20
Lereng
curam
agak 13 - 25
21 - 55
Lereng curam
25 - 55
12 - 18
18 - 24
56 - 140
15 - 50
Lereng pendek
50 - 250
Lereng sedang
250 - 500
Lereng panjang
> 500
KETINGGIAN
ABSOLUT
UNSUR MORFOGRAFI
< 50 meter
Dataran rendah
Perbukitan rendah
Perbukitan
500 meter
meter
1.500
Perbukitan tinggi
1.500 meter
meter
3.000
Pegunungan
Pegunungan tinggi
KEMIRINGA
PERBEDAAN
N
LERENG KETINGGIAN
(%)
(m)
<5
Berombak
5 - 50
Berombak
Bergelombang
3 - 7
- 8 - 13
25 - 75
Bergelombang
Berbukit
- 14 - 20
75 - 200
Berbukit
Pegunungan
- 21 - 55
200 - 500
Pegunungan curam
pegunungan
curam
55 - 140
500 - 1.000
> 1.000
HALUS
SEDANG
0,5 cm - 5 cm
KASAR
BAB 4
SISTIMATIKA
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Pemetaan geomorfologi meliputi segala aspek yang berhubungan dengan
gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai bentuklahan dan material
penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan dalam
bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat
beik dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan
menjadi peta tujuan umum dan peta tujuan khusus.
Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan dari
dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi
dan hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika
yang mendalam tentang geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi
analitik, khususnya yang paling menonjol menghasilkan informasi monodisiplin
dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan, sebagian proses
eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan
mungkin morfokhronologi.
Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian
elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape
ecology) dan hasilnya berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik).
Peta - peta sintetik (holistik) memiliki kandungan multidisiplin ilmu dan data
geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi bentuklahan ditambah
dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi air
permukaan dan air bawah tanah.
Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat, sehingga
penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan pemetaan
geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik
menghasilkan informasi - informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek
terapan, seperti informasi lingkungan dan hubungan lingkungan dengan
bentanglahan (landscape). Pada kasus tertentu peta geomorfologi terapan dibuat
berdasarkan peta geomorfologi analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi
sintetik menampilkan informasi - informasi klasifikasi bentuklahan untuk tujuan
tertentu.
Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang dengan
data yang dikumpulkan terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang bersifat
lebih khusus. Peta - peta geomorfologi yang ada sekarang pada dasarnya
merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik.
4.1 Pemahaman bentuklahan
pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan
torehan terhadap dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir
sama dengan erosi permukaan, tetapi pada foto udara dengan skala yang besar
akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang terbuka, sehingga erosi alur
dapat dipetakan pada skala peta yang besar.
Semakin tinggi debit hujan dan debit aliran pada alur yang terbentuk,
maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta mengakibatkan alur semakin besar
dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar, sehingga pada
peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai
aliran air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air.
Kenampakan pada foto udara sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan
dengan skala peta sedang sampai besar.
Tabel 10. Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985)
MEDIA
PENGARUH
PROSES
TERJADI
YANG PROSES
MUATAN
MATERIAL
AIR
PERMUKAAN
Kegiatan hidrolik
Arus
permukaan dan
arus
bawah
permukaan;
aliran
permukaan.
AIR TANAH
Tanpa
arus Pencucian ; korosi
bawah tanah.
OMBAK,
ARUS
PASANG
NAIK.
ANGIN
Larutan
Kegiatan hidrolik
Traksi,
saltasi
suspensi.
dan
dan
GLASIAL
Penggerusan
saluran.
GRAVITASI
Gerakan massa
Traksi dan suspensi.
Aliran,
luncuran
dan penurunan.
KETAHANAN
BENTUKLAHA
N
Biasanya tahan
Biasanya tahan
Biasanya tahan
Biasanya sangat
tahan
Biasanya tahan
Biasanya tahan
Kecuali di wilayah
arid
BATUAN BEKUAN
Tekstur halus
Hitam (basa)
Basalt
Menengah
Andesit
Cerah
Rhiolite
Tekstur kasar
Hitam (basa)
Gabro
Menengah
Sienite
Cerah
Granit
BATUAN ENDAPAN
Butiran halus
Lepas
Lempung
Lunak,
membentuk dinding tegak.
Biasanya lunak
Lahan terbuka
Lunak
Lunak
sangat tahan
Dataran rendah
Dataran rendah
Punggungan,
gumuk,
dan monadnok.
Dataran rendah
Padat
sam Batulempung
pai landai
Sangat lunak
Dasar lembah.
Karbonat lepas Lanau Lunak di daerah Daerah gamping.
Karbonat
padat
basah
Gamping
tahan di daerah
arid.
Dataran rendah
Butiran kasar
Tebing terjal dan
Lepas
Pasir
Biasanya lunak
plato
Padat
Tahan
jika
Batupasir
tersemen
kuat.
Sebagai batuan
Butiran sangat kasar
penuLepas
Memiliki
tup perlipatan.
Kerakal
ketahanan sePunggungan dan
dang,
pePadat
Sangat tahan.
gunungan.
Konglomerat
BATUAN MALIHAN
(METAMORF)
Asal batuan endapan
Serpih
Slate
Batugamping
Marble
Batupasir
Kuarsit
Asal batuan bekuan atau
endapan
Banded
Gneis
Schistose
Sangat tahan
Sangat tahan
Pengangkatan
Pengangkatan
dan
punggungan.
Schist
Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York
4.1.1.2 Longsor
Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang
cukup besar dari suatu tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng
dan disebabkan oleh gravitasi atau media air. Gerakan massa tanah atau batuan
tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan kecepatan yang rendah.
Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide), aliran
(flow) dan jatuhan (heave).
Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah atau batuan
secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian kaki lereng.
Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki kecepatan yang
cukup tinggi (cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada lereng yang dilalui.
Faktor pengaruh terjadinya luncuran disebabkan oleh lereng yang curam dan
sedikit pengaruh air.
Aliran, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga tidak
menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa aliran
biasanya terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian
yang tidak bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar.
Jatuhan, merupakan gerak perpindahan massa tanah atau batuan yang
dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi pada lereng yang sangat
terjal (hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki
kecepatan relatif lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas.
Proses gerakan massa tanah atau batuan jarang terjadi bersamaan, karena
faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram segitiga (gambar 9),
menunjukkan klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor yang
mempengaruhinya, seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandungan jenuh
ketika terjadi gerakan.
4.1.2 Bentuklahan asal struktural
Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan
bentuklahan disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh struktur.
Pengaruh struktur geologi yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan
secara keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung
bersamaan dengan proses geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada
geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis struktur utama; yaitu : (1) struktur
aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak bentanglahan modern, (2)
struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentanglahan modern berupa
pelapukan dan erosi.
Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur
geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan
peta topografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan
bentuk massa batuan yang memiliki bermacam - macam tampilan, antara lain : (a)
ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi, (b) perubahan kristal dan
pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan (d)
tampilan bentuk lainnya. Batuan dan iklim memiliki peran penting pada tampilan
geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi
geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergambar pada peta
topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya batuan memiliki
perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga sangat mendorong
terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya lereng yang terputus.
Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang relatif tahan
terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang cekung
cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa
ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung
atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau
proses erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga
batuan tampak seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak
pada tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika
dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan interpretasi foto udara dan peta
topografi ditambah dengan pengetahuan geologi umum akan memberikan hasil
lebih baik didalam menentukan batas - batas batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan
dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti tampilan gawir sesar dan erosi.
Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan peta topografi akan
mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu daerah, walaupun
tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali struktur
geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith
(1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu
daerah melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1)
kenampakkan topografi, (2) warna tanah dan batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4)
struktur primer dan sekunder.
Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan
kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan
terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di bawah
kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara
interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis
geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi akan
memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan
gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah daerah tektonik muda.
Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan
tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu
pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi
yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama batuan
endapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan
terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir datar
dan kontak sejajara serta tertutup tanah, pada kontur topografi menunjukkan pola -
pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang datar seolah - olah
tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar pada bidang
lapisan batuan tersebut.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan
dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh
perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan
batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai
menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi.
Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap
pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena
keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal
akan mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika pengaruh kekar dan
rekahan tidak ada.
Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis
kontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan
pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang
tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan
batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi,
sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan
batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan
kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan
relief arah jurus lapisan batuan lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk
permukaan lapisan batuan tersebut. Permukaan topografi yang datar menyebabkan
pola permukaan lapisan batuan mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya.
Jika permukaan topografi tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan
menjadi fungsi arah jurus (strike), kemiringan lapisan (dip) merupakan
kemiringan (gradient) topografi. Pola - pola permukaan lapisan batuan tidak
mengikuti sepanjang arah jurus lapisan batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah
jurus lapisan batuan semu.
Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan arah
jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada topografi,
kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat terhadap
kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan arah jurus
lapisan batuan sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan topografi dan bidang
lapisan batuan membentuk arah jurus punggungan membentuk hogback serta arah
kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada lipatan monoklinal yang baik
menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai sub paralel dan trelis, setempat setempat pola aliran dendritik. sungai atau lembah pada topografi yang memotong
arah jurus lapisan batuan de -ngan membentuk sudut, maka pada lembah V
tersebut akan tercermin suatu lapisan dan kemiringan batuan yang jelas.
Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah Vs
yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan sudut
kemiringan yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar suatu
lembah atau punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya kemiringan
lapisan batuan. Jika suatu lembah memotong tegak terhadap arah jurus lapisan
batuan, maka lembah Vs akan membentuk tebing yang simetri, sedangkan jika
lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan membentuk sudut, maka
perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lembah Vs sejajar
(paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah tidak akan berkembang,
tetapi percabangan aliran akan mengikis lembah lembah Vs. Bidang lapisan
batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material permukaan, maka arah jurus
lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri pola aliran pada daerah
tersebut.
Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -ngai
yang panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan, tetapi
apabila percabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng (Lattman dan
Ray, 1965). Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal dan sesar naik dapat
diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan kemiringan lapisan batuan
yang berlawanan, kecuali pada lipatan isoklin. Jika sumbu lipatan mendatar
(horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (paralel). Kedua sayap lipatan
yang membentuk kurva (melengkung) dengan puncak sinklinal atau antiklinal
akan membentuk lembah V atau U. Kedua sayap lipatan akan membentuk jalur
permukaan lurus atau melengkung ada sisi - sisi yang berlawanan. Pada suatu
daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan yang terletak pada puncak atau
lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut dapat ditentukan dengan cara
perhitungan atau perkiraan arah jurus dan kemiringan lapisan batuan serta
hubungan tiga dimensionalnya.
Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik,
arah kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah
V sangat membantu menentukan sayap yang berlawanan.
Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada
suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah
yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh
bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi
atau menghalangi morfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit
ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan
penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan struktur.
Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus
lapisan batuan dan mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap
pelapukan dan erosi, sedangkan aliran - aliran yang kecil mengalir searah searah
kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran
yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran
utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola
tersebut sering berkemang pada daerah - daerah yang berbentuk kubah atau
lipatan (antiklin) sungkup.
Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai,
kelokan tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar
tanggul sungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali) pada sungai
merupakan ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.
Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang
permukaan lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan
celah dan biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar
merupakan suatu bidang. Sudut sesar 450 atau lebih biasanya disebut sebagai sesar
normal dan sudut sesar kurang dari 450 biasanya disebut sebagai sesar naik. Sesar
normal pada foto udara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti
kelurusan ( lineament ) yang membentang sangat jelas. Tampilan yang
memanjang mencerminkan atau memberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi
oleh kelurusan morfologi, aliran su -ngai ( misalnya penggalan sungai lurus, air
terjun, danau, genangan air dan mata air) atau kumpulan vegetasi yang
dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone ) foto udara yang
tajam.
Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan
membentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau
kekar akan membentuk pola lurus (elongated ) dan paralel atau angular. perubahan
pola atau arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu kelurusan
merupakan ciri sesar yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering
menahan air disekitarnya, sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan
garis hitan karena sangat jenuh oleh kan - dungan air dan kemungkinan lebatnya
vegetasi. Mintakat sesar yang memiliki kelulusan air (permebility) rendah akan
mempengaruhi kondisi air tanah dan menyebabkan perubahan kumpulan vegetasi,
sehingga sesar dicirikan oleh mata air.
Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan
yang mendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan membentuk morfologi
"mesa" atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe ngikisan (erosi) yang
berlangsung pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan membentuk
alur erosi yang sejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari
kegiatan erosi mata air atau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul.
Jika diameter batuan penutup ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit
disekitarnya, maka digunakan istilah "butte". Kemiringan lapisan batuan yang
memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring (contoh : lereng cekungan
pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka bentanglahan yang
berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yang disusun oleh
batuan keras yang miring. Bentuklahan yang simetris atau asimetris tergantung
pada kemiringan lapisan batuan dan proses yang berlangsung pada bentuklahan
tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta", "hogback"
dan pegunungan "dike".
"Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang
panjang, umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan
lereng landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng
yang terjal, sedangkan pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.
" Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk oleh
lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan yang
terjal. Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak
simetri.
Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang
memiliki kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir
simetris. Lapisan atau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring merupakan
bagian dari lipatan tunggal (single fold ) atau bagian dari sistem lipatan
(kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin. Antiklin
adalah lipatan ke atas yang telah mengalami perkembangan beberapa tahap.
Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuan dari arah sumbu antiklin
ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalah lipatan lapisan
batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju sumbu
sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan
menunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian
bukit menunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin. Jika
daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang
dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal sebagai
sayap, sedangkan pada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang
memotong lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang
sumbu tegak sejajar sumbu lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan
simetri.
Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan,
sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau
mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan.
Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih
kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur
kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air ketika terjadi hujan.
Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara dan peta
topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi yang
berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan.
Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang
panjang dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan
suatu gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara
atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan
tergantung pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan.
Perbedaan erosi sepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar
dengan permukaan) jarang sekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung
dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang
tampak adalah jejak sesar berupa garis dan biasanya disebut sebagai garis gawir
sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen adalah kenampakan gawir sesar, kecuali
pada daerah bertopografi rendah tampak blok yang naik dan turun.
Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untuk
menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :
(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan hanya
pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikan kesan goresan
belum tentu sebagai gawir sesar.
(2). Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -
Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan, karena
sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), sehingga pusat
letusan besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (parasit cone) yang
terapat disepanjang jalur rekahan pada sayap / lereng gunungapi. Perbedaan pusat
letusan dengan letusan yang terjadi melalui rekahan umumnya tergantung pada
skala dan tahap pertumbuhan gu nungapi, sehingga perbedaan itu akan
sangat menonjol. Daerah gunungapi disebut juga "polyrifice" dicirikan oleh tidak
pernah terdapat pusat letusan, karena letusan akan terjadi pada titik - titik tertentu
dalam kurun waktu yang panjang (Karapetian, 1964).
Struktur tubuh gunungapi cenderung berukuran kecil dan jarang mencapai
ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan hamparan
lava adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol, sedangkan
gunungapi strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gunungapi pada
umumnya tidak beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan sebaran gunungapi
tersebut berkelompok. Kondisi sebaran gunungapi tersebut berdasarkan beberapa
penelitian menyebutkan bahwa gunungapi terbentuk bersamaan dengan tumbukan
dan pemekaran lempeng, sehingga gunungapi biasanya terbentuk pada sabuk
pegunungan Alpen dan sabuk Pasific (gambar ). Komposisi petrografi batuan
penyusun gunungapi pada suatu daerah yang luas akan memiliki kesamaan,
sehingga berdasarkan sebaran yang luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis
gunungapi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran
kerucut serta hubungan bentuk kubah dan (2) plato dan dataran. Beberapa
gunungapai ada yang membentuk sebagian kubah lava dan sebagian lagi
membentuk plato vulkanik. Selanjutnya tampilan negatif hasil letusan berupa
kaldera yang sa- ngat luas, sehingga terbentuk danau hasil dari letusan tersebut
atau akibat penurunan (depresi) yang terbendung oleh lava yang mengeras.
Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan yang
diajukan oleh Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah
sebagai berikut :
Tabel
1. ICELANDIC
2. HAWAIIAN
gas
mengalir
dengan
menyemburkan api, debu
membentuk kubah lava.
3. STROMBOLIAN
4. VULCANIAN
5. VESUVIAN
cepat
sangat
sambil
sedikit,
6. PLINIAN.
7. PELE'AN
kawah tersebut terkubur oleh limpahan / curahan kawah lainnya (sehingga kawah
tumpang tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan kaldera. Ketika letusan
terhenti, endapan lava dan piroklastik membentuk strato vulkanik, lapisan lava
dapat dilihat pada dinding - dinding kawah atau lereng - lereng kawah yang
tererosi.
Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat
menyebar dengan mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membedakan
perisai lava , kubah lava, kerucut lava, gundukan lava dan lava datar (gambar 28).
Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh semburan lava basaltik dan dapat
membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai (kurang dari 7 0) dan
cembung. Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan rekahan biasanya
berhubungan dengan gunungapi perisai (gunungapi perisai merupakan pernyataan
yang kurang tepat, karena merujuk kepada lava perisai, tetapi digunakan untuk
gunungapi strato yang besar atau pada suatu lingkungan gunungapi).
Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan
kubah cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava
vulkanik. Perbedaan ukuran yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis
kadang - kadang mnggunakan perisai atau kubah. Pusat letusan pada skala kecil
menyebabkan sisi kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki kemiringan
lereng yang landai (kurang dari 7 0) , tetapi ada juga beberapa contoh yang relatif
curam. Gunungapi basaltik tidak dicirikan oleh kawah, tetapi memiliki ciri berupa
gundukan lava yang berlereng landai. gundukan lava tersebut sebagian
menunjukkan bentuk yang tajam, mencerminkan telah mengalami erosi yang kuat.
Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi menghasilkan lelehan
lava yang keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi dibedakan
kerucutnya oleh rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat dinyatakan
sebagai gundukan lava ("lava mounds") yang memiliki kesamaan dengan
gundukan terak ("scoria mounds"). Di Victoria (Australia) ada beberapa kelainan
gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi tersebut membentuk lava yang
mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan keluar melalui rekahan rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada di atas dan sisinya
(Ollier, 1970).
Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat pekat
dan apabila batuan bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan
gunungapi, maka magma ini akan mengalir melalui rekahan - rekahan membentuk
sejumlah bentuklahan ( gambar 30).
Pada saat lava yang pekat dismburkan, maka akan menyebar dan
membentuk gundukan cembung yang dikenal sebagai kubah kumulus ("cumulo
dome") dan ini tidak berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi pada
endapan piroklastik.
Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cotton
(1944) menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang terbentuk
oleh letusan dengan aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama seperti
kubah kumulus yaitu tidak memiliki kawah,
"Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal dari
dalam kawah besar gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu - ribu meter
yang tertutup oleh runtuhan atau mungkin bentuk kubah yang menyimpang
menjadi kasar dan tidak memiliki kawah. Formasi " tholoid " pada kawah tidak
mencirikan akhir dari suatu aktifitas gunungapi karena terbentuk dan hancurnya "
tholoid " berlangsung selama pertumbuhan gu -nungapi.
Lava kental yang menyembur dari saluran memiliki sifat sangat kaku dan
bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga menghasilkan tubuh yang
membulat dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah
penyumbat berkembang dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh letusan
dan pecah karena tidak seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan pecahan dari
letusan punggungan karena beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh tumpukan
batuan rombakan yang membentuk seperti endapan longsor sekitar lereng dengan
batuan berbentuk pilar membentuk sudut hampir datar.
Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran
pegunungan merupakan letusan dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat
kaku, selanjutnya rekahan pada permukaan kubah penyumbat atau kubah kumulus
muncul membentuk punggungan.
Gunungapi piroklastik. Letusan gunungapi menghasilkan pecahan pecahan (fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang kepundan,
pecahan - pecahan lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng
sesuai dengan sudut pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - partikel
halus diendapkan pada lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel - partikel
kasar, sehingga pecahan - pecahan kasar terkumpul dekat lubang kepundan.
Bentuk lereng yang indah seperti di Fujiyama (Jepang) dan Mt. Egmont (New
Zealand).
Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi
kerucut terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan
kerucut terak ("nested scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan maar.
Kerucut terak yang ideal adalah kerucut tunggal yang memiliki lereng lurus atau
sisi - sisinya cembung melandaidan kawah di bagian puncaknya. Bibir kawah
yang datar memperlihatkan seakan - akan kerucut terak memiliki puncak yang
datar jika dilihat dari jarak jauh. Kerucut terak terbentuk sangat cepat, karena pada
tahap akhir letusan gunungapi yang memiliki magma basaltik cenderung
membentuk kerucut terak.
Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan biasanya
dinyatakan sebagai gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah dari kerucut
terak normal ("normal scoria cones"). Kerucut terak dihasilkan dari akhir suatu
letusan gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak terletak di tengah kawah
atau kepundan yang sangat besar, maka disebut sebagai kumpulan kerucut terak
("nested scoria cones"), penampang melintang antara kerucut bagian dalam
dengan dinding kawah disebut "fosse".
Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan dan
semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk tumpukan
pecahan lava yang disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones") dengan
ketinggian 100 meter dan memiliki diameter 1 kilometer. Sering ditemukan satu
yang saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur saling bertumpang tindih.
Aliran lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan seperti
bongkah - bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras.
Lava a a dan lava blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald
(1953) membedakan antara a a karena bentuknya seperti kerak besi yang melintir
dengan blok lava yang memiliki bentuk blok - blok yang menyudut. Jika aliran
lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi di bawah permukaan air,
maka biasanya terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai lava bantal ("pillow
lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava yang mengkilat
seperti kaca, tetapi lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi lava yang cair
bergulung seperti kantung plastik yang diisi penuh oleh larutan. Kantung kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus merupakan bantal dan
biasanya saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak
berbentuk membulat, tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam
membentuk lapisan. Tampilan ini tampak sama dengan kilapan kaca, kulit
tachylitic dan rekaha radial (gambar 34), membentuk bantal yang mudah
dibedakan dari bentukkebundaran bongkah karrena pelapukan mengelupas
bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada juga yang terbentuk
pada air tawar (danau).
Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan,
sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini
tidak pernah terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri
yang sempurna pada sebaran larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan
(kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang dicerminkan oleh garis - garis
kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan (kontraksi)
memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk
pecahan heksagonal. Pola - pola kekar yang tegak membagi lava menjadi kolom kolom tegak heksagonal dan pecah membentuk blok - blok karena rekahan yang
melintang.
Permukaan kekar tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal
seperti bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar akibat aliran lava terbentuk didalam
satu kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan selanjutnya kolom normal
dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada
bagian dalam (tengah) aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan
mengkerut dan pecah. Pada aliran lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung
ujung aliran dan terbenam, sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok blok lava tersebut membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava
tersebut, sedangkan pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk
bongkah - bongkah kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin
secara tiba - tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus membentuk ujung ujung aliran (" toe") yang baru atau membentuk satuan aliran yang baru. Pada
bagian dalam (tengah) tubuh aliran yang mendinging perlahan - lahan masih
bersifat cair dari pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak setiap saat, sehingga
dapat dibedakan bagian luar dan bagian dalam dari suatu aliran lava yang tampak
dengan skala kecil.
aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga
aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya
aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai,
sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air terjun.
Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan penghalang - penghalang di
jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh lambatnya
aliran lava kental yang bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk bentuk aliran lava sangat rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam
tampilan seperti lava yang berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah
(gambar 35).
Salah satu bentuk lava (minor) dapat ditemukan pada ujung dari aliran
lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava yang berbentuk
cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.
4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi
Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara yang
dikembangkan oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan
1975), dengan pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli
tersebut mudah dipahami dan cukup jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun
secara sederhana untuk keperluan analisis, klasifikasi dan evaluasi yang
digunakan sebagai dasar pemetaan geologi dan penelitian geologi.
Sistem yang digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi memiliki prinsip - prinsip sebagai berikut :
- Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan ilmu - ilmu yang
berhubungan dengan geologi.
- Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai skala.
- Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan.
- Sistem harus mudah diekstrapolasi dan digeneralisasi.
Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu tahap
interpretasi peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap
pemeriksaan lapangan. Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan
geomorfologi antara lain :
- Peta topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
- Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau ERS). jika diperlukan.
- Kerta kalkir dan plastik OHP.
- Kompas geologi.
- Palu geologi.
- Pita ukur.
- Plan table lengkap dengan tripod dan mistar.
-Alat - alat tulis.
4.3 Langkah - langkah pemetaan
Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio
pemetaan dengan kegiatan yang dilakukan antara lain :
- Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran
(water devided area) .
- Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto udara, pada setiap lekukan
garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara.
- Batasi pola aliran pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak
punggungan yang bertindak sebagai batas pemisah aliran sampai ke titik akhir
pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah dibakukan seperti pada
gambar 7 dan 8
- Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan pola aliran tersebut.
- Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan
suatu bentuklahan.
- Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang
tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi pola
aliran yang menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan
geomorfologi.
- Perhatikan kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan
kecuraman lereng, sehingga memiliki arti bahwa lereng yang curam dan menerus
dapat diperkirakan sebagai sesar yang berkembang di daerah tersebut, sedangkan
perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan untuk membedakan jenis
batuan.
- Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran akan mencerminkan
janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi., sehingga dapat
disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan jnis batuan yang
lunak, sedangkan batuan yang tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang
keras.
- Jika telah dibuat klasifikasi dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka
kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan satuan geomorfologi.
4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai)
- Bentuklahan asal fluvial (sungai)
a. Satuan bentuklahan dataran banjir.
b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam
c. Satuan bentuklahan dataran teras sungai.
d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik.
e. Satuan bentuklahan dataran gosong sungai.
4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut)
a. Satuan bentuklahan dataran pesisir (coastal)
b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial.
c. Satuan bentuklahan beting gisik.
d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach).
e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)
4.3.4 Bentuklahan asal struktural
a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat.
b. Satuan bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar.
BAB 5
PENULISAN LAPORAN
yang bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi silang pendapat yang cukup
tajam dan dapat berakibat terbengkalainya program penelitian.
Simbol - simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan
simbol - simbol yang telah disepakati oleh internasional (khususnya para akhli
geomorfologi), sehingga tidak terjadi penggunaan simbol yang sembarangan.
Penulisan laporan tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan
yang mencerminkan kondisi geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.